PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tri Zulhijah Juliana Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jl. Jembatan Merah 84 C Gejayan Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan dan model mana yang lebih baik dalam prediksi kebangkrutan serta apakah terdapat perbedaan model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score dan prediksi kebangkrutan. Sampel yang digunakan adalah 10 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Dalam penelitian menggunakan metode analisis Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score dan pengujian hipotesis menggunakan alat analisis teknik uji beda one way anova. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tahun terdapat 7 perusahaan diprediksi bangkrut pada model Springate sedangkan model Zmijewski tidak ada perusahaan yang diprediksi bangkrut dan pada model Altman Z-Score sebanyak 15 perusahaan diprediksi bangkrut sehingga menjadikan Altman Z-Score sebagai model yang lebih baik dengan memberikan prediksi kebangkrutan. Untuk hasil pengujian hipotesis penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan dengan menggunakan model Springate, model Zmijewski dan model Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan yang disebabkan adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan rumus ketiga model tersebut. Kata kunci: Kebangkrutan, Springate, Zmijewski, Altman Z-Score

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ancaman kebangkrutan dapat dialami setiap perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar yang tidak mampu bersaing atau berkembang dalam menjalankan usahanya. Kebangkrutan suatu perusahaan diawali dengan munculnya kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan suatu perusahaan dapat tercermin dari indikator kinerja yakni apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas) sehingga dapat berujung pada kebangkrutan suatu perusahaan (Suharman, 2007). Analisis kebangkrutan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan dari peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan sejak awal (Hanafi, 2003:263). Analisis kebangkrutan memiliki berbagai macam model yang bisa digunakan dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score merupakan model analisis kebangkrutan yang sering digunakan dan dikenal karena selain caranya mudah, keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutannya pun cukup akurat. Ketiga model ini dikembangkan dan dibentuk melalui perbandingan rasio-rasio keuangan dalam mengidentifikasikan hasil akhir dari prediksi kebangkrutan. Namun, ketiga model tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam penentuan modelnya. Oleh karena itu, dengan melakukan perbandingan ketiga model analisis kebangkrutan pada perusahaan perkebunan yang memiliki resiko melekat seperti kegagalan panen, maka dapat diketahui perbedaan ketiga model tersebut dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan perkebunanan yang mungkin terjadi.

3 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan perkebunan di BEI menggunakan model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. 2. Manakah model analisis kebangkrutan yang lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. 3. Apakah terdapat perbedaan dari ketiga model analisis kebangkrutan pada perusahaan perkebunan Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis membatasi masalah yaitu: 1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model analisis kebangkrutan yang dikemukakan Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. 2. Model analisis kebangkrutan ada berbagai macam yakni Springate, Zmijewski, Altman Z-Score, Ohlson, Zavgren, Deakin, dan Groever. Namun karena keterbatasan peneliti, model analisis kebangkrutan yang dipilih hanya tiga yakni Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score. 3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun Data-data laporan keuangan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba rugi yang telah diaudit mulai tahun 2009 sampai 2011 pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan pada perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia menggunakan model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. 2. Untuk mengetahui model analisis kebangkrutan yang lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. 3. Untuk mengetahui perbedaan ketiga model pada perusahaan perkebunan yaitu model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score.

4 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menguji perbandingan model-model analisis kebangkrutan adalah sebagai berikut: Tiara A.Putri (2004) menguji penerapan analisis Zmijewski (X-Score), Ohlson (Y-Score) dan Altman (Z-Score) pada perusahaan tekstil di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sebagian besar dalam keadaan tidak baik dan rawan. Di samping itu terlihat model Altman lebih menerapkan prinsip kehati-hatian dengan hasil yang selalu menuju bangkrut. Maria Ulfa (2007) meneliti tentang analisis perbedaan model Zavgren (logit), Altman (Z-Score) dan Zmijewski (X-Score) pada perusahaan jasa transportasi di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara metode Zavgren dengan Altman dan metode Zavgren dengan Zmijewski. Berbeda dengan metode Altman yang dibedakan dengan metode Zmijewski, dimana tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara keduanya. Ainina (2008) melakukan studi perbandingan tentang kemampuan prediksi kebangkrutan antara analisis Zmijewski (X-Score), Ohlson (Y-Score) dan Altman (Z-Score) pada perusahaan tekstil di BEJ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga model tersebut dan dari ketiga model tersebut yang memiliki tingkat sensitivitas tertinggi yaitu analisis model Altman. Nur Aisyah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis komparatif terhadap metode pengukuran potensi kebangkrutan pada perusahaan industri kayu di BEI. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan penilaian potensi kebangkrutan antara model Altman Z-Score, Springate, dan Zavgren karena adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan ketiga model tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penelitian ini mengembangkan penelitian dari Ainina (2008) dengan menggunakan perusahaan perkebunan

5 sebagai sampel dan berbeda dengan penelitan sebelumnya yang menggunakan perusahaan tekstil serta model analisis kebangkrutan yang dipilih untuk dibandingkan adalah Springate (S-Score), Zmijewski (X-Score), dan Altman (Z- Score). Kebangkrutan Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya (Prihadi,2008:177). Kebangkrutan biasa juga diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sebagai kegagalan dapat didefinisikan dalam beberapa arti, yaitu : 1. Kegagalan ekonomi (ecomonic failure), dimana perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri. 2. Kegagalan keuangan (financial failure), bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas ada dua bentuk: a. Insolvensi teknis (technical insolvency), yaitu perusahaan dapat dianggap gagal jika tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, yakni didefiniskan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan Menurut S.Munawir (2002:289) secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum. Menurut Darsono dan Ashari (2005:12) dalam Gabriella (2011), faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya.

6 Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Menurut Darsono dan Ashari (2005: ) dalam Gabriella (2011), faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan yaitu perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva yang menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Indikator Kebangkrutan Ada beberapa indikator untuk melihat tanda-tanda kesulitan keuangan dapat diamati dari pihak eksternal, misalnya: 1. Penurunan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang saham selama beberapa periode berturut-turut. 2. Penurunan laba secara terus-menerus dan perusahaan mengalami kerugian. 3. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha. 4. Pemecatan pegawai secara besar-besaran. 5. Harga di pasar mulai menurun terus - menerus. Sebaliknya, beberapa indikator yang dapat diketahui dan harus diperhatikan oleh pihak internal perusahaan adalah: 1. Turunnya volume penjualan karena ketidakmampuan manejemen dalam menerapkan kebijakan dan strategi.

7 2. Turunnya kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan. 3. Ketergantungan terhadap utang sangat besar. Untuk mempelajari dan menilai tentang kecakapan manajemen dapat dilihat dari laporan tahunan, berita keuangan, dan pertemuan para analisis serta komentar dan kritisi dari publik (Manahan P.Tampubolon, 2005:51). Ancaman kebangkrutan bukan hanya kebangkrutan itu sendiri tetapi juga berbagai masalah yang ditimbulkannya, seperti karyawan penting keluar, pemasok menolak memberikan kredit, pelanggan mencari perusahaan lain yang lebih stabil, dan pemberi pinjaman meminta suku bunga yang lebih tinggi serta menetapkan syarat-syarat yang lebih ketat pada kontrak pinjaman. (Eugene F. Brigham dan Joel F.Houston, 2001:33) Analisis Kebangkrutan Model Springate Model ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan menggunakan analisis multidiskriminan untuk memilih 4 dari 19 rasio keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman. Model Springate merumuskan: S = 1,03X 1 + 3,07X 2 + 0,66X 3 + 0,4X 4 Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Springate yaitu: X 1 = working capital / total asset X 2 = net profit before interest and taxes / total asset X 3 = net profit before taxes / current liability X 4 = sales/ total asset Springate (1978) mengemukakan nilai cut off yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Nilai S yang lebih kecil dari 0,862 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Model ini memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate. Analisis Kebangkrutan Model Zmijewski Perluasan studi dalam prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski (1983) menambah validitas rasio keuangan sebagai alat deteksi kegagalan

8 keuangan perusahaan. Zmijewski melakukan studi dengan menelaah ulang studi bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun. Rasio keuangan dipilih dari rasio rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3573 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai dengan 1978, menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat. Dengan kriteria penilaian semakin besar nilai X maka semakin besar kemungkinan/probabilita perusahaan tersebut bangkrut. Model yang berhasil dikembangkan yaitu (Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra, 2000:4): X = -4,3 4,5X 1 + 5,7X 2 0,004X 3 Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski yaitu: X 1 = EAT / Total Asset X 2 = Total Debt / Total Assset X 3 = Current Asset / Current Liabilities Nilai cut off yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X lebih besar dari atau sama dengan 0 maka diprediksi akan mengalami kebangkrutan di masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai lebih kecil dari 0 maka diprediksi tidak akan mengalami kebangkrutan. Zmijewski telah mengukur akurasi modelnya dengan nilai akurasi 94,9%. Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Penelitian ini menggunakan sampel 66 perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Hasil studi Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan. Z-Score Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1,0X 5

9 Masalah lain yang sering dihadapai oleh Altman dalam melakukan penelitian di Indonesia adalah sedikitnya perusahaan Indonesia yang go public. Jika perusahaan tidak go-public, maka nilai pasar menggunakan nilai buku saham biasa dan preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, dan kemudian mengembangkan model diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut ini. Z = 0,717X 1 + 0,847X 2 + 3,107X 3 + 0,420X 4 + 0,998X 5 Z-Score Altman untuk perusahaan perkebunan yang telah go public ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1,0X 5 Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman Z-Score yaitu: X 1 = working capital / total asset X 2 = retained earnings / total asset X 3 = earnings before interest and taxes / total asset X 4 = market value equity / book value of total debt X 5 = sales / total asset Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah, perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81-2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area. Rasio rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu rasio likuiditas yang terdiri dari X 1, rasio profitabilitas yang terdiri dari X 2 dan X 3 serta rasio aktivitas yang terdiri dari X 4 dan X 5 (Riyanto, 2001: 330).

10 METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Yang menjadi ruang lingkup penelitian Analisis Kebangkrutan mencakup perbandingan model Springate, Zmijewski, dan Altman Z-Score yang dilakukan pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit/elemen di mana penyelidik tertarik (Ulber Silalahi, 2009:253). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertanian yang sahamnya terdaftar di BEI periode Sampel menurut Ulber Silalahi (2009:253) adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi. Sampel adalah bagian populasi yang karakteristiknya hendak diduga. Pada penelitian ini metode penggunaan sampel ditentukan dengan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling (Indriantoro dan Supomo, 1998) adalah tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian). Sampel dipilih adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI mulai tahun 2009 dan aktif di BEI selama periode penelitian yaitu 1 Januari Desember Berdasarkan kriteria diatas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang berjumlah 10 perusahaan yaitu : 1 PT Astra Agro Lestari Tbk. 6 PT London Sumatera Plantation Tbk. 2 PT BW Plantation Tbk. 7 PT Salim Ivomas Pratama Tbk. 3 PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 8 PT Sampoerna Agro Tbk. 4 PT Gozko Plantation Tbk. 9 PT Sinar Mas Agro R&TTbk. 5 PT Jaya Agra Wattie Tbk. 10 PT Tunas Baru Lampung Tbk. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan

11 penelitian deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya yang kemudian penelitian ini membantu peneliti untuk memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut atau membuat keputusan tertentu yang sederhana (Uma Sekaran, 2006: ). Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan tahunan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi) yang telah diaudit tahun 2009 sampai Sumber data sekunder yakni laporan keuangan perusahaan perkebunan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari website milik Bursa Efek Indonesia yaitu Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mempelajari, melakukan penganalisaan dan pengolahan terhadap data yang berhubungan dengan analisis kebangkrutan seperti literatur, jurnal-jurnal, media massa dan hasil penelitian yang diperoleh baik dari perpustakaan maupun sumber lain. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menentukan hasil prediksi dari model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Selanjutnya hasil skor kebangkrutan dari ketiga model tersebut mulai tahun dikumpulkan untuk diuji beda statistik menggunakan one way anova. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Prediksi Kebangkrutan Model Springate Hasil perhitungan model Springate pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut

12 diketahui bahwa pada tahun 2009 terdapat 2 perusahaan yang diprediksi akan mengalami kebangkrutan, ini ditentukan dari S-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 0,862. Perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tabel tersebut memiliki S-Score berkisar antara 0,838 sampai dengan 0,857 dan perusahaan yang memiliki nilai S-Score terendah adalah PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat ada 8 perusahaan yang ditentukan dengan S-Score yang lebih besar dari 0,862. S-Score untuk perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara 0,932 sampai dengan 3,314. Perusahaan yang memiliki nilai S-Score tertinggi atau yang paling sehat adalah PT Astra Agro Lestari. Tahun 2010 kondisi perusahaan perkebunan yang diprediksi bangkrut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni terdapat 3 perusahaan, ini ditentukan dari S-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 0,862. Perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tabel 4.1 dibawah memiliki S-Score berkisar antara 0,339 sampai dengan 0,858 dan perusahaan yang memiliki nilai S-Score terendah masih dipegang oleh PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat ada 7 perusahaan yang ditentukan dengan S-Score yang lebih besar dari 0,862. S-Score untuk perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara 0,960 sampai dengan 3,408 dan PT Astra Agro Lestari masih tetap memiliki nilai S-Score tertinggi atau yang paling sehat. Tahun 2011 kondisi perusahaan perkebunan yang diprediksi bangkrut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni hanya terdapat 2 perusahaan, ini ditentukan dari S-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 0,862. Perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tabel 4.1 memiliki S-Score berkisar antara 0,393 sampai dengan 0,859 dan PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk selama tiga tahun berturut-turut diprediksi bangkrut dengan nilai S-Score terendah kurang dari 0,862. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat ada 8 perusahaan yang ditentukan dengan S-Score yang lebih besar dari 0,862. S-Score untuk perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara 1,039 sampai dengan 4,088 dan

13 pada tahun 2011 PT London Sumatera Plantation, Tbk memiliki nilai S-Score atau paling sehat mengungguli PT Astra Agro Lestari. Tabel 4.1 Analisis Kebangkrutan Model Springate Perusahaan Perkebunan Tahun Nama Perusahaan S- Score Kriteria S- S- Kriteria Score Score Kriteria PT Astra Agro Lestari Tbk. 3,31 Sehat 3,41 Sehat 2,96 Sehat PT BW Plantation Tbk. 1,16 Sehat 0,96 Sehat 1,04 Sehat PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 0,84 Bangkrut 0,33 Bangkrut 0,39 Bangkrut PT Gozko Plantation Tbk. 1,44 Sehat 1,19 Sehat 0,58 Bangkrut PT Jaya Agra Wattie Tbk. 0,86 Bangkrut 1,23 Sehat 1,51 Sehat PT London Sumatera Plantation Tbk. 1,95 Sehat 2,66 Sehat 4,09 Sehat PT Salim Ivomas Pratama Tbk. 1,04 Sehat 0,86 Bangkrut 1,11 Sehat PT Sampoerna Agro Tbk. 2,27 Sehat 2,07 Sehat 2,13 Sehat PT Sinar Mas Agro R&T Tbk. 1,31 Sehat 1,50 Sehat 2,00 Sehat PT Tunas Baru Lampung Tbk. 0,93 Sehat 0,81 Bangkrut 1,18 Sehat SEHAT 8 Perusahaan 7 Perusahaan 8 Perusahaan GREY AREA BANGKRUT 2 Perusahaan 3 Perusahaan 2 Perusahaan Sumber: Data diolah Hasil Prediksi Kebangkrutan Model Zmijewski Hasil perhitungan model Zmijewski pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pada tahun 2009 tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut atau dengan kata lain bahwa kesepuluh perusahaan perkebunan diprediksi sehat yang ditentukan dengan X-Score yang lebih kecil dari 0. X-Score pada tabel 4.2 untuk seluruh perusahaan yang diprediksi sehat berkisar antara - 0,86 sampai dengan -4,43 dan perusahaan yang memiliki nilai X-Score tertinggi adalah PT Astra Agro Lestari, Tbk. Tahun 2010 kondisi perusahaan perkebunan sama dengan tahun sebelumnya yaitu tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut atau kesepuluh perusahaan perkebunan diprediksi sehat dengan nilai X-Score berkisar antara -

14 0,85 sampai dengan -4,54 dan PT Astra Agro Lestari, Tbk. masih tetap memiliki nilai X-Score tertinggi. Tahun 2011 kondisi perusahaan perkebunan juga sama dengan tahun sebelumnya yaitu tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut atau dengan kata lain bahwa kesepuluh perusahaan perkebunan diprediksi sehat dengan nilai X-Score berkisar antara antara -1,21 sampai dengan -4,65 dan pada tahun 2011 PT London Sumatera Plantation, Tbk memiliki nilai X-Score tertinggi atau paling sehat mengungguli PT Astra Agro Lestari. Tabel 4.2 Analisis Kebangkrutan Model Zmijewski Perusahaan Perkebunan Tahun Nama Perusahaan X- X- X- Kriteria Kriteria Score Score Score Kriteria PT Astra Agro Lestari Tbk. -4,43 Sehat -4,52 Sehat -4,41 Sehat PT BW Plantation Tbk. -2,25 Sehat -1,44 Sehat -1,27 Sehat PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. -1,83 Sehat -1,43 Sehat -1,54 Sehat PT Gozko Plantation Tbk. -2,23 Sehat -2,30 Sehat -1,90 Sehat PT Jaya Agra Wattie Tbk. -0,88 Sehat -1,15 Sehat -2,37 Sehat PT London Sumatera Plantation Tbk. -3,75 Sehat -4,11 Sehat -4,65 Sehat PT Salim Ivomas Pratama Tbk. -1,64 Sehat -1,54 Sehat -2,39 Sehat PT Sampoerna Agro Tbk. -3,68 Sehat -3,60 Sehat -3,51 Sehat PT Sinar Mas Agro R&T Tbk. -1,70 Sehat -1,79 Sehat -1,99 Sehat PT Tunas Baru Lampung Tbk. -0,86 Sehat -0,85 Sehat -1,21 Sehat SEHAT 10 Perusahaan 10 Perusahaan 10 Perusahaan GREY AREA BANGKRUT Sumber: Data diolah Hasil Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score Hasil perhitungan Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa pada tahun 2009 terdapat 5 perusahaan yang diprediksi akan mengalami kebangkrutan, ini ditentukan dari Z-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 1,8. Perusahaan yang diprediksi bangkrut tersebut memiliki Z-Score

15 berkisar antara 1,07 sampai dengan 1,53 dan perusahaan yang memiliki Z-Score terendah adalah PT Bakrie Sumatera Plantation,Tbk. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi berada pada posisi grey area ada 4 perusahaan. Hal ini ditentukan dari Z-Score yang bernilai diantara 1,81 sampai 2,99. Z-Score pada kondisi grey area berkisar antara 1,95 sampai 2,43. Sedangkan untuk perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat hanya ada 1 yang ditentukan dengan Z-Score yang lebih besar dari 2,99 yaitu PT Astra Agro Lestari, Tbk. sebesar 3,64. Tahun 2010 kondisi perusahaan perkebunan yang prediksi bangkrut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni terdapat 6 perusahaan, ini ditentukan dari Z-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 1,8. Perusahaan yang diprediksi bangkrut tersebut memiliki Z-Score berkisar antara 0,41 sampai dengan 1,80 dan perusahaan yang memiliki Z-Score terendah masih dipegang oleh PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi berada pada posisi grey area mengalami penurunan yaitu ada 3 perusahaan. Hal ini ditentukan dari Z-Score yang bernilai diantara 1,81 sampai 2,99. Z-Score untuk perusahaan pada kondisi grey area berkisar antara 2,56 sampai 2,78. Sedangkan untuk perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat yaitu PT Astra Agro Lestari, Tbk dengan nilai Z-Score sebesar 3,63. Tahun 2011 kondisi perusahaan perkebunan yang diprediksi bangkrut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni hanya ada 4 perusahaan, ini ditentukan dari Z-Score perusahaan yang bernilai kecil dari 1,8. Perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tabel 4.3 dibawah memiliki Z-Score berkisar antara 0,57 sampai dengan 1,09 dan PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk selama tiga tahun berturut-turut diprediksi bangkrut dengan nilai Z-Score terendah kurang dari 1,8. Sedangkan perusahaan perkebunan yang diprediksi berada pada posisi grey area tetap ada 3 perusahaan. Dengan Z-Score yang berkisar antara 2,08 sampai 2,57. Sedangkan untuk perusahaan perkebunan yang diprediksi sehat mengalami kenaikan yaitu ada 3 perusahaan dengan Z-Score yang lebih besar dari 2,99. Z-Score untuk perusahaan yang diprediksi sehat berkisar diantara 3,30 sampai 3,52 dan pada tahun 2011 PT Sinar Mas Agro R&T, Tbk memiliki nilai Z-Score tertinggi atau paling sehat mengungguli PT Astra Agro Lestari.

16 Tabel 4.3 Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-Score Perusahaan Perkebunan Nama Perusahaan Tahun Z- Score Kriteria Z- Z- Kriteria Score Score Kriteria PT Astra Agro Lestari Tbk. 3,64 Sehat 3,63 Sehat 3,40 Sehat PT BW Plantation Tbk. 1,53 Bangkrut 1,24 Bangkrut 1,09 Bangkrut PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. 1,07 Bangkrut 0,41 Bangkrut 0,57 Bangkrut PT Gozko Plantation Tbk. 1,08 Bangkrut 1,10 Bangkrut 0,84 Bangkrut PT Jaya Agra Wattie Tbk. 1,09 Bangkrut 1,42 Bangkrut 2,08 Grey Area PT London Sumatera Plantation Tbk. 2,43 Grey Area 2,78 Grey Area 3,30 Sehat PT Salim Ivomas Pratama Tbk. 1,50 Bangkrut 1,32 Bangkrut 1,62 Bangkrut PT Sampoerna Agro Tbk. 2,59 Grey Area 2,56 Grey Area 2,57 Grey Area PT Sinar Mas Agro R&T Tbk. 2,35 Grey Area 2,71 Grey Area 3,52 Sehat PT Tunas Baru Lampung Tbk. 1,95 Grey Area 1,80 Bangkrut 2,17 Grey Area SEHAT 1 Perusahaan 1 Perusahaan 3 Perusahaan GREY AREA 4 Perusahaan 3 Perusahaan 3 Perusahaan BANGKRUT 5 Perusahaan 6 Perusahaan 4 Perusahaan Sumber: Data diolah Model analisis kebangkrutan yang lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan Untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan paling baik dari hasil perhitungan model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tahun Sehat Tabel 4.4 Hasil Prediksi Kebangkrutan Periode Model Springate Model Zmijewski Model Altman Z-Score Grey Area Bangkrut Sehat Grey Area Bangkrut Sehat Grey Area Bangkrut Jumlah Sumber: Data diolah

17 Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa model yang memprediksi kebangkrutan paling baik adalah model Altman Z-Score, karena prediksi kebangkrutannya paling tinggi yakni sebanyak 15 perusahaan mulai dari tahun , kemudian disusul model Springate sebanyak 7 perusahaan, sedangkan untuk model Zmijewski tidak menemukan perusahaan yang diprediksi bangkrut atau semua perusahaan diprediksi dalam keadaan sehat. Tingginya jumlah perusahaan yang diprediksi bangkrut berdasarkan model Altman Z-Score dikarenakan Altman lebih menerapkan prinsip kehati-hatian daripada kedua model prediksi yang lain sehingga hasil analisis yang diperoleh pada Altman Z-Score cenderung selalu menuju kebangkrutan perusahaan. Dengan demikian, berdasarkan pembahasan di atas maka temuan penelitian ini searah dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Tiara A.Putri (2004) dan Ainina (2008) bahwa model Altman Z-Score memiliki prinsip kehati-hatian dan sensitivitas tertinggi dalam memprediksi kebangkrutan. Perbedaan dari model analisis kebangkrutan pada perusahaan perkebunan yaitu model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Uji test of homogeneity of variances untuk menguji apakah data sampel diperoleh dari populasi yang bervarian sama atau homogen. Untuk melakukan pengujian homogenitas populasi penelitian diperlukan hipotesis sebagai berikut: H0 : Data populasi bervarian homogen Ha : Data populasi tidak bervarian homogen Dengan kriteria apabila nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan alpha yang telah ditetapkan (5%) maka H0 ditolak HASIL SKOR Tabel 4.5 Hasil Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig Sumber: Data diolah dengan menggunakan SPSS 16.0

18 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,142>0,05, maka H0 diterima sehingga varian kelompok data adalah sama atau homogen. Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis one way anova untuk menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : Ha : tidak ada perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. ada perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan uji F dan signifikansi. Jika memiliki F hitung yang lebih besar dari F tabel atau signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima atau ada perbedaan. Sedangkan jika memiliki nilai F hitung lebih kecil dari F tabel atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau tidak ada perbedaan. HASIL SKOR Tabel 4.6 Hasil Pengujian One Way Anova ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Sumber: Data diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 Berdasarkan tabel diatas diperoleh F hitung sebesar 158,646 dengan nilai df2 = 87 dan df1 = 2 diperoleh F tabel = 3,09 dan sig = 0,000, maka dengan angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05) dan F hitung > F tabel (158,646 > 3,09), maka Ha diterima. Dengan demikian berarti terdapat perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Adanya perbedaan hasil rata-rata skor antara model Springate, Zmijewski dan

19 Altman Z-Score disebabkan karena adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam rumus perhitungannya. Dengan demikian, berdasarkan hasil signifikansi dan uji F yang terdapat pada tabel 4.6 dan hasil pembahasan melalui penerimaan hipotesis yang diajukan penulis, maka temuan penelitian ini searah dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Tiara A.Putri (2004), Maria Ulfa (2007), Ainina (2008) dan Nur Aisyah (2011) bahwa terdapat perbedaan dari perbandingan model-model analisis kebangkrutan. Hasil kesimpulan ini tidaklah mengejutkan bahwa ada perbedaan hasil rata-rata dari model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score, hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai koefisien dan variabel masing-masing model yang digunakan sebagai penentu besaran nilai skor dalam prediksi kebangkrutan. KESIMPULAN 1. Model-model analisis kebangkrutan yang digunakan memberikan tingkat prediksi yang berbeda-beda pada tahun Model Altman Z-Score memberikan tingkat prediksi tertinggi sebanyak 15 perusahaan. Model Springate memberikan tingkat prediksi sebanyak 7 perusahaan. Sedangkan model Zmijewski memberikan tingkat prediksi paling rendah yaitu 0 atau tidak terdapat perusahaan yang diprediksi bangkrut selama tahun Model-model analisis kebangkrutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Springate, Zmijewski dan Altman Z-Score. Dari ketiga model tersebut, model Altman Z-Score merupakan model yang lebih baik dengan memberikan tingkat prediksi yang paling tinggi dibandingkan dengan model Springate dan Zmijewski. 3. Hasil dari analisis hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan dengan menggunakan model Springate,model Zmijewski, model Altman Z-Score pada perusahaan perkebunan tahun Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan variabel dan koefisien dalam perhitungan rumus ketiga model tersebut.

20 SARAN Dari hasil penelitian di atas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran bagi penelitian selanjutnya yaitu: 1. Memperluas sampel perusahaan untuk mencapai hasil yang lebih akurat karena dalam penelitian ini hanya fokus pada satu jenis sampel perusahaan saja yaitu perusahaan perkebunan. Pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan juga jenis perusahaan yang lain sehingga dapat lebih bervariasi. Namun harus diperhatikan mengenai perbedaan karakter tiap jenis perusahaan tersebut. 2. Menggunakan model-model analisis kebangkrutan lainnya untuk dapat dijadikan sebagai pembanding dalam memprediksi kebangkrutan. Selain itu, disarankan pula untuk menggunakan alternatif metode yang lain untuk uji beda secara statistik. DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Edisi 1. Penerbit Indeks: Jakarta. F.Brigham, Eugene dan Joel F.Houston Manajemen Keuangan. Edisi kedelapan. Buku II Erlangga: Jakarta. Hanafi, Mamduh Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi. Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Indriantoro, N dan Supomo, B Metodologi Penelitian Bisnis (Untuk Akuntansi dan Bisnis). BPFE: Yogyakarta. Margaretta, Fanny dan Sylvia Saputra Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten BEJ). P.Tampubolon, Manahan Manajemen Keuangan (Finance Management). Ghalia Indonesia: Bogor. Riyanto, Bambang Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE: Yogyakarta.

21 Sekaran, Uma Research Methods For Bussiness., alih bahasa: Kwan Men Yon. Jilid 1 Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta. Silalahi, Ulber Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama: Jakarta. Suharman, H Analisis Risiko Keuangan untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Jurnal Imiah ASET, Vol. 9, No. 1 Februari S.Munawir Analisis Informasi Keuangan. Liberty Yogyakarta: Yogyakarta Toto Prihadi Memahami Laporan Keuangan. Seri Panduan Praktis No.42. Penerbit PPM: Jakarta SKRIPSI/JURNAL/ARTIKEL YANG TERPUBLIKASI & WEBSITE Octavianty Aisyah Nur Analsis Komparatif Terhadap Metode Pengukuran Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Industri Kayu di BEI. Terpublikasi melalui link: Diakses tanggal: 6 Oktober 2012 Putri, A.Putri, Penerapan Model Analisis Zmijewski (X-Score), Ohlson (Y- Score), dan Altman (Z-Score) Sebagai Alat Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di BEJ Periode Terpublikasi melalui link: Diakses tanggal: 6 Oktober 2012 Rosmalina I. Ainina Studi Perbandingan Tentang Kemampuan Prediksi Kebangkrutan Antara Analisis Zmijewski, Analisis Ohlson dan Analisis Altman Pada Perusahaan Teksil Yang Listing di BEJ Periode Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.. Terpublikasi melalui link Diakses tanggal: 9 Oktober 2012 Ulfa Maria Analisis Perbedaan Prediksi Kebangkrutan Model Zavgren(logit), Altman (Z-Score) dan Zmijewski (X-Score) Pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Listing di BEJ periode Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Terpublikasi melalui link Diakses tanggal: 6 Oktober 2012 Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. (

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perekonomian serta teknologi saat ini, ditambah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh profit dan berkembang dalam jangka waktu yang lama. Namun dengan semakin majunya perekonomian serta teknologi

Lebih terperinci

SITI RAHAYU W AKUNTANSI PEMBIMBING : Dr. Renny, SE., MM

SITI RAHAYU W AKUNTANSI PEMBIMBING : Dr. Renny, SE., MM ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE (Studi Pada Perusahaan Perkebunan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 2012) SITI RAHAYU W 27212082 AKUNTANSI PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing : Tri Utami Saputri : 2A214851 : S1 - Akuntansi : Dr. Renny, SE., MM LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi untuk membayar utang atau kewajibannya kepada kreditur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi untuk membayar utang atau kewajibannya kepada kreditur yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkrutan merupakan ketidakmampuan seorang individu ataupun organisasi untuk membayar utang atau kewajibannya kepada kreditur yang dinyatakan secara legal. Banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari September 2013 sampai dengan Februari 2014 dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah - property dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tidak hanya merugikan pihak internal perusahaan itu sendiri saja, namun banyak pihak yang akan juga dirugikan terutama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai BAB II LANDASAN TEORI A. Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk

I. PENDAHULUAN. proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu kesatuan usaha yang mencangkup kegiatan proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk pertanian. Perusahaan yang masuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DITINJAU DARI RENTABILITAS DAN MODEL ALTMAN DALAM MENILAI KINERJA PERUSAHAAN ALAT BERAT YANG TERDAFTAR DI BEI Nur Said 20205906 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 tahun dari tahun Perusahaan manufaktur dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 tahun dari tahun Perusahaan manufaktur dipilih dengan A. Objek / Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 3 tahun dari tahun 2013 2015. Perusahaan manufaktur dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE 2008-2012 DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE NAMA : Heri Kurniawan NPM : 23210252 JURUSAN : Akuntansi PEMBIMBING : Erna Kustyarini, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode ini mengkhususkan pada studi kasus. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendukung seperti kerangka penelitian dan hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendukung seperti kerangka penelitian dan hipotesis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini membahas antara lain berupa teori-teori yang mendukung atau mendasari dalam penelitian yang meliputi: pengertian kebangkrutan, penyebab kebangkrutan, model prediksi kebangkrutan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Ahmad Rodono & Herni (2010) Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BURHANUDDIN Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK

BURHANUDDIN Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode (2013-2015) BURHANUDDIN 110462201295 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang yang tidak terlepas dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ditentukan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil penelitian mengenai analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PT. KIMIA FARMA Tbk DENGAN METODE ALTMAN UNTUK PERIODE TAHUN : DINO FAJAR C.R.

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PT. KIMIA FARMA Tbk DENGAN METODE ALTMAN UNTUK PERIODE TAHUN : DINO FAJAR C.R. ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PT. KIMIA FARMA Tbk DENGAN METODE ALTMAN UNTUK PERIODE TAHUN 2008-2012 NAMA : DINO FAJAR C.R. KELAS : 3EB03 NPM : 22210086 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Penyebab, dan Manfaat Informasi Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Desember 2016. Waktu penelitian yang diambil oleh peneliti selama periode 2010 hingga tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB I Nengah Arsana, Baehaki Syakbani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Email: arsana.inengah@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang diambil dalam penelitian tersebut yaitu pada tanggal 29 Maret sampai bulan Desember 2016. Tempat penelitian yang dipilih ialah Bursa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam, perbankan dihadapkan dengan risiko yang semakin kompleks terutama karena kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK DENGAN MENGGUNAKANMETODE ALTMAN Z-SCORE

ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK DENGAN MENGGUNAKANMETODE ALTMAN Z-SCORE ANALISIS RESIKO KEUANGAN PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK DENGAN MENGGUNAKANMETODE ALTMAN Z-SCORE ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Sasialimia Email: sasialimia@yahoo.co.id Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan yang go public akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Arifin Hengan Ejen email: arifinhenganejen98@gmail.com Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan, baik tujuan perusahaan dalam jangka pendek maupun tujuan dalam jangka panjang. Dimana pada dasarnya tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Rasio-Rasio Keuangan Bank di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Altman Z-score. Analisis kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pengambilan semple pada tanggal 29 Maret sampai bulan Desember 2016 pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mengoptimalkan keuntungan atau laba. Dimana tujuan ini dapat dicapai jika perusahaan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, didukung dengan peluang usaha yang sangat besar membuat persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Financial Distress. Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan. Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Setiap perusahaan dibentuk dengan harapan akan menghasilkan pendapatan yang dapat membuat perusahaan bertahan dan berkembang dalam jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

ANALISIS LOGIT PADA CV ALBIRUNI

ANALISIS LOGIT PADA CV ALBIRUNI ANALISIS LOGIT PADA CV ALBIRUNI Sarsiti, Suradi 2, Nasriah 3,2,3 Universitas Surakarta Abstrak Globalisasi perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat, tidak hanya dalam

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB21 23210838 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan ekonomi mengalami perubahan

Lebih terperinci

: Firah Dite Oktavianty NPM :

: Firah Dite Oktavianty NPM : Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Perbandingan Menggunakan Metode Springate dan Zmijewski Pada Perusahaan Pertambangan Subsektor Logam dan Mineral yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Nama NPM :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen Keuangan merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam sebuah perusahaan berskala besar ataupun kecil baik profit maupun non profit, akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari PT. Advanced Offshore Services yang bertempat di Gedung Ventura Lt. 6 Suite 601, JL. RA. Kartini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat memiliki kebutuhan pokok harian yang harus dipenuhi, yakni berupa konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non makanan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi global yang dimulai pada tahun 2008 mengakibatkan kondisi resesi pada banyak perusahaan di berbagai negara, sehingga dihadapkan dengan situasi perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian global telah tumbuh pesat dengan banyak melahirkan berbagai macam bidang industri di dunia ekonomi sehingga membuat siklus ekonomi terus mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dalam jangka panjang yang tidak terbatas. Hal ini berarti dapat

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dalam jangka panjang yang tidak terbatas. Hal ini berarti dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghasilkan keuntungan pada dasarnya merupakan tujuan dari didirikannya setiap perusahaan, serta dengan kemampuannya beradaptasi dengan perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Agribisnis di Bursa Efek Indonesia

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Agribisnis di Bursa Efek Indonesia Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Agribisnis di Bursa Efek Indonesia DESILYA VITA PUSPITA, DWI PUTRA DARMAWAN, I NYOMAN GEDE USTRIYANA PS Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Penyebab Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kegagalan keuangan perusahaan adalah ketidakmampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil dan garmen merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya perekonomian di era globalisasi yang semakin pesat telah mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan yang semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi

PENDAHULUAN Kepailitan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress) yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profi JURNAL SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011 Butet Agrina Kurniawanti Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKRIMINAN ALTMAN PADA PT BUKIT DARMO PROPERTY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKRIMINAN ALTMAN PADA PT BUKIT DARMO PROPERTY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKRIMINAN ALTMAN PADA PT BUKIT DARMO PROPERTY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK ABSTRAK Shervia Email: Sherviaa@yahoo.co.id Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Hilda Nia Ferbianasari Universitas Negeri Surabaya nasyania@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia selama dekade terakhir mengalami perkembangan yang pesat dan penuh gejolak. Kebijaksanaan pemerintah pada bulan Oktober 1988 yang

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta Anak Perusahaan Periode 2007-2011 berdasarkan Analisa Rasio Keuangan Perhitungan rasio-rasio keuangan PT. BAKRIE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketentuan perusahaan rokok masing-masing di setiap negara. Meskipun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketentuan perusahaan rokok masing-masing di setiap negara. Meskipun yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran 70 hingga 120 milimeter dengan diameter berukuran 10mm yang berisi tembakau, variasi tergantung ketentuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan berdiri untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya ditandai dengan mengalami kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya ditandai dengan mengalami kerugian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia sebagian besar didukung oleh sektor manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mengoptimalkan keuntungan atau laba. Dimana tujuan ini dapat dicapai jika perusahaan melakukan kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan di periode sebelumnya. Perubahan laba menjadi ukuran keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan di periode sebelumnya. Perubahan laba menjadi ukuran keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang maksimal. Oleh sebab itu laba dinilai sebagai salah satu bukti hasil kinerja manajemen dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE

ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE IDA dan SANDY SANTOSO UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA hui_ie77@yahoo.com Abstrak: In Indonesia at 1998 has experienced a financial crisis which resulted

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan industri properti seperti

I. PENDAHULUAN. dari semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan industri properti seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan pembangunan di Indonesia berkembang cukup pesat yang menyebabkan kondisi perekonomian semakin membaik pada saat ini. Kondisi tersebut terlihat dari semakin tumbuh

Lebih terperinci

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK Julian Purnama Sari Program STudi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Kesulitan keuangan

Lebih terperinci

deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan data-data yang diperoleh langsung pada laporan keuangan di ICMD Bursa Efek Jakarta, kemudian

deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan data-data yang diperoleh langsung pada laporan keuangan di ICMD Bursa Efek Jakarta, kemudian BAB HI METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan data-data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang di dalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri antara lain: meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Indeks KOMPAS 100 Indeks KOMPAS 100 adalah indeks harga saham dari 100 perusahaan go public yang mempunyai kapitalisasi, fundamental, dan likuiditas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena fungsi utamanya sebagai perantara (financial intermediary) antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan

BAB II TINJAUAN TEORI. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin terglobalisasi perekonomian menyebabkan persainganantar perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun perusahaan syariah. Persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang tugasnya menghimpun dana (funding) dari masyarakat serta menyalurkan dana (lending) kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

dengan pada saat ekonomi dalam keadaan normal. Hal ini diakibatkan oleh rupiah terhadap mata uang asing dan kenaikan suku bunga kredit.

dengan pada saat ekonomi dalam keadaan normal. Hal ini diakibatkan oleh rupiah terhadap mata uang asing dan kenaikan suku bunga kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebangkrutan merupakan salah satu fenomena yang dapat dilihat dalam semua bidang usaha, baik dimasa krisis maupun dimasa normal. Dimasa krisis potensi terjadinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk sebuah perusahaan Telekomunikasi sebagai obyek penelitian dengan menggunakan rasio-rasio

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci