STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA Program Studi Agribisnis Oleh Riana Aninditya Prastiti H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2 2 PERNYATAAN Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana : Nama NIM Program Studi : Riana Aninditya Prastiti : H : Agribisnis Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan/ tanpa *) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author. Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Wiwit Rahayu, S.P., M.P. NIP Arip Wijianto, S.P.,M.Si. NIP *) Coret yang tidak perlu

3 3 STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA Riana Aninditya Prastiti (1) Wiwit Rahayu, S.P., M.P. (2) Arip Wijianto, S.P., M.Si. (3) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal, alternatif strategi dan prioritas strategi yang diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif. Daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blora. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu (1) Analisis SWOT, (2) Matriks SWOT, (3) QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi, meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, serta meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem pengadaan sarana produksi adalah dengan memperluas jangkauan pemasaran. Subsistem produksi/ usahatani adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Subsistem pengolahan hasil pertanian adalah meningkatkan upaya inovasi produk. Subsistem pemasaran hasil pertanian adalah meningkatkan pengalaman pedagang. Subsistem kelembagaan pendukung adalah meningkatkan sarana dan prasarana. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora adalah meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran. Kata Kunci: Sapi Potong, Matriks SWOT, QSPM, Kabupaten Blora Keterangan : 1. Mahasiswa S1 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping

4 4 AGRIBUSSINESS DEVELOPMENT STRATEGIES OF BEEF CATTLE IN BLORA DISTRICT Riana Aninditya Prastiti (1) Wiwit Rahayu, S.P., M.P. (2) Arip Wijianto, S.P., M.Si. (3) ABSTRACT This study aimed to determine the internal and external factors, alternative strategies and priorities of the strategy applied in developing agribusiness beef cattle in Blora district. The basic method of research used descriptive method. The area of research was conducted in Blora district. The type of data used was primary data and secondary data. The methods of data analysis are : (1) SWOT Analysis, (2) SWOT matrix, (3) QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Alternative strategies for agribusiness developing beef cattle in Blora district includes improves the use of technology to obtain high production, increases capital and technology adoption farming and processing to improves the quality and quantity of products, increases production and enhances partnerships among business actors in cultivation, processing and marketing, increases the ability of its resources in anticipation of the competitor products. Priority strategy for developing agribusiness beef cattle in Blora district of agricultural inputs subsystem is to expands marketing reach. Subsystem production / farming is to improve the quality and quantity of products. Agricultural processing subsystem is to increases product innovation efforts. Beef cattle marketing subsystem is to improves the merchant experience. Subsistem institutional support is to improves infrastructure and priority strategies for agribusiness developing beef cattle in Blora district is to increases production and enhances partnerships among business actors in cultivation, processing and marketing. Keywords: beef cattle, Matrix SWOT, QSPM, Blora District Description : 1. Student S1 of Sosial Study Program Agribussiness Faculty of Agriculture Sebelas Maret University Surakarta with NIM H Main Lecturer 3. Assistant Lecturer

5 5 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta mengelola lingkungan hidup. Sistem agribisnis merupakan konsep yang menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan, dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, dan untuk menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat (Soetriono, et al., 2006). Sub sektor peternakan memiliki kedudukan yang unik dan strategis dalam pembangunan nasional yaitu terkait dengan penyediaan pangan sumber protein sebagai faktor essensial dalam pencerdasan bangsa Indonesia. Salah satu komoditas peternakan yang bernilai ekonomi tinggi adalah sapi. Sapi merupakan salah satu objek makanan yang bergizi tinggi, dengan berbagai macam produk olahan dagingnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa kebutuhan produk olahan makanan dari daging sapi akan berkembang dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu produksi sapi juga dituntut untuk semakin meningkat sesuai dengan permintaan pasar yang semakin meningkat. Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,74 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi sapi potong terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur yaitu sebesar 1,9 juta ekor (Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statisitik, 2011). Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 populasi sapi potong terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Blora. Kabupaten Blora memiliki populasi sapi potong paling banyak diantara kabupaten yang lain yaitu sebesar ekor. Berdasarkan data BPS Kabupaten Blora tahun 2011 dapat diketahui ternak sapi potong mengalami kenaikan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2007 sejumlah ekor, tahun 2008 sejumlah ekor, tahun 2009 sejumlah ekor dan tahun 2010 sejumlah ekor. Berdasarkan tujuan pemeliharaam sapi potong yang 5

6 6 dikembangkan di daerah Blora meliputi usaha perkembangbiakan, penggemukan, pembibitan, dan perdagangan. Usaha agribisnis sapi potong memiliki peluang yang prospektif untuk dikembangkan di Kabupaten Blora. Kendala pada sistem agribisnis sapi potong yaitu pakan yang masih kurang, kualitas sumberdaya manusia yang kurang memadai baik pelaku usaha agribisnis sapi potong, keterbatasan modal, terbatasnya promosi yang dilakukan, peran kelembagaan pendukung belum dirasakan manfaatnya oleh pelakau agribisnis sapi potong. Selain itu sebagian besar usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Blora masih bersifat tradisional dan masih merupakan usaha sampingan. Dalam mengembangkan agribisnis sapi potong harus mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam, sumber daya manusia serta aspek kelembagaan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menetapkan alternatif strategi dan prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora? 2. Alternatif strategi apa saja yang bisa diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora? 3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora? Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. 2. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. 3. Mengetahui prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora.

7 7 METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2004). Metode Pengambilan Daerah Penelitian 1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Blora, dengan pertimbangan Kabupaten Blora juga mempunyai populasi sapi potong yang paling besar jumlahnya di Propinsi Jawa Tengah. 2. Metode Penentuan Responden untuk Perumusan Strategi Perumusan strategi dipilih informan kunci secara purposive. Informan kunci dalam penelitian ini antara lain peternak sapi potong, penyedia sarana produksi, agroindustri pengolahan hasil peternakan, pedagang sapi potong di Pasar Blora, pemerintah Kabupaten Blora (BAPPEDA, DINTANBUNNAKIKAN Kabupaten Blora, Dinas Perindustrian Perdangan dan Dinas Pertanian Kecamatan Kota Blora), lembaga pendukung yaitu pasar hewan dan konsumen akhir. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan kunci yang terdapat pada masing-masing subsistem agribisnis sapi potong. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan Perikanan (Dintanbunnaikan) Kabupaten Blora, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora, Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM Kabupaten Blora, Dinas Pertanian Kecamatan Kota Blora, dan lembaga pendukung yang terkait agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora. Metode Analisis Data 1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan agribisnis sapi potong. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, SDM, pemasaran, operasional/ produksi, dan organisasi. Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi 5

8 8 pengembangan agribisnis sapi potong. Faktor eksternal yang dianalisis yaitu kondisi perekonomian, sosial dan budaya, pemasok, pemerintah, konsumen dan teknologi. 2. Alternatif Strategi Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh peternak sapi potong dengan kekuatan dan kelemahan yang termasuk faktor internal. Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan- peluang (S-O strategies), strategi kelemahan- peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies). Tabel 1. Matriks SWOT IFAS EFAS Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktorfaktor peluang eksternal Threats (T) Menentukan 5-10 faktorfaktor ancaman eksternal Sumber : Rangkuti, Prioritas Strategi Strenght (S) Menentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal Strategi S-O Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi S-T Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor- faktor kelemahan internal Strategi W-O Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-T Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora diperlukan prioritas strategi dengan menggunakan analisis Matriks QSPM. Matriks QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSPM merupakan strategi yang paling baik. Tabel 2. Matriks QSPM Faktor-Faktor Utama Bobot Alternatif Strategi Faktor-Faktor Internal Total Bobot Faktor-Faktor Eksternal Total Bobot Utama Utama Jumlah Keseluruhan Daya Tarik Total Sumber : David, 2009 Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS

9 9 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora a. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Pertanian Hasil identifikasi faktor internal pada subsistem penyediaan sarana produksi di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Internal Kekuatan Kelemahan Kondisi Keuangan Modal cukup kuat Sumber Daya Manusia 1. Ketrampilan usaha 2. TK tersedia Operasional/ Produksi 1. Kualitas produk baik Kurangnya inovasi 2. Jumlah produksi cukup tinggi Pemasaran Saluran distribusi pendek Promosi penjualan kurang Organisasi Hubungan baik antar pengusaha Kelembagaan kurang menyentuh penyedia saprodi Pada subsistem pengadaan sarana produksi yang termasuk dalam faktor kekuatan antara lain modal yang cukup kuat dalam menjalankan usahanya dan telah berpengalaman dalam menjalankan usaha karena lebih dari 15 tahun. Produk sarana produksi terdiri dari bibit, pakan, obat-obatan dan alat-alat pertanian. Output produksi rata-rata memiliki kuantitas dan kualitas yang baik. Saluran distribusi yang digunakan oleh penyedia bibit dalam menjual produknya adalah melalui pedagang lokal serta langsung kepada konsumen. Faktor kelemahan yang terdapat dalam subsistem pengadaan sarana produksi pertanian antara lain pada para pengusaha kurang inovatif. Promosi penjualan produk hanya mengandalkan media promosi dari mulut ke mulut. Selain itu kurangnya fungsi kelembagaan pendukung dari pemerintah untuk penyedia sarana produksi. Fungsi dari kelembagaan pendukung adalah sebagai media penyerapan informasi dan sarana bertemunya para pelaku usaha secara aktif untuk bersama-sama mengembangkan agribisnis sapi potong. Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem penyedia sarana produksi dapat dilihat pada Tabel 4.

10 10 Tabel 4. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Penyediaan Sarana Produksi Eksternal Peluang Ancaman Perkembangan ekonomi Fluktuasi harga sarana produksi pertanian Perkembangan sosial budaya 1. Peningkatan pendapatan peternak 2. Kesadaran peternak mengenai pakan meningkat Pemasok Ketersediaan bahan baku Pemerintah Kurangnya pembinaan/ pelatihan bagi usaha kecil dan menengah dari pihak pemerintah Teknologi Perkembangan teknologi Pesaing Masuknya sarana produksi dari daerah lain Pelanggan/ konsumen 1. Pasar yang masih terbuka Belum ada industri yang mau menjadi mitra 2. Adanya langganan peternak Faktor peluang yang terdapat pada subsistem pengadaan sarana produksi dapat terlihat pada pemberian pakan tambahan dan pakan penguat. Semakin tinggi pendapatan peternak maka semakin besar kemampuan peternak untuk membeli sarana produksi pertanian dalam menjalankan usahanya. Adanya ketersediaan bahan baku untuk penyedia sarana produksi pertanian yang cukup baik dalam hal jumlah, kualitas, dan ketepatan waktu. Adanya teknologi produksi seperti input berupa pakan untuk bibit, alat-alat untuk penggilingan pakan dan pembuatan konsentrat. Ancaman yang dihadapi penyedia sarana produksi pertanian yaitu penyedia bibit dari daerah lain seperti Purwodadi, Rembang dan Pati. Kendala yang dihadapi oleh penyedia sarana produksi adalah belum adanya mitra yang mau diajak bekerja sama seperti industri ataupun perusahaan penggemukan sapi dalam skala besar. b. Subsistem Produksi/ Usahatani Penggemukan Sapi Potong Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong Internal Kekuatan Kelemahan Kondisi Keuangan 1. Pengelolaan keuangan peternak kurang 2. Modal peternak kurang Sumber Daya Manusia 1. TK tersedia SDM peternak yang rendah 2. Pengalaman peternak lebih dari 10 tahun Operasional/ Produksi 1. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses peternak Teknik budidaya masih tradisional 2. Kualitas ternak yang baik 3. Waktu budidaya relatif singkat Pemasaran 1. Jaringan pemasaran luas 1. Fluktuasi harga sapi potong 2. Saluran distribusi pendek 2. Promosi penjualan kurang Organisasi Hubungan baik antar peternak

11 11 Faktor kekuatan yang terdapat dalam usahatani penggemukan sapi potong yaitu kualitas dari sapi potong yang diusahakan rata-rata dalam keadaan baik karena tampak gemuk dan tidak terserang penyakit. Peternak sapi potong memiliki jangkauan pemasaran yang luas karena sudah mampu menjual sapi potong keluar daerah Blora seperti Purwodadi dan Rembang. Hubungan antara peternak satu dengan peternak yang lain terpelihara dengan baik. Faktor kelemahan yang terdapat pada subsistem usahatani antara lain modal yang kurang dalam hal keuangan, belum ada upaya promosi yang dilakukan peternak dalam mengenalkan usahanya ke masyarakat luas. ini. Adapun hasil identifikasi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 6 berikut Tabel 6. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Usahatani Penggemukan Sapi Potong Eksternal Peluang Ancaman Perkembangan ekonomi Permintaan sapi potong meningkat Harga pakan mahal Perkembangan sosial 1. Kesadaran akan nilai gizi meningkat budaya 2. Tradisi masih kuat 3. Ketertarikan dari investor Pemasok Ketersediaan bahan baku Fluktuasi harga saprodi Pemerintah 1. Adanya bantuan fasilitas umum dari pemerintah 2. Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi peternak dari pemerintah Teknologi Perkembangan teknologi Kebijakan impor sapi Pesaing Masuknya sapi potong dari daerah lain Pelanggan/ konsumen Pasar yang masih terbuka Belum ada industri yang mau menjadi mitra Peluang dari faktor eksternal pada subsistem usahatani penggemukan sapi potong antara lain ketersediaan sarana produksi pertanian baik dalam jumlah dan kualitas. Adanya teknologi budidaya meliputi pemilihan bibit yang berkualitas baik seperti bebas penyakit, berkelamin jantan, cukup umur, tidak kurus; pemeliharaan kandang; pemberian input berupa pakan penguat; perawatan ternak; dan penggunaan alat-alat pertanian. Teknologi panen dan pasca panen yang digunakan meliputi teknologi mengetahui umur panen yang tepat dan cara pengangkutan sapi potong yang benar. Ancaman pada subsistem usahatani penggemukan sapi potong adalah berfluktuasi harga saprodi, kebijakan pemerintah import sapi serta pesaing usaha penggemukan sapi potong dari daerah Purwodadi dan Pati.

12 12 c. Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pengolahan hasil sapi potong dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong Internal Kekuatan Kelemahan Kondisi Keuangan 1. Modal cukup kuat 2. Manajemen keuangan baik Sumber Daya Manusia TK tersedia Kemampuan mengakses pasar Operasional/ Produksi 1. Ketersediaan bahan baku yang mudah diakses pengusaha 2. Kualitas produk yang baik Pemasaran 1. Promosi sudah baik 2. Saluran distribusi pendek Organisasi Hubungan baik antar pengusaha masih rendah 1. Teknik pengolahan masih tradisional 2. Kurangnya inovasi Faktor kekuatan yang terdapat pada subsistem pengolahan hasil pertanian antara lain memiliki modal yang cukup dan tenaga kerja yang tersedia sehingga dapat memperlancar kegiatan usahanya. Kerjasama yang terbentuk antar pengusaha tersebut merupakan kunci perkembangan agroindustri sapi potong. Kendala yang dihadapi pada aspek sumber daya manusia adalah kemampuan mengakses pasar masih rendah, teknik pengolahan pupuk organik yang masih tradisional serta kurangnya inovasi terhadap produk yang dihasilkan disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya dukungan mekanisasi produk pertanian. Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pengolahan hasil sapi potong dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pengolahan Hasil Sapi Potong Eksternal Peluang Ancaman Perkembangan ekonomi Permintaan meningkat Harga bahan baku mahal Perkembangan sosial budaya Terdapat produk olahan yang menguntungkan Pemasok Ketersediaan bahan baku Fluktuasi harga bahan baku Pemerintah Adanya pembinaan/ pelatihan bagi usaha kecil dan menengah dari pihak pemerintah Teknologi Perkembangan teknologi Pesaing Inovasi produk pesaing lebih baik Pelanggan/ konsumen Pasar yang masih terbuka

13 13 Faktor peluang yang ada pada subsistem pengolahan hasil sapi potong antara lain hasil dari sapi potong yang dapat diolah sebagai dendeng, daging asap, sosis, bakso, abon, corned, kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang dan kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik. Adanya ketersediaan sarana produksi pertanian. Peran pemerintah dengan melakukan pelatihan, bimbingan terhadap proses produksi agar produk terlihat lebih menarik, memberikan sarana produksi, cara mengadakan promosi yang tepat agar produk olahan sapi potong dapat berkembang dan lebih bervariasi. Ancaman yang dihadapi oleh pengusaha pengolahan sapi potong yaitu berfluktuasinya harga bahan baku yang akan mempengaruhi usaha yang dijalankan. Adanya kenaikan harga bahan baku serta pesaing usaha agroindustri sapi potong d. Subsistem Pemasaran Sapi Potong Hasil identifikasi faktor internal dalam pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pemasaran dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pemasaran Sapi Potong Internal Kekuatan Kelemahan Kondisi Keuangan Modal cukup kuat Pengelolaan keuangan Sumber Daya Manusia 1. TK tersedia 2. Pengalaman pedagang lebih dari 10 tahun Operasional/ Produksi Kualitas sapi potong baik Pemasaran Jaringan pemasaran sapi potong luas Organisasi Hubungan baik antar pedagang pedagang kurang SDM pedagang yang rendah Promosi penjualan kurang Kelembagaan kurang menyentuh pedagang Faktor kekuatan pada subsistem pemasaran hasil pertanian antara lain pedagang memiliki modal yang cukup kuat sehingga mudah untuk mengembangkan usahanya, ketersediaan jumlah tenaga kerja, pengalaman pedagang dalam kegiatan jual beli sapi potong juga lama, yaitu lebih dari 10 tahun. Jangkauan pemasaran yang terdapat pada usaha penggemukan sapi potong cukup luas. Faktor kelemahan dalam subsistem pemasaran sapi potong yaitu kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh pedagang sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, promosi yang dilakukan masih terbatas serta

14 14 jumlah perkumpulan pedagang yang aktif dalam melakukan kegiatan penyuluhan sedikit. Hasil identifikasi faktor eksternal pada pengembangan agribisnis sapi potong untuk subsistem pemasaran hasil pertanian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Pemasaran Sapi Potong Eksternal Peluang Ancaman Perkembangan ekonomi Permintaan sapi potong meningkat Perkembangan sosial budaya Kesadaran akan nilai gizi meningkat Pemasok Ketersediaan sapi potong Fluktuasi harga sapi potong Pemerintah Teknologi Pesaing Pelanggan/ konsumen Adanya bantuan fasilitas umum dari pemerintah Perkembangan teknologi Pasar yang masih terbuka Kurangnya pemerintah pemberian modal perhatian tentang Persaingan antar pedagang Peluang dari faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan para pemasar hasil pertanian pertanian daging sapi semakin hari semakin meningkat, ketersediaan sapi potong saat ini masih tinggi, karena hampir seluruh wilayah Blora mengusahakan penggemukan sapi potong sehingga pedagang tidak sulit mencari sapi potong yang siap umur untuk dijual. Selain itu tersedianya Pasar hewan dan Rumah Potong Hewan (RPH) yang dapat digunakan oleh pedagang pemotong untuk memotong ternaknya dan dijual di pasar tradisional. Ancaman yang dihadapi dalam mengembangkan agribisnis sapi potong antara lain berfluktuasinya harga sapi potong terutama pada saat hari besar agama, peran pemerintah kurang optimal dalam menyediakan bantuan permodalan khususnya sarana prasarana serta pesaing utama pedagang sapi potong di Kabupaten Blora adalah sesama pedagang sapi potong dari daerah lain seperti Wirosari Purwodadi, Rembang dan Pati. e. Subsistem Kelembagaan Pendukung Faktor-faktor internal yang strategis untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengembangan agribisnis sapi potong pada subsistem kelembagaan pendukung dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

15 15 Tabel 11. Faktor Internal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Kelembagaan Pendukung Internal Kekuatan Kelemahan Kondisi Keuangan Adanya sumber permodalan dari APBD Sumber Daya Manusia 1. TK tersedia 1. Kurangnya motivasi kerja 2. Kualitas SDM cukup baik 2. Kurangnya daya kreativitas Operasional/ Produksi Keterbatasan sarana dan prasarana Organisasi 1. Mekanisme kerja yang jelas Fungsi kelembagaan 2. Adanya landasan hukum pendukung dalam pelayanan 3. Adanya kelembagaan pendukung dinas publik belum optimal 4. Adanya dukungan stakeholder Peran pemerintah dalam mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yaitu adanya bantuan modal dari APBD dan dekonsentrasi. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki pemerintah Kabupaten Blora cukup baik dengan latar pendidikan SLTA, Diploma 3, S1, S2 dibidang peternakan dan kursus ketrampilan peternakan. Adanya berbagai kelembagaan pendukung dinas seperti Pusat Kesehatan Hewan (POSKESWAN), Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan PASAR HEWAN sangat membantu proses produksi sampai pemasaran hasil ternak sapi potong. Kendala yang dihadapi pada subsistem kelembagaan pendukung yaitu kurangnya motivasi dan daya kreativitas aparat pemerintah dalam bekerja, keterbatan sarana dan prasarana seperti sepeda motor, unit mobil Pelayanan Kesehatan Keliling dan belum memiliki laboratorium kesmavet. Hasil identifikasi faktor eksternal pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora pada subsistem kelembagaan pendukung dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Pada Subsistem Kelembagaan Pendukung Eksternal Peluang Ancaman Perkembangan ekonomi Peningkatan PAD dari subsektor peternakan Perkembangan sosial budaya 1. Ketertarikan dari investor 2. Kesadaran akan nilai gizi meningkat Pemerintah Pusat Teknologi Adanya Program Swasembada Daging tahun 2014 Perkembangan teknologi dan sistem informasi Jiwa wiraswasta kaum muda tentang agribisnis sapi potong masih rendah. Import sapi untuk mencukupi kebutuhan daging dalam negeri. Kurangnya penguasaan teknologi

16 16 Faktor peluang yang dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendukung yaitu program pemerintah pusat yaitu Program Swasembada Daging tahun 2014 serta adanya perkembangan teknologi seperti teknologi produksi, serta promosi melalui pameran ataupun media cetak dan elektronik. Ancaman yang dihadapi oleh kelembagaan pendukung adalah kaum muda masih kurang memanfaatkan potensi sapi potong yang ada. Seharusnya mereke dapat mengoptimalkan pengolahan produk olahan lain seperti pembuatan tas dari kulit sapi ataupun pembuatan pakan ternak. Selain itu kebijakan impor sapi yang dilakukan pemerintah pusat, hal ini menyebabkan adu kekuatan antara peternak dan pengimpor sapi. Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Tabel 13. Matriks SWOT pengembangan agribisnis sapi potong dapat dilihat pada Tabel 13. Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Eksternal 1. TK tersedia 2. Pengalaman peternak dan pedagang lebih dari 10 tahun 3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses pelaku usaha 4. Kualitas saprodi, sapi potong dan produk agroindustri baik 5. Saluran distribusi penyedia saprodi, peternak dan pengusaha agroindustri pendek 6. Hubungan baik antar pelaku usaha 1. Modal peternak kurang 2. SDM peternak dan pedagang yang rendah 3. Teknik budidaya masih tradisional 4. Fluktuasi harga 5. Promosi penjualan kurang Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O 1. Permintaan sapi potong meningkat 2. Kesadaran akan nilai gizi meningkat 3. Ketertarikan dari investor 4. Terdapat produk olahan yang menguntungkan 5. Ketersediaan bahan baku 6. Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi pelaku usaha dari pemerintah 7. Adanya bantuan dari pemerintah 8. Perkembangan teknologi 9. Pasar yang masih terbuka 1. Meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi (S1, S3, O7, O8) 2. Menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha (S1, S2, S3, S4,S6, O1, O2, O3, O9) 1) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (W1,W2,W3, O6, O7, O8) Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T 1. Harga pakan mahal 2. Fluktuasi harga saprodi dan sapi potong 3. Masuknya pesaing dari daerah lain 1. Meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2) 2. Mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada (S6, S7, T3) 1. Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing (W5, T3) 2. Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (W1, W2, W3, W4,T3) Beberapa alternatif strategi untuk mengembangkan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora, antara lain:

17 17 a. Strategi S-O (Strenght- Opportunities) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi (S1, S3, O7, O8) Strategi meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi diperlukan oleh semua pelaku agribisnis sapi potong dengan cara melakukan diversifikasi produk olahan, meningkatkan mutu pakan melalui fermentasi jerami, memperbaiki teknik budidaya ternak, panen dan pasca panen sapi potong. 2) Menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha (S1, S2, S3, S4,S6, O1, O2, O3, O9) Semua pelaku usaha agribisnis sapi potong dapat menggunakan kekuatan yang ada seperti kualitas produk yang baik dengan memanfaatkan peluang adanya ketertarikan dari investor, dengan adanya investor dapat mendukung keberlanjutan agribisnis sapi potong. b. Strategi W-O (Weakness-Opportunities) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (W1,W2,W3, O6, O7, O8) Pelaku usaha agribisnis sapi potong khususnya peternak masih mengalami kendala dalam memperoleh modal usaha, peternak dapat memanfaatkan lembaga keuangan yang disediakan pemerintah untuk mendukung kelangsungan usahanya. Inovasi produk olahan perlu dilakukan untuk menambah jumlah produk agar bervariasi dan menarik minat konsumen. c. Strategi S-T (Strenght-Threat) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (S1, S2, S3, S4, S6, T1, T2) Strategi ini diperlukan untuk menjalin kerjasama dengan sesama pelaku usaha dari mulai hulu sampai hilir, sehingga terjalin hubungan untuk saling bertukar informasi mengenai pasokan produk ataupun pemasaran produk. 2) Mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada (S6, S7, T3) Strategi mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada dapat dimanfaatkan oleh penyedia sarana produksi, peternak, pengusaha agroindustri

18 18 dan pedagang untuk menjual produk mereka. Saat ini masing-masing pelaku usaha sudah melakukan kegiatan perdagangan di wilayah Blora dan berusaha menawarkan produknya untuk mengatasi pesaing dari luar wilayah Blora. d. Strategi W-T (Weakness-Threat) yang dapat dirumuskan adalah: 1) Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing (W5, T3) Promosi dapat dilakukan oleh semua pelaku usaha untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing. Rata-rata semua pelaku agribisnis sapi potong belum memanfaatkan media yang ada untuk melakukan promosi, dengan adanya bantuan pemerintah pelaku usaha dapat meningkatkan promosi melalui pameran produk dan penggunaan media cetak dan elektronik. 2) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (W1, W2, W3, W4,T3) Kemampuan sumber daya manusia perlu ditingkatkan dari masingmasing pelaku agribisnis sapi potong, karena rata-rata belum melakukan manajemen keuangan, seperti pencatatan keuntungan yang diperoleh. Kemampuan SDM dapat ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas terkait sehingga pelaku usaha dapat mengelola usahanya secara lebih rinci. Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Matriks QSPM memberikan gambaran kelebihan-kelebihan relatif dari masing-masing strategi yang selanjutnya memberikan dasar obyektif untuk dapat memilih salah satu atau beberapa strategi spesifik yang menjadi pilihan. Langkah selanjutnya adalah mencari alternatif strategi yang dapat diimplementasikan sehingga diperoleh hasil perhitungan QSPM pada pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yang dapat dilihat pada Tabel 14.

19 19 Tabel 14. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora Faktor Internal Kekuatan Faktor-Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi I II III AS TAS AS TAS AS TAS 1. TK tersedia 0, , , , Pengalaman peternak dan pedagang lebih dari 10 tahun 0, , , , Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses pelaku usaha 0, , , , Kualitas saprodi, sapi potong dan produk agroindustri baik 0, , , , Saluran distribusi penyedia saprodi, peternak dan pengusaha agroindustri pendek 0, , , , Hubungan baik antar pelaku usaha 0, , , ,5091 Kelemahan 1. Modal peternak kurang 0, , , , SDM peternak dan pedagang yang rendah 0, , , , Teknik budidaya masih tradisional 0, , , , Fluktuasi harga 0, , , , Promosi penjualan kurang 0, , , ,4364 Total Bobot 1,0000 Faktor Eksternal Peluang 1. Permintaan sapi potong meningkat 0, , , , Kesadaran akan nilai gizi meningkat 0, , , , Ketertarikan dari investor 0, , , , Terdapat produk olahan yang menguntungkan 0, , , , Ketersediaan bahan baku 0, , , , Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluhan bagi pelaku usaha dari pemerintah 0, , , , Adanya bantuan dari pemerintah 0, , , , Perkembangan teknologi 0, , , , Pasar yang masih terbuka 0, , , ,1449 Ancaman 1. Harga pakan mahal 0, , , , Fluktuasi harga saprodi dan sapi potong 0, , , , Masuknya pesaing dari daerah lain 0, , , ,1739 Total Bobot 1,0000 Total Nilai Daya Tarik 5,5283 5,3323 5,2721 Tipe Strategi S-T W-O W-T Beberapa prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain:

20 20 1) Meningkatkan produksi dan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran (5,5283). Adanya ketersediaan saprodi dapat dimanfaatkan oleh peternak dalam menyediakan bibit, pakan, dan obat-obatan ternak sehingga peternak dapat meningkatkan produksi, selain itu adanya ketersediaan pasokan sapi potong dari peternak dapat membantu pengusaha agroindustri untuk melakukan diversifikasi produk. Adanya fluktuasi harga sarana produksi dan sapi potong, serta adanya pesaing dari daerah lain dapat diatasi dengan menjalin kerjasama antar pelaku usaha agar terjalin komunikasi dan melengkapi informasi yang diperoleh. 2) Meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (5,3323). Semua pelaku agribisnis sapi potong perlu meningkatkan permodalan dengan memanfaatkan bantuan dari pemerintah. Adopsi teknologi perlu ditingkatkan oleh masing-masing pelaku usaha dengan cara melakukan pengolahan pakan secara modern, menerapkan teknik budidaya modern, serta memperbaiki cara promosi produk. Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, pembinaan dan pelatihan dari pemerintah merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. 3) Meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk (5,2721). Permasalahan yang sering terjadi dalam menjalankan usaha agribisnis sapi potong adalah berfluktuasinya harga sapi potong, bibit sapi potong, dan pakan ternak. Selain itu adanya ancaman dari pesaing dari luar daerah yang mengusahakan ternak serta pakan menyebabkan pelaku usaha agribisnis sapi potong di Blora perlu menerapkan suatu strategi yaitu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki melalui pelatihan dan pembinaan dari pemerintah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 18

21 21 1. Alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora antara lain: meningkatkan penggunaan teknologi untuk memperoleh hasil produksi tinggi, menarik minat investasi dari berbagai pihak untuk mengembangkan usaha, meningkatkan permodalan dan adopsi teknologi usahatani dan pengolahan hasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, mengoptimalkan kinerja jaringan pemasaran yang ada, meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengatasi pesaing serta meningkatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk mengantisipasi adanya pesaing produk. 2. Prioritas strategi pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora adalah meningkatkan produksi dan meningkatkan hubungan kerjasama antar pelaku usaha dalam budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk mendukung pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Blora yaitu masingmasing pelaku agribisnis sapi potong saling meningkatkan kerjasama agar ketersediaan atau pasokan produk dapat selalu kontinue serta melakukan adopsi inovasi produk agar menarik konsumen. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Blora Blora Dalam Angka Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. BPS Provinsi Jawa Tengah Jawa Tengah dalam Angka Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Kementrian Pertanian dan Badan Pusat Statistik Rilis Hasil Awal PSPK is%2520pspk2011.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari pukul WIB. Soetriono, Anik Suwandari dan Rijanto Pengantar Ilmu Pertanian Agraris, Agrobisnis dan Industri. Bayumedia Publising. Malang. Surakhmad, Winarno Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik Edisi Kesembilan Disempurnakan. Tarsito. Bandung.

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis STRATEGI PEMASARAN KRECEK KULIT KERBAU DI UD.SUMBER BAROKAH KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI MARKETING KRECEK STRATEGY IN UD.SUMBER BAROKAH DISTRICT BANYUDONO REGENCY OF BOYOLALI M.Th.Handayani 1)*,Egydia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO Mukhamad Johan Aris, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEMBAKAU DENGAN PT MERABU DI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEMBAKAU DENGAN PT MERABU DI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN STRATEGI PENGEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEMBAKAU DENGAN PT MERABU DI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN Arsyadani Fahmi Akbar, Endang Siti Rahayu, Arip Wijianto Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan Indonesia, yang pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan produksi, memperluas lapangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 201, p -0 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL Yunita Puspita Dewi, Mohd. Harisudin, R. Kunto Adi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MELON DI KABUPATEN SRAGEN

STRATEGI PEMASARAN MELON DI KABUPATEN SRAGEN STRATEGI PEMASARAN MELON DI KABUPATEN SRAGEN Rita Yuliana Sugiarto 1 Susi Wuri Ani 2 Nuning Setyowati 3 Agribusiness of Agricultural Faculty, Sebelas Maret Surakarta University Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO Eko Arianto Prasetiyo, Istiko Agus Wicaksono dan Isna Windani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) III. METODE PEELITIA. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Jenis dan Sumber Data.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) antara lain dalam memperjuangkan terbitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging (Broiler) Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA USAHA PISANG AROMA DI KABUPATEN TEMANGGUNG

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA USAHA PISANG AROMA DI KABUPATEN TEMANGGUNG STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA USAHA PISANG AROMA DI KABUPATEN TEMANGGUNG Yunita Hispana Suiza, Mohd. Harisudin, Arip Wijianto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung)

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung) Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung) Business Development Strategies Of Processing Fish Floss (Case Study Of Rumah Abon In Bandung) Rizkia Aliyah, Iwang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA (Studi Kasus pada PT. Pacific Eastern Coconut Utama di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran) Oleh : Aan Mahaerani 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

J. Agroland 23 (3) : , Desember 2016 ISSN : X E-ISSN :

J. Agroland 23 (3) : , Desember 2016 ISSN : X E-ISSN : J. Agroland 2 () : 90-97, Desember 206 ISSN : 085 6X E-ISSN : 207 7607 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG DI DESA MALIK TRANS KECAMATAN BUALEMO KABUPATEN BANGGAI Strategy of Corn Development in Malik

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI KENANGA DI INDUSTRI KECIL SIDO MULYO KABUPATEN BOYOLALI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI KENANGA DI INDUSTRI KECIL SIDO MULYO KABUPATEN BOYOLALI STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI KENANGA DI INDUSTRI KECIL SIDO MULYO KABUPATEN BOYOLALI Nanda Widhi Herlambang, Totok Mardikanto, R. Kunto Adi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET Faktor pendukung dan penghambat merupakan elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor

Lebih terperinci

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Karmini 1 1 Dosen Jurusan Agribisnis,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA Agustina Abdullah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Abdullah_ina@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Jurnal DIANMAS, Volume 6, Nomor 2, Oktober2017 PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMASARAN SUSU KALEYO DI UMKM BRAYAT MANUNGGAL KABUPATEN SRAGEN. Program Studi Agribisnis

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMASARAN SUSU KALEYO DI UMKM BRAYAT MANUNGGAL KABUPATEN SRAGEN. Program Studi Agribisnis 1 NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMASARAN SUSU KALEYO DI UMKM BRAYAT MANUNGGAL KABUPATEN SRAGEN Program Studi Agribisnis Oleh : Wahyu Wulandari W H 0808199 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENJUALAN PRODUK JASA PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX (QSPM) (Studi Kasus di CV. Delta Berlian Holiday) Diajukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) Fritz Mesakh Tarigan Silangit *), Tavi Supriana **),

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI BALI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI BALI STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI BALI PUTRI, B.R.T., I. N. SUPARTA, I.K.W. PARIMARTHA, I.W. SUKANATA DAN SUCIANI Fakultas Peternakan Universitas Udayana tanama_putri@yahoo.com

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu 1 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar pada perekonomian negara Indonesia. Salah satu andalan perkebunan Indonesia

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi, sekaligus menjadi suatu tahapan pembangunan pertanian

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1 STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1 Program Studi Manajemen STIE YPPI Rembang email: anh.angjel@gmail.com 2 Program Studi Akuntansi STIE YPPI Rembang

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani baik yang berupa daging maupun susu dan berbagai keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum menjadi prioritas. Belum ada strategi pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu e-j. Agrotekbis 1 (3) : 295-300, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ) yang terletak di Desa Sukaragam, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT... RINGKASAN EKSEKUTIF... RIWAYAT HIDUP PENULIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFRTAR LAMPIRAN... i ii v vii ix xii xiii xiv I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci