BAB I PENDAHULUAN. Praktik Kedokteran, mengatur terbentuknya Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Praktik Kedokteran, mengatur terbentuknya Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, mengatur terbentuknya Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). KKI menetapkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan Standar Pendidikan Profesi Dokter pada tahun Hal ini menjadi dasar bagi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk mewajibkan institusi penyelenggara pendidikan kedokteran, menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK merupakan penyerapan dari problem-based learning dan prinsip integrasi berbagai ilmu kedokteran. Penerapan ini, pada kenyataannya tergantung pada kemampuan berbagai institusi pendidikan yang kondisinya berbeda-beda. Akibatnya timbul perbedaan yang cukup besar, terhadap kualitas pendidikan pada institusi pendidikan yang satu dengan yang lain. Saat ini, uji kompetensi dititikberatkan pada uji pengetahuan pilihan ganda. Model ujian ini kurang menggambarkan kompetensi lulusan, karena aspek keterampilan klinik dan perilaku kurang teruji. Hal ini semakin mendorong diterapkannya metode uji keterampilan klinik, salah satunya adalah OSCE yaitu Objective Structured Clinical Examination (Dikti, 2011). OSCE adalah suatu metode untuk menguji kompetensi keterampilan klinik secara obyektif dan terstruktur. Objektif karena semua peserta ujian diuji dengan materi ujian yang sama. Penguji OSCE, diberikan panduan lembar

2 2 penilaian dan cara menilai keterampilan klinik yang dilakukan peserta ujian. Subyektivitas dapat dihindari dengan menggunakan metode ini, karena penguji menilai berdasarkan tindakan yang dilakukan peserta kemudian mencocokannya dengan kriteria penilaian yang ada, bukan berdasarkan pengetahuan penguji. Terstruktur karena semua instruksi ujian dituliskan dengan urut pada lembar yang telah disediakan. Pada prosesnya, penguji akan menilai setiap peserta ujian di satu stasiun. Penguji menilai dengan cara melakukan observasi dan mengajukan pertanyaan serta menunjukan hasil pemeriksaan penunjang jika diminta dalam soal. Waktu ujian yang menjadi tanggungjawab setiap penguji, tergantung banyak sedikitnya materi yang harus diujikan. Standar OSCE Nasional adalah 15 menit, untuk setiap penguji yang bertanggungjawab pada setiap stasiun ujian. Kompetensi klinik yang diujikan yaitu anamnesa, pemeriksaan fisik, keterampilan prosedur klinik, interpretasi hasil laboratorium, manajemen terapi, kemampuan komunikasi dan perilaku profesional (Dikti, 2011). OSCE yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al- Azhar (FK UNIZAR) Mataram terdiri atas tiga jenis yaitu, (1) OSCE reguler yang dilakukan pada setiap akhir modul, bertujuan sebagai ujian keterampilan klinik modul. Pada setiap semester diberikan tiga sampai empat modul pembelajaran, sehingga dalam satu semester bisa dilakukan tiga sampai empat kali ujian OSCE reguler. Pada semester ganjil, minimal berlangsung 12 kali ujian OSCE reguler (semester I, III, V, VII) jika seluruh peserta dinyatakan lulus. Jumlah ujian OSCE reguler pada semester ganjil bisa bertambah, jika ada peserta yang dinyatakan tidak lulus. Sedangkan pada semester genap, minimal dilaksanakan 9 kali ujian

3 3 OSCE reguler (Semester II, IV, VI) jika semua peserta dinyatakan lulus. Jumlah OSCE reguler pada semester genap bisa juga bertambah, kalau ada peserta yang diharuskan mengulang karena tidak lulus sebelumnya. (2) OSCE Komprehensif, dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan program pendidikan sarjana kedokteran. Tujuannya sebagai tes masuk untuk mengikuti program pendidikan profesi dokter, diselenggarakan minimal tiga kali dalam setahun sesuai dengan format OSCE Nasional. (3) OSCE Nasional diselenggarakan mengikuti kalender Uji Kompetensi Dokter yang telah ditetapkan oleh Panitia Uji Kompetensi sebanyak empat kali dalam satu tahun. OSCE ini bertujuan untuk memperoleh sertifikat kompetensi dalam bentuk Surat Tanda Registrasi yang dapat digunakan memperoleh Surat Izin Praktik. Penguji OSCE reguler di FK UNIZAR yang sudah terlatih adalah enam orang dokter, berasal dari staf pengajar FK UNIZAR yang telah memenuhi syarat sebagai penguji OSCE, memenuhi kualifikasi pendidikan S2 dan atau dokter Spesialis serta telah mengikuti dan mendapatkan sertifikat pelatihan penguji OSCE Nasional yang diselenggarakan oleh Komite Bersama uji kompetensi Dokter Indonesia. Penguji OSCE reguler di FK UNIZAR harus melaksanakan tugas 10 jam. Pelaksanaan ujian OSCE reguler menggunakan enam dosen penguji yang harus bertanggungjawab pada satu stasiun ujian dengan alokasi waktu observasi simulasi keterampilan adalah 10 menit untuk setiap peserta ujian. Jumlah peserta yang di uji adalah 60 orang, sehingga total waktu menguji adalah 600 menit atau 10 jam. Penguji melaksanakan tugas menguji untuk 60 peserta ujian, dilakukan

4 4 sambil duduk selama kurang lebih 10 jam. Proses kerja yang sama dilakukan berulang dan melibatkan aktivitas fisik serta mental, dapat menimbulkan kelelahan umum maupun kebosanan bahkan keluhan otot. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan melebihi jadwal yang telah ditetapkan, metode kerja yang kurang variatif atau bersifat monoton, sarana dan prasarana yang kurang sesuai dengan antropometri serta kurangnya melakukan istirahat berupa istirahat aktif. Dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi ketelitian, kecepatan dan konstansi kerja yang pada akhirnya kinerja bisa terganggu (Sutajaya, 2006). Kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya keluhan kerja berupa kebosanan, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan (Mangkuprawira, 2003). Oleh karena itu, peningkatan kinerja secara ergonomis dapat diukur berdasarkan indikator penurunan kebosanan, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan (Arimbawa, 2010). Kelelahan biasanya dapat berupa adanya perasaan sakit, berat pada bola mata (mengantuk) pusing, jantung berdebar dan malas beraktivitas (Kroemer dan Grandjean, 2000). Kelelahan yang dialami penguji ditandai dengan beberapa aktivitas, seperti (1) menoleh ke kiri dan ke kanan; (2) menggeser-geser pantat; (3) menguap; dan (4) waktu ujian dirasakan berlangsung sangat lambat (Sutajaya, 2006). Studi pendahuluan mengenai kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal terhadap penguji dengan duduk statis dalam waktu lama didapatkan bahwa dari total enam orang penguji yang mengalami kelelahan sebanyak empat orang dan keluhan muskuloskeletal di bagian bahu sebanyak tiga orang, bagian punggung sebanyak empat orang, bagian pinggang sebanyak lima

5 5 orang serta bagian bokong sebanyak lima orang. Sebanyak enam orang atau semuanya mengalami kebosanan saat menguji. Penelitian lain yang dilakukan oleh Irwanti (2011) pada siswa kelas X SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung dalam proses pembelajaran dengan duduk statis dalam waktu lama didapatkan bahwa sebanyak 44,5% peserta didik mengalami kelelahan dan keluhan muskuloskeletal di bagian bahu sebanyak 40,5%, bagian punggung sebanyak 45%, bagian pinggang sebanyak 62,7% serta bagian bokong sebanyak 47,3%. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebosanan, kelelahan, dan keluhan muskeloskeletal adalah dengan melakukan peregangan, mengatur waktu istirahat yang lebih sering, pemberian teh manis serta menguji di beberapa stasiun secara bergantian. Upaya yang paling mungkin dilakukan untuk mengurangi kebosanan, kelelahan, keluhan muskuloskeletal pada ujian OSCE reguler adalah dengan melakukan peregangan otot dan pemberian teh manis selama kegiatan menguji. Pengaturan jam istirahat yang lebih sering dinilai tidak mungkin berkenaan dengan waktu pelaksanaan yang sudah tergolong sangat lama, demikian pula dengan menguji dibeberapa stasiun secara bergantian tidak memungkinkan karena akan mengakibatkan bertambahnya beban kerja penguji. Peregangan merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot istirahat (relaksasi) sehingga tidak menjadi tegang. Selain mempengaruhi tubuh, peregangan juga menyegarkan pikiran karena dapat beradaptasi secara visual terhadap kondisi lingkungan yang lebih variatif. Jika dilakukan dengan perlahan dan fokus, peregangan dapat menjadi alat penghilang stres (Alter, 2003). Teh dinyatakan mengandung kafein, selain theanine katekin dan flavonoid oleh Walton (2002) dalam Sofwan (2013) dapat meningkatkan ketahanan fisik serta

6 6 menunda terjadinya kelelahan karena meningkatkan kadar serotonin yang ada di otak. Selain itu, kafein dalam teh juga dapat meningkatkan konsentrasi sewaktu bekerja dan dapat memperbaiki mood saat bekerja sehingga membuat suasana kerja menjadi kondusif dan menyenangkan (Sofwan, 2013) Oleh karena itu, dipandang perlu melakukan penelitian kinerja penguji OSCE reguler berorientasi ergonomi dengan melakukan peregangan di sela-sela menguji dan pemberian teh manis untuk menurunkan kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal penguji OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram. Peningkatan kinerja tersebut, diharapkan meningkatkan mutu lulusan yang dihasilkan karena menguasai kompetensi sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi berupa istirahat aktif berbentuk peregangan dan minum teh manis sebagai berikut: a. Apakah Ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi berupa istirahat aktif berbentuk peregangan dan minum teh manis dapat meningkatkan kinerja penguji di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram di lihat dari penurunan kebosanan? b. Apakah Ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi berupa istirahat aktif berbentuk peregangan dan minum teh manis dapat meningkatkan kinerja

7 7 penguji di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram di lihat dari penurunan kelelahan? c. Apakah Ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi berupa istirahat aktif berupa peregangan dan minum teh manis dapat meningkatkan kinerja penguji di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram di lihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji adanya peningkatan kinerja penguji OSCE Reguler di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram dilihat dari penurunan kebosanan, penurunan kelelahan dan penurunan keluhan muskuloskeletal Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut. a. Untuk mengetahui ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja penguji OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram di lihat dari penurunan kebosanan. b. Untuk mengetahui ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja penguji OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram di lihat dari penurunan kelelahan.

8 8 c. Untuk mengetahui ujian OSCE reguler berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja penguji OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram di lihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal 1.4 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan : a. Dapat memberikan solusi terhadap permasalahan ujian OSCE reguler dalam hal peningkatan kinerja para penguji OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram b. Menjadi salah satu masukan bagi pengambil kebijakan pada perguruan tinggi Universitas Islam Al-Azhar Mataram untuk memperhatikan proses ujian OSCE reguler agar lebih memenuhi kaedah ilmu ergonomi. c. Dapat digunakan untuk membantu para penguji OSCE di perguruan tinggi manapun agar bekerja lebih optimal dengan kinerja yang baik Manfaat Teoritis Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori ergonomi, diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut yang mendalam

9 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ujian OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar (FK UNIZAR) Mataram Objective Structured Clinical Examination (OSCE) OSCE adalah suatu metode untuk menguji kompetensi klinik secara objektif dan terstruktur, dalam bentuk putaran stasiun dengan waktu tertentu. Metode ini disebut objektif dan terstruktur, Objektif karena semua peserta ujian diuji dengan materi ujian yang sama. Penguji OSCE, diberikan panduan lembar penilaian dan cara menilai keterampilan klinik yang dilakukan peserta ujian. Subyektivitas dapat dihindari dengan menggunakan metode ini, karena penguji menilai berdasarkan tindakan yang dilakukan peserta kemudian mencocokannya dengan kriteria penilaian yang ada, bukan berdasarkan pengetahuan penguji. Terstruktur karena semua instruksi ujian dituliskan dengan urut pada lembar yang telah disediakan. Selama ujian penguji harus menguji peserta yang mendatangi beberapa stasiun secara berurutan. Pada masing-masing stasiun ada suatu tugas atau soal yang harus dikerjakan/ didemonstrasikan atau pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta ujian. Penguji harus mengobservasi peserta yang datang pada stasiun ujian yang menjadi tanggungjawabnya mengenai kemampuan menginterpretasi data atau materi klinik serta menjawab pertanyaan lisan. Setiap stasiun, dibuat seperti kondisi klinik yang mendekati senyata mungkin. Penguji OSCE menilai

10 10 berdasarkan keputusan yang sifatnya menyeluruh, bersumber dari berbagai komponen kompetensi. Setiap penguji yang bertugas pada setiap stasiun, bertanggungjawab pada materi uji yang spesifik. Setiap penguji harus memberikan materi uji klinik yang sama kepada seluruh peserta ujian. Setiap penguji menyiapkan waktu untuk masing-masing peserta ujian, tergantung pada modul pembelajaran yang berkisar antara lima sampai lima belas menit. Paling sering menggunakan waktu sepuluh menit Jenis OSCE di FK UNIZAR OSCE Nasional OSCE Nasional diselenggarakan mengikuti kalender Uji Kompetensi yang telah ditetapkan Panitia Nasional Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter, yaitu empat kali dalam satu tahun. OSCE ini bertujuan untuk memperoleh sertifikat kompetensi dalam bentuk Surat Tanda Registrasi yang dapat digunakan memperoleh Surat Izin Praktik. Beberapa aturan yang menjadi dasar pelaksanaan Uji Kompetensi di Indonesia dalam bentuk OSCE adalah (Dikti, 2011): a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan c. Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

11 11 d. Perkonsil Nomor 1/2005 tentang Registrasi e. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 20/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter f. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21 A/KKI/Kep/IX/2006 tentang Standard Kompetensi Dokter Indonesia Adapun tujuan dilaksanakannya OSCE secara nasional adalah: a. Penapisan dokter/dokter gigi untuk menghasilkan dokter/dokter gigi yang kompeten b. Menciptakan sistem ujian yang objektif dan terstandar secara nasional c. Melengkapi ujian kompetensi dari segi psikomotor dan perilaku Blue print OSCE menggambarkan materi yang diujikan secara proporsional. Blue print menentukan keterampilan klinik, keterampilan komunikasi, dan pengetahuan yang diuji dengan memperhatikan keterwakilan sistem, lokasi, fokus kompetensi, serta kasus sehingga peserta diuji secara komprehensif. Adapun komponen penilaian berdasarkan blue print OSCE tersebut adalah penilaian kompetensi (Actual Mark) yang terdiri dari tujuh area kompetensi dan yang kedua adalah penilaian keseluruhan (Global rating). a. Penilaian Kompetensi (Actual Mark) Kompetensi yang dinilai dalam OSCE Uji Kompetensi Dokter Indonesia adalah: 1) Kemampuan Anamnesis Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta memfasilitasi pasien untuk menceritakan kesakitannya. Menggunakan pertanyaan yang sesuai

12 12 untuk mendapatkan informasi yang akurat. Memberikan respon yang sesuai terhadap isyarat pasien baik yang verbal maupun non verbal. 2) Kemampuan pemeriksaan fisik Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta melakukan pemeriksaan fisik sesuai masalah klinik pasien dengan menggunakan teknik pemeriksaan yang logis, sistematik/runut dan efisien. Tanggap terhadap kenyamanan pasien dan memberikan penjelasan ke pasien 3) Melakukan tes/prosedur klinik atau interpretasi data untuk menunjang diagnosis banding atau diagnosis. Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta untuk melakukan suatu tes/prosedur klinik dengan benar dan menyampaikan prosedur atau hasilnya atau menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang dengan benar dan menjelaskan kepada pasien dengan tepat. 4) Penegakan diagnosis/diagnosis banding Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta menetapkan diagnosis/diagnosis banding yang tepat, sesuai dengan masalah klinik pasien. 5) Tatalaksana a. Non-farmakoterapi (tindakan) Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta melakukan tindakan yang sesuai masalah klinik pasien dan menyampaikan alasan dan prosedur pelaksanaan tindakan.

13 13 b. Farmakoterapi Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta memilih obat yang rasional. 6) Komunikasi dan atau edukasi pasien Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta berkomunikasi dengan baik, yaitu menggali perspektif pasien dengan bahasa yang bisa dimengerti, memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, menanggapi pertanyaan/pernyataan pasien baik verbal maupun non verbal, melakukan diskusi, negosiasi dan membina hubungan baik dengan pasien dan atau memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah pasien dengan cara yang tepat. 7) Perilaku Profesional Penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta mempraktekkan aspek profesionalisme yaitu meminta informed consent, melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak membahayakan pasien, memperhatikan kenyamanan pasien, melakukan tindakan sesuai prioritas dan menunjukan rasa hormat kepada pasien. Menyadari keterbatasan dengan merujuk pasien ke dokter/layanan kesehatan yang lebih baik. b. Penilaian Umum (Global Rating) Selain penilaian kompetensi, peserta ujian akan dinilai kemampuannya secara umum. Komponen penilaian ini merupakan impresi penguji setelah melihat kemampuan peserta secara keseluruhan apakah peserta mampu menjadi dokter

14 14 dengan kemampuan yang ada. Terdiri dari tidak lulus, borderline, lulus serta superior. Nilai borderline akan menjadi dasar dalam penentuan nilai batas lulus. Tujuh area kompetensi yang akan diujikan tidak harus selalu ada di tiap stasiun, bisa saja satu stasiun hanya menguji beberapa kemampuan kompetensi, misalnya di stasiun satu menguji kompetensi anamnesa dan pemeriksaan fisik serta perilaku profesional, di stasiun dua diujikan titik beratnya pada kemampuan diagnosis, terapi, edukasi pasien dan perilaku profesional dan sebagainya. Dari 12 stasiun yang diujikan, ketujuh area kompetensi tersebut harus masuk didalamnya. Satu area kompetensi yang wajib ada di tiap stasiun adalah perilaku profesional. Adapun 12 stasiun yang akan dinilai dalam OSCE Dokter, yaitu: 1) Endokrin dan metabolisme 2) Hematologi dan onkologi 3) Psikiatri 4) Sistem gastrointestinal 5) Sistem kardiovaskuler 6) Sistem muskuloskeletal 7) Sistem genitourinaria 8) Sistem pengindraan 9) Sistem reproduksi 10) Sistem respirasi 11) Sistem saraf 12) Kepala leher

15 15 Setiap stasiun dilaksanakan dalam waktu 15 menit. Minimal tujuh stasiun harus menggunakan Pasien Standar dan maksimal lima stasiun menggunakan manekin atau alat peraga. Penulisan soal perlu diperhatikan dengan baik agar peserta ujian tidak mengalami kesulitan saat membaca soal dan penguji, pasien standar, serta laboran mudah menjalankan perintah yang ada di soal pada stasiun tersebut. Format penulisan soalpun distandarkan secara nasional, meliputi unsur sebagai berikut: 1) Nomor stasiun 2) Judul stasion 3) Waktu yang dibutuhkan 4) Tujuan stasiun 5) Kompetensi 6) Kategori 7) Instruksi untuk peserta 8) Instruksi untuk penguji 9) Instruksi untuk pasien simulasi 10) Peralatan yang dibutuhkan 11) Penulis 12) Referensi 13) Lembar Penilaian (Rubrik) Soal OSCE dibuat oleh staf pendidik yang juga merupakan tenaga kesehatan sesuai profesi dari institusi pendidikan kedokteran di Indonesia. Proses pembuatan soal dilakukan bersama-sama dalam suatu lokakarya yang diadakan di

16 16 tingkat regional. Soal yang dihasilkan dari workshop ini kemudian ditelaah oleh Tim OSCE Nasional untuk analisis kemungkinan pelaksanaan stasiun tersebut. Soal yang telah dianggap layak selanjutnya ditelaah kembali oleh Kolegium terkait (panel expert). Selanjutnya soal ini diujicobakan pada pelatihan penguji OSCE dan pelatih Pasien Standarisasi (PS). Soal yang baik disimpan dalam bank soal UKDI dan memiliki kesempatan untuk diujikan pada OSCE UKDI. Setiap soal OSCE harus dibuat sesuai cetak biru penilaian dan format penulisan soal yang disepakati dengan menggunakan formulir yang terstandarisasi serta di review bersama sesuai formulir yang terstandarisasi. Soal OSCE yang telah dihasilkan disimpan dalam bank soal OSCE dalam bentuk komputerisasi. Penentuan batas lulus dilakukan setelah penyelenggaraan OSCE secara nasional selesai pada periode ujian tertentu. Metode yang digunakan adalah Borderline Group Method atau Borderline Regression Method. Metode ini memiliki kredibilitas yang lebih baik karena memiliki penilaian sebagai berikut. 1) Setiap peserta dinilai pada setiap stasiun menggunakan lembar penilaian peserta yang berdasarkan kemampuan peserta dengan memperhatikan daftar tilik yang disediakan (actual mark). 2) Pada bagian bawah dari lembar tersebut terdapat global performance yang merupakan persepsi (kesan) umum dari penguji terhadap keseluruhan penampilan peserta (sesuai aspek yang diuji, mulai anamnesis sampai dengan perilaku profesional) berupa superior, lulus, borderline atau tidak lulus. 3) Selanjutnya data dari setiap stasiun dikumpulkan dan dihitung.

17 17 4) Dibuat suatu perhitungan persamaan dengan komputerisasi dengan menggunakan hasil dari global performance sebagai variabel bebas (independen) dan hasil dari daftar tilik sebagai variabel tergantung (dependen). 5) Nilai batas lulus adalah perpotongan antara kandidat yang borderline dan lulus. 6) Nilai batas lulus ini menunjukkan minimum kemampuan seorang dokter untuk stasiun tersebut. Metode ini sangat tergantung dari kemampuan penguji untuk menjadi penilai yang tepat dalam menentukan penampilan minimal seorang kandidat dan juga sangat tergantung pada jumlah kandidat yang mengikuti OSCE pada periode tertentu. Kelulusan OSCE melihat kelulusan stasiun dengan penentuan metode di atas OSCE Komprehensif OSCE Komprehensif merupakan OSCE yang dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan program pendidikan sarjana kedokteran. OSCE ini syarat wajib sebelum mahasiswa mengikuti program pendidikan profesi dokter atau kepaniteraan klinik (Co Assisten/Co Ass) di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain. Diselenggarakan minimal tiga kali dalam setahun mengikuti format OSCE Nasional. Format OSCE komprehensif mengacu kepada OSCE Nasional. Mahasiswa yang dinyatakan lulus di semua stasiun berhak melanjutkan ke jenjang pendidikan profesi dokter. Sebaliknya mahasiswa yang tidak lulus pada OSCE ini

18 18 diharuskan mengulang di OSCE komprehensif berikutnya sampai lulus disemua stasiun OSCE Reguler OSCE reguler dilaksanakan berdasarkan standar nasional mulai dari pembuatan soal, proses ujian hingga penentuan kelulusan menggunakan borderline group methode. Tujuan pelaksanaan OSCE reguler adalah menguji keterampilan klinis peserta didik, dilaksanakan pada setiap akhir modul setelah mempelajari materi klinik setiap modul. Ujian berlangsung dalam tiga sesi, yaitu: (1) sebelum istirahat makan siang; (2) setelah istirahat makan siang dan sebelum shalat ashar; (3) setelah selesai shalat ashar. Pada sesi pertama, penguji harus melaksanakan tugas selama 300 menit tanpa istirahat atau asupan kalori apapun karena jumlah peserta yang diuji adalah 30 orang. Waktu setiap peserta adaah 10 menit. Kegiatan yang dilakukan selama duduk 300 menit (5 jam) merupakan kegiatan yang sama dan diulang untuk 30 peserta ujian yaitu mengobservasi tindakan yang dilakukan peserta ujian. Pada sesi kedua dilakukan selama 180 menit (3 jam) mulai pukul karena jumlah peserta ujian adalah 18 mahasiswa. Penguji melakukan kegiatan yang sama seperti pada sesi pertama, tetapi kondisi lingkungan sudah lebih panas dan jam biologis istirahat. Pada sesi ketiga dilakukan selama 120 menit (2 jam) mulai pukul karena jumlah peserta ujian hanya 12 mahasiswa.

19 Frekuensi dan Durasi OSCE reguler di FK UNIZAR Frekuensi Pada satu semester telah disiapkan tiga sampai empat modul pembelajaran, sehingga bisa dilakukan tiga sampai empat kali ujian OSCE. Pada semester ganjil terdapat empat semester aktif (semester I, III, V, VII), sehingga dalam 1 semester dilakukan sedikitnya 12 kali ujian OSCE reguler. Mahasiswa yang tidak lulus di salah satu stasiun OSCE reguler, harus mengikuti ujian ulangan OSCE reguler. Pada semester genap terdapat tiga semester aktif (semester II, IV, VI), maka dalam 1 semester genap dilakukan sedikitnya 9 kali ujian OSCE reguler. Mahasiswa yang tidak lulus di salah satu stasiun OSCE reguler, harus mengikuti ujian ulangan OSCE reguler Durasi OSCE reguler di FK UNIZAR dilakukan oleh enam penguji yang bertanggungjawab terhadap satu stasiun ujian dengan alokasi waktu bertugas adalah 10 menit untuk setiap peserta ujian yang pada awal dan akhir ujian ditandai bunyi bel. Total satu putaran OSCE adalah 60 menit. Enam peserta ujian yang telah dipanggil untuk ujian menempatkan diri di depan stasiun yang telah ditentukan, satu orang di stasiun satu, yang lain di stasiun dua, tiga, empat, lima dan enam. Bel pertama berbunyi menandakan peserta mulai mengerjakan ujian dan dimulai juga tugas penguji dalam menguji. Sepuluh menit berlalu bel akan berbunyi dan peserta ujian harus berpindah dari stasiun awal ke stasiun berikutnya. Peserta yang mulai ujian di stasiun satu pindah ke stasiun dua, peserta di stasiun dua pindah ke stasiun tiga, peserta di stasiun tiga pindah ke stasiun

20 20 empat, peserta di stasiun empat pindah ke stasiun lima, peserta di stasiun lima pindah ke stasiun enam, peserta di stasiun enam pindah ke stasiun satu. Demikian seterusnya hingga ada bel berbunyi dua kali menandakan peserta selesai mengerjakan ujian disemua stasiun. Berikutnya akan dipanggil enam peserta ujian lagi untuk ujian yang sama seperti prosedur yang telah dijelaskan, seterusnya hingga semua peserta. Total peserta ujian adalah 60 orang. Sehingga total ada 10 kali putaran ujian OSCE. Jika masing-masing putaran 60 menit, maka total ujian adalah 600 menit atau 10 jam Proses OSCE reguler di FK UNIZAR Persiapan Persiapan merupakan tahapan terpanjang dalam rangkaian OSCE, meliputi sejumlah materi yang harus dipersiapkan sebelum OSCE dimulai. Pengarahan OSCE reguler diadakan maksimal satu hari sebelum OSCE dilaksanakan, bagi peserta ujian OSCE yang sudah memenuhi syarat kehadiran seratus persen diperkenankan mengikuti OSCE reguler dan wajib hadir pada pengarahan OSCE reguler. Peserta yang tidak menghadiri pengarahan maka tidak diikutsertakan dalam ujian OSCE. Pada pengarahan ini, dijelaskan jumlah penguji yang bertanggungjawab pada satu stasiun ujian. Pelaksanaan perputaran/rotasi, setelah peserta selesai di uji oleh seorang penguji yang bertanggungjawab disalah satu stasiun. Ketentuan lain yang wajib ditaati seperti: larangan membawa apapun ke dalam stasiun ujian dan lain sebagainya. Pada acara pengarahan ini juga dibagikan nomor peserta ujian, sebagai faktor yang paling menentukan tentang waktu

21 21 peserta akan memulai ujian, karena mereka dipanggil untuk ujian OSCE berdasarkan nomor peserta. Pengarahan diberikan oleh instruktur skills lab, sebagai penanggungjawab modul bersangkutan dan dihadiri juga oleh seluruh instruktur skills lab yang juga bertindak sebagai penguji OSCE. a. Membuat soal Pembuatan soal mengikuti format baku OSCE Nasional, terdiri atas: nomor stasiun, judul stasiun, waktu yang dibutuhkan, tujuan stasiun, kompetensi, kategori, instruksi untuk peserta, instruksi untuk penguji, instruksi untuk pasien simulasi, peralatan yang dibutuhkan, penulis, referensi, dan lembar penilaian. setiap instruktur, sebelumnya sudah diminta membuat soal terlebih dahulu, kemudian dirapatkan dengan seluruh instruktur yang juga menguji saat OSCE berlangsung. Soal yang digunakan pada OSCE disesuaikan dengan modul yang diujikan pada OSCE tetapi tetap mengacu pada tujuh area kompetensi dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang berkriteria kompetensi 4, artinya keterampilan tersebut wajib dikuasai oleh level dokter umum. Pada tahap ini juga terlihat instruksi untuk peserta yaitu soal yang harus dikerjakan, terdapat juga instruksi untuk penguji, instruksi untuk pasien simulasi, peralatan yang dibutuhkan sehingga dapat ditentukan lama perkiraan waktu yang dibutuhkan peserta untuk mengerjakan soal tersebut. Selain itu, diketahui jumlah pasien simulasi yang dibutuhkan pada OSCE tersebut dan jenis alat dan bahan yang dibutuhkan. Terakhir adalah membuat lembar penilaian/rubrik, berisi jawaban dari soal yang ditanyakan dan item yang dijadikan penilaian. Rubrik berisi dua hal pokok dalam penilaian yaitu penilaian actual mark dan global rating.

22 22 Pada Actual Mark, misalnya dalam satu stasiun kompetensi yang dinilai adalah kemampuan anamnesa, pemeriksaan fisik, komunikasi dan perilaku profesional. Skala penilaian adalah 0-3 untuk setiap kompetensi. Sebagai contoh pada kompetensi anamnesa, nilai 0 jika peserta ujian tidak melakukan anamnesa sama sekali, nilai 1 jika melakukan sebagian dari anamnesa, nilai 2 jika melakukan keseluruhan anamnesa tetapi tidak sempurna, nilai 3 jika melakukan seluruh poin anamnesa dengan sempurna. Ketentuan tersebut tidak baku, tetapi dapat dibakukan setelah disepakati dalam rapat. Pada kompetensi pemeriksaan fisik yang harus urut misalnya dapat digunakan skala angka, jika dalam satu pemeriksaan fisik terdapat 10 langkah misalnya, nilai 0 tidak melakukan sama sekali, nilai 1 melakukan 1-5 step, nilai 2 melakukan 6-8 step, nilai 3 melakukan 9-10 step. Begitu juga berlaku untuk menilai komunikasi dan perilaku profesional. Semua ketentuan tersebut mengacu kepada standar OSCE nasional, hanya titik berat penilaiannya, ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama. Pada global rating, penguji menilai keseluruhan penampilan peserta. Global rating dinilai paling belakang dari penampilan peserta secara umum. Nilai untuk global rating adalah lulus, tidak lulus, borderline dan superior. Penilaian global rating ini dijadikan acuan pada borderline group methode, karena semua nilai peserta yang mendapatkan borderline dijumlahkan kemudian dibagi sejumlah peserta yang mendapatkan nilai borderline. Hasil bagi tersebut adalah nilai yang menjadi batas lulus peserta ujian. Rubrik inilah yang dijadikan acuan penguji dalam menilai. Tahap membuat soal ini dilakukan maksimal satu minggu sebelum OSCE dilaksanakan

23 23 b. Review soal Setelah soal disepakati, melakukan review. Pada tahap ini, setiap penguji diberikan tugas menguji di salah satu stasiun. Penguji harus melakukan demonstrasi skills yang diujiankan. Dengan demikian, alokasi waktu ujian dapat lebih jelas lagi. Misalnya, Jika penguji mampu mengerjakan soal ujian dalam waktu delapan menit maka waktu yang akan disediakan pada saat ujian adalah sepuluh menit. Semua penguji melakukan review pada soal yang diujinya dan harus mencapai kesepakatan waktu ujian. Jika terlalu lama, jumlah soalnya dikurangi, sebaliknya jika terlalu cepat, maka soal harus ditambah. c. Persiapan tata ruang, alat dan bahan Setelah pengarahan atau satu hari menjelang ujian OSCE, ruangan harus sudah di tata sesuai dengan soal ujian. Pada stasiun yang mengharuskan peserta ujian melakukan anamnesa atau wawancara maka harus disediakan set meja dan kursi yang di tata untuk pasien simulasi dan peserta ujian, pada stasiun yang membutuhkan pemeriksaan fisik dada atau perut harus disediakan bed pasien berbaring. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan, juga harus sudah di tempatkan pada stasiun masing-masing Proses Ujian OSCE Reguler Pukul enam pagi, semua yang terlibat dalam penyelenggaraan OSCE reguler sudah harus hadir di gedung skills lab. Peserta mulai mempersiapkan diri, penguji kembali melakukan cek semua yang dibutuhkan stasiunnya masingmasing termasuk melakukan briefing ulang terhadap pasien simulasi, ini penting agar pasien simulasi dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak

24 24 menyimpang dari skenario soal. Dokter penanggungjawab, melakukan final briefing kepada peserta ujian. Setelah semua siap, enam orang dokter penguji memasuki stasiun masing-masing dan satu orang dokter penanggungjawab tidak ikut menguji, karena tugasnya mengawasi dan memastikan ujian OSCE berlangsung dengan baik dan lancar. Peserta ujian dipanggil berdasarkan nomor peserta, enam orang peserta ujian memasuki ruang ujian dan menunggu di depan stasiun masing-masing yang sudah diberi nama. Bel pertama berbunyi, peserta ujian mulai membaca soal yang tertempel di depan stasiun ujian, setelah dirasa cukup memahami isi instruksi peserta (soal) kemudian peserta ujian memasuki stasiunnya. Peserta mulai mengerjakan materi yang diinstruksikan oleh soal. Penguji memperhatikan dan mengamati setiap langkah demi langkah yang dikerjakan oleh peserta ujian, menilainya berdasarkan rubrik yang telah di persiapkan. Jika bel berbunyi, tandanya waktu habis dan peserta ujian harus berpindah ke stasiun berikutnya. Peserta ujian yang berada di stasiun satu berpindah ke stasiun dua, peserta di stasiun dua berpindah ke stasiun tiga, peserta di stasiun tiga berpindah ke stasiun empat, peserta di stasiun empat berpindah ke stasiun lima, peserta di stasiun lima berpindah ke stasiun enam, peserta di stasiun enam berpindah ke stasiun satu demikian seterusnya hingga enam stasiun mereka masuki dan mengerjakan semua soal.

25 25 STASIUN 4 STASIUN 5 STASIUN 6 STASIUN 3 STASIUN 2 STASIUN 1 Gambar 2.1: Denah ruang skills lab FK UNIZAR dan perpindahan antar stasiun Bunyi bel dua kali menandakan waktu habis dan semua peserta menyelesaikan enam putaran stasiun. Peserta yang telah selesai ujian turun melalui tangga belakang dan peserta putaran berikutnya memasuki ruangan, demikian seterusnya hingga peserta melaksanakan ujian semuanya Penentuan kelulusan Peserta ujian OSCE dinyatakan lulus di salah satu stasiun, apabila nilainya di atas borderline. Pada saat ujian, penguji menilai peserta berdasarkan nilai actual mark (skala 0-3) setiap komponen kompetensi dan global rating (lulus, tidak lulus, borderline, superior) hasil semua peserta yang mendapatkan nilai borderline dijumlahkan menjadi satu. Misalnya dalam satu stasiun diujikan empat komponen kompetensi, setiap kompetensi nilai maksimal tiga jadi nilai tertinggi di stasiun tersebut adalah 12. Peserta yang mendapatkan predikat borderline misalnya ada 10 orang dengan nilai masing-masing 5,5,6,5,6,5,6,6,5,4, total 53. Nilai total tersebut dibagi sejumlah peserta yang mendapatkan predikat borderline yaitu 10 orang. Jadi nilai batas lulus di stasiun tersebut adalah 5,3.

26 26 Peserta yang jumlah nilai actual mark nya lebih dari itu dinyatakan lulus di stasiun tersebut. Sebaliknya, peserta yang jumlah nilai actual mark kurang dari atau sama dengan 5,3 dinyatakan tidak lulus. Jika peserta mendapatkan predikat lulus pada saat penilaian global rating namun jumlah nilai actual marknya di bawah atau sama dengan ambang batas lulus maka peserta tersebut dinyatakan tidak lulus. Sebaliknya peserta dengan predikat tidak lulus dan borderline yang jumlah nilai actual mark nya diatas nilai ambang batas lulus maka peserta tersebut hasil akhirnya dinyatakan lulus. Peserta yang hasil akhirnya dinyatakan tidak lulus, dapat mengikuti ujian ulang yang waktu pelaksanaan ditentukan kemudian. Peserta hanya mengulang pada stasiun yang tidak lulus saja. 2.2 Kondisi Penguji OSCE Reguler di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar (FK UNIZAR) Mataram Stasiun Kerja Penguji OSCE di FK UNIZAR OSCE reguler dibagi dalam enam stasiun, masing-masing stasiun terdapat seorang penguji OSCE reguler. Tiap stasiun dilengkapi dengan kursi dan meja kerja. Selain itu ada juga bed periksa dan meja alat untuk digunakan ujian. Penguji bertugas mengamati dan menilai di lembar penilaian yang telah disediakan dimeja masing-masing. Stasiun kerja penguji OSCE reguler dapat dilihat pada Gambar 2.2

27 27 Gambar 2.2 stasiun kerja penguji OSCE reguler FK UNIZAR Faktor yang penting dan mempengaruhi kondisi pengujii saat bekerja adalah lingkungan kerja, yang meliputi suhu, intensitas penerangan dan kebisingan. a. Suhu Suhu udara di setiap stasiun OSCE reguler dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing penguji OSCE reguler karena semua stasiun sudah dilengkapi pendingin ruangan. b. Intensitas penerangan Penerangan disetiap stasiun berasal dari cahaya matahari dan jika dirasa kurang memadai dapat menggunakan lampu. Rata-rata penerangan tiap stasiun adalah 500 lux. c. Kebisingan Setiap stasiun OSCE dilengkapi dengan dinding yang dapat meredam suara, sehingga ketika dalam keadaan tertutup, semua suara dari luar tidak terdengar.

28 Sikap kerja penguji OSCE reguler di FK UNIZAR Sikap kerja para penguji OSCE reguler selama menjalankan tugas adalah posisi duduk dikursi dengan sandaran, dilengkapi meja kerja. Penguji mengamati dan menilai peserta ujian dari tempat duduk tersebut, dengan sikap kerjaseperti ditunjukan pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Sikap Kerja Penguji OSCE Reguler FK UNIZAR Kinerja Penguji OSCE di FK UNIZAR Pada proses kerja yaitu menguji OSCE reguler di FK UNIZAR, penguji dengan kinerja baik akan mampu menilai dengan objektif sesuai lembar penilaian dan sesuai kemampuan peserta. Penguji dapat menilai dengan objektif jika dalam kondisi yang baik, tidak merasa bosan, tidak merasa kelelahan maupun terdapat keluhan muskuloskeletal. Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keluhan kerja berupa: kebosanan akibat beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan (Mangkuprawira, 2003). Sehingga peningkatan kinerja secara ergonomis dapat diukur berdasarkan indikator penurunan kebosanan akibat beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan (Arimbawa, 2010).

29 29 Kinerja penguji OSCE reguler diniai baik pada akhirnya adalah jika dapat melakukan penilaian dengan obyektif. Hal ini dapat tercermin dari: 1)lembar penilaian terisi penuh, 2) terdapat feedback yang dituliskan pada lembar penilaian terutama pada saat tidak meluluskan peserta ujian, 3) dapat mempertanggungjawabkan apa yang dinilai saat rapat akhir penentuan kelulusan, 4) sedikit atau bahkan tidak ada komplain dari peserta ujian yang dirugikan akibat kesalahan penilaian saat nilai diumumkan Beban Kerja Penguji OSCE reguler di FK UNIZAR Penguji memperhatikan dan mengamati setiap langkah demi langkah tindakan peserta ujian, menilainya berdasarkan rubrik yang telah di persiapkan. Jika bel berbunyi, tandanya waktu habis dan penguji ujian harus menghentikan tugasnya sementara serta menunggu datangnya peserta ujian berikutnya. Peserta ujian yang berada di stasiun satu berpindah ke stasiun dua, peserta di stasiun dua berpindah ke stasiun tiga, peserta di stasiun tiga berpindah ke stasiun empat, peserta di stasiun empat berpindah ke stasiun lima, peserta di stasiun lima berpindah ke stasiun enam, peserta di stasiun enam berpindah ke stasiun satu demikian seterusnya hingga enam stasiun mereka masuki dan mengerjakan semua soal. Ujian berlangsung dalam tiga sesi, yaitu: (1) sebelum istirahat makan siang; (2) setelah istirahat makan siang dan sebelum shalat ashar; (3) setelah selesai shalat ashar. Pada sesi pertama, penguji harus melaksanakan tugas selama 300 menit tanpa istirahat atau asupan kalori apapun karena jumlah peserta yang

30 30 diuji adalah 30 orang. Waktu setiap peserta adaah 10 menit. Kegiatan yang dilakukan selama duduk 300 menit (5 jam) merupakan kegiatan yang sama dan diulang untuk 30 peserta ujian yaitu mengobservasi tindakan yang dilakukan peserta ujian. Pada sesi kedua dilakukan selama 180 menit (3 jam) mulai pukul karena jumlah peserta ujian adalah 18 mahasiswa. Penguji melakukan kegiatan yang sama seperti pada sesi pertama, tetapi kondisi lingkungan sudah lebih panas dan jam biologis istirahat. Pada sesi ketiga dilakukan selama 120 menit (2 jam) mulai pukul karena jumlah peserta ujian hanya 12 mahasiswa. Beban kerja fisik dan mental penguji OSCE reguler lebih dari 10 jam Kebosanan, Kelelahan Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal Penguji OSCE di FK UNIZAR Studi pendahuluan mengenai kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal terhadap penguji didapatkan bahwa dari total enam orang penguji yang mengalami kelelahan sebanyak empat orang dan keluhan muskuloskeletal di bagian bahu sebanyak tiga orang, bagian punggung sebanyak empat orang, bagian pinggang sebanyak lima orang serta bagian bokong sebanyak lima orang. Sebanyak enam orang atau semuanya mengalami kebosanan saat menguji. 2.3 Tinjauan Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan cara, alat dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia, demi terbentuknya kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien

31 31 untuk tercapainya produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner dimana terintegrasi elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi, higiene, teknologi dan ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan, perkembangan dan prakteknya bertujuan sebagai berikut: (Manuaba, 1998) a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, khususnya dalam rangka mencegah munculnya cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban mental dan fisik serta mempromosikan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan memperbaiki kualitas kontak sosial dan bagaimana megorganisasikan kerja yang sebaik-baiknya. c. Berkontribusi kepada keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia/mesin, demi tercapainya efisiensi yang lebih tinggi dari sistem tersebut Adapun aspek kajian dalam rangka mencapai ketiga tujuan di atas adalah sebagai berikut: 1) Energi (status nutrisi), dimana nutrisi yang cukup sebagai sumber energi pekerja mutlak diperlukan, untuk mampu menyelesaikan pekerjaan selama waktu kerja 2) Aplikasi dari tenaga, dimana diupayakan pemanfaatan tenaga otot secara optimal dan efisien dengan mendesain pekerjaan sebaik mungkin dan kalau perlu mengadakan latihan bagi pekerja untuk menekan stress (rangsangan aksi) kepada otot pekerja seminim mungkin

32 32 3) Posisi tubuh, dimana sikap kerja yang buruk dan terlalu banyak lembur akan menyebabkan adanya strain (reaksi) muskuloskeletal dan menimbulkan efek negatif kepada kesehatan. Untuk mencegah situasi seperti itu, posisi kepala, badan dan anggota gerak perlu diperhatikan, khususnya yang berkaitan dengan cara kerja dan ruang kerja. 4) Kondisi lingkungan, dimana panas, cahaya, bising dan getaran perlu dikaji untuk mencegah adanya strain (reaksi) mental dan fisik. 5) Kondisi yang berhubungan dengan waktu, dimana studi perlu dilakukan mengenai waktu istirahat, hari libur dan pola kerja bergilir, untuk mengurangi kelelahan dan pengaruh yang negatif kepada kesejahteraan pekerja. 6) Kondisi sosial, dimana perhatian harus diberikan kepada bagaimana pekerjaan harus diatur, pemberian reward (hadiah) dan kualitas interaksi sosial antar pekerja dengan berubahnya teknologi. 7) Kondisi informasi, dimana jumlah dan kualitas informasi yang diperlukan pekerja untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan baik merupakan satu hal yang mutlak. Strain mental dan fisik akan muncul bila informasi yang dibutuhkan melebihi kapasitas kerja 8) Interaksi manusia/mesin, dimana menetapkan secara tepat apa yang menjadi tugas pekerja manusia/mesin Dengan upaya ergonomis, kelelahan kerja dengan segala bentuknya seperti karena adanya monotoni, besar dan lamanya kerja fisik atau mental, mikro-klimat yang buruk, masalah-masalah psikologis serta adanya penyakit, bekerja dengan perasaan sakit dan kurang energi, benar-benar bisa dilenyapkan (Manuaba, 1998).

33 Konsep Ergonomi Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dengan kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena keduanya, baik underload dan overload akan menyebabkan stres. Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Task/work place Characteristic Material Characteristic Personal Capacity Physiological Capacity TASK DEMANDS WORK CAPACITY Organization Characteristic Environmental Characteristic Psychological Capacity Biomechanical Capacity PERFORMANCE Quality Fatique Discomfort Injury Stress Accident Diseases Productivity Gambar 2.4 Bagan Konsep Dasar Dalam Ergonomi (Manuaba, 2000)

34 Sikap Kerja dalam Ergonomi Sikap kerja adalah sikap tubuh (posture) manusia saat berinteraksi dengan alat/peralatan kerja. Sikap kerja yang baik adalah sikap kerja yang memungkinkan melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan dengan usaha otot yang sedikit. Secara mendasar sikap tubuh dalam keadaan tidak melakukan gerakan atau pekerjaan adalah sikap berdiri, berbaring, berjongkok dan duduk (Pheasant, 1991). Posisi dan sikap kerja para pekerja saat melakukan aktivitas di tempat kerja berpengaruh terhadap respon fisiologis pekerja tersebut. Sikap kerja yang tidak alamiah/ fisiologis merupakan penyebab munculnya berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal (Manuaba, 1998). Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diketahui kriteria sikap kerja yang ideal dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan antara lain adalah sebagai berikut (Pheasant, 1991; Palilingan dkk, 2012) : 1) Otot yang bekerja secara statis sangat sedikit. 2) Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan dilakukan secara mudah dan alamiah. 3) Sikap kerja yang berubah ubah atau dinamis lebih baik daripada sikap kerja statis rileks. 4) Sikap kerja statis rileks lebih baik daripada sikap kerja statis tegang Menurut Pheasant (1991), prinsip dasar dalam mengatasi sikap tubuh selama bekerja adalah sebagai berikut: 1) Cegah inklinasi ke depan pada leher dan kepala. 2) Cegah inklinasi ke depan pada tubuh.

35 35 3) Cegah penggunaan anggota gerak bagian atas dalam keadaan terangkat. 4) Cegah pemutaran badan dalam sikap asimetris (terpilin). 5) Persendian hendaknya dalam rentangan sepertiga dari gerakan maksimum. 6) Jika menggunakan tenaga otot, hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan kekuatan maksimal. Kasus yang paling umum berkaitan dengan sikap kerja pada saat melakukan aktivitas sehari hari adalah sebagai berikut: (Pheasant, 1991). 1) Inklinasi ke depan pada leher dan kepala, karena medan display terlalu rendah atau objek terlalu kecil. 2) Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja yang terlalu rendah dan objek diluar jangkauan. 3) Sikap asimetris (terpilin) yang mengakibatkan terjadinya perbedaan beban pada kedua sisi tulang belakang. 4) Sikap kerja yang salah dapat mengakibatkan postural deformitas pada tubuh antara lain: lordosis, khiposis dan skoliosis. Selanjutnya menurut Bridger (1995), sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut: 1) Karakteristik pekerja (subjek): umur, jenis kelamin, antropometri, berat badan, kesegaran jasmani, pergerakan sendi, penglihatan serta ketangkasan. 2) Tuntutan jenis pekerjaan (task): posisi tubuh, siklus waktu kerja, periode istirahat, urut urutan pekerjaan. 3) Rancangan luasan kerja (work space): ukuran peralatan yang digunakan, ukuran bahan yang dikerjakan, rancangan peralatan, ukuran luasan kerja

36 36 4) Lingkungan kerja (environment): intensitas penerangan, suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara, kebisingan, debu, dan vibrasi. Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah sehingga tidak menimbulkan sikap paksa yang melampaui kemampuan fisiologis tubuh (Cumming, 2003). Sikap kerja paksa bisa terjadi pada saat memegang, mengangkat, dan mengangkut, dan berdiri terlalu lama atau karena ketidaksesuaian antara alat kerja dengan ukuran tubuh pekerja (Dempsey, 2003; Hutagalung, 2008) Mengurangi Beban Kerja dalam Ergonomi Dalam menghadapi dan mengerjakan suatu pekerjaan berarti tubuh pekerja akan menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Dalam ergonomi setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Secara umum Menurut Adiputra (2002), Beban kerja (work load) merupakan faktor stressor tubuh yang dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: 1) External load ( Stressor) adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Tugas tugas yang dilakukan baik bersifat fisik seperti ; sarana kerja, kondisi kerja dan sikap kerja, maupun bersifat mental seperti kompleksitas atau sulit tidaknya pekerjaan yang mempengaruhi

37 37 tingkat emosi pekerja. Organisasi mencakup lamanya waktu kerja, proses kerja dan sistem kerja. Lingkungan kerja seperti panas lingkungan, intensitas penerangan, kelembaban dan lain lain. 2) Internal load (strain) adalah beban kerja yang berasal dari dalam tubuh pekerja yang berkaitan erat dengan adanya harapan, keinginan, kepuasan dan lain lain. Kriteria penilaian beban kerja yang dapat dipakai (Rodahl, 1989), yaitu: a. Kriteria objektif, yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang meliputi reaksi fisiologis, reaksi psikologis/ perubahan tindak tanduk; b. Kriteria subjektif yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang menggangu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan. Beban kerja pada proses menguji pada ujian OSCE dapat berupa beban kerja yang berasal dari faktor eksternal dan dapat juga berasa dari faktor internal. Untuk itu dalam penilaiannya ada dua kriteria yang dapat dipakai : (a) kriteria objektif, yang dapat diukur melalui reaksi fisiologis yaitu pengukuran denyut nadi dan pengukuran penurunan konsentrasi, (b) kriteria subjektif, yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan dinilai melalui kuesioner. Usaha usaha menurunkan beban kerja menurut Hutagalung (2008), faktor faktor yang harus menjadi perhatian adalah:

Standard Operating Procedure. PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL

Standard Operating Procedure. PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL Standard Operating Procedure PELAKSANAAN Objective Structured Clinical Examination (OSCE) NASIONAL PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR

Lebih terperinci

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016 Ergonomi dan K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016 Review Kecelakaan Kerja EVENT LOSS UNWANTED What is ergonomics Apa itu Ergonomi? Berasal dari kata Yunani ergon yang berarti kerja dan

Lebih terperinci

UJIAN OSCE REGULER BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PENGUJI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM ABSTRAK

UJIAN OSCE REGULER BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PENGUJI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM ABSTRAK UJIAN OSCE REGULER BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PENGUJI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM Iing; I Dewa Putu Sutjana; Ida Bagus Alit Swamardika Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kedokteran merupakan ilmu yang mempelajari penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN WORKSHOP ITEM REVIEW OSCE KEDOKTERAN

LAPORAN WORKSHOP ITEM REVIEW OSCE KEDOKTERAN LAPORAN WORKSHOP ITEM REVIEW OSCE KEDOKTERAN Sheraton Mustika Yogyakarta, 22 23 Agustus 2011 Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional WORKSHOP KOMPONEN

Lebih terperinci

Di unduh dari http://hpeq.dikti.go.id

Di unduh dari http://hpeq.dikti.go.id uh nd iu D ri da tp ht :// eq hp id o. i.g t ik.d PEDOMAN PERSIAPAN DAN PENYELENGGARAAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) UJI KOMPETENSI DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA HEALTH PROFESSIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 894 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2008 Oleh :

Lebih terperinci

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang 2 Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang penting, tetapi masyarakat tetap berkepentingan dengan sekolah bermutu walaupun belum terakreditasi. Sekolah bermutu mampu mendidik

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2) DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1713 Psikologi Industri & Organisasi (Minggu 2) Pensyarah Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD- Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) SINOPSIS

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahun mengalami peningkatan yang pesat. Biro Pusat Statistik Bali 2014 mencatat pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan, 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, bakat atau kualifikasi seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PASIEN STANDAR KEDOKTERAN WILAYAH I KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PASIEN STANDAR KEDOKTERAN WILAYAH I KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PASIEN STANDAR KEDOKTERAN WILAYAH I KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ Hotel Aryaduta Medan, 20 21 September 2011 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak sekolah menawarkan cara belajar terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan banyak berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) diselenggarakan di sebuah ruang kuliah berukuran 17 x 8 meter,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Panduan Penyelenggaraan OSCE Pendidikan DIII Keperawatan dan Ners

Panduan Penyelenggaraan OSCE Pendidikan DIII Keperawatan dan Ners 2013 Panduan Penyelenggaraan OSCE Pendidikan DIII Keperawatan dan Ners Buku ini alah buku ke 3 dari 3 buku. Buku1 adalah Blueprint OSCE Perawat dan buku 2 adalah Panduan Penulisan Soal OSCE Perawat. 1/12/2013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi di dunia ini, banyak sekali perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi di dunia ini, banyak sekali perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi di dunia ini, banyak sekali perubahan dari lingkungan serta perilaku manusia yang ada di dunia ini, bisa dilihat semakin banyak sekali tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran yang berdasarkan pada kompetensi mencakup tiga ranah (domain) yang saling terintegrasi yaitu kognitif, keterampilan, dan afektif. Kompetensi

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

Uji Coba Keempat OSCE UKDI

Uji Coba Keempat OSCE UKDI Uji Coba Keempat OSCE UKDI Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia HPEQ Project Komponen 2 28 April 2012 Tujuan Uji Coba Pertama OSCE UKDI 22-24 Juli 2011 1. Melakukan uji coba formatosce UKDI mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat diupayakan melalui perancangan fasilitas dan peralatan seergonomis mungkin, serta proses otomatisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN ASSESSMENT KEBOSANAN KERJA KARYAWAN SEBAGAI DASAR EVALUASI KINERJA ASPEK TASK, ORGANISASI DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN; STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI TANGERANG-BANTEN Wahyu Susihono 1,2 1 Konsentrasi Egonomi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX 5.1.1 Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX NASA-TLX merupakan suatu prosedur pembobotan dan rating multi-dimensional yang menyediakan suatu penilaian beban kerja secara keseluruhan

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

Uji Coba Kelima OSCE UKDI

Uji Coba Kelima OSCE UKDI Uji Coba Kelima OSCE UKDI Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia HPEQ Project Komponen 2 8 September 2012 Tujuan Peningkatan kapasitas institusi untuk melakukan OSCE Evaluasi Perangkat Soal Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

Evaluasi Uji Coba OSCE UKDI. Forum Dekan AIPKI HPEQ Project Komponen 2 31 Agustus 1 September 2012

Evaluasi Uji Coba OSCE UKDI. Forum Dekan AIPKI HPEQ Project Komponen 2 31 Agustus 1 September 2012 Evaluasi Uji Coba OSCE UKDI Forum Dekan AIPKI HPEQ Project Komponen 2 31 Agustus 1 September 2012 Road Map Try Out OSCE UKDI April 2012 Sept & Nov 2012 Juli 2011 Oktober 2011 I: Ujud Pelaksanaan OSCE II:

Lebih terperinci

Sertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi

Sertifikat Kompetensi diterbitkan oleh Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) melalui Uji Kompetensi Kolegium Dokter Gigi Indonesia Pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Gigi April 2007 Januari 2010 Undang-Undang RI Nomor: 29 Tahun 2004 BAB I Pasal 1Ayat 13 Kolegium (Dokter Gigi Indonesia) Badan yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan rentang gerakan kepala. Secara antropometrik

Lebih terperinci

Uji Coba Ketiga OSCE UKDI

Uji Coba Ketiga OSCE UKDI Uji Coba Ketiga OSCE UKDI Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia HPEQ Project Komponen 2 24-25 Februari 2012 Tujuan Peningkatan kapasitas institusi untuk melakukan OSCE Evaluasi Perangkat Soal

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 46 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja 2.1.1 Pengertian Beban Kerja Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan seharihari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju ini, dunia pendidikan dituntut agar dapat lebih bersaing, sehingga dunia pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

KOMPETENSI Tilikan Nilai Tertinggi bila 1. Anamnesis Peserta memfasilitasi pasien untuk menceritakan penyakitnya dengan pertanyaanpertanyaan

KOMPETENSI Tilikan Nilai Tertinggi bila 1. Anamnesis Peserta memfasilitasi pasien untuk menceritakan penyakitnya dengan pertanyaanpertanyaan SISTEM SARAF PENYAKIT CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) KOMPETENSI Tilikan Nilai Tertinggi bila 1. Anamnesis Peserta memfasilitasi untuk menceritakan penyakitnya pertanyaanpertanyaan yang sesuai untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. Mini-CEX. (Mini Clinical Evaluation Exercise)

Standard Operating Procedure. Mini-CEX. (Mini Clinical Evaluation Exercise) Standard Operating Procedure Mini-CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise) PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kegiatan industri berkembang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oentarini Tjandra Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara ABSTRAK Seiring dengan diterapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 ANAMNESIS KARDIOVASKULAR

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 ANAMNESIS KARDIOVASKULAR BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 ANAMNESIS KARDIOVASKULAR Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 PENGANTAR Buku Panduan Skills Lab. Sistem Kardiovaskuler ini berisi 2 (dua) ketrampilan utama yaitu Anamnesis

Lebih terperinci

PENGARAHAN SKILLS LAB DAN OSCE MAHASISWA BARU. dr. Ratna Fitri R. Koordinator OSCE

PENGARAHAN SKILLS LAB DAN OSCE MAHASISWA BARU. dr. Ratna Fitri R. Koordinator OSCE PENGARAHAN SKILLS LAB DAN OSCE MAHASISWA BARU dr. Ratna Fitri R. Koordinator OSCE KNOWLEDGE SGD PRAKTIKUM dst SKILL SKILLS LAB OSCE NILAI MODUL RUANG LINGKUP Ka.OSCE Skills Lab klinis dan OSCE Teknis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Kondisi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas ini, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

Komentar dan Rekomendasi

Komentar dan Rekomendasi Komentar dan Rekomendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara : Skema B : 1. Erlina Marfianti 2. Joko Mulyanto 1. Komentar Umum Selama dua hari visitasi, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah salah satu di antaranya adalah nyeri otot leher. Bekerja dengan posisi berdiri yang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA-

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA- Perguruan Tinggi. Perguruan

Lebih terperinci

TEMPLATE OSCE STATION

TEMPLATE OSCE STATION TEMPLATE OSCE STATION 1. Nomor station Tidak perlu diisi 2. Judul station neurology 3. Waktu yang dibutuhkan 15 menit 4. Tujuan station Menilai anamnesis, pemeriksaan fisik dasar neurologis, menentukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) (Bakta, 2000; Suryabrata, S. 2002). Rancangan

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran merupakan suatu rangkaian pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter maupun dokter gigi. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN MONEV WORKSHOP KOORDINATOR OSCE KEDOKTERAN GIGI KOMPONEN 2- PROYEK HPEQ

LAPORAN MONEV WORKSHOP KOORDINATOR OSCE KEDOKTERAN GIGI KOMPONEN 2- PROYEK HPEQ LAPORAN MONEV WORKSHOP KOORDINATOR OSCE KEDOKTERAN GIGI KOMPONEN 2- PROYEK HPEQ Hotel Atlet Century Jakarta, 04 Juli 2012 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dari awal kehidupannya tidak terkecuali, selalu bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat mereka bekerja dengan berbagai sebab, mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Rumah Sakit belakangan ini telah berkembang kearah bisnis yang cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat telah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci