Kuberikan yang terbaik bagimu Kurelakan segalanya Yang terbaik bagimu S genap hatiku dan s gnap jiwaku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kuberikan yang terbaik bagimu Kurelakan segalanya Yang terbaik bagimu S genap hatiku dan s gnap jiwaku"

Transkripsi

1 Kuberikan yang terbaik bagimu Kurelakan segalanya Yang terbaik bagimu S genap hatiku dan s gnap jiwaku Karya kecil ini kupersembahkan kepada: Bapak, Mama, Nenek Karo serta keluarga besar Gurusinga tercinta

2 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN KEMBANG KOL (Studi Kasus Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI OSIN JODEN BR KARO H PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN OSIN JODEN BR KARO. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan YUSALINA). Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam hal penerapan tenaga kerja. Berdasarkan bidang usahanya, sektor pertanian terbagi atas sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Hortikultura adalah salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sejauh ini kontribusi hortikultura pada PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2007 PDB hortikultura sebesar Rp trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp trilliun. Prospek pengembangan budidaya kembang kol sebagai salah satu komoditas hortikultura sayuran di Indonesia sangat bagus, selain karena berdampak positif terhadap perbaikan gizi masyarakat, juga karena keadaan agroklimatologis wilayah nusantara yang cocok untuk kembang kol. Salah satu daerah yang menjadi pusat penghasil sayuran kembang kol di propinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cisarua. Kelompok tani Suka Tani adalah salah satu kelompok tani yang memproduksi sayuran kembang kol. Namun, pada kegiatan pemasaran kembang kol petani sering merasa kurang respon terhadap harga yang diterimanya (terlalu rendah) sedangkan harga ditingkat konsumen akhir tinggi. Penurunan harga kembang kol akan berimplikasi pada pendapatan petani. Bagi petani pendapatan merupakan insentif untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga petani mau menanam suatu komoditi. Pendapatan yang dihasilkan juga ditentukan oleh produksi yang dihasilkan dan biaya produksi yang dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisisi tingkat pendapatan petani kembang kol, dan (2) Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan prilaku pasar dan sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer share. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di bawah naungan kelompok tani Suka Tani akan di jadikan sebagai responden yaitu sebanyak 30 orang. Responden yang diambil untuk menganalisis pemasaran dengan mengikuti arus pemasaran kembang kol. Jumlah pedagang yang dijadikan responden terdiri dari dua orang pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar dan empat orang pedagang pengecer. Penerimaan petani yang diperoleh dalam melakukan usahatani kembang kol sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan (0.4 ha)dan penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33, ,-. R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6

4 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 260,-. Nilai R/C yang lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0,4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 100,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 250,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0,4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Saluran pemasaran pada kegiatan usahatani kembang kol di Desa Tugu Utara ada lima saluran yang terdiri dari pola I (Petani - pedagang pengumpul) - Pedagang Besar ( pedagang grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer (pasar induk keramatjati) Konsumen, Pola II (Petani- pedagang pengumpul-pedagang besar ( pedagang Grosir TU) - Pedagang pengecer ( pasar TU) Konsumen, Pola III (Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen, Pola IV Petani - Pedagang Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (pasar TU) Konsumen dan pola saluran pemasaran V (Petani - Pedagang Pengecer (pasar Cisarua) Konsumen. Struktur pasar pelaku pemasaran kembang kol untuk pedagang pengumpul dan pengecer cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Sedangkan untuk pedagang grosir masing-maing pasar Induk Kramatjati, pasar Cisarua dan pasar TU cendrung mengarah pada struktur pasar oligopoli. Pada perilaku pasar yang dihadapi pemasaran kembang kol dalam praktek penjualan dan pembelian telah terjalin kerjasama antara sesama lembaga pemasaran sehingga tercipta stabilitas pasar. Penentuan harga antara petani dengan pedagang berdasarkan tawarmenawar, namun petani tetap sebagai penerima harga (price taker). Harga yang terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang terjadi adalah sistem pembayaran tunai atau dibayarkan setelah barang terjual. Kerjasama antara petani dan lembaga pemasaran sudah berlangsung lama, sehingga sudah terjalin hubungan baik dan rasa saling percaya. Berdasarkan marjin pemasaran kembang kol di Desa Tugu Utara pola pemasaran V merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, karena saluran pemasaran ini memiliki marjin pemasaran terkecil yakni sebesar Rp 2,500,- per kilogram kembang kol. Adapun farmer s share terbesar yang diperoleh petani kembang kol berada pada saluran pemasaran V yaitu sebesar 56,5 dengan demikian saluran pemasaran V merupakan saluran pemasaran paling menguntungkan bagi petani. Sedangkan menurut rasio keuntungan terhadap biaya terbesar secara total menunjukkan saluran V memiliki pengambilan keuntungan sebesar Untuk mengantisipasi ketidakstabilan harga Petani perlu mengatur kembali jadwal produksi dan panennya, sehingga dapat mengantisipasi kelangkaan serta melimpahnya produk di pasar yang dapat mengantisipasi fluktuasi harga kembang kol. Disarankan petani memilih saluran pemasaran IV dan V yang memiliki nilai Farmer s share dan rasio keuntungan yang paling besar diantara saluran lainnya dan untuk meningkatkan daya tawar petani terhadap harga kembang kol, diharapkan kelompok Tani Suka Tani melakukan pemasaran secara kolektif dengan memanfaatkan lembaga kelompok tani Suka Tani.

5 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN KEMBANG KOL (Studi Kasus Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) OSIN JODEN BR KARO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh galar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 Judul Nama NIM : Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus : Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) : Osin Joden Br Karo : H Disetujui, Pembimbing Dra. Yusalina, Msi NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan usahatani dan sistem usahatni serta menganalisis sistem pemasaran kembang kol pada anggota kelompok tani Suka Tani Desa Tugu Utara, Cisarua. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Februari 2010 Osin Joden Br Karo

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Berastagi pada tanggal 8 Februari Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Bagus Karokaro dan Ibu Rami Br Ginting. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Letjen Jamin Ginting Berastagi pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 1 Berastagi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Berastagi diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Program Diploma III Institut Pertanian Bogor pada Progaram Studi Manajemen Bisnis dan Koperasi (MBK) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Kemudian tahun 2007 melanjutkan Strata I ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

9 UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penulisan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Dra.Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, kesabaran dan pengorbanan waktu yang diberikan dalam proses penyusunan dan penyelesaian skipsi ini 2. Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji Utama atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam penyempurnaan skipsi ini 3. Ettriya, SP, MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas koreksi dan saran yang telah diberikan. 4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen Evaluator kolokium atas kritik dan sarannya dalam penyempurnaan skipsi ini 5. Bapak, Mama dan Nenek Karo terkasih untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Seluruh dosen dan staf Program Sarjana Penyelenggaraan khusus Departemen Agribisnis yang telah memberikan pelayanan serta bantuan kepada penulis dalam penyelasaian skripsi ini. 7. Bapak Ujang Yahya selaku ketua kelompok tani Suka Tani dan petanipetani di Desa Tugu Utara yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuannya serta informasi yang sangat berharga untuk penulisan skipsi ini. 8. Bapak Badri Ismaya (Alm) Selaku Ketua Gapoktan Kaliwung Kalimuncar atas informasi kelompok tani Desa Tugu Utara. Semoga amal dan Ibadah beliau diterima disisi-nya. Amin 9. Saudara tercinta Kakak Nurhayati dan Abang Ramlan, Kakak Helvianta dan Abang Mulai, Kakak Hanani dan Abang Bayak, Kakak Alu Sartika, Amd. dan Abang Haris Jhon, serta adik terkasih Andriyesta yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

10 10. Keponakan tercinta Rahma Wati, Medika, Angel, Lady, Elda, Louise, Jeryko, Yehezkiel, Alvin Feberyesta atas semangatnya. 11. Junita Purba dan Murni Purba yang telah bersedia membantu penulis dalam proses penyelesaian sekripsi ini. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas bantuannya.. Bogor, Februari 2010 Osin Joden Br Karo

11 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kembang Kol Budidaya Kembang Kol Karakteristik Sayuran Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani Konsep Pemasaran Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Struktur Pasar Perilaku Pasar Keragaan Pasar Marjin Pemasaran Farmer s Share Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Analisis Struktur Pasar Analisis Perilaku Pasar Analisis Marjin Pemasaran Definisi Operasional i

12 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Petani Responden Usia Petani Responden Pengalaman Petani Responden Pendidikan Petani Responden Status Pengelolaan dan Luas Lahan Karakteristik Lembaga Pemasaran Keragaan Usahatani Kembang Kol Pengolahan Lahan Pembibitan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan Perawatan Panen VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI Sarana Usahatani Kembang Kol Bibit Lahan Tenaga Kerja Alat-alat Pertanian Analisis Pendapatan Usahatani VII. ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL Analisis Pemasaran Kembang Kol Saluran Pemasaran Peranan Lembaga Pemasaran Sruktur Pasar Perilaku Pasar Keragaan Pasar Marjin Pemasaran VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sebaran Struktur Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha Tahun Nilai PDB Hortikultura Indonesia Tahun Perkembangan Produksi Komoditi Hortikultura Indonesia Tahun Perkembangan Luas Panen Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun Konsumsi Komoditi Buah-Buahan dan Sayuran Indonesia Tahun Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode Perkembangan Kenaikan/Penurunan Luas Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Tanaman Kembang Kol Indonesia Tahun Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Komoditas Kembang Kol di Provinsi Jawa Barat Tahun Metode Penghitungan Pendapatan Usahatani Pemanfaatan Lahan Desa Tugu Utara Tahun Karakteritik Jumlah Petani Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Tani Suka Tani Karakteritik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman pada Kelompok Tani Suka Tani Karakteritik Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pada Kelompok Tani Suka Tani Karakteritik Petani Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Kembang kol Per Hektar Per Musim Tanam Pegunaan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata Lahan (0.4 Ha) iii

14 18. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Per Rata-rata Luasan Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Per Hektar Pada Kelompok Tani Suka Tani Rata-rata Penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden Per Hektar Rata-rata Penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden Per Rata-rata Luas Lahan (0.4 Ha) Rata-rata Penggunaan Pestisida Petani Responden Per Hektar dan Per Rata-rata Luas Lahan (0,4) Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan/ Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Saat Harga Lembang Kol RP 3000, Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan/ Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Saat Harga Lembang Kol RP 1000, Perhitungan Harga Pokok/Biaya Per Kg Kembang Kol Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Setiap Lemabaga Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Suka Tani Rincian Biaya Pemasaran Masing-masing Pola Pemasaran Marjin Pemasaran Kembang Kol Saluran I-V Pada Lembaga Pemasaran Kelompok Tani Suka Tani Persentase Farmer s Share Pada Setiap Saluran Pemasaran iv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia Marjin Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional Pengolahan Lahan Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Masih Menggunakan Cangkul Tahun Penanaman Kembang Kol Petani Kelompok SukaTani Petani di Desa Tugu Utara Tahun Proses Penyemprotan Pestisida Pada Tanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu UtaraTahun Kembang Kol yang Siap untuk Dipanen Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok Suka Tani Tahun Pola Umum saluran Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Penjualan Kembang Kol Tingkat Pengecer di Pasar Cisarua Tahun v

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Petani Kuesioner Pemasaran Petani Responden Berdasarkan Karakteristiknya Petani Responden Berdasarkan Karakteristiknya Karakteristik Pedagang Responden vi

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan. Dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2008 terjadi penurunan pada semua sektor kecuali sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB sekitar 14.4 persen pada tahun 2008 menempati posisi kedua setelah sektor industri pengolahan. Sebaran struktur PDB Indonesia menurut lapangan usahanya tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun No Sektor Industri PDB (%) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdangangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa PDB PDB Non Migas Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2009 Berdasarkan bidang usahanya sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Komoditas hortikultura merupakan salah satu sumber pertumbuhan sektor pertanian karena sifat permintaannya yang inelastis terhadap pendapatan. Seiring dengan laju

18 pertambahan jumlah penduduk, yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan dan berkembangnya pusat kota-industri-wisata, serta liberalisasi perdagangan merupakan faktor potensial bagi peningkatan permintaan produk hortikultura. Hortikultura adalah salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Menurut studi penawaran dan permintaan komoditas unggulan hortikultura, komoditas hortikultura paling sedikit mempunyai tiga peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai bahan pangan masyarakat khususnya sumber vitamin (buah-buahan), mineral (sayuran) dan bumbu masak, dan sebagai salah satu sumber devisa Negara non-migas. 1 Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi hortikultura terhadap pendapatan nasional. Sejauh ini kontribusi hortikultura pada PDB cenderung meningkat. Pada tahun 2007 PDB hortikultura sebesar Rp trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp trilliun, dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 4.55 persen. Peningkatan PDB ini tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, peningkatan luas areal produksi dan areal panen. Perkembangan nilai PDB hortikultura nasional sejak tahun 2007 sampai 2008 per kelompok komoditas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Indonesia Tahun No Kelompok PDB (Milyar) Peningkatan/ Komoditi Tahun 2007 Tahun 2008*) Penurunan(%) Buah-buahan 42,362 42, Sayuran 25,587 27, Tan.Biofarmaka 4,105 4, Tanaman Hias 4,741 6, Total Keterangan: *) Angka Ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktotar Jendral Hortikultura Departemen Pertanian ( 2008) 1 penawaran dan permintaan komoditas. htm diakses tanggal 5 Oktober

19 Dilihat dari ketersediaan lahan, komoditas hortikultura masih memungkinkan untuk dikembangkan pada skala yang lebih luas. Potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura mencakup lahan pekarangan seluas 5.33 juta ha, lahan tegalan/huma juta ha, lahan sementara tidak diusahakan seluas 7.58 juta ha dan lahan untuk kayu-kayuan seluas 9.13 juta ha (BPS, 2003; Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2001). Potensi produksi yang besar ini juga belum mampu dikelola secara optimal, karena petani menghadapi kendala dalam pemasaran, yang terkait dengan ketidakpastian pasar dan rendahnya harga pada musim panen. Kegiatan pengembangan produksi telah memberikan dampak positif pada penumbuhan ekonomi regional dan penyediaan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan petani/pelaku usaha. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan pada tahun 2007 sampai 2008 sebesar 7.43 persen. Perkembangan produksi komoditas hortikultura tertinggi terdapat pada kelompok sayuran yaitu meningkat sebesar 9.92 persen. Perkembangan produksi komoditas hortikultura terendah terdapat pada kelompok tanaman biofarmaka yaitu meningkat sebesar 3.11 persen. Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun No Kelompok Komoditas Produksi Peningkatan Tahun 2007 Tahun 2008* Produksi (%) 1 Buah-buahan (Ton) 17,116,622 18,241, Sayuran (Ton) 9,455,464 10,393, Tanaman Hias: 9.55 Tan. Hias Potong( Tangkai) 9,189,962 11,037, Dracaena (Batang) 2,041,962 2,355, Melati (Kg) 15,775,751 16,597, Palem(Pohon) 1,171,768 1,304, Tanaman BioFarmak (Kg) 472,911, ,702, Rata-rata 7.43 Sumber : Direktotar Jendral Hortikultura Departemen Pertanian ( 2008) ` 3

20 Perkembangan secara keseluruhan luas panen komoditas hortikultura tahun mengalami peningkatan sebesar 7.86 persen. Luas panen kelompok komoditas tanaman hias mengalami peningkatan paling besar dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Luas panen kelompok komoditas sayuran mengalami peningkatan sebesar 8.06 persen, sedangkan luas panen komoditas buah-buahan meningkat sebesar 7.22 persen dan luas panen tanaman biofarmaka meningkat sebesar 3.16 persen. Secara keseluruhan luas panen komoditas hortikultura tahun mengalami peningkatan. Menurut Ditjen Hortikultura (2009), peningkatan produksi ini terjadi sebagai akibat pertambahan luas areal tanam maupun areal panen, berkembangnya penerapan teknologi produksi, semakin intensifnya bimbingan dan fasilitasi kepada petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen usaha, serta adanya penguatan modal dan kelembagaan agribisnis. Peningkatan masing-masing komoditas hortikultura dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembagan Luas Panen Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun No Kelompok Komoditas Luas Panen Peningkatan Tahun 2007 Tahun 2008* (%) 1 Buah-buahan (Ton) 756, , Sayuran (Ton) 1,001,606 1,082, Tanaman Hias: Tan. Hias Potong ( Tangkai) 179,374, ,768, Dracaena (Batang) 98, , Melati (Kg) 1,427,534 1,556, Palem(Pohon) 749, , Tanaman BioFarmaka (Kg) 250,549, ,462, Rata-rata 7.86 Sumber : Direktotar Jendral Hortikultura Departemen Pertanian ( 2008) Konsumsi hortikultura menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional/ SUSENAS menunjukkan konsumsi kelompok sayuran dan buah tahun 2007 dibandingkan dengan konsumsi menurut angka ramalan tahun 2008 mengalami peningkatan dari kg/kapita/tahun menjadi kg/kapita/tahun atau mengalami peningkatan sebesar 2.51 persen. Peningkatan konsumsi tersebut merupakan peluang bagi pelaku usaha atau petani hortikultura terutama kelompok 4

21 komoditas buah-buahan dan sayuran untuk meningkatkan produksinya. peningkatan produksi Secara rinci konsumsi buah-buahan dan sayuran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Konsumsi Komoditi Buah-buahan dan Sayuran Indonesia Tahun Komoditi Konsumsi (kg/tahun/kapita) Peningkatan Tahun 2007 Tahun 2008* Konsumsi (%) Buah-buahan Sayuran Jumlah Keterangan : * Angka Ramalan Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Peratanian (2009) Komoditas sayuran merupakan jenis bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan penyediaan vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Kebutuhan konsumsi per kapita dipengaruhi oleh jumlah konsumen, perubahan preferensi konsumsi, tingkat harga, dan tingkat pendapatan masyarakat. Prospek pengembangan budidaya kembang kol sebagai salah satu komoditas hortikultura sayuran di Indonesia sangat bagus, selain karena berdampak positif terhadap perbaikan gizi masyarakat, juga karena keadaan agroklimatologis wilayah nusantara yang cocok untuk kembang kol. Dampak lainnya adalah peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, dan pengembangan agribisnis. Kembang kol termasuk sayur mewah yang harga jualnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis kubis-kubis yang lain. Kembang kol masih memberikan peluang usaha yang terbuka lebar seiring dengan derasnya permintaan di dalam negeri. Meningkatnya permintaan pasokan juga dikarenakan banyak restoran dan hotel yang menghidangkan aneka masakan luar negeri berbahan baku kembang kol. Kembang kol cara pembudidayaannya mudah dan pemasarannya juga tidak terlalu sulit. Pada Tabel 6, produksi kembang kol merupakan tanaman sayuran indonesia yang memiliki produksi terendah. Hal ini menunjukkan kembang kol memiliki peluang besar untuk diproduksi pada luasan 5

22 lahan yang lebih besar lagi agar dapat meningkatkan produktivitas kembang kol Indonesia. Tabel 6. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode NO KOMODITAS Produksi Kentang 1,009,979 1,072,040 1,009,619 1,011,911 1,003,732 2 Kol/Kubis 1,348,433 1,432,814 1,292,984 1,267,745 1,288,738 3 Petsai/Sawi 459, , , , ,912 4 Wortel 355, , , , ,170 5 Kacang Merah 90, , , , ,271 6 Kembang Kol 86,222 99, , , ,252 7 Cabe Besar 774, , , , ,828 8 Cabe Rawit 292, , , , ,965 9 Buncis 247, , , , , Ketimun 514, , , , , Labu Siam 103, , , , , Kangkung 208, , , , , Bayam 109, , , , , Kacang Panjang 432, , , , ,499 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008) Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2008) luas panen, produksi dan hasil rata-rata kembang kol di Indonesia pada rentang tahun sangat fluktuatif perkembangannya. Pada tahun 2003 luas panen kembang kol sebesar 5,165 hektar, tahun 2004 luas panen meningkat secara signifikan sebesar 1,761 hektar atau 34.1 persen. Pada tahun 2007 luas panen mengalami penurunan sebesar 646 hektar atau menurun 6,4 persen dari tahun sebelumnya sehingga luas panen menjadi 9,295 hektar. Perkembangan produksi kembang kol di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7. 6

23 persen. 2 Berdasarkan besar luas panen dan nilai produksi kembang kol di Tabel 7. Perkembangan dan Kenaikan/Penurunan Luas Panen Rata-rata, Hasil, dan Produksi Tanaman Kembang Kol Indonesia Tahun Tahun Kembang Kol Kenaikan/ Penurunan Terhadap Tahun Sebelumnya Luas Produksi Hasil Luas Panen Produksi Hasil Panen (Ha) (Ton) (Ton/Ha) Absolut % Absolut % Absolut % ,165 86, ,926 99, , , (32.25) (1.9) , , , ,326 27, , , , ,197 6,4 (0.9) (6,1) , , (646) (6.4) (11,265) (8,3) (2.6) (1,9) Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2008) Tabel 7 menunjukkan nilai produksi kembang kol di Indonesia dari tahun 2003 sampai 2007 juga sangat fluktuatif. Pada tahun 2003 produksi kembang kol Indonesia sebesar 86,222 ton. Pada tahun 2005 produksi mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 27,326 ton atau 27.3 persen sehingga produksi menjadi 127,320 ton. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 11,265 ton atau sebesar 8.3 persen sehingga produksi menjadi 124,252 ton. Hal ini cukup menghawatirkan karena hasil panen banyak dirintangi oleh gangguan atau hambatan sehingga hasil panen pada umumnya di bawah prediksi saat tanam. Salah satu diantaranya berkurangnya hasil sayuran di Indonesia akibat adanya serangan hama yang dapat mengakibatkan panen gagal mencapai 50 sampai 100 Indonesia diperoleh nilai hasil rata-rata atau produktivitas kembang kol mengalami penurunan pada tahun 2004 sebesar ton/ha atau 1.9 persen. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 0.9 ton/ha atau 6.2 persen sehingga produktivitas menjadi 14,53 ton/ha. Tahun berikutnya yaitu tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 0.9 ton/ha atau 6.1 persen sehingga, produktivitas menurun menjadi ton/ha. Pada tahun 2007 produktivitas kembang kol terus menurun sebesar 2.6 ton/ha atau 1.9 persen sehingga produktivitas kembang kol menjadi Si Nugrohati dan Kasumbogo Untung Pestisida dalam Sayuran www. deptan.go.id. Tanggal akses 5 Oktober

24 Tabel 8. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Kembang Kol di Provinsi Jawa Barat Tahun Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) , ,354 25, ,130 40, Sumber: Departemen Pertanian (2009) Pada Tabel 8 menunjukkan luas panen, produksi dan produktivitas kembang kol di Provinsi Jawa Barat yang merupakan pusat produksi tanaman kembang kol pada periode tahun terus mengalami peningkatan. Produksi pada tahun 2003 mencapai 8,229 ton, dan sebesar 40,990 ton pada tahun Luas panen kembang kol di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2003 seluas 538 hektar, dan meningkat menjadi seluas 2,130 hektar pada tahun Produktivitas kembang kol juga setiap tahunnya mengalami kenaikan, dimana produktivitas kembang kol pada tahun ton/ha. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 30.2 persen. Pada tahun 2005 produktivitas kembang kol mencapai atau mengalami kenaikan sebesar 35.2 persen dari tahun Salah satu daerah yang menjadi pusat penghasil sayuran kembang kol di Propinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Cisarua. Kelompok tani Suka Tani adalah salah satu kelompok tani yang memproduksi sayuran kembang kol. Kelompok tani Suka Tani merupakan kelompok yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapotan) Kaliwung Kalimuncar. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang berada di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor. Desa Tugu Utara berada pada ketinggian 1,200 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata harian 260 Celcius. Kondisi ini menyebabkan lokasi ini cocok untuk mengembangkan tanaman sayuran terutama kembang kol. 8

25 1.2 Perumusan Masalah Permintaan yang besar terhadap produk sayur-mayur memunculkan adanya jaringan perdagangan sayur-mayur mulai dari tingkat petani produsen, pedagang perantara, sampai pedagang keliling atau yang menjual sayur-mayur ke rumah-rumah. Kembang kol merupakan salah satu jenis sayuran yang sudah sangat dikenal dan dimanfaatkan menjadi berbagai macam bentuk sayuran seperti sayur sup dan tumis. Rasanya yang enak setelah diolah menjadi masakan menjadikan kembang kol sebagai makanan favorit yang banyak dijumpai diberbagai tempat. Di Indonesia, kembang kol termasuk salah satu sayuran yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas karena harganya yang relatif lebih tinggi daripada sayuran lainnya. Budidaya tanaman kembang kol dalam skala yang lebih besar agaknya cukup menjanjikan mengingat saat ini Indonesia sudah mengekspor kembang kol ke Hongkong, Jepang, Singapura dan Brunei. Kembang kol masih memberikan peluang usaha yang terbuka lebar seiring dengan derasnya permintaan di dalam negeri. Meningkatnya permintaan pasokan juga dikarenakan banyak restoran dan hotel yang menghidangkan aneka masakan luar negri berbahan baku kembang kol. Kembang kol cara budidayanya mudah dan pemasarannya juga tidak terlalu sulit. Kembang kol termasuk sayur mewah yang harga jualnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis kubis-kubis yang lain. Dalam luasan satu hektar bisa menghasilkan 7-10 ton kembang kol. Jika dibudidayakan sebagai usaha yang berwawasan agribisnis maka hasil panennya berpotensi menghasilkan pendapatan yang tinggi. Masalah utama yang dihadapi oleh petani kelompok tani Suka Tani dalam usahatani kembang kol adalah ketidakstabilan harga dan ketidakpastian pasar. Harga komoditas kembang kol sering tidak stabil dengan fluktuasi harga yang cukup besar. Pada kegiatan pemasaran kembang kol, petani sering merasa kurang respon terhadap harga yang diterimanya (terlalu rendah) sedangkan harga ditingkat konsumen akhir tinggi. 9

26 Harga yang diterima oleh petani di kebun adalah berkisar Rp 1,000,- Rp 6,000,- per kilogram. Sementara harga jual pedagang pengecer di pasar tradisional sebesar Rp 4,000,- Rp15,000,- per kilogram. Penurunan harga kembang kol akan berimplikasi pada pendapatan petani. Bagi petani pendapatan merupakan insentif untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga petani mau menanam suatu komoditi. Pendapatan yang dihasilkan juga ditentukan oleh produksi yang dihasilkan dan biaya produksi yang dikeluarkan. Pemasaran kembang kol tidak terlepas dari peranan lembaga pemasaran dalam menyalurkan kembang kol dari produsen ke konsumen. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi antara produsen dan konsumen. Adanya perbedaan lokasi dan kegiatan lembaga pemasaran menyebabkan harga tiap lembaga pemasaran menjadi berbeda. Masalah yang timbul adalah penyebaran harga dan keuntungan antara lembaga pemasaran tidak merata, akibatnya harga diterima petani menjadi rendah sedangkan konsumen harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Perbedaan harga jual oleh petani dengan harga yang diberlakukan pedagang menunjukkan adanya marjin pemasaran antara petani dengan konsumen. Dalam kondisi ini, petani sebagai penerima harga (price taker). Marjin pemasaran yang semakin besar akan menyebabkan persentase bagian yang diterima petani akan semakin kecil. Penyebaran margin pemasaran tidak merata dan harga yang rendah ditingkat petani dapat mempengaruhi pendapatan petani. Oleh karena itu, dengan menganalisis tingkat pendapatan dan pemasaran usahatani kembang kol dapat mengetahui tingkat biaya produksi yang dikeluarkan usahatani kembang kol serta mengetahui saluran pemasaran yang terbaik. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi petani masyarakat dalam proses pengembangan pertanian. Permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Bagaimana tingkat pendapatan petani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani? 2. Bagaimana sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar, sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer s share? 10

27 1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari Penelitian ini adalah: 1. Menganalisisi tingkat pendapatan petani kembang kol. 2. Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan prilaku pasar dan sebaran margin pemasaran kembang kol dari produsen sampai konsumen akhir serta farmer s share. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Memberikan informasi kepada pihak yang ingin mengetahui tentang biaya produksi dan pendapatan usahatani kembang kol serta pemasarannya. 2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya, khususnya yang berkaitan dengan tingkat pendapatan usahatani dan pemasaran kembang kol. 3. Sebagai informasi awal bagi masyarakat yang tertarik akan pertanian khususnya kembang kol. 11

28 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol Kol bunga atau sering disebut kembang kol merupakan salah satu anggota famili kubis dengan nama latin Brassica oleracea botrytis L. subvar. cauliflora DC berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kembang kol sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kembang kol yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kembang kol masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX. Walaupun tanaman ini adalah tanaman dataran tinggi tropika dan wilayah dengan lintang lebih tinggi, beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah sekitar khatulistiwa. Daerah dataran tinggi (pegunungan) adalah pusat budidaya kembang kol. Pusat produksi tanaman ini terletak di Jawa Barat yaitu di Lembang, Cisarua, Cibodas. Tetapi saat ini kembang kol mulai ditanam di sentrasentra sayuran lainnya seperti Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Pangalengan, Maja dan Garut (Jawa Barat), Kopeng (Jawa Tengah) dan Bedugul (Bali). Klasifikasi botani tanaman kembang kol adalah sebagai berikut: a) Divisi : Spermatophyta b) Sub divisi : Angiospermae c) Kelas : Dicotyledonae d) Keluarga : Cruciferae e) Genus : Brassica f) Spesies : Brassica oleracea var. botrytis L. g) Sub var : cauliflora DC Brassica oleracea varitas botrytis terdiri atas dua subvaritas yaitu cauliflora DC. yang kita kenal sebagai kembang kol putih dan cymosa Lamn. yang berbunga hijau dan terkenal sebagai brokoli. Manfaat tanaman, walaupun biasanya hanya bagian massa bunga yang dimanfaatkan sebagai sayuran yang

29 mengandung mineral cukup lengkap, daun tanaman ini juga bisa dimakan dan rasanya manis tanpa ada rasa pahit. Kembang kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum o C dan maksimum 24 o C. Kelembaban optimum bagi tanaman blumkol antara persen. Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah ( m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan bunga dan umur panen yang lebih panjang. Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya kembang kol daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah berpasir atau liat berpasir. Kemasaman tanah yang baik antara dengan pengairan dan drainase yang memadai. Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kecuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari pupuk. Di Indonesia, sebenarnya kembang kol hanya cocok dibudidayakan di daerah pegunungan berudara sejuk sampai dingin pada ketinggian m dpl. 3 Menurut Ashari (1995), Tanaman kembang kol atau kembang kol yang dikonsumsi adalah kelopak bunganya. Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman kembang kol adalah air sebanyak 90 ml, protein 3g, lemak 0,2 g, karbohidrat 5 g, serat 1 g, kalsium 30 mg, besi 1mg, vitamin A 20 IU, tiamin 0,1 mg, riboflavin 0,1 mg, nikotinamide 0,7 mg, dan asam askorbat 80 mg. 2 (Tanggal 3Agustus 2009)

30 2.2 Budidaya Kembang Kol a. Pengolahan Lahan Tanah yang akan ditanami kembang kol diolah sedalam cm karena perakarannya dangkal. Agar kesuburannya terjamin, tanah perlu dipupuk dengan pupuk kandang yang telah matang berdosis 5 kg/m2. Kemudian, tanah dibiarkan selama 7-10 hari agar cukup mendapatkan sinar matahari, lalu dicangkul untuk kedua kalinya. Selanjutnya dibuat bedengan berukuran lebar sekitar 120 cm dan panjang sekitar 300 cm. Di antara bedengan dibuat parit, selebar 30 cm, dan saluran drainase. Setelah itu, tanah siap ditanami. b. Persemaian Benih kembang kol perlu disemai sebelum ditanam. Caranya, benih ditabur dalam barisan yang teratur di bedeng persemaian. Jarak antar barisan sekitar 10 cm. Setelah ditabur, benih segera ditutup tipis dengan tanah. Pada hari ke-12 biji yang tumbuh baik segera disapih dengan jarak (10 x 10) cm. Tindakan ini bertujuan agar pertumbuhan bibit menjadi baik sekaligus merupakan seleksi karena benih yang jelek (tidak tumbuh) langsung dibersihkan (dibuang). Bibit berada dipersemaian hingga berumur sekitar enam minggu atau sudah berdaun 5-6 helai. Lahan diolah sedalam 30 cm, kemudian dibuat bedengan selebar cm memanjang dari arah utara ke selatan. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2 1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbungan. Bumbunan dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm. Bumbungan diisi media campuran pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungan dari cara ini diantaranya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil, terutama saat pemindahan bibit ke lahan. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag) dilakukan dengan cara satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbungan yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbungan dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran 14

31 diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur enam minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya. b) Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm. c. Penanaman Kembang kol membutuhkan banyak air terutama pada masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, penanaman sebaiknya dilakukan pada permulaan musim hujan. Penanaman pada musim kemarau dapat dilakukan asal penyiramannya intensif. Bibit yang telah disemai ditanam di bedeng penanaman dengan jarak dalam barisan antara cm dan jarak antar-barisan kira-kira cm. Waktu penanaman sebaiknya dipilih sore hari agar bibit yang baru ditanam tidak langsung terkena sinar matahari, terlebih sinar yang terik. d. Pemeliharaan Penyiraman pada bunga kol sangat penting guna mendapatkan hasil yang optimal. Sekurang-kurangnya dilakukan satu kali penyiraman setiap hari (kecuali turun hujan). Setelah berumur dua minggu, tanaman dibersihkan dari gulma dan rumput liar serta dilakukan pendangiran. Pendangiran tidak perlu terlalu dalam karena dapat merusak akarnya. Pekerjaan ini diulangi pada waktu tanaman berumur dua bulan. Pemeliharaan selanjutnya adalah pemberian pupuk terutama bagi tanah yang tidak terlalu subur. Bagi tanah yang subur, pemberian pupuk cukup pada saat pengolahan tanah. Pemupukan susulan dilakukan dua kali, yaitu saat tanaman berumur dua minggu dan ketika tanaman berumur dua bulan (saat pembentukan bunga), dilakukan bersamaan dengan penyiangan. 15

32 e. Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang menyerang kembang kol sama seperti pada famili kubis lainnya. Gangguan fisiologis penting pada kembang kol seperti Ekor cambuk, gejala gangguannya adalah bentuk daun kembang kol menjadi tidak teratur dan akhirnya menjadi seperti ekor cambuk karena sebagian besar daunnya hanya terdiri dari daun tengah dengan sedikit helaian daun. Umumnya kepala bunga yang terbentuk tidak dapat dijual karena pertumbuhannya terganggu akibat dari perubahan titik tumbuh. Gejala ekor cambuk biasanya disebabkan oleh tanah yang terlalu asam. Gangguan Bercak Cokelat yang menimbulkan sebagian atau beberapa bagian kepala bunga terlihat seperti ada noda air. Terkadang noda tersebut mengering atau mengeras, namun jika keadaan lembap sering menjadi busuk. Sebelum kepala bunga muncul, bagian tepi daun tengah sering berubah menjadi muda dan akhirnya mati. Kepala bunga yang terserang lama-kelamaan berubah warna menjadi cokelat karat dan rasanya menjadi pahit. f. Panen dan Pasca Panen Umur panen tergantung varietasnya, namun rata-rata kembang kol dapat dipanen setelah hari sejak tanam atau 2-3 hari sesudah penutupan bunga. Pada saat dipanen kepala bunga harus mencapai besar maksimal dan warnanya belum berubah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari untuk menghasilkan kepala bunga yang segar karena masih terdapat sisa embun. Panen yang dilakukan sore hari akan menghasilkan kepala bunga yang kering akibat terkena sinar matahari. Cara panennya, kepala bunga dipotong beserta daunnya, terutama daun penutup bunga. Setelah dipanen, kepala bunga segera dibawa ke tempat yang teduh untuk menghindari sinar matahari langsung yang dapat mengakibatkan perubahan warna menjadi kuning pucat sampai cokelat kehitaman. Kembang kol yang telah dipanen sebaiknya segera dipasarkan karena mudah rusak dan menurun kesegarannya. Apabila kembang kol akan disimpan, sebaiknya dimasukkan dalam ruang pendingin bersuhu 0 C. Dalam ruang pendingin ini kesegarannya dapat dipertahankan hingga 30 hari. Ruang pendingin bersuhu kurang dari 5 C hanya dapat mempertahankan kesegaran kurang dari 12 hari. 16

33 2.3 Karakteristik Sayuran Ciri-ciri komoditas sayuran memiliki kesamaan pokok dengan hortikultura lainnya (Harjadi 1999). Ciri komoditas sayuran adalah sebagai berikut: 1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar sehingga mudah rusak (Perishable) karena masih ada proses-proses kehidupan yang berjalan. 2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering. 3. Harga pasar komoditi ditentukan oleh mutu atau kualitasnya bukan oleh kuantitasnya saja. 4. Produk hortikultura bukan merupakan kebutuhan pokok yang tidak diperlukan dalam jumlah besar, namun diperlukan sedikit demi sedikit setiap harinya dan bila tidak mengkonsumsinya, maka tidak segera dirasakan akibatnya. 5. Produk digunakan tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani melainkan juga kebutuhan rohani. 6. Dari segi gizi, produk hortikultura penting sebagai sumber vitamin dan mineral, bukan diutamakan untuk sumber kalori dan protein. Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dibanding komoditas pertanian lainnya (Harjadi, 1999). Beberapa perbedaan sayuran terhadap komoditas pertanian lainnya adalah sebagai berikut: 1. Tidak tergantung pada musim. 2. Mempunyai resiko tinggi. Biasanya produk sayuran mudah rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring berlalunya waktu dan kekuranghatian dalam penanganan pasca panen, sayuran yang dijual semakin lama semakin turun nilainnya sampai tidak bernilai sama sekali. 3. Karena sifatnya mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi dekat dengan konsumen. 17

34 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik ini antara lain dilakukan oleh Sari (2006), yang menganalisis sistem pemasaran wortel dan bawang daun. Kondisi pemasaran wortel dan bawang daun yang terjadi di Desa Sukatani ada lima saluran, yaitu : 1. Petani Tengkulak Kecil Pedagang Pengecer ( Pasar Cipanas) Konsumen 2. Petani Pedagang Pengecer ( Pasar Cipanas) Konsumen 3. Petani Tengkulak Besar Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen 4. Petani Tengkulak Kecil Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen 5. Petani Tengkulak Kecil Tengkulak Besar Pedagang Grosir Pedagang Pengecer Konsumen Sebagaian besar petani wortel dan bawang daun melakukan penjualan kepada tengkulak kecil pada saluran pemasaran IV, karena tengkulak kecil yang menyalurkan langsung ke Bogor dan Jakarta banyak tersebar di masing-masing dusun sehingga lebih mudah. Berdasarkan perhitungan margin pemasaran dan farmer s share, saluran pemasaran wortel dan bawang daun yang paling efisien adalah saluran I karena memiliki marjin pemasaran yang paling kecil masing-masing sebesar 1,450,- per kg (64.44 persen) dan Rp 1,400,- per kg (56 persen). Sedangkan farmer s share untuk wortel dan bawang daun yang paling besar terdapat pada saluran pemasaran II yaitu masing-masing sebesar persen dan 54 persen. Untuk wortel dan daun bawang, rasio keuntungan dan biaya yang tertinggi juga terdapat pada saluran II, masing-masing sebesar 5.99 dan Berarti, setiap Rp 100,- per kg wortel biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 599,- per kg dan Rp 681,- per kg. Dengan demikian saluran pemasaran I merupakan saluran yang paling efisien, sedangkan saluran pemasaran II yang memberikan keuntungan yang besar kepada petani karena memiliki farmer s share serta rasio keuntungan dan biaya terbesar. 18

35 Penelitian yang dilakukan oleh Maharany (2007), menganalisis mengenai usahatani dan tataniaga jamur tiram putih, diketahui bahwa besarnya pendapatan atas biaya total adalah Rp 1,476,930.64,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah Rp 1,697,633.53,-. Besarnya nilai R/C atas biaya tunai adalah 2.69 dan R/C atas biaya total adalah Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram telah efisien. Analisis tataniaga jamur tiram menunjukkan bahwa terdapat lima saluran tataniaga jamur tiram di wilayah Bandung. Diantaranya yaitu pertama saluran I melibatkan produsen jamur tiram, pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen akhir, kedua saluran II melibatkan produsen jamur tiram, bandar pengumpul, pengumpul, pedagang menengah, pedagang pengecer dan pedagang akhir, ketiga saluran III melibatkan produsen jamur tiram, pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir keempat saluran IV melibatkan produsen jamur tiram, pengumpul, pedagang menengngah, pedagang pengecer dan konsumen akhir dan kelima saluran V. Secara keseluruhan tidak ada saluran tataniaga yang efisien. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga. Meryani (2008) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan tataniaga kedelai di Kecamatan Ciranjang menunjukkan usahatani kedelai per hektar untuk kedelai yang dipanen polong muda, total penerimaannya mencapai Rp 1,871,269.84,- dan total penerimaan untuk kedelai polong tua mencapai Rp 4,243,974.73,- R/C rasio yang diperoleh petani yang panen polong tua adalah 1.35 dan petani yang panen polong muda adalah Angka ini memberi arti bahwa dari setiap rupiah yang biaya yang dikeluarkan oleh petani kedelai akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1.35,- untuk polong tua dan penerimaan sebesar Rp 1.27,- untuk polong muda. Saluran tataniaga kedelai yang ada di kecamatan Ciranjang, kabupaten Cianjur, ada dua saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga kedelai polong muda dan saluran tataniaga kedelai polong tua. Saluran tataniaga kedelai polong muda mempunyai tujuan yang sama, yaitu dari petani kedelai dibawa ke pedagang pengumpul, kemudian kedelai tersebut dibawa ke pedagang Pasar Induk Parung. 19

36 Di pedagang Pasar Induk, kedelai diserap oleh pedagang pengecer dan konsumen akhir. Untuk tataniaga kedelai polong tua terdapat delapan saluran tataniaga. Riyanto (2005), menganalisis mengenai pendapatan cabang usahatani dan pemasaran padi kasus di Tujuh Desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil analisis diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani kelompok I, II, dan III bernilai positif dan lebih besar dari pada pendapatan atas biaya totalnya. Nilai R/C rasio yang diperoleh kelompok I lebih rendah dari petani yang ada pada kelompok II dan III. Adapun nilai R/C rasio yang diperoleh Kelompok I yaitu sebesar 1.81 atas biaya tunai dan 1.3 untuk R/C rasio atas biaya total. Nilai R/C rasio yang diperoleh Kelompok II yaitu sebesar 2.03 atas biaya tunai dan 1.54 untuk R/C rasio atas biaya total. Nilai R/C rasio yang diperoleh Kelompok III yaitu sebesar 2.13 atas biaya tunai dan 1.64 untuk R/C rasio atas biaya total. Pola pemasaran yang paling efisien adalah pola pemasaran I yaitu dari petani ke pedagang besar kemudian disalurkan kembali ke pedagang pengecer untuk disampaikan ke konsumen. Margin pemasaran Pola I adalah persen dengan total keuntungan Rp ,- per kg, margin pemasaran pola II adalah 18 persen dengan total keuntungan Rp 2,- per kg. Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008), mengenai analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Lemahdulur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa petani responden memperoleh nilai R/C rasio atas biaya total sebesar rata-rata 3.59 dan R/C ratio atas biaya tunai sebesar rata-rata Nilai dari kedua R/C tersebut lebih dari satu, maka usahatani pepaya California tersebut masih memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani responden di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur adalah: luas lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). 20

37 Pada saluran pemasaran pepaya California di Desa Cimande dan Lemahduhur, terdapat dua bentuk pola saluran. Pada pola saluran I, petani menjual pepaya tersebut kepada supplier, kemudian suplier menjual pepaya tersebut kepada pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani menjual pepaya langsung kepada pabrik (konsumen akhir). Berdasarkan penelitian terdahulu, menunjukkan pentingnya mengetahui pendapatan usahatani dan pemasaran suatu produk pertanian untuk mengetahui suatu usahatani menguntungkan/layak untuk diusahakan atau tidak dan juga untuk mendapatkan saluran pemasaran yang menguntungkan bagi petani. Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada analisis usahataninya yaitu mengenai analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan, pengeluaran (biaya tunai dan biaya diperhitungkan), dan R/C rasio. Perbedaannya adalah pada lokasi penelitian yang dilakukan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, perbedaan jenis komoditi dan waktu dilakukannya kegiatan penelitian. Dari hasil pengamatan penelitian terdahulu belum ada yang melakukan penelitian tentang kembang kol sebelumnya, serta analisis pemasaran yang akan ditinjau lebih lanjut di lokasi penelitian. 21

38 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Ilmu Usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 2006). Tjakrawiralaksana (1983) menyebutkan suatu usahatani dapat digambarkan lebih rinci sebagai berikut: 1. Pada setiap usahatani kita akan selalu dapat menjumpai lahan dalam luasan dan bentuk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi sebagai tempat diselenggarakan usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan ternak, dan tempat keluarga tani bermukim. 2. Pada usahatani juga akan dijumpai, Bangunan-bangunan, seperti: rumah tempat tinggal keluarga tani, kandang ternak, gudang dan lumbung, sumur atau pompa air dan pagar. Alat-alat pertanian, seperti: bajak, cangkul, garpu, parang, sprayer, dan mungkin juga traktor. Sarana produksi (input), seperti; benih atau bibit tanaman, pupuk pabrik atau pupuk kandang, obat-obatan pemberantas hama penyakit tanaman serta hewan ternak dan makanan ternak. 3. Pada usahatani itu terdapat keluarga tani, yang terdiri dari petani, istri dan anak-anak, serta mertua, adik, ipar, keponakan, menantu, dan pembantu. Semua merupakan sumber tenaga kerja usahatani bersangkutan. 4. Petani sendiri, selain sebagai tenaga kerja juga berfungsi sebagai pengelola atau manajer, yaitu orang yang berwenang memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan usahatani. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk

39 menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau pun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan. Menurut Hernanto (1989) usahatani adalah sebagai organisasi alam, kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi itu ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang/sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat secara geologis, politik maupun teritorial sebagai pengelolanya. Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi, 1986). Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktorfaktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu : 1) Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari. 2) Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP ; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP. 3) Modal Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/famili/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 23

40 4) Pengelolaan atau manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a)perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemasaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam satu tahun. Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian yang digunakan adalah harga berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaanya cukup lama. Penggunaan barang yang bukan tunai seperti produksi yang dikonsumsi sendiri di rumah dan pengeluaran di luar usaha pertanian dikeluarkan oleh karena analisisi ini dimaksudkan untuk mengetahui hanya perkembangan usaha pertanian saja. Analisa tersebut memerlukan suatu perkiraan pengembalian modal investasi dan tenaga petani, dan kemudian dibandingkan dengan pengambilan pola pilihan tanaman lain atau pilihan diluar usaha pertanian (Gittinger, 1986). Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar di biayai maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan penerimaan. Pendapatan terdiri dari dua unsur, yaitu: 24

41 1. Imbalan jasa manajemen, upah atau honorarium petani sebagai pengelola 2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi risiko usaha. Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam artian ekonomi perusahaan. Pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa (beda) dari pada pengurangan nilai penerimaan-penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Dari jumlah pendapatan tersebut kemudian dapat dinyatakan besarnya balas-jasa atas peggunaan tenaga kerja petani dan keluarga, modal sendiri dan keahlian pengelolaan petani. Menurut Seokartawi (1986), banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani oleh karena itu uraian berikut menjelaskan penggunaan beberapa istilah dan artinya. 1. Pendapatan Kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani. 2. Pendapatan kotor tunai didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pendapatan Kotor tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda yang dikonsumsi. 3. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan digudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. 4. Pengeluaran total usahatani didefenisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. 25

42 6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Contoh keluaran ini adalah nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit. 7. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor faktor produksi. 8. Untuk mengukur atau menilai penampilan usahatani kecil adalah dengan penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu keadaan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisa pendapatan membantu untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula diukur nilai efisiennya. Salah satu alat untuk mengukur efisiensi pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau Revenue and Cost Ratio (analisa R/C). Perbandingan ini menunjukkan penerimaan kotor untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Semakin tinggi nilai R/C rasio menunjukkan semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Sehingga dengan perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan semakin tinggi Konsep Pemasaran Menurut Sudiyono (2002), definisi pasar sebagai produsen adalah sebagai tempat untuk menjual barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan. Konsumen mendefinisikan pasar sebagai tempat membeli barang-barang dan jasa-jasa sehingga konsumen tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sedangkan bagi lembaga pemasaran pasar merupakan tempat untuk melakukan 26

43 aktivitas usaha dengan melakukan fungsi-fungsi pemasaran tertentu sehingga lembaga pemasaran dapat keuntungan. Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi di pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses penyimpanan. Sebagai proses produksi yang komersil maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang dipertukar dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian, pemasaran pertanian dianggap memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Menurut Hammond dan Dahl (1977) pemasaran didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari tentang (1) kekuatan permintaan dan penawaran, (2) menentukan atau memodifikasi harga, (3) pelayanan pemindahan barang atau jasa dari produsen ke konsumen, dan (4) lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran barang. Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke konsumen. Konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan rasa kehilangan. Berdasarkan kebutuhan inilah maka konsumen akan memenuhi kebutuhannya dengan mempertukarkan produk dan nilai dari produsen. Suatu produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Menurut Asmarantaka (1999) pemasaran merupakan serangkaian atau koordinasi aktivitas bisnis yang merupakan kegiatan produktif karena menciptakan atau menambah nilai guna (guna kepemilikan, bentuk, tempat dan waktu) yang menghubungkan titik produksi primer (petani) dengan konsumen akhir, serangkaian aktivitas tersebut secara klasik disebut fungsi - fungsi 27

44 pemasaran dan pelaksanaan aktivitasnya dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran atau marketing firms. Adapun tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen melalui pertukaran. Dalam proses penyampaian produknya diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, dan kegiatan tersebut dinamakan fungsi fungsi pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1997). Fungsi fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu : 1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. 2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini terdiri dari fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan dan fungsi pengelolaan. 3. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi pengangkutan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Kotler ( 2005), mendefinisiskan saluran pemasaran sebagai rangkaian organsasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa yang tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Adanya jarak antara produsen dan konsumen maka proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen melibatkan beberapa perantara. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), saluran pemasaran adalah lembaga pemasaran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik produsen. Lembaga pemasaran itu sendiri adalah badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, memperlancar arus atau gerak barang dari produsen sampai tingkat konsumen melalui berbagai 28

45 kegiatan atau aktivitas yang dikenal sebagai perantara (middlemen atau intermediatory). Pihak lembaga perantara (middlemen) adalah yang memberikan pelayanan dan hubungannya dalam pembelian atau penjualan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Adapun gambaran umum pola penyaluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. TENGKULAK PEDAGANG BESAR PERANTARA PABRIK/ EKSPORTIR PETANI (PRODUSEN) KOPERASI/KUD PENGECER KONSUMEN AKHIR Gambar 1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987 Penggolongan saluran pemasaran atau lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Penggolongan menurut fungsi yang dilakukan: Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran, seperti pedagang pengecer, grosir dan lembaga-lembaga perantara lainnya. Lembaga pemasaran yang melakukan kegitan fisik pemasaran, seperti lembaga pengolahan, lembaga pengangkutan dan lembaga pergudangan. Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas pemasaran. Seperti Bank Unit Desa (BUD), Kredit Desa, Koperasi Unit Desa (KUD), lembaga yang menyediakan informasi pasar, lembaga yang melakukan pengujian kualitas (mutu barang) dan lain-lain. 29

46 2. Penggolongan menurut penguasaan barang: Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yag dipasarkan, seperti pedagang pengecer, grosir, pedagang pengumpul dan lain-lain. Lembaga pemasaran yang menguasai tapi tidak memiliki barang yang dipasarkan, seperti agen, broker, lembaga pelelangan dan lain-lain. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak meguasai barang yang dipasarkan,seperti lembaga pengangkutan, pengolahan dan perkreditan. 3. Penggolongan menurut kedudukan dalam struktur pasar: Lembaga pemasaran yang bersaing sempurna, seperti pedagang pengecer rokok, pedagang pengecer beras dan lain-lain. Lembaga pemasaran monopolistik, seperti pedagang asinan, pedagang benih, pedagang bibit, pedagang ubin dan lain-lain. Lembaga pemasaran oligopolis, seperti perusahaan semen, impor cengkeh dan lain-lain. Lembaga pemasaran monopolis, seperti perusahaan kereta api, perusahaan pos dan giro dan lain-lain. 4. Pengolongan menurut bentuk usahanya: Berbadan hukum, seperti Perseroan Terbatas, Firma, Koperasi dan lain-lain. Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perseorangan, pedagang pengecer, tengkulak dan lain-lain. Firmansyah (1998) dalam Silalahi (2009) menjelaskan, mata rantai saluran pemasaran dan lembaga-lembaga yang terkait di dalamnya harus diketahui agar produk yang dihasilkan oleh petani yang disampaikan kepada konsumen melalui perantara mampu memberikan pembagian keuntungan yang adil terhadap semua pelaku pemasaran. Dalam sistem pemasaran, terdapat lembaga-lembaga yang cukup penting yaitu : 30

47 1. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli atau mengumpulkan barang-barang hasil pertanian dari produsen kemudian memasarkan dalam partai besar kepada pedagang lain. Dalam hal ini pedagang pengumpul biasanya ada di setiap desa. 2. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul dalam partai besar dan mendistribusikan ke setiap pedagang pengecer ataupun pasar. 3. Koperasi yaitu badan usaha berbadan hukum yang selain membantu petani dalam permodalan juga membantu petani menyalurkan hasil panennnya. 4. Pengecer yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar dan mendistribusikan barang secara langsung ke konsumen akhir. Pemilihan pola pemasaran yang tepat dapat menguntungkan produsen. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan seorang produsen dalam memilih pola pemasran (Limbong dan Sitorus, 1987) adalah: 1. Pertimbang pasar meliputi: siapa konsumennya (rumah tangga, industri, atau keduanya), berapa besar pembeli potensisl, bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli. 2. Pertimbanganm barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut, besar dan beratnya barang, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana sifat teknisnya, apakah barang standar atau pesanan, dan bagaimana luas jangkauan produk perusahaan bersangkuatan. 3. Pertimbangan dari segi perisahaan meliputi :sumber permodalan, kemampuan dan ang diberikan oleh penjual. 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi : pelayanan yang dapat diberikan lembaga pemasaran, kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen, volume penjualan dan pertimbagan biaya Stuktur Pasar Firmansyah (1998) dalam Silalahi (2009), menyatakan penelitian mengenai struktur pasar secara deskriptif akan bermanfaat jika mampu menjelaskan sampai seberapa jauh efektifitasnya dalam kehidupan sehari hari 31

48 yang diukur dengan variabel di atas baik untuk produsen, pedagang perantara, maupun konsumen. Hammond dan Dahl (1977) menjelaskan, ada empat faktor penentu karakteristik struktur pasar, yaitu jumlah atau ukuran pemasaran, kondisi atau keadaan produk, kondisi mudah tidaknya keluar masuk pasar, Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran seperti size dan concentrasi deskripsi product and product differentiation, syarat-syarat entry dan sebagainya. Berdasarkan strukturnya, pasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong dan Sitorus, 1987). Suatu pasar dapat digolongkan dalam struktur pasar bersaing sempurna apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1.Terdapat pembeli maupun penjual jumlahnya banyak, 2. Setiap pembeli maupun penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang atau jasa yang ada dipasar oleh karena itu seorang pembeli atau penjual tidak dapat mempengaruhi harga pasar. 3. Barang atau jasa yang dipasarkan homogen, dan 4.Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar. Empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu : (1) jumlah penjualan dan pembeli; apakah jumlah relatif banyak sehingga tidak terdapat seorang penjual yang dapat mempengaruhi harga. Atau sebaliknya jumlah penjual sedikit sehingga dapat mempengaruhi harga pasar. (2) keadaan produk yang diperjual belikan; apakah produk tersebut himogen, berbeda corak atau produk tersebut unik sehingga tidak ada penjual lain yang dapat mensubstitusikan komoditi yang dijual penjual tersebut. (3) kemuddahan masuk dan kelluar pasar; apakah perusahaan mudah masuk dalam pasar jika terdapat keuntunga ekonomis atau perusahaan tersebut mudah keluar dari pasar seandainya tidak tercapai keuntungan normal. (4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi; apakah terhadap informasi harga yang wajar bagi konsumen atau tidak ada informasi harga yang memadai sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan diskriminasi harga (Sudiyono, 2002). 32

49 Struktur pasar sangat di perlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku partisipan (pembeli dan penjual) yang terlibat (market conduct) dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (market performance). Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan lima jenis struktur dengan berbagai karakteristiknya. Struktur pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri terdapat banyak penjual dan pembeli. Setiap pembeli maupun penjual menguasai sebagian kecil dari barang atau jasa yang ada di pasar. Oleh karena itu, pembeli dan penjual tidak dapat mempengaruhi harga pasar atau pembeli dan penjual sebaagai penerima harga (price taker) dan bebas keluar masuk pasar (freedom for entry and exit), barang atau jasa yang di pasarkan homogen (homogenous product). Pasar monopolistik memiliki ciri-ciri terdapat banyak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai macam harga dan bukan atas dasar satu harga pasar. Adanya beberapa macam hargaa disebabkan penjual dapat melakukan penawaran yang berbeda kepada pembeli. Produk yang di jual dalam pasar monopolistik ini tidak homogen. Produk dapat di menurut kualitas, ciri atau gaya, service atau pelayan yang berbeda, perbedaan pengepakan, warna bungkus dan harga. Penjual melakukan penawaran yang berbeda untuk segmen pembeli yang berbeda dan bebas menggunakan merek,periklanan dan personal sellng disamping harga untuk menunjukkan penawaran penjual. Pasar oligopoli terdiri dari beberapa penjual yang sangat peka akan strategi pemasaran dan penetapan harga perusahaan lainnya. Produk dapat berupa produk homogen atau produk heterogen. Sedikitnya jumlah penjual ini di sebabkan oleh tingginya hambatan untuk memasuki industri yang bersangkutan. Hambatan ini seperti paten, kebutuhan modal yang besar, pengendalian bahan baku, pengetahuan dan sifatnya perorangan dam lokasi yang langka. Pasar monopoli memiliki ciri-ciri tedapat satu penjual yang berbentuk perusahaan monopololi, perusahaan atau swasta menurut undang-undang dan dapat beruipa monopoli sawata murni. Produk satu dan tidak bersubstitusi dengan barang lain dan ada pengendalian harga dari penjual. Tindakan diskriminasi harga 33

50 dengan menjual produk yang sama pada tingkat harga yang berbeda-beda dan pada pasar yang berbeda Perilaku Pasar Perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan stuktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi stuktur pasar tersebut. Perilaku pasar tersebut dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut (Dahl dan Hammond, 1997) Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek pembelian dan penjualan yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran, sistem penentuan dan pembayaran harga serta kerjasama antara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar juga menentukan strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi persaingan Keragaan Pasar Struktur pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditas yang diperdagangkan sehingga akan memberikan penilaian baik atau tidaknya sistem pemasaran. Keragaan pasar juga dapat didefinisikan melalui penggunaan teknologi dalam pemasaran, pertumbuhan pasar, efisiensi penggunaan sumberdaya, penghematan pembiayaan dan peningkatan jumlah barang yang dipasarkan sehingga mencapai keuntungan maksimum (Dahl dan Hammond, 1977) Marjin Pemasaran Semakin pentingnya pemasaran dalam agribisnis telah menuntut sistem pemasaran yang efisien. Sistem pemasaran yang efisien akan tercapai jika penyaluran produk dari produsen ke konsumen memberikan keuntungan yang adil 34

51 bagi para pelaku pemasaran termasuk lembaga-lembaga pemasaran yang ada di dalamnya. Marjin pemasaran didefenisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir suatu produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama. Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa margin pemasaran menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsifungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir.setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam suatu sistem pemasaran tentu dasarnya mempunyai motivasi atau tujuan untuk mencarai atau memperoleh keuntungan dari pengorbanan yang diberikan, adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ketingkat konsumen akhir. Secara grafis margin pemasaran dapat dilihat pada gambar berikut ini : Sr P Sf MP Pr Pf Df 0 Gambar 2. Margin Pemasaran Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987 Qrf Dr Keterangan : Pr : Harga di tingkat pengecer Sr : Penawaran di tingkat pengecer Dr : Permintaan di tingkat pengecer Pf : Harga di tingkat petani Sf : Penawaran di tingkat petani Df : Permintaan di tingkat petani Qrf : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer 35

52 Berdasarkan Gambar 2, besarnya nilai marjin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran (dalam hal ini selisih harga ditingkat pengecer dengan harga di tingkat petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besarnya nilai marjin pemasaran yaitu sebesar daerah segi empat (Pr Pf) x Qr,f. Nilai Pr Pf) menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditas per satuan atau per unit. Margin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Rendahnya biaya pemasaran suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran adalah besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987) Farmer Share Efisiensi pemasaran dapat diukur dengan melihat besarnya margin pemasaran yang diperoleh oleh masing-masing lembaga pemasaran, rasio keuntungan dan biaya pemasaran, serta bagian harga yang diterima petani terhadap konsumen akhir (farmer s share). Bagian yang diterima lembaga pemasaran sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan sitorus, 1987). Apabila harga yang ditawarkan pedagang atau lembaga pemasaran semakin tinggi dan kemampuan konsumen dalam membayar harga semakin tinggi, maka bagian yang diterima oleh petani akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan petani menjual komoditinya dengan harga yang relatif rendah. semakin besar marjin maka penerimaan petani relatif kecil. Dengan demikian dapat diketahui adanya hubungan negatif antara marjin pemasaran denga bagian yang diterima petani. 36

53 3.2 Kerangka Operasional Penelitian ini mengkaji analisis usahatani dan aspek pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masalah bagi petani di desa Tugu Utara dalam usahatani kembang kol, lebih banyak dikarenakan permasalahan fluktuasi harga jual petani yang sangat jauh. Harga jual kembang kol ditingkat petani di kebun berkisar Rp 1,000,- Rp 6,000,- per kilogram. Sementara harga jual pedagang pengecer di pasar tradisional sebesar Rp 4,000,- Rp15,000,- per kilogram. Fluktuasi harga jual kembang kol ditingkat petani menyebabkan pendapatan yang diterima para petani menjadi rendah dan tidak stabil. Penelitian ini melibatkan berbagai lembaga pemasaran yang mempunyai peranan masing-masing dalam memasarkan kembang kol. Keterlibatan lembaga pemasaran dikarenakan adanya jarak antara produsen kembang kol dengan konsumen. Lembaga yang terlibat dalam pemasaran kembang kol adalah petani, pedagang pengumpul, grosir (Pasar Induk Keramatjati dan Pasar TU), pedagang pengecer (Pasar Induk Keramatjati, Pasar TU dan Pasar Cisarua). Analisis pendapatan usahatani akan dianalisis dengan menghitung penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi kembang kol yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan petani kembang kol yang diukur dengan rasio penerimaan terhadap biaya (R/C). Apabila nilai R/C lebih besar dari satu berati usahatani kembang kol menguntungkan untuk diusahakan oleh petani Kelompok Suka Tani dan bila lebih kecil dari satu, maka usahatani kembang kol tidak menguntungkan untuk diusahakan. Selanjutnya aktivitas pemasaran yang melibatkan petani dan pedagang ke konsumen akhir akan dianalisis melalui analisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi dan lembaga pemasaran, stuktur dan perilaku pasar, marjin pemasaran serta farmer s share. Marjin pemasaran yang diperoleh akan menentukan saluran pemasaran yang lebih menguntungkan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui farmer s share. Pada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan pemilihan saluran pemasaran yang tepat dengan tujuan untuk memberi keuntungan akan dinikmati oleh petani kembang kol sekaligus pedagang serta 37

54 lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Produksi komoditas kembang kol berfluktuatif Penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga pemasaran tidak merata, akibatnya harga yang diterima petani kembang kol menjadi rendah dan konsumen harus membayar dengan harga yang cukup tinggi Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Sistem Pemasaran Analisis Rasio R/C Analisis Saluran Pemasaran Efisiensi Pemasaran: Analisis Farmer s Share Analisis Margin Pemasaran Efisien Evaluasi Kegiatan Usaha Tidak Efisien Analisis Efisiensi Pemasaran Pengambilan Keputusan Kegiatan Usahatani Gambar 3. Kerangka Operasional Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani SukaTani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) 38

55 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangannya adalah bahwa Kecamatan Cisarua merupakan salah satu daerah penghasil kembang kol di Jawa Barat. Pemilihan Kecamatan Cisarua disebabkan karena wilayah tersebut merupakan daerah yang produktivitas kembang kol cukup banyak di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kecamatan tersebut dipilih Desa Tugu Utara dengan kelompok tani Suka Tani, karena di Desa Tugu Utara terdapat enam kelompok tani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) Kaliwung Kalimuncar. Masing-masing kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan ini memiliki tujuan dan jenis komoditas yang diusahakan berbeda-beda. Kelompok Suka Tani merupakan anggota Gapoktan yang memiliki petani anggota yang membudidayakan kembang kol. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember Waktu ini digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari petani dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden, dengan menggunakan data kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Dinas Pertanian Bogor, Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian dan dari berbagai literatur baik buku, skripsi dan artikel-artikel dari internet.

56 4.3 Metode Penentuan Sampel Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di bawah naungan kelompok tani Suka Tani akan dijadikan sebagai responden. Informasi mengenai populasi petani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua diperoleh dari ketua kelompok tani tersebut. Jumlah petani dari seluruh kelompok tani tersebut 30 orang petani yang mengusahakan berbagai jenis sayuran seperti kembang kol, wortel dan cabai. Petani yang dipilih sebagai responden adalah seluruh petani anggota kelompok tani yang memproduksi kembang kol. Sampling yang dilakukan untuk menganalisis aspek pemasaran dengan mengikuti arus komoditi kembang kol dari petani sampai ke konsumen. Responden yang diambil meliputi dua orang pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar dan lima orang pedagang pengecer. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (observasi) dan metode kuisioner (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Observasi dilakukan dengan mengamati proses kegiatan pemasaran dan kegiatan budidaya yang berlangsung di lokasi penelitian. Selain itu, dilakukan wawancara dengan para petani kembang kol, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer untuk mengetahui kegiatan pemasaran dan kegiatan usaha kembang kol. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan produksi, sistem pemasaran pada usahatani kembang kol di lokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait akan diuraikan secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah 40

57 dibaca. Dalam penelitian analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran menggunakan alat bantu berupa kalkulator dan komputer Analisis Pendapatan Usahatani Profitabilitas usahatani kembang kol dapat dikaji dengan dua indikator, yaitu pendapatan usahatani dan R/C rasio. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan (Soekartawi, et al, 1985). Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah : TR TC π atas biaya tunai π atas biaya total = P x Q = biaya tunai + biaya diperhitungkan = TR - biaya tunai = TR TC Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) P : Harga output (Rp/Kg) Q : Jumlah output (Kg) π : Pendapatan atau keuntungan (Rp) Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya 41

58 total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut : R/C rasio atas biaya tunai = R/C rasio atas biaya total = TR / biaya tunai TR / TC Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya dikurangi satu. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu: Keterangan: Nb Ns N Biaya Penyusutan= n : Nilai pembelian (Rp) : Tafsiran nilai sisa (Rp) : Umur ekonomis (Tahun) Sumber: Husen Umar (2003) 42

59 Tabel 9. Contoh perhitungan pendapatan usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 9. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani No Komponen A Penerimaan Penjualan B Biaya Tunai 1 Sarana Produksi Pupuk Bibit (Kembang kol) 2 Tenaga Kerja Luar Keluarga 3 Pajak Lahan 4 Sewa lahan (lahan disewa) Total Biaya Tunai C Biaya yang diperhitungkan(biaya Tidak tunai) Penyusutan Alat Tenaga Kerja dalam keluarga Sewa lahan (lahan milik sendiri) Total Biaya yang diperhitungkan D Jumlah Total Biaya (B+C) E Pendapatan atas biaya tunai (A - B) F Pendapatan atas biaya total (A - D) G R/C rasio atas biaya tunai (A/B) H R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Tjakrawiralaksana, (1983) Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Analisis lembaga pemasaran digunakan untuk mengetahui lembagalembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan juga fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga ini juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang atau jasa. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantyung yang terlibat dalam dalam proses untuk menjadikan suatu produkatau jasa siap untukdigunakan atau dikonsumsi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk melihat lembaga pemasaran yang terlibat dan saluran pemasaran yang ada pada kelompok tani Suka Tani dalam menyalurkan kembang kol dari produsen ke konsumen dan melihat fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi. 43

60 4.5.3 Analisis struktur pasar Struktur pasar kembang kol dapat diketahui berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, mudah tidaknya memasuki pasar, jenis-jenis komoditi yang dipasarkan, penentuan harga dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran seperti biaya, harga dan kondisi pasar partisipan. Metode anallisis ini di perlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar terseut cendrungmendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur tertentu Analisis Perilaku dan Keragaan Pasar Tingkah laku pasar dari kembang kol dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan pelaku-pelaku pemasaran, sistem pembayaran dan penentuan haraga serta kerjasama yang terjadi antara lembaga pemasaran. Struktur pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditas yang diperdagangkan sehingga akan memberikan penilaian baik atau tidaknya sistem pemasaran. Keragaan pasar dapat diidentifikasi melalui penggunaan sumberdaya dan penghematan biaya Analisis Marjin Pemasaran Analisis pemasaran dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat serta mendeskripsikan alur pemasaran yang terjadi dalam bentuk skema. Skema pemasaran dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur pemasaran yang terjadi. Kemudian diidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dalam proses penyaluran kembang kol dari petani sampai ke konsumen. Untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran diukur dengan margin pemasaran, rasio keuntungan/biaya dan farmer s share. Saluran pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dapat dianalisis dengan mangamati lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Lembaga lembaga pemasaran ini berperan sebagai perantara dalam 44

61 penyampaia an barang dari produsen ke konsumen akhir dan arus barang yang melalui lembaga lembaga yang menjadi perantara membentuk saluran pemasaran. Analisis margin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran kembang kol. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang terjadi di tingkat produsen (harga beli) dengan harga di tingkat konsumen (harga jual). Margin pemasaran dihitung berdasarkan hasil pengurangan hargaa penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga tataniaga. (Limbong dan Sitorus 1987). Perhitungan margin pemasaran secara sistemastis dapat dirumuskan sebagai berikut : M i = H ji H bi M i = C i + i H ji H bi = Ci + π Berdasarkan persamaan diatas, keuntungan tataniaga pada tingkat ke-i adalah π i = H ji H bi Maka besarnya margin pemasaran adalah Mt = Mi π i C i Keterangan : Mi : Margin pemasaran pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) Hji : Harga penjualann pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) Hbi : Harga pembelian pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) Ci : Biaya pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) i : Keuntungan pemasaran pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) I : 1, 2, 3,... n Mt : Total margin pemasaran Berdasarkan nilai margin pemasaran yang diperoleh dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masingg lembaga pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 45

62 Rasio Keuntungan/Biaya = Keuntungan (πi) Biaya Pemasaran (Ci) Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Farmer,s share berhubungan negatif dengan margin pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farmr s share) akan semakin rendah. Rumus untuk menghitung farmes s share adalah : pf fs = x100% pr Dimana : Fs = Farmer s share Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir 4.6 Definisi Operasional 1. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi kembang kol dari titik produsen sampai ke titik konsumen yang membentuk pola pemasaran. 2. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsifungsi pemasaran melalui titik produsen (petani) serta lembaga perantara lainya. 3. Petani kembang kol adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani kembang kol atau memperoduksi dan melakukan penjualan kembang kol. 4. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan pembelian dari petani. Mengumpulkannya dan menjual kembali kepedagang lainnya yang lebih besar. 5. Pengecer adalah pedagang yang melakukan penjualan kembang kol langsung ke konsumen. 46

63 6. Harga yang diterima petani adalah hasil produksi kembang kol yang dijual petani pada saat panen. Harga yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah pada saat masing-masing Rp 1,000,-, dan Rp 3,000,- untuk melihat tingkat harga yang diterima petani sudah tidak efisien melakukan kegiatan usahatani kembang kol. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 7. Harga pokok/ biaya per unit adalah harga jual paling minimal yang dapat dilakukan petani agar usahatani kembang kol tidak rugi. Satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram. 8. Harga eceran/harga konsumen adalah harga transaksi antara penjual dan pembeli untuk setiap kembang kol yang diecerkan. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 9. Luas lahan, yaitu lahan yang digunakan oleh petani untuk menanam kembang kol, dinyatakan dalam hektar (ha). Lahan yang akan dianalisis dibagi menjadi dua luasan, yaitu luas rata-rata lahan (0.4 ha) yang merupakan luas rata-rata lahan yang digunakan petani responden untuk usahatani kembang kol dan luasan satu hektar yang digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi usahatani kembang kol pada kedua luasan tersebut. 10. Bibit adalah jumlah bibit kembang kol untuk satu musim tanam satuan yang digunakan adalah amplop. Dimana dalam satu amplop benih kembang kol dapat menghasilkan 3,000 pohon bibit kembang kol. Dalam luasan lahan! ha dibutuhkan 30,000 pohon bibit kembang kol, sehingga untuk memenuhi jumlah bibit tersebut maka dibutuhkan 10 amlop benih kembang kol untuk disemai. 11. Tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia yang digunakan dalam usahatani kembang kol baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga dihitung dengan satuan Hari Kerja Pria ( HKP). Dimana 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP 12. Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk satu musim tanam usahatani kembang kol diukur dengan satuan kilogram. 13. Pupuk Urea, ZA, TSP dan KCL yang digunakan adalah untuk satu musim tanam kembang kol diukur dengan satuan kilogram. 47

64 14. Biaya tunai adalah besarnya nilai yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 15. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik petani sendiri, seperti upah tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. 16. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 17. Umur teknis peralatan usahatani adalah berdasarkan penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian di lokasi yang sama namun dengan komoditi berbeda yang melakukan analisis usahatani cabe organik. 48

65 V KERAGAAN USAHATANI KEMBANG KOL 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Kabupatan Bogor. Jarak dari desa ke ibukota adalah sejauh 3,5 km dan jarak ke ibu kota kabupaten Bogor adalah sejauh 30 km yang dapat ditempuh selama 45 menit sampai satu jam. Sarana transportasi untuk mencapai Desa Tugu Utara sudah sangat mudah, karena tersedia fasilitas jalan maupun kendaraan yang dapat digunakan untuk sampai di desa tersebut. Desa Tugu Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Cianjur di sebelah utara dan timur, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Batu layang, Kecamatan Cisarua dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Berdasarkan tingkat perkembangannya, Desa Tugu Utara termasuk dalam kategori perkotaan dengan luas administrasi desa 1,728 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 10,160 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5,361 jiwa (52.76 persen) dan jumlah perempuan sebanyak 4,799 jiwa (47.24 persen). Karakteristik geografis Desa Tugu Utara yaitu berada pada ketinggian 1,200 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata per hari berkisar 26 0 C dengan banyaknya curah hujan 200 mm/bulan. Kondisi tersebut menunjukkan Desa Tugu Utara merupakan lokasi yang cocok untuk mengembangkan tanaman sayuran khususnya tanaman kembang kol. Kembang kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum o C dan maksimum 24 o C. Kelembaban optimum bagi tanaman kembang kol antara persen. Adanya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, sehingga budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah ( m dpl).

66 Desa Tugu Utara memiliki luas wilayah kurang lebih 1,728 Ha (Tabel 10). Pemanfaatan lahan desa sebagian besar digunakan untuk areal perkebunan persen, areal kehutanan persen, jalur hijau persen dan lahan pertanian persen. Sebagian lainnya digunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Tabel 10 menunjukkan pemanfaatan lahan di Desa Tugu Utara secara keseluruhan. Tabel 10. Pemanfaatan Lahan Desa Tugu Utara Tahun 2006 Fungsi Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) Lahan Pertanian Lahan Perkebunan Lahan Kehutanan Lahan Keperluan Fasilitas Umum: Lapangan Olah Raga Taman Rekreasi Jalur Hijau Pemakaman Umum Bangunan Total 1, Sumber: Kecamatan Cisarua, (2006) Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Desa Tugu Utara sebagian besar digunakan untuk penggunan arel perkebunan, karena di Desa Tugu Utara ini terdapat satu perkebunan teh yaitu perkebunan Ciliwung. Desa Tugu Utara memiliki banyak areal kehutanan dan jalur hijau, karena desa ini termasuk salah satu wilayah resapan air di Bogor, dengan demikian banyak lahan yang dimanfaatkan sebagai jalur hijau dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga tidak ada pemberian izin untuk mendirikan bangunan dalam bentuk apapun. Sebagian kecil lahan lainnya digunakan untuk fasilitas umum dan bangunan, seperti pemukiman penduduk dan bangunan sekolah. Pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian masih banyak karena sebagian besar penduduk di Desa Tugu Utara memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Kelompok Suka Tani merupakan kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kaliwung Kalimuncar yang diketuai oleh Bapak Badri Ismaya yang merupakan seorang aktivis lingkungan, pelopor 50

67 penghijauan di lereng- lereng bukit di kawasan Puncak yang rusak. Gapoktan ini terdiri dari enam sub kelompok salah satunya adalah kelompok tani Suka Tani. Tiap-tiap sub kelompok memiliki fungsi dan menggusahakan komoditas yang berbeda, seperti sub kelompok Tunas Kaliwung merupakan kelompok tani yang bergerak dalam bidang peternakan, kelompok tani Puncak Lestari kelompok yang bergerak dalam kegiatan bididaya kopi Perhutani, kelompok Wanita Tani merupakan kelompok yang seluruh anggotanya adalah wanita dan bergerak dalam usaha budidaya bunga, kelompok Cibulaog, memiliki fungsi memberikan perlindungan terhadap satwa hutan, kelompok Wijaya Tani bekerja sama dengan Perhutani dan Kelompok Suka Tani yang bergerak dalam bidang pertanian sayuran. Kelompok Suka Tani terbentuk pada tahun 2009 yang diketuai oleh Bapak Ujang Yahya. Kelompok tani ini beranggotakan petani-petani sayuran di Desa Tugu Utara. Pendirian kelompok Suka Tani bertujuan untuk mempermudah petani khususnya petani kelompok Suka Tani dalam menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu yang memberikan keuntungan bagi kegiatan usahatani kelompok tani dan juga mempermudah petani untuk memperoleh bantuan dana berupa uang tunai ataupun dalam bentuk sarana pertanian baik yang datang dari lembaga pemerintahan atau lembaga diluar pemerintah. Kelompok tani ini juga berfungsi untuk mempermudah petani untuk memperoleh informasi bila diadakan penyuluhan pertanian dari Dinas Pertanian setempat. Stuktur organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani Suka Tani masih sangat sederhana, dimana ketua kelompok langsung membawahi anggota kelompok tani. Sehingga dalam pengambilan keputusan mengenai kepentingan kelompok, ketua kelompok bekerja sendiri tanpa dibantu oleh staf-stafnya. Ketua kelompok berhubungan langsung dengan anggota kelompok tani dalam menyampaikan suatu kebijakan dan kemudian dimusyawarahkan kembali untuk memutuskan suatu keputusan terbaik untuk kepentingan bersama. Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara ini belum berfungsi dengan baik, sehingga peranan kelompok tani ini belum dirasakan oleh anggota kelompoknya. Selama berdiri kelompok tani Suka Tani pernah mendapat 51

68 tawaran kerjasama oleh perusahaan Indofood dan Hero untuk memasok kebutuhan produk pertanian perusahaan tersebut. Perusahaan Indofood meminta kelompok tani untuk memproduksi dan menjual kentang dan tomat untuk memenuhi kebutuhan perusahan tersebut. Perusahaan Hero menjalin kerjasama untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan komoditi kembang kol dan brokoli, namun karena kendala kemampuan kelompok tani masih minim terutama dalam pembuatan proposal penggajuan kerjasama dan perhitungan biaya produksi yang tidak dapat diterima oleh kedua perusahaan besar tersebut sehingga kerja sama tersebut tidak pernah terjadi. 5.2 Karakteristik Petani Kembang Kol Pada penelitian ini jumlah responden petani adalah 30 orang. Petani responden merupakan anggota kelompok tani Suka Tani di desa Tugu Utara yang informasinya di peroleh dari ketua kelompok tani desa tersebut. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang melakukan usahatani kembang kol pada desa tersebut, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha pokok. Karakteristik petani yang akan diuraikan meliputi: usia dan pengalaman petani, tingkat pendidikan, dan status kepemilikan lahan yang digarap. Karakteristik petani responden selengkapnya diuraikan sebagai berikut Usia Secara umum rata-rata usia petani responden yang mengusahakan kembang kol adalah mulai dari umur tahun. Sebaran umur petani ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu petani responden yang berumur muda dengan umur kurang dari 30 tahun, petani berusia sedang umur 30 sampai 50 tahun, dan petani responden berusia tua dengan umur lebih dari 50 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden, sebagian besar responden adalah petani yang usia tahun (64%). Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden bekerja pada umur produktif/muda dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kembang kol. Menurut Soeharjo (1973), umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat mempunyai 52

69 kemampuan fisik yang lebih besar dari petani yang lebih tua. Petani yang termasuk golongan usia kerja adalah pada usia 15 sampai 50 tahun. Petani muda juga lebih cepat menerima hal-hal yang baru karena petani muda lebih berani menanggung resiko. Sebaran usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Tani Suka Tani No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1 < > Jumlah Pengalaman Petani Keberhasilan suatu usahatani didukung oleh banyak faktor diantaranya pengalaman berusahatani. Rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani kembang kol adalah tiga tahun. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap petani responden, menunjukkan bahwa pertanian kembang kol baru dikenalkan kepada penduduk Desa Tugu Utara lebih kurang lima tahun lalu oleh pendatang dari Bandung yang saat ini tergabung dalam kelompok tani Suka Tani. Untuk lebih jelasnya, sebaran pengalaman petani responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Petani Pada Kelompok Tani Suka Tani No Pengalaman Berusahatani (Tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) Total

70 Tabel 12 menunjukkan pengalaman bertani kembang kol petani responden selama dua tahun adalah sebanyak 40 persen dan petani responden yang telah memiliki pengalaman lebih dari lima tahun hanya berjumlah tiga orang atau tujuh persen dari jumlah responden. Petani yang memiliki pengalaman lebih dari lima tahun, merupakan petani yang berasal dari daerah Lembang dan yang juga telah memperkenalkan usahatani kembang kol kepada para petani lainnya khususnya kelompok tani Suka Tani, yang sudah memiliki banyak pengalaman mengenai usahatani kembang kol, karena Lembang merupakan pusat produksi kembang kol di Jawa Barat. Jadi dari pengalaman petani responden tersebut, budidaya kembang kol merupakan hal yang baru bagi petani kelompok tani Suka Tani Pendidikan Petani Kembang Kol Pada umumnya tingkat pendidikan petani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani tergolong rendah. Terlihat pada Tabel 13 yang menyajikan sebaran tingkat pendidikan petani responden. Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar patani berpendidikan tamat SD yaitu sebanyak 74 persen dari total seluruh petani responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian petani responden memiliki pendidikan formal yang rendah. Banyaknya petani responden yang berpendidikan rendah dikarenakan sulitnya keadaan ekonomi para petani. Petani responden yang lulus SLTP sebanyak 23 persen dan tiga persen petani responden lulus SMA. Akan tetapi kondisi ini dapat diimbangi dengan pengalaman yang telah dimiliki para petani dan keingin petani untuk mencoba dan mempelajari proses kegiatan budidaya dan pemasaran kembang kol. Karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Kelompok Tani Suka Tani No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1 SD SMP SMA 1 3 Total

71 5.2.4 Status Kepemilikan dan Luas Lahan Petani responden yang mengusahakan kembang kol pada kelompok tani Suka Tani sebagian besar berstatus sebagai petani penggarap, karena lahan yang mereka garap bukan milik sendiri, tetapi milik orang lain. Petani tersebut diberi izin untuk mengelola lahannya untuk dimanfaatkan, tanpa harus membayar uang sewa kepada pemiliknya. Jumlah petani responden yang status lahannya sebagai penggarap sebanyak 90 persen dan sisanya merupakan lahan sewa. Petani responden mengungkapkan alasan mereka diijinkan untuk menggarap lahan tersebut adalah supaya lahan pemilik lahan kosong dan tidak berguna, karena hal ini akan mengakibatkan klaim lahan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun, dalam diri petani responden tercipta suatu ketakutan karena sewaktu-waktu pemilik lahan dapat mengambil haknya atas lahan. Berdasarkan hal tersebutlah petani responden memilih memproduksi tanaman yang berumur pendek seperti kembang kol. Status kepemilikan lahan petani kelompok Suka Tani dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik Peatni Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Status Lahan Petani (Orang) Persentase (%) Penggarap Sewa 3 10 Total Luasan lahan yang biasa dikelola untuk lahan pertanian responden sangat beragam, namun sebagian besar mengelola kembang kol pada lahan yang antara 0.3 hektar sampai 0.5 hektar. Pada Tabel 15 diketahui bahwa hampir sebagian besar petani kembang kol menanam kembang kol pada luasan hektar, sedangkan sisanya menanam kembang kol pada luasan kurang dari 0.3 hektar adalah sebesar 40 persen dan yang menanam pada lahan satu hektar adalah sebesar 10 persen. Sebaran luas lahan yang digunakan untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel

72 Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Luas Lahan (Ha) Petani (Orang) Persentase (%) <0, ,3-0, , Total Selain usia, umur, pengalaman dan pendidikan, karakteristik responden juga dapat dilihar dari alasan petani memilih berusahatani kembang kol, pola bercocok tanam serta sumber modal yang digunakan untuk berusahatani. Ratarata modal yang digunakan petani responden adalah menggunakan modal sendiri dan alasan petani memilih berusaha tani kembang kol adalah, karena kembang kol mudah untuk membudidayakannya. Sedangkan pola bercocok tanam sebanyak 17 orang petani bercocok tanam dengan tumpang sari dan sisanya 13 orang petani bercocok tanam dengan melakukan pola usahatani monokultur. Sebaran petani berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran Karakteristik Lembaga-Lembaga Pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat pada daerah penelitian antara lain adalah tengkulak, pedagang besar dan pedagang pengecer. Masing-masing individu dari setiap lembaga pemasaran tersebut memiliki berbagai karakter yang dapat mempengaruhi kegiatan yang dilakukan. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kembang kol terdiri dari dua orang tengkulak, dua orang pedagang besar dan empat orang pengecer. Pedagang pengumpul/tengkulak bertempat tinggal di lokasi penelitian, sehingga dekat dengan keberadaan petani responden. Lokasi pedagang besar dan pedagang pengecer berada di luar daerah penelitian yang melakukan penjualan kembang kol di pasar-pasar tradisional yaitu Pasar Cisarua, Pasar TU dan Pasar Induk Kramatjati. Umur pedagang responden berkisar antara 35 tahun sampai 55 tahun. Karakteristik pedagang dapat dilihat pada Lampiran 5. 56

73 5.4 5 Keragaa an Usahatan ni Kembangg Kol Pengoolahan Lahaan Peng golahan lahaan petani padda kelompok k Suka Tanni di Desa Tugu T utara menggunaka m an cangkul. Lahan yang akan ditannami terlebiih dahulu dibersihkan d dari d tanamaan liar dan sisa-sisa s akaar, kemudiann tanah dicaangkul hinggga gembur dengan d kedaalaman cang gkul antara centim meter agar aakar tanamann kembang kol k dapat dengan leluuasa memperroleh zat haara yang adda didalam tanah, t lalu dibuat d bedengan selebaar ceentimeter, tiinggi 35 cenntimeter denngan jarak antar a bedenggan 40 centiimeter denggan tujuan ag gar bisa dilaalui oleh pettani. Pada lahan l miringg perlu dibu uat parit di antara a bedenngan agar aiir tidak terg genang dan mengganggu m u tanaman pada saat muusim hujan. Gambar 4. Pengolahan Lahan Petanii Kelompok Tani T Suka Taani di Desa Tugu T Utara Masih Mengggunakan Canngkul Tahun 2009 a persiappan lahan ppetani yang memiliki Dalaam pengolahhan lahan atau luasan l rata-rrata 0,4 hekktar pada um mumnya mellakukan penngolahan lah han sendiri dan d dibantu oleh satu orang o tenagaa kerja dalam m keluarga dan tiga oraang tenaga kerja k luar keluarga. k Seedangkan peetani yang memiliki m lahhan satu ha mengolah lahannya l dibbantu oleh enam e orang tenaga kerja. Terdiri dari d satu oraang tenaga kerja k dalam m keluarga dan d lima orang tenaga kerja luar keluarga, k denngan upah 57

74 sebesar Rp ,- per orang per hari. Pengolahan lahan untuk lahan 1 hektar menghabiskan waktu dua minggu atau 14 hari dan pada lahan 0,4 hektar dikerjakan selama delapan hari Pembibitan Penyiapan benih dilakukan pada bendengan yang dibuat khusus untuk pembenihan. Pada umumnya petani menyemai benih dalam bendengan dengan ukuran yang variasi berdasarkan banyaknya benih yang akan disemai. Penyemaiaan benih di bendengan cukup dengan menebarkan benih di atas tanah persemaian. Setelah benih ditebarkan di bendengan, di atas benih tersebut ditabur pupuk kandang dan kompos. Benih yang ditaburkan harus dilindungi dari terpaan sinar matahari langsung ataupun air hujan. Pada umur 4-5 hari atau setelah berdaun 3-4 helai, dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung bisa terbuat dari paralon yang dipotong atau dengan menggunakan polybag kecil. Kemudian satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang telah dibuat. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang kemudian disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (lima hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari). Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul dan sore mulai pukul Diluar waktu tersebut, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit kembang kol, kegiatan ini dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok Penanaman Berdasarkan pengalaman petani responden jarak tanam yang lebar akan lebih baik untuk pertumbuhan tanaman. Jarak tanam kembang kol bunga adalah 50 x 50 centimeter. Dengan jarak tanam yang lebar, akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman, agar antar tanaman tidak saling berebut 58

75 unsur hara, seperti makanan, air serta memperoleh sinar matahari yang cukup karena tidak saling menaungi antar tanaman. Bibit yang siap tanam adalah bibit yang sudah berumur 1-1,5 bulan setelah penyemaian benih. Sebelum penanaman, polybag atau paralon tempat pembibitan harus dibuang terlebih dahulu. Bibit dikeluarkan dengan cara membalikka an bumbung dan mengeluarkan bibit dari bumbung paralon atau polybag dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di dalam lubang tanam yang sudah disiapkan sebelumnya dan segera disiram sampai tanah menjadi basah. Setelah penanaman, penyiraman dapat langsung dilakukan. Pada proses penanaman tenaga kerja yang lebih banyak digunakan adalah tenaga kerja wanita. Tenaga kerja wanita yang digunakan pada lahan 1 hektar sebanyak empat orang yang diambil dari tiga orang tenaga kerja luar keluarga dan satu orang dari dalam keluarga. Sedangkan tenaga kerja pria yang digunakan sebanyak dua orang, yaitu satu orang dari dalam keluarga dan satu orang lagi dari luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan pada lahan 0,4 hektar yaitu dua orang wanitaa dari luar keluarga dan dari dalam keluarga masing-masing hanya satu orang. Kegiatan penanaman ini menghabiskan waktu masing-masing untuk lahan 1 hektar dan 0,4 hektar yaitu selama tiga hari dan dua hari. Gambar 5. Penanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun

76 5.4.4 Pemupukan Tanaman dan Penyiangan Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak dua kali. Kegiatan pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan yaitu membersihkan tanaman dari tumbuhan pengganggu. Pupuk pertama diberikan 20 hari setelah tanam yang terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan penyiangan dan membuat lubang diantara jarak tanaman sejauh 20 centimeter dari batangnya, setelah itu pupuk yang telah tercampur dimasukkan kedalam lubang lalu ditimbun tanah. Pupuk kedua diberikan hari setelah tanam terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha. Pemupupukan dilakukan sama seperti pemupukan sebelumnya yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Kegiatan pemupukan pada satu hektar, dilakukan oleh lima orang tenaga kerja yang terdiri dari dua orang tenaga kerja dalam keluarga dan sisanya tiga orang merupakan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan untuk lahan rata-rata tenaga kerja terdiri dari tiga orang tenaga kerja perempuan dan dua orang tenaga kerja laki-laki. Kegiatan pemupukan berlangsung selama dua minggu untuk lahan satu hektar, dan satu minggu untuk lahan 0,4 hektar Perawatan Kegiatan perawatan pada tanaman kembang kol terdiri dari kegiatan penyulaman dan penyemprotan. Penyulaman tanaman pada kembang kol diperlukan untuk menggantikan tanaman utama yang mengalami pelayuan tanaman atau mati. Proses penyulaman ini dilakukan sejak satu minggu hingga dua minggu setelah tanam. Caranya adalah dengan mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah sisa bibit yang masih ada di polybag. Proses penyulaman pada lahan satu hektar dan 0,4 hektar menggunakan tenaga kerja wanita sebanyak tiga orang dan masingmasing lahan yang dikerjakan dalam waktu tiga hari dan dua hari. 60

77 Gambar 6. Proses Penyemprotan Pestisida Pada Tanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun 2009 Pengendalian hama dilakukan dengan cara menggunakan pestisida. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap dua minggu, sehingga penyemprotan dilakukan delapan kali sampai kembang kol panen. Jenis pestisida yang disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron, proklem ), Fungsida (polarem), penyubur (supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan satu hektar dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 hektar hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari Pemanenan Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal. Umur panen antara hari. Panen kembang kol dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian daun. Kegiatan pemanenan pada lahan satu hektar dilakukan oleh lima orang tenaga kerja dan pada lahan rata-rata menggunakan tiga orang tenaga kerja, yang melakukan 61

78 kegiatan pemotongan, pengangkatan dan penyortiran bagi kembang kol yang tidak layak dijual atau busuk. Hasil panen per hektar antara 12 ton tergantung dari populasi tanaman dan pemeliharaan. Gambar 7. Kembang Kol yang Siap untuk Dipanen Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun

79 VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian yang digunakan pada saat melakukan kegiatan budidaya Bibit Kembang kol yang ditanam oleh petani responden pada kelompok tani Suka Tani adalah jenis Royal Green yang dibeli di toko pertanian atau bibit lokal yang didatangkan dari Lembang dengan jenis Cempaka dalam bentuk benih. Petani juga sedang mencoba membuat benih sendiri dari hasil produksi sebelumnya. Bibit Royal Green diperoleh petani dengan membeli dari toko pertanian yang terdapat di Cipanas dan Cisarua. Apabila membuat benih sendiri petani responden memperolehnya dari kembang kol yang dipilih berbentuk sempurna, sehingga akan menghasilkan bibit yang baik kualitasnya. Kembang kol ini sengaja tidak dipanen serta dipelihara, hingga menghasilkan buah yang berisi biji. Biji tersebut kemudian dijemur sampai kering dan siap untuk disemai. Apabila tidak langsung disemai dapat disimpan didalam botol yang tertutup rapat tujuannya adalah untuk menjaga kualitas benih agar tetap memiliki daya kecambah yang baik. Benih yang dibeli dari toko pertanian terlebih dahulu di semai di lahan persemaian selama bulan. Untuk luasan lahan satu hektar bibit kembang kol yang di butuhkan sebanyak 25,000 bibit kembang kol ditambah dengan bibit cadangan yang digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 persen dari bibit yang dibutuhkan, sehingga total bibit yang dibutuhkan sebanyak 10 amplop benih kembang kol. Setiap satu amplop kembang kol berisi 10 gram bibit yang bisa menghasilkan 3000 batang bibit. Harga setiap satu amplop kembang kol seharga Rp 100,000,-, sehingga untuk lahan tersebut akan menghabiskan biaya untuk bibit sebesar Rp 1,000,000,-. Jarak tanam yang umum digunakan petani responden dalam usahatani kembang kol adalah 50 x 50 cm. Untuk luasan 1 hektar kembang kol

80 akan menghasilkan panen sebanyak 12 ton. Untuk luasan lahan 0.4 ha akan membutuhkan bibit kembang kol sebanyak 12,000 bibit atau sama dengan tiga amplop bibit kembang kol. Biaya bibit yang dikeluarkan untuk luasan rata-rata (0.4 ha) sebesar Rp 400,000, Lahan Sebagian besar Lahan yang digunakan petani responden untuk berusahatani kembang kol merupakan lahan milik orang lain yang memberikan izin kepada para petani untuk mengolahnya. Para pemilik tersebut bersedia meminjamkan tanah mereka kepada petani, alasannya bahwa pemilik ingin tanah mereka dirawat dan digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan sehingga dapat saling mengguntungkan kedua belah pihak. Pemilik merasa aman dengan tanah yang mereka tinggalkan, sedangkan petani bisa menjaga tanah tanpa harus diupah tetapi dapat mencari nafkah dari kegiatan usahatani dengan menggunakan lahan tersebut. Untuk mengelola lahan tersebut petani sama sekali tidak dibebani biaya sewa ataupun biaya lainnya, namun sekali waktu pemilik lahan berkunjung ke lahan mereka. Petani memberikan sebagian hasil panennya, jika pemilik lahan datang tepat pada saat panen. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Nilai sewa lahan per ha sebesar Rp. 500,000,- per musin tanam, karena biaya sewa untuk satu hektar lahan per tahun sebesar Rp 1,500,000,- sedangkan dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali musim tanam kembang kol. Pada lahan rata-rata (0.4 Ha), biaya sewa dikenakan sebesar Rp 200,000,- per musim tanam. Rata-rata kepemilikan lahan pada kelompok tani Suka Tani berkisar antara 0.2 ha sampai 1 hektar. Luasan lahan yang ditanami kembang kol oleh petani responden berkisar rata-rata lahan 0.4 hektar. Sehingga dalam perhitungan analisis usahatani kembang kol menggunakan luasan lahan tanaman kembang kol rata-rata (0.4 ha) dan satu hektar. 64

81 6.1.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk bidang pertanian kembang kol pada kelompok tani ini berasal dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang merupakan tenaga upahan. Jadwal atau waktu kerja yang diberlakukan di Desa Tugu Utara khususnya pada kelompok tani Suka Tani adalah mulai pukul sampai pukul (delapan jam kerja) untuk tenaga kerja laki-laki dan tenga kerja wanita dimulai pukul sampai pukul (enam jam). Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp 30,000,- per hari dan untuk tenaga kerja wanita adalah Rp 20,000,- per hari. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani kembang kol rata-rata sebanyak dua orang yaitu petani dan istri petani. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kembang Kol Per Hektar Per Musim Tanam No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Total Persentase Luar Keluarga Dalam Keluarga (%) L P L P 1 Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan 4 Perawatan 0.0 Penyulaman Penyemprotan pemanenan Total Nilai Tenaga Kerja (000) Tenaga kerja laki-laki lebih banyak digunakan pada saat kegiatan persiapan lahan/pengolahan lahan dan penyemprotan. Tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman, pemupukan dan penyiangan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 80 persen dari total pemakaian tenaga kerja. Hal ini di akibatkan oleh kegiatan budidaya kembang 65

82 kol ini banyak melakukan kegiatan yang berat dan membutuhkan banyak tenaga seperti pengolahan lahan yang dilakukan dengan menggunakan cangkul karena lokasi usahatani yang berbukit-bukit dan lahan yang miring, serta fasilitas jalan yang belum memadai, sehingga tidak dapat dijangkau atau dilalui oleh mesin traktor. Kegiatan penyemprotan dan panen hanya mampu dilakukan oleh tenaga kerja pria. Gambar 8. Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok Suka Tani Tahun 2009 Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak HKP (71 persen) dari total tenaga kerja yang digunakan dan dari dalam keluarga sebanyak 56 HKP (29 persen). Jumlah tenaga kerja wanita yang digunakan dalam usahatani kembang kol telah dikonversikan kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Menurut (Hernanto, 1989), dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan dalam kegiatan pemupukan dan penyiangan yaitu sebanyak 31 persen. 66

83 Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata 0,4 Hektar Per Musim Tanam No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Total Persentase Luar Keluarga Dalam Keluarga (%) L P L P 1 Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan 4 Perawatan Penyulaman Penyemprotan pemanenan Total Nilai Tenaga Kerja (000) , , Pada luasan rata-rata (0.4 ha) tenaga kerja pria juga lebih banyak digunakan pada saat persiapan lahan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 75 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 70 HKP. Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 47 HKP (50.3%) dan dari dalam keluarga sebanyak 43.7 HKP(49.7%). Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah pada kegiatan pegolahan, pemupukan dan penyiangan. Karena dalam kegiatan usahatani pengolahan lahan dilakukan masih dengan menggunakan cangkul, karena lokasi usahatani berada pada daerah yang curam dan belum tersedia fasilitas jalan untuk mesin traktor dan kendaraan besar lainnya. Pemupukan dan penyiangan dilakukan dengan bersamaan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 17 diatas. 67

84 6.1.4 Alat-alat Pertanian Dalam usahatani kembang kol jenis alat-alat pertanian yang digunakan seperti cangkul, sprayer, kored, pisau dan golok. Cangkul digunakan untuk megemburkan tanah atau untuk menggolah lahan. Koret dan golok digunakan petani untuk membersihkan/mengiangi gulma, dan rumput ataupun semak-semak yang mengganggu tanaman, serta pisau potong untuk digunakan pada saat panen. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan pestisida. Peralatan tersebut biasanya merupakan milik petani sendiri, namun jumlahnya tidak seimbang dengan luas lahan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena masing-masing buruh tani atau tenaga kerja luar keluarga membawa alat masing-masing. Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim tanam sebab setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun Sampai tidak dapat digunakan lagi. Nilai penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden Desa Tugu Utara pada kelompok tani SukaTani dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani Suka Tani Per Rata-Rata Luasan Lahan No Jenis Alat Jumlah (Buah) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Teknis (Tahun) Penyusutan (Rp/Tahun) 1 Cangkul 3 50, , ,000 2 Sprayer 2 400, , ,000 3 Kored 2 20,000 40, ,333 4 Golok 1 40,000 40, ,333 5 Pisau 2 20,000 40, ,333 6 Sabit 1 20,000 20, ,666 Jumlah 256,665 Penggunaan alat-alat pertanian untuk setiap budidaya adalah sama, hanya jumlah yang dimiliki petani tergantung kepemilikan luas lahan petani. Tabel 18 dan Tabel 19 menunjukkan nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani kembang kol pada luasa 1 hektar yaitu sebesar Rp 256,665,- per tahun, sedangkan pada luasan lahan rata-rata (0.4 ha) nilai penyusutan sebesar Rp 153,331,- per tahun. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan 68

85 asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis. Tabel 19. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani Suka Tani Per Hektar No Jenis Alat Jumlah (Buah) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Teknis (Tahun) Penyusutan (Rp/Tahun) 1 Cangkul 2 50, , ,333 2 Sprayer 1 400, , ,000 3 Kored 2 20,000 40, ,333 4 Golok 1 40,000 40, ,333 5 Pisau 1 20,000 20, ,666 6 Sabit 1 20,000 20, ,666 Jumlah 153,331 Selain lahan dan tenaga kerja, biaya yang dikeluarkan petani adalah biaya pemupukan dan pestisida. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang, urea, ZA, KCL, TSP dan NPK. Biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan pada luasan satu hektar adalah sebesar Rp 4,020,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupupuk petani untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Hektar Komponen Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) Nilai (Rp) Pupuk Kandang 12, ,100,000 Urea 300 1, ,000 KCL 300 1, ,000 TSP 300 2, ,000 ZA 300 1, ,000 Total 4,020,000 Pada luasan lahan rata-rata (0,4 hektar) biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan adalah sebesar Rp 1,608,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupukan petani responden untuk usahatani kembang kol per rata-rata luasan lahan dapat dilihat pada Tabel

86 Tabel 21. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Ratarata Luasan Lahan (0.4 ha) Komponen Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) Nilai (Rp) Pupuk Kandang 4, ,000 Urea 120 1, ,000 KCL 120 1, ,000 TSP 120 2, ,000 ZA 120 1, ,000 Total 1,608,000 Untuk pestisida petani responden menggunakan pestisida yang disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron dan proklem), Fungsida (polarem), penyubur ( supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan satu hektar petani menggeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 1,060,000,- yang dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 ha petani mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 414,000,- per musim tanam dan hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari. Jenis dan jumlah pestisida yang digunakan pada luasan satu hektar dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Tabel Rata-rata penggunaan dan Pestisida Petani Responden per Hektar dan per rata-rata luasan lahan (0.4 ha) Komponen Jumlah Fisik Harga Nilai (Rp) Nilai (Rp) 1ha 0,4Ha (Rp/Satuan) Curacron(liter) , ,000 95,000 Proklem (grm) , , ,000 Polarem (kg) , , ,000 Supergro (liter) , ,000 44,000 Dustic (liter) , ,000 40,000 Total 1,060, ,000 70

87 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Analisis usahatani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan optimal, sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dijalankan petani. Analisis yang dilakukan mengacu pada selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, yang meliputi biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti biaya bibit, pupuk, tenaga kerja luar keluarga dan peralatan yang digunakan selama kegiatan usahatani kembang kol. Biaya total adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh petani dalam bentuk tunai tetapi dihitung sebagai biaya, seperti tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan penyusutan peralatan. Analisis usahatani kembang kol yang dilakukan dalam penelitian ini di bedakan berdasarkan rata-rata luas lahan 0,4 ha dan luas lahan satu hektar. Pada usahatani kembang kol, penerimaan total diperoleh petani dari produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku. Produksi rata-rata kembang kol per luasan rata-rata lahan per musim tanam adalah 5,000 kg, dengan luasan rata-rata lahan usahatani kembang kol seluas 0.4 ha. Hasil panen ini selain di jual, juga dikonsumsi sendiri oleh petani rata-rata sebanyak 0.5 persen (22 kg) dari total hasil panen. Maka, produksi rata-rata kembang kol per rata-rata luasan lahan per musim tanam setelah dikurangi dengan tingkat kegagalan panen sebesar 10 persen adalah 4,478 kg. Sehingga penerimaan petani yang diperoleh sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan. Penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750,000,- dengan asumsi perhitungan yang sama. Biaya yang dikeluarkan petani responden terdiri dari biaya tunai dan biaya di perhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden kembang kol meliputi biaya bibit, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pemupukan, biaya obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa. 71

88 Alokasi biaya terbesar dalam sarana produksi adalah untuk pupuk kandang dan pupuk kimia. Rata-rata penggunaan pupuk kandang perluasan pupuk kandang per luasan rata-rata lahan permusim tanam adalah 4,800 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang yang didatangkan dari peternakan setempat sebesar Rp 840,000,-. Rata-rata penggunaan pupuk kandang per hektar per musim tanam sebesar 12,000 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk kandang untuk luasan satu hektar sebesar Rp 2,100,000,- per musim tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat penanaman. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sebelumnya telah dibuat. Penggunaan pupuk kimia pada kegiatan usahatni kembang kol terdiri dari pupuk urea, TSP, KCL dan ZA yang dibeli dengan harga masing-masing Rp 1,400,- per kilogram, Rp 2,000,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram. Rata-rata penggunaan pupuk kimia perluasan 1 hektar lahan dalam satu musim tanam masing-masing adalah 300 kilogram. Sedangkan pada luasan rata-rata lahan (0.4) pupuk yang digunakan masing-masing pupuk adalah sebanyak 120 kg. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga untuk lahan satu hektar adalah sebesar Rp 4,284,000,- per musim tanam atau sama dengan HKP. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja pada luasan rata-rata lahan adalah sebesar Rp 1,410,000,- per musim tanam atau menggunakan tenaga kerja sebanyak 47 HKP. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani kembang kol oleh petani responden Kelompok Suka Tani untuk luasan rata-rata adalah sebesar 43.7 HKP dan untuk satu hektar sebesar 58.7 HKP. Tenaga kerja dalam keluarga ini hanya terdiri dari istri dan petani sendiri. Istri petani dan petani sendiri dianggap sebagai buruh tani dalam kegiatan usahatani kembang kol tersebut, sehingga istri petani dan petani juga deberi upah seperti tenaga kerja luar keluarga Hasil analisis pendapatan per luasan rata-rata lahan dan luasan hektar per musim tanam petani kembang kol di Desa Tugu Utara pada kelompok tani Suka Tani dapat dilihat di Tabel

89 Tabel 23. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 3,000,- Uraian Kembamg Kol 1 H Kembang Kol 0,4 Ha Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Penerimaan: Hasil Panen (Kg) 12,500 3,000 37,500,000 5,000 3,000 15,000,000 Penjualan (Kg) 11,206 3,000 33,618,000 4,478 3,000 13,434,000 Konsumsi Sendiri (Kg) 60 3, , ,000 75,000 Resiko Panen (Kg) 1,250 3,000 3,750, ,000 1,500,000 Total Penerimaan 11,250 3,000 33,750,000 4,500 3,000 13,500,000 Pengeluaran: Biaya Tunai Benih ,000 1,000, , ,000 Pupuk: a. Urea (kg) 300 1, , , ,000 b. ZA (kg) 300 1, , , ,000 c. TSP (kg) 300 2, , , ,000 d. KCL (kg) 300 1, , , ,000 e. Pupuk Kandang (kg) 12, ,100,000 4, ,000 Pestisida : a. Curacron (Liter) 1 190, , ,000 95,000 b. Proklem( Gram) 4 90, , , ,000 c. Polarem (Kg) 6 50, , , ,000 d. Supergro (Liter) 5 22, , ,000 44,000 e. Dustic (Liter) 5 20, , ,000 40,000 Tenaga Kerja Luar Keluarga ,000 4,284, ,000 1,410,000 Total Biaya Tunai 10,364,000 3,832,000 Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat 256, ,331 Tenaga Kerja Dalam Keluarga ,000 1,761, ,000 1,311,000 Sewa Lahan 500, ,000 Total Biaya Diperhitungkan 2,517,665 1,664,331 Biaya Total 12,881,665 5,496,331 Pendapatan Atas Biaya Tunai 23,386,000 9,668,000 Pendapatan Atas Biaya Total 20,868,335 8,003,669 R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total Biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kembang kol perluasan ratarata lahan per musim tanam adalah sebesar Rp 5,496,331,-, sedangkan per hektar per musim tanam sebesar Rp 12,881,665,-. Pada rata-rata luasan lahan, 73

90 pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai pada saat harga kembang kol Rp 3,000,- adalah sebesar Rp 9,668,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total per luasan rata-rata lahan sebesar Rp 8,003,669,-. Pada luasan lahan satu hektar pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai adalah sebesar Rp 23,386,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20,868,335,-. Usahatani kembang kol ini dikatakan menguntungkan atau efisien untuk diusahakan juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (R/C Rasio). Berdasarkan Tabel 23, R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.6,-. Nilai R/C yang Lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0.4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.5,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0.4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani akan mengalami penurunan jika terjadi penurunan harga karena penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumalah produksi dengan harga kembang kol. Harga kembang kol sering mengalami fluktuasi, harga terendah yang diterima petani kelompok tani Suka Tani adalah Rp. 1,000,-. Jadi penerimaan petani ketika harga kembang kol Rp 1,000,- pada luasan 1 ha adalah Rp 11,250,000,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp 4,500,000,-. Biaya yang dikeluarkan oleh petani sama seperti pada saat harga kembang kol sedang normal. Sehingga pendapatan petani atas biaya tunai pada lahan 1 ha adalah Rp -116,000,- sedangkan pada lahan luasan rata-rata adalah Rp 404,000,- dan pendapatan atas biaya total pada Luan 1 ha adalahrp -2,282,665,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp -1,317,331,-. Perincian analisis pendapatan rata-rata 74

91 usahatani kembang kol petani kelompok tani Suka Tani ketika harag mengalami penurunan menjadi Rp 1,000,- dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 1,000,- uraian Kembamg Kol 1 Ha Kembang Kol 0,4 Ha Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Penerimaan: Hasil Panen (Kg) 12,500 1,000 12,500,000 5,000 1,000 5,000,000 Penjualan (Kg) 11,206 1,000 11,206,000 4,478 1,000 4,478,000 Konsumsi Sendiri (Kg) 60 1,000 60, ,000 25,000 Resiko Panen (Kg) 1,250 1,000 1,250, , ,000 Total Penerimaan 11,250 1,000 11,250,000 4,500 1,000 4,500,000 Pengeluaran: Biaya Tunai Benih ,000 1,000, , ,000 Pupuk: a. Urea 300 1, , , ,000 b. ZA 300 1, , , ,000 c. TSP 300 2, , , ,000 d. KCL 300 1, , , ,000 e. Pupuk Kandang 12, ,100,000 4, ,000 Pestisida : a. Curacron 1 190, , ,000 95,000 b. Proklem 4 90, , , ,000 c. Polarem 6 50, , , ,000 d. Supergro 5 22, , ,000 44,000 e. Dustic 5 20, , ,000 40,000 Tenaga Kerja Luar ,000 5,286, ,000 1,674,000 Keluarga Total Biaya Tunai 11,366,000 4,096,000 Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat 256, ,331 Tenaga Kerja Dalam 62 30,000 1,860, ,000 1,368,000 Keluarga Sewa Lahan 50, ,000 Total Biaya 2,166,665 1,721,331 Diperhitungkan Biaya Total 13,532,665 5,817,331 Pendapatan Atas Biaya (116,000) 404,000 Tunai Pendapatan Atas Biaya (2,282,665) (1,317,331) Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total

92 Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa pada luasan lahan 1 ha nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam kembang kol maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,- sedangkah R/C atas biaya total adalah sebesar 0.8. hal ini juga berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya total yang dikeluarkan untuk menanam kembang kol akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.8,-. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahwa usahatani kembang kol petani pada kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan nilai R/C atas biaya total kurang dari satu. Begitu halnya pada lahan luasan rata-rata dimana R/C atas biaya tunai sebesar 1.1 sedangkan R/C atas biaya total adalah 0.8,sehingga usahatani kembang kol petani pada kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara pada luasan rata-rata apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Dengan kondisi harga yang berfluktuasi maka dilakukan perthintungan harga pokok produksi. Dengan dasar biaya per unit atau harga pokok tersebut maka petani dapat menetapkan harga jual sesuai dengan laba/ keuntungan sesuai dengan tujuan usahatani (Limbong dan Sitorus, 1987). Biaya per unit atau harga pokok dapat dihitung dengan menambahkan total biaya variabel dan biaya tetap dibagi dengan hasil penjumlahan produksi normal dan produksi nyata. Produksi nyata merupakan jumlah produksi yang dihasilkan pada saat kembang kol dipanen. Sedangkan produksi normal adalah jumlah produksi yang seharusnya di hasilkan pada saat panen kembang kol. Perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok/ Biaya per Kg Kembang Kol Uraian Luasan 1 Ha Luasan 0,4 Ha Total Biaya tetap (Rp) 2,166,665 1,721,331 Total Biaya Variabel (Rp) 11,366,000 4,096,000 Produksi Normal (Kg) 12, Produksi Nyata (Kg) 11, Harga Pokok Produksi (Rp/Kg) 1,190 1,269 76

93 Tabel 25 menunjukkan harga pokok/biaya per unit kembang kol pada luasan lahan 1 ha adalah Rp 1,190. Hal ini menunjukkan bahwa harga minimal yang digunakan untuk menjual kembang kol tidak bisa kurang dari harga pokok produksi. Bila harga jual kembang kol lebih rendah dari harga pokok maka petani akan mengalami kerugian. Begitu pula pada luasan lahan rata-rata harga jual kembang kol harus lebih besar dari harga pokok yaitu sebesar Rp 2,269,-. Bila harga jual petani lebih rendah dari harga pokok/biaya per unit akan menimbulkan kerugian bagi petani. 77

94 VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul, pedagang besar (pedagang grosir), pedagang pengecer yang berada di Pasar Cisarua, Pasar TU dan Pasar Induk Kramatjati sampai kekonsumen akhir. Analisis pemasaran dapat dilihat dari saluran pemasaran yang terjadi, peranan lembaga pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar, marjin pemasaran dan farmer s share Saluran Pemasaran Kegiatan pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara melibatkan pelaku atau lembaga pemasaran dalam penyaluran barang yang disebabkan karena adanya jarak antara produsen dengan konsumen. Saluran pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat lima saluran pemasaran yang digunakan petani untuk menyalurkan kembang kol kepada konsumen. Saluran tersebut antara lain: 1. Petani Pedagang Pengumpu Pedagang grosir Kramatjati Pedagang Pengecer Pasar Induk Kramatjati Konsumen 2. Petani Pedagang Pegumpul Pedagang Grosir TU Pedagang Pengecer Pasar TU Konsumen 3. Petani Pedagang Besar Pedagang Grosir Kramatjati Pedagang Pengecer Pasar Induk Kramatjati Konsumen 4. Petani Pedagang Besar ( Pedagang Grosir Pasar TU) Pedagang Pengecer Pasar TU Konsumen 5. Petani Pedagang Pengecer Pasar Cisarua Konsumen 78

95 I Petani Pedagang Pengumpul III IV II Grosir Kramat Grosir Pasar TU Pengecer KramatJati Pengecer Pasar TU Konsumen Gambar 9. Pola Umum Saluran Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30 responden petani 22 orang (73%) menjual kembang kol kepada tengkulak. Hal ini karena tengkulak mendatangi petani ke kebun petani untuk melakukan penawaran pembelian kembang kol, sehingga petani dapat dengan mudah memasarkan kembang kol mereka karena tidak perlu mencari pembeli sehingga tidak mengetahui informasi perkembangan harga sayur-sayuran dipasar. Sedangkan delapan orang (27%) petani responden menjual kembang kol mereka langsung ke pasar kepada pedagang grosir atau pengecer. Petani yang menjual langsung kembang kol kepada pedagang besar dikarenakan harga di pasar lebih besar dan menjual ke pasar lebih menyenangkan dari pada harus menjual kepada tengkulak karena dapat mengetahui perkembangan harga. V Pada dasarnya petani memiliki kebebasan untuk menentukan saluran mana yang akan dipilih dalam menjual hasil panen kembang kol tersebut. Pada saluran I dan II petani dapat menjual kembang kolnya melalui tengkulak, dan tengkulak akan melanjutkan proses pendistribusian ke dua pasar tujuan yakni, pasar Induk Kramatjati dan pasar TU. Pada saluran pemasaran III, IV dan V petani dapat menjual hasil panen kembang kolnya langsung ke pasar tujuan seperti Pasar Kramatjati, pasar TU dan pasar Cisarua. Pengecer Pasar Cisarua 79

96 7.1.2 Peranan Lembaga Pemasaran Proses pemasaran kembang kol dari tingkat produsen ke tingkat konsumen memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses pemasaran dan kegiatan tersebut dinamakan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran kembang kol pada petani kelompok Suka Tani mempunyai fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Perincian pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Aktivitas Petani Fungsi Pertukaran Penjualan Fungsi Fisik Pemanenan dan Pengangkutan Fungsi Fasilitas Pembiayaan, Informasi Pasar, Penanggungan Resiko, Tengkulak Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan Fungsi Fisik Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan Fungsi Fasilitas Pembiayaan dan Informasi Pasar, Penanggungan Resiko Pedagang Besar Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan, Pengumpulan Fungsi Fasilitas Penaggungan Resiko, Sortasi, Pembiayaan dan Informasi Pasar Pedagang Pengecer Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan Fungsi Fasilitas Penaggungan Resiko, Standarisasi, Sortasi, Grading, Pembiayaan dan Informasi Pasar 80

97 a. Petani Pada dasarnya petani responden kembang kol pada kelompok Suka Tani tidak mengalami kesulitan dalam menjual kembang kol karena tengkulak siap membeli kembang kol petani. Pada umumnya petani menjual kembang kol ketengkulak langganan dan jarang sekali langsung menjualnnya ke pasar. Hal ini terjadi karena lokasi petani jaraknya berjauhan dengan pasar yang ada, dan dengan mempertimbangkan ongkos dan biaya pengemasan petani lebih memilih untuk langsung menjual kepada tengkulak karena dianggap lebih efisien. Petani menjual kembang kol kepada tengkulak dengan sistem siap angkut. Petani terlebih dahulu memanen kembang kol yang sudah layak untuk dipanen dan diangkat dari lahan pertanian, dan dihadapan tengkulak kembang kol di masukkan kedalam karung untuk di timbang dan kembang kol siap dibawa tengkulak untuk dijual kembali. Harga yang terbentuk tetap menyandarkan kepada harga pasar. Selain itu, harga pasar juga dijadikan patokan dalam tawarmenawar antara petani dengan pedagang pengumpul walaupun pada akhirnya petani menerima harga yang ditawarkan oleh pedagang. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani adalah fungsi pertukaran yaitu penjualan dan fungsi fisik yang berupa pengumpulan. Fungsi pertukaran yaitu petani melakukan transaksi penjualan kepada pedagang pengumpul maupun kepedagang grosir. Pada saluran pemasaran I dan II fungsi penjualan yang dilakukan Petani kepada pedagang pengumpul dilakukan dikebun petani dimana kembang kol telah siap dipanen. Pada saluran ini petani hanya menanggung biaya panen, tetapi untuk biaya pegemasan, dan pengangkutan seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sedangkan untuk petani yang melakukan penjualan langsung kepasar atau pedagang besar melakukan penjualan di pasar yang dituju, seperti Pasar Cisarua, Pasar Induk Kramatjati, dan Pasar TU seluruh biaya panen, pengemasan dan pengangkutan ditanggung oleh petani sendiri. Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani pada saluran III, IV dan V yaitu petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang grosir dan pengecer. Petani menanggung seluruh biaya panen, biaya pengemasan dan biaya pengangkutan. Biaya panen diantaranya adalah biaya tenaga kerja untuk 81

98 pemanenan dari kebun yaitu pemotongan kembang kol. Biaya pemanenan ini juga termasuk biaya tenaga kerja untuk pengemasan kembang kol kekarung. Untuk pengemasan kembang kol petani membutuhkan karung besar untuk mengemas kembang kol. Pengangkutan kembang kol dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar. Fungsi fasilitas di tingakat petani pada saluran pemasaran III, IV dan V antara lain fungsi penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan. Fungsi penanggungan resiko dialami petani antara lain resiko fisik seperti hasil panen yang kurang baik maupun resiko penurunan harga komoditi kembang kol di pasar. Informasi pasar yang ada ditingkat petani adalah informasi mengenai perkembangan harga pasar yang dapat diperoleh dari sesama petani atau langsung melakukan survei ke pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang dilakukan petani antara lain penyediaan modal untuk kegiatan usahatani dan penyediaan modal untuk pemasaran bagi petani yang menjual kembang kolnya langsung ke pasar. b. Pedagang Pengumpul Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul di Desa Tugu Utara antara lain fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas yaitu penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan. Fungsi pembelian ditingkat pedagang pengumpul adalah pembelian kembang kol dari petani yang dilakukan langsung dikebun petani, dimana kembang kol telah selesai dipanen oleh petani, sedangkan untuk fungsi penjualannya hanya dilakukan kepada pedagang grosir yang ada di pasar. Harga pembelian kembang kol ditentukan berdasarkan harga yang sedang berlaku di pasar pada saat transaksi terjadi. Pedagang pengumpul biasanya membeli kembang kol dari petani rata-rata ton per hari, hal ini terkait dengan kapasitas kendaraan yang digunakan. Besarnya biaya angkut dari desa kepasar seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar. 82

99 Pada fungsi fasilitas sebelum membeli kembang kol dari petani, pedagang pengumpul akan mencari informasi harga dari pasar induk untuk menentukan harga beli kembang kol. Biaya penyusutan kembang kol umumnya tidak ada di tingkat pedagang pengumpul karena tidak ada kegiatan penyimpanan. Tetapi penanggungan resiko dapat dialami pedagang pengumpul bila terjadi kerusakan selama perjalanan ke pasar, hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu yang dapat menurunkan nilai jual produk. Sedangkan fungsi pembiayaan di tingkat pedagang pengumpul adalah penyediaan modal untuk kegiatan pemasaran kembang kol. c. Pedagang Grosir pedagang grosir ini antara lain pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dan pedagang Pasar TU. Pedagang grosir pada masing-masing saluran pemasaran ini melakukan beberapa fungsi pemasaran diantaranya adalah fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu fungsi pengumpulan, pengemasan, penyimpanan, serta fungsi fasilitas yaitu standarisasi, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pembelian yang dilakukan pedagang grosir adalah pembelian dari pedagang pengumpul. Fungsi penjualan dilakukan pedagang grosir kepada pengecer maupun konsumen. Pembelian dan penjualan dilakukan dimasingmasing lapak pasar yang sudah disewa oleh pedagang grosir. Fungsi Fisik dilakukan pedagang grosir dengan mengumpulkan semua penjualan dari pedagang-pedagang pengumpul yang berasal dari berbagai daerah. Setelah sampai di pasar, kembang kol diturunkan dari mobil oleh buruh yang seluruh biaya upah ditanggung oleh pedagang grosir. Kembang kol kemudian ditimbang dan sortasi berdasarkan kualitas, terdapat tiga tingkatan kualitas kembang kol yang akan dijual ke pedagang pengecer dan konsumen. Untuk kembang kol yang tidak layak jual dan biaya penyusutannya ditanggung oleh pedagang grosir. Kemudian kembang kol yang sudah disortasi dikemas dengan menggunakan karung dan disimpan untuk dijual pada hari selanjutnya. Penyimpanan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena mengingat sifat tanaman sayuran yang mudah busuk. 83

100 Fungsi fasilitas di tingkat pedagang grosir diantaranya adalah fungsi standarisasi, yaitu penentuan mutu dari kembang kol yang layak untuk dijual. Untuk kembang kol yang tidak layak jual biaya ditanggung oleh pedagang grosir. Fungsi penanggungan resiko juga terjadi bila harga yang berlaku di pasar berubah. Informasi mengenai pasar dan harga di dapat dari pedagang lainya dan dari kondisi yang terjadi di pasar. Fungsi pembiayaan yang ditanggung oleh pedagang grosir adalah biaya bongkar muat, biaya sewa lapak, biaya pengemasan dengan menggunakan karung, biaya retribusi. Pedagang grosir tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena penjualan kepada pengecer dilakukan di pasar tersebut. d. Pengecer Fungsi pemasaran yang ada di tingkat pedagang pengecer diantaranya fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan pada pedang grosir yang ada di pasar-pasar besar dan fungsi penjualan dilakukan kepada konsumen akhir. Fungsi fisik di tingkat pengecer pada masingmasing pasar diantaranya adalah grading yaitu membagi kembang kol menjadi tiga tingkat kualitas yang berbeda-beda harga jualnya, fungsi fisik lainnya seperti pengemasan kembang kol, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan dilakukan bila kembang kol tidak habis di pasarkan pada hari yang sama. Fungsi pengangkutan hanya dilakukan saat membeli kembang kol ke pasar grosir. Gambar 10. Kondisi Penjualan Kembang Kol Tingkat Pengecer di Pasar Cisarua Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kembang Kol Kol bunga atau sering disebut kembang kol merupakan salah satu anggota famili kubis dengan nama latin Brassica oleracea botrytis L. subvar. cauliflora DC berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. OLEH: I PUTU DHARMA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR. 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk di kembangkan. Tomat merupakan tanaman yang bisa dijumpai diseluruh dunia. Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol Karo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran kembang kol di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI 10712027 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci