BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kelistrikan Sistem kelistrikan yang baik dan efisien perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi antara satu sama lainnya sesuai dengan ketentuan yang ada. Didalam melakukan evaluasi sistem kelistrikan yang ada pada gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara maka perlunya mengetahui teori-teori yang berhubungan dengan teknik penerangan dan tidak bertentangan dengan peraturanperaturan kelistrikan yang berlaku saat ini. Sistem kelistrikan tersebut meliputi instalasi penerangan, sistem pengaman dan penghantar serta daya listrik cadangan/genset. Sistem tersebut merupakan beberapa faktor pendukung terpenting didalam sistem kelistrikan Sistem Penerangan Sistem penerangan atau sistem instalasi penerangan merupakan serangkaian beberapa komponen dari sumber beban yang berupa titik cahaya yang masing-masing mempunyai fungsi yang disebut penerangan. Berikut penjelasan mengenai bahan pendukung dari sistem penerangan mulai dari pemilihan pengaman, serta penghantar yang baik sehingga instalasi penerangan dapat berfungis dengan aman dan handal. 5

2 Pencahayaan Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armature yang digunakan. Konstruksi armature antara lain ditentukan : Cara pemasangan pada dinding atau langit-langit. Cara pemasanagn fitting atau fitting-fitting dalam armature. Perlindungan sumber cahaya Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan Penyebaran cahaya Sistem penerangan berdasarkan letak daerahnya dibagi atas dua jenis antara lain yaitu: 1. Sistem penerangan dalam (Indoor Lighting) Pada penerangan luar ini cahaya yang diterima pada bidang kerja terdiri dari cahaya yang langsung dan cahaya yang berasal dari pantulan dinding serta langitlangit. 2. Sistem penerangan luar (Outdoor Lighting) Pada penerangan luar ini cahaya yang diterima oleh suatu permukaan tertentu merupakan cahaya langsung yang berasal dari luminasi. Sistem peneranagan luar dibagi menjadi dua yaitu sistem penerangan terpusat dan sistem penerangan jalan. Contoh sistem penerangan terpusat : tempat parkir, pertambangan, lapangan olah 6

3 raga, dan taman. Contoh sistem penerangan jalan : gedung bertingkat, monumen dan lain-lain. Sebagian cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak semuanya datang langsung dari sumber cahaya, dan juga yang datang dari pantulan lingkungan disekitarnya. Oleh karena besarnya luminasi pada sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata Oleh sebab itu bahan-bahan armature harus dipilih sedemikian rupa sehingga sumber cahaya dapat terbagi secara tepat. Berdasarkan pembagian fluks cahayanya oleh sumber dan armature dapat dibedakan sistem-sistem penerangan. Macam-macam pencahayaan : Absorbsi Refleksi Transmisi Refleksi netral dan selektif Transmisi netral dan selektif Dalam merencanakan instalasi penerangan, ada beberapa kriteria yang diperhatikan untuk mendapatkan pencahayaan yang baik, yaitu memenuhi fungsi supaya mata kita dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Beberapa kriteria tersebut saling mempengaruhi dan tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah karena masingmasing bergantung satu sama lainnya dalam menghasilkan kualitas pencahayaan yang optimal. 7

4 a. Kuantitas atau Tingkat Kuat Penerangan (Intensitas Penerangan) Fluks Cahaya (lumen / lm) Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Sumber cahaya yang memancar sama kuat kesetiap jurusan, dinamakan sumber cahaya seragam. Kalau sumber cahayanya sebuah lampu pijar ditempatkan dalam reflector maka cahaya akan diarahkan tetapi jumlah fluks cahayanya tetap. Sumber cahaya berbentuk titik ditempatkan dalam bola lampu seperti pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Fluks Cahaya Intensitas Cahaya (Candela / cd) Kawat yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya. Sumber cahaya sedemikian rupa dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar memancarkan energi cahaya kesemua jurusan, tetapi energi radiasinya tidak merata. Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya suatu jurusan tertentu disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan candela (cd) dengan lambang I. Jika intensitas cahaya (cd), melalui sudut ruang (ω) maka mengalir fluks cahaya (lm). Maka intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan kesatuan arah tertentu atau dengan rumus : 8

5 Dimana : = Fluks (lumen atau lm) ω = Sudut ruang (steradian atau sr) I = intensitas cahaya (candela atau cd) Intensitas Penerangan atau luminasi (lux / lx) Intensitas penerangan atau iluminasi rata-rata adalah tingkat kuat penerangan rata-rata yang diukur secara horizontal dan vertikal untuk suatu ruangan atau untuk suatu bidang kerja biasanya diukur secara horizontal 80 cm diatas lantai atau fluks cahaya yang jatuh pada 1 m 2 dari bidang itu atau dengan kata lain intensitas penerangan rata-rata adalah fluks cahaya dalam lumen dibagi dengan luas bidang/permukaan dalam meter persegi. Dimana : = Fluks (lumen atau lm) A = luas bidang kerja (m 2 ) E = intensitas penerangan rata-rata (lux) Intensitas penerangan Ep suatu titik p umumnya tidak sama untuk setiap titik dari bidang itu. Jadi intensitas penerangan disuatu bidang adalah suatu sumber cahaya dengan intensitas (I) berbanding kuadrat dari jarak antara sumber cahaya dan bidang itu. 9

6 Intensitas penerangan dititik p dapat dicari dengan persamaan berikut. Dimana : I = intensitas sumber cahaya (candela atau cd) r 2 = Jarak sumber cahaya ke titik p (m) sama kuatnya. Ep = intensitas penerangan di titik p (lux) Pada gambar 2.2 berikut ini dapat dilihat bahwa intensitas buku dan meja B P A Gambar 2.2 Intensitas Penerangan a.dipermukaan buku dan meja sama besar b.intensitas penerangan dititik p b. Distribusi Kepadatan Cahaya luminasi Luminasi ialah ukuran untuk terang suatu benda, luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan mata seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armature, dengan kata lain kepadatan cahaya atau luminasi (L) juga merupakan ukuran kepatan radiasi cahaya yang jatuh pada suatu bidang dan dipancarkan kearah mata sehingga mata mendapatkan kesan terang (brightness). Faktor refleksi suatu permukaan ikut 10

7 menentukan luminasinya sebagai contoh buku lebih besar dibandingkan dengan meja, karena faktor refleksi buku lebih besar dari pada faktor refleksi meja. Luas semu permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang jadi bukan luas permukaan seluruhnya. Semakin tinggi kepadatan cahaya suatu permukaan semakin terang pula permukaan itu tampak oleh mata. Meskipun tingkat kuat penerangan sudah memenuhi rekomendasi yang diminta belum berarti bahwa distribusi kepadatan cahayanya baik. Dapat saja distribusinya tidak harmonis/tidak merata. Distribusi kuat cahaya yang tidak merata menimbulkan kontras yang terlalu besar. Hal ini disebabkan karena mata tidak melihat cahaya yang sampai pada suatu objek langsung dari sumber cahaya, tetapi mata melihat cahaya yang dipantulkan/direfleksikan oleh objek tersebut ke mata. Atau dengan kata lain, mata tidak melihat tingkat kuat penerangan (iluminasi) melainkan melihat kepadatan cahaya (brightness). c. Pembatasan Agar Cahaya Tidak Menyilaukan Mata Pembatasan cahaya dilakukan agar tidak menimbulkan silau. Silau terutama disebabkan oleh distribusi cahaya yang tidak merata, misalnya akibat lampu yang salah dan bergantung pada kepadatan cahaya, besarnya sumber cahaya, semua sumber cahaya yang terdapat didepan sudut penglihatan, posisi muka itu sendiri, dan perbedaan kontras antara permukaan yang relatif gelap dan terang termasuk jendela. Silau akan mengakibatkan daya penglihatan berkurang dan dapat menyebabkan keletihan, perasaan tidak enak, serta dapat pula menurunkan semangat kerja. 11

8 Jadi silau dapat berasal dari cahaya matahari, cahaya lampu, dan refleksi misalnya dari buku atau majalah dengan kertas yang mengkilat (glossy). Silau yang langsung diakibatkan oleh sumber cahaya buatan dapat dihindari dengan memakai armature yang dilengkapi dengan louve atau optic mirror, juga pemasangan lampu jangan melintang didepan mata kita. d. Arah Pencahayaan Dan Permuakaan Bayangan Arah pencahayaan ddan pembentukan bayangan dapat memberikan kesan berbeda terhadap benda yang dilihat, karena informasi yang diteruskan mata ke otak juga bergantung pada arah pencahayaan dan pengaturan susunan armature lampu mempengaruhi arah pencahayaan. Arah pencahayaan mempengaruhi pembentukan bayangan. Bayangan dapat memperjelas dan menimbulkan efek mengesankan atau sebaliknya. Ruangan memerlukan banyak bayangan yang cukup dengan batasan yang cukup. Bayangan yang terlalu kuat atau tanpa bayangan sama sekali hendaknya dihindarkan. Ruangan tanpa bayangan akan menimbulkan kesan monoton dan membosankan. e. Warna Cahaya Dan Refleksi Warnanya Warna dari benda yang kita lihat adalah relatif karena bergantung pada pencahayaannya. Cahaya matahari mempunyai temperatur 6000 o Kelvin. Pada suhu ini spektrum warna mempunyai keseimbangan yang sempurna. Benda yang kita lihat mempunyai warna dengan panjang gelombang masing-masing. Warna benda yang 12

9 kita lihat dimungkinkan karena benda tersebut merefleksikan atau memantulkan panjang gelombang dari masing-masing benda itu ke mata kita. Cahaya putih dapat di uraikan dengan menggunakan prisma kaca. Sinar-sinar dibiaskan sedemikian rupa sehingga terjadi suatu spektrum. Warna-warna spektrum ini dinamakan cahaya satu warna atau cahaya monokrom. Warna-warna tersebut juga tampak pada pelangi, yang terjadi karena pembiasan cahaya oleh titik-titik air hujan. f. Kondisi dan Iklim Ruangan Selain lima kriteria tadi kondisi dan iklim ruangan juga mempengaruhi hasil kerja dan kesehatan kita. Hal ini bergantung pada beberapa parameter yaitu pencahayaan, warna ruang, serta teknik pengaturan temperatur ruang dan akustik. Oleh karena itu dalam perencanaan untuk mendesain teknik pencahayaan harus memberikan atmosfir yang menyenangkan kepada seluruh interior ruang serta mempersiapkan suatu kondisi kerja yang nikmat dan aman Efisiensi Penerangan Efisiensi penerangan atau redemen peneranggannya ditentuka dari tabel atau grafik. Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula. Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus memperhitungkan : a. Efisiensi atau rendemen armaturnya ( ). b. Faktor refleksi dindingnya (rw), faktor refleksi langit-langit (rp) dan faktor refleksi bidang pengukurannya/lantai (rm). 13

10 c. Indeks ruangan (k) Efisiensi penerangan untuk perhitungan jumlah titik beban dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Cara Tabel dan Interpolasi Efisiensi penerangan ini ditentukan oleh jenis armatur lampu yang digunakan, indeks ruang, faktor refleksi dinding, langit-langit dan lantai serta faktor defresiasi, karena perencanaan instalasi penerangan dalam keadaan baru defresiasi adalah 1. Jika harga data tabel mempunyai harga tengah indeks ruang yang berbeda maka hal ini dapat diinterpolasikan dengan menggunakan rumus : Dimana : = Efisiensi penerangan = Efisiensi penerangan pada indeks ruangan terkecil = Efisiensi penerangan pada indeks ruangan terbesar k k 1 k 2 = Indeks ruangan = Indeks ruangan ruangan terkecil = Indeks ruangan ruangan terbesar 14

11 2. Cara Grafik Penentuan efisiensi ruangan yang mempunyai harga indeks ruang yang bernilai antara harga-harga tengah dari data tabel dapat ditentukan dengan cara melihat grafik. Hal ini dapat ditentukan dengan memperhatikan sistem penerangan yang digunakan, faktor refleksi langit-langit dan dinding Efisiensi Armatur Efisiensi ini dibagi atas dua bagian fluks cahaya diatas dan dibawah dinding horizontal. Efisiensi sebuah armature ditentukan oleh konstruksinya serta bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya. Efisiensi atau rendemen armatur ialah : Berdasarkan pembagian fluks cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan sebagai berikut : Tabel 2.1 Sistem Penerangan Berdasarkan Pembagian Fluks No Sistem Penerangan Langsung ke Bidang Kerja 1 Sistem Penerangan Langsung % 1 Sistem Penerangan Semi Langsung % 1 Sistem Penerangan Difus (Campuran) % 1 Penerangan Semi Tak Langsung % 1 Penerangan Tak Langsung 0 10 % Sumber : Instalasi Listrik Arus Kuat 2 Berdasarkan sifat penerangannya armatur dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : 15

12 a. Sistem Penerangan Langsung Efisiensi penerangan langsung sangat baik, cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhya diarahkan ke bidang kerja cahaya yang dipancarkan %. Sistem ini paling efektif dalam menyediakan penerangan sehingga langit-langit hampir tidak ikut berperan, akan tetapi menimbulkan bayang-bayang yang dapat menimbulkan silau pada bidang kerja. Hal ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan sumber cahaya yang terbentuk tabung atau lebih kecil dikenal dengan lampu TL. Sistem penerangan langsung ini digunakan pada ruangan seperti bengkel, pabrik serta penerangan luar. Penggunaan lampu untuk sistem ini akan lebih baik bila dikombinasikan dengan penggunaan armatur. Misalnya armatur rok digunakan untuk penerangan diluar, aramtur palung pada penerangan industri diatas mesin-mesin perkakas, armatur pancaran lebar untuk penerangan bengkel dan armatur kedap air untuk penerangan jalan. Gambar 2.3 Sistem Penerangan Langsung b. Sistem Penerangan Tidak Langsung Efisiensi penerangan sebagian langsung ini juga cukup baik, cahaya yang dipancarkan antara % yang diarahkan langsung pada bidang kerja atau pada permukaan yang perlu diterangi. Dibanding dengan penerangan langsung pembentukan bayangan dan kilauan pada penerangan semi langsung agak berkurang. 16

13 Sejumlah kecil cahaya yang dipancarkan ke atas atau dinding, karena itu kesan mengenai ukuran ruangannya menajdi lebih baik seolah-olah langit-langitnya lebih tinggi. Armatur yang biasa digunakan yaitu pelindung kawat. Sistem penerangan ini biasa digunakan pada gedung-gedung ibadah, untuk tangga dalam ruangan, gang dan sebagainya. Gambar 2.4 Sistem Penerangan Semi Langsung c. Sistem Penerangan Campuran (Difus) Efisiensi penerangan difus lebih rendah dari pada efisiensi kedua sistem diatas. Sistem penerangan ini hanya separuh yaitu 50 % dari cahaya diarahkan kedinding dan langit-langit. Pembentukan bayang-bayang dan kilauannya banyak berkurang. Sistem ini banyak digunakan diruangan-ruangan sekolah, kantor dan tempat tempat kerja. Sedangkan untuk armaturnya, biasanya digunakan pada sistem penerangan ini adalah armatur balon contohnya armatur gantung dengan memakai pipa. Armatur ini memakai balon dari kaca opal tripleks. Kaca ini terdiri dari dua lapisan kaca bening dengan satu lapis kaca opal tpis diantaranya, kaca ini tidak menyerap banyak cahaya jadi efisiensinya tinggi. 17

14 Gambar 2.5 Sistem Penerangan Difus d. Sistem Penerangan Semi Tak langsung Bayang-bayang dan kilauan yang timbul pada sistem penerangan ini hanya sedikit, Cahaya yang dipancarkan pada sistem ini antara % diarahkan ke bidang kerja sisanya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas. Bayangan dan kilau yang dihasilkan sedikit karena itu dinding bagian atas serta langit-langit harus diebri warna terang. Sistem penerangan ini banyak digunakan dirumah sakit, ruang kaca, toko-toko dan kamar tamu. Armatur yang biasa digunakan ialah armatur dinding atau armatur gantung. Gambar 2.6 Sistem Penerangan Semi Tak langsung e. Sistem Penerangan Tak Langsung Penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan dinding bagian atas, cahaya penerangan ini antara 0-10 %, kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Warna dinding dan langit-langit harus terang. 18

15 Pada sistem penerangan tak langsung hampir tidak ada lagi bayang-bayang. Sistem penerangan ini digunakan diruang-ruang untuk membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan halus lainnya. Gambar 2.7 Sistem Penerangan Tak langsung Faktor-Faktor Refleksi Faktor refleksi dinding dan langit-langit masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh bidang dan langit-langit ke bidang kerja. Faktor refleksi semu bidang kerja ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi bagian kerja antara bidang kerja dan lantai. Faktor-faktor refleksi berdasarkan dinding, langit-langit dan lantai, yaitu untuk : Warna putih dan sangat muda : 70 % atau 0,7 Warna muda : 50 % atau 0,5 Warna sedang : 30 % atau 0,3 Warna gelap : 10 % atau 0,1 Bagian fluks cahaya dipantulkan ditentukan oleh faktor refleksi r suatu permukaan : 19

16 Menentukan efisiensi ruangan dari table dengan nilai K, rp, rw dan rm. Pada umunya refleksi lantai adalah 10 %, refleksi langit-langit dan dinding berwarna dan memantulkan 5-8 % dan yang berwarna gelap %. Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih kecil dari pengaruh pada sistem penerangan lainnya, sebab cahaya yang jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari fluks cahaya itu. Faktor refleksi dinding dipilih suatu nilai rata-rata, sebab adanya pengaruh gorden dan sebagainya sangat besar. Cara mengatasi kilauan cahaya lampu yang dipantulkan oleh bidang kerja : a. Menggunakan kilauan cahaya lampu yang dipantulkan oleh bidang kerja b. Menggunakan sumber cahaya dengan permukaannya luas dan luminasi yang rendah. c. Menempatkan sumber cahaya yang tepat Indeks Ruang Indeks ruang atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuranukuran suatu ruangan berbentuk bujur sangkar yang dapat dirumuskan. Dimana : k = Indeks ruang 20

17 P L h = Panjang ruang (m) = Lebar ruang (m) = Tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m) Sedangkan untuk mencari tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja dapat digunakan rumus dibawah ini : Dimana : h = Tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja h R = Tinggi ruangan h BK = Tinggi bidang kerja Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam table, efisiensi penerangannya dapat ditentukan dengan interpolasi, dimana jika nila k = 4,5 maka untuk diambil nilai tengah diantara nilai-nilai k = 4 dan k = 5. Untuk k yang melebihi, diambil nilai untuk k = 5, sebab untuk k diatas 5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi, sedangkan untuk k yang kurang dari 0,5, sebab untuk k dibawah 0,5 efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi Faktor Penyusutan atau Depresiasi Faktor penyusutan atau faktor depresiasi dirumuskan sebagai berikut : 21

18 Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain. Untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam keadaan dipakai, nilai rendemen yang dapat dari table masih harus dikalikan dengan faktor depresiasi. Faktor depresiasi dibagi atas tiga golongan utama : a. Pengotoran ringan Pengotoran ringan terjadi ditoko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolahan yang berada didaerah yang hampir tidak berdebu. b. Pengotoran biasa Pengotoran yang biasanya terjadi di perusahaan-perusahaan c. Pengotoran berat Pengotoran jenis ini biasanya diruangan ruangan dengan banyak debu, misalnya diperusahaan-perusahaan cor, pertambangan dan sebagainya. Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan depresiasi 0,8. Disamping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi juga harus diperhitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk lampu TL diperhitungkan 1500 jam per tahun dan untuk lampu pijar 500 jam nyala per tahun. Angka angka ini sesuai dengan angka-angka diperusahaanperusahaan. 22

19 Kalau intensitas penerangannya menurun sampai 20 % dibawah yang seharusnya, lampu-lampu harus diganti atau dibersihkan. Penggantian lampu-lampu ini sebaiknya dilakukann kelompok demi kelompok, supaya tidak terlalu mengganggu kegiatan perusahaan. Untuk menentukan ukuran lampu tergantung dari jumlah armatur yang dipakai, jika distribusi penerangannya uniform maka jarak titik bangunnya dibuat tidak begitu jauh Penentuan Jumlah Titik Cahaya Untuk menentukan jumlah lampu pada suatu ruangan diperlukan suatu perhitungan yang benatr-benar sesuai dengan luas ruangan dan kegunaannya dari ruangan tersebut. Pada penentuan jumlah lampu gedung, dapat dihitung dengan rumus : Dimana : E = Intensitas cahaya (lux) A = Luas area yang akan dipasang peneranagan (m 2 ) = Fluks (lm) = efisiensi d = Faktor depresiasi 23

20 Jumlah lampu (N) : Penentuan Tata Letak Titik Cahaya/Lampu Untuk menentukan jarak anata titik lampu dapat dihitung dengan persamaan sebgaia berikut : e / h > 0,70... (2.13) sedangkan untuk jarak lampu ke dinding dapat ditentukan dengan persamaan : r = ½ e... (2.14) Dimana : e = Jarak lampu ke lampu h r = Tinggi bidang kerja = Jarak lampu ke dinding 2.3. Distribusi Daya Distribusi daya merupakan salah satu faktor yang penting dalam perencanaan instalasi penerangan suatu ruangan. Distribusi daya ini akan mempermudah penentuan group-group daya dari instalasi suatu gedung. Besarnya masing-masing beban tiap group dapat dengan mudah dikontrol sehingga masing-masing group mempunyai kebutuhan daya yang hampir sama. Dan tidak terjadi penumpukan beban 24

21 pada suatu group atau kelompok. Besarnya pengaman masing-masing group yang digunakan tidak mempunyai perbedaan nilai yang terlalu jauh Penghantar Fungsi penghantar adalah untuk menyalurkan energi listrik dari suatu titik ke titik lain. Penghantar yang digunakan dalam instalasi listrik adalah kawat yang dilengkapi isolasi. Penghantar yang biasa digunakan adalah Aluminium dan Tembaga. Penghantar yang telah diberi isolasi biasa disebut kabel. Konstruksi kabel yang paling sederhana biasanya terdiri dari penghantar, isolasi masing-masing penghantar dan pelindung. Jenis-jenis penghantar yang banyak digunakan dalam instalasi litrik adalah sebagai berikut : 1. Untuk instalasi didalam pipa instalasi rentang dengan menggunakan isolasi kabel NYA. 2. Untuk instalasi diluar tembok atau didalam tembok tanpa pipa didalam ruangan menggunakan penghantar NYM dan diluar ruangan menggunakan penghantar NYY. 3. Untuk ditanam di tanah atau parit menggunakan NYY jika beban mekanis kecil, sedangkan untuk beban mekanis yang berat menggunakan penghantar NYFGby. Menurut PUIL 2000 tahanan untuk kawat berisolasi yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut : 25

22 a. Penghantar N NA : terbuat dari Tembaga : terbuat dari Aluminium b. Isolasi Y : isolasi dari PVC (Poly Vinil Chlorit) 2 Y : isolasi dari XLPE (Cross Linkage Polyethilene) c. Selubung Dalam G 2G K KL KWK 2X Y : selubung dari karet : selubung dari butil : selubung dari Timah hitam : selubung dari Aluminium dengan permukaan kecil : selubung dari pita Tembaga : selubung dari XLPE : isolasi dari PVC (Poly Vinil Chlorit) 2 Y : isolasi dari XLPE (Cross Linkage Polyethilene) d. Perisai B F L : perisai dari pita baja : perisai dari baja pipih : perisai dari jaringan kawat baja e. Spiral D : spiral anti tekan 26

23 Gb : spiral dari pita baja f. Selubung luar A MK Y : selubung dari pita yute : selubung dari timah hitam : selubung dari PVC Sedangkan untuk penentuan diameter penghantar selain dengan melihat kabel dari PUIL, arus dan tegangan dapat juga ditentukan dengan memperhatikan rugi tegangan jangan sampai melebihi batas yang telah ditentukan yaitu 2 % untuk 5 % untuk perlatan lain. 1. Untuk arus searah Q = 2.L.I.ρ... (2.15) Vr 2. Untuk arus bolak-balik 1 fasa Q = 2.L.I.ρ cosφ... (2.16) Vr L-N 3. Untuk arus bolak-balik 3 fasa Dimana : Q = L.I.ρ. 3 cos φ... (2.17) Vr L-L Q = Penampang kawat minimum (mm 2 ) 27

24 L ρ I = Panjang penghantar dari sumber tenaga ke beban (m) = Tahanan jenis penghantar (Ohm mm 2 per meter) = Arus yang mengalir pada penghantar yang diperkenankan (Amper) Cos φ = Faktor daya rangkaian Vr Vr L-N = Rugi tegangan pada kawat yang diperkenankan (Volt) = Rugi tegangan 1 (satu) fasa (Volt) Vr L-L = Rugi tegangan 3 (tiga) fasa (Volt) Pengaman Arus yang mengalir dalam penghantar menimbulkan panas, supaya suhu penghantarnya tidak menjadi terlalu tinggi arusnya harus dibatasi. Untuk mengamankan hantaran digunakan pengaman lebur dan saklar arus maksimum, guna dari alat pengaman antara lain : Mengamankan hantaran, aparatur dan motor listrik terhadap beban Pengamanan terhadap hubung singkat Besarnya pengaman dapat ditentukan dengan mengetahui besar arus nominal yang mengalir pada instalasi. Ini disesuaikan dengan nilai pengaman yang tersedia. Nilai pengaman tidak boleh lebih kecil dari arus yang mengalir. Nilai suatu pengaman harus lebih dari nilai arus atau setidaknya sama, tetapi jangan terlalu besar. Untuk menghitung daya dalam watt digunakan rumus : S = V x I... (2.18) 28

25 P = V x I x Cos θ... (2.19) Dimana : S P V I = Daya semu (VA) = Daya pada beban (Watt) = Tegangan sumber = Arus (Amper) Cos θ = Faktor daya Sedangkan besarnya rating pengaman dapat dilihat pada table sesuai dengan besarny arus yang didapat dari perhitungan. a. MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCB adalah suatu alat pengaman pemutus rangkaian kelistrikan yang dapat bekerja secara otomatis. MCB berfungsi sebagai pengaman terhadap arus beban lebih, arus hubung singkat atau pengaman kedua-duanya dan sebagai saklar berkemampuan untuk mengatasi beban saklar. MCB adalah suatu jenis CB (Circuit Breaker) yang dilengkapi dengan 2 (dua) pengaman thermis (bimetal) sebagai pengaman beban lebih dan juga dilengkapi pengaman magnetis untuk arus lebih atau arus hubung singkat. Terhadap karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan pemakaiannya. Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya MCB dapat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu : a. Type Z (rating dan breaking capacity kecil) b. Type K (rating dan breaking capacity kecil) c. Type L (rating besar) untuk pengaman motor 29

26 d. Type G (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan e. Type H (rating besar) untuk pengaman instalasi penerangan bangunan Karakteristik arus waktu untuk jenis MCB hampir sama dengan pengaman lebur digunakan secara bersamaan. Perlu diketahui juga kapasitas pengaman lebur. Sesuai dengan pengaturan yang berlaku bahwa setiap beban lebih dari 100 A harus dilengkapi dengan pengaman lebur dan mikro. Bimetal yang terdapat pada pengaman arus lebih biasanya alat ini bekerja pada temperatur ruang naik maka untuk mengatasinya adalah menurunkan beban. Untuk mencari rating MCB maka harus diketahui besarnya arus beban dengan rumus : a. Untuk beban 1 (satu) fasa I L = P... (2.20) V L-N cos φ b. Untuk beban 3 (tiga) fasa I L = P... (2.21) 3V L-L cos φ b. Fuse (Pengaman Lebur) Fuse disebut juga dengan pengaman alir. Fungsi pengaman ini adalah untuk mengamankan pengantar, beban lebih atau hubung singkat. Pengaman Fuse terdiri dari : 1. Rumah Sekering 2. Tudung Sekering 30

27 3. Pengepas Patron 4. Petron Lebur Sekering terdiri dari bahan-bahan : Kawat lebur terbuat dari perak dicampur dengan tanah dan tembaga seng. Isolasi terbuat dari porselen dan keramik Pasir berguna untuk meredam bunga api saat hubung singkat dan juga untuk mencegah terjadinya ledakan. Alasan digunakan bahan-bahan diatas adalah : Karena sifat bahan tersebut tidak mengkorosi Mempunyai sifat daya hantar yang tinggi Pada sekering biasanya sudah terdapat arus kerja yang nilainya sudah ditentukan oleh pabrik, besar arus yang dijamin oleh pabrik untuk tidak menyebabkan kerusakan sekering yang bekerja secara terus menerus pada kondisi normal sampai terjadi peleburan pada elemennya. Pada sekering terdapat kelas kerja. Dimana fungsi kelas kerja sebagai bagian dari karakteristik waktu terhadap arus dimana sekering dapat melebur Panel Distribusi Panel distribusi adalah suatu tempat pengontrolan peralatan listrik. Pada bagian dalam panel, dapat dilihat alat pengaman seperti MCB dan fuse serta alat-alat contoh listrik lainnya. Dalam merencanakan suatu panel harus diperhatikan syarat-syarat panel : Harus dipasang dan disusun sedemikian rupa sehingga terlihat rapi 31

28 Mudah dalam pemeliharaan dan pemeriksaan Jika memerlukan pelayanan MCB, penekanan tombol harus bisa dilakukan dengan mudah tanpa menggunakan alat bantu. Penyambungan saluran masuk dan keluar harus menggunakan terminal seperti penghubung komponen-komponen lainnya dan dapat dilakukan dengan mudah. Jika saluran control, harus ditempatkan terpisah dari terminal daya atau tenaga. Adapun peralatan yang diperlukan untuk membuat suatu panel kontrol adalah sebagai berikut : Triplex / pelat baja, kerangka dan engsel Sebagai tempat pengontrolan yang berfungsi untuk meletakan dan melindungi alat-alat kontrol listrik sehingga terkesan rapi dan terjamin kehandalan dan kemananannya. Cable duct Sebagai tempat meletakan dan penyimpanan kabel yang terdapat didalam panel kontrol juga berguna untuk merapikan jalur kabel yang berada didalam panel. Line up terminal Sebagai tempat penyambungan kabel-kabel yang ada dari panel ke beban atau sebaliknya. Pada terminal diberi nomor yang gunanya untuk mempermudah dalam pengecekan dan perbaikan. Busbar Digunakan sebagai terminal untuk menggabungkan hantaran netral dan pentanahan. Selain itu digunakan untuk mendistribusikan daya ke beban. 32

29 Penutup kontrol Sebagai pengaman peralatan panel dan untuk menghindari tegangan sentuh. Peralatan penahan Merupakan suatu perlengkapan atau alat bantu dalam meletakkan peralatan. Penahanan ini dapat berupa profil G dan C. Profil G untuk menahan relay, sedangkan profil C sebagai penahan terminal Penentuan Kelompok Beban Pembagian kelompok harus memenuhi dua macam persyaratan yaitu : Jumlah daya masing-masing kelompok dan masing-masing fasa harus seimbang. Berdasarkan peraturan setiap kelompok tidak boleh melebihi dari 10 titik hubung pada pemasangan baru dan 12 titik hubung pada pemasangan lama. A. Menghitung Jumlah Daya Setiap beban pada masing-masing kelompok harus dijumlahkan dayanya dengan satuan yang sama yaitu VA. Dalam instalasi penerangan listrik ada dua jenis beban yaitu : 1. Beban Resistif Beban resistif dapat dimisalkan dengan lampu pijar dan stop kontak. Karena beban resistif mempunyai nilai cos θ sama dengan satu daya maka semuanya dapat ditentukan sebagai berikut : 33

30 S = P... (2.22) cos θ karena besar nilai cos θ sama dengan satu maka dapat disederhanakan menjadi : S = P 2. Beban Induktif Beban induktif merupakan beban yang menggunakan kumparan. Beban induktif dapat dimisalkan dengan penggunaannya pada motor listrik, kipas angin, tabung lampu. Pada beban induktif terdapat kumparan maka cos θ mempunyai nilai dibawah satu sehingga daya semunya lebih besar dari daya nyata dan daya semunya lebih besar dari daya nyata. B. Ukuran Sekering Kelompok Untuk menentukan ukuran sekering harus dilakukan dengan menghitung arus listrik pada setiap kelompok dengan menggunakan rumus : I b = P... (2.23) V Setelah didapatkan hasil dari besaran arus beban dengan menggunakan rumus diatas, maka besar penggunaan pengaman (sekering) dapat ditentukan dengan rumus : I s > I b... (2.24) Dimana : Ib Is V = Arus beban (A) = Arus pengaman (A) = Tegangan (Volt) 34

31 C. Ukuran Saklar Untuk menentukan besarnya ukuran saklar yang digunakan terdiri atas dua bagian yaitu : 1. Saklar Kelompok Dimana besarnya ukuran saklar ini dianjurkan satu tingkat diatas ukuran pengaman 2. Saklar Utama Ukuran saklar utama dianjurkan minimum satu tingkat diatas arus keseluruhan (It) Klasifikasi Beban Listrik Beban beban listrik dapat diklasifikasikan berdasarkan kontinuitas pelayanan daya listrik yang dibutuhkan oleh beban beban tersebut adalah sebagai berikut : a. Beban Normal Beban normal yaitu beban yang hanya mendapat suplai daya listrik dari sumber daya listrik utama saja (PLN). Pada keadaan suplai daya lsitrik terputus, maka beban tidak mendapat suplai daya listrik, beban mendapat suplai daya listrik kembali apa bila suplai daya listrik (PLN) normal kembali. Beban normal biasanya berupa penerangan ditempat-tempat yang tidak harus selalu mendapat sumber cahaya contohnya gudang, kamar mandi, loronglorong rumah sakit dll. 35

32 b. Beban Darurat Definisi beban darurat adalah sebagai beban yang selalu mendapat pelayanan daya listrik dengan toleransi waktu pemutusan selama 10 detik. Pada keadaan suplai daya listrik PLN terputus, maka beban-beban ini disuplai oleh sumber daya lsitrik cadangan. Beban darurat bisa berupa peralatan kontrol dan mesinmesin. c. Beban Kritis Beban kritis adalah sebagai beban yang tidak boleh terputus daya listriknya atau beban yang boleh terputus suplai daya listriknya dalam waktu milidetik. Apabila suplai daya listrik dari PLN terputus, maka cadangan berupa batere atau UPS (Uninterruptible Power Supply). Beban kritis biasanya berupa peralatan-peralatan tidak boleh terputus suplai daya listriknya, contohnya peralatan pemproses data (komputer) Sistem Pelayanan Daya Listrik Utama Beban beban yang mendapat suplai daya listrik dari PLN dapat diklasifikasikan atas : a. Beban Komersial Beban komersial merupakan beban jasa pelayanan. Beban beban komersial ini antara lain perkantoran, bank, hotel, apartemen, rumah sakit, bioskop dan tempat tempat lain yang memberikan suatu jasa pelayanan. Beban komersial ini terdiri dari alat yang menggunakan listrik seperti lampu penerangan, air 36

33 condition, pompa air, lift dsb. Bila ditinjau dari sistem tegangan pelayanan yang disuplai dari PLN maka beban komersial diambil dari tegangan menengah bila kebutuhan daya lsitrik cukup besar, maka menggunakan transformator ini mempunyai tegangan 3 phasa 380 volt dan 1 phasa 220 volt. b. Beban Industri Beban industri merupakan beban beban lsitrik yang terdapat pada suatu industri atau pabrik. Beban tersebut berupa motor motor listrik, peralatan kontrol, lampu penerangan dsb. c. Beban Perumahan Beban perumahan ialah beban beban listrik yang terdapat pada suatu rumah tangga seperti lampu penerangan, radio, televisi, lemari es dll. d. Beban Lain Lain Beban lain meliputi lampu jalan, sekolah, masjid, gereja, terminal bus dll Sistem Pelayanan Daya Listrik Cadangan Sistem pelayanan daya listrik cadangan adalah sistem pelayanan daya listrik (P) dengan menggunakan sumber daya listrik cadangan untuk menyuplai daya listrik ke beban apabila suplai daya listrik utama (PLN) terputus. Dalam penentuan suatu sistem daya listrik cadangan atau suatu sistem kelistrikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah : 37

34 a. Keandalan Keandalan adalah kemampuan pengendalian sistem terhadap kondisikondisi darurat yang mungkin terjadi. b. Keselamatan Keselamatan adalah keamanan sistem tersebut terhadap manusia dan peralatan yang dipakai. c. Fleksibilitaas Fleksibilitas merupakan hal yang berkaitan dengan beberapa kemungkinan penyusunan peralatan yang akan dipakai d. Rencana Perluasan Rencana perluasan merupakan masalah yang berkaitan dengan penambahan kapasitas beban terpasang dan beban puncak pada waktu mendatang. e. Perawatan Perawatan adalah masalah yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerusakan pada sistem atau peralatan Uninterruptible Power Supply (UPS) Uninterruptible Power Supplay (UPS) adalah suatu sumber daya listrik cadangan yang tidak terputus. Bila aliran listrik dari sumber daya listrik utama terputus, maka dalam waktu (orde) mili detik UPS ini akan menyuplai daya listrik menggantikan sumber daya listrik utama. 38

35 Peralatan UPS terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu konverter, batere dan inverter. Konverter adalah komponen yang merubah arus listrik bolak-balik menjadi arus searah. Batere adalah komponen yang menyimpan energi listrik dalam bentuk DC (arus searah). Inverter adalah komponen yang merubah arus searah menjadi arus bolak-balik. Selain konverter dan inverter terdapat pula saklar statis dan saklar hubung batere yang komponen utamanya ke inverter pada waktu sumber daya listrik utama terputus atau tidak untuk menghubungkan konverter ke batere untuk maksud pengisian (charging). Saklar statis berfungsi menghubungkan output inverter ke beban kritis. Blok diagram sistem UPS dapat dilihat dari gambar 2.8. B NBF Reserve Input SHB N2 Main Input Tr Rf N1 AC DC Fa DA AC Fb S S Load Output Gambar 2.8. Diagram blok sistem UPS Keterangan : N1 N2 TrRf = Penyearah = Inverter = Trafo Penyearah 39

36 S H B = Trafo Keluaran Inverter Fa Fb SS NBF B = Filter arus searah = Filter arus bolak-balik = Saklar Statis = Circuit Breaker Batere = Batere Generator Diesel Generator diesel sebagai sumber daya listrik cadangan yang banyak digunakan pada gedung-gedung seperti bioskop, hotel, mal, pertokoan, rumah sakit, perkantoran, gedung pemerintahan dan lain-lain. Generator diesel seolah dikenal sebagai satu alat yang berfungsi mengubah bahan bakar diesel menjadi listrik. Padahal tidak demikian, generator diesel adalah dua alat terpisah yang bekerjasama untuk menghasilkan gerakan pada generator. Selanjutnya generator mengubah energi mekanik menjadi energi listrik melalui elektromagnet. Dua komponen tersebut, mesin diesel dan generator elektromagnet, dihubungkan dengan poros yang memudahkan transfer energi. Generator diesel yang digunakan sebagai sumber daya listrik cadangan pada gedung-gedung yang penting biasanya kapasitas daya kva. Generator diesel dapat ditempatkan pada ruang tertutup atau dapat pula dibuat suatu landasan yang diberi roda sehingga penempatannya dapat dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan kita. 40

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dasar teori yang dijadikan landasan dalam pemasangan dan perencanaan intalasi listrik adalah standarisasi dan peraturan dasar teknik instalasi listrik, teknik dan sistem penerangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR Oleh : DEDY JUNIANSYAH NIM 14612016 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) 1 PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) Disusun Oleh : EVARISTUS RATO NIM : 13.104.1011 Program Studi : Teknik Elektro Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III PERANCANGAN INSTALASI BAB III PERANCANGAN INSTALASI 3.1 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menulis dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta maryonoam@yahoo.com http://maryonoam.wordpress.com Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Siswa memahami macam-macam kriteria pemilihan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Dalam suatu bangunan atau gedung terdapat 1 unsur yang tidak kalah pentingnya selain arsitektur dan struktur, yaitu sistem mekanikal dan elektrikal.

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA 3.1 UMUM Pada suatu industri, untuk menghasilkan suatu produk dibutuhkan peralatan yang memadai. Dalam pemakaian peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energi listrik semaksimal dan seefisien

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS 4.1 Perancangan UPS 4.1.1 Menghitung Kapasitas UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sumber energi cadangan yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA )

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) OLEH NAMA : OCTO PANTAS M. GULTOM NIM : 050422021 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN

BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran Penerangan 1. Flux Cahaya Flux cahaya adalah energi yang diradiasikan keluar dari suatu sumber cahaya setiap detiknya dalam bentuk gelombang cahaya. Jadi flux

Lebih terperinci

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Ashydiq Chenny S 1, Drs., Ir. Moch Dhofir, MT. 2, Ir. Hery Purnomo, MT 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2 Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini adalah salah satu bagian penting dari laporan ini yang berisi datadata yang diperlukan untuk mengerjakan tugas akhir ini. Bagian ini diawali dengan hasil pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Sebagai seorang enjinering yang handal ia akan selalu mempertimbangkan mengenai pertumbuhan beban yang akan terjadi dimasa datang didalam perencanaan tenaga listrik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan Jurnal JE-Unisla Vol 2 No 1 Maret 2017 ISSN : 2502-0986 11 Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan Ulul Ilmi 1, Sukardi 2 1) Program

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA

LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA PENDAHULUAN Kamu telah mengetahui dan memahami bahwa manusia pada saat ini dan saat yang akan datang selalu membutuhkan listrik, baik di rumah, di kantor, di pabrik, di sekolah,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik didalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 34 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi listrik milik pelanggan atau yang ada di sisi pelanggan. Definisi umum : 1. Yang dimaksud

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK 117 Berdasarkan kondisinya : 1. Mentah, merupakan bahan dasar yang masih perlu diolah untuk dijadikan bahan setengah jadi atau bahan jadi (siap pakai).

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK Putra Arif Dermawan Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura putra.pad16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu

BAB IV ANALISA. Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu BAB IV ANALISA 4.1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Listrik Dalam merancang jaringan listrik suatu bangunan atau area terlebih dahulu dilakukan penaksiran atas beban total seluruh bangunan. Beban total dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

LISTRIK DINAMIS B A B B A B Listrik Dinamis 161 B A B B A B 8 LISTRIK DINAMIS Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian tentu tidak asing dengan bab ini, yaitu tentang listrik. Listrik sudah menjadi sumber energi banyak bidang. Di

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Topik : INSTALASI PENERANGAN B. Kompetensi : Hal 1 dari 5 Setelah melakukan praktik, mahasiswa dapat menggambar benda secara piktorial, simbol-simbol teknik elektro, instalasi penerangan dan tenaga,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci