BAB I PENDAHULUAN. dominan di Korea, oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis kepentingan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dominan di Korea, oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis kepentingan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul penelitian ini adalah kepentingan Amerika Serikat dalam reunifikasi di Semenanjung Korea. Amerika Serikat adalah salah satu faktor eksternal yang dominan di Korea, oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis kepentingan Amerika Serikat dalam reunifiksi Korea. Kepentingan Amerika Serikat dalam reunifikasi Korea akan menjelaskan tindakan yang dilakukan oleh salah satu negara adidaya ini di Korea maupun di Asia Timur secara keseluruhan. Keamanan adalah salah satu masalah mendasar bagi sebuah negara-bangsa. Ia merupakan salah satu syarat penting agar suatu negara-bangsa dapat bertahan hidup dalam sistem internasional. Hal itu adalah dasar pemikiran kaum realis, yang percaya bahwa keberadaan negara lain dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi suatu negara. 1 Situasi yang dipenuhi dengan rasa ketidakpercayaan dan perasaan saling terancam kemudian menyebabkan tiap-tiap negara harus mampu menjamin keamanannya sendiri dengan berbagai upaya. Lebih jauh dalam upaya menjaga keamanan nasional, sebuah negara dapat pula menjadi ancaman bagi negara lain. Hal ini menyebabkan hampir sebagian besar konflik dan perang yang terjadi antarnegara di dunia karena masing-masing negara mencoba melindungi keamanan nasionalnya. 1 B. Buzan, People, States and Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post- Cold War Era, London, 2nd Edn, Harvester Wheatsheaf, 1991, p. 1. 1

2 Berakhirnya Perang Dingin pada 1991 mengakibatkan perubahan mendasar pada tatanan internasional. Di antaranya ialah negara-negara di dunia justru lebih menyadari betapa pentingnya membangun kerja sama dengan negara lain daripada meningkatkan derajat ketegangan dan permusuhan. Kejatuhan rezim komunis di Uni Soviet (US) membuat Amerika Serikat (AS) tampil sebagai pemenang dalam Perang Dingin momentum itu sekaligus memperkokoh pemikiran bahwa liberalisme adalah paham yang paling baik untuk diterapkan dalam berbagai pemerintahan, terlebih dalam melihat relasi antarnegara-bangsa di dunia. Bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur menjadi satu negara Jerman yang menganut liberalisme, juga kian memperlihatkan keunggulan paham liberalisme. Hampir setiap kawasan di dunia membangun forum kerjasama regional guna membangun kemitraan yang lebih erat dikawasan mereka. Keadaan yang berbeda justru terjadi di kawasan Asia Timur. Meski negaranegara di kawasan ini mulai membangun berbagai forum komunikasi dan kerja sama antarnegara, tetapi menariknya, masalah keamanan masih merupakan aspek yang sangat kritis dan krusial. Dinamika keamanan regional di kawasan Asia Timur berkisar pada tiga isu sentral, yaitu pertama, masalah hubungan Jepang dengan negara-negara tetangganya terkait dengan masalah warisan Perang Dunia, kedua, ketegangan hubungan antara Cina dan Taiwan, serta ketiga, perang yang tidak terselesaikan antara dua negara di Semenanjung Korea. 2 Kompleksitas hubungan 2 B. Buzan and O. Waever, Regions and Power The Structure of International Security, Cambridge, Cambridge University Press, 2003, p

3 antarnegara di kawasan ini menjadikan kadar dan potensi konflik yang ada semakin membesar. Selain itu, tingkat kecurigaan yang tinggipun menjadikan kawasan ini sulit untuk membangun forum kerjasama di tingkat regional. Konflik antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) adalah warisan Perang Dingin. Pecahnya Semenanjung Korea menjadi dua negara, yakni Korut dan Korsel, sejak tahun 1950-an adalah dampak dari persaingan AS dan US. Rivalitas ideologi antara dua kekuatan adiddaya internasional, AS dan US mendorong keduanya untuk melakukan perluasan hegemoni ke berbagai kawasan, termasuk di Semenanjung Korea. 3 Sekalipun Perang Dingin telah berakhir lebih dari dua dekade yang lalu, tetapi Korut dan Korsel hingga kini masih terpisah secara ideologi dan pemerintahan. Meskipun melewati jalan yang berbeda, baik Korut maupun Korsel tetap menginginkan Korea yang bersatu. Reunifikasi Korea adalah usulan penyatuan kembali Korut dan Korsel di bawah satu pemerintahan. Semenjak berakhirnya Perang Korea ( ), bukan berarti kedua negara ini tidak melakukan upaya reunifikasi. Akan tetapi, masing-masing mereka memiliki konsep yang berbeda dalam reunifikasi. Di satu pihak, Korut menghendaki Korea bersatu dibawah bendera komunis. 4 Sementara, Korsel, di sisi lain, ingin mempersatukan seluruh semenanjung dengan kepemimpinan yang sifatnya liberal demokratis. Karena konsep yang berbeda 3 S.M. Hanes and R. C. Hanes, Cold War Biographies, Volume 2: K-Z, The Gale Group, Inc., 2004, p. vii, introduction. 4 C.K. Amstrong, Inter-Korean Relations : A North Korean Perspective dalam Inter-korean Relations, Problems and Prospect, S. S. Kim (Eds), New York, Plagrave Macmillan, 2004, p

4 inilah, yang menyebabkan kedua Korea mengalami masa yang cukup sulit dalam mencapai reunifikasi. 5 Dari masa ke masa, upaya reunifikasi terus dilakukan, mulai dari penggunaan kekuatan militer hingga menempuh jalur diplomasi. Dapat dikatakan, Korsel merupakan pihak yang paling berkeinginan untuk mewujudkan satu Korea, terlebih sejak tahun 1960, ketika Presiden Rhee Syngman digulingkan dari posisinya sebagai pemimpin Korsel. Rhee merupakan Presiden pertama Korsel, ia memiliki hubungan yang dekat dengan AS. Kedekatannya dengan AS itu memberi pengaruh yang berarti terhadap bentuk pemerintahan Korsel. Hampir seluruh kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintahan Korsel mendukung peerintahan AS. 6 Dengan kata lain, campur tangan AS sangat terasa pada masa pemerintahan Rhee. Akibatnya sikap ini membuat Korut semakin jauh dari reunifikasi. Sejak awal, Korut memang melihat AS sebagai ancaman. Kedekatan Korsel dengan AS, terutama pada masa Perang Dingin menjadikan Korut pesimis terhadap upaya reunifikasi dengan jalan yang damai meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa Korut mendapatkan dukungan dari dua negara komunis besar saat itu, US dan Cina. AS dan US yang merupakan aktor utama dalam Perang Dingin berhadapan langsung di Semenanjung Korea. Korea, oleh karena, itu menjadi bentuk nyata dari Perang dingin itu sendiri. 5 S. Snyden, Inter-Korean Relations : A South Korean Perspective dalam Inter-korean relations, Problems and Prospect, S.S. Kim (Eds), New York, Plagrave Macmillan, 2004, p J.W. Kim, Devided Korea, The Politics of Development , Seoul, South Korea, Hollym International Publisher, 1997, p

5 Pada saat Presiden Rhee digulingkan dari jabatannya, sempat muncul anggapan bahwa AS juga akan kehilangan sebagian besar pengaruhnya di Korsel. Anggapan tersebut tidak terbukti, karena faktanya pemimpin Korsel setelah Rhee juga mempunyai sikap yang tidak jauh berbeda; ia memliki kedekatan yang kuat dengan AS. Lebih jauh lagi, kerjasama pertahanan AS-Korsel kian kuat sehingga kondisi itu berdampak signifikan kepada hubungan antar-korea yang semakin renggang. Korut selalu memiliki persepsi bahwa AS dan Korsel bisa menyerang mereka sewaktu-waktu. Untuk mengantisipasi serangan AS-Korsel, Korut membangun kekuatan militer dan melengkapi persenjataannya dengan hulu ledak nuklir sebagai bentuk pertahanan diri yang kuat. 7 Hubungan antar-korea kembali menjadi perhatian dunia pada tahun 2000, ketika Presiden Korsel pada saat itu, Kim Daejung, mengunjungi dan bertemu dengan pemimpin Korut, Kim Jong Il. Mereka mengadakan pertemuan puncak kedua negara. Harapan untuk bersatunya kedua negara kembali muncul karena dua pemimpin menyepakati beberapa usulan kerjasama yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan antara utara dan selatan. Kebijakan Kim Daejung yang sangat terkenal, yakni Sunshine Policy, disambut baik oleh Korut. Alhasil, hubungan kedua Korea mulai menuju kearah yang lebih baik dan itu diharapkan pula dapat mewujudkan 7 G. Ford & S. Kwon, North Korea on the Brink, Struggle for Survival, London, Pluto Press, 2008, p

6 reunifikasi dengan cara yang damai. 8 Terlebih kedua Korea juga mengadakan kerjasama dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Namun tantangan yang dihadapi sunshine policy adalah soal hubungan AS dan Korsel. Manakala AS menjalin hubungan yang baik dengan Korsel, di satu pihak, maka dipihak lain yang terjadi justru sebaliknya, AS memperlakukan Korut dengan keras. Dalam suatu pidatonya pada tahun 2002, mantan Presiden AS, George W. Bush di depan state of union menyatakan dengan jelas bahwa Korut, bersama Irak dan Iran, adalah axis of evil (poros setan), yaitu sekelompok negara yang membahayakan perdamaian dunia. Bagi AS sendiri, Korut yang secara konsisten mengembangkan senjata nuklir dimaknai sebagai ancaman nyata yang dapat membahayakan perdamaian dunia, khususnya stabilitas di Asia Timur. Sedangkan bagi Korut, pernyataan AS ini dianggap tidak pantas. Korut menuntut AS untuk menghilangkan nama negara mereka dari daftar axis of evil tersebut. Komunikasi AS-Korut yang sempat berjalan baik sejak tahun 1998 kembali berada dalam kondisi kritis. Puncaknya adalah ketika Korut secara terang-terangan mengaktifkan kembali program nuklir mereka yang sebelumnya dibekukan dan juga mengeluarkan diri dari perjanjian Non Proliferation Nuclear (NPT). Dengan keluarnya Korut dari forum six party talks, semakin menghambat komunikasi dan diskusi dengan AS, mengingat hanya dalam forum ini Korut dan AS berhadapan langsung terkait masalah nuklir. Pasang-surut hubungannya dengan Korut semakin 8 K.S. Kim, Inter-Korean Relations and the future of the Sunshine policy, the Journal of East Asian Affairs,Vol. XVI, No. 1 Summer 2002, Seoul, The Research Institute for International Affairs, 2002, p

7 menyulitkan AS untuk mengawasi perkembangan nuklir Korut, sehingga nuklir Korut kemudian masuk dalam ancaman yang harus diwaspadai dalam National Security Strategy AS semenjak tahun Uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korut pada tahun 2006 dan 2009 serta beberapa serangan terhadap Korsel sepanjang tahun 2010 menjadikan hubungan kedua negara kembali menjauh. Hingga saat ini, reunifikasi di Semenanjung Korea masih belum bisa diwujudkan. Berbagai upaya yang dilakukan mendapatkan banyak hambatan, baik itu hambatan yang berasal dari dalam negeri kedua Korea maupun hambatan eksternal. Dari dalam negeri, ada ideologi Juche-nya Korea Utara yang dianggap sebagai dasar perilaku yang cukup ekstrem, yaitu keinginan penyebaran komunis di seluruh Semenanjung Korea jika memang kedua Korea bersatu. 9 Sedangkan dari pihak Korsel, beberapa kelompok garis-keras menginginkan tindakan yang tegas untuk mewujudkan reunifikasi, termasuk dengan cara penggunaan kekuatan militer. Semenjak tahun 2008, ketika Lee Myunbak menjabat sebagai Presiden Korsel, sebagian besar tindakan yang berhubungan dengan Korut melibatkan aktor eksternal, yaitu AS. Relasi AS dan Korsel yang sedemikian akrab menjadikan Korut bersikap pesimis terhadap upaya perwujudan reunifikasi lewat jalan damai yang selama ini telah dirintis sejak masa kepemimpinan Korsel terdahulu, Kim Daejung dan Roh Moo-hyun. Sikap agresif Korut yang secara terang-terangan berani 9 C.K. Amstrong, Inter-Korean Relations : A North Korean Perspective dalam Inter-korean Relations, Problems and Prospect, p

8 menyerang Korsel bermakna bahwa hubungan dua Korea berada di titik yang buruk dan bahkan semakin jauhnya harapan kearah penyatuan kembali dua Korea. AS di bawah kepemimpinan Barack Obama semakin memainkan peran penting dalam hubungan dua Korea. Secara tidak langsung, keberhasilan reunifikasi akan sangat tergantung pada bagaimana negara adidaya itu memainkan posisi dan peran kuncinya di tingkat regional Asia Timur dan di level internasional. Tindakan AS menghadapi Korea akan selalu berjalan beriringan dengan kepentingan AS di Semenanjung tersebut. Kepentingan AS dalam upaya reunfikasi Korea inilah yang akan menjadi fokus dalam tesis ini, terutama semenjak tahun 2008, ketika AS berada dibawah kepemimpinan Presiden Barack Obama. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, bahwa AS memiliki kepentingan yang krusial dalam hubungan antara dua Korea, khususnya menyangkut isu reunifikasi di Semenanjung Korea. Sehingga, di dalam tesis ini, peneliti berupaya menjawab satu pertanyaan mendasar, yaitu : Apa kepentingan Amerika Serikat dalam reunifikasi di Semenanjung Korea? Penelitian akan dibatasi pada peran AS terhadap reunifikasi di Semenanjung Korea dari tahun C. Signifikansi atau Relevansi Pertanyaan Penelitian 8

9 Reunifikasi merupakan tujuan nasional yang ingin dicapai, baik Korut maupun Korsel. Hingga tesis ini ditulis, kedua negara masih berupaya untuk mencapai reunifikasi tersebut. Berbagai usaha untuk mencapai reunifikasi telah dilakukan semenjak tahun 1960an. Akan tetapi reunifikasi itu tidak akan terwujud tanpa terlebih dahulu mengakhiri ketegangan dan permusuhan antara Utara dan Selatan, termasuk membangun kepercayaan diantara keduanya agar dapat hidup dengan damai. Upaya reunifikasi semenanjung Korea tidak hanya melibatkan Korut dan Korsel, tapi juga melibatkan semua negara tetangga mereka yang berada di kawasan Asia Timur dan juga AS. Keberadaan AS di wilayah Asia Timur memberi sumbangan terhadap dinamika hubungan antara Korut dan Korsel. Selama lebih dari setengah abad, AS menjadi salah satu tokoh dominan dalam menghadapi masalah di Semenanjung Korea, termasuk dalam masalah reunifikasi. Penelitian ini berupaya menemukan kepentingan AS dalam reunifikasi di Semenanjung Korea yang nantinya dapat menjelaskan latar belakang AS terlibat dalam upaya-upaya reunifikasi di Korea serta pengaruhnya dalam upaya reunifikasi itu sendiri. D. Reviu Literatur Terdapat beberapa literatur yang membahas keterlibatan AS dalam upaya reunifikasi dua Korea yang digunakan oleh penulis guna membantu dalam pembuatan tesis ini. Antara lain adalah buku yang berjudul A Troubled Peace, U.S. Policy and the Two Koreas. Buku ini menganalisis hubungan Amerika Serikat (AS) dan kedua 9

10 Korea dari awal masuknya AS di semenanjung tersebut. 10 Secara garis besar, buku ini membahas kebijakan luar negeri AS terhadap Semenanjung Korea dipengaruhi oleh situasi internasional, dimulai ketika AS yang tergabung dalam pasukan sekutu menjadi salah satu pengawas di Korea setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet ( US).Setelah Perang Dingin berakhir, kebijakan yang diambil oleh AS-pun mengalami pergeseran, dari containment to engagement (yang terjadi pada masa Presiden Clinton), hingga model diplomasi hegemoni (yang dilakukan oleh AS semasa pemerintahan Bush). Buku ini lebih banyak membahas tentang kebijakan AS di Korea yang mengalami perubahan sesuai dengan situasi internasional. Sementara, meskipun pembahasan didalam tesis ini hampir serupa dengan yang telah dielaborasi Lee, akan tetapi, penulis lebih melihat kepentingan AS dalam hubungannya dengan reunifikasi Korut dan Korsel. Buku ini menjadi rujukan penulis untuk menambah informasi mengenai hubungan AS dengan keadaan di Semenanjung Korea. Buku yang berjudul The Two Koreas and The Great Powers, yang salah satu babnya menguraikan hubungan AS dengan dua Korea. 11 Hampir serupa dengan bahasan dalam buku A Troubled Peace, U.S. Policy and the Two Koreas, yang telah penulis kemukakan di bagian awal, buku ini juga memaparkan perubahan-perubahan strategi kebijakan luar negeri AS selama masa pendudukannya di Korea. Mulai dari 10 C.J. Lee, A Troubled Peace, U.S. Policy and the Two Koreas, Maryland, The John Hopkins university Press, S. S.Kim, The Two Koreas and The Great Powers, New York, Cambrige University Press, USA by Cambrige University Press,

11 masa awal Perang Dingin, AS menjadikan Korsel bersama dengan Jepang sebagai dinding pembendung pengaruh komunisme yang masuk ke wilayah lainnya dia Asia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di kawasan Asia Timur terus mendapat respon dari AS dengan memperbaiki posisi -nya dalam lingkaran peristiwa tersebut. Hanya saja, dalam bukunya hampir keseluruhannya membahas mengenai sejarah AS di Korea, tidak secara spesifik menyebutkan kepentingannya. Disamping buku diatas, ada beberapa buku lainnya yang penulis reviu. Korean Endgame, A Strategy for Korean Reunification and U.S. Disengagement, yang membahas tentang sejarah keterlibatan AS dalam hubungan Korut dan Korsel. Buku ini singkat menjelaskan mengenai hubungan AS dengan negara-negara Asia Timur, kepentingan AS, pandangan AS serta keadaan militer AS di kawasan Asia Timur juga. Buku ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk membantu menggambarkan sejarah hubungan AS dengan kawasan Asia Timur. 12 Buku lainnya adalah The Korean Conundrum, America s Troubled Relations with North and South Korea yang menggambarkan tentang hubungan yang dibangun oleh Amerika Serikat dengan kedua Korea. 13 Bagaimana AS tetap menjaga hubungan keamanannya dengan Korsel dan sikap yang dilakukan oleh AS ketika Korut memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklir. Carpenter dan Bandow juga menulis tentang kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Timur dan alasan inilah yang membuat 12 S.S. Harrison, Korean Endgame, A Strategy for Korean Reunification and U.S. Disengagement, New Jersey, Princeton University Press, T.G.Carpenter and D. Bandow, The Korean Conundrum, America s Troubled Relations with North and South Korea, Hampshire, Palgrave Macmillan,

12 Amerika Serikat cukup banyak terlibat dalam permasalahan region tersebut, khususnya masalah Semenanjung Korea. Buku ini memberi informasi kepada penulis untuk melihat kepentingan AS sebagai salah satu dari Great Powers di Semenanjung Korea yang memberi pengaruh terhadap upaya reunifikasi kedua Korea. Buku lainnya adalah Preparing for Korean Unification, Scenario and Implication yang membahas tentang scenario-skenario yang dapat digunakan untuk mewujudkan unifikasi Korea. 14 Secara umum ada empat scenario yang bisa mewujudkan reunifikasi Korea, yaitu penyatuan dan unifikasi dengan jalur damai, penyatuan akibat collaps dan pemaksaan, unifikasi yang dicapai melalui konflik dan intervensi eksternal. Selain membahas scenario, dalam buku ini juga menyebutkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi terhadap kawasan Asia Timur juka reunifikasi terwujud. Buku ini membantu penulis untuk melihat prospek dan tantangan dari reunfikasi Korea. Selain buku, penulis juga menemukan beberapa artikel yang dapat membantu membangun pemahaman dalam penulisan tesis ini. Artikel yang berjudul Prospect from Korean Reunification yang secara garis besar menelaah antusiasme reunifikasi Korea semenjak tahun Artikel yang ditulis oleh Coghlan ini fokus membahas prospek dari reunifikasi ke depannya, bukan melihat bentuk dan upaya dari Korsel dalam reunifikasi dan pihak asing yang terlibat di dalamnya. Artikel ini 14 J.D. Pollack dan C.M. Lee, Preparing for Korean Unification, Scenario & Implication,Wahington D.C, Rand, D. Coghlan, Prospect from Korean Reunification, (online) 2008, < diakses pada 28 Maret

13 secara singkat membahas bagaimana dua Korea memiliki hubungan dengan negaranegara asing disekitar kawasan dan bagaimana pula negara-negara asing tersebut mempertahankan pengaruh mereka. Bila kedua Korea telah bersatu, maka pengaruh negara-negara besar tersebut secara langsung akan berkurang di Asia Timur. Penulis memiliki fokus perhatian yang hampir sama dengan Coghlan mengenai AS dan reunifikasi Semenanjung Korea. Hanya saja penulis akan menjelaskan alasan yang membuat AS terlibat dalam upaya reunifikasi Semenanjung Korea tersebut secara terperinci, terutama pada masa pemerintahan Presiden Obama. Artikel yang berjudul Shouldv the United States support Korean unification, and if so, how? secara umum berisi argument yang menjadi prioritas aliansi AS dan Korsel dalam upaya mewujudkan reunifikasi. 16 Terdapat beberapa alasan yang membuat AS harus mendukung terwujudnya reunifikasi, pertama bahwa reunifikasi adalah jalan terbaik untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Asia Timur, kedua, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata Perang Korea bahwa AS akan mengupayakan untuk membantu Korea bersatu kembali seperti sebelum terjadinya pemisahan, ketiga adalah alasan praktis dan moral. Bahwa dengan reunifikasi akan membantu terwujudnya stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur. Secara moral, AS adalah salah satu pihak yang turut membagi Korea. Artikel ini membantu memberi informasi mengenai dukungan AS terhadap reunifikasi Korea yang 16 D.S. Maxwell, Should the United States support Korean unification, and if so, how? International Journal of Korean Studies, Vol. XVIII, No

14 merupakan fokus dari penelitian penulis. Hanya saja penulis mencoba untuk menggali kepentingan AS yang ada dalam upaya reunifikasi Korea. Artikel lainnya adalah US policy interest and the concept of North Korean Neutrality yang terdapat dalam buku The Future of North Korea. Artikel ini menguraikan tentang kepentingan-kepentingan dari AS terhadap Korut yang kemudian mereka refleksikan dengan kebijakan-kebijakan yang ditujukan kepada Korut. Sebagian besar kebijakan AS yang ditujukan kepada Korut adalah mengenai masalah keamanan. Bagi AS, pengembangan senjata nuklir Korut akan selalu menjadi ancaman yang serius bagi stabilitas keamanan di Asia Timur. Kawasan Asia Timur sendiri menjadi salah satu wilayah penting bagi AS mengingat cukup banyaknya kepentingan nasional AS yang berada di wilayah ini. Penulis memiliki fokus yang sama dengan Moltz, hanya saja penulis mencoba meneliti kepentingan AS dalam reunifikasi kedua Korea. Dalam artikel yang berjudul Explaining the US Pivot to Asia yang secara singkat membahas mengenai kebijakan luar negeri AS yang berupaya untuk menyeimbangkan kebijakan luar negeri mereka yang sebelumnya lebih mengarah kepada wilayah Timur Tengah. Melalui kebijakan Pivot ini, kerjasama ekonomi, politik, keamanan dan lainnya lebih ditingkatkan kepada region Asia Pasifik. 17 Artikel ini membantu penulis untuk mengetahui lebih lanjut mngenai kebijakan Pivot 17 K. Campbell and B. Andrews, Explaining the US Pivot to Asia, 2013, diakses pada 24 Maret

15 to Asia yang mulai dijalankan AS semenjak tahun Melalui kebijakan ini, AS lebih mengedepankan hubungannya dengan negara-negara yng berada di kawasan Asia Pasifik. Secara tidak langsung kebijakan ini juga mendukung keberadaan AS di semenanjung Korea..Dari beberapa uraian literatur diatas, penulis mencoba untuk meneliti kepentingan AS dalam upaya reunifikasi di Semenanjung Korea. Meskipun telah banyak tulisan mengenai kepentingan AS dalam hubungan dua Korea, penulis mencoba melihat secara keseluruhan kepentingan AS dalam reunfikasi Korea. Apa yang AS dapatkan dan apa kerugian yang akan dialami AS ketika reunifikasi tersebut terlaksana. Ketertarikan dan kepentingan AS di Semenanjung Korea yang menjadikan alasan mengapa AS turut terlibat dan berperan dalam upaya reunfikasi antara dua Korea tersebut. E. Metodologi Penelitian 1. Konsep Keamanan Nasional Bagi pemikiran realis, struktur internasional adalah anarki, sehingga negaranegara memerlukan power sebagai dasar untuk survive. Oleh karena itu, setiap negara akan mengembangkan power mereka untuk memastikan negara mereka aman dan tujuan nasional mereka terpenuhi. Masalah pertahanan dan keamanan selalu menjadi kepentingan utama dalam politik luar negeri suatu negara, karena keduanya merupakan basis bagi eksistensi negara dan merupakan prasyarat bagi tercapainya tujuan-tujuan negara yang lain. Sebagaimana tujuan politik luar negeri pada 15

16 umumnya, masalah keamanann (security) suatu negara ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh negara lain. Hal ini membuat keamanan nasional menjadi bagian penting dari kepentingan nasional sebuah negara. Menurut realis, kepentingan nasional dapat diartikan sebagai kepentingan negara sebagai unitary actor yang penekanannya pada peningkatan kekuatan nasional untuk mempertahankan keamanan nasional dan survival dari ancaman yang disebabkan oleh negara atau aktor lainnya. 18 Pergesekan antara kepentingan nasional juga dapat memicu terjadinya konflik antar negara. Tentunya setiap negara akan bersikap agresif untuk memenuhi kepentingan nasional mereka. Dengan begitu, tiap negara akan melakukan berbagai upaya untuk menjamin keamanan negara mereka. Peningkatan kemampuan militer, kebijakan dalam mengatasi ancaman dan persenjataan yang memadai merupakan beberapa bentuk upaya negara-negara dalam menjamin keamanan mereka. Selain dari upaya-upaya yang diatas, ada beberapa upaya lain, seperti aliansi pertahanan dan menjaga negara-negara yang dianggap penting dalam konsep keamanan bagi negara yang bersangkutan. Negara akan menjadi sangat egois mengenai kepentingan nasionalnya sehingga mereka melakukan apapun demi memenuhi kepentingan mereka. Maka, ketika terjadi benturan atau konflik dengan negara lainnya yang berbeda kepentingan, maka mereka tidak segan untuk melakukan perang. Dengan adanya ancaman perang karena pergesekan kepentingan itu, negara menjadi cemas akan keselamatan diri 18 A. Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Yogyakarta, Graham Ilmu, 2008, p

17 mereka sendiri sehingga selalu menimbulkan kewaspadaan tinggi terhadap negara lain yang akan mengganggu kepentingannya. Mereka cenderung akan saling curiga kepada negara yang lainnya. Ancaman militer merupakan ancaman paling nyata yang dihadapi oleh sebuah negara. Ancaman ini tidak hanya mengahancurkan unsur vital dalam sebuah negara, namun dapat pula menghancurkan ekosistem serta unsur kehidupan sosial dan politik. Pencegahan ancaman militer hingga saat ini merupakan prioritas setiap negara. Sehingga dapat di katakana bahwa keamanan nasional merupakan bagian penting dalam kepentingan nasional sebuah negara. Para analis keamanan nasional dan pembuat kebijakan khawatir mengenai integrasi teritorial dan pertahanan militer di kawasan perbatasan. Mereka mengartikan keamanan sebagai kedaulatan Negara. Sudah menjadi sifat dalam konflik yang terjadi bahwa negara harus dapat memenuhi kebutuhan sumber-sumber mereka untuk bertahan dan melindungi rakyat mereka. Teori keamanan selalu sepakat dengan Hans Morgenthau yang memiliki argumen bahwa setiap negara harus fokus terhadap kekuatan nasional sebagai pelindung dari kepentingan nasional. 19 Menurut Barry Buzan dalam People, States and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era bahwa penerapan strategi keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek-aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kerentanan) negara tersebut. Bahwa ketidakamanan merupakan refleksi 19 H. Smith (ed.), Reconstituting Korean Security, A Policy Primer, Tokyo, United Nation University Press, 2007, p

18 gabungan dari ancaman dan kerentanan yang mana keduanya tidak dapat dipisahkan. 20 Ancaman dan kerentanan merupakan dua konsep yang berbeda namun memiliki keterkaitan yang erat di dalam perwujudan keamanan nasional. Suatu ancaman terhadap keamanan nasional yang dapat dicegah akan mengurangi derajat kerentanan suatu negara pada keamanan nasionalnya. Kedua aspek dari keamanan nasional tersebut sangat ditentukan oleh kapabilitas yang dimiliki negara tersebut. 21 Buzan membagi ancaman menjadi beberapa tipe dalam sektor tertentu, yaitu : 1. Keamanan militer, merupakan keamanan tradisional yang menjadi jantung dalam kepentingan nasional. Keamanan militer mencakup interaksi antar dua tingkat dan kekuatan yaitu kemampuan defensif dan persepsi militer mengenai intensi masing-masing pihak. 2. Keamanan Politik, yaitu ancaman terhadap stabilitas organisasi suatu negara atau sistem pemerintahan serta ideologi yang dapat mempengaruhi sistem dalam negara tersebut. 3. Keamanan ekonomi, yaitu ancaman terhadap akses pada sumber daya finansial maupun pasar yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan negara. 20 B. Buzan, People,States, and Fear: An Agenda For International Security Studies in the Post- Cold War Era, p B. Buzan, People,States, and Fear: An Agenda For International Security Studies in the Post- Cold War Era, p

19 4. Keamanan sosial, yaitu ancaman terhadap kemampuan untuk mempertahankan dan menghasilkan pola-pola tradisional dalam bidang bahasa, kultur, agama dan identitas nasional. 5. Keamanan lingkungan, merupakan bentuk ancaman terhadap pemeliharaan lingkungan local sebagai pendukung utama kelangsungan hidup manusia. 22 Karena menggunakan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sebuah negara secara langsung dan berdampak terhadap banyak sektor kehidupan, ancaman militer merupakan prioritas utama dalam keamanan nasional. Menurut Buzan, ancaman militer bisa juga terjadi secara tidak langsung. Sasarannya tidak langsung mengancam terhadap negara itu sendiri, melainkan berdampak kepada kepentingan eksternal negara tersebut yang menyangkut langsung dengan masalah keamanan negara, misalnya mengancam aliansi mereka. 23 Hal ini yang mendorong banyak Negara bergabung dalam kelompok atau aliansi keamanan, dengan tujuan untuk mempermudah mendapat perlindungan dan jaminan keamanan. AS adalah salah satu negara yang sangat konsen terhadap keamanan nasionalnya. Sehingga keamanan nasional AS menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan didalam kepentingan nasional yang harus dicapai oleh negara tersebut. Paska Perang Dunia II, AS mengembangkan konteks modern mengenai keamanan nasional yang berisi persyaratan dasar untuk menjaga kelangsungan hidup suatu 22 B. Buzan, People,States, and Fear: An Agenda For International Security Studies in the Post- Cold War Era, p B. Buzan, People,States, and Fear: An Agenda For International Security Studies in the Post- Cold War Era, p

20 Negara adalah dengan mempergunakan instrumen ekonomi, kekuatan politik, diplomasi dan kekuatan militer. 24 Dalam konstitusi AS, tanggung jawab utama dari pemerintahan AS adalah melindungi warga Amerika. Lebih dari 200 tahun tentara AS telah melakukan tugas mereka untuk melindungi seluruh warga negara AS dari berbagai bentuk ancaman, baik itu dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar. 25 Masalah keamanan telah menjadi salah satu alasan AS untuk melakukan tindakan seperti serangan militer atau perang, terhadap ancaman yang dianggap dapat membahayakan negara mereka. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II juga dikarenakan ancaman yang diterima negara tersebut dari serangan-seragan yang dilakukan oleh pihak lawan. Setelah Perang Dunia II berakhir dengan AS menjadi salah satu dari negara pemenang perang, dan duduk menjadi anggota tetap DK PBB. Pembagian Korea dalam wilayah AS dan US setelah Perang Dunia II berakhir merupakan ekspresi yang menunjukkan bahwa kedua negara yang bersangkutan memiliki kepentingan di wilayah tersebut. 26 Apapun kepentingan tersebut, pada masa Perang Dingin, semenanjung Korea merupakan aset yang cukup berharga bagi AS dan US. Adanya persaingan antara komunis dan liberal semakin mempertajam perbedaan antara Korut dan Korsel, dan semakin jauh pula hubungan kedua negara 24 R Nugroho, National Security Policy, Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014, p National Defense Strategy June 2008, Departmen of Defense Unites States of America, diakses dari be1e-2c24- a6a8c &lng=en&id=154949, pada 16 Desember H.J. Morgenthau, Politics Among Nations: the Struggle for Power and Peace, 6th edn, edisi Bahasa Indonesia Politik Antarbangsa, diterjemahkan oleh S.Maimoen, A.M. Fatwan dan Cecep Sudrajat, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010, p

21 kearah reunifikasi. Hingga Perang Dingin berakhir, AS masih menjadi aktor penting dalam hubungan dua Korea. Hal ini menjadikan isu reunifikasi Korea masuk kedalam daftar kepentingan AS, terutama jika berkaitan langsung dengan nuklir Korut dan stabilitas keamanan kawasan Asia Timur. Program pengembangan nuklir yang dilakukan oleh Korut tidak hanya menjadi ancaman bagi regional Asia Timur, tetapi juga bagi AS yang memiliki aliansi dan kepentingan di kawasan tersebut. Meski demikian, bukan berarti kedua Korea tidak ingin kembali menjadi satu negara. Anggapan bahwa reunifikasi dapat membawa perdamaian dalam jangka panjang di Korea menjadikan isu reunifikasi mendapat perhatian oleh AS. AS harus menjamin kepentingan nasional mereka terjamin di kawasan Asia Timur, termasuk keamanan nasional mereka yang berkaitan dengan bentuk reunifikasi. Jika reunifikasi terwujud, dan Korea bersatu, baik itu dalam bentuk komunisme Korut atau menjadi negara demokrasi seperti Korsel, maka akan mempengaruhi keberadaan AS di kawasan ini, dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap kepentingan nasional mereka. Konsep keamanan nasional digunakan dalam penelitian ini untuk membantu menganalisis kepentingan AS dalam reunifikasi Korea. 2. Konsep Balance of Power Power adalah salah satu cara yang digunakan untuk mempengaruhi pihak lain. Hal ini menjadikan power sebagai kekuatan yang diperlukan sebuah negara untuk menjaga kedaulatan dan eksistensi mereka. Definisi power menurut Morgenthau pada dasarnya adalah kontrol manusia terhadap pikiran dan perilaku manusia lainnya atau kemampuan untuk mengatur tindakan sesuai dengan cara yang 21

22 diinginkan. 27 Dalam hubungan internasional, power erat kaitannya dengan kepentingan nasional, setiap negara berlomba-lomba untuk mendapatkan power guna menjamin kepentingan negara mereka. Balance of power merupakan salah satu konsep realis yang didasarkan pada asumsi, pertama, Negara, minimal akan berusaha untuk menjaga kedaulatannya, dan maksimal akan berusaha untuk menguasai negara-negara lainnya. Asumsi kedua adalah keseimbangan politik dalam kelompok negara dapat dipelihara jika power didistribusikan di antara negara-negara itu, sehingga tidak ada satu negara atau gabungan negara yang memperoleh kekuatan gabungan negara yang memperoleh kekuatan dominan atas negara lain. Melalui cara perimbangan kekuatan, setiap negara dapat melindungi kebebasan dan kedaulatan negaranya, atau dapat menangkal setiap ancaman serangan dari negara lain. Oleh karena itu, setiap negara akan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan ekonomi, militer dan kekuatan-kekuatan strategis lainnya, sebagai usaha-usaha internalnya atau dapat juga dengan memperkuat aliansinya untuk menangkal dan melemahkan kekuatan musuh sebagai usaha eksternalnya. 28 Jadi balance of power menekankan pada efektifitas kontrol terhadap kekuatan sebuah Negara oleh kekuatan Negara-negara lain. Secara teoritis, balance of power menganggap bahwa kekuatan internasional khususnya, upaya sebuah Negara yang 27 P. Toledo, Classic Realism and the Balance of Power Theory, Toronto, Glendon Papers, Vol. 4, Desember 2005, hlm D. Krisna, Kamus Politik Internasional, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993, p

23 hendak menguasai sebuah kawasan tertentu, akan dapat membentuk peningkatan kekuatan dari satu Negara atau lebih. Dalam keadaan yang demikian, proses keseimbangan kekuatan dapat mendorong terciptanya dan terjaganya stabilitas hubungan antar Negara yang beraliansi karena merasa terancam oleh kekuatan yang muncul di awal tersebut. Hal ini dapat menjelaskan alasan banyak negara melakukan aliansi dan kerjasama pertahanan untuk menghindari ancaman yang muncul dari sebuah negara. Dan yang lebih utama, kontrol dapat dilakukan untuk mengurangi resiko munculnya negara dominan yang agresif. Menurut Morgenthau, balance of power dapat artikan menjadi sebagai sebuah situasi atau sebagai sebuah kebijakan. Jika dilhat sebagai sebuah situasi, balance of power dibagi menjadi dua keadaan, yaitu equilibrum dan disequilibrum. Balance of power dikatakan equilibrium dimana power sebuah negara atau beberapa negara dalam keadaan yang seimbang dan sama besarnya dengan sebuah negara atau kelompok negara lainnya. Contoh keadaan equilibrum adalah pada saat Perang Dingin berlangsung antara AS dan US atau keseimbangan antara NATO dan Pakta Warsawa. Sedangkan keadaan disequilibrum mendeskripsikan situasi dimana distribution of power antar negara tidak seimbang. Kondisi seperti ini akan mengarah kepada hegemoni oleh negara yang kuat. 29 Balance of power yang dilihat sebagai sebuah kebijakan biasanya mengacu kepada usaha untuk membentuk dan memelihara keadaan yang equilibrium. Biasanya balance of power dalam bentuk kebijakan ini akan diarahkan kepada pembentukan 29 P. Toledo, Classic Realism and the Balance of Power Theory, hlm

24 atau pemeliharaan status quo. Menurut Morgenthau ada empat cara balance of power yang dilakukan dalam memelihara status quo, pertama adalah melemahkan negara musuh dengan membaginya atau tetap dalam keadaan terbagi. Kedua, menjaga atau membentuk kembali keseimbangan diseluruh wilayah. Ketiga adalah bahwa kebijakan sering berubah, menjaga dan membentuk kembali keseimbangan termasuk dengan arm races dan disarmament. Dan yang keempat adalah dilihat dari sejarah, bahwa hal yang penting dari perwujudan balance of power itu sendiri, yaitu membentuk aliansi. Dimana aliansi ini akan sama bentuknya meski kebijakan dan keadaan dapat berubah, namun bentuk dari alinsi itu akan selalu tetap ada dan menjaga atau membentu keseimbangan itu sendiri. 30 Dapat dilihat bahwa balance of power sebagai sebuah kebijakan biasanya digunakan untuk membentuk dan menjaga kesimbangan yang sangat rentan bahkan bisa juga mencegah terbukanya perang. Awal keterlibatan AS di Korea tidak lepas dari kepentingan AS yang berada di Asia Timur. Setelah PD II berakhir, AS adalah salah satu aktor dominan di Asia Timur. Selain mengawasi Jepang, AS juga terlibat dalan pembagian Semenanjung Korea. Secara historis, kawasan Asia Timur adalah kawasan yang cukup kompleks. Nilai strategis kawasan ini menjadikan banyak negara menginginkan berhubungan dengan negara-negara Asia Timur. Di kawasan tersebut terdapat distribusi power yang dinamis dan masih menyisakan potensi konflik terbuka antara negara-negara di dalamnya. Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Cina masih memiliki sejarah 30 P. Toledo, Classic Realism and the Balance of Power Theory, hlm

25 konflik yang belum selesai hingga kini. Masuknya US dan AS pada awal abad ke-20 semakin melengkapi dinamika hubungan di Asia Timur. Sistem internasional paska PD II terpusat pada dua kubu, AS dan US. Keduanya terlibat dalam perebutan dalam menyebarkan pengaruh ideologi masingmasing yang kemudian mengarahkan dunia kepada konflik yang dikenal dengan Perang Dingin. Pada masa Perang Dingin, baik AS dan US berupaya untuk menarik sebanyak mungkin negara di setiap kawasan untuk dijadikan aliansi. Namun kawasan yang sangat terlihat pola rivalitas AS dan US adalah Asia Timur. AS berupaya untuk menjadi balancer dikawasan ini agar tidak jatuh seluruhnya ketangan komunis. Setelah Perang Korea, AS semakin memiliki kepentingan strategis dengan kawasan ini, sehingga melakukan sejumlah upaya menjaga kestabilan keamanan kawasan yang secara khusus melibatkan negara-negara aliansinya Jepang dan Korsel. Pada masa perang dingin, dua negara tersebut masuk kedalah wilayah containment AS. Kebijakan containment ini adalah upaya AS dalam membangun aliansi berbasis geostrategi untuk mempertahankan teritori negaranya dari ancaman ekspansi komunis. 31 Penting bagi AS untuk memastikan Jepang dan Korsel cukup aman, terutama dari lawan komunisnya, US yang beraliansi dengan Cina dan Korut. Perang dingin diakhiri dengan kemenangan liberal dan bubarnya US. Namun AS tidak langsung menjadi aktor tunggal dalam perpolitikan internasional. Meski memiliki nama sebagai negara super power, dalam kenyataannya muncul beberapa 31 R. Jervis, The Impact of the Korean War om the Cold War, The Journal of Conflict Resolution, Vol. 24, No. 4, Sage Publications, Inc, 1990, p

26 negara atau kelompok aliansi yang cukup kuat yang berusaha untuk menandingi kemampuan AS, terutama dalam bidang militer, terutama di Asia Timur. Kebangkitan kekuatan Cina sebagai negara besar dengan militer yang kuat telah menjadi ancaman bagi negara sekitarnya. Korut yang mengembangkan senjata nuklir serta Jepang yang mulai memperbaiki sistem pertahanan nasionalnya, menjadikan Asia Timur berkembang menjadi kawasan yang sangat panas. Tidak hanya pada masalah stabilitas keamanan yang berkembang, namun sektor ekonomi juga berkembang pesat di kawasan ini. Hubungan kerjasama antar negara Asia Timur cukup tinggi dan sama seimbangnya dengan tingkat kecurigaan mereka antara satu dengan lainnya. Terlebih ketika potensi Cina dan Jepang semakin besar sebagai great powers di Asia Timur, dan Asia secara umumnya. Keberadaan AS di Asia Timur dapat dikatakan sebagai balancer dari kekuatan-kekuatan yang muncul di kawasan tersebut. AS memastikan tidak ada kekuatan yang mendominasi di Asia Timur sehingga stabilitas keamanan dapat terwujud di kawasan. F. Hipotesis Adanya Campur tangan AS di Semenanjung Korea merupakan upaya mewujudkan kepentingan nasional negara besar tersebut, terutama yang berkaitan dengan masalah keamanan nasional negara tersebut yang terkait dengan reunifikasi Korea. Bagaimana bentuk Korea setelah reunifikasi akan mempengaruhi pengaruh AS di kawasan Asia Timur. Selain itu, reunifikasi juga memberi pengaruh terhadap peran AS sebagai balance of power di region tersebut. Bagi AS, Korut dan nuklirnya 26

27 tidak hanya mengancam Korsel sebagai aliansinya, tetapi ia juga mengancam AS sendiri. Hal ini membuat AS menjadi salah satu dari beberapa great powers yang hingga saat ini masih terlibat intensif dalam dinamika di Semenanjung Korea, terutama yang berkaitan dengan masalah reunifikasi. G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu prosedur atau cara yang digunakan dalam penelitian yang memiliki langkah-langkah sistematis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, di mana peneliti akan memberikan gambaran secara jelas peran Amerika Serikat dalam reunifikasi di Semenanjung Korea. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai literature, buku, koran, jurnal serta situs internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan lewat analisis terhadap bahanbahan pustaka seperti buku, artikel, koran, majalah, laporan penelitian sebelumnya serta bahan pustaka penunjang lainnya dan internet, untuk memperoleh data terbaru yang tidak dapat penulis dapatkan melalui studi kepustakaan. H. Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Setelah Bab I Pendahuluan ini, Bab II akan memberikan gambaran mengenai keadaan Semenanjung Korea secara umum dan 27

28 bagaimana dinamika politik dan keamanan di wilayah tersebut. Dalam bab ini akan disampaikan pula secara singkat sejarah masuknya AS dan keterlibatan beberapa negara lain seperti Cina, Jepang dan Rusia dalam perjalanan sejarah Korea. Di dalam Bab III, penulis mencoba menggambarkan reunifikasi di Korea, baik upaya dan hambatannya serta arti reunifikasi Korea bagi AS dan beberapa momen AS dalam upaya untuk mewujudkan reunifikasi tersebut. Dalam Bab IV penulis akan menganalisis kepentingan AS dalam reunifikasi di Semenanjung Korea. Diawali dengan menguraikan kepentingan yang dimiliki AS dalam reunifikasi sehingga ketika reunifikasi terwujud makan akan memberi pengaruh terhadap kepentingankepentingan tersebut. Bab ini akan mengelaborasi kepentingan AS dalam reunifikasi Korea sehingga akan menjelaskan tindakan AS dalam upaya reunifikasi Korea yang juga berpengaruh terhadap keberadaan AS sebagai balancer di Asia Timur. Tesis ini akan ditutup dengan Bab V, yang memberikan kesimpulan berupa ringkasan analisis dan inferens berupa pelajaran yang bisa ditarik dari kasus yang diteliti. 28

DAFTAR PUSTAKA. INAKOS ( The International Association of Korean Studies in Indonesia) dan Pusat Studi Korea UGM, UGM Press, Yogyakarta, 2011.

DAFTAR PUSTAKA. INAKOS ( The International Association of Korean Studies in Indonesia) dan Pusat Studi Korea UGM, UGM Press, Yogyakarta, 2011. DAFTAR PUSTAKA Artikel Jurnal CSIS, A Blueprint for U.S. Policy Toward a Unified Korea, A Working group report of the CSIS international security program, Washington DC, 2002. INAKOS ( The International

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa

BAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung mereda hingga saat ini. Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat membuat

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan pemilihan judul Tesis ini akan menjelaskan tentang kompleksitas keamanan di kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hlm. 152.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hlm. 152. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Runtuhnya Uni Soviet yang menandai berakhirnya Perang Dingin memberi implikasi yang lebih rumit bagi kondisi hubungan internasional. Ketegangan maupun persaingan

Lebih terperinci

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL

KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL Kelompok 5 Angga Aditama P. (09/280372/SP/23191) Agustina Dwi P. (09/281667/SP/23306) Ravel Adhy P. (10/297026/SP/23915) Fauzia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Post-Cold War Era (2 nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 187. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Post-Cold War Era (2 nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 187. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melakukan analisis terhadap kondisi keamanan di tingkat kawasan memerlukan pemahaman terhadap dua hal, yaitu sistem internasional yang berlaku dan kondisi

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA

BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA Di abad ke-20 situasi politik internasional semakin kompleks. Pasca dunia dilanda krisis pada abad ke-19, berbagai negara di belahan bumi berkompetisi untuk kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER : STUDI KASUS KONFERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci