BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik Rakyat China dengan jumlah peduduk terbesar di dunia dan perkembangan ekonomi yang pesat, lalu Jepang dengan keunggulan teknologinya, Korea Utara dengan kekuatan nuklirnya, serta Taiwan dengan ketegasan untuk tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan Asia Timur, ternyata kawasan ini memiliki tingkat kerawanan dalam hubungannya satu sama lain, yang berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea. Ancaman terhadap keamanan nasional masing-masing negara menimbulkan ketegangan dan kecurigaan sehingga memicu peningkatan kapabilitas militer. Keamanan nasional secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan sebagai kondisi tidak adanya ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Terdapat kecenderungan bahwa suatu bangsa berada dalam keadaan aman selama bangsa itu tidak dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang dianggapnya penting, jika dapat menghindari perang atau terpaksa melakukannya, negara tersebut akan berusaha untuk dapat keluar sebagai pemenang. 1

2 Suatu keadaan yang dapat membahayakan keamanan nasional merupakan perpaduan dari ancaman dan kerawanan yang sangat erat kaitannya dengan keamanan nasional maupun internasional. Hal yang dapat dilakukan oleh suatu negara adalah membuat kebijakan keamanan nasional yang berfokus pada negara itu sendiri, sekaligus dengan tidak melupakan kebijakan luar negeri untuk mengurangi ancaman dari luar. Republik Rakyat China (RRC) merupakan negara terbesar di kawasan Asia Timur dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dewasa ini, dunia dibuat kagum akan akselerasi luar biasa yang ditunjukkan negeri tirai bambu dalam berbagai bidang mulai dari bidang ekonomi -dengan menjadi yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat- sampai dengan modernisasi militer yang sangat menakjubkan. Pembangunan kekuatan militernya sedikit demi sedikit menjadikan China sebagai salah satu kekuatan baru di Asia dan Dunia, bukan hanya kualitas senjatanya tapi juga kuantitas tentaranya. Jika menilik sejarah jauh kebelakang, titik awal (turning point) yang menjadi momentum bagi Republik Rakyat China untuk bangkit dari keterpurukan adalah Reformasi yang dipelopori oleh Deng Xiao Ping. Ketika itu, Deng mengubah China yang sebelumnya tertutup, miskin, radikal, dan terasing dari dunia luar semasa kepemimpinan Mao Zedong, menjadi China yang lebih maju dan progressif. China kemudian lebih membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan negara lain dan lebih aktif dalam berbagai permasalahan dalam kancah internasional. 2

3 Open Door Policy menggerakkan modernisasi di China lewat empat sektor yang menjadi fokus utamanya yaitu, Bidang pertanian, industri dan teknologi, pendidikan, serta pertahanan. Khusus untuk bidang pertahanan, China mengalokasikan dana yang sangat besar demi membangun armada militer yang kuat. Sejak awal tahun 2000, anggaran militer China yang semula berjumlah 14,6 Milliar Dolar Amerika terus mengalami peningkatan hingga diperkirakan akan mencapai 44,9 miliar dolar Amerika pada tahun Bahkan Badan Intelijen Australia memperkirakan bahwa China menyembunyikan modernisasi militernya yang melampaui pertahanan nasional dan mengancam stabilitas regional. Sebuah perkiraan strategis oleh badan tersebut mengungkapkan bahwa dana militer China pada 2006 berjumlah sebesar 90 miliar dolar AS berlipat ganda dari dana yang diumumkan oleh Beijing sebesar 45 miliar dolar AS 2. Anggaran ini berhasil memperkecil kesenjangan militer China terhadap kekuatan militer Barat. Selain itu, China juga mengarahkan program militernya pada strategi memenangkan perang modern dalam kondisi teknologi tinggi. Dalam proses ini, kekuatan laut China juga ditingkatkan dengan strategi pertahanan pantai (offshore defence strategy) dan konsep Blue Water Navy. China saat ini sudah tidak terlalu bergantung pada pembelian peralatan militer dari luar. Lewat kekuatan ekonomi dan sumber daya yang memadai, China sudah membangun Swadaya Militer dengan memproduksi sendiri peralatan militer mereka. Hasil produksi mereka antara lain, Jet Tempur Jian-10, Jet latih lanjut lokal tipe FTC-2000 Shanying (Elang Gunung) Nanchang JL-15 Falcon, 1.Yahyan Muhammad Yani,Makna Strategis Pembangunan Militer China, hal.19 2 Dennis J. Blasko, The Chinese Army Today: Tradition and Transformation for the 21st Century,Routhledge,

4 pesawat tempur SU-27 SK, pesawat militer F-11 J-XX 4 th Generation Fighter, kapal selam kelas KILO, dan kapal selam diesel kelas Song 3. Mesin yang digunakan oleh pesawat tempur ini bukan lagi mesin buatan Rusia tapi murni buatan China. Kehadiran RRC sebagai salah satu kekuatan baru yang agresif dalam mengembangkan kekuatan militer secara signifikan akhir-akhir ini, telah menimbulkan efek khawatir yang cukup besar bagi negara-negara di dunia. Efek ini tentunya paling dirasakan oleh negara-negara tetangga China sendiri khususnya regional Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara. Keempat negara ini merespon peningkatan militer China dengan memperkuat persenjataan dan anggaran militer. Kawasan Asia Timur yang dihuni oleh negara-negara dengan kekuatan besar baik secara ekonomi maupun militer menyimpan berbagai potensi konflik. Potensi konflik yang muncul dilatar belakangi oleh masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia ke-2 dan Perang Korea, serta ketegangan yang diakibatkan oleh kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari masing-masing negara. Untuk China dan Jepang, Permusuhan dua negara terjadi sejak perang China-Jepang pertama pada tahun 1890-an, Perang Dunia I dan II, sampai kepada tabrakan kapal patroli Jepang dengan kapal nelayan China pada 7 September 2010 lalu yang memanaskan hubungan kedua negara Sementara China dan Korea Selatan terlibat konflik perbatasan seperti status kepemilikan Liancourt Rocks. 3 di akses pada tanggal 11 November

5 Kerentanan masalah keamanan di Asia Timur khususnya antara China dengan Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan menjadi poin yang menarik untuk penulis teliti lebih jauh. Mengingat keempat negara tersebut memegang peranan kunci dalam stabilitas kawasan dilihat dari kapabilitas militer yang mereka miliki dan daya tawar politiknya masing-masing. Kondisi ini menyebabkan terjadinya Security Dilemma 4, yaitu kondisi dimana keinginan suatu negara untuk memperkuat militer dianggap sebagai ancaman sehingga menimbulkan respon negara lain juga dengan memperkuat militer yang dimiliki. Akhirnya perlombaan senjata menimbulkan saling curiga antar negara dikawasan tersebut. Ketertarikan utama yang mendorong penulis untuk meneliti masalah ini adalah munculnya kesan bahwa perkembangan militer China yang kian pesat menjadi booster atau faktor pendorong bagi negara besar lain di Asia Timur dalam hal militer. Penulis melihat bahwa dengan meneliti topik perkembangan militer China dan dampaknya terhadap Asia Timur maka kita bisa mengukur seberapa jauh perkembangan China dan seberapa berpengaruh hal tersebut kepada negara tetangganya sehingga mampu menjadi bahan informasi baru. B. Batasan dan Rumusan Masalah Akibat pengaruh modernisasi militer China yang pesat telah menimbulkan kekhawatiran berbagai negara di dunia. Asia Timur adalah salah satu regional yang paling merasakan pengaruh tersebut, hal ini tidak lain karena kedekatan letak 4 Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics, Reading Masschusset: Addison Wesley, 1979, hal 118 5

6 geografis dengan China. Pada tulisan ini, penulis hanya akan membatasi pembahasan pada masalah kerawanan keamanan di Asia Timur yang diakibatkan oleh modernisasi kekuatan militer China. Dari masalah tersebut diatas, Maka penulis membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa yang mendasari pengembangan militer Republik Rakyat China? 2. Bagaimana dampak pengembangan militer Republik Rakyat China terhadap stabilitas keamanan Asia Timur? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui dan menjelaskan alasan utama Republik Rakyat China melakukan pengembangan terhadap kekuatan militernya. b. Untuk mengetahui dampak terhadap negara-negara di Asia Timur terhadap pengembangan militer yang telah dilakukan oleh Republik Rakyat China. 2. Kegunaan Penelitian a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional serta penelitian masalahmasalah internasional mengenai masalah pertahanan keamanan, khususnya kecenderungan modernisasi militer yang terjadi di kawasan Asia Timur. 6

7 b. Diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam membuat kebijakan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pertahanan keamanan, khususnya dalam membangun strategi keamanan nasional. D. Kerangka Konseptual Politik Internasional pada prinsipnya adalah a struggle for power dimana negara sebagai entitas politik yang berdaulat dan independen yang menjadi center of gravity 5. Sebagai aktor utama, negara kemudian merumuskan kepentingan nasionalnya yang diperjuangkan di dunia internasional. Konsekuensinya adalah pertemuan antara kepentingan nasional yang satu dengan kepentingan nasional lainnya sehingga memunculkan persaingan. Situasi politik internasional bersifat dinamis atau berubah-ubah sehingga negara-negara yang terlibat di dalamnya juga mengalami perubahan pola hubungan. Seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Nasution : Karena sifat sistem politik internasional tidak memberikan kepastian akan keberlangsungan hidup negara, maka setiap negara terpaksa harus mengatur hubungannya dengan dunia sedemikian rupa, agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya 6. Akibat dari kondisi yang serba tidak pasti, negara kemudian mengambil berbagai kebijakan antisipasi demi menjamin keamanan dan kepentingan nasionalnya. Salah satu contoh nyata adalah pengembangan kekuatan militer China yang diantasipasi oleh negara-negara lain di Asia Timur dengan mengembangkan kekuatan militer mereka. 5 Aleksius Jemadu,Politik Global dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008.h.20 6 Dahlan Nasution, Politik Internasional: Konsep dan Teori, Erlangga, Jakarta, 1991.hal.33 7

8 Berdasarkan pendekatan realis, keamanan negara merupakan faktor utama yang penekanannya pada kekuatan (power) sebagai the driving force dari politik dunia khususnya kekuatan militer 7. Oleh karena itu, meskipun negara-negara mulai mengadakan atau mengembangkan berbagai kerja sama dalam berbagai bidang, aspek militer tetap menjadi hal signifikan dan diperhitungkan. Dengan power, sebuah negara akan memiliki posisi tawar yang lebih kuat dan mampu mempengaruhi aktor negara lain untuk bertidak sesuai keinginannya. Menurut Hans J. Morgenthau, elemen dari kekuatan nasional (national power) adalah populasi, kondisi geografis, sumber daya alam, kapabilitas industri, kepemimpinan, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi dan kekuatan militer 8. Kekuatan militer yang dibentuk dan dikembangkan oleh suatu negara bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan kemanan nasional serta kepentingan strategis yang lebih luas di tingkat regional maupun tingkat global. Kualitas dan kuantitas militer suatu negara akan menjadi faktor deterrence terhadap negara lain, reaksi dari ancaman negara lain, ataupun sebagai upaya hegemoni seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak. Jika sebuah negara memandang keamananan sebagai objek utama kebijakan luar negerinya, berarti negara tersebut sangat memperhatikan keamanan nasionalnya dan keamanan negara-negara lain di dunia. Kebijakan keamanan nasional sangat erat kaitannya dengan politik luar negeri. Tujuan utama politik luar negeri adalah mempertahankan kelangsungan hidup bangsanya dan mempertahankan kepentingan nasionalnya. Keamanan nasional sangat erat 7 Paul R.Viotti dan Mark Kauppi, International Relations and World Politics: Security Economy and Identity, Upper Saddle River: Prentice Hall, 1997, hal Hans J. Morgenthau. Politik Antar Bangsa, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1990.h.14 8

9 kaitannnya dengan keamanan regional. Apabila keamanan nasional terganggu maka otomatis keamanan regional juga akan terancam dan begitu pula sebaliknya. Suatu pandangan mengenai konsep kepentingan nasional dikemukakan oleh Morgenthau. Sebagai salah satu pakar ilmu hubungan internasional yang berpaham realisme ini mengatakan bahwa: Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian negara terhadap negara lain. Interaksi antar negara ini bisa diciptakan melalui teknik paksaan ataupun melalui teknik kerjasama. 9 Dari pandangan diatas, terlihat bahwa mengartikan kepentingan nasional sama dengan kekuasaan, dimana setiap negara akan selalu mempertahankan kekuasaan tersebut dengan cara atau teknik apapun dalam hubungannya dengan negara lain. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Kusumohamidjojo, bahwa: Dalam forum internasional, terbukti dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya masing-masing, setiap negara tidak dapat menghindarkan diri dari interdependensi yang tidak hanya memaksa negara untuk bekerja sama, namun juga membuka kemungkinan berkompetisi. 10 Meskipun, terdapat unsur-unsur kekuatan lain yang dapat digunakan untuk mencapai dan mepertahankan kepentingan nasional dan lebih bersifat non militer, seperti kekuatan diplomasi dan kekuatan ekonomi. Namun, tetap saja harus memperhatikan kemungkinan apabila suatu saat negaranya dituntut untuk menggunakan kekuatan militer dalam melindungi kepentingan nasionalnya. 9 Ibid, h Budiono Kusumohamidjojo. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis, Bandung: Bina Cipta, 1987, h.19 9

10 Konsep mengenai militerisme ini juga diungkapkan oleh Morgenthau, sebagai berikut: Militerisme adalah konsepsi, bahwa kekuatan suatu negara terdiri dari kekuatan militernya, yang khususnya dipahami dalam arti kuantitatif dengan angkatan darat dan laut yang terbesar maupun angkata udara yang tercepat di dunia, serta keunggulan senjata nuklirnya akan menjadi lambang yang sangat menonjol dan eksklusif dari kekuatan nasionalnya. 11 Konsep yang dikemukakan diatas cenderung menyamakan arti kekuatan nasional dengan kekuatan militer suatu negara yang dipahami dari segi kuantitas dan kualitas personil serta persenjataan mereka. Negara yang mendasarkan kekuatan nasionalnya secara maksimum di bidang milter akan dihadapkan pada usaha-usaha maksimum dari negara sekitarnya. Perkembangan milter seperti ini mengakibatkan terganggunya stabilitas keamanan kawasan. Hal ini terjadi karena di satu sisi suatu negara akan meningkatkan kekuatan militernya seiring dengan meningkatnya kekuatan ekonomi negara tersebut. Di sisi lain peningkatan ini dapat dilihat sebagai ancaman oleh negara lain yang dalam usahanya mengantisipasi hal tersebut akan meningkatkan juga kapabilitas milter mereka. Akselerasi modernisasi kekuatan militer China di tengah persaingan global dan regional tak pelak memunculkan persaingan. Jepang, Korea Selatan, dan terlebih Korea Utara yang menyadari fakta modernisasi China membuat mereka baik langsung maupun tidak langsung, terlecut untuk meningkatkan kemampuan militer mereka untuk menjaga keseimbangan ancaman yang mungkin muncul sewaktu-waktu. 11 Hans J. Morgenthau, op. cit, 10

11 Respon akan perkembangan China seperti yang dilakukan oleh Jepang,dengan menambah jumlah armada kapal selamnya dari 16 buah menjadi 22 buah untuk mengimbangi kekuatan armada Angkatan laut China yang diperkiran memiliki sekitar 60 buah kapal selam. Menurut Profesor Takehiko Yamamoto dari Universitas Waseda, Tokyo. Penambahan armada laut Jepang adalah bentuk reaksi nyata terhadap China 12. Ancaman terhadap stabilitas pun semakin besar mengingat bahwa Jepang dan China mempunyai hubungan rivalitas di masa silam pada saat Perang Dunia. Selain Jepang, negara lain yang juga memperlihatkan respon aktif adalah Korea Selatan. Sama halnya dengan Jepang, lewat dukungan Amerika Serikat, Korea Selatan terus meningkatkan kapasitas militer dengan motif utama mengimbangi China dan Korea Utara. Perkembangan kekuatan militer negara-negara dikawasan ini dilakukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya atau hanya untuk menjaga superioritas suatu negara semata, bukan untuk menghadapi musuh tertentu. Perkembangan ini kemudian menimbulkan suatu sikap saling curiga terhadap pembangunan militer negara lain dan pada akhirnya mendorong perlombaan senjata terjadi. Fenomena diatas menunjukkan perlunya suatu konsep keamanan regional yang stabil dalam suatu kawasan. Stabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kawasan, dimana setiap negara harus dapat menjaga hubungan baik dan berusaha untuk tidak bersikap lebih dominan terhadap negara lain. Seperti yang diungkapkan oleh Deutsch and Singer bahwa: 12 di akses pada tanggal 18 Desember

12 Stabilitas adalah suatu kemungkinan bahwa sistem yang berlaku tetap memiliki semua ciri-ciri pokoknya, tidak satupun bangsa menjadi dominan, hampir semua anggotanya terus hidup dan perang besar tidak terjadi 13. Kestabilan secara sederhana umumnya diartikan sebagai kondisi aman tanpa konflik atau gejolak yang terjadi. Tapi karena konflik dan gejolak adalah hal yang lazim dalam percaturan politik internasional, maka kestabilan yang dimaksud adalah kondisi kawasan dimana perubahan ataupun gejolak yang muncul didalamnya tidak samapai pada tahap yang menggoyahkan dan menggerakkan pasukan militer sehingga mengganggu perasaan aman. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif eksplanatif. Dalam metode ini penulis memberikan penjelasan menganai faktor-faktor yang melandasi modernisasi militer Republik Rakyat China serta sasaran dan tujuannya. Kemudian penulis membuat analisa mengenai stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur pasca modernisasi militer Republik Rakyat China. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun tempat penelitian yang penulis kunjungi yaitu: 13 Daoed Joesoef, Konsep Perdamaian Dalam Sistem Internasional dan Startegi Nasional, Analisis CSIS No.1, jakarta:1989,hal

13 a. Perpustakaan Universitas Hasanuddin di Makassar b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin di Makassar c. Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Fisip Unhas di Makassar d. Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan di Makassar e. Perpustakaan Abd Rasyid Daeng Lurang di Sungguminasa, Gowa f. Rumah Baca Biblioholic di Makassar 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur, buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen, jurnal-jurnal, surat kabar, dan informasi yang diakses dari internet. 4. Teknik analisis data Teknik analisis data yang akan penulis gunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur akan dikumpulkan dan diklarifikasi kemudian permasalahan dijelaskan dan di analisa berdasarkan fakta-fakta yang ada dan disusun menjadi suatu tulisan. Yang menjadi pokok analisa adalah dampak modernisasi militer Republik Rakyat China terhadap stabilitas keamanan kawasan di Asia Timur 13

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : EKA PRASETYA ILMU POLITIK

DISUSUN OLEH : EKA PRASETYA ILMU POLITIK AGRESIFITAS POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK RAKYAT CINA DALAM SENGKETA PERBATASAN DI KAWASAN ASIA PASIFIK DISUSUN OLEH : EKA PRASETYA 080906034 ILMU POLITIK DOSEN PEMBIMBING : DR. HERI KUSMANTO, MA DOSEN

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang selama ini dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia. Kemajuan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap bangsa memiliki cita-cita karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Timur sejak lama merupakan bagian dunia yang penuh dinamika.

BAB I PENDAHULUAN. Asia Timur sejak lama merupakan bagian dunia yang penuh dinamika. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Asia Timur sejak lama merupakan bagian dunia yang penuh dinamika. Ketika dunia masih diliputi Perang Dingin, Asia Timur dalam penilaian strategis AS sama pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati

BAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah China merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang kini memiliki peran penting dalam tatanan global. Pada beberapa tahun terakhir, China telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Lingkungan Strategis XXI

Lingkungan Strategis XXI Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL 1 REALIST PARADIGM PERANG POWER FENOMENA POLITIK DAMAI KEPENTINGAN 2 Apakah kekuasaan dipandang secara kritis sebagai atribut perseorangan, kelompok,

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017 Badan Siber Terwujud 06 Juni 2017 Setelah begitu lama ditunggu, akhirnya Indonesia segera mempunyai badan yang khusus mengurusi keamanan siber Tanah Air. Adalah Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS

PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS Penulis : Anak Agung Banyu Perwita; Afrimadona; Bantarto Bandoro; Beni Sukadis; Fredy BL Tobing; Kusnadi Kardi; Prasojo; Yugolastarob Komeini Editor : AA Banyu Perwita Bantarto

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar.

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. BAB II PERKEMBANGAN BRIC BRIC merupakan organisasi yang mengalami perkembangan yang signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. Sejak saat itu BRIC mulai dikenal sebagai

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si TEORI STATE CENTRIS TEORI TRANSNASIONAL CENTRIS TEORI GLOBAL CENTRIS TEORI STATE CENTRIS TEORI STATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 7 TAHUN 2008 TANGGAL : 26 JANUARI 2008 KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA A. UMUM. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan usaha untuk

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992.

DAFTAR PUSTAKA. Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. DAFTAR PUSTAKA Buku: Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. Firth, Stewart. Australian in International Politics: Introduction

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap Negara-negara karena adanya pengalaman buruk dari kolonialisme

BAB I PENDAHULUAN. setiap Negara-negara karena adanya pengalaman buruk dari kolonialisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat perang dunia maupun perang dingin keamanan sering kali diartikan sebagai kemampuan sebuah Negara untuk menghadapi ancaman militer dari luar. Memang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Asia Timur merupakan kompleksitas dari negara-negara besar

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Asia Timur merupakan kompleksitas dari negara-negara besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Asia Timur merupakan kompleksitas dari negara-negara besar yang mempunyai peranan penting baik dalam sisi historis maupun eksistensi kawasan dari dahulu sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL RESUME SKRIPSI LATAR BELAKANG KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL Disusun oleh: DAHLIA NUR FARIDA NIM. 151040188 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci