3. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Mei 2011, di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Secara geografis Kota Bontang terletak di garis lintang Lintang Utara dan Bujur Timur. Peta wilayah Kota Bontang dapat dilihat pada Gambar 6. Lokasi Pe ne lit ia n Su m b er RT RW K ot a Bo n ta ng Th Ole h : Tauf ik H as b ul la h Pro gra m D okt or Pro gra m St ud i SP L I nst it ut Pe rta ni an B og or 2011 Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian meliputi seluruh kelurahan yang berbatasan langsung dengan pesisir yaitu Kelurahan Bontang Kuala, Kelurahan Bontang Baru, Kelurahan Lhok Tuan, Kelurahan Guntung, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berbas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kelurahan Tanjung Laut, dan Kelurahan Belimbing, seperti tersaji pada Tabel 2 berikut:

2 46 Tabel 2. Lokasi Penelitian Berdasar jenis Wilayah Jenis Wilayah Kecamatan Bontang Utara Bontang Selatan Bontang Barat Kelurahan Pesisir Kelurahan Non Pesisir Bontang Kuala Berbas Tengah Belimbing Bontang Baru Lok Tuan Guntung Berbas Pantai Tanjung Laut Tanjung Laut Indah Api-api Satimpo Kanaan Gunung Elai Bontang Lestari Telihan Jumlah 6 Kelurahan 6 Kelurahan 3 kelurahan Sumber : BPS, 2010 diolah 3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Metode studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Max Field dalam Nazir, 1986). Kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah program CSR pada PKT Bontang, khususnya dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan wilayah pesisir Kota Bontang Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahap persiapan, pengumpulan data dan tahap analisis data. Tahap persiapan meliputi pembuatan proposal penelitian, pengurusan surat izin penelitian dan studi literatur baik diperpustakaan, internet maupun pada instansi pemerintah dan swasta yang terkait dengan permasalahan yang akan di kaji. Pada tahap pengumpulan data, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini baik data primer maupun data sekunder. Data-data tersebut meliputi identifikasi potensi dan permasalahan di wilayah pesisir baik dari aspek ekonomi maupun aspek sumberdaya dan lingkungan pesisir. Aspek ekonomi seperti data PDRB Kota Bontang, pertumbuhan ekonomi, dan keterkaitan antar sektor. Aspek sumberdaya dan lingkungan pesisir seperti data ekosistem wilayah pesisir (mangrove, padang lamun, terumbu karang) dan data sumberdaya perikanan

3 47 dan kelautan. Dimensi keberlanjutan meliputi dimensi ekonomi, ekologi, sosial budaya, hukum dan kelembagaan. Indikator CSR seperti kemitraan, bina lingkungan dan bina wilayah. Pada tahap analisis data, semua data-data yang telah dikumpulkan diatas akan dianalisis dengan menggunakan berbagai metode analisis yang meliputi analisis ekonomi wilayah, analisis biogeofisik, analisis keberlanjutan wilayah dan analisis efektivitas dan presepsi. Alur tahapan penelitian tersaji pada Gambar 7 berikut ; MULAI PERSIAPAN STUDI LITERATUR PROPOSAL PENELITIAN TAHAP PERSIAPAN IDENTIFIKASI POTENSI DAN MASALAH WILAYAH PESISIR P D RB P ERTUMB UHAN E K ONOMI K ETERKA ITAN ANTA R SE KTOR A SPEK E K ONOMI M ANGROVE TERUMB U KA RANG P ADA N G L AM UN PERIKANAN, KE LA UTAN, DL L A SPEK S UM BERDA YA A LAM DAN LINGKUNGAN DIMENSI KEBERLANJUTAN : EKOLOGI, EKONOMI, SOSIAL B UDAYA, TEKHNOLOGI, HUKUM K ELE MBA GA AN INDIKATOR PROGRA M CS R K EM ITRA AN BINA LINGKUNGAN BINA WILAYAH TAHAP PENGUMPULAN DATA ANALISIS EKONOMI WILAYAH ANALISIS BIOGEOFISIK ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYA H ANALISIS EFEKTIFITAS DAN P ERS EPS I DESAIN STRATEGI CSR DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DAN SUMBERDAYA PESISIR BONTANG TAHAP ANALISIS DATA DESAIN STRATEGI PENGEMBANGAN WIL. PES IS IR DESAIN STRATEGI KEBIJAKAN CSR Gambar 7. Tahapan Penelitian 3.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, terdiri dari data lingkungan dan sumberdaya pesisir serta data sosial ekonomi Kota Bontang. Data primer dikumpulkan melalui metode survei lapang (visual recall) dan wawancara langsung di lokasi penelitian serta dengan menggunakan kuisioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui

4 48 penelusuran berbagai pustaka yang ada di berbagai instansi yang terkait sesuai permasalahan yang dikaji. Secara lengkap jenis dan sumber data yang dikumpulkan meliputi : Data Lingkungan dan Sumberdaya Pesisir Data lingkungan dan sumberdaya alam pesisir diperoleh dengan berbasis pada data sekunder, berupa kondisi umum sumberdaya dapat pulih, sumberdaya tidak dapat pulih, dan Jasa-jasa lingkungan Kelautan di 9 kelurahan pesisir di Kota Bontang. Data diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang, seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Jenis dan sumber data sekunder No Komponen Jenis Data Sumber Data/Tahun 1. Sumberdaya Dapat Pulih 2. Sumberdaya Tidak Dapat Pulih 3. Jasa-jasa Lingkungan Kelautan 1.1. Perikanan 1.2. Padang Lamun dan Budi daya rumput laut 1.3. Terumbu Karang 1.4. Hutan Mangrove 2.1. Mineral 2.2. Minyak dan Gas Bumi 3.1. Pariwisata 3.2. Pelabuhan Data Sosial Ekonomi 1) Data Primer Data primer untuk komponen sosial ekonomi diperoleh dari hasil wawancara lapangan dengan berpedoman pada kuisioner yang telah dirancang dilakukan terhadap 90 orang responden, yang terdiri dari 10 orang karyawan PKT, 5 orang keluarga karyawan PKT, 30 orang mitra binaan PKT serta 45 orang masyarakat di 9 kelurahan pesisir. Responden karyawan PKT berasal dari delapan departemen yang berbeda yaitu Hubungan Masyarakat (Humas), Jasa Tekhnik, Kompartemen Hubungan Industri-Sumberdaya Manusia (KHI-SDM), Pelayanan dan Promosi, Keselamatan Kesehatan Kerja & Lingkungan Hidup (K3LH), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM), serta Pengadaan/ Teknik. Secara lengkap data primer yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :

5 49 Tabel 4. Jenis dan sumber data primer No Komponen Jenis Data Sumber Data 1. Penentuan Responden Masyarakat 2. Penentuan Responden Perusahaan 1.1. Umur 1.2. Pendidikan 1.3. Pendapatan 1.4. Persepsi/Pemahaman 1.5. Profesi/Mata Pencaharian 1.6. Sikap 1.7. Partisipasi/Kesediaan 1.1. Umur 1.2. Pendidikan 1.3. Persepsi/Pemahaman 1.4. Sikap 1.5. Partisipasi/Kesediaan 2) Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berupa kondisi umum Sosial dan Ekonomi Masyarakat di 9 kelurahan pesisir yang ada di Kota Bontang. Secara lengkap data sekunder yang dikumpulkan tersaji pada Tabel 5 di bawah ini : Tabel 5. Jenis dan Sumber Data Sekunder No. Komponen Jenis Data Sumber Data/Tahun 1. Sosial dan Ekonomi Masyarakat 1.1. Jumlah Penduduk 1.2. Kondisi Demografi 1.3. Mata Pencaharian 1.4. Perekonomian Profil Kelurahan 2010 Profil Kelurahan 2010 Profil Kelurahan 2010 Profil Kelurahan Metode Pengumpulan Data Di dalam pengumpulan data, digunakan teknik berupa metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan sebelum ke lapangan, dengan cara studi terhadap referensi yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dilakukan melalui pengamatan (observational research) dan tanya jawab (survey research). Pertanyaan dikembangkan melalui kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penentuan responden adalah purposive sampling. Sampel di 9 Kelurahan pesisir di Kota Bontang yang menjadi mitra binaan atau masyarakat yang pernah mendapatkan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKT diminta untuk mengikuti wawancara dan mengisi kuesioner.

6 Metode Analisis Data Analisis Kewilayahan Pesisir 1) Analisis Biogeofisik Wilayah Analisis Biogeofisik Wilayah digunakan untuk menjelaskan kondisi ekologis wilayah pesisir Kota Bontang meliputi potensi perikanan, potensi budidaya rumput laut, kondisi padang lamun, mangrove dan terumbu karang, serta tipikal daratan dan perairan pesisir. Analisis data biofisik dilakukan dengan menggunakan tekhnik analisis data sekunder. 2) Analisis Ekonomi Wilayah Analisis ekonomi wilayah dilakukan untuk menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi suatu wilayah serta terjadinya ketimpangan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Metode analisis ekonomi wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah model basis ekspor, dimana menggunakan pendekatan Locations Quotient (LQ), Koefisien Multiplier dan Shift Share. Pemilihan metode ini sesungguhnya lebih pada pengelompokan metode basis ekspor (Richardson, 1979). a) Locations Quotient (LQ) Metode location quotient atau LQ merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut (Budiharsono, 2001) : v v i t LQ i = atau Vi Vt PDRB PDRB i t LQ i =... (1) PDRBik PDRBtk Dimana : vi = Nilai produktifitas sektor i di tingkat daerah vt = Nilai produktifitas seluruh sektor di tingkat daerah Vi = Nilai produktifitas sektor i di tingkat pusat Vt = Nilai produktifitas seluruh sektor di tingkat pusat Apabila LQ suatu sektor industri 1, maka sektor industri tersebut merupakan sektor basis. Jika LQ < 1, maka sektor industri tersebut non basis. Asumsi metode LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan

7 51 mempunyai pola permintaan wilayah sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainnya adalah bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain. Metode LQ disarankan digunakan dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. (Glasson, 1978 dalam Budiharsono, 2001). Teori ekonomi basis ini hanya mengklarifikasi seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor (industri) yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Jadi pendapatan sektor basis ditambah pendapatan sektor non basis sama dengan total pendapatan wilayah. b) Penaksiran Koefisien Multiplier Untuk melengkapi penerapan kerangka teori model basis eksport tersebut, diperlukan pengukuran besarnya pengaruh sektor basis terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dengan melakukan penaksiran koefisien multiplier wilayah. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem regresi biasa (ordinary least square) (Sjafrizal, 2008) sebagai berikut: Y = α + β E + ε... (2) dimana α dan β adalah koefisien regresi yang akan ditaksir dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: β = 0, Ha: β 0... (3) Karena persamaan diatas dalam bentuk linier, maka koefisien multiplier wilayah harus dihitung melalui: K = β ( Yº/ Eº), k > 0... (4) Dimana Yº dan Eº masing-masing adalah PDRB dan ekspor dari daerah yang bersangkutan, sedangkan adalah tambahan jumlah masing -masing variabel dalam periode tertentu. c) Shift Share Analysis Pengukuran besarnya keuntungan komparatif daerah harus dilengkapi dengan analisis shift share, dengan formulasi sebagai berikut ; y i = [y i (Y t /Y o 1)] + [y i (Y t i /Y o i ) - (Y t /Y o )] + [y i (y i /y o i ) - (Y t i /Y o i )] (5)

8 52 Dimana : y i = perubahan nilai tambah sektor i y i o = nilai tambah sektor i di tingkat daerah pada awal tahun periode y i = nilai tambah sektor i di tingkat daerah pada akhir tahun periode Y i o = nilai tambah sektor i di tingkat nasional pada awal tahun periode Y i t = nilai tambah sektor i di tingkat nasional pada akhir tahun periode Dari persamaan tersebut dapat diuraikan (decompose) atas 3 bagian dan akan dapat diketahui komponen pertumbuhan mana yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dengan uraian sebagai berikut ; Regional Share [y i (Y t /Y o 1)] Komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan faktor luar, yakni peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijakan nasional. Proportionality Shift [y i (Y t i /Y o i ) - (Y t /Y o )] Komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat seperti sektor industri Differential Shift [y i (y i /y o i ) - (Y t o i /Y i )] Komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif, unsur ini yang merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan eksport daerah d) Analisis Pusat Pembangunan dan Pusat Pertumbuhan Kota Bontang Penentuan pusat pertumbuhan dan pusat pembangunan dapat menggunakan formulasi sebagai berikut : Pusat Pembangunan (Development Poles) Investasi pada pusat pembangunan (Development Poles) mempengaruhi pertumbuhan kota pada daerah bersangkutan secara bervariasi. Pengaruh tersebut dapat muncul dalam bentuk peningkatan investasi, penyediaan lapangan kerja, pendapatan dan kemajuan teknologi yang semuanya unsur kemakmuran pada wilayah bersangkutan (Wr). Untuk kemudahannya, kemakmuran ini dapat diketahui dari tingkat pendapatan per kapita atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bila kemakmuran tersebut juga mencakup aspek sosial seperti pendidikan dan kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut: wr = ( Wr/Wr)/ ( Iu/Iu),... (6)

9 53 dimana u adalah pusat perkotaan dan r adalah daerah belakangnya. Atau jika formulasi ini di modifikasi untuk menentukan pusat pembangunan di Kota Bontang, dapat diuraikan sebagai berikut : wr = ( IPM/IPM)/ ( I/I)... (7) dimana data IPM dan investasi menggunakan data IPM dan investasi Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan tahun 2005 sampai tahun Kendala yang dihadapi untuk menurunkan formulasi ini adalah kendala data, dimana data-data IPM dan investasi Kota Bontang masih data total, belum dipisahkan per kecamatan. Sehingga formulasi ini baru bisa berjalan jika uraian data per kecamatan dapat di munculkan. Investasi pada pusat pembangunan (Development poles) mempengaruhi pertumbuhan kota pada daerah Kota Bontang secara bervariasi. Pengaruh tersebut dapat muncul dalam bentuk peningkatan investasi, penyediaan lapangan kerja, pendapatan dan kemajuan teknologi yang merupakan indikator kemakmuran di Kota Bontang. Pusat Pertumbuhan (Growth Centre) Sejalan dengan formulasi diatas, maka daerah perkotaan dikatakan sebagai berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (Growth Centre) bilamana ; ( Ir/Ir)/ ( Iu/Iu) > 0... (8) Yaitu elastisitas investasi pada daerah hinterland r terhadap investasi di pusat kota u bersifat positif. Untuk menentukan antara Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan sebagai pusat pertumbuhan di Kota Bontang, maka data-data investasi yang ada harus dipilah, sehingga muncul data investasi di Kecamatan Bontang Utara dan data investasi di Kecamatan Bontang Selatan. Sejalan dengan dengan konsep pusat pembangunan, maka daerah perkotaan dikatakan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (Growth Centre), jika elastisitas investasi di Kecamatan Bontang Utara terhadap investasi di Kecamatan Bontang Barat dan Kecamatan Bontang selatan adalah positif, maka daerah tersebut dapat dikatakan propulsive region atau sebagai wilayah andalan. Jika dilihat angka elastisitas Kecamatan Bontang Utara terhadap Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang Barat lebih besar dari 1. Maka dapat

10 54 dikatakan bahwa Bontang Utara sebagai wilayah utama yang kuat (strong propulsive region). Adapun matriks ringkasan konsep perhitungan pusat pembangunan dan pusat pertumbuhan dengan menggunakan metode pengukuran elastisitas kemakmuran dan elastisitas investasi beserta kendala dalam pola pengukuran disajikan dalam Tabel 6 berikut ; Tabel 6. Matriks Ringkasan Konsep Pusat Pembangunan dan Pusat Pertumbuhan Cara Mengukur Konsep dan Pesan Kendala Pusat Pembangunan Menggunakan elastisitas kemakmuran dihitung dengan mengukur perubahan pada kemakmuran dengan data indeks pembangunan manusia dibagi dengan perubahan pada investasi Jika: e > 1 berarti pusat pembangunan dominant; 0 <e< 1 berarti pusat pembangunan bersifat sub dominan Data-data indeks pembangunan manusia bersifat umum, perlu upaya lebih untuk memilah data indeks pembangunan manusia berdasarkan daerah kecamatan. Begitu juga dengan data investasi per kecamatan. Pusat Pertumbuhan Menggunakan elastisitas investasi dihitung dengan menghitung perubahan investasi pada pusat kota dibagi dengan perubahan investasi di daerah hinterland Jika: e >1. maka daerah perkotaan tersebut dikatakan sebagai pusat pertumbuhan kuat; 0< e < 1, dikatakan sebagai pusat pertumbuhan lemah. Ada kemungkinan pusat pertumbuhan muncul tidak di daerah perkotaan, tetapi di daerah pedesaan. Oleh karena itu muncul konsep sebagai wilayah andalan. Kesulitan memisahkan data elastisitas investasi, terutama perubahan-perubahan investasi di perkotaan dan didaerah hinterland. Suatu daerah dikatakan sebagai wilayah andalan (propulsive region) bilamana elastisitas investasi di pusat kota u terhadap investasi di daerah hinterland, r adalah positif Analisis Keberlanjutan Wilayah Pesisir Tingkat keberlanjutan wilayah pesisir Bontang dianalisis dengan menggunakan metode yang mengacu pada tekhnik RAPFISH (Rapid Appraisal

11 55 for Fisheries), yakni tekhnik yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia Canada, merupakan analisis untuk mengevaluasi sustainability dari perikanan secara multidisipliner. RAPFISH didasarkan pada tekhnik ordinansi yaitu menempatkan sesuatu pada urutan attribut yang terukur dengan menggunakan Multi Dimensional Scaling (MDS), tekhnik ini selanjutnya dimodifikasi untuk dapat diterapkan dalam analisis keberlanjutan wilayah pesisir.. Analisis data dengan MDS, meliputi aspek keberlanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Selanjutnya, dilakukan pula analisis multidimensi dengan menggabungkan seluruh atribut dari lima dimensi keberlanjutan di atas. Analisis data dengan MDS dilakukan melalui beberapa tahapan. 1. Pertama, mereview atribut-atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan mendefenisikan atribut tersebut melalui pengamatan lapangan, serta kajian pustaka. Secara keseluruhan, terdapat 48 atribut yang dianalisis, masingmasing: 10 atribut dimensi ekologi, 10 atribut dimensi ekonomi, 9 atribut dimensi sosial dan budaya, 10 atribut dimensi infrastruktur dan teknologi, dan 9 atribut dimensi hukum dan kelembagaan. 2. Kedua, pemberian skor yang didasarkan pada hasil pengamatan lapangan dan pendapat pakar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Rentang skor berkisar antara 1 4, yang diartikan dari buruk sampai baik atau sebaliknya, tergantung kondisi masing- masing atribut. 3. Ketiga, hasil pemberian skor kemudian dianalisis, dengan menggunakan program MDS, untuk menentukan posisi status keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir pada setiap dimensi dan multidimensi yang dinyatakan dalam skala indeks keberlanjutan. Skala indeks keberlanjutan terletak antara 0 100, seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori Status Keberlanjutan berdasarkan Indeks Hasil Analisis MDS Nilai indeks Kategori 0,00 25,00 Buruk (tidak berkelanjutan) 25,01 50,00 Kurang (kurang berkelanjutan) 50,01 75,00 Cukup (cukup berkelanjutan) 75,01 100,00 Baik (sangat berkelanjutan) Sumber : Fauzi (2002)

12 56 Posisi status keberlanjutan sistem yang dikaji diproyeksikan pada garis mendatar dalam skala ordinasi yang berada diantara dua titik ekstrim, yaitu titik ekstrim buruk dan baik yang diberi nilai indeks antara 0 sampai 100 persen, Dalam analisis MDS dengan menggunakan sorftware RAPFISH yang telah dimodifikasi di komputer, sekaligus dilakukan analisis Leverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai Stress, dan nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) yang merupakan program satu paket dengan program MDS. Pertama, analisis Leverage digunakan untuk mengetahui atribut- atribut yang sensitif, ataupun intervensi yang dapat dilakukan terhadap atribut yang sensitif untuk meningkatkan status keberlanjutan wilayah pesisir. Penentuan atribut yang sensitif dilakukan berdasarkan urutan prioritasnya pada hasil analisis Leverage dengan melihat bentuk perubahan root mean square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar nilai perubahan RMS, maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam peningkatan status keberlanjutan, atau dengan kata lain, semakin sensitif atribut tersebut dalam keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir di lokasi penelitian. Kedua, analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh kesalahan dalam proses analisis yang dilakukan, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil analisis dinyatakan dalam bentuk nilai indeks Monte Carlo, yang selanjutnya dibedakan dengan nilai indeks hasil analisis MDS. Apabila perbedaan kedua nilai indeks tersebut kecil, mengindikasikan bahwa : (a) kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (b) variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, (c) proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil, (d) kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Ketiga, nilai stress dan koefisien determinasi (R 2 ) berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan atribut, untuk mencerminkan dimensi yang dikaji secara akurat (mendekati kondisi sebenarnya). Nilai ini diperoleh dari pemetaan terhadap dua titik yang berdekatan, dimana titik tersebut diupayakan sedekat mungkin terhadap titik asal dalam skala ordinasi. Teknik ordinasi (penentuan jarak) dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distance yang dalam ruang berdimensi n (Fauzi, 2002) dengan persamaan :

13 57... (9) Titik tersebut kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak euclidian (d ij) dari titik i ke titik j dengan titik asal ( d ij ) dengan persamaan : ; e adalah error... (10) Dalam meregresikan persamaan di atas digunakan teknik least squared bergantian yang didasarkan pada akar dari Euclidian Distance (squared distance) atau disebut metode algoritma ASCAL. Metode ini mengoptimalisasi jarak kuadrat ( squared distance=d ijk ) terhadap data kuadrat (titik asal= o ijk ) yang dalam tiga dimensi ( i,j,k ) yang disebut S-stress dengan persamaan :... (11) Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004), nilai stress yang dapat diperbolehkan adalah apabila berada dibawah nilai 0,25 (menunjukkan hasil analisis sudah cukup baik). Sedangkan nilai R 2 diharapkan mendekati nilai 1 (100%) yang berarti bahwa atribut-atribut yang terpilih saat ini dapat menjelaskan mendekati 100 persen dari model yang ada Analisis Efektifitas Program CSR Pesisir Tingkat efektifitas Program CSR terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dapat diketahui dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA). Metode IPA pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James (1977), Analisis ini digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja CSR dengan harapan masyarakat berdasarkan indikator-indikator yang di analisis. Disamping untuk menunjukkan sejauh mana terjadi kesenjangan antara kinerja dan harapan, IPA juga memberikan rekomendasi program apa yang perlu untuk dilanjutkan, serta program apa yang disarankan untuk ditinggalkan. Melalui analisis ini diidentifikasi program yang baik dan mana program yang tidak baik.

14 58 Penerapan teknik IPA dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi pilihan yang diamati. Daftar atribut-atribut dapat dikembangkan dengan mengacu kepada literatur-literatur, melakukan interview, dan menggunakan penilaian manajerial. Di lain pihak, sekumpulan atribut yang melekat kepada barang atau jasa dievaluasi berdasarkan seberapa penting masing-masing produk tersebut bagi responden dan bagaimana kinerja tersebut dipersepsikan oleh responden. Setelah menentukan atribut-atribut yang layak, responden ditanya dengan dua pertanyaan. Satu adalah atribut yang menonjol dan yang kedua adalah kinerja perusahaan yang menggunakan atribut tersebut. Dengan menggunakan mean, median atau pengukuran ranking, skor kepentingan dan kinerja atribut dikumpulkan dan diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi atau rendah; kemudian dengan memasangkan kedua set rangking tersebut, masing-masing atribut ditempatkan ke dalam salah satu dari empat kuadran kepentingan kinerja (Crompton dan Duray, 1985). Skor mean kinerja dan kepentingan digunakan sebagai koordinat untuk memplotkan atribut-atribut individu pada matriks dua dimensi yang ditunjukkan pada gambar berikut: D A GAP KUADRAN I PRIORITAS UTAMA KUADRAN II PERTAHANKAN PRESTASI E KUADRAN III PRIORITAS RENDAH KUADRAN IV BERLEBIHAN Gambar 8. Importance Performance Analysis (Crompton dan Duray, 1985) Keterangan : A : Faktor yang akan dievaluasi AD : Apa yang diharapkan dari faktor A AE : Fakta-fakta mengenai A DE : Gap, yaitu perbedaan antara harapan (D) dan kenyataan (E)

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal² iis_arsyad@yahoo.co.id ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 51 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 52 Kota Bontang terletak antara 117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN KANAAN, KELURAHAN GUNUNG TELIHAN KELURAHAN GUNTUNG, KELURAHAN API-API, KELURAHAN GUNUNG ELAI DAN KELURAHAN TANJUNG LAUT INDAH

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a.

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juni hingga Desember 2006. Lokasi penelitian adalah beberapa desa di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober 2006. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tinjauan lapang dilaksanakan pada bulan April tahun 2010 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September tahun 2010 di Kabupaten Cirebon. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salahsatu sumberdaya utama dalam pembangunan. Tata ruang menata dan merencanakan seoptimal mungkin dalam memanfaatkan lahan yang ketersediaannya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

3 METODE UMUM PENELITIAN

3 METODE UMUM PENELITIAN 47 3 METODE UMUM PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 yang meliputi tahap-tahap : persiapan, pengumpulan data primer/sekunder, dan pengolahan/analisa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Marlenny Sirait Abstrak Kabupaten Kupang merupakan salah satu perairan yang secara

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Sigit Pranoto F34104048 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 251-286X Volume No. 1 Edisi Maret 12 Hal. 45-59 ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN Oleh: Asep Suryana

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT. Unilever Indonesia, Tbk. merupakan perusahaan yang berupaya mengutamakan prinsip tanggung jawab sosial dengan mendorong perkembangan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 14 kabupaten/kota. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA SEBELUM DAN SETELAH PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH. Gilang Wirakusuma, Hani Perwitasari, Irham

PERAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA SEBELUM DAN SETELAH PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH. Gilang Wirakusuma, Hani Perwitasari, Irham Wirakusuma, G., dkk. Peran Sektor Pertanian... PERAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA SEBELUM DAN SETELAH PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH Gilang Wirakusuma, Hani Perwitasari, Irham Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan melakukan mitra kerja dengan

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjul mengenai variable yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan,

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah penyerahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Maraknya persaingan industri sampo di Indonesia, membuat perusahaan berlomba-lomba untuk mempromosikan produknya dengan melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung Sebagai Refrensi B. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN BARAT- MALAYSIA UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus Kecamatan Dekat Perbatasan Kabupaten Bengkayang) SUSTAINABILITY ANALYSIS OF WEST

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengembangan sumber daya mineral yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat mendukung bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kekayaan pariwisata dan budayanya. Kepariwisataan di Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi salah satu industri besar

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perusahaan memiliki strategi tertentu untuk memenangkan persaingan dalam pasar HP yang mereka hadapi. Persaingan yang ketat membuat perusahaan HP harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sangat strategis kaya akan sumber daya alam serta kaya akan sektor pariwisatanya. Kepariwisatawan di Indonesia telah tumbuh dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian Besarnya potensi sumberdaya laut Kabupaten Halmahera Utara dan masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir terutama nelayan menjadi alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai kartanegara yang merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai kartanegara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 3 No. 3, Desember 2016: 175-187 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 http://dx.doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i3.16250 KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga. Waktu penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat wisata yang ada di Bogor, diantaranya yaitu kebun raya Bogor, taman wisata mekarsari, taman matahari, dan taman safari

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi mengharuskan Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara-negara lain. Agar mampu bersaing Indonesia harus memantapkan terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI 3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu di Kota Serang menyediakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan berupa pelayanan kebutuhan BBM, air bersih, es, dermaga,

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai ekuitas merek ini dilakukan di Kota Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena kota ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di CV. Duta Luwak Brother s Link Jln. Raden Intan Gg. Menako No.111 Way Mengaku Kec.Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghitung berbagai indikator pokok yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Kepuasan Penumpang Kepuasan penumpang merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen jasa

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan asosiatif. Menurut (Sugiyono2007, p11), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR Tri Azrul Disyamto 1, Syaiful Hadi 2,Fajar Restuhadi 2 Jurusan Agribisnis

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Kondisi Geografis dan Administratif Kawasan Minapolitan Bontonompo terletak di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Gowa terletak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kota Bontang Bidang Industri Berbasis Petrokimia Tahun 2018

Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kota Bontang Bidang Industri Berbasis Petrokimia Tahun 2018 Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kota Bontang Bidang Industri Berbasis Petrokimia Tahun 2018 TEMA RKPD Prov. Kaltim Tahun 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci