Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang
|
|
- Ridwan Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2 Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang penting, tetapi masyarakat tetap berkepentingan dengan sekolah bermutu walaupun belum terakreditasi. Sekolah bermutu mampu mendidik pebelajar agar berprestasi dan memiliki kompetensi, karena proses pembelajarannya bermutu. Ada 5 faktor penting yang mempengaruhi proses pembelajaran bermutu: (1) pembelajar; (2) pebelajar; (3) fasilitas pembelajaran; (4) proses pembelajaran; (5) jumlah anggaran pembelajaran (Marmai, 2001; Darmawan, 2006). Kegiatan pembelajaran di kelas menjadi kurang bermutu, jika kinerja pada pebelajar dan penataan fasilitas pembelajaran di kelas terabaikan walaupun sudah dilakukan peningkatan mutu pembelajar, perbaikan proses dan jumlah anggaran pembelajaran ditambah. Pembelajaran merupakan kegiatan bersifat kontinum, yang difokuskan untuk kepentingan pebelajar. Pembelajar hanya fasilitator, yang bertugas merancang atau mengaransemen berbagai sumber serta fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan pebelajar dalam proses pembelajarannya. Pebelajar sebagai individu bersifat khusus yang dibekali kemampuan, keterampilan dan pengalaman sehingga kehendaknya cenderung sulit dipahami (Karwono, 2008). Lebih khususnya lagi, anak usia tahun yang setingkat SMP. Sebagai individu yang berusia rawan, serba tanggung, mudah terpengaruh, cenderung berubah pikiran sehingga membutuhkan perhatian yang khusus (Sukmadinata, 2003; Theriqa, 2008). Motivasi, kedisiplinan dan kesungguhan belajar adalah bagian daripada aspek kinerja pada pebelajar yang dapat menumbuhkan perilaku selalu siap sedia mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi penataan fasilitas pembelajaran bisa menimbulkan efek menyenangkan untuk mendukung tumbuhnya kesiapan belajar dan memperkuat proses pembelajaran yang sudah dimiliki sehingga disebut Law of Readiness and Law of Effect (Marmai, 2001; Thorndike, 2008). Peningkatan motivasi, kedisiplinan,
2 3 kesungguhan belajar sebagai bagian inti kinerja perlu mempertimbangkan: (1) kondisi fisik; (2) kondisi mental; (3) kondisi unsur dinamis seperti: perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran; dan (4) kondisi lingkungan (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Keterlibatan fisik, mental, unsur dinamis yang optimal dalam pembelajaran, merupakan refleksi kinerja pada pebelajar yang berupaya meraih prestasi serta kompetensi terbaik (Marmai, 2001). Penampilan atau kinerja (unjuk kerja) merupakan kondisi yang merefleksikan daya suatu tindakan, yang memperlihatkan kemampuan dan motivasi positif untuk berprestasi sesuai harapan (Hornby, 2005). Kinerja memperlihatkan berbagai fungsi kemampuan dan motivasi untuk menilai sifat yang terkait dengan tindakan, perilaku dan prestasi kerja (Rivai, 2005). Ergonomi mengupayakan peningkatan nilai kinerja melalui harmonisasi antara karakteristik tuntutan tugas, kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia. Kinerja prima terwujud dari kondisi belajar yang sehat, segar, efisien dan produktif sehingga menghasilkan keuntungan memadai (Manuaba, 2000). Sudharmanto dan Slameto berharap lahir kesediaan memperhatikan kesehatan fisik (khususnya mata) dan daya serap otak pada pebelajar dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas karena dapat mempengaruhi kinerjanya (Marmai, 2001). Karakteristik pebelajar harus dijadikan pedoman peningkatan keharmonisan interaksi antara pebelajar dengan kondisi fasilitas dan lingkungan pembelajarannya. Pebelajar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan cara yang lebih baik, jika memiliki kebebasan gerak sehingga perlu disiapkan desain interior pembelajaran yang memudahkan beraktivitas. Jika memang benar diinginkan agar desain berhasil meningkatkan kinerja pada pebelajar, maka ergonomi harus dilibatkan dalam setiap proses analisisnya. Agar masyarakat mengetahui peranan ergonomi dalam desain,
3 4 maka perwujudannya pada setiap komponen desain harus jelas (Wilson dan Corlett, 2005; Anderson, 2009; Chong, 2010). Kajian ergonomi harus dilakukan dalam upaya peningkatan kinerja pada pebelajar, karena kebolehan dan keterbatasan pebelajar harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Dibutuhkan kajian desain interior, untuk peningkatan mutu penataan fasilitas pembelajaran. Ergonomi dan desain interior seharusnya dilibatkan dalam upaya meningkatkan kinerja pada pebelajar, agar mutu kegiatan pembelajaran di kelas meningkat. Untuk kepentingan peningkatan kinerja, ergodesain interior pembelajaran perlu diwujudkan. Ergonomi dan desain interior adalah 2 bidang ilmu dari rumpun berbeda tetapi subjek dan aspek kajiannya sama yaitu manusia, fasilitas dan kondisi tempat beraktivitas. Fokus kajian ergonomi, selain yang dianalisis dalam desain intereior adalah menjaga tubuh sehat agar tetap segar selama beraktivitas. Aspek kajian desain interior berhubungan dengan fungsi, kenyamanan, keselamatan dan efisiensi tetapi lebih terfokus pada nilai estetika agar tempat beraktivitas menjadi menyenangkan. Di Desa Sibang Kaja Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Propinsi Bali, hanya ada SMPN-3 sebagai sekolah milik pemerintah sehingga harus berperan mensukseskan program Wajar 9 tahun. Oleh karena itu, pebelajarnya berjumlah orang padahal hanya memiliki 18 buah kelas (interior) yang masing-masing luasnya hanya 64m2 (800X800cm). Rasio luas lantainya menjadi hanya 1,52m 2 /pebelajar dari seharusnya minimal 2m 2 /pebelajar, aktivitas pembelajaran berlangsung pagi dan siang hari sebagai beberapa kretiria yang harus dihindari oleh sekolah terakreditasi minimal SSN (Sekolah Standar Nasional). Dengan demikian, harapan SMPN-3 Abiansemal Badung untuk mendapat akreditasi SSN, belum disetujui oleh Kemdiknas RI (Ardana,
4 5 2010). Walaupun demikian, pengelola dan jajarannya tetap menyusun berbagai jenis program agar masyarakat di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar mengakuinya sebagai sekolah bermutu. Berdasarkan kepentingan agar SMPN-3 Abiansemal Badung dapat menjadi sekolah yang bermutu, maka dilakukan penelitian pendahuluan agar diperoleh fakta permasalahan yang aktual. Data yang diperoleh terdiri atas: (1) Setiap 43 pebelajar harus rela belajar pada interior berkapasitas 32 orang, tanpa dilakukan penyesuaian kecuali penambahan 11 buah kursi dan meja belajar berukuran 55X70cm; (2) Tinggi meja belajar 74 cm, padahal tinggi siku pebelajar 67cm; (3) Tinggi dudukan kursi belajar 45cm, sedangkan tinggi popliteal 39cm; (4) Rak di bawah meja belajar membatasi gerak kaki, sehingga kenyamanan berkurang; (5) Bagian tepi, sudut meja serta kursi belajar berbentuk siku dan lancip, mengganggu permukaan kulit dan struktur fungsional di dalamnya (otot, saraf, pembuluh darah dan tulang); (6) Formasi duduk diatur dalam 3 kelompok, maka 4 deret pebelajar tidak memiliki jalur sirkulasi sehingga timbul perilaku naik ke atas kursi bahkan meja belajar; (7) Tersedia 1 buah papan tulis, sementara waktu belajar hanya 40 menit/1 jam pelajaran; (8) Setelah menit, ada penggantian mata pelajaran tetapi pebelajar tetap duduk menunggu pembelajar lainnya datang; (9) Seluruh permukaan dinding ditempeli media informasi dan komunikasi serta hiasan, dapat mempercepat kelelahan sinapsis; (10) Intensitas cahaya kurang dari 300 lux; (11) Kelembaban relatif 82%; (12) Gerakan angin hanya 0,13m/d; dan (13) Peralatan kebersihan kelas berserakan di lantai belakang kelas, karena tidak tersedia waktu mengembalikan ke ruang perlengkapan karena berada jauh dari ruang tempatnya belajar. Pendataan memakai kuesioner didapat peningkatan keluhan mata 12,38%, keluhan muskuloskeletal 17,15% dan kelelahan 11,61%. Oleh karena itu, perlu
5 6 aplikasi ergo-desain interior pembelajaran agar terjadi peningkatan kinerja pada pebelajar yang bisa dilihat dari penurunan keluhan mata, keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan kebosanan serta peningkatan kenyamanan. Pembelajaran dipastikan melibatkan fisik, mental dan unsur dinamis serta kondisi lingkungan yang secara terpadu dapat menimbulkan stress (Sutajaya, 2006). Beberapa penelitian ergonomi dalam pembelajaran, bisa menurunkan keluhan muskuloskeletal sebesar 54,03% dan meningkatkan rerata nilai dari 6,5 menjadi 7,0 (Sutajaya, 2004). Pembelajaran ergonomis, meningkatkan hasil belajar dari rerata nilai 58,71 pada siklus I menjadi 62,06 pada siklus II atau 5,7% (Sutjana, dkk., 2004). Pencahayaan dan pembelajaran ergonomis berhasil meningkatkan kecepatan kerja 70,46%, ketelitian kerja 56,36% dan konstansi kerja 90,95% (Partadjaja, 2004). Perbaikan meja dan kursi belajar berhasil menurunkan kelelahan 73,76%, keluhan muskuloskeletal 99,88% dan kebosanan 26,40% serta meningkatkan motivasi belajar 65,81% di samping prestasi belajar sekitar 33,70% (Wijana, 2008). Proses identifikasi dan analisis serta solusi yang diterapkan pada ergo-desain interior, berpedoman pada konsep teknologi tepat guna (TTG) memakai pendekatan terpadu atau SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner dan Partisipatori). Pendekatan SHIP mengembangkan model kajian bersistem, menyeluruh, melibatkan sejumlah disiplin ilmu terkait dan partisipasi pengelola, pebelajar serta Komite Sekolah yang bersangkutan. Aplikasi konsep TTG, merupakan upaya pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan intervensi karena mengandung 6 kriteria sebagai berikut: (1) secara teknis mudah dikerjakan oleh masyarakat setempat; (2) secara ekonomis sesuai kemampuan finansial untuk biaya produksi, perawatan, perbaikan oleh pemakainya; (3) secara ergonomis mendukung upaya keselamatan dan kesehatan pemakai selama beraktivitas; (4) secara sosial budaya sesuai dengan pola pikir dan perilaku pemakai;
6 7 (5) hemat energi agar lingkungan lestari; dan (6) ramah lingkungan agar polusi dapat dihindari. Indonesia merupakan negara industri berkembang memerlukan perubahan perlahan, relevan dengan situasi yang aktual dan faktual, murah, sesuai karakteristik serta kondisi ekonomi negara (Abeysekera, 2002; Manuaba, 2004a). Perbaikan yang sudah pernah dilakukan, hanya berupa pengurangan lebar rak di bawah meja agar kenyamanan pemakaian meningkat. Perbaikan lebar rak belum menghasilkan perubahan bermakna, karena belum terjadi perubahan posisi tubuh sebagai syarat pemulihan otot yang kontraksi. Tubuh manusia memang didesain untuk digerakkan, perlu pengubahan posisi dan gerak serta perpindahan setelah dalam 1 posisi selama 60 menit (Rodahl, 1989). Perbaikan yang dilakukan untuk kepentingan manusia, memerlukan pemahaman tentang kemampuan dan kebolehan serta keterbatasannya sehingga harmonis dengan sistem, peralatan dan kondisi lingkungan beraktivitasnya (Manuaba, 2005). Aplikasi ergo-desain interior pembelajaran, memanfaatkan data antropometri pebelajar dalam mendesain kursi dan meja pembelajaran agar terwujud sikap tubuh fisiologis. Data antropometri dimanfaatkan juga untuk menentukan ukuran lebar jalur sirkulasi, yang harus tersedia diantara meja dengan meja dan antara meja dengan dinding interior. Diharapkan terwujud pula perubahan perilaku pebelajar secara sistematis dan reguler, tanpa perlu himbauan dan media informasi serta komunikasi lisan atau tulisan. Perubahan perilaku yang sistematis dan reguler pada ergo-desain interior, karena tersedianya unsur sebagai berikut: (1) Penyimpanan tas sekolah pada locker, mengharuskan pebelajar berdiri setelah duduk selama menit. Berjalan untuk menyimpan serta mengambil buku pelajaran berikutnya, kembali ke kursi masing-masing; (2) Fasilitas tempat buku dan alat tulis pada setiap meja belajar mendorong terwujud sikap tubuh dinamis selama duduk; (3) Area sirkulasi bagi
7 8 setiap pebelajar dapat menghilangkan perilaku naik ke atas kursi ataupun meja belajar; (4) Plafon tembus cahaya matahari menghemat energi listrik; dan (5) Area sirkulasi udara yang luas mempercepat perpindahan CO2 dari interior ke eksterior sehingga aktivitas berkipas dan kegelisahan dapat diminimalisir. Aplikasi ergo-desain interior pembelajaran perlu diteliti untuk dapat diketahui peningkatan kinerja yang dapat dilihat dari penurunan: (a) keluhan mata; (b) keluhan muskuloskeletal; (c) kelelahan; (d) kebosanan; dan (e) peningkatan kenyamanan pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung sebagai refleksi optimalnya keterlibatan fisik, mental dan unsur dinamis untuk terwujudnya kegiatan pembelajaran bermutu. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pada penelitian perlu dikaji beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut. 1) Apakah aplikasi ergo-desain interior pembelajaran meningkatkan kinerja, dilihat dari penurunan keluhan mata pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung? 2) Apakah aplikasi ergo-desain interior pembelajaran meningkatkan kinerja, dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung? 3) Apakah aplikasi ergo-desain interior pembelajaran meningkatkan kinerja, dilihat dari penurunan kelelahan pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung? 4) Apakah aplikasi ergo-desain interior pembelajaran meningkatkan kinerja, dilihat dari penurunan kebosanan pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung? 5) Apakah aplikasi ergo-desain interior pembelajaran meningkatkan kinerja, dilihat dari peningkatan kenyamanan pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung?
8 9 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Tujuan umum penelitian, untuk mengetahui perbedaan kinerja pada pebelajar setelah belajar pada desain interior lama (tanpa intervensi ergonomi) dan ergo-desain interior (dengan intervensi ergonomi) pembelajaran di SMPN-3 Abiansemal Badung Tujuan khusus: Tujuan khusus penelitian, setelah aplikasi ergo-desain interior pembelajaran adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut. 1) Peningkatan kinerja pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung, dilihat dari penurunan keluhan matanya. 2) Peningkatan kinerja pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung, dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletalnya. 3) Peningkatan kinerja pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung, dilihat dari penurunan kelelahannya. 4) Peningkatan kinerja pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung, dilihat dari penurunan kebosanannya. 5) Peningkatan kinerja pada pebelajar SMPN-3 Abiansemal Badung, dilihat dari peningkatan kenyamanannya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian sebagai berikut. 1) Bisa dipakai sebagai pedoman aplikasi ergo-desain interior pembelajaran di kelas dan sekolah lain, agar mutu proses pembelajaran meningkat.
9 10 2) Bisa dipakai sebagai pedoman penyusunan kebijakan pemerintah dan pihak yang terlibat dalam aplikasi ergo-desain interior pembelajaran, agar kualitas sekolah dan SDM meningkat. 3) Bisa dipakai model analisis berbagai jenis proyek desain interior agar terwujud produk yang manusiawi, kompetitif dan lestari Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian sebagai berikut. 1) Menjadi model pengembangan konsep desain interior yang berpedoman pada kemampuan, kebolehan, keterbatasan fisik dan mental serta unsur dinamis manusia atas dasar respon fisiologis yang berbeda. 2) Menjadi pedoman pengembangan ergo-desain interior pembelajaran yang diperlukan oleh berbagai jenis sekolah di sektor pendidikan formal. 3) Menjadi media pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khusus dalam bidang desain interior serta ergonomi.
basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain
100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama
Lebih terperinciPenelitian ini dilaksanakan di SMPN-3 yang berlokasi di Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mulai bulan Agustus 2010 Maret 2011.
83 P 0 = desain interior lama (tanpa intervensi ergonomi). P 1 = ergo-desain interior (dengan intervensi ergonomi) O1, O3 = data sebelum belajar pada periode I dikumpulkan pukul 07.10 dan 10.40, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah penarikan kesimpulan yang berisi rangkuman dari analisis, serta perumusan masalah yang harus dijawab dengan jelas dan ringkas. 7.1.1 Temperatur
Lebih terperinciSARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI
1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan
Lebih terperinciPenempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I
Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pariwisata, hotel mempunyai peran yang sangat penting dimana hotel merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih seseorang atau beberapa orang
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN 3.1 KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Furniture merupakan sarana atau fasilitas bagi berbagai kegiatan manusia. Desain furniture lahir karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1
Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perguruan tinggi biasanya dilengkapi dengan adanya perpustakaan di mana perpustakaan ini dapat menjadi pusat informasi dan sumber
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Proses produksi kain endek tiga tahun belakangan ini mengalami kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan
BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Pembuatan Minuman Saat ini Kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat pembuatan minuman jika dilihat dari segi antropometri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
Lebih terperinciKISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-kanak yang disingkat TK, merupakan jenjang pendidikan usia dini (yakni usia 3-6 tahun) dalam bentuk pendidikan formal yang merupakan tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional Indonesia sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia. Salah satu unsur kualitas sumber daya manusia adalah tingkat kesehatan, baik kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sedangkan di era krisis global saat ini kebutuhan hidup melambung tinggi termasuk
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan (UU RI, 2003). Amanat Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 sebagai payung hukum upaya pemerintah dalam penyelenggaraan pelatihan kerja untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan
Lebih terperinciPENGAMBANGAN SOFT SKILLS DENGAN PENDEKATAN SISTEMIK, HOLISTIK, INTERDISIPLINER DAN PARTISIPATORI (SHIP) MENINGKATKAN MOTIVASI MAHASISWA
PENGAMBANGAN SOFT SKILLS DENGAN PENDEKATAN SISTEMIK, HOLISTIK, INTERDISIPLINER DAN PARTISIPATORI (SHIP) MENINGKATKAN MOTIVASI MAHASISWA Oleh : Nyoman Sucipta dan Ketut Suriasih ABSTRAK Pengambangan soft
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai
81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) diselenggarakan di sebuah ruang kuliah berukuran 17 x 8 meter,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xviii
ABSTRAK Warnet merupakan sarana alternatif yang sering digunakan untuk browsing internet. Banyaknya warnet saat ini mendorong peneliti melakukan penelitian untuk merancang suatu warnet yang ideal. Penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi manusia. Pakaian termasuk barang yang mudah untuk didapatkan. Umumnya, orang-orang mendapatkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet
Lebih terperinciPembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat kontinum, difokuskan kepada
12 Pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat kontinum, difokuskan kepada kepentingan pebelajar. Pembelajar hanya sebagai fasilitator, mengaransemen berbagai sumber serta fasilitas yang tersedia untuk
Lebih terperinciERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR
ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, persaingan dalam berbagai aspek kehidupan semakin ketat. Untuk dapat bersaing, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki produktivitas
Lebih terperinciKELUHAN SUBJEKTIF PADA OPERATOR KOMPUTER DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK DAN PORSELIN BALI
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011 ISSN 1412-6869 KELUHAN SUBJEKTIF PADA OPERATOR KOMPUTER DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK DAN PORSELIN BALI Komang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis mengenai sarana- sarana fisik dan lingkungan fisik ruangan laboratorium sistem produksi jurusan teknik industri ada yang sudah ergonomis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui. Informasi dapat diperoleh melalui beberapa sarana, antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahun mengalami peningkatan yang pesat. Biro Pusat Statistik Bali 2014 mencatat pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING
STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak lepas dari pekerjaan rutin yang biasa dilakukan sehari-hari seperti mencuci pakaian. Pastinya tidak semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu pemerintah Indonesia ikut serta untuk memajukan pendidikan, dengan cara
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya industri pariwisata di Kota Bandung, membuat para penyedia jasa dalam berbagai bidang berusaha menyediakan fasilitas yang memuaskan bagi konsumen.
Lebih terperinciPERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)
PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Rak dan Gantungan Pakaian Perancangan rak dan gantungan pakaian yang akan ditempatkan dalam bis khusus rancangan alternatif 3. Dimensi dari lemari gantungan
Lebih terperinciSEJARAH & PERKEMBANGAN
Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di kota-kota besar memang seringkali menyebabkan masyarakatnya yang merupakan warga asli ataupun pendatang sulit untuk mencari tempat tinggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telekomunikasi merupakan suatu kegiatan menyampaikan suatu informasi dari satu tempat menuju satu tujuan yang lain. Informasi yang disampaikan juga dapat berupa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya memberantas kebodohan dan kemiskinan serta untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ruang kuliah yang digunakan untuk sarana penunjang dalam proses belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa adalah sarana yang sangat penting,
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan
BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian tentang Pengaruh Dua Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan secara umum dan Kenyamanan memandang dari Pengunjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha budidaya jamur tiram saat ini mulai dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi salah satu alternatif bagi pengusaha baru yang akan membuka usahanya. Jamur
Lebih terperinciDidesain agar nyaman dan tahan lama.
Didesain agar nyaman dan tahan lama. Inter IKEA Systems B.V. 2015 Sebagian besar dari kita menghabiskan banyak waktu di meja, baik saat bekerja di kantor maupun di rumah. Itulah mengapa ruang kerja yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi merupakan keilmuan multidisiplin yang mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Semakin berkurangnya lahan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung untuk membuat rumah-rumah tinggal, menjadikan beberapa perusahaan mendirikan alternatif hunian lain seperti apartemen.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang
Lebih terperinciPENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat
PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu isu ergonomi kesehatan semakin banyak diminati, mengingat setiap aktivitas kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga istirahat pada semua orang akan melibatkan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi obat paracetamol 5 mg, jika dilihat dari segi antropometri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini masyarakat Indonesia terutama Jakarta memiliki aktifitas yang sangat padat. Kebanyakan mereka menghabiskan waktunya diluar rumah, sehingga pekerjaan rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak gereja yang didirikan. Gereja digunakan sebagai sarana untuk memperdalam rohani dan menjalin hubungan dengan sang pencipta maupun sesama
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH
BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju ini, dunia pendidikan dituntut agar dapat lebih bersaing, sehingga dunia pendidikan diharapkan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang terdapat pada Laboratorium 1 IT, Laboratorium 2 IT, dan Laboratorium 3 IT, ternyata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi manusia. Penjahit AD yang berada di jalan Haur Pancuh II no.1b Bandung adalah salah satu bisnis jahit pakaian yang menyediakan jasa
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Lingkungan Fisik dan Fasilitas Fisik Aktual Lingkungan Fisik Temperatur Temperatur pada ruangan-ruangan yang ada di lantai 3 dan 5 gedung GWM ini tidak merata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Dalam proses penelitian yang berjudul Evaluasi Kinerja Ruang Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Bandung (studi kasus laboratorium komputer), metode
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN
IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram alir Mulai Penelitian pendahuluan: Wawancara dengan pihak manajemen. Pengamatan pada ruang produksi mesin dan manual. Pengamatan kondisi sistem kerja. Identifikasi
Lebih terperinci