BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan rentang gerakan kepala. Secara antropometrik gerakan ini disebut sebagai rotasi leher dengan memiliki rentang yang dapat diupayakan sebesar 45 derajat ke arah kiri atau kanan secara horizontal tanpa menimbulkan ketegangan atau ketidaknyamanan bagi sebagian besar orang. Rentang gerak kepala dalam bidang vertikal ( sagital ) dapat dilakukan mulai dari rentang 0 derajat sampai 30 derajat tanpa menimbulkan perasaan tidak nyaman ( Panero dan Zelnik, 2003 ). Sudut pandang nyaman memandang ke atas pada kisaran 27 derajat, sudut pandang vertikal pada kisaran 10 derajat, dan sudut pandang nyaman horizontal pada kisaran 45 derajat. Ada daerah visual bidang horizontal dikenal dengan istilah penglihatan binocular yang besar sudutnya 60 derajat pada setiap arah. Di dalam bidang ini bayangan yang amat tajam ditransmisikan ke otak sehingga muncul persepsi yang dalam, serta dimungkinkan pengenalan diskriminasi warna. Di sini juga muncul pengenalan atas kata-kata dan simbol-simbol dengan prosentase 10 derajat sampai 20 derajat dari garis pandang bagi kata-kata, dan 5 derajat sampai 30 derajat dari garis pandang bagi simbol-simbol. Di bawah dari batas-batas tersebut, baik kata-kata ataupun simbol-simbol cendrung untuk menghilang, yaitu pada sudut antara 30 derajat 60 derajat dari garis pandang ( 6

2 7 Panero dan Zelnik, 2003 ). Kenyamanan tempat berdirinya pengamat antara 0,50 meter 0,70 meter, tetapi jarak pengamatan ini tergantung pada besar kecilnya lukisan. Jarak nyaman antar lukisan yang dipamerkan adalah pada kisaran 0,75 m ( Mara, 1984 ). Penglihatan atau mata manusia digunakan untuk menghasilkan persepsi yang terorganisir akan gerak, ukuran,bentuk, jarak, tekstur, dan warna. Dalam dunia nyata mata selalu digunakan untuk melihat semua bentuk tiga dimensi. Mata dipaksa untuk dapat melihat objek yang sebenarnya berupa objek dua dimensi, namun harus dilihat sebagai objek tiga dimensi dengan teknik-teknik tertentu ( Dowton dan Leedhan, 1992 ). Medan penglihatan manusia merupakan hal penting dalam menentukan ukuran objek, karena medan penglihatan adalah sudut yang dibentuk ketika mata bergerak ke kiri dan ke kanan terjauh ( Santosa, 1997 ) 2.2 Ilmu Ergonomi dan Kenyamanan Manusia Dalam Ruangan Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara dan lingkungan kerja, terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia, untuk mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien, sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya ( Manuaba, 1992; Dul and Weerdmeester, 1993 ). Orang merasa nyaman jika berada pada zona personal yang nyaman yaitu didasarkan atas zona perlindungan tubuh pada diameter 42 inci atau 106,7 cm, atau seluas 10 kaki persegi, atau 0,93 meter persegi. Pada posisi ini seseorang dapat melewati jarak antara dua orang yang berdiri bersampingan dengan posisi menyamping ( Panero dan Zelnik,

3 8 2003). Dinyatakan pula bahwa jarak nyaman orang memandang lukisan di dalam sebuah ruang pameran adalah jika di belakangnya ada ruang kosong pada kisaran 0,60 m untuk sirkulasi pengunjung ( Mara, 1984 ). Dalam kaitannya dengan masalah kenyamanan pengunjung memandang lukisan dalam ruang pameran, perlu dilakukan evaluasi ulang dalam hal menentukan ukuran lukisan yang akan dipajang dikaitkan dengan luas ruangan yang ada. Ini dimaksudkan agar dalam ruangan tersebut bisa tersedia ruang kosong di belakang pengunjung yang sedang memandang lukisan untuk sirkulasi orang lalu-lalang, sehingga bisa terwujud kondisi pameran yang sehat, aman, nyaman, dan efisien sesuai yang diharapkan. Jarak yang terlampau dekat dengan objek, sementara ukuran objek cukup besar, akan mempersempit sudut pandang, sehingga objek berupa lukisan tidak mampu dilihat secara utuh dalam sekali pandang, yang menyebabkan orang akan sering menoleh ke kiri dan ke kanan, atau ke atas dan ke bawah. Hal ini tentunya akan menyebabkan rasa kurang nyaman karena mata menjadi cepat lelah. 2.3 Konsep Ergonomi Ditinjau dari asal katanya, ergonomic berarti bidang studi yang mempelajari tentang hukum-hukum pekerjaan. Berasal dari kata Yunani yaitu: Ergos = pekerjaan, dan Nomos = hukum, bila didefinisikan secara bebas, ergonomic merupakan bidang studi multidisiplin yang mempelajari prinsipprinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya (

4 9 Manuaba, 1998; Harrianto, 2009 ). Ergonomi juga merupakan aktivitas rancang bangun ( desain ) ataupun rancang ulang ( redesain ), yang berkenaan dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi ( Nurmianto, 2008 ). Untuk melaksanakan hal tersebut di atas dapat dijalankan dengan dua cara. Pertama dengan menerapkan ergonomi mulai dari perencanaan yang dikenal dengan sebutan pendekatan konseptual. Kedua, dengan memperbaiki atau memodifikasi pekerjaan yang sudah ada dengan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dan dikenal dengan istilah pendekatan kuratif. Menurut Manuaba ( 1998 ), ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner dalam perkembangan dan prakteknya bertujuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, khususnya mencegah munculnya cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban mental dan fisik. 2) Meningkatkan kesejahteraan social dengan memperbaiki kualitas kontak social dan bagaimana mengorganisasikan kerja sebaik-baiknya 3) Meningkatkan efisiensi system manusia-mesin melalui kontribusi rasional antara aspek teknis, ekonomi, antropologi dan budaya daripada system. Kaitannya dengan masalah ergonomi bagi pelaku pameran adalah segera dilakukan intervensi ergonomi dengan pendekatan kuratif, dimana ukuran lukisan yang dipajang disesuikan dengan besar ruangan. Dengan demikian perbaikan

5 10 tersebut tidak akan memerlukan biaya yang besar, namun hasilnya akan optimal, dimana pengunjung pameran akan merasa lebih nyaman saat memandang lukisan. 2.4 Lingkungan Kerja Pada dasarnya sikap tubuh manusia dalam keadaan istirahat terdiri dari beberapa sikap yaitu : berdiri, duduk, jongkok, dan berbaring. Namun pada saatsaat melakukan aktifitas sikap tubuh dapat merupakan salah satu atau kombinasi dari sikap-sikap tersebut di atas ( Pheasant, 1991 ). Sedangkan Bridger ( 1995 ) mengatakan bahwa sikap kerja seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu: 1) Karakteristik pekerjaan seperti: umur, jenis kelamin, kesegaran jasmani, berat badan, ukuran antripometri, tajam penglihatan, kemampuan gerakan sendi, riwayat cidera. 2) Jenis keperluan tugasnya seperti: memerlukan ketelitian mata, kekuatan tangan, giliran tugas. 3) Desain tempat kerjanya seperti: dimensi ruang, lingkungan kerja. Pheasant ( 1991 ) berpendapat, sikap kerja seseorang ditentukan oleh hubungan antara dimensi tubuhnya dengan berbagai hal di ruang kerjanya, yang mana hubungan ini bisa bersifat fisik maupun visual. Kaitannya dengan kenyamanan memandang serta ukuran lukisan pada ruang pameran adalah, perlu ada keserasian antara kemampuan pandang mata dengan objek yang dipandang sehingga menimbulkan rasa nyaman

6 Mikroklimat di Ruang Kerja Kenyamanan seseorang di dalam ruangan salah satunya dipengaruhi oleh suhu udara. Menurut Manuaba ( 1993 ), suhu yang dirasakan oleh seseorang merupakan rata-rata dari suhu udara dan suhu permukaan sekitarnya. Hal itu dapat diukur dengan memakai rumus: Tempat yang dirasakan = Tu + Tp : 2. Daerah nyaman untuk orang Indonesia, suhu kering berkisar antara derajat Celsius dan kelembaban berkisar antara 70% 80 %, sedangkan kenyamanan di dalam ruangan pada musim panas suhu antara derajat Celsius, musim dingin antara derajat Celsius serta kelembaban antara 40% 60%. Untuk rasa nyaman, perbedaan suhu di dalam dan di luar ruangan hendaknya diupayakan tidak melebihi 4 derajat Celsius, dan upayakan agar ada ruang antara dengan suhu berada di antara ke dua suhu ruangan tersebut ( Manuaba,1993 ). Suhu lingkungan yang ekstrem panas akan menimbulkan rasa cepat lelah, mengantuk, berkurangnya penampilan kerja, dan kemungkinan meningkatnya kesalahan kerja ( Harrianto, 2010 ). Dapat disimpulkan disini bahwa faktor lingkungan pun dapat berpengaruh pada kenyamanan orang saat beraktifitas di dalam ruangan. 2.6 Beban kerja Dalam menghadapi dan mengerjakan suatu pekerjaan, pekerja akan dihadapkan dengan keadaan, beban yang berlebihan, beban kerja yang kurang dan

7 12 beban kerja yang optimal. Secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua kelompok besar ( Adiputra, 1998 ), yaitu : 1. External load ( stressor ) atau beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan dan mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua orang. Misalnya pekerjaan, organisasi, dan lingkungan kerja. Organisasi berhubungan dengan lama kerja, jadwal kerja, istirahat, dan cara kerja. Lingkungan berhubungan dengan suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara. 2. Internal load ( strain ) merupakan reaksi tubuh seseorang terhadap external load yang diberikan Beban kerja pada proses kerja dapat berupa beban kerja yang berasal dari faktor eksternal dan dapat juga berasal dari faktor internal. Untuk itu dalam penilaiannya ada dua kriteria yang dapat dipakai: a. Kriteria objektif, yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang meliputi: reaksi fisiologis, reaksi psikologis/ perubahan tindak tanduk; b. Kriteria subjektif yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit, atau pengalaman lain yang dirasakan. Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah, secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut nadi. Frekuensi nadi kerja dari seluruh jam kerja, selanjutnya dipakai dasar penilaian beban kerja fisik, karena perubahan rerata denyut nadi berhubungan linier dengan pengambilan oksigen ( Rodahl, 1989 ). Hal ini merupakan refleksi

8 13 dari proses reaksi ( strain ) terhadap stressor yang diberikan oleh tubuh, dimana biasanya besar strain berbanding lurus dengan stress. Penilaian beban kerja secara subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yang mana dengan kuesioner tersebut akan terlihat tanda-tanda yang menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya ( Bridger, 1995 ). Dalam kaitannya dengan kenyamanan memandang lukisan dalam ruang pameran, maka kuesioner akan dipakai sebagai alat ukur untuk mendapatkan data dari subjek khususnya tentang kelelahan secara umum dan kenyamanan memandang lukisan dalam ruang pameran. 2.7 Kelelahan Kerja Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari cedera lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat ( Nurmianto, 2008 ). Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya akan bermuara kapada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh ( Grandjean, 1988 ). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh

9 14 karena monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan sebabsebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi ( Grandjean, 1988 ). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan dan kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja ( Pulat, 1992 ). Kelelahan otot dan kelelahan umum disebabkan karena jenis pekerjaan yang bersifat fisik berat dan lingkungan kerja. Kaitannya dengan masalah kenyamanan memandang lukisan di dalam ruang pameran adalah kelelahan yang terjadi disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak ergonomis dan berkaitan erat dengan task. 2.8 Faktor Penerangan.Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat, dan tanpa upayaupaya yang tidak perlu ( Suma mur, 1997 ). Pada umumnya penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua, yaitu: ( 1 ) Penerangan artifisial (penerangan buatan), dan; ( 2 ) Penerangan alamiah (penerangan alam). Pada umumnya penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama bekerja ( Grandjean, 1988 ). Penerangan yang baik sangat penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi yang nyaman. Hal itu dapat membantu pekerja untuk melihat pekerjaannya setiap bagian dengan jelas dan cepat, serta memberikan kondisi nyaman dan menyenangkan, mudah dipelihara dan mudah dioperasikan ( Manuaba, 1998 ). Di dalam perencanaan penerangan, di samping

10 15 efisiensi penglihatan, faktor keselamatan dan kesejahteraan perlu diperhitungkan sepanjang dimungkinkan, misalnya: walaupun seharusnya diperlukan sedikit penerangan, tetapi dianjurkan memakai paling sedikit 200 luks, sehingga pekerja merasa senang bekerja di situ. Kalau penerangan tidak memadai maka beban yang dipikul oleh organ penglihatan mata bisa berupa stress dan akan dapat menimbulkan dua macam kelelahan, baik penglihatan maupun syaraf. Faktor penerangan di dalam ruangan disamping dapat berpengaruh terhadap kenyamanan orang saat bekerja, juga berpengaruh buruk terhadap kesehatan mata. Intensitas penerangan yang diperlukan saat bekerja dapat dicermati pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Intensitas Penerangan Sesuai Jenis Pekerjaan Tiap Pekerjaan Contoh Penerangan yang Diperlukan Pekerjaan Kasar Menyimpan Barang luks Setengah Teliti luks Teliti Membaca/Menulis luks Sangat Teliti Menyesuaikan luks ( Sumber: Manuaba,1986 ) 2.9 Kelelahan Mata Mata merupakan bagian yang paling banyak dikeluhkan para operator komputer dalam bekerja, dan keluhan tersebut disebabkan oleh banyak hal antara lain adalah: jarak pandang mata dengan layar monitor yang dipakai. Jarak

11 16 pandang yang tidak sesuai menyebabkan timbulnya kelelahan, khususnya kelelahan visual ( Antarini.2005 ). Kelelahan mata dapat disebabkan oleh: 1. Gerakan mata yang konstan ( naik- turun, ke kiri-ke kanan ), terlalu sedikit variasi gerakan, dan memfokus dari mata. 2. Frekuensi perubahan penerangan, menyebabkan otot iris mengatur ukuran pupil sesuai dengan perubahan penerangan. 3. Penglihatan terlalu dekat untuk waktu yang lama atau memfokus mata pada satu objek secara konstan dalam waktu yang lama dengan kondisi yang tidak cocok dikaitkan dengan terjadinya peningkatan jarak pada titik dekat, suatu fenomena yang dianggap sebagai gejala kelelahan visual ( Grandjean,1993 ). Bagian-bagian mata yang berhubungan dengan kelelahan; 1. Satu set otot menggerakkan mata dari satu sisi ke sisi yang lain dan naik turun. 2. Otot iris dalam bola mata mengatur ukuran pupil menurut perubahan intensitas cahaya. Pupil bertambah besar pada kondisi remang-remang untuk menerima lebih banyak cahaya dan mengecil jika cahaya terang, untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. 3. Otot silaris mengubah bentuk lensa mata saat mata memfokus. Ketika mataa memfokus pada jarak dekat, otot silaris berkontraksi sehingga lensa mata makin cembung. Melihat terlalu dekat pada objek dalam periode waktu relatif lama akan mengakibatkan kelelahan pada otot ini ( Dyer dan Morris, 1990 ).

12 17 Dowton dan Leedhan ( 1992 ) menyatakan, medan penglihatan merupakan hal penting dalam menentukan ukuran obyek, karena medan penglihatan adalah sudut yang dibentuk ketika mata bergerak ke kiri dan ke kanan terjauh. Medan penglihatan ada 4 ( empat ) yaitu: a. Daerah pertama adalah tempat kedua mata mampu melihat sebuah objekdalam keadaan yang sama atau disebut juga dengan istilah binokuler b. Daerah ke dua adalah tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kiri ketika mata kiri digerakkan ke sudut paling kiri, atau disebut juga dengan penglihatan monokuler kiri. c. Daerah ke tiga adalah tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kanan ketika mata kanan kita gerakkan ke sudut paling kanan, atau disebut juga dengan penglihatan monokuler kiri. d. Daerah ke empat adalah daerah buta, yaitu daerah yang sama sekali tidak dapat dilihat oleh ke dua belah mata. Kaitannya dengan kenyamanan pengunjung pameran dalam memandang lukisan adalah bahwa mata manusia memiliki sudut pandang yang terbatas, sehingga ukuran objek harus diperhitungkan besarannya agar dapat dilihat oleh mata secara keseluruhan. Disamping itu jika mata memandang objek terlalu dekat menyebabkan mata cepat merasa lelah, dan mata akan sering melakukan gerakan memandang ke kiri-ke kanan, atau ke atas-ke bawah. Dapat disimpulkan disini bahwa jarak dan ukuran lukisan merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menciptakan kenyamanan pengunjung pameran saat memandang lukisan.

13 Pameran Pameran lukisan merupakan aktivitas pelukis yang memajang karyanya dalam sebuah ruangan untuk ditonton oleh masyarakat. Pada pameran tersebut, lukisan dipajang pada dinding di dalam ruangan dengan pertimbanganpertimbangan tertentu seperti: terhindar dari panas maupun hujan, terhindar dari pencurian serta mudah pengawasannya. Dari pengamatan terlihat bahwa pemajangan lukisan dilakukan atas dasar banyak pertimbangan seperti: karena kepentingan senimannya atau pemilik galeri untuk menampung seluruh lukisan yang ada sehingga ada kesan pemaksaan, serta karena memang tidak mengetahui tentang tata cara pemajangan lukisan di dalam ruang pameran. Dalam pameran lukisan dikenal ada tiga cara pemajangan lukisan, yaitu: rata atas ( sisi lukisan bagian atas rata semuanya ), rata tengah ( sisi bagian bawah lukisan rata semua ), menentukan titik tengah ( dengan menjadikan sebuah lukisan sebagai patokan untuk menentukan titik tengah sebagai patokan untuk pemajangan lukisan berikutnya ( Widnyana, 2010 ). Disamping itu desain tata pameran bukan sekadar menghadirkan unsur estetik yang bersifat dekoratif saja, tetapi juga menciptakan suatu sistem pameran yang memungkinkan koleksi tampil secara baik dalam arti sesuai dengan kriteria dan tujuan pameran. Dan juga memungkinkan pengunjungnya dapat menikmati pameran secara leluasa dan menyenangkan ( Soepeno, 2000 ). Kaitannya dengan kenyamanan memandang lukisan di dalam ruang pemeran adalah adanya berbagai macam ukuran lukisan jika dipajang di dalam

14 19 ruang pameran semestinya lukisan tersebut bisa dinikmati oleh pengunjung pameran secara leluasa dan menyenangkan sesuai dengan tujuan dari pameran itu sendiri. Hubungannya dengan ilmu ergonomi adalah bagaimana menciptakan suasana aman dan nyaman dalam aktifitas pameran tersebut Lukisan Impresionis Perjalanan seni rupa modern diawali oleh gerakan yang disebut dengan gerakan seni lukis realisme dinamis atau pasca impressionisme. Gerakan ini merupakan masa transisi dari konvensi realisme ke bentuk kebebasan seniman. Awalnya pandangan kaum impressionisme terhadap stimulasi persepsinya mutlak yaitu pelukisan alam benda, mengandung banyak massa tiga dimensi yang menyebabkan dalam volume tiga dimensi akan terjadi pelukisan ruang. Seorang impressionisme sejati akan selalu hanya mengamati berbagai warna yang terkandung pada permukaan benda. Dengan kata lain bahwa argumentasi kaum impressionis, persepsi alam adalah kemurnian image pada retina. Dengan demikian gambar kaum impressionis berhubungan dengan persepsi retina yang murni; suatu jajaran warna yang banyak, tak berhubungan dengan perbendaharaan benda itu sendiri dan tidak ada garis. Namun pelukis Paul Cezanne kemudian menyatakan bahwa impressionisme itu justru sangat erat hubungannya dengan garis. Ruang dan isi tidak bisa dipisahkan, Cezanne tidak ingin sekadar meniru alam (mimesis), melainkan alam ini ingin diciptakan kembali untuk memperoleh bentuk-bentuk yang kuat ( Kartika, 2004 ).

PAMERAN LUKISAN YANG ERGONOMIS

PAMERAN LUKISAN YANG ERGONOMIS PAMERAN LUKISAN YANG ERGONOMIS I Gusti Nyoman Widnyana Program Studi Desain Komunikasi Visual D-III Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha Jalan Jend. A Yani 67 Singaraja 81116, Telp.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian tentang Pengaruh Dua Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan secara umum dan Kenyamanan memandang dari Pengunjung

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk

BAB IV METODE PENELITIAN. sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan rancangan sama subjek ( treatment by subject design ) yang dikembangkan dalam bentuk rancangan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu pekerjaan dapat memberikan resiko terhadap dampak yang dirasakan oleh pekerja, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Hal tersebut sering disebut dengan

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi di dunia ini, banyak sekali perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi di dunia ini, banyak sekali perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi di dunia ini, banyak sekali perubahan dari lingkungan serta perilaku manusia yang ada di dunia ini, bisa dilihat semakin banyak sekali tuntutan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat maka dengan berkembangnya teknologi manusia berusaha untuk membuat peralatan yang bisa membantu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pegawai sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer HUMAN Manusia merasakan dunia nyata dengan menggunakan piranti yang lazim dikenal dengan panca indera -mata, telinga, hidung, lidah dan kulit- sehingga lewat komponen inilah kita dapat membuat model manusia

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) diselenggarakan di sebuah ruang kuliah berukuran 17 x 8 meter,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui. Informasi dapat diperoleh melalui beberapa sarana, antara

Lebih terperinci

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang 2 Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang penting, tetapi masyarakat tetap berkepentingan dengan sekolah bermutu walaupun belum terakreditasi. Sekolah bermutu mampu mendidik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adapun massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi Selain bekerja di sektor pertanian dan perdagangan masyarakat yang tinggal di Bali juga bekerja di sektor konstruksi, ini perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD. ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD. SONATA JAYA) PURWATI Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg.

Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg. Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg. radiawan_made@yahoo.co.id BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Proses belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Pemakaian komputer saat ini sudah semakin luas. Hampir setiap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari jenis dan lokasi pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa

Lebih terperinci

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti Sumaryanti Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2) DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1713 Psikologi Industri & Organisasi (Minggu 2) Pensyarah Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD- Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) SINOPSIS

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA Endang Susanti (Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam) ABSTRAK Meja dan kursi adalah salah satu fasilitas

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN ASSESSMENT KEBOSANAN KERJA KARYAWAN SEBAGAI DASAR EVALUASI KINERJA ASPEK TASK, ORGANISASI DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN; STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI TANGERANG-BANTEN Wahyu Susihono 1,2 1 Konsentrasi Egonomi

Lebih terperinci

PENGARUH PENERANGAN DALAM RUANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MAHASISWA DESAIN INTERIOR

PENGARUH PENERANGAN DALAM RUANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MAHASISWA DESAIN INTERIOR PENGARUH PENERANGAN DALAM RUANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MAHASISWA DESAIN INTERIOR Cok Gd Rai Padmanaba Program Studi Desain Interior FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Aktivitas menggambar

Lebih terperinci

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh sangat membantu manusia dalam beraktifitas sehari-hari. Penggunaan teknologi informasi seperti komputer

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bekerja merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan komputer dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan. Salah satunya yaitu gangguan mata karena penggunaan mata secara terusmenerus untuk menatap monitor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI Rudi Aman 1*, Dutho Suh Utomo 2, Lina Dianati Fathimahhayati 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

Aspek Ergonomik Ergonomik

Aspek Ergonomik Ergonomik ASPEK ERGONOMIK Aspek Ergonomik Ergonomik adalah faktor kenyamanan kerja yang mempunyai pengaruh nyata dalam hal peningkatan maupun penurunan efisiensi dan efektifitas kerja. Beberapa Aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012 Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 1 PENDAHULUAN Keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan adalah dambaan setiap insan. Kesehjahteraan bisa dicapai jika manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam acara resmi atau keluarga, makanan menjadi sarana yang melengkapi. Penyajian makanan untuk acara tertentu tidak sama dengan di restoran atau di rumah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

Pertemuan 03 ERGONOMIK

Pertemuan 03 ERGONOMIK Pertemuan 03 ERGONOMIK Ergonomik Ilmu yang mempelajari karakteristik fisik dalam interaksi Ergonomik baik untuk pendefinisian standar dan pedoman pembatasan bagai mana kita mendesain aspek tertentu dari

Lebih terperinci

ALAT - ALAT OPTIK. Bintik Kuning. Pupil Lensa. Syaraf Optik

ALAT - ALAT OPTIK. Bintik Kuning. Pupil Lensa. Syaraf Optik ALAT - ALAT OPTIK 1. Pendahuluan Alat optik banyak digunakan, baik untuk keperluan praktis dalam kehidupan seharihari maupun untuk keperluan keilmuan. Beberapa contoh alat optik antara lain: Kaca Pembesar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat perlu mendapat perhatian, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA Yuli Suryani*, Yamtana**, Purwanto** *Alumni Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam peningkatan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci