SPORTS MEDICINE: ADAPTASI PADA OTOT RANGKA SETELAH MELAKUKAN LATIHAN BEBAN (HIGH-RESISTANCE EXERCISE) DAN OLAHRAGA KETAHANAN OTOT (ENDURANCE EXERCISE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SPORTS MEDICINE: ADAPTASI PADA OTOT RANGKA SETELAH MELAKUKAN LATIHAN BEBAN (HIGH-RESISTANCE EXERCISE) DAN OLAHRAGA KETAHANAN OTOT (ENDURANCE EXERCISE)"

Transkripsi

1 SPORTS MEDICINE: ADAPTASI PADA OTOT RANGKA SETELAH MELAKUKAN LATIHAN BEBAN (HIGH-RESISTANCE EXERCISE) DAN OLAHRAGA KETAHANAN OTOT (ENDURANCE EXERCISE) LENY PURNAMASARI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA DESEMBER 2014

2 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul SPORTS MEDICINE: Adaptasi Pada Otot Rangka Setelah Melakukan Latihan Beban (High-Resistance Exercise) dan Olahraga Ketahanan Otot (Endurance Exercise) dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi penugasan Blok Sistem Saraf dan Muskuloskeletal (1.2) tahun pembelajaran 2014/2015. Referat ini dapat dapat tersusun berkat bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya akan mengucapkan terima kasih, khususnya kepada : 1. Allah SWT yang telah memberi Rahmat dan Hidayah-Nya. 2. Keluarga yang selalu memberi doa, dukungan dan segala kasih sayangnya. 3. Ketua blok 1.2 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, dr. Zainuri Sabta Nugraha, M.Sc. 4. Dr. Ety Sari Handayani, M.kes selaku tutor pada tutorial 10 dan sebagai pembimbing pada pembuatan referat ini. 5. Teman-teman tutorial 10 yang telah membantu dan menemani hingga tersusunnya karya tulis ini. 6. Teman-teman fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia angkatan lupa kepada seluruh pihak yang telah membantu sampai karya tulis ini terselesaikan. Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Seperti kata pepatah Tiada Gading yang Tak Retak. Akhirnya saya mohon kritik dan saran yang membangun sebagai pedoman saya dalam 1

3 melangkah ke arah yang lebih baik. Semoga referat ini dapat berguna bagi kita. Amin. Yogyakarta, 11 Desember 2014 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...2 DAFTAR ISI...2 SPORTS MEDICINE:...2 Adaptasi Pada Otot Rangka Setelah Melakukan Latihan Beban (High-Resistance Exercise) dan Olahraga Ketahanan Otot (Endurance Exercise)...2 Adaptasi Otot Rangka Terhadap Latihan Beban (High- Resistance Exercise) Adaptasi Fungsi Adaptasi Ukuran dan Struktur Adaptasi Neuralogical Adaptasi Metabolik Adaptasi Hormonal...2 Adaptasi Otot Rangka Terhadap Latihan Ketahanan (Endurance Exercise)...2 Regulasi Biogenesis Mitokondria...2 Ekspresi GLUT4...2 KESIMPULAN...2 DAFTAR PUSTAKA...2 2

4 3

5 SPORTS MEDICINE: Adaptasi Pada Otot Rangka Setelah Melakukan Latihan Beban (High-Resistance Exercise) dan Olahraga Ketahanan Otot (Endurance Exercise) Olahraga merupakan suatu kegiatan yang memerlukan tulang dan otot sebagai alat penggeraknya. Terdapat dua jenis olahraga berdasarkan pengaruhnya terhadap otot yaitu; 1) latihan beban (High-Resistance Exercise) yang merupakan olahraga intensitas tinggi dalam waktu yang pendek dengan frekuensi latihan yang rendah, contohnya latihan angkat barbell dan 2) latihan ketahanan (Endurance Exercise) atau biasa dikenal latihan aerobik dengan intensitas latihan rendah dalam durasi yang panjang dan frekuensi latihan yang tinggi contohnya lari maraton. Latihan beban (High-Resistance Exercise) berdampak pada peningkatan massa dan kekuatan otot sedangkan latihan ketahanan (Endurance Exercise) meningkatkan ketahanan otot terhadap kelelahan (McCarthy and Esser, 2012:911). Otot merupakan alat gerak aktif yang memiliki kemampuan untuk berkontraksi dan berelaksasi untuk dapat menggerakkan tulang dengan serangkaian proses yang kompleks. Otot terdiri dari serat-serat otot, satu serat otot merupakan satu sel otot rangka yang mengandung banyak inti sel yang terletak di tepi serat otot. Serat otot terdiri dari kumpulan myofibril yang memiliki zona terang (Pita I hanya mengandung filament tipis) dan zona gelap (Pita A mengandung filament tebal dan filmen tipis) yang menyebabkan serat otot terlihat lurik-lurik. Kontraksi otot terjadi jika terdapat potensial aksi dari sel saraf ke serabut otot melepaskan neurotransmitter yang akan berjalan melalui neuromuscular junction dan berikatan dengan reseptor di sarcolemma. Kemudian kanal Na + terbuka dan terjadi depolarisasi membran sehingga potensial aksi 4

6 berjalan menuju reticulum sarkoplasma menyebabkan lepasnya Ca 2+, Ca 2+ akan berikatan dengan troponin sehingga tropomyosin bergeser dan terjadilah pemendekan zona H. pada saat Ca 2+ berikatan dengan troponin, aktin akan berikatan dengan jembatan silang pada myosin sehingga myosin dapat menarik aktin menuju garis M pada tengah sarkomer dengan membutuhkan energi berupa ATP. Kemudian ikatan myosin terlepas dan kepala myosin akan mengikat aktin dan menggesernya lagi begitu seterusnya seperti gerakan mengayuh, siklus ini berjalan selamanya Ca 2+ dan ATP masih tersedia (Sherwood, 2007). Menurut Egan dan Zierath (2013:163) otot rangka memiliki dua tipe serat otot, yaitu serat otot lambat (tipe I) dan serabut otot cepat (tipe II). Serat otot tipe I disebut juga serat oksidatif lambat, memiliki kontraksi kedutan secara lambat dan karakteristik metabolik oksidasinya tinggi. Serat ini mengandung myoglobin, mitokondria, dan pembuluh darah dalam jumlah yang besar yang menyebabkan serat ini berwarna merah (Tortora dan Derrickson, 2009). Tenaga yang dihasilkan serat ini lemah tetapi memiliki ketahanan terhadap kelelahan yang tinggi sehingga tipe serat otot ini dominan untuk olahraga intensitas rendah dengan durasi yang panjang seperti latihan ketahanan (Endurance Exercise) (Egan dan Zierath, 2013:164). Serat otot tipe II diklasifikasikan menjadi serat otot tipe IIa (serat oksidatifglikolitik cepat) memiliki kontraksi kedutan yang cepat dan karakteristik metabolik dengan cara oksidatif dan glikolitik. Pada serat ini kandungan myoglobin, mitokondria dan pembuluh darah berjumlah banyak tetapi tidak sebanyak serat otot tipe I sehingga serat ini berwarna lebih merah muda. serat ini menghasilkan tenaga yang cukup kuat dan ketahanan terhadap kelelahan cukup tinggi. Olahraga yang dominan untuk serat ini yaitu olahraga intensitas tinggi dengan durasi yang sedang. Tipe 5

7 serat otot lainnya yaitu serat otot tipe IIx (serat glikolitik cepat), serat ini berkontraksi cepat dan metaboliknya secara glikolitik. Kandungan myoglobin, mitokondria dan pembuluh darah berjumlah sedikit sehingga serat ini tampak berwarna putih (Tortora dan Derrickson, 2009). Ketahanan terhadap kelelahan serat ini rendah tetapi tenaga yang dihasilkannya kuat sehingga serat ini dominan untuk olahraga intensitas tinggi seperti latihan beban (High-Resistance Exercise) dengan durasi yang pendek (Egan dan Zierath, 2013:164). Otot rangka memiliki kemampuan adaptasi sebagai respon terhadap perubahan yang tejadi. Perubahan ini dapat berupa perubahan bentuk dan ukuran otot seperti otot pada binaragawan, tetapi berbeda dengan atlet pelari maraton dimana bentuk ototnya tidak membesar seperti otot binaragawan. Adaptasi yang terjadi pada otot rangka dapat berupa adaptasi neurological, adaptasi struktural dan adaptasi metabolik (Lesmana, 2012). Adaptasi ini bergantung pada jenis olahraga yang dilakukan, berikut akan dibahas mengenai adaptasi otot terhadap latihan beban (High-Resistance Exercise) dan latihan ketahanan (Endurance Exercise). Adaptasi Otot Rangka Terhadap Latihan Beban (High- Resistance Exercise) Pada latihan beban, serabut otot rangka yang digunakan adalah serat tipe IIx (serat glikolotik cepat) dimana dapat menghasilkan tenaga yang maksimal pada saat berkontraksi. Menurut McCarthy dan Esser (2012) peningkatan kekuatan otot dapat meningkat sekitar 10-14% dalam waktu 8-12 minggu dengan cara latihan beban sebanyak tiga set dengan 8-12 kali repetisi minimal tiga kali latihan perminggu. Persentase kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kondisi latihan, jumlsh serabut otot yang digunakan, jenis kelamin dan umur (McCarthy dan Esser, 2012). 6

8 Menurut Plowman dan Smith (2011: ) adaptasi otot yang terjadi pada latihan beban berupa; 1. Adaptasi Fungsi Jika otot terus dilatih maka otot akan terus bertambah kuat dan memiliki ketahanan yang meningkat. Menurut Haskell et al, (Plowman dan Smith, 2011:572) Latihan beban minimal 2 kali seminggu dapat menambah kekuatan dan ketahanan otot sekitar %. Dalam penelitian Rønnestad et al(2007), pada grup otot tubuh bagian atas peningkatan ketahanan terhadap kelelahan sekitar 25% dimana peningkatan tersebut tidak dipengaruhi jumlah set latihan yang dilakukan. Berbeda dengan grup otot tubuh bagian bawah dimana semakin banyak jumlah set latihan yang dilakukan maka ketahanan terhadap kelelahan otot lebih cepat meningkat sekitar 40%. 2. Adaptasi Ukuran dan Struktur Respon adaptasi yang paling terlihat dari latihan beban (High-Resistance Exercise) adalah bertambahnya massa otot (hipertrofi otot) yang merupakan peningkatan jumlah filamen aktin dan myosin dalam myofibril sehingga menyebabkan membesarnya diameter serabut otot (Guyton dan Hall, 2007). Peningkatan cross-sectional area (CSA) pada serabut otot sebagai hasil dari peningkatan sintesis dan bertambahnya muatan protein myofibril serta perubahan serat oksidatif-glikolitik cepat (tipe IIa) ke serat glikolitik cepat (tipe IIx). Pada jaringan ikatnya adaptasi yang terjadi berupa meningkatnya sintesis kolagen dan penguatan jaringan ikat disekitar otot (Plowman dan Smith, 2011:572). 3. Adaptasi Neuralogical Adaptasi ini terjadi secara alami menyebabkan peningkatan kekuatan otot secara dramatis (Lesmana, 2012). 7

9 Perubahan yang terjadi berupa peningkatan kerja saraf pada otot, sinkronisasi terhadap aktivasi rekruitmen motor unit dan penghambatan dari mekanisme refleks tendon Golgi. Refleks tendon golgi yang merupakan batasan kontraksi otot dicegah oleh inhibitor pada saraf motorik untuk mengurangi batasan limit kontraksi maksimal sehingga otot dapat menahan beban melebihi berat beban semula (Plowman dan Smith, 2011:573). 4. Adaptasi Metabolik Adaptasi metabolik yang terjadi adalah mekanisme membesarnya diameter otot (hipertrofi) karena peningkatan muatan protein di sarkomer (McCarthy dan Esser, 2012:912), dan peningkatan pembuatan ATP dari metabolisme anaerobic. Ketersediaan sumber energi pada otot juga meningkat dengan peningkatan penyimpanan phosphocreatine (PC) dan glikogen pada otot, dan peningkatan jumlah enzim-enzim pengurai seperti creatine phosphokinase (Plowman dan Smith, 2011:575) 5. Adaptasi Hormonal Proses katabolisme secara besar-besaran yang terjadi pada saat olahraga dikembalikan dengan proses anabolisme yang besar pada masa setelah olahraga. Proses ini mempengaruhi sistem neuroendokrin yang menjadi memicu respon hormon. Adaptasi dari resting-level hormon yang meningkat yaitu hormone insulin-like growth factor (IGF-1) yang berperan dalam penambahan massa otot, dan perubahan resting-level dari hormon testosteron (Plowman dan Smith, 2011:575). Adaptasi Otot Rangka Terhadap Latihan Ketahanan (Endurance Exercise) Otot rangka tipe I (serat oksidatif lambat) sangat berperan dalam olahraga ini. Adaptasi yang terjadi berupa 8

10 adaptasi fungsi, adaptasi struktural, dan adaptasi metabolik. Berbeda dengan latihan beban (High-Resistance Exercise) adaptasi otot rangka pada latihan ketahanan lebih pada pernyesuaian fungsi dan struktur otot untuk dapat melakukan kontraksi dalam waktu yang lama. Sehingga pada atlet pelari maraton otot yang terbentuk tidaklah besar seperti binaragawan. Adaptasi yang terjadi berupa peningkatan kapasitas oksidasi otot dengan peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada otot yang diatur dalam regulasi biogenesis mitokondria dan peningkatan proses metabolik sel otot yang diatur dengan regulasi ekspresi Glukosa Transporter isoform 4 (GLUT4) yang merupakan sistem transportasi glukosa pada membran sel otot (Baar, et al, 2002). Regulasi Biogenesis Mitokondria Proses pembentukan mitokondria pada sel otot di aktivasi oleh PGC-1α (peroxisome proliferative activated receptor, gamma, coactivator 1 beta) yang terinduksi sinyal dari kontraksi otot. PGC-1α akan berinteraksi dengan PPAR (peroxisome proliferator activated receptor) dan NRF (nuclear respiratory factor) untuk meregulasi ekspresi gen untuk memulai transkripsi dan translasi mitokondria (McCharty dan Esser, 2012:915). Pada gambar 1 terlihat bahwa proses kontraksi otot menghasilkan sinyal yang menyebabkan terjadinya proses kompleks hingga PGC-1α menginduksi terjadinya regulasi biogenesis mitokondria. 9

11 Sumber: McCarthy dan Esser, 2012 Gambar 1 Regulasi PGC-1α terhadap adaptasi otot rangka setelah latihan ketahanan (Endurance Exercise) Ekspresi GLUT4 Adanya PGC-1 yang meningkat menyebabkan terstimulusnya GLUT4. Stimulus GLUT4 dapat juga berupa penurunan level ATP pada otot dan aktivasi AMP kinase (Baar, et al, 2002). GLUT4 merupakan gerbang masuknya glukosa kedalam sel otot. Peningkatan GLUT4 menyebabkan transportasi glukosa kedalam sel otot akan semakin cepat sehingga kebutuhan pembentukan energi (proses oksidasi) akan cepat terpenuhi (Baar, et.el., 2002). Perbandingan pengaruh adaptasi latihan beban (High- Resistance Exercise) dan latihan ketahanan (Endurance Exercise) menurut Egan dan Zierath (2013:166) dapat dilihat dalam table berikut: 10

12 Perubahan yang terjadi Hipertrofi otot Kekuatan dan daya otot Ukuran serat otot Adaptasi neurological Kapasitas anaerobik Sintesis protein myofibril Sintesis protein mitokondria Kepadatan pembuluh darah Kepadatan mitokondria dan fungsi oksidatifnya Kapasitas ketahanan terhadap kelelahan Sumber: Egan dan Zierath, 2013 Latihan Beban (RE) Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Cukup meningkat Meningkat Latihan Ketahanan (EE) berubah berubah berubah berubah Sedikit meningkat berubah Cukup berubah meningkat Cukup berubah meningkat berubah meningkat berubah meningkat Tabel 1. Perbandingan adaptasi dan manfaat kesehatan antara latihan aerobic dan latihan beban. KESIMPULAN 1. Berdasarkan pengaruhnya terhadap otot, olahraga dibedakan menjadi dua tipe yaitu latihan beban (High-Resistance Exercise) dan latihan ketahanan (Endurance Exercise) 2. Otot merupakan alat gerak aktif yang dapat berkontraksi dan berelaksasi untuk menggerakkan tulang. 3. Serabut otot rangka diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu serat tipe I (serat oksidatif lambat), serat tipe IIa (serat oksidatifglikolitik cepat), dan serat tipe IIx (serat glikolitik cepat). 11

13 4. Adaptasi otot rangka terhadap latihan beban (High- Resistance Exercise) berupa adaptasi fungsi, adaptasi ukuran dan struktur, adaptasi neurological, adaptasi metabolik dan adaptasi hormonal. 5. Adaptasi otot rangka terhadap latihan ketahanan (Endurance Exercise) berupa adaptasi fungsi, adaptasi struktural, dan adaptasi metabolik. 6. Pada latihan beban (High-Resistance Exercise) perubahan yang menonjol adalah bertambahnya massa otot (hipertrofi). 7. Perubahan otot pada latihan ketahanan (Endurance Exercise) berupa peningkatan kapasitas oksidatif dalam pengaturan regulasi biogenesis mitokondria dan regulasi ekspresi GLUT4. 8. Perbedaan pada adaptasi latihan RE dan EE terdapat pada hipertrofi otot, kekuatan dan daya otot, ukuran serat otot, adaptasi neurological, kapasitas anaerobic, sintesis protein myofibril, sintesis protein mitokondria, kepadatan pembuluh darah, kepadatan mitokondria dan fungsi oksidatifnya, dan kapasitas ketahanan terhadap kelelahan yang memiliki pengaruh yang berbeda-beda. 9. Otot memiliki kemampuan adaptasi dengan proses yang kompleks dimana karakteristik adaptasi tersebut bergantung pada kebutuhan individu yang menjalani latihan. DAFTAR PUSTAKA 1. Baar, K., et. al Adaptations of Skeletal Muscle to Exercise: Rapid Increase in The Transcriptional Coactivator PGC-1, FASEB J., /02/ Egan, B., Zierath, J.R Exercise Metabolism and the Molecular Regulation of Skeletal Muscle Adaptation. Cell Metabolism /j.cmet

14 3. Guyton, A.C., Hall, J.E Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Text Book of Medical Physiology). edisi 11. Irawati, et al (alih bahasa). EGC. Jakarta. 4. Lesmana, S.I Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender (Studi Komparasi Pemberian Latihan Beban Metode Delorme dan Metode Oxford Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fisioterapi. Fakultas Fisioterapi. Universitas Esa Unggul. 5. McCharthy, J.J., Esser, K. A Muscle Fundamental Biology and Mechanism of Disease. Hill, J. A., Olson, E. N. (editor). Elsevier Inc., Canada. 6. Plowman, S.A., Smith, D.L Exercise Physiology for Health, Fitness, and Performance. 3 rd ed.,lippincott Williams & Wilkins,a Wolters Kluwer business. China. 7. Rønnestad B.R., et al Dissimilar effects of one- and three-set strength training on strength and muscle mass gains in upper and lower body in untrained subjects. Journal of Strength and Conditioning Research. 21(1): (2007). 8. Sherwood, L, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. edisi 6. Pendit, B.U. (alih bahasa). EGC. Jakarta. 9. Tortora, G.J., Derrickson, B., Principles of Anatomy and Physiology. 14 th ed., John Wiley & Sons Inc, USA. 13

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII Disusun Oleh SUPRIN HUMONGGIO J 110 070 060 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia.dikarenakan manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT dr. Aditya Candra Fakultas Kedokteran Abulyatama PENDAHULUAN Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan kebugaran sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup, karena tanpa kebugaran dan kesehatan yang baik manusia tidak mampu untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI Pendahuluan Manusia memerlukan energi untuk setiap sel-selnya menjalani fungsi kehidupan Adenosine Three Phosphate

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka 3 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka Otot rangka (skeletal muscle) bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot rangka disebut juga otot lurik (striated muscle) karena pengaturan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. PENGERTIAN Cardiorespiratory -> kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SIFAT KERJA OTOT RANGKA

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SIFAT KERJA OTOT RANGKA MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SIFAT KERJA OTOT RANGKA ARBI WIGUNA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2017 Otot lurik mempunyai serabut kontraktil

Lebih terperinci

4/11/2015. Nugroho Agung S.

4/11/2015. Nugroho Agung S. Protein Makronutrisi Karbohidrat Lemak Nugroho Agung S. Jenis Fungsi Karbohidrat (4 kcal/g) Sumber energi dan bahan energi untuk otot (dari gula dan glikogen) Pengontrol lemak dan kolesterol (dari serat)

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR KREATININ SERUM PADA PRIA DEWASA MUDA INSTRUKTUR FITNES DENGAN PRIA DEWASA MUDA YANG TIDAK MENJALANI PROGRAM FITNES

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR KREATININ SERUM PADA PRIA DEWASA MUDA INSTRUKTUR FITNES DENGAN PRIA DEWASA MUDA YANG TIDAK MENJALANI PROGRAM FITNES ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR KREATININ SERUM PADA PRIA DEWASA MUDA INSTRUKTUR FITNES DENGAN PRIA DEWASA MUDA YANG TIDAK MENJALANI PROGRAM FITNES Suci Mutiara Gunawan, 2012 Pembimbing I : Adrian Suhendra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kehidupan manusia pasti akan dihadapkan dengan beberapa masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang muncul. Dengan segenap kemampuan yang

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

FISIOLOGI OTOT. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND. Kuliah Pengantar Blok 1.3 Minggu IV

FISIOLOGI OTOT. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND. Kuliah Pengantar Blok 1.3 Minggu IV FISIOLOGI OTOT Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND SIFAT-SIFAT KHUSUS OTOT Mudah terangsang (irritability) Mudah berkontraksi (contractility) Dapat melebar (extensibility) Dapat diregang

Lebih terperinci

Fungsi Jaringan Otot. Pergerakan. Mempertahanlan postur tubuh. Menstabilkan sendi. Menghasilkan panas

Fungsi Jaringan Otot. Pergerakan. Mempertahanlan postur tubuh. Menstabilkan sendi. Menghasilkan panas Histologi Otot Fungsi Jaringan Otot Pergerakan Mempertahanlan postur tubuh Menstabilkan sendi Menghasilkan panas Kontraktilitas Karakteristik khusus Otot Hanya satu kerja: untuk memendek Pemendekan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat di Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan. Dari sejumlah daftar cabang olahraga yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT KELOMPOK/GELOMBANG : II/I KELAS : II C ANGGOTA : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) FAJAR ADE KURNIAWAN (1204015163) KUDRAT RAHARDITAMA (1204015223)

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN LATIHAN DOSIS SUBMAKSIMAL OTOT TRICEPS BRACHII TERHADAP KEKUATAN PUKULAN OI ZUKI ATLET KARATE

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN LATIHAN DOSIS SUBMAKSIMAL OTOT TRICEPS BRACHII TERHADAP KEKUATAN PUKULAN OI ZUKI ATLET KARATE KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN LATIHAN DOSIS SUBMAKSIMAL OTOT TRICEPS BRACHII TERHADAP KEKUATAN PUKULAN OI ZUKI ATLET KARATE Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

Mekanisme Kerja Otot

Mekanisme Kerja Otot Mekanisme Kerja Otot 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot 2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat

Lebih terperinci

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1 SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS Regita Tanara 102015121 / B1 SKENARIO Seorang anak 5 tahun dibawa ibunya ke UGD rumah sakit dengan keluhan jari telunjuknya memar akibat terjepit daun pintu IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol dan trigliceride tekanan darah, dan aklimatisasi pada

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan

protein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan 2 panjang otot saat kontraksi dan kecepatan kontraksi otot masingmasing individu. Kekuatan otot pada umumnya bertambah seiring usia yang juga bertambah karena asupan protein yang kita makan karena protein

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Glukosa Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa terbentuk dari hasil hidrolisis karbohidrat. 1 Karbohidrat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi Otot Rangka 2.1.1 Struktur Otot Rangka Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka dan kirakira 10 persen lainnya terdiri dari otot jantung

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/) 92 PEMBAHASAN UMUM Berdasarkan bukti empiris menunjukkan bahwa pegagan yang kaya mineral, bahan gizi dan bahan aktif telah lama digunakan untuk tujuan meningkatkan fungsi memori. Hasil analisa kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.

Lebih terperinci

Aldira Madyansyah Yanuarfiqri 1 Ruliando Hasea Purba 2, Rina Ambar Dewanti 2

Aldira Madyansyah Yanuarfiqri 1 Ruliando Hasea Purba 2, Rina Ambar Dewanti 2 6 PERBANDINGAN LATIHAN OTOT ISOTONIK DAN ISOMETRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT QUADRICEPS FEMORIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA ANGKATAN 05 Aldira Madyansyah

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AISYAH LIFSANTIN NA IMA J 120 110 007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat merupakan suatu tuntutan bagi manusia untuk selalu tetap aktif menjalani kehidupan normal sehari-hari. Setiap aktivitas memerlukan energi, yang tercukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesegaran Jasmani 2.1.1 Definisi Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Quadriceps. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji. A. Deskripsi Data

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Quadriceps. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji. A. Deskripsi Data PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan pada tes awal

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT Oleh: Nama : Yuni Aisyah Puteri NIM : 121610101006 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012/2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR

Lebih terperinci

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf

Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf Perwujudan kerja ditampilkan oleh rangka yg digerakkan oleh otot-otot. Gerakan otot-otot diatur oleh syaraf SKELET OTOT SARAF KESATUAN PERTAMA YG MELAKSANAKAN GERAK ERGOSISTEMA I MENDUKUNG DARAH & CAIRAN

Lebih terperinci

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral Sistem Muskuloskeletal Yuliati Departemen Biologi Oral Sistem Muskuloskeletal Bones internal framework Muscles generate force and movement Ligaments connect bones Tendons connect muscles to bone Semua

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Dosen FPOK IKIP Mataram Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih oleh para atlit dalam event - event cabang olah raga baik pada tingkat regional, nasional maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komponen Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah kapasitas seseorang untuk melakukan kerja fisik dengan kemampuan bertingkat. Kondisi fisik dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang serba berkembang ini banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas sehari-hari tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar seperlima dari

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009 PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009 Odih Fahruzi, Nuriatin, Andri Andrian Rusman Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS. Risma Aprinda Kristanti

PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS. Risma Aprinda Kristanti Pengaruh Oksitosin (17-21) El-Hayah Vol. 5, No.1 September 2014 PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS Risma Aprinda Kristanti Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Orang yang mampu mempertahankan agar tubuhnya tetap bugar dapat memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup. Beberapa cara untuk mempertahankan kebugaran adalah dengan menjaga

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

KULIAH 5 SS SISTEM OTOT

KULIAH 5 SS SISTEM OTOT KULIAH 5 SS SISTEM OTOT O SISTEM OTOT Pustaka acuan: Gartner & Hiatt (1997). Color Text of Histology Bab Junquiera (1980). Basic Histology. Bab McFadden & Keeton (1995) Biology, an exploration of life.

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIOLOGI KEDOKTERAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIOLOGI KEDOKTERAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FISIOLOGI KEDOKTERAN Prof.dr. Rahmatina B.Herman, PhD, AIF dr. Sofina Rusdan, Cert.Med, AIF dr. Erkadius, MSc, AIF Dr.dr. Afriwardi, SpKO, AIF dr.

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DAYA TAHAN OTOT EKSTREMITAS ATAS ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI

PERBANDINGAN DAYA TAHAN OTOT EKSTREMITAS ATAS ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI PERBANDINGAN DAYA TAHAN OTOT EKSTREMITAS ATAS ATLET USIA REMAJA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO NOMOR POOMSAE DAN KYORUGI Putri Lintang Novem 1, Budi Laksono 2, Endang Kumaidah 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani Definisi Komponen Kesegaran Jasmani Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani Definisi Komponen Kesegaran Jasmani Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan energi dan kekuatan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran yang menonjol ke luar sel Melalui permukaan sel ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

HISTOLOGI JARINGAN OTOT Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman era globalisasi yang sudah berkembang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman era globalisasi yang sudah berkembang pesat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman era globalisasi yang sudah berkembang pesat dan moderen, berbagai macam kegiatan aktivitas yang dilakukan manusia dari pagi sampai malam. Manusia menjalani

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan 84 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan tikus sebagai hewan coba yang diberikan Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan jumlah nukleus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga kesehatan. Gerak tubuh yang pasif dapat meningkatkan faktor risiko

Lebih terperinci

(G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat

(G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat Reseptor terhubung protein G (G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat merupakan keluarga terbesar reseptor permukaan sel menjadi mediator dari respon seluler berbagai molekul, seperti: hormon,

Lebih terperinci

processus coracoideus dan berinsertio pada tanpa pengecualian. Pencapaian prestasi olahraga memiliki

processus coracoideus dan berinsertio pada tanpa pengecualian. Pencapaian prestasi olahraga memiliki PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BEBAN TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA TAHAN OTOT BICEPS BRACHIALIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER (STUDI KOMPARASI PEMBERIAN LATIHAN BEBAN METODE DELORME DAN METODE OXFORD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lari 1. Definisi Lari adalah keadaan dimana kaki berpindah tempat ke depan dengan kecepatan maksimum dan lebih cepat dari berjalan. Pada saat berlari ada saat dimana badan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas adalah akumulasi lemak berlebih yang berdampak buruk terhadap kesehatan (WHO, 2014). Menurut Hellerstein dan Parks (2007), obesitas adalah

Lebih terperinci

TRANSDUKSI SINYAL PADA TINGKAT SEL

TRANSDUKSI SINYAL PADA TINGKAT SEL TRANSDUKSI SINYAL PADA TINGKAT SEL Tranduksi sinyal Adalah proses perubahan bentuk sinyal yang berurutan, dari sinyal ekstraseluler sampai respon dalam komunikasi antar sel Tujuan: Untuk berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenon adalah turunan senyawa kalkon yang tersubtitusi

Lebih terperinci

FISIOLOGI MANUSIA. Dr. Panggung Sutapa,MS. LAB. FISIOLOGI FIK UNY

FISIOLOGI MANUSIA. Dr. Panggung Sutapa,MS. LAB. FISIOLOGI FIK UNY FISIOLOGI MANUSIA Dr. Panggung Sutapa,MS. LAB. FISIOLOGI FIK UNY PENDAHULUAN Fisiologi mempelajari fungsi/kerja tubuh Ilmu ini perlu penghayatan dan pemahaman bagi guru olahraga karena semua yang garap

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN FISIK TERPROGRAM TERHADAP DAYA TAHAN OTOT PADA SISWI SEKOLAH BOLA VOLI TUGU MUDA SEMARANG USIA 9-12 TAHUN

PENGARUH LATIHAN FISIK TERPROGRAM TERHADAP DAYA TAHAN OTOT PADA SISWI SEKOLAH BOLA VOLI TUGU MUDA SEMARANG USIA 9-12 TAHUN PENGARUH LATIHAN FISIK TERPROGRAM TERHADAP DAYA TAHAN OTOT PADA SISWI SEKOLAH BOLA VOLI TUGU MUDA SEMARANG USIA 9-12 TAHUN LAPORAN AKHIR PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN OLAH RAGA

FISIOLOGI DAN OLAH RAGA FISIOLOGI DAN OLAH RAGA Penulis: : Giri Wiarto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY Seluruh sel-sel tubuh memiliki kemampuan mengkonversi makanan (dalam hal ini protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otot Rangka Otot merupakan jaringan peka rangsang. Sel otot dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 1 Modul Penginderaan Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Pendahuluan Fungsi utama mata

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO

Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO Latihan Kondisi Fisik (Latihan Kemampuan Dasar) Oleh: dr. Hamidie Ronald,M.Pd, AIFO Latihan Ergosistema Primer 1. Latihan kerangka ------ flexibilitas 2. Latihan Otot : a. Latihan kekuatan dan daya tahan

Lebih terperinci

Adaptasi Biokimia Mamalia yang Berhibernasi: Mengeksplor Tupai sebagai Model Perspektif Reversibel Resisten Insulin secara Alami

Adaptasi Biokimia Mamalia yang Berhibernasi: Mengeksplor Tupai sebagai Model Perspektif Reversibel Resisten Insulin secara Alami Adaptasi Biokimia Mamalia yang Berhibernasi: Mengeksplor Tupai sebagai Model Perspektif Reversibel Resisten Insulin secara Alami Noor Nailis Sa adah Anggari Linda D. Kelompok 11: 12/340000/PBI/1078 12/340141/PBI/1085

Lebih terperinci

GENERAL FITNESS TRAINING

GENERAL FITNESS TRAINING GENERAL FITNESS TRAINING Fitness atau kebugaran didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental yang ditemui dalam hidupnya. Latihan fitness secara umum didefiniskan

Lebih terperinci

*Yohanes Wahyu N, * Kristiana Puji P *) Dosen Akper GSH Wonogiri ABSTRAK

*Yohanes Wahyu N, * Kristiana Puji P *) Dosen Akper GSH Wonogiri ABSTRAK PERBEDAAN KADAR GLUKOSA PADA MAHASISWA OBESITAS AKPER GSH WONOGIRI 2011-2014 YANG RUTIN BEROLAHRAGA DENGAN TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA SELAMA 30 MENIT BEROLAHRAGA *Yohanes Wahyu N, * Kristiana Puji P *) Dosen

Lebih terperinci

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY Nugroho Agung S. STKIP PGRI Sumenep Introduction Apa yang orang makan tidak hanya untuk kesehatannya saja akan tetapi juga untuk performa pada atlet olahraga. Tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB VII Biokimia Muskuloskeletal

BAB VII Biokimia Muskuloskeletal BAB VII Biokimia Muskuloskeletal pg. 144 A. KOMPOSISI STRUKTUR TULANG DAN OTOT Tulang merupakan jaringan ikat termineralisasi. Tulang terdiri atas bahan organik (protein) & anorganik. Bahan organik yaitu

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI)

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI) Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL EKO ANDI SUSILO 096484002 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Jenis jenis otot. Cara kerja otot polos

Jenis jenis otot. Cara kerja otot polos SISTEM OTOT Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak aktif. Selain

Lebih terperinci

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Merupakan fungsi integratif Lengkung reflex (reflex arc) adalah jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya, tubuh kita melakukan aktivitas fisik yang beragam, baik itu ringan maupun berat. Untuk dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik, diperlukan pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MK FISIOLOGI MANUSIA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MK FISIOLOGI MANUSIA Fakultas : Ilmu Keolahragaan Program Studi : S1/PJKR Nama Mata Kuliah : Fisiologi Manusia Kode Mata Kuliah : IOF 217 Jumlah SKS : 1 SKS (teori) dan 1 SKS (Praktek) Semester : Genap (2) Dosen : Jaka Sunardi,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN LACTIUM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA FK UNDIP ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI UJIAN PRE SEMSETER

PENGARUH PEMBERIAN LACTIUM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA FK UNDIP ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI UJIAN PRE SEMSETER PENGARUH PEMBERIAN LACTIUM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA FK UNDIP ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI UJIAN PRE SEMSETER Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN

PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN SKRIPSI PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA 17-21 TAHUN Oleh Herru 2011-66-170 PROGRAM STUDI S-1 FISIOTERAPI

Lebih terperinci