KKNI DAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN BLOK DAN MODUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KKNI DAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN BLOK DAN MODUL"

Transkripsi

1 KKNI DAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN BLOK DAN MODUL AHSAN 1

2 Pendahuluan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 PROFESI 8

9 9

10 10

11 11

12 Kompetensi dan Capaian Pembelajaran (Learning OutCome) 12

13 13

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 19

20 20

21 21

22 22

23 23

24 24

25 25

26 26

27 27

28 KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA 1. BIDANG KEDOKTERAN LEVEL DESKRIPTOR HASIL PEMBELAJARAN (Learning Outcomes) 6 ( S.Ked) 1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya dan mampu beradaptasi terhadap situasi yg dihadapi dalam penyelesaian masalah: a. Menguasai keterampilan dalam menerapkan IPTEK laboratorium Biomedik Anatomi dan Histologi, Fisiologi, Biokimia, Genetika, Reproduksi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi, Parasitologi, Imunologi, Farmakologi dan Gizi. b. Mampu melakukan identifikasi agen, yaitu; Virus, Bakteri, Parasit, Jamur dan toksin, dan radiasi sebagai penyebab penyakit. c. Mampu menganalisa metabolisme dan cara kerja (Farmakodinamika) obat dan tumbuhan bahan obat. d. Mampu menyusun formula Gizi untuk Diet Makanan baik untuk orang sehat maupun orang sakit. 2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesifik dan mendalam di bidangbidang tertentu, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural: a. Menguasai pengetahuan ttg prinsip kedokteran dasar yg berhubungan dg terjadinya masalah kesehatan, patogenesis dan patofisiologisnya. b. Menguasai pengetahuan tentang masalah kesehatan baik secara molekuler maupun seluler melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh. c. Menguasai dan memahami pengetahuan ttg penyakit kongenital, trauma, infeksi dan degeneratif. d. Menguasai pengetahuan ttg prinsip promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif thd masalah kesehatan. e. Menguasai pengetahuan ttg sistim kesehatan nasional dan prioritas masalah kesehatan 28

29 3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi, data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi: Menguasai keterampilan melakukan kajian ilmiah dg menyusun perencanaan dan pelaporan penelitian serta penyusunan karya tulis ilmiah. a. Menguasai keterampilan dalam melakukan identifikasi agen penyakit, antara lain; virus, bakteri, parasit, jamur dan toksin, dan radiasi. b. Menguasai keterampilan dalam menganalisa cara kerja obat dan tumbuhan bahan obat. c. Menguasai keterampilan dalam menganalisa epidemiologi dan menyusun pelaporan kejadian penyakit. d. Mampu menganalisa laporan epidemiologi suatu masalah kesehatan. e. Mampu melakukan analisis resiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan Wadah f. Menguasai keterampilan dalam menerapkan manajemen Puskesmas dan layanan primer kesehatan. g. Menguasai keterampilan survey epidemiologi untuk menentukan prioritas masalah kesehatan dalam sistim kesehatan nasional 4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi: a. Bertanggungjawab kepada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggungjawab atas pencapaian hasil kerja laboratorium biomedik, antara lain : Anatomi dan Histologi, Fisiologi, Biokimia, Genetika, Reproduksi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi, Parasitologi, Imunologi, Farmakologi dan Gizi. b. Menguasai dan menerapkan manajemen puskesmas dan layanan primer kesehatan dalam prinsip promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative thd masalah kesehatan. 29

30 Level 7 (dr) Profesi 1. Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dg memanfaatkan IPTEKS untuk menghasilkan langkah pengembangan strategis organisasi. a. Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dg pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain. b. Mampu melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dan sesuai dengan kewenangannya c. Mampu melakukan rekam medik, memberikan persetujuan tindakan medik, resep, surat keterangan dokter, dan edukasi pasien. d. Mampu memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter-pasien yang paripurna. e. Mampu menerapkan standar keselamatan pasiendengan menerapkan metode-metode penilaian kinerja klinis. f. Mampu merancang, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara berkesinambungan. g. Mampu menerapkan ilmunya untuk mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks yankes tingkat primer h. Mampu memberikan edukasi kepada pasiendan masyarakat dalam rangka promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif. i. Mampu menerapkan keterampilan survey epidemiologiuntuk menentukan prioritas masalah kes dalam sistim kesehatan nasional. j. Mampu mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai dg tingkat kewenangannya Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner. a. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yg sesuai serta pengobatan yg mengacu pada evidance-based medicine b. Mampu memecahkan permasalahan penyakit dan kesehatan masyarakat dg menerapkan ilmu dan teknologi kedokteran dasar. c. Mampu mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poinpoin pathogenesis, patofisiologis, faktor yg ditimbulkan, serta resiko spesifik secara efektif. d. Mampu mempertimbangkan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologi, fisiologi, gizi dan perbahan tingkah laku. e. Mampu menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, oleh raga, atau perubahan tingkah laku. f. Mampu mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dg tepat. 30

31 Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dg akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yg berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya. a. Mampu menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara dan diagnosis banding. b. Mampu mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yg sudah ada dan mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yg tepat. c. Mampu merencanakan, merancang dan mengimplementasikan penelitian untuk menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian. d. Mampu menuliskan dan mempresentasikan hasil penelitian sesuai dg kaidah artikel ilmiah. e. Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaikan masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapatkan hasil yg optimum. Level 8 (dr) Sp. 1 (magister) Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji. a. Mampu mencermati dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dalam meningkatkan keterampilan klinis praktis dalam bidang spesialisasinya. b. Mampu mengembangkan profesi melalui kegiatan riset dan pengetahuan terkini dalam bidang spesialisasinya. 31

32 Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner. a. Mampu merangkum interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium,dan prosedur yg sesuai spesialisasinya, untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana, dengan mengacu pada evidence-based medicine dan value-based medicine. b. Mampu melakukan prosedur klinis dalam bidang spesialisasinya sesuai masalah, kebutuhan pasien dan kewenangannya, berdasarkan kelompok/nama penyakit serta masalah/tanda atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis c. Mengembangkan konsep dan prinsip ilmu biomedik, klinik, ilmu perilaku, ilmu komunikasi serta ilmu kesehatan masyarakat sesuai dg bidang spesialisasinya. d. Mampu berkontribusi dalam tim untuk menangani masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif dalam konteks pelayanan kesehatan sekunder. e. Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran mutakhir untuk mendapat hasil yg optimum.. f. Mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat sekunder, dengan menggunakan teknologi informasi mutakhir. g. Mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan sekunder. h. Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit serta menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan. i. Mampu membimbing mahasiswa tingkat vokasi bidang kesehatan, profesi dokter dan dokter spesialis. Mampu mengelola riset dan pengembangan yg bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional. a. Mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah riset multidisiplin terkait bidang spesialisasinya. b. Mampu mengelola riset melalui pengkajian dan pengembangan di bidang spesialisasinya yg hasilnya dapat diaplikasikan dan layak dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional. 32

33 9 (Sp.2) Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji. 1. Mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini guna meningkatkan ketrampilan klinik praktis dalam bidang subspesialisasinya. 2. Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui kegiatan riset dalam bidang subspesialisasinya. 3. Mampu mengembangkan teknologi kedokteran baru yg inovatif, kreatif dan teruji dalam bidang subspesialisasinya melalui kegiatan riset dalam bidang subspesialisasinya.keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya Mampu mengelola, memimpin, mengembangkan riset dan pengembangan yg bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional. a. Mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah riset multidisiplin terkait bidang spesialisasinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran bidang supspesialiasinya yg bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu kesehatan serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional b. Mampu mengelola riset melalui pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekologi kedokteran di bidang subspesialisasinya yg hasilnya dapat diaplikasikan pada tahap internasional dan layak dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional. c. Mampu mengelola riset untuk menapis ilmu pengetahuan dan tekologi kedokteran terkini di bidang subspesialisasinya yg aplikasinya sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan ditingkat nasional dan intrenasional. 33

34 KOMPETENSI AFEKTIF S1 1. Bertakwa kepada Tuhan YME 2. Memahami dan Menunjukkan sikap yg sesuai dg Kode Etik Kedokteran Indonesia 3. Memahami aspek medikolegal dalam praktik kedokteran dalam masyarakat Indonesia dengan budaya yg aneka ragam. 4. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dg praktik kedokterannya dan mempraktikkan belajar sepanjang hayat dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan praktek kedokteran mutakhir. 5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, agama, dan pendapat/temuan orang lain. dr. Sp1, Sp2 1. Bertakwa kepada Tuhan YME 2. Memahami dan Menunjukkan sikap yg sesuai dg Kode Etik Kedokteran Indonesia 3. Memahami aspek medikolegal dalam praktik kedokteran dalam masyarakat Indonesia dg budaya yg aneka ragam. 4. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dg praktik kedokterannya dan mempraktikkan belajar sepanjang hayat dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan praktek kedokteran mutakhir. 5. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan baik sbg pribadi maupun dalam suatu tim pelayanan kesehatan. 6. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. 34

35 Pembelajaran dengan Modul Menurut Suryosubroto (1983: 17) modul adalah satu unit program belajar mengajar terkecil yg secara terperinci menggariskan: 1. Tujuan pembelajaran yg akan dicapai 2. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar 3. Pokok-pokok materi yg akan dipelajari 4. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yg lebih luas 5. Peranan fasilitator dalam proses pembelajaran 6. Alat-alat dan sumber yg akan dipergunakan 7. Kegiatan belajar yg harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan 8. Lembaran kerja yg harus diisi oleh anak 9. Program evaluasi yg akan dilaksanakan Modul yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar memiliki sifat-sifat yang khas, diantaranya adalah: 1. Modul itu merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap 2. Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncakan dan sistematik 3. Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan spesifik (khusus) 4. Modul memungkinkan siswa belajar sendiri 5. Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual dan merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual 35

36 Dalam penggunaan modul pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar diantaranya sbb : 1. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif 2. Mahasiswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dg kecepatan dan sendiri 3. Mahasiswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan 4. Mahasiswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan 5. Mahasiswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar 6. Kemajuan mahasiswa dapat diikuti dengan frekuensi yg lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir. 7. Modul disusun dg berdasarkan pada konsep mastery learning suatu konsep yg menekankan bahwa mhs harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yg disajikan dalam modul ini. 8. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa seorang mhs tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut. Langkah-langkah penyusunan modul Suatu modul yg digunakan, disusun atau ditulis dg langkah-langkah sbb : Menyusun kerangka modul a. Menetapkan tujuan pembelajaran umum yg akan dicapai dg mempelajari modul tersebut. b. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus yg merupakan perincian atau pengkhususan dari tujuan pembelajaran umum c. Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran khusus bisa dicapai d. Indentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yg sesuai dengan setiap tujuan pembelajaran khusus e. Mengatur/ menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam urutan yg logis dan fungsional f. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar mhs g. Pemeriksaan sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar mhs h. Indentifikasi alat-alat yg diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar dg modul tersebut. i. Menyusun program secara terperinci meliputi pembuatan semua unsur modul yakni petunjuk fasilitator, lebar kegiatan mhs, lembar kerja mhs, lembar jawaban, lembar penilaian (tes) dan lembar jawaban tes. 36

37 Modul dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu modul pokok dan modul pengayaan. Modul pokok merupakan urutan studi yg harus diikuti oleh semua mhs. Dg menyelesaikan set-set modul pokok dalam suatu bidang studi, seorang mhs berhak untuk dinaikkan ke jenjang berikutnya Maka modul pokok itu harus disiapkan dalam suatu bentuk yg memungkinkan hampir semua mhs dapat mengerjakan dg berhasil baik dalam jangka waktu tertentu. Mhs yg berkemampuan lebih di atas rata-rata, biasanya mampu menyelesaikan dg baik modul pokok lebih dahulu dibandingkan dg mhs yg lain. Program pendidikan tambahan ini disebut dg program pengayaan. Program ini dapat bersifat memperluas (horizontal) dan atau bersifat memperdalam (vertikal). Apabila setiap unit program pengayaan ini disusun dalam bentuk modul maka modul demikian ini adalah modul pengayaan. Tersedianya modul pengayaan sekolah tidak akan menghambat mhs yg belajar dg cepat. Mengkombinasikan modul pokok dg modul pengayaan untuk berbagai studi memberikan kemungkinan bagi siswa untuk belajar secara maju berkelanjutan sesuai dg kemampuan taraf motivasi dan bidang-bidang minatnya masing-masing. Di sinilah pelaksanaan asa Continuous Progress itu dalam kegiatan belajar mengajar. Sistem ini memungkinkan bagi mhs yg rata-rata atau lambat dalam belajarnya akan mampu juga menguasai modul pokok sebelum mereka diharuskan mempelajari modul pokok berikutnya. 37

38 Kombinasikan modul pokok dan modul pengayaan untuk tiap bidang studi beberapa kemungkinan: a. Kemungkinan pertama, ialah setiap modul pokok dilengkapi dg satu atau beberapa modul pengayaan b. Kemungkinan kedua, sejumlah modul pokok untuk jangka waktu tertentu misalnya satu semester dilengkapi dg sejumlah modul pengayaan c. Kemungkinan ketiga, modul pokok untuk program satu tingkat (1 tahun) dilengkapi dg sejumlah modul pengayaan d. Kemungkinan keempat, modul pokok untuk program satu terminal pendidikan (3 tahun, 5 tahun, 8 tahun) dilengkapi sejumlah modul pengayaan Tentu saja beberapa kemungkinan tersebut menimbulkan perbedaanperbedaan dalam pelaksanaan pengajaran dan pengelolaan kelas Perlu diperhatikan benar adalah bahwa program pengayaan itu tidak harus selalu berbentuk mosul pengayaan. Program pengayaan yg non mosul itu disebut dengan kegiatan pengayaan, misalnya membantu fasil menyiapakan alat pengajaran, membantu mhs yg lain yg mengalami kesukaran dalam menyelesaikan modul pokok, membaca di perpustakaan dan lain-lain. Perlu diingat juga adalah bahwa modul-modul pengayaan untuk setiap modul pokok berbeda panjangnya. Apabila seorang mhs hanya mempunyai kelebihan waktu setalah jam pelajaran, berarti ia perlu memperoleh modul pengayaan yg lebih pendek dibandingkan dg teman lainnya yg mempunyaikelebihan waktu satu pelajaran penuh. Ada kemungkinan suatu modulpengayaan harus diselesaikan waktu beberapa hari. Menyelesaikan program tambahan ini, mhs dapat bekerja di sekolah atau di rumah. 38

39 Unsur-unsur modul Berdasarkan dari batasan pengertian ttg modul, kiranya dapat diuraikan secara terperinci unsur modul atau komponen modul. Perlu diketahui bahwa modul yg dikembangkan di Indonesia dewasa ini berbentuk buku kecil (booklet). Dari satu berkas buku kecil yg disebut modul itu terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut: Pedoman fasilitator / Dosen/ Guru : Pedoman fasil berisi petunjuk fasil agar pengajaran dapat diselenggarakan secara efisien. Juga memberi penjelasan tentang; Macam-macam kegiatan yg harus dilakukan oleh kelas Waktu yg disediakan untuk menyelesaikan modul Alat-alat pengajaran yg harus digunakan Petunjuk-petunjuk evaluasi Lembaran kegiatan siswa 39

40 Lembaran kegiatan ini memuat materi pelajaran yg harus dikuasai oleh mhs. Penyusunan materi pelajaran ini disesuaikan dg tujuan pembelajaran yg akan dicapai yg telah dirumuskan dalam modul itu, materi pelajaran juga disusun secara teratur langkah demi langkah sehingga dapat diikuti dg mudah oleh mhs Dalam lembaran kegiatan tercantum pula kegiatan yg harus dilakukan mhs, misalnya pengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya. Mungkin pula mencantumkan buku-buku yg harus dipelajari mhs sbg pelengkap materi yg terdapat dalam modul. Lembaran kerja Lembaran kerja ini menyertai lembaran kegiatan mhs, digunakan untuk menjawab atau mengerjakan soal, tugas atau masalah yg harus dipecahkan. Lembar kegiatan siswa itu sendiri harus dijaga supaya tetap bersih, tidak boleh ada coretan apapun didalamnya, sebab buku modul ini akan digunakan lagi untuk siswa-siswa yg lain pada tahun berikutnya. Jadi setelah mhs memperlajari lembar kegiatan, mereka harus bekerja atau melaksanakan kegiatan pada lembaran kerja ini. 40

41 Kunci lembaran mhs Maksud diberikannya kunci lembaran mhs ialah agar dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya. Apabila mhs membuat kesalahan dalam pekerjaannya maka ia dapat meninjau kembali pekerjaannya. Lembaran tes Tiap modul disertai lembaran tes, yakni alat evaluasi yg digunakan sbg pengukur keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yg telah dirumuskan dalam modul itu. Jadi keberhasilan pengajaran sesuatu modul tidak dinilai atas dasar jawaban pada lembaran kerja. Jadi lembaran tes berisi soal untuk menilai keberhasilan mhs dalam mempelajari bahan yg disajikan dalam modul tersebut. 41

42 Kunci lembaran tes Tes ini disusun oleh penulis modul yang bersangkutan, sehingga kunci tes ini pun juga dibuat oleh penulisan modul. Gunanya sebagai alat koreksi sendiri thd penilaian yg dilaksanakan. 1) Modul Blok a. Modul Blok merupakan rencana kegiatan proses belajar mengajar dalam 1 semester, yg memuat unsur-unsur blok, kode matakuliah, bahan ajar matakuliah ( course content ) dan kode bahan ajar, serta beban studi masing-masing matakuliah. b. Modul Blok disusun dg memperhatikan: beban studi proporsional per semester dg catatan jumlah beban studi keseluruhan minimal 146 sks untuk keseluruhan 8 semester pendidikan Sarjana c. Blok dalam 1 semester disusun dg memperhatikan : Hubungan mata kuliah prasyarat dg matakuliah semester diatas dan dibawahnya, agar proses pembelajaran berlangsung runtut dan sistimatis, Hubungan antar mata kuliah dalam semester yg sama agar diperoleh pemahaman yg integratif, holistik, dan komprehensif lintas ilmu terkait dg pembelajaran satu atau lebih kompetensi. Hubungan dg pembelajaran keterampilan dan metodologi relevan dg matakuliah dalam semester yg sama. 42

43 2) Waktu dan Tempat Pembelajaran a) Waktu dan tempat Pembelajaran disusun dan ditetapkan oleh Jurusan dg berkoordinasi dg departemen, bagian umum dan perlengkapan dan bagian akademik. b) Waktu pembelajaran setiap kompetensi disesuaikan dengan beban studi masing-masing. c) Waktu untuk pembelajaran mandiri ditetapkan sendiri oleh mahasiswa d) Mahasiswa dapat meminta pembelajaran semisal kuliah pakar bila dibutuhkan 3) Strategi Pembelajaran a) Kurikulum dilaksanakan dg pendekatan/ strategi SPICES, (Student-centered, Problem-based, Integrated, Community-based, Elective/ Early Cinical Exposure, Systematic). b) Program pembelajaran harus diupayakan teusat pada aktivitas mahasiswa semisal diskusi, belajar mandiri, self inquiry, seminar, dan cara belajar aktif lainnya sepanjang dimungkinkan. c) Program Pembelajaran harus diupayakan menggunakan atau mengetengahkan Masalah sbg titik masuk penguasaan ilmu, keterampilan, dan perilaku, serta pemicu (trigger) pembelajaran aktif oleh mahasiswa. Masalah merujuk pada Identifikasi yg ditetapkan Konsil / Coligium dan berdasarkan Index Clinical Situation d) Untuk mendapatkan penguasaan holistik dan komprehensif, pembelajaran dilakukan dg mengintegrasikan matakuliah-matakuliah terkait baik vertikal maupun horizontal. e) Pembelajaran diarahkan kepada pengenalan thd kasus nyata di lapangan yg diberikan lebih awal pada semester-semester dibawah yg selain untuk berintegrasi dg matakuliah dasar, juga untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. 43

44 4) Proses Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran KBK SPICES (Haarden, 2000 ): Student Centered, Problembased, Integrated, Community Oriented, Early Exposure to Clinic, dan Systematic. Elaborasi Pendekatan ini dalam KKB sbb : (1) Karakteristik Pembelajaran Proses Belajar Mengajar KBK memiliki beberapa karakteristik: Pembelajaran Mahasiswa Aktif (Student Active Learning) Pembelajaran Terintegrasi Menggunakan Modul Pembelajaran Keterampilan (Skill) secara terintegrasi dalam Sistim Pengembangan Keterampilan dan Metodologi Pencapaian Kompetensi melalui Penguasaan Materi Mata Kuliah Kompetensi dan Kompetensi Keterampilan. (2) Pembelajaran Mahasiswa Aktif (Student Active Learning ) Pembelajaran dilaksanakan terutama terpusat pada aktivitas mahasiswa (student-centered ) mulai dari belajar mandiri mendahului pembelajaran dari dosen sampai dg pencarian ilmu secara mandiri (self acquired) baik dg mencari kepustakaan, mengunduh dari internet, berdiskusi dg teman, mencari narasumber sehingga dosen bukan satu-satunya sumber informasi. Dalam konteks pembelajaran Mahasiswa Aktif ini, peran dosen dititik beratkan pada fungsi fasilitasi dan tutorial. 44

45 (3) Pembelajaran Terintegrasi Pembelajaran terintegrasi dimaksudkan agar: a. Mahasiswa memperoleh penguasaan kompetensi secara holistik dan komprehensif b. Sistim Pembelajaran memperoleh efisiensi setinggi mungkin dg pengurangan tumpang-tindih bahan ajar masing-masing laboratorium / departemen satu dengan lainnya c. Matakuliah disiplin ilmu prasyarat dan yg mempersyarati dapat diintegrasikan d. Penggunaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran menjadi lebih efektif dalam perencanaan, pengadaan, maupun operasionalisasinya secara terencana. 5) Modul a. Mulai tahun ajaran , proses pembelajaran KBK sepenuhnya menggunakan Modul dalam setiap pembelajaran Matakuliah Kompetensi b. Setiap Modul disusun oleh Kontributor Penyusun Modul yg diambil dari dosendosen jurusan keperawatan dan laboratorium terkait sesuai dg bidang peminatan. c. Setiap Modul disusun dengan sekurang-kurangnya berisikan: Rumusan Kompetensi, Komponen Kompetensi, dan Area Kompetensi sesuai Pedoman Konsil yg ingin dicapai melalui pembelajaran sebuah Modul. Overview untuk memberikan gambaran umum proses dan isi pembelajaran modul agar mahasiswa memahami konteks dan prosedur pembelajaran modul. Tugas Modul (Modul Task) untuk dikerjakan secara mandiri oleh mahasiswa dan saling diklarifikasi dalam Diskusi Kelompok diantara mahasiswa. Referensi untuk mempermudah mahasiswa mencari rujukan utama dalam mempelajari modul khususnya dalam mengerjakan tugas modul. 45

46 Lanjutan d. Pembelajaran Modul tidak selalu oleh dosen kontributor modul, melainkan oleh dosen yg diusulkan Penanggung Jawab Matakuliah (PJMK) dan mendapat persetujuan Kepala Laboratorium dosen bersangkutan yang selanjutnya disebut fasilitator atau tutor. e. Modul yg telah disusun oleh Kontributor Modul hendaknya dikonsultasikan dan diserahkan kepada tim kurikulum. 6) Metoda Pembelajaran (1) Pembelajaran Matakuliah Pembelajaran mata kuliah dipimpin dan dikoordinasikan oleh seorang Penanggungjawab Mata Kuliah (PJMK) yg bertanggungjawab kepada KPS. a. Pembelajaran menggunakan Modul terintegrasi yg telah diterima mahasiswa ± 1 minggu sebelum pembelajaran Modul dimulai b. Rancangan Pembelajaran telah diserahkan kepada KPS untuk penjadwalan pelaksanaannya. c. Mahasiswa diharapkan mengerjakan semua Tugas Modul dirumah secara mandiri. d. Durasi pembelajaran Modul disesuaikan beban studi yg telah ditetapkan. e. Proses Pembelajaran Modul berturut-turut: 46

47 Proses Pembelajaran Modul berturut-turut: 1) Dimulai dengan Overview di setiap Kelas untuk menjelaskan kerangka isi dan rancangan pembelajaran dan evaluasi Modul bersangkutan. 2) Dilanjutkan dengan Belajar Mandiri dalam Kelompok Diskusi masing-masing untuk mempersiapkan diri mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. 3) Selanjutnya Diskusi Dalam Kelompok, dengan ketentuan: 4) Sebelum diskusi semua Modul dikumpulkan dan diserahkan pada Fasilitator Diskusi 5) Diskusi dimulai dg presensi dan penetapan Ketua serta Sekretaris Kelompok Diskusi yg dipilih diantara peserta diskusi kelompok 6) Diskusi harus diikuti seluruh peserta. Peserta yg tidak aktif dalam diskusi tidak memperoleh Nilai 7) Materi diskusi meliputi Tugas Modul 8) Pada akhir diskusi hasil diskusi disampaikan kepada Fasilitator 9) Selama diskusi, fasilitator: (4) Selama diskusi, fasilitator: a. Mengadakan observasi pelaksanaan diskusi menggunakan Lembar Obervasi yg tersedia. b. Lembar Observasi meliputi observasi keterampilan belajar (memimpin, menyatakan pendapat, berbeda pendapat, berkolaborasi dan sebagainya), area kompetensi yg ingin dicapai, dan Observasi thd Materi yg didiskusikan. c. Dapat mengadakan intervensi manakala terjadi penyimpangan materi terhadap tujuan belajar yg sebenarnya dg cara memberikan clue yg diperlukan. d. Dapat meminta peserta diskusi tertentu untuk menjawab atau menyatakan pendapat. e. Interupsi ini ditujukan kepada peserta yg tidak aktif agar tetap memperoleh nilai diskusi. Interupsi ini dapat pula dilakukan untuk crosscheck apakah jawaban/komentar/ pendapat seorang mahasiswa sesuai dengan jawabannya dalam Buku Modul. f. Dg cara ini fasilitator dapat mengetahui apakah modul dikerjakan sendiri, mencontoh teman, atau tidak sempat dipelajari mahasiswa bersangkutan. g. Mencatat hal-hal yg perlu klarifikasi, koreksi, atau pendalaman agar tujuan belajar dapat dicapai. 47

48 (5) Sesudah diskusi, kepada PJMK fasilitator: a. Menyerahkan Lembar Observasi yg telah dinilai. b. Menyerahkan hal-hal yg perlu klarifikasi, koreksi, atau pendalaman agar tujuan belajar dapat dicapai. c. Penanggungjawab Blok menyerahkan hal-hal diatas kepada para Pengampu Kuliah Pakar (6) Modul ditutup dengan Kuliah Pakar yang isinya dapat berupa: a. Klarifikasi materi yg dipandang perlu b. Resume atau restrukturisasi materi untuk memperoleh pemahaman yg komprehensif c. Diakhiri dengan Ujian Modul 48

49 METODE SEVEN JUMP (TUJUH LANGKAH) LANGKAH 1. Klarifikasi istilah/terminologi asing (yg tidak dimengerti) a. Proses Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yg maknanya belum jelas dan anggota kelompok yg lain mungkin dapat memberikan definisinya. b. Semua mahasiswa harus dibuat merasa aman, agar mereka dapat menyampaikan dg jujur apa yg mereka tidak mengerti. c. Alasan Istilah asing dapat menghambat pemahaman. Klarifikasi istilah walaupun hanya sebagian bisa mengawali proses belajar. d. Output tertulis Kata-kata atau istilah yg tidak disepakati pengertiannya oleh kelompok dijadikan tujuan pembelajaran (learning objectives) LANGKAH 2. Menetapkan masalah a. Proses Ini merupakan sesi terbuka dimana semua mhs didorong untuk berkontribusi pendapat tentang masalah. Tutor mungkin perlu mendorong semua mhs untuk berkontribusi dengan cepat tetapi dengan analisis yg luas. b. Alasan Sangat mungkin setiap anggota kelompok tutorial mempunyai perspektif yg berbeda terhadap suatu masalah. Membandingkan dan menyatukan pandangan ini akan memperluas cakrawala intelektual mereka dan menentukan tugas berikutnya. c. Output tertulis Daftar masalah yg akan dijelaskan 49

50 LANGKAH 3. Curah pendapat kemungkinan hipotesis atau penjelasan a. Proses Lanjutan sesi terbuka, tetapi sekarang semua mahasiswa mencoba memformulasikan, menguji dan membandingkan manfaat relatif hipotesis mereka sbg penjelasan masalah atau kasus. b. Tutor mungkin perlu menjaga agar diskusi berada pada tingkat hipotetis dan mencegah masuk terlalu cepat ke penjelasan yg sangat detail. c. Dalam konteks ini: Hipotesis berarti dugaan yg dibuat sebagai dasar penalaran tanpa asumsi kebenarannya, ataupun sebagai titik awal investigasi Penjelasan berarti membuat pengenalan secara detail, pemahaman, dg tujuan untuk saling pengertian d. Alasan Ini merupakan langkah penting, yg mendorong penggunaan prior knowledge dan memori serta memungkinkan mahasiswa untuk menguji atau menggambarkan pemahaman lain; link dapat dibentuk antar item jika ada pengetahuan tidak lengkap dalam kelompok. Jika ditangani dg baik oleh tutor, kelompok, langkah ini akan membuat mahasiswa belajar pada tingkat pemahaman yg lebih dalam. e. Output tertulis Daftar hipotesis atau penjelasan LANGKAH 4Menyusun penjelasan menjadi solusi sementara a. Proses Mahasiswa akan memiliki banyak penjelasan yg berbeda. Masalah dijelaskan secara rinci dan dibandingkan dengan hipotesis atau penjelasan yg diajukan, untuk melihat kecocokannya dan jika diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Langkah ini memulai proses penentuan tujuan pembelajaran (learning objectives), namun tidak disarankan untuk menuliskannya terlalu cepat. b. Alasan Tahap ini merupakan pemrosesan dan restrukturisasi pengetahuan yg ada secara aktif serta mengidentifikasi kesenjangan pemahaman. Menuliskan tujuan pembelajaran terlalu cepat akan menghalangi proses berpikir dan proses intelektual cepat, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terlalu melebar dan dangkal. c. Output tertulis Pengorganisasian penjelasan masalah secara skematis yaitu menghubungkan ide-ide baru satu sama lain, dg pengetahuan yg ada dan dengan konteks yg berbeda. Proses ini memberikan output visual hubungan antar potongan informasi yg berbeda dan memfasilitasi penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang. (Perhatian: Dalam memori, unsur-unsur pengetahuan disusun secara skematis dalam frameworks atau networks, bukan secara semantis seperti kamus). 50

51 LANGKAH 5. Menetapkan Tujuan Pembelajaran a. Proses Anggota kelompok menyetujui seperangkat inti tujuan pembelajaran (learning objectives) yg akan mereka pelajari. b. Tutor mendorong mahasiswa untuk fokus, tidak terlalu lebar atau dangkal serta dapat dicapai dalam waktu yg tersedia. Beberapa mhs bisa saja punya tujuan pembelajaran yg bukan merupakan tujuan pembelajaran kelompok, karena kebutuhan atau kepentingan pribadi. c. Alasan Proses konsensus menggunakan kemampuan seluruh anggota kelompok (dan tutor) untuk mensintesis diskusi sebelumnya menjadi tujuan pembelajaran yg tepat dan dapat dicapai. d. Proses ini tidak hanya menetapkan tujuan pembelajaran, akan tetapi juga mengajak semua anggota kelompok bersama-sama menyimpulkan diskusi e. Output tertulis Tujuan pembelajaran adalah output utama dari tutorial pertama. Tujuan pembelajaran seharusya berupa isu yg ditujukan pada pertanyaan atau hipotesis spesifik. Misalnya, "penggunaan grafik cantle untuk menilai pertumbuhan anak" lebih baik dan lebih tepat daripada topik global pertumbuhan LANGKAH 6. Mengumpulkan informasi dan belajar mandiri a. Proses Proses ini mencakup pencarian materi di buku teks, di literatur yg terkomputerisasi, menggunakan internet, melihat spesimen patologis, konsultasi pakar, atau apa saja yg dapat membantu mhs memperoleh informasi yg dicari. b. Kegiatan PBL yg terorganisir dengan baik meliputi buku program atau buku blok yg memuat saran cara memperoleh atau mengontak sumber pembelajaran spesifik yg mungkin sulit ditemukan atau diakses. c. Alasan Jelas bagian penting dari proses belajar adalah mengumpulkan dan memperoleh informasi baru yg dilakukan sendiri oleh mahasiswa d. Output tertulis Catatan individual mahasiswa. 51

52 LANGKAH 7. Berbagi hasil mengumpulkan informasi dan belajar mandiri a. Proses Berlangsung beberapa hari setelah tutorial pertama (langkah 1-5). Mhs memulai dg kembali ke daftar tujuan pembelajaran mereka. b. Pertama, mereka mengidentifikasi sumber informasi individual, mengumpulkan informasi dari belajar mandiri, saling membantu memahami dan mengidentifikasikan area yg sulit untuk dipelajari lebih lanjut (atau bantuan pakar). c. Setelah itu, mereka berusaha untuk melakukan dan menghasilkan analisis lengkap dari masalah. d. Alasan Langkah ini mensintesis kerja kelompok, mengkonsolidasi pembelajaran dan mengidentifikasikan area yang masih meragukan, mungkin untuk studi lebih lanjut. Pembelajaran pasti tidak lengkap (incomplete) dan terbuka (openended), tapi ini agak hati-hati karena mahasiswa harus kembali ke topik ketika pemicu yg tepat terjadi di masa datang. e. Output tertulis Catatan individual mahasiswa. Blok : Diskusi ke : Modul : Tanggal : Penilaian : 1. Kehadiran 2. Keaktifan dan kreatifitas 3. Relevansi 4. Sikap 52

53 Buku sumber: Suryosubroto Sistem Pengajaran dengan Modul. BINA AKSARA 53

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DESKRIPTOR KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG KEDOKTERAN ( Review 270510) - Draft LEVEL DESKRIPTOR HASIL PEMBELAJARAN (Learning Outcomes) 6 (S1) Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya

Lebih terperinci

DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN KEDOKTERAN 7 LAMPIRAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA UNTUK PENDIDIKAN KEDOKTERAN DESKRIPSI UMUM DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PELATIHAN PEKERTI PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman Judul MODUL. OLEH: CHOMSIN S WIDODO, M.Si, Ph.D

PELATIHAN PEKERTI PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman Judul MODUL. OLEH: CHOMSIN S WIDODO, M.Si, Ph.D Halaman Judul PELATIHAN PEKERTI TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 20-24 MARET 2017 MODUL PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) OLEH: CHOMSIN S WIDODO, M.Si, Ph.D Lembaga

Lebih terperinci

SALINAN PERATURANKONSILKEDOKTERANINDONESIA TENTANG PENERAPANKERANGKAKUALIFIKASINASIONALINDONESIA UNTUKPENDIDIKANKEDOKTERAN

SALINAN PERATURANKONSILKEDOKTERANINDONESIA TENTANG PENERAPANKERANGKAKUALIFIKASINASIONALINDONESIA UNTUKPENDIDIKANKEDOKTERAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA SALINAN PERATURANKONSILKEDOKTERANINDONESIA NOM OR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPANKERANGKAKUALIFIKASINASIONALINDONESIA UNTUKPENDIDIKANKEDOKTERAN DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA

Lebih terperinci

FASE I FASE II FASE III Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya

FASE I FASE II FASE III Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya LAMPIRAN 1. PEMETAAN HASIL BE LAJAR (LO) KE DALAM TEMA FASE/TAHUN Pemetaan Learning outcome ke dalam fase dilakukan dengan cara mendistribusikan kemampuan atau learning outcome sesuai dengan fase masing-masing.

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

Lampiran SM UB. (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja

Lampiran SM UB. (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja umum untuk lulusan pendidikan akademik, vokasi, dan profesi adalah sebagai berikut. Lulusan pendidikan akademik pada: a. Program Diploma

Lebih terperinci

Deskriptor Kualifikasi S1 Kedokteran Hewan (SKH)

Deskriptor Kualifikasi S1 Kedokteran Hewan (SKH) Deskriptor Kualifikasi S1 Kedokteran Hewan (SKH) No Komponen Kualifikasi General Descriptor 1 Landasan kepribadian 1 Beriman dan takwa kepada Tuhan YME 2 Berakhlak mulia, bermoral, beretika, berkepribadian

Lebih terperinci

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN TELAAH DIII KEPERAWATAN PARAMETER DESKRIPTOR a Mampu melakukan. dengan metode. menunjukka n hasil. dalam kondisi Unsurunsur Deskripsi Kemampuan kerja pada bidang terkait (profil) Cara kerja Tingkatan kualitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIA. Djoko Santoso Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIA. Djoko Santoso Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIA Djoko Santoso Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Bandung, 1 Desember 2010 OUTLINE Pendidikan Bidan Saat ini Masalah yang Dihadapi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit

Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab Pekanbaru 2015 Topic Tree Pengantar Manajemen Rumah Sakit Patient Safety dan Hospital

Lebih terperinci

Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ELMEN UTAMA PENGEMBANGAN KURIKULUM Nama :Feri dwi haryanto NIM :15105241029 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Standar Nasional Pendidikan, adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN DESKRIPSI UMUM Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka implementasi sistem pendidikan nasional dan

Lebih terperinci

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental

Lebih terperinci

Pandangan KKG tentang rencana revisi standar pendidikan dan standar kompetensi dokter gigi serta langkah-langkahnya

Pandangan KKG tentang rencana revisi standar pendidikan dan standar kompetensi dokter gigi serta langkah-langkahnya Pandangan KKG tentang rencana revisi standar pendidikan dan standar kompetensi dokter gigi serta langkah-langkahnya Afi Savitri Sarsito KKG KKI Surabaya, 5 Agustus 2010 Rasional 1. Kerangka Kualifikasi

Lebih terperinci

KOMPETENSI SARJANA BIOLOGI

KOMPETENSI SARJANA BIOLOGI KOMPETENSI SARJANA BIOLOGI Bambang Irawan Program Studi Biologi, FST, Universitas Airlangga, SURABAYA Disampaikan di Pertemuan KOBI di UIN ALAUDDIN, MAKASAR Tanggal 25 Agustus, 2016 PENGANTAR Kompetensi

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 ELEKTIF TOPIK 3B KESEHATAN KERJA

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 ELEKTIF TOPIK 3B KESEHATAN KERJA BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 ELEKTIF TOPIK 3B KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 Jl.Perintis Kemerdekaan. Padang 25127. Telp.: +62 751 31746. Fax.: +62 751 32838 e-mail

Lebih terperinci

KOMPETENSI NERS BERBASIS. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework

KOMPETENSI NERS BERBASIS. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework KOMPETENSI NERS BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework PARAMETER DESKRIPTOR Unsur-unsur Deskripsi DESKRIPTOR JENJANG KUALIFIKASI Ners (LEVEL 7) a Mampu melakukan.

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: Kode: 00802 08015. 01 NAMA MATA KULIAH BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: BUKU BLOK SISTEM KARDIOVASKULAR A. DESKRIPSI MODUL B. KOMPETENSI BLOK SISTEM KARDIOVASKULER C. TUJUAN

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Pelatihan

Ruang Lingkup Pelatihan Ruang Lingkup Pelatihan Tim Unistaff Indonesia Jakarta, 4-10 September 2006 Surabaya, 6-12 September 2006 Pelatihan Program Pengembangan Unistaff Mengapa? Apa? Bagaimana? Lantas? Iring-iringaniringan menuju

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci

Visi, Misi dan Tujuan

Visi, Misi dan Tujuan Visi, Misi dan Tujuan FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 i ii iii iv DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... SK Visi, Misi, dan Tujuan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya...

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK.

Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK. GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 (721-730) (PEMIKIRAN) IMPLEMENTASI KBK DI FAKULTAS KEDOKTERAN (Studi Pustaka tentang KBK) Satimin Hadiwidjaja Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UNS Abstrak :Latar

Lebih terperinci

tip.ub.ac.id Rumusan Hasil Workshop Peningkatan Daya Saing Global Lulusan PS Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Tekno

tip.ub.ac.id Rumusan Hasil Workshop Peningkatan Daya Saing Global Lulusan PS Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Tekno tip.ub.ac.id tip.ub.ac.id Rumusan Hasil Workshop Peningkatan Daya Saing Global Lulusan PS Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB Bogor, 19 Februari

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH TIM PENYUSUN KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

WORKSHOP RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) USAHID. Agustina Zubair

WORKSHOP RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) USAHID. Agustina Zubair WORKSHOP RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) USAHID Agustina Zubair KURIKULUM PT Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar serta cara

Lebih terperinci

Standardisasi Pendidikan Kedokteran Menuju Pelayanan Kesehatan yang Bermutu. Fasli Jalal. Wakil Menteri Pendidikan Nasional

Standardisasi Pendidikan Kedokteran Menuju Pelayanan Kesehatan yang Bermutu. Fasli Jalal. Wakil Menteri Pendidikan Nasional Standardisasi Pendidikan Kedokteran Menuju Pelayanan Kesehatan yang Bermutu Fasli Jalal Wakil Menteri Pendidikan Nasional OVERVIEW B. SITUASI PENDIDIKAN DOKTER SAAT INI PERKEMBANGAN YANG TERJADI DI INDONESIA

Lebih terperinci

WORK SHOP KURIKULUM MIH

WORK SHOP KURIKULUM MIH WORK SHOP KURIKULUM MIH MENYUSUN KURIKULUM PROGRESIF MIH BERBASIS KKNI DAN SNPT 2015 DI UNIVERSITAS NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 1 APRIL 2017 Oleh: PROF.DR.SUTEKI, S.H.,M.HUM. KETUA PROGRAM MAGISTER ILMU

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL

MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2010 All Rights Reserved MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

Lebih terperinci

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI Indonesian ualification Framework GATS & AFTA, UU SISDIKNAS, REGIONAL CONVENTIONS KESIAPAN INDONESIA MENERIMA INFLUX TENAGA KERJA ASING DALAM BERBAGAI JENJANG PEKERJAAN DI INDUSTRI/PERUSAHAAN REKOGNISI

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA Lulusan dokter gigi yang diharapkan sesuai dengan standar pendidikan dan kompetensi sebagai berikut: DOMAIN I : PROFESIONALISME Melakukan praktik di bidang kedokteran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING

Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING Bab 1 KURIKUKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PROBLEM-BASED LEARNING AREA KOMPETENSI DOKTER Fakultas Kedokteran UNS memiliki visi menyelenggarakan program studi pendidikan dokter yang berkualitas dan memiliki

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 01 UNGARAN Standar Isi Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW SM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI PSIKOLOGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR: 01/Kep/AP2TPI/2015 TENTANG

KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI PSIKOLOGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR: 01/Kep/AP2TPI/2015 TENTANG KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR: 01/Kep/AP2TPI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oentarini Tjandra Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara ABSTRAK Seiring dengan diterapkannya

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No : STD/SPMI/A.03 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-10 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN undiknas, 2016 all rights reserved

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

Pedoman Pendidikan Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran

Pedoman Pendidikan Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Pedoman Pendidikan Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 Visi Menjadi Institusi Pendidikan Kedokteran Yang Terkemuka Dan Bertaraf Internasional Misi Merintis Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

Pemetaan Kompetensi antara D3 dan Ners berbasis KKNI Grand Sahid Jakarta, 7-8 maret 2012

Pemetaan Kompetensi antara D3 dan Ners berbasis KKNI Grand Sahid Jakarta, 7-8 maret 2012 Pemetaan Kompetensi antara D3 dan Ners berbasis KKNI Grand Sahid Jakarta, 7-8 maret 2012 a PARAMETER DESKRIPTOR Mampu melakukan. dengan metode. menunjukkan hasil. dalam kondisi Unsur-unsur Deskripsi Kemampuan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN Indonesian ualification Framework GATS & AFTA, UU SISDIKNAS, REGIONAL CONVENTIONS KESIAPAN INDONESIA MENERIMA INFLUX TENAGA KERJA ASING DALAM BERBAGAI JENJANG PEKERJAAN DI INDUSTRI/PERUSAHAAN REKOGNISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang baru menjalani proses pembelajaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok : REPRODUKSI Bobot : 4 SKS Semester : IV Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: - Menjelaskan

Lebih terperinci

Kode Dokumen : Revisi : 0 Tanggal : Diajukan oleh : Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. ttd

Kode Dokumen : Revisi : 0 Tanggal : Diajukan oleh : Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. ttd Struktur Organisasi Pelaksanaan Audit Internal Mutu (AIM) Batch 1 Unit Jaminan Mutu Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kode Dokumen : 10804 02 000 Revisi : 0

Lebih terperinci

CAPAIANPEMBELAJARAN LULUSAN S1 MANAJEMEN

CAPAIANPEMBELAJARAN LULUSAN S1 MANAJEMEN I/03/CPL/02Rev.2 Ttd. 20 September 2017 CAPAIANPEMBELAJARAN LULUSAN S1 MANAJEMEN UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA 2017 1 I/03/CPL/02Rev.2 Ttd. 20 September 2017 CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok : THT Bobot : 4 SKS Semester : V Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: - Menjelaskan organ

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN PBM

MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN PBM MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN PBM PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2010 All Rights Reserved Manual Prosedur PELAKSANAAN PBM PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

Lebih terperinci

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

Tata laksana dan metoda survey akreditasi Tata laksana dan metoda survey akreditasi Pelaksanaan survei Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen eksternal dan internal Telusur: Wawancara: Pimpinan puskesmas Penanggung jawab program Staf puskesmas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.867, 2015 KEMENKES. Praktik. Ahli Teknologi. Labotarium Medik. Penyelenggaraan. Izin. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG IZIN

Lebih terperinci

DRAFT KKNI PROFESI KEPERAWATAN

DRAFT KKNI PROFESI KEPERAWATAN Kualifikasi Lulusan Program Magister Keperawatan UNDIP (KKNI, LEVEL 8) : 1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannyaatau praktek profesionalnya melalui riset

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 (ELEKTIF) TAHUN AJARAN 2016/2017 MODUL 3A. OBAT TRADISIONAL. SUB KOORDINATOR : Dra.Erlina Rustam, MS.

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 (ELEKTIF) TAHUN AJARAN 2016/2017 MODUL 3A. OBAT TRADISIONAL. SUB KOORDINATOR : Dra.Erlina Rustam, MS. BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 (ELEKTIF) TAHUN AJARAN 2016/2017 MODUL 3A. OBAT TRADISIONAL SUB KOORDINATOR : Dra.Erlina Rustam, MS., Apt 1 PENDAHULUAN Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 mengenai Industri

Lebih terperinci

KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN

KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN Harsono Kolegium Neurologi Indonesia PERSPEKTIF PERUBAHAN & PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPATUHAN DOKTER PRAKTEK SWASTA (DPS) TERHADAP SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL) DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

GAMBARAN KEPATUHAN DOKTER PRAKTEK SWASTA (DPS) TERHADAP SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL) DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 GAMBARAN KEPATUHAN DOKTER PRAKTEK SWASTA (DPS) TERHADAP SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL) DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 J. Nugrahaningtyas W. Utami Intisari Latar Belakang : Menurut Kementrian

Lebih terperinci

TEKNIK SEVEN JUMP. Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015

TEKNIK SEVEN JUMP. Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 TEKNIK SEVEN JUMP Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 PERAN SEVEN JUMP Sebagai alat bagi mahasiswa untuk mencapai LO. LO (Learning Objective) : tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA Buku Panduan Mahasiswa SUB KORDINATOR : dr. Yuniar Lestari, MKes 1 DAFTAR KULIAH PENGANTAR BLOK 4.3 MODUL 3B MODUL TOPIK KULIAH PENGANTAR KODE

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DASAR-DASAR BIOPROSPEKSI. BIO 4007 (3 SKS) Semester III

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DASAR-DASAR BIOPROSPEKSI. BIO 4007 (3 SKS) Semester III RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DASAR-DASAR BIOPROSPEKSI BIO 4007 (3 SKS) Semester III PENGAMPU MATA KULIAH 1. Dr. Feskaharny Alamsjah 2. Dr. Zozy Aneloi Noli 3. Dr. Periadnadi 4. Dr. Nurainas PROGRAM

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SIKAP 1. Bertakwa kepada

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA Buku Panduan Mahasiswa SUB KORDINATOR : dr. Yuniar Lestari, MKes 1 PANDUAN TUTOR BLOK 4.3 ELEKTIF Penanggung Jawab, Koordinator Blok 4.3 Sub Koordinator

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

Kompetensi Lulusan, Learning Outcomes dan Kurikulum Program Studi Doktor Ilmu Pangan Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Kompetensi Lulusan, Learning Outcomes dan Kurikulum Program Studi Doktor Ilmu Pangan Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Kompetensi Lulusan, Learning Outcomes dan Kurikulum Program Studi Doktor Ilmu Pangan Berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6 Adult Learning dan Berpikir Kritis By : Kelompok 6 Anggota kelompok Wahyu Prasetyo A. (09020037) Cut Ainunin Nova (09020038) Riza Nur Azizi (09020039) Fadhiel Yudistiro (09020040) Fatimah (09020041) Erwin

Lebih terperinci

STANDAR MUTU PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

STANDAR MUTU PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT STANDAR MUTU PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK/PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Jl. A.Yani Km.36 Banjarbaru, Kalsel 70714, Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Identitas Mata Kuliah Identitas Pengampu Mata

Lebih terperinci

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL)

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL) PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL) 1. Tugas Dasar Tutor dalam Diskusi Kelompok a. Mendorong partisipasi aktif setiap anggota diskusi kelompok. b. Membantu ketua kelompok dalam

Lebih terperinci

Manual Mutu Akademik

Manual Mutu Akademik Manual Mutu Akademik MM 01 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Manual Mutu Akademik ini berisi tentang kebijakan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI PENDIDIKAN 3/24/2015 9:53 AM PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1 SISTEMATIKA PERMENDIKBUD NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PERMENDIKBUD

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI Implementasinya dalampbl Sugito Wonodirekso Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI Pendahuluan KBK tidak sama dengan PBL PBL adalah salah satu cara untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No. : STD/SPMI-UIB/01.03 Tanggal : 1 September Revisi : 2 Halaman : 1 dari 7 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Berdasarkan Permendikbud no. 49/2014

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Berdasarkan Permendikbud no. 49/2014 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Berdasarkan Permendikbud no. 49/2014 Standar yang diatur di lingkup DIKTI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Standar Isi 3. Standar Proses 4.

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:826), memiliki pengertian : Perihal atau cara untuk melayani / kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (S3 DOKTOR)

LEARNING OUTCOME PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (S3 DOKTOR) LEARNING OUTCOME PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (S3 DOKTOR) Tabel 1. Learning Outcome (PSL-S3) Pernyataan kompetensi : Setelah menyelesaikan program studi ini, lulusan mempunyai

Lebih terperinci

KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN

KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA: DARI ZAMAN KE ZAMAN Harsono Kolegium Neurologi Indonesia PERSPEKTIF PERUBAHAN & PERKEMBANGAN KOMPETENSI Ilmu & Teknologi Informasi & komunikasi Perubahan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 894 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI UJIAN KETERAMPILAN KLINIK DASAR MODUL GASTROINTESTINAL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2008 Oleh :

Lebih terperinci

KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI

KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI Pembangunan kesehatan Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Upaya pelayanan/asuhan

Lebih terperinci

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016 Pimpinan Fakultas Pengelola Program Studi Kedokteran VISI Prodi Kedokteran Menjadi Prodi Kedokteran Sebagai Pusat Pengembangan IPTEK Kedokteran bereputasi Internasional,

Lebih terperinci

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Oleh : Nisa Muktiana/ Nisamuktiana.blogs.uny.ac.id

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Oleh : Nisa Muktiana/ Nisamuktiana.blogs.uny.ac.id STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Oleh : Nisa Muktiana/15105241036 Nisamuktiana.blogs.uny.ac.id Standar yang diatur dilingkup DIKTI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Standar Nasional Pendidikan, adalah kriteria

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A) Majelis Assosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia I. PENDAHULUAN II. KOMPONEN STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER 1. Visi, Misi dan tujuan 2. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah : 9 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL Matakuliah: PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA ( 383I113 ) Oleh: Prof. Dr. Ir. H. Basit Wello, M.Sc Koordinator Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc Ir. Johana C. Likadja,

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENYESUAIAN KURIKULUM 2016 BERBASIS KKNI PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT BAGI MAHASISWA INTAKE D-III

PANDUAN PELAKSANAAN PENYESUAIAN KURIKULUM 2016 BERBASIS KKNI PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT BAGI MAHASISWA INTAKE D-III PANDUAN PELAKSANAAN PENYESUAIAN KURIKULUM 2016 BERBASIS KKNI PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT BAGI MAHASISWA INTAKE D-III FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2017 I. Latar Belakang

Lebih terperinci

TUJUAN Dalam rangka melaksanakan misi dan pencapaian visi PS MTM Universitas Lampung, maka ditetapkan tujuan Program Studi sebagai berikut:

TUJUAN Dalam rangka melaksanakan misi dan pencapaian visi PS MTM Universitas Lampung, maka ditetapkan tujuan Program Studi sebagai berikut: KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 TEKNIK MESIN RUMUSAN VISI Visi Program Studi Magister Teknik Mesin (PS MTM) Universitas Lampung adalah Unggul dalam pengembangan ilmu Teknik Mesin berbasis riset inovatif. Visi

Lebih terperinci