Bab 1 Struktur Perilaku Kinerja Structure ConductPerformance (SCP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 1 Struktur Perilaku Kinerja Structure ConductPerformance (SCP)"

Transkripsi

1 Bab 1 Struktur Perilaku Kinerja Structure ConductPerformance (SCP) Melalui teori struktur, perilaku dan kinerja pasar atau yang dalam literatur ekonomi industri dikenal sebagai paradigma structure conduct performance akan dapat ditelaah keterkaitan antara kinerja industri dengan faktor faktor penentunya seperti kekuatan pasar dan hambatan masuk pasar. Paradigma S-C-P Salah satu subjek pokok dalam pembahasan ekonomi industri adalah kinerja untuk industri tertentu. Bahkan dapat dikatakan bahwa kajian terhadap kinerja merupakan tujuan dari studi organisasi industri. Kerangka kerja analisis yang umum digunakan adalah pendekatan struktur, perilaku dan kinerja atau paradigma structure conduct performance (S C P) yang mempelajari keterkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja suatu industri. Pendekatan SCP merupakan pendekatan yang cukup dominan dalam studi ekonomi industri dengan asumsi bahwa kinerja pasar sangat dipengaruhi oleh struktur pasar yang ada. Salah seorang pioneer dalam pendekatan ini, Richard Caves menyatakan bahwa struktur pasar sangatlah penting karena struktur menetukan perilaku perusahaan dalam suatu industri dan perilaku tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kualitas dari kinerja industri (Clarkson dan Miller, 1982: 5). Struktur pasar mengacu pada karakteristik pasar yang mempengaruhi proses persaingan. Dengan demikian struktur pasar diantaranya terkait dengan ukuran dan distribusi ukuran dari perusahaan (size and size of distribution of firm), hambatan masuk pasar (barrier and condition of entry), differensiasi produk serta struktur biaya dan regulasi pemerintah. 1

2 Struktur pasar akan mempengaruhi operasional dan perilaku maing masing perusahaan. Struktur pasar dapat mempengaruhi kondisi internal perusahaan misalnya melalui kebijakan yang terkait dengan karyawan, kondisi kerja dan lain hal yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi alokasi sumber daya yang dimiliki antar perusahaan. Perilaku perusahaan dapat dikaji dari desain produk dan diferensiasinya, cara penetapan harga serta kegiatan periklanan dan promosi penjualan yang dilakukan perusahaan. Secara skematis pendekatan S C P dapat digambarkan sebagai berikut : Struktur Perilaku Kinerja Gambar 1.1 Skema Framework Organisasi Industri 2

3 Adapun kinerja pasar merupakan penilaian mengenai bagaimana tujuan ekonomi tertentu dapat dipenuhi yang meliputi efisiensi, pertumbuhan, pemerataan dan kesempatan kerja. Dalam rangka membuat penilaian kinerja, kriteria ekonomi normatif harus dijadikan patokan. Supaya kita dapat menyatakan baik buruknya kinerja suatu industri terlebih dahulu harus ditentukan tujuan normatif yang ingin dicapai. Aliran Chicago Pendekatan SCP menekankan bahwa kinerja pasar sangat ditentukan oleh kekuatan pasar (market power). Pendapat ini ditentang oleh aliran Chicago yang percaya bahwa perilaku anti persaingan pada dasarnya disebabkan oleh campur tangan pemerintah. Bukannya mengingkari eksistensi monopoli, aliran Chicago berpendapat bahwa monopoly power yang tidak didukung oleh pemerintah hanyalah bersifat sementara. Pendekatan Chicago menolak kemungkinan berhasilnya strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain maupun terhadap calon pesaing (potential entrant). Dengan keyakinan yang kuat bahwa penyimpangan dari model persaingan sempurna hanyalah bersifat sementara, maka tidaklah mengejutkan jika aliran Chicago mengkritik riset yang dilakukan melalui kerangka S C P. Aliran SCP percaya bahwa teori mikro elementer tidaklah cukup untuk menjelaskan kejadian di dunia nyata, oleh karenanya diperlukan observasi untuk mengembangkan model yang cukup komprehensif untuk menjelaskan realita. Sebaliknya, aliran Chicago bersikukuh bahwa kontradiksi antara teori mikro dasar dengan kenyataan terjadi karena akibat dari kesalahan dalam observasi (Martin, 1989 : 11). Secara skematis, kerangka kerja aliran Chicago dapat diilustrasikan dalam Gambar1.2 3

4 Gambar 1.2 Skema Framework Aliran Chicago Berdasarkan skematis diatas, kebebasan untuk memasuki pasar (freedom of entry) akan menjamin optimalisasi kinerja. Struktur Perilaku Kinerja Struktur pasar tidak digambarkan sebagai determinan dari kinerja pasar. Sementara aliran SCP memandang persaingan tidak sempurna sebagai model dasar untuk meninjau perilaku industri, aliran Chicago lebih memandang bahwa model persaingan sempurna merupakan model yang lebih relevan. Meski demikian dalam hal tertentu terdapat sintesis diantara dua kubu aliran dimaksud. Ekonom dalam aliran SCP tidak lagi memandang bahwa kekuatan pasar sebagai satu satunya penjelas bagi perilaku pasar. Akan tetapi pendukung aliran SCP tetap tidak ingin mengasumsikan, sebagaimana dilakukan oleh aliran Chicago, bahwa efisiensi merupakan penjelas utama dari perilaku perusahaan dan pemerintah sebagai biang penyebab kekuatan pasar (market power). 4

5 Bab 2 Struktur Pasar Secara umum struktur pasar berada dalam dua spektrum yang berbeda yaitu pasar persaingan sempurna (perfect competition) dan pasar monopoly. Pasar persaingan sempurna dapat diidentifikasi dari beberapa karakteristik sebagai berikut: (1) Terdapat banyak penjual atau perusahaan dalam pasar, (2) Barang yang dijual bersifat homogen, (3) Setiap perusahaan hanya menjadi price taker, tidak ada satupun perusahaan yang menjadi pengontrol harga atau price maker, (4) Dalam jangka panjang, tiap perusahaan tidak bisa menikmati profit ekonomis dengan tingkat harga sama dengan biaya marginalnya dan, (5) Tidak terdapat hambatan untuk memasuki pasar (no entry barriers). Identifikasi strukur pasar dapat dievaluasi berdasarkan beberapa karakteristik diatas. Pasar monopoly misalnya, dapat dilihat dari ciri yang secara ekstrim berbeda dengan tipikal pasar persaingan sempurna, yaitu : terdapat hanya satu Penjual yang menjadi price maker, perusahaan menikmati profit ekonomis dalam jangka panjang dengan menetapkan harga diatas biaya marginal nya dan terdapat hambatan untuk memasuki pasar (entry barrier conditions). Dengan demikian, pasar dengan karakteristik yang berada diantara spektrum pasar persaingan sempurna dan monopoly dapat diidentifikasi sebagai pasar oligopoly. Para ahli mengajukan berbagai pengukuran untuk mengidentifikasi struktur pasar, beberapa diantaranya disampaikan secara sepintas melalui pembahasan berikut. Pendekatan Produk Salah satu cara untuk mengidentifikasi pasar adalah dengan menggunakan pendekatan produk. Apabila pasar didefinisikan berdasarkan jenis produk maka harus dipastikan hubungan antara 5

6 produk satu dengan produk lainnya. Hubungan dimaksud dapat berupa hubungan substitusi maupun hubungan komplementer. Jika beberapa produk memiliki hubungan substitusi antar satu dengan lainnya, maka sudah selayaknya untuk dikelompokkan dalam satu pasar yang sama. Identifikasi pasar dengan pendekatan produk dapat dilakukan dengan cara mengukur elastisitas silang (cross elasticity) diantara beberapa produk dimaksud, dengan formulasi sebagai berikut: dalam hal ini q adalah kuantitas, p tingkat harga serta subscript x dan y masing masing menunjukkan barang x dan barang y. Apabila koefisien elastisitas silang adalah positif maka barang x dan y bersifat substitusi dan jika negatif dapat dikatakan bersifat komplementer. Pendekatan Kinerja Salah satu karakteristik pasar diidentifikasi berdasarkan kinerja (performance). Sebagaimana telah disinggung bahwa pasar monopoly dapat menetapkan harga diatas biaya marjinal, sementara pasar persaingan hanya mampu menetapkan harga sama dengan biaya marjinalnya. Seberapa besar deviasi antara tingkat harga dengan biaya marjinalnya, menunjukkan besarnya derajat kekuatan monopoly (monopoly power) yang dimiliki pasar dimaksud. Salah satu indeks yang dapat digunakan untuk mengukur derajat kekuatan monopoly adalah menggunakan indeks Lerner yang diformulasikan sebagai berikut: dalam hal ini P adalah tingkat harga dan MC adalah biaya marjinal. Lerner Index (LI) bervariasi antara 0 hingga 1. Semakin mendekati 1 maka semakin 6

7 merepresentasikan kekuatan monopolis. Permasalahan teknis dari perhitungan indeks Lerner adalah bahwa perhitungan marginal cost dalam praktek tidaklah mudah. Oleh karena itu, beberapa ahli mengajukan alternatif perhitungan yang diantaranya menggunakan indeks Bain. Bain mendefinisikan tingkat profit (profit rate) sebagai e/v dimana dalam hal ini profit ekonomis dinyatakan sebagai: Dalam hal ini R adalah total penerimaan, C besarnya biaya, D besarnya depresiasi, V adalah nilai dari investasi dengan return sebesar i. Sebagaimana telah dicatat bahwa pasar non persaingan sempurna akan menikmati profit ekonomis dalam jangka panjang. Pendekatan Konsentrasi Alternatif pengukuran struktur pasar adalah menggunakan indeks konsentrasi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa apabila pasar hanya didominasi oleh beberapa perusahaan, maka perilaku beberapa perusahaan tersebut akan cenderung berupaya mengontrol harga sebagaimana dilakukan oleh monopolis. Pendekatan konsentrasi pasar menggunakan beberapa indeks, salah satu yang banyak digunakan adalah rasio konsentrasi yang diukur berdasarkan data penjualan beberapa perusahaan terbesar. Dalam praktek, rasio konsentrasi tidak hanya didasarkan pada data penjualan namun juga bisa menggunakan variabel jumlah tenaga kerja, nilai investasi, jumlah aset dan lain sebagainya. Batasan banyaknya jumlah perusahaan terbesar juga bervariasi, bisa menggunakan empat perusahaan terbesar, delapan perusahaan, 50 perusahaan atau bahkan 100 perusahaan terbesar tergantung pada cakupan data yang tersedia. Perhitungan konsentrasi pasar dapat juga dilakukan dengan pendekatan kurva konsentrasi dan kurva Lorenz. Kurva konsentrasi mengurutkan jumlah perusahaan dari yang terbesar hingga jumlah perusahaan terkecil dalam sumbu horizontal dan persentasi kumulatif dari asset dalam 7

8 industri sebagai sumbu vertical. Sebaliknya kurva Lorenz dalam perhitungannya mengurutkan dari jumlah perusahaan terkecil hingga jumlah perusahaan terbesar. Aplikasi kurva Lorenz lebih anjut adalah dengan menggunakan koefisien Gini yang bernilai 0 hingga 1. Semakin mendekati 0 berarti distribusi ukuran perusahaan semakin merata (perfect equality). Konsentrasi pasar juga dapat dihitung dengan menggunakan indeks Herfindahl yang diformulasikan sebagai berikut: Dalam hal ini N adalah jumlah perusahaan, x adalah ukuran perusahaan ke i dan T adalah total ukuran pasar. Ukuran pasar bisa menggunakan asset, penjualan atau variabel lainnya. Indeks Herfindahl bernilai antara 1/N hingga 1. Jika seluruh perusahaan memiliki ukuran yang sama maka indeks ini bernilai sebesar 1/N sedangkan jika hanya terdiri satu perusahaan (monopoly) dalam industri maka indeks ini akan bernilai satu. 8

9 Bab 3 Kinerja Industri Salah satu karakteristik pasar atau industri diidentifikasi berdasarkan kinerja (performance). Sebagaimana telah disinggung bahwa pasar monopoli dapat menetapkan harga diatas biaya marjinal, sementara pasar persaingan hanya mampu menetapkan harga sama dengan biaya marjinalnya. Seberapa besar deviasi antara tingkat harga dengan biaya marjinalnya, menunjukkan besarnya derajat kekuatan monopoli (monopoly power) yang dimiliki pasar dimaksud. Salah satu indeks yang dapat digunakan untuk mengukur derajat kekuatan monopoli adalah menggunakan indeks Lerner (Clarkson dan Miller, 1982 : 59) yang diformulasikan sebagai berikut: Dalam hal ini P adalah tingkat harga dan MC adalah biaya marjinal. Lerner Index (LI) bervariasi antara 0 hingga 1. Kinerja pasar secara normatif dikatakan baik jika tingkat harga yang terjadi sama dengan biaya marjinalnya. Indeks Lerner merupakan representasi dari indikator price cost margin (PCM) yang banyak digunakan oleh peneliti sebagai indikator kinerja industri. Kinerja industri sebenarnya tidak hanya dapat diukur berdasarkan indikator ini saja. Beberapa indikator seperti efisiensi teknis, profitabilitas dan penyerapan tenaga kerja juga mencerminkan kinerja industri. 9

10 Pangsa Pasar Untuk memulai analisis, misalkan kurva permintaan dapat dinyatakan secara linear sebagai berikut (Martin, 1989 : 27 28) : dalam hal ini, P adalah tingkat harga, Q output dan b adalah kemiringan kurva permintaan ( P/ Q). Penerimaan marjinal dari seorang produsen dapat dinyatakan sebagai perubahan total penerimaan akibat perubahan satu unit output. Sementara perubahan total penerimaan dapat dinyatakan sebagai: maka penerimaan marjinal dapat dinyatakan sebagai : Mengingat elastisitas permintaan merupakan perubahan persentase permintaan akibat satu persen perubahan harga, yakni: maka penerimaan marjinal dapat dinyatakan sebagai: Maksimasi profit dari produsen tunggal atau monopolis, diperlukan pemenuhan syarat tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya sehingga : 10

11 dengan manipulasi matematis maka akan diperoleh: Persamaan diatas menyatakan hubungan antara price cost margin dengan elastisitas permintaan dalam kasus monopoli. Melalui persamaan ini dapat diketahui bahwa kekuatan pasar seorang monopolis dibatasi oleh elastisitas permintaan akan produknya. Semakin tinggi elastisitas permintaan, maka semakin kecil kekuatan pasar yang dimilikinya. Kenaikan harga sedikit saja akan mengurangi permintaan dalam jumlah yang relatif besar. Untuk kasus oligopoli, (Martin, 1989 : 131) misalnya pasar dilayani oleh dua produsen yang memproduksi masing masing q1 dan q2 sebagai berikut: Fungsi biaya untuk masing masing produsen dapat dinyatakan sebagai: Total penerimaan untuk perusahaan 1 adalah: Dengan demikian penerimaan marjinal perusahaan 1 adalah : Maksimasi profit perusahaan 1 dicapai pada saat MR1 sama dengan MC1 yaitu: atau 11

12 Dengan membagi kedua ruas persamaan diatas dengan P maka akan diperoleh: Persamaan elastisitas permintaan dapat jika dihubungkan dengan slope kurva permintaan b dapat ditulis sebagai: Dengan mendefinisikan elastisitas permintaan sebagai P/bQ maka persamaan price cost margin dapat dinyatakan sebagai: Dalam hal ini si adalah market share dari perusahaan oligopolis. Model oligopoli yang digambarkan diatas tidak lain merupakan model duopoli Cournot standar yang mengsumsikan bahwa sebuah perusahaan akan mengambil keputusan mengenai output yang akan dijualnya dengan mengasumsikan bahwa output dari perusahaan pesaing adalah konstan. Asumsi ini banyak dikritik oleh banyak ahli karena menganggap bahwa perusahaan akan dengan pasti mengetahui jumlah output pesaing. Untuk mengatasi masalah ini, Martin (1989 : 113) memperkenalkan koefisien yang disebut sebagai conjectural variation yang mengukur persentase perubahan output pesaing yang diperkirakan oleh sebuah perusahaan akibat dari peningkatan outputnya sebesar satu persen. Conjectural variation dinyatakan sebagai: Jika koefisien conjectural variation ini disubsitusikan ke dalam model 12

13 price cost margin oligopolis maka akan diperoleh: Apabila α i bernilai 1 maka persamaan diats akan menjadi seperti model monopoli murni sebagaimana dalam persamaan sebelumnya. Jika α i bernilai 0 maka persamaan dimaksud akan kembali menjadi model oligopoli Cournot dasar. Intensitas Kapital Secara teoritis indikator price cost margin berhubungan dengan intensitas kapital. Semakin tinggi intensitas kapital yang diperlukan dalam teknik produksi, maka semakin tinggi pula nilai price cost margin. Mengingat data mengenai biaya arjinal tidak tersedia secara langsung, beberapa peneliti mengasumsikan terjadinya constans return to scale dimana biaya marjinal sama dengan biaya rata rata. Carlton dan Jeffrey (2000: 246) merumuskan marginal cost sebagai berikut: Dalam hal ini v adalah variable cost per unit, r adalah return dari kapital dan adalah depresiasi. Apabila nilai MC dalam persamaan diatas disubstitusikan ke dalam persamaan indeks Lerner maka dapat dinyatakan: Dengan mengatur ulang persamaan diatas maka akan diperoleh persamaan price cost margin yang dapat dirumuskan sebagai : Indikator price cost margin pada sisi sebelah kiri persamaan diatas dinyatakan sebagai rasio antara selisih nilai output dengan nilai input 13

14 dengan nilai outputnya. Adapun fraksi K/PQ dalam kajian empiris disebut sebagai kapital sales ratio. Intensitas Impor Studi price cost margin, dapat dihubungkan dengan intensitas impor. Kajian price cost margin kaitannya dengan impor dikenal dengan pengujian import disipline hypothesis. Pugel (1980 : 121) menganalisis permasalahan ini dengan mendefinisikan total pendapatan sebagai penjumlahan dari nilai penjualan domestik dan nilai impor Maksimasi profit oleh produsen, Z, kaitannya dengan harga domestik PD dapat dinyatakan sebagai : dalam hal ini CD adalah biaya marjinal dari produksi domestik. Syarat optimalisasi profit untuk first order condition, oleh Pugel dinyatakan sebagai : Dengan menyusun kembali persamaan diatas, Pugel merumuskan persamaan price cost margin sebagai berikut : Dalam hal ini εms adalah elastisitas supply barang impor, εmm dan εdd masing masing elastisitas permintaan impor dan barang domestik dan εmd dan εdm adalah elastititas silang permintaan silang. Berbagai elastisitas dalam persamaan sebelumnya tidak dapat diobservasi secara langsung sehingga Pugel menyederhanakan sebagai : 14

15 dengan batasan: Dari persamaan diatas diketahui bahwa indikator price cost margin secara teoritis memiliki hubungan negatif terhadap rasio impor terhadap nilai output domestic. 15

16 Bab 4 Perilaku Pasar Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa model price cost margin dapat digunakan untuk untuk mendeteksi derajat perilaku kolusif antar perusahaan. Perilaku tersebut dapat diestimasi dari koefisien conjectural variation yang diberikan dalam persamaan sebelumnya dapat ditulis kembali sebagai : Dengan demikian koefisien conjectural variation dapat diestimasi dengan cara: Perilaku kolusif digambarkan oleh Yoffie dan Casseres (1994) sebagai perilaku yang sedemikian rupa sehingga kinerja yang dihasilkan oleh pasar sama dengan struktur monopoli meskipun dalam pasar terdiri atas beberapa perusahaan. Apabila masing masing perusahaan melakukan strategi untuk menikmati keuntungannya sendiri maka saling respon antar pesaing akan menyebabkan kinerja yang medekati kondisi oligopoli Cournot. Dalam kasus yang lebih ekstrem dengan melibatkan lebih banyak perusahaan maka persaingan yang terjadi akan semakin mendekati kondisi persaingan sempurna. Secara matematis, jika permintaan pasar dinyatakan dalam kurva linear dan biaya marjinal sama dengan c, maka dalam kondisi persaingan sempurna akan dicapai keseimbangan harga pada tingkat P = c dengan output sebesar: 16

17 Apabila kondisi pasar berupa monopolis, maka maksimasi profit dilakukan dengan menyamakan pendapatan marjinal dengan biaya marjinal. Pendapatan marjinal untuk kasus permintaan linear adalah MR = a 2bQ. Keseimbangan output dicapai pada saat : Dalam kasus oligopolis dengan n perusahaan, maka pendapatan marjinal dapat dinyatakan sebagai MR = a (n+1)bq sehingga keseimbangan output total seluruh perusahaan adalah : Secara skematis, keseimbangan output dan harga untuk masing masing struktur pasar dapat digabung dalam ilustrasi Gambar 4.1. Gambar 4.1 Kinerja Monopoly, Oligopoly dan Persaingan Sempurna 17

18 Melalui ilustrasi tersebut ditunjukkan bahwa level kolusif sama dengan level monopoly. Dalam pasar yang hanya kuasai oleh segelintir perusahaan, maka tingkat harga maupun output akan mendekatai level monopoly ini sehingga disebut sebagai level kolusif yang optimal. Apabila perusahaan tidak bisa melakukan kolusi maka akan dicapai level keseimbangan oligopoly Cournot. Apabila jumlah perusahaan semakin meningkat maka akan dicapai level persaingan sempurna. Ilustrasi selengkapnya dapat diperhatikan dalam Gambar 4.1 Efisiensi Hubungan antara market share dengan price cost margin dapat dilihat dari kaitannya dengan efisiensi. Hipotesis efisiensi menyatakan bahwa semakin efisien sebuah perusahaan maka semakin tingi pula tingkat profit yang bisa diraih (Martin, 1989: 180). Hipotesis efisiensi merupakan penjelas lain disamping perilaku kolusif untuk menjelasakan hubungan antara positif antara market share dengan kinerja industri. Ilustrasi selengkapnya mengenai hipotesis efisiensi ini dapat diperhatikan melalui ilustasi Gambar 4.2 Gambar 4.2 menunjukkan penurunan biaya marjinal dari C1 ke C2 misalnya akibat ditemukan teknik produksi baru atau tim manajemen yang lebih superior. Turunnya biaya marjinal menyebabkan perpotongan antara kurva penerimaan marjinal dengan biaya marjinal bergeser ke bawah. Perusahaan dapat menurunkan harga dari P1 ke P2 dan menjual dengan output yang lebih banyak sekaligus menikmati peningkatan dalam profit. Melalui ilustrasi Gambar 2.4 dapat ditunjukkan bahwa peningkatan output dari Q1 ke Q2 diikuti dengan peningkatan dalam indikator price cost margin. Berdasarkan gambar dimakud dengan mudah dapat dibuktikan bahwa (P1 C1) / P1 < (P2 C2) / P2. 18

19 Gambar 4.2 Efisiensi dan Penentuan Harga Market Power Efek ekonomi dari market power adalah alokasi sumber daya yang tidak efisien atau mis alokasi input, redistribusi pendapatan dari konsumen ke produsen dan mengurangi kesejahteraan ekonomi atau economic welfare (Martin, 1989: 30). Untuk melihat efek ini secara grafis, berikut disajikan ilustasi model pasar dengan asumsi constant return to scale. Dalam kondisi persaingan, tingkat harga adalah Pc dengan tingkat output sebesar Qc dan surplus konsumen sebesar PcAE. Jika struktur pasar merupakan monopolis maka output akan dibatasi sehingga tingkat harga menjadi Pm dengan tingkat output sebesar Qm. Surplus konsumen menyusut menjadi PmAB. Sebesar PcPmBG surplus konsumen dialihkan ke produsen berupa transfer pendapatan konsumen terhadap produsen. Adapun bagian surplus konsumen sebesar segitiga GBE tidak dinikmati oleh pihak manapun sehingga merupakan deadweight welfare loss (DWL). 19

20 Gambar 4.3 Efek Alokatif dan Redistributif Market Power Peningkatan harga menyebabkan sebagian konsumen yang hanya bersedia membayar sebesar biaya produksi c, tidak dapat membeli produk dari monopolis yang harganya lebih tinggi (Pm > Pc = c). Konsumen tersebut mengalihkan pembelian untuk produk lain yang harganya (relatif terhadap harga monopolis) lebih rendah. Permintaan untuk barang monopolis menurun, dan permintaan untuk barang lainnya meningkat. Sejalan dengan itu, akan terjadi alokasi (allocated away) sumber daya dari produk monopolis ke produk lainnya. Dengan merestriksi output dan menaikkan harga, monopolis mengirimkan sinyal yang salah mengenai nilai relatif terhadap konsumen sehingga mengurangi permintaan untuk produk monopolis (monopolized goods). Pengurangan ini akan menyebabkan mis alokasi sumber daya antar industri. Not enough of the monopolized good is produced, from a social point of view, and too much of other goods is produced (Martin, 1989 : 31). 20

21 Efek ekonomi dari market power berupa DWL dapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut: Mengingat bahwa : Maka persamaan DWL dapat dihitung sebagai berikut : Dari persamaan diatas telah jelas bahwa indikator price cost margin memiliki hubungan searah dengan deadweight welfare los. 21

22 Bab 5 Strategi Harga Harga merupakan sinyal yang memandu alokasi sumber daya dalam perekonomian pasar. Ia juga merupakan instrument utama yang menentukan distribusi pandapatan antar pelaku ekonomi dalam proses ekonomi. Pertanyaan sentral dalam teori ekonomi adalah untuk menjelaskan tinggi dan rendahnya harga dari suatu produk. Penjelasan dimulai secara logis maupun observasi yang mengaitkan antara perilaku harga penjual dan pembeli dengan bermacam variabel penjelas. Beberapa variabel yang ditekankan oleh penyusun teori harga dikategorikan dalam sub bahasan struktur pasar yang mencakup jumlah dan distribusi ukuran penjual dan pembeli, tingkat substitusi dan diferensiasi produk, serta ada tidaknya hambatan masuk bagi penjual ke pasar. Hubungan antara karakteristik struktur pasar dengan perilaku harga merupakan fokus utama dalam volume ini. Secara lebih khusus, kita akan membahas bagaimana tingkat harga ditentukan dalam struktur Struktur Harga dan Perilaku Harga Meskipun memungkinkan untuk menyusun tipologi yang lebih kompleks, klasifikasi yang paling penting mengidentifikasi lima macam struktur pasar dasar yang mana ditentukan oleh jumlah penjual dan jenis produk. Jenis Produk Homogeneous Product Differentiated Product Jumlah Penjual Satu Sedikit Banyak Pure Monopoly Homogeneous Oligopoly Differentiated Oligopoly Pure Competition Monopolistic Competition 22

23 Berdasarkan skema diatas, perbedaan lebih dalam dapat digambarkan dengan mengacu pada kemudahan masuk bagi penjual baru. Klasifikasi diatas dapat dinyatakan menurut mudahnya masuk (easy entry), dimana supplier baru akan datang untuk merespon kenaikan harga diatas biaya, hingga sulitnya masuk (blockaded entry), dimana supplier baru tidak muncul meskipun harga yang dihasilkan mencapai tingkat profit monopolis yang maksimum. Perbedaan antara homogenitas dan diferensiasi dalam klasifikasi tergantung pada derajat substitutabilitas diantara produk beraneka produk yang dijual. Homogenitas akan terjadi, jika dalam benak pembeli, produk produk dimaksud dapat saling digantikan secara sempurna. Produk dapat dinyatakan terdiferensiasi apabila, melalui perbedaan fisik, pelayanan, tempat dan atau kesan subjektif, sebuah produk perusahaan lebih disukai daripada produk pesaing oleh beberapa pembeli, meskipun menawarkan harga yang lebih mahal. Nyatanya, diferensiasi produk amat kompleks sehingga dalam praktek sangat sulit untuk memisahkan pada level mana ujung homogenitas dan awal dari diferensiasi. Sama halnya, meskipun akhir monopoly murni berujung pada jumlah penjual dari satu menjadi dua sehingga disebut oligopoly, sangat sulit untuk memilah secara pasti mana oligopoly yang dapat digolongkan ke dalam struktur pasar kompetitif atau atomistic. Kunci dari pembedaan tersebut kerap bersifat subjektif. Jika jumlah penjual relatif sedikit sehingga masing masing penjual percaya bahwa terdapat keuntungan ekonomis yang diperoleh dari perilaku pasar oleh pihak lain, dan bahwa perusahaan lain terpengaruh oleh tindakannya, maka pasar dapat dikatakan bersifat oligopolistik. Dibawah persaingan sempurna, jumlah perusahaan sedemikian besarnya dan pangsa pasar tiap tiap perusahan sangat kecil sehingga tidak satupun perusahaan yang secara jelas mampu mempengaruhi harga pasar secara keseluruhan atau perusahaan lain yang memberi keuntungan dengan membatasi outputnya. Dalam bahasa matematis, harga merupakan parameter bagi perusahaan kompetitif ia ditentukan seluruhnya oleh kekuatan pasar dan bukan oleh kekuatan kontrol oleh satu perusahaan. Monopolis murni, oligopolis dan pesaing monopolistik sama sama memiliki karakteristik yang berbeda dengan persaingan sempurna : 23

24 masing masing menyadari bahwa keputusan akan outputnya akan memiliki pengaruh terhadap tingkat harga. Dalam hal ini masing masing dapat memperbesar kuantitas output yang dijual pada tingkat permintaan tertentu dengan cara menurunkan harga, atau dapat menaikkan harga dengan menerima konsekwensi bahwa output yang dijual akan menurun. Semua bentuk perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai monoploly power Para ekonom telah membangun model yang secara logika menarik, meskipun bersifat mekanistik, untuk memprediksi perilaku harga yang dihasilkan oleh persaingan sempurna, monopoli dengan rintangan masuk, dan (kadang bersifat kontroversi) di bawah kondisi persaingan monopolistik. Jika terjadi persaingan sempurna, maksimasi profit mensyaratkan bahwa perusahaan memperbanyak outputnya hingga harga sama dengan biaya marjinal. Masuknya perusahaan baru ke dalam industri akan terjadi hingga dicapai kondisi keseimbangan dimana harga, biaya marjinal, dan biaya rata rata berada pada level minimum. Keuntungan supra normal tidak ada. Dalam kondisi monopoly murni dengan blockaded entry dan persaingan monopolistik yang easy entry, produsen mencapai keuntungan maksimum dengan tingkat harga yang ada diatas biaya marjinal. Disparitas antara harga dan biaya marjinal akan menyebabkan mis alokasi sumber daya, dalam arti bahwa beberapa konsumen tidak bisa membeli produk yang ditawarkan karena harganya jauh diatas harga yang bersedia dibayar oleh konsumen. Dalam kasus monopoli murni, super normal profit juga dapat dicapai. Dengan oligopoly (dan juga monopoli dimana masuknya pesaing tidak dihambat), permasalahan teoritis menjadi berbeda dan sekaligus sulit. Masing masing oligopolies sadar bahwa kebijakan terbaik mengenai harga yang ditetapkan juga tergantung pada penetapan harga oleh pesaing. Perusahaan menjadi saling tergantung, dan mereka sadar akan hal itu. Sama dengan hal itu, monopolis yang membiarkan dirinya terancam oleh persaingan akan menyadari bahwa posisi pasar dan tingkat keuntungannya akan dipengaruhi bagaimana pesaing potensial (calon pesaing) merespon kebijakan harganya. Keputusan darim oligopolies dan monopolis rentan saingan (entry vulnerable) tergantung pada bagaimana asumsi yang mereka buat mengenai keputusan dan 24

25 reaksi pesaing dan calon pesaing serta beberapa asumsi lain yang layak dipertimbangkan. Kompeksitas dari permasalahan oligopoli menimbulkan banyaknya teori harga oligopolies, dari yang sederhana hingga yang rumit dengan pendekatan matematis. Perkembangan teori ini tidak terlepas dari banyaknya pola perilaku yang bisa diobservasi dari oligopoly. Observasi sebab akibat menyarankan bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi. Beberapa industri oligopolis nampak mempertahankan pendekatan harga sebagaimana monopoli murni. Sementara yang lain lebih tertarik untuk melakukan perang harga. Berdasarkan banyaknya perilaku yang diprediksi oleh teori serta observasi yang dilakukan, beberapa ekonom berkesimpulan bahwa permasalahan oligopoly tidak bisa ditentukan. Hal ini benar, setidaknya jika melihat bahwa seseorang tidak bisa menghubungkan keseimbangan harga dengan kondisi biaya dan permintaan dalam cara dan mekanisme yang unik dan menarik. Akan tetapi hal ini juga bisa dikatakan salah jika menyimpulkan bahwa kita tidak dapat membangun teori yang mampu memprediksi perilaku harga oligopolistik secara tepat. Sebuah interpretasi konstruktif adalah : untuk membuat perdiksi yang mampu bekerja kita membutuhkan teori yang lebih luas dibandingkan dengan teori yang telah diterima baik dalam pembahasan monopoly murni maupun persaingan sempurna, termasuk diantaranya variabel yang tidak relavan dengan dua kasus ekstrem tersebut. Persoalan ini menjadi sangat penting tidak hanya karena permasalahan teoritis dari oligopolies yang sangat sulit dan menarik, namun juga karena struktur pasar oligopolistik merupakan hal yang umum dijumpai dalam dunia nyata Sebuah indeks yang mengukur derajat oligopoli adalah rasio konsentrasi empat perusahaan yang diukur berdasarkan total persentase penjualan empat perusahaan terbesar. Jika konsentrasi rasio empat perusahaan berada diatas level 40% maka perlunya ketergantungan antar oligopolies dalam penentuan harga menjadi sangat signifikan. 25

26 Teori Murni Penentuan Harga Oligopolis Sebagai langkah awal, sangat berguna jika melakukan kajian terhadap beberapa hal penting dalam pengembangan teori oligopoli. Tulisan awal yang membahas permasalahan oligopoly dilakukan oleh Augustin Cournot yang dipublikasikan tahun 1838 namun tidak ditemukan oleh ahli ekonomi hingga 45 tahun kemudian. Cournot menyatakan bahwa masing masing perusahaan akan memilih memasarkan output yang memaksimumkan profitnya dengan mengasumsikan bahwa output dari perusahaan lain akan tetap. Dari asumsi sederhana ini, Cournot menurunkan dua kesimpulan. Pertama, untuk industri tertentu, terdapat keseimbangan harga kuantitas yang stabil. Kedua, keseimbangan harga tergantung pada jumlah penjual. Dengan penjual tunggal, dihasilkan harga monopolis. Dengan semakin banyaknya jumlah penjual, harga keseimbangan akan menurun sehingga jika jumlah penjual sangat banyak, tingkat harga akan semakin mendekati biaya marjinal. Dengan demikian, model Cournot mengindikasikan bahwa semakin dekat dengan keseimbangan kompetitif, maka semakin banyak jumlah penjual sebuah prediksi yang sesuai dengan kenyataan. Premis Cournot tidak realistik dalam hal tertentu. Pertama, dia mengasumsikan bahwa kuantitas output yang ditawarkan merupakan variabel kunci. Perusahaan menentukan outputnya dan menawarkannya ke pasar dengan tingkat harga yang menyamakan antara permintaan dan penawaran. Asumsi inidikritik oleh ekonom setelahnya yang berargumen bahwa berdasarkan observasi tingkat harga merupakan variabel penting utama bagi perusahaan yang memiliki kekuatan pasar. Dalam hal ini produser menentukan tingkat harga dan membiarkan pembeli memutuskan barang apa yang berapa yang ingin dia beli pada tingkat harga dimaksud. Keberatan ini akan semakin menguat jika kita mengasumsikan beberapa derajat diferensiasi produk, sehingga produsen yang berbeda akan dapat secara bersamaan menjual di pasar yang sama pada tingkat harga yang berbeda. Diskriminasi Harga Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh produsen atau penjual dalam pasar non persaingan sempurna untuk memaksimumkan 26

27 keuntungannya adalah melalui praktek diskriminasi harga. Melalui strategi ini, produsen dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara mengambil bagian dari surplus konsumen. Seberapa besar surplus konsumen yang berhasil dialihkan menjadi keuntungan produsen atau penjual menentukan besarnya derajat diskriminasi harga telah dilakukan. Diskriminasi harga derajat pertama atau diskriminasi harga sempurna (perfect price discrimination) tidak menyisakan bagian surplus konsumen (no consumers surplus left) sedemikian rupa sehingga setiap konsumen membayar harga maksimum untuk setiap unit barang yang ditawarkan. Selanjutnya, Arthur C. Pigou melakukan klasifikasi diskriminasi harga berdasarkan derajatnya, yaitu : derajat pertama atau diskriminasi harga sempurna, derajat kedua dan derajat ketiga. Sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya, diskriminasi harga derajat pertama memungkinkan produsen menjual tiap unit barang pada tingkat harga yang maksimum. Dalam kasus ini, produsen atau penjual berhasil menempatkan seorang konsumen untuk berhadapan dengan situasi pilihan take it or leave it. Clarkson dan Miller (1983) memberikan contoh ilustrasi yang menarik yaitu dalam kasus seorang wisatawan yang menawar souvenir di tempat wisata. Dalam hal ini, seorang wisatawan dapat terjerat dalam apa yang disebut oleh Clarkson dan Miller sebagai tourist traps. Produsen dapat menjual harga souvenir pada tingkat harga maksimum yang bersedia dibayar oleh seorang konsumen serta dapat menjual pada tingkat harga yang bervariasi untuk unit souvenir yang sama pada seorang konsumen yang berbeda. Diskriminasi harga derajat pertama mengakibatkan beralihnya seluruh surplus konsumen ke tangan penjual. Surplus konsumen didefinisikan sebagai perbedaan antara tingkat harga yang sebenarnya konsumen bersedia membayar (would have paid) dengan harga yang betul betul dia bayarkan (actually paid) pada tingkat output tertentu. Dalam kasus diskriminasi harga sempurna, perbedaan ini adalah tidak ada. Apabila produsen tidak dapat menetapkan diskriminasi harga untuk setiap unit barang yang dijual, namun masih bisa menentukan tingkat harga berbeda untuk sejumlah unit (lebih dari satu unit) barang maka perilaku sedemikian dikategorikan sebagai diskriminasi harga tingkat kedua. Contoh diskriminasi harga derajat kedua adalah pemberian diskon untuk pembelian unit yang lebih banyak, seperti dijumpai dalam 27

28 diskon harga yang kerap dijumpai di supermarket. Disamping itu, jenis potongan harga juga dapat diberikan dengan cara mengenakan tarif lebih murah untuk penggunaan jasa diatas ambang tertentu. Mengingat penjual tidak melakukan diskriminasi harga pada tiap unit barang yang dijual, maka surplus konsumen tidak dapat dialihkan seluruhnya menjadi keuntungan penjual Namun demikian, dibandingkan dengan menjual pada tingkat harga tunggal (harga monopolis), keuntungan penjual lebih banyak karena dapat menjangkau jumlah konsumen yang relatif lebih banyak. Berbeda dengan jenis diskriminasi harga lainnya, dalam diskriminasi harga derajat ketiga produsen atau penjual membagi pasar menjadi beberapa segmen pasar. Selanjutnya, produsen menetapkan harga yang berbeda pada tiap tiap bagian pasar yang berbeda tersebut. Segmentasi pasar dapat dilakukan berdasarkan perbedaan lokasi pasar. Produsen atau penjual dapat menjual barang atau jasa pada tingkat harga yang lebih mahal pada pasar yang memiliki elastisitas permintaan relatif lebih rendah. Diskriminasi harga semacam ini dapat dijumpai pada kasus harga tiket kereta yang berbeda untuk kelas ekonomi, kelas bisnis dan kelas eksekutif; perbedaan karcis pertunjukan konser antara kelas biasa dan kelas VIP serta perbedaan harga buku dan jurnal ilmiah untuk mahasiswa dan umum. Efisiensi Alokatif Mengingat diskriminasi harga hanya dapat dilakukan untuk pasar non persaingan sempurna, seringkali diasosiasikan bahwa praktek diskriminasi harga akan menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien (misallocation of resources). Namun demikian, secara teori diskriminasi harga pada level tertentu dapat menjual output dengan kuantitas yang sama dengan pasar persaingan sempurna. Jika diasumsikan bahwa kurva biaya monopolis sama dengan total kurva biaya dalam pasar persaingan sempurna maka kita dapat membandingkan kinerja monopolis yang melakukan diskriminasi harga dengan kinerja pasar persaingan. Dalam kasus diskriminasi harga sempurna, produsen menjual setiap unit barang pada tingkat harga berbeda sedemikian rupa sehingga unit terakhir terjual dengan tingkat harga yang sama dengan 28

29 biaya marjinalnya. Secara keseluruhan total output terjual akan sama dengan output dalam pasar persaingan. Dengan demikian maka dalam kasus ini, tidak terjadi in efisiensi alokatif dalam praktik diskriminasi harga derajat pertama. Perbedannya hanya terletak pada siapa yang akan menikmati bagian surplus konsumen. Dalam pasar persaingan sempurna surplus konsumen seluruhnya dinikmati oleh konsumen, sebaliknya dalam pasar monopolis yang melakukan diskriminasi harga sempurna, surplus konsumen seluruhnya diambil oleh monopolis. Dalam kasus diskriminasi harga derajat kedua, tingkat output terjual akan dibawah tingkat penjualan persaingan sempurna namun masih diatas level output monopoly tanpa diskriminasi harga. Selanjutnya, dalam kasus diskriminasi harga derajat ketiga tingkat output akan sama dengan tingkat monopoly murni dengan catatan bahwa seluruh kurva permintaan pasar berbentuk linear. Mengutip Joan Robinson, Clarkson dan Miller (1983) membuktikan bahwa untuk kurva permintaan non linear, diskriminasi harga derajat ketiga akan menjual output yang lebih banyak dibandingkan output yang dijual pada persaingan sempurna. Diskriminasi dan Efisiensi Diskriminasi harga dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumberdaya jika diperlukan untuk mencapai utilisasi maksimum. Sebagai misal, perusahaan listrik yang berupaya mengoptimalkan kapasitasnya dapat memberlakukan diskriminasi harga untuk pelanggan rumah tangga, pelayanan umum dan industri supaya dapat menjangkau segmen pasar yang lebih luas. Disamping itu, diskriminasi harga dalam taraf tertentu diperlukan untuk mempertahankan eksistensi sebuah industri. Dalam sebuah industri yang memiliki kurva biaya rata rata diatas kurva permintaan total maka industri tidak akan bertahan lama dalam jangka panjang. Jika dilakukan diskriminasi harga diharapkan produsen dapat menjual harga tinggi pada pasar yang permintaannya in elastik dan menjual harga murah pada pasar yang permintaannya relatif elastik. Rata rata harga jual diharapkan minimal sama dengan biaya rata ratanya sehingga industri masih dapat bertahan. 29

30 Bab 6 Skala Ekonomis dan Persaingan Monopolistik Peran skala ekonomis dalam perdagangan internasional pada dasarnya telah lama disadari oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Paul Krugman, beberapa pemikir seperti Bertin Ohlin (1933), Balassa (1967) dan Kravis (1971) secara umum berpendapat bahwa skala ekonomis memiliki peran penting dalam menjelaskan fenomena perdagangan antar negara negara industri maju pasca perang dunia. Hanya saja, porsi bahasan mengenai skala ekonomis sebagai penyebab terjadinya perdagangan relatif masih sedikit (Paul Krugman menulis artikel mengenai topik ini pada tahun 1979). Dalam artikelnya yang berjudul Increasing Return, Monopolistic Competition and International Trade, Paul Krugman mencoba membangun sebuah model untuk menjelaskan kaitan antara skala ekonomis dengan perdagangan. Pendekatan yang digunakan oleh Krugman ini enjadi agak kompleks karena juga mengaitkan struktur pasar persaingan monopolistik dalam menganalisis peran skala ekonomis terhadap perdagangan internasional, khususnya perdagangan antar industri sejenis atau yang lebih dikenal sebagai intra industry trade. Struktur pasar yang menjadi acuan dalam Model Krugman ini adalah pasar persaingan monopolistik Chamberlinian yang kali pertama diperkenalkan oleh Dixit dan Stiglitz (1977). Sungguhpun demikian, Krugman melakukan modifikasi terhadap model Dixit dan Stiglitz dengan tujuan agar penjelasannya relatif lebih mudah difahami. Sebagaimana pemaparan teori perdagangan yang relatif ketat dengan berbagai asumsi, model Krugman ini juga diawali dengan beberapa penjelasan tentang beberapa asumsi. Beberapa asumsi dimaksud diantaranya adalah : fungsi produksi dengan satu input (tenaga kerja), kondisi full employment, fungsi ulititas yang identik dalam suatu masyarakat, elastisitas permintaan yang menurun (decreasing) serta 30

31 beberapa asumsi yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Sebelum melangkah pada pembahasan asumsi, beberapa konsep penting akan dijelaskan terlebih dahulu seperti konsep mengenai skala ekonomis dan beberapa konsep mengenai struktur pasar persaingan monopolistic. Skala Ekonomis Konsep skala ekonomis terkait erat dengan derajat homogenitas sebuah fungsi produksi. Sebagai gambaran, misalkan terdapat fungsi produksi sebagai berikut: Dalam hal ini Q adalah output, K adalah kapital dan L adalah labor. Derajat homogenitas fungsi dapat diketahui jika kita m engalikan input dengan konstanta tertentu, misalkan t, maka fungsi produksi diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: Derajat homogenitas dapat dievaluasi melalui fraksi α+ β, dimana dalam hal ini apabila : α+ β < 1 adalah kondisi decreasing return to scale α+ β = 1 dikenal sebagai kondisi constant return to scale α+ β > 1 dikenal sebagai kondisi increasing return to scale Kondisi constant return to scale dikenal sebagai fungsi produksi Cobb Douglas dimana dalam hal ini peningkatan input sebesar t kali akan meningkakan output sebesar t kali. Apabila peningkatan input sebesar t kali dapat meningkatkan output lebih besar dari t kali maka kondisi ini dikenal sebagai increasing return to scale. Kondisi increasing return to scale inilah yang dalam tulisan ini disebut sebagai skala ekonomis. Apabila ditinjau dari sisi biaya, kondisi increasing return to scale adalah paralel dengan konsep decreasing cost. 31

32 Skala ekonomis dapat dicapai jika terdapat eksternalitas dalam satu industri atau jika dalam suatu perusahaan dapat melakukan apa yang dikenal sebagai mass production. Dalam hal ini, perusahaan dianggap rasional jika beroperasi dalam kondisi constant maupun increasing return to scale. Persaingan Monopolistik Struktur pasar persaingan monopolistik berada diantara spectrum pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli Beberapa karakteristik dari pasar persaingan sempurna diantaranya adalah : 1. Output yang dijual bersifat differentiated product, yaitu barang yang sebenarnya sejenis namun produsen dapat membuat produknya berbeda dari pesaingnya dengan melakukan misalnya strategi pemasaran dengan pendekatan 4P 2. Jumlah penjual relatif sedikit (oligopoly) 3. Terdapat relatif free entry dan free exit Struktur pasar persaingan monopolistic memiliki beberapa sifat yang mirip dengan perilaku pasar persaingan sempurna, serta beberapa sifat yang mirip dengan perilaku monopolis (oligopoly). Sifat persaingan Nampak dari adanya free entry, sedangkan sifat monopoly Nampak dari adanya differentiated product. 32

33 Gambar 6.1 Kurva Biaya Firm Monopolistik Vs Persaingan Sempurna 33

34 Bab 7 Model Persaingan Monopolistik Sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya, Krugman menggunakan pendekatan struktur persaingan monopolistik dalam menjelaskan fenomena skala ekonomis dalam perdagangan internasional. Asumsi Beberapa asumsi dalam model Krugman dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Terdapat hanya satu faktor produksi dalam perekonomian yaitu : labor atau tenaga kerja 2. Perekonomian dapat memproduksi beraneka jenis macam barang (barang 1 sampai barang ke n) 3. Masyarakat diasumsikan memiliki fungsi ulitilitas yang sama yaitu: Dalam hal ini ci adalah konsumsi untuk barang ke i. Terkait dengan ulititas konsumen ini, Krugman mendefinisikan elastisitas permintaan yang dihadapi oleh seorang produser sebagai berikut: Elastisitas permintaan diatas diperoleh jika kita melakukan proses 34

35 optimasi terhadap fungsi utilitas dengan kendala anggaran Dalam hal ini pi adalah harga barang dan I adalah income. Masalah optimasi ulitilas dapat dipercahkan dengan pendekatan fungsi Lagrange sebagai berikut : Turunan pertama dari fungsi Lagrange terhadap ci dan menyamakan dengan nol, adalah: Dari persamaan sebelumnya diperoleh : Sehingga kita dapat menyatakan hubungan pi dengan turunan pertama fungsi ulititas, v (ci), sebagai berikut : Turunan pertama pi terhadap ci adalah : 35

36 Elastisitas permintaan dalam hal ini didefinisikan sebagai : Subsititusikan dua persamaan terakhir terhadap formula elastisitas maka kita akan memperoleh: 4. Mengingat bahwa menurut asumsi 3 (dalam persamaan (1)) turunan kedua fungsi utilitas, v (ci) adalah negatif maka diasumsikan : yang menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya barang yang dikonsumsi maka elastisitas permintaan akan semakin mengecil. 5. Seluruh barang diproduksi dengan fungsi biaya yang sama. Tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi masing masing barang merupakan fungsi linear dari output, yaitu : Dalam hal in l adalah labor dan x adalah output 36

37 6. Produksi suatu barang sama dengan jumlah konsumsi individu untuk barang dimaksud. Apabila kita mengidentifikasi individu sebagai tenaga kerja, maka asumsi ini dapat dinyatakan bahwa produksi sama dengan konsumsi dari seseorang dikalikan dengan angkatan kerja atau labor force, L 7. Kita juga mengasumsikan terjadinya kondisi full employment sehingga seluruh angkatan kerja mengisi lapangan kerja dalam produksi suatu barang 8. Selanjutnya, Krugman juga menyatakan bahwa seluruh barang diproduksi dalam kuantitas yang sama serta harga yang sama pula : Harga Relatif dan Output Setelah mengulas beberapa asumsi pokok, maka selanjutnya kita akan membahas bagaimana menentukan tingkat harga relatif terhadap upah, pi/w; output masing masing barang, xi ; dan banyaknya jenis barang yang akan diproduksi, n. Perlu dicacat disini bahwa variabel pi/w sebenarnya merupakan 1/MPL (Marginal Productivity of Labor). Sebagaimana difahami bahwa dalam kondisi ekuilibrium, tingkat upah harus sama dengan value MPL. Sementara itu value MPL tidak lain adalah tingkat harga, pi dikalikan dengan MPL, sehingga jelas bahwa pi/w = 1/MPL. Penentuan variabel p/w, variabel xi dan variabel n akan dilakukan dengan tiga tahap: pertama, kita akan menganalisis fungsi permintaan yang 37

38 dihadapi oleh masing masing perusahaan; selanjutnya kita menentukan tingkat harga kaitannya dengan tingkat output yang menghasilkan profit optimal serta tahap ketiga adalah kita menentukan jumlah perusahaan yang beroperasi dalam pasar. Pada saat mengulas tentang penurunan elastisitas permintaan dan maksimasi utilitas di halaman sebelumnya, kita memperoleh : Dari persamaan sebelumnya kita memperoleh ci = xi/l. Jika disubstitusikan ke dalam persamaan diatas maka kita akan memperoleh fungsi permintaan yang dihadapi oleh tiap tiap perusahaan yaitu: Kita telah membuktikan bahwa dengan fungsi permintaan tersebut dapat ditunjukkan bahwa elastititas permintaannya adalah : i = v /v ci. Selanjutnya kita akan menentukan tingkat harga dalam kondisi maksimasi profit. Tingkat keuntungan atau profit suatu perusahaan ( i) merupakan selisih antara total revenue dengan total cost (ingat, kita hanya punya satu input, yaitu labor) yaitu : Untuk memaksimumkan profit, kita dapat melakukan pendekatan diferensial dengan mengambil derivative pertama fungsi profit terhadap x dan menyamakan dengan nol. Fungsi profit merupakan selisih Total Revenue (TR) dan Total Cost (TC). Derivasi TR dan TC masing masing terhadap x akan menghasilkan Marginal Revenue (MR) dan Marginal Cost (MC). Dengan demikian kita dapat menyatakan bahwa : 38

39 Sehingga : MR = MC Untuk mengetahui bagaimana MR dirumuskan, kita dapat memvisualisasikan kurva permintaan dan MR sebagai berikut : Gambar 7.1 Kurva Permintaan Secara umum, elastisitas permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut ; Berdasarkan Gambar 7.1 kita dapat menyatakan elastisitas permintaan sebagai berikut : 39

40 Mengingat p * e = 0x * maka ; Berangkat dari persamaan diatas dapat dinyatakan: Sekarang kita tinjau sisi biaya. Dari persamaan sebelumnya kita tahu bahwa Total Cost dalam model ini adalah : Dengan demikian MC dapat dinyatakan sebagai : Selanjutnya kita kembali pada kondisi syarat maksimasi profit MR = MC yaitu 40

41 Persamaan terakhir ini, mengkonfirmasi persamaan Krugman : dalam artikel Atau secara alternatif dapat ditulis : Adanya profit akan menarik para pesaing untuk masuk dalam pasar sehingga mendorong profit menjadi nol. Proses tersebut dapat dilukiskan melalui gambar berikut : Gambar 7.2 Revenue dan Cost 41

42 Katakanlah, pada awalnya terdapat beberapa firm dan fungsi penerimaan masing masing firm digambarkan dalam kurva 0R. Perusahaan tersebut akan memilih level output yang memaksimumkan keuntungannya dengan cara menyamakan marginal revenue dengan marginal cost, ditik A. Pada titik A, average revenue lebih tinggi dibandingkan average cost sehingga perusahaan akan menikmati profit. Kondisi ini mengakibatkan perusahaan lain akan masuk, sehingga kurva penerimaan menjadi 0R 1 dan titik keseimbangan berada di B. Pada titik ini, marginal revenue sama dengan marginal cost sekaligus average revenue sama dengan average cost (profit sama dengan nol). Kondisi ini disebut sebagai solusi tangensi dari model Chamberlian. Dengan cara lain, Krugman menunjukkan ilustrasi bagaimana tingkat harga dan output dari sebuah perusahaan dapat diderivasi dari fungsi biaya dan fungsi utilitas. Dari persamaan sebelumnya dapat diperoleh hubungan antara harga dalam unit upah, p/w dengan tingkat konsumsi c. Persamaan sebelumnya menunjukkan hubungan negatif antara p/w dengan elastisitas permintaan. Berdasarkan asumsi nomer 4, dengan semakin meningkatnya konsumsi, elastisitas permintaan akan semakin mengecil. Berdasarkan hubungan ini, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa antara p/w dengan c terdapat hubungan positif. Hubungan positif antara p/w dengan c diidentifikasi sebagai kurva PP oleh Krugman. Hubungan antara p/w dengan c dapat juga ditinjau dari sisi lain. Sebagaimana disinggung sebelumnya, dalam jangka panjang profit perusahaan akan sama dengan nol sehingga persamaan sebelumnya dapat dinyatakan sebagai : 42

43 Mengingat hubungan x = Lc, persamaan diatas dapat disusun sebagai : Hubungan antara p/w dengan c dalam persamaan diatas adalah negatif dan digambarkan sebagai kurva ZZ. Dengan emikian, keseimbangan p/w dengan c sebagai interseksi antara kurva PP dengan kurva ZZ dapat diperhatikan melalui ilustrasi gambar sebagai berikut : Gambar 7.3 Kurva PP dengan Kurva ZZ Selanjutnya kita akan menetukan jumlah firm, yang dapat diperoleh dari asumsi tentang full employment (asumsi nomer 7), yaitu: 43

44 Karena sisi kanan dari persamaan adalah diasumsikan sama (asumsi nomer 5) untuk tiap tiap perusahaan, maka dengan mengikuti aturan summation dalam matematika kita dapat menulis persamaan diatas sebagai: Dalam hal ini, Krugman menyatakan hubungan n, yaitu banyaknya jenis barang yang diproduksi sebagai : Terakhir, kita dapat menentukan jumlah barang yang diproduksi untuk tiap barang yakni x dengan menyusun kembali persamaan sebelumnya sebagai berikut: Sehingga kita peroleh : 44

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur Pasar Faktor-faktor yang membedakan bentuk pasar 1. Ciri-ciri barang yang dihasilkan 2. Banyaknya perusahaan dalam industri 3. Tingkat kesulitan perusahaan baru dalam

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M.

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M. TEORI PASAR Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli 1 Teori Pasar Pasar Persaingan Sempurna Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

Materi 8 Ekonomi Mikro

Materi 8 Ekonomi Mikro Materi 8 Ekonomi Mikro Pasar Persaingan Sempurna Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode dan model pasar persaingan sempurna dalam : Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna,

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar Pertemuan Ke 5 Bentuk Pasar Berdasarkan jumlah penjual yang ada, struktur pasar output dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. Pasar Persaingan Sempurna (perfect competitive market) : pasar dengan jumlah penjual

Lebih terperinci

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba

Lebih terperinci

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si Persaingan Monopolistik dan Oligopoli Abd. Jamal, S.E., M.Si http://abdjamal1966.wordpress.com abdjamal@doctor.com abdjml@aim.com Jenis Struktur Pasar 1. Persaingan Monopoli (Monopolistic Competition)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual

Lebih terperinci

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 88 -

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 88 - Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and ertloff 4 th ed. 2005 Chapter 4, # 88 - Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and ertloff 4 th ed. 2005 Chapter 4, # 88 - Monopoli

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran K TSP & K-13 Kelas X ekonomi STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan bentuk- bentuk pasar dalam struktur pasar yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

Materi 11 Ekonomi Mikro

Materi 11 Ekonomi Mikro Materi 11 Ekonomi Mikro Pasar Oligopoli Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami : - Ruang Lingkup Pasar Oligopoli - Karakteristik Pasar Olipogoli - Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat memahami tentang konsep pasar persaingan monopoli, mampu menghitung tingkat harga baik dalam jangka pendek dan jangka

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi.

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi. http://www.plengdut.com/2013/01/bentuk-bentuk-pasar.html Bentuk-Bentuk Pasar Diposkan oleh irmawan hadi saputra di 7:29 PM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Categories : Bentuk-Bentuk

Lebih terperinci

Struktur Pasar dan Conduct

Struktur Pasar dan Conduct Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan

Lebih terperinci

November 1, 2012 DIE-FEUI. Kuliah ke-8: Monopoli dan Monopsoni. Rus an Nasrudin. Outline. Kekuatan Pasar. Sumber Konsekuensi dari Monopoli Monopoli

November 1, 2012 DIE-FEUI. Kuliah ke-8: Monopoli dan Monopsoni. Rus an Nasrudin. Outline. Kekuatan Pasar. Sumber Konsekuensi dari Monopoli Monopoli dan Pasar: dan DIE-FEUI November 1, 2012 dan Pasar: 1 2 3 dengan : Rujukan dan Pasar: Pindyck Bab 10 dan Bab 11 Apa itu monopoli dan apa itu kekuatan pasar? dan Pasar: Struktur pasar yang hanya terdiri

Lebih terperinci

Materi 10 Ekonomi Mikro

Materi 10 Ekonomi Mikro Materi 10 Ekonomi Mikro Pasar Persaingan Monopolistik Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami: - Pasar Persaingan Monopolistik - Karakteristik Pasar Persaingan Monopolistik - Keseimbangan

Lebih terperinci

Apakah yang disebut dengan oligopoli?

Apakah yang disebut dengan oligopoli? Oligopoly Apakah yang disebut dengan oligopoli? Pasar dengan beberapa perusahaan, yang masing-masing menjual dalam jumlah yang cukup signifikan Dengan demikian keputusan tiap perusahaan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi

Lebih terperinci

monopolistik - Pasar oligopoli

monopolistik - Pasar oligopoli STRUKTUR PASAR Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. STRUKTUR PASAR - Pasar persaingan sempurna - Pasar monopoli - Pasar persaingan monopolistik - Pasar oligopoli

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP Materi : Pengertian Struktur Pasar Bentuk Pasar Maksimisasi Keuntungan Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR II.1 Monopoli Sebuah perusahaan disebut melakukan monopoli apabila perusahaan tersebut menjadi satu satunya penjual produk di pasar, dan produk tersebut sendiri tidak memiliki

Lebih terperinci

Sifat dasar diskrimanasi harga

Sifat dasar diskrimanasi harga Diskriminasi Harga Diskriminasi harga adalah tindakan penjualan dalam menjual barang yang sama di bawah pengawasan produksi yang sama dengan harga berbeda kepada pembeli yang berbeda. Sifat dasar diskrimanasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna

Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna BAB 5 PASAR PERSAINGAN 1. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna Dalam kegiatan dunia usaha, kita melihat banyak perusahaan yang menjual produk tertentu. Ketika

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR I. Beberapa asumsi yang diperlukan dalam menganalisa struktur pasar : PRICE MAKERS

STRUKTUR PASAR I. Beberapa asumsi yang diperlukan dalam menganalisa struktur pasar : PRICE MAKERS Bentuk Bentuk asar erfect Competition Monopoly Monopolistic Competition Oligopoli STRUKTUR ASAR I Beberapa asumsi yang diperlukan dalam menganalisa struktur pasar : RICE TAKERS RICE MAKERS Asumsi erfect

Lebih terperinci

Teori Pasar Persaingan.

Teori Pasar Persaingan. Teori Pasar Persaingan www.aeunike.lecture.ub.ac.id Kondisi ekstrim 1 perfect competition >>> jumlah perusahaan banyak namun kemampuan sangat kecil untuk mempengaruhi harga pasar. Kondisi ekstrim 2 Monopoli

Lebih terperinci

BAB VI Struktur Pasar

BAB VI Struktur Pasar BAB VI Struktur Pasar 6.1. Pengertian Struktur Pasar Di stasiun televisi sering kita melihat iklan yang mencerminkan persaingan di pasar produk masing-masing, misalnya persaingan yang sangat ketat di pasar

Lebih terperinci

Definisi Pasar Monopoli

Definisi Pasar Monopoli Struktur Pasar Definisi Pasar Monopoli suatu bentuk pasar dimana dalam suatu industri hanya terdapat sebuah perusahaan dan produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang sempurna Karakteristik Pasar

Lebih terperinci

Kapita Selekta Ilmu Sosial

Kapita Selekta Ilmu Sosial Modul ke: Kapita Selekta Ilmu Sosial Bentuk Bentuk Pasar Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran Bentuk Bentuk Pasar Kapita Selekta Ilmu Sosial Ruang lingkup Pasar persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara

BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma structure-conduct-performance (SCP) pertama kali dikemukakan oleh Mason (1939) dari konsep ekonomi mengenai struktur pasar, dan kemudian dikembangkan lebih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak

III. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu perusahaan adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan pengertian utilitas, menerangkan pengaruh utilitas dan permintaan serta menganalisisnya. TIK:

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO DEWI TAURUSYANTI, MM.,SE. STRUKTUR PASAR -PASAR PERSAINGAN SEMPURNA-

PENGANTAR EKONOMI MIKRO DEWI TAURUSYANTI, MM.,SE. STRUKTUR PASAR -PASAR PERSAINGAN SEMPURNA- PENGANTAR EKONOMI MIKRO DEWI TAURUSYANTI, MM.,SE. STRUKTUR PASAR -PASAR PERSAINGAN SEMPURNA- DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 9 SANIA MASTIA JAYANTI (0221 11 235) ROSYIFAH WULANDINY (0221 11 237) IRIANI MURIB

Lebih terperinci

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Struktur Pasar & Tingkat Persaingan Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK

PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK Pasar Persaingan Monopolistik Adalah struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk-produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori

Lebih terperinci

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints : ANALISA PRODUKSI Fungsi produksi : Suatu fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Konsep konsep penting dalam analisa produksi

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Disusun Oleh : Asep Prianto (113020061) Elis Sri Maryanti (113020064) Farhatul Aini (113020062) Zahra Adzkia (113020063) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 10 PASAR MONOPOLI

Bab 10 PASAR MONOPOLI Bab 10 PASAR MONOPOLI Pasar Monopoli Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga

Lebih terperinci

MODEL OLIGOPOLI DASAR

MODEL OLIGOPOLI DASAR MAKALAH MODEL OLIGOPOLI DASAR DISUSUN OLEH : FIFI APRILIA NURUL AINI NIM: 041624253005/ KELAS B TUSTA CITTA IHTISAN TRI PRASIDYA NIM: 041624253009/ KELAS B SESILIA ADRIANA ARIF NIM: 041624253012/ KELAS

Lebih terperinci

Kuliah ke-9. Persaingan Monopolistik & Oligopoli

Kuliah ke-9. Persaingan Monopolistik & Oligopoli Kuliah ke-9 Persaingan Monopolistik & Oligopoli Persaingan Monopolistik Definisi Pasar Persaingan Monopolistik adalah pasar yang di dalamnya terdapat beberapa penjual, dengan free entry dan free exit dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM

STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM Lecturer Notes by Rini Setyo W, SE.MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Pasar Adalah suatu institusi atau badan yg menjalankan aktivitas jual beli barang 2 dan/atau

Lebih terperinci

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada dua penjual namanya Duopoli Oligipoli Murni: apabila

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition)

Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition) Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition) PertemuanVII Tujuan Memahami definisi (perfect competition) Menjelaskan bagaimana perusahaan mengambil keputusan dan mengapa terjadi pemberhentian kerja dan

Lebih terperinci

TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR)

TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR) TEORI PASAR (STRUKTUR PASAR) www.mercubuana.ac.id 1. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (Perfect Competitive Market) 2. PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA (Imperfect Competitive Market) 2.1. Pasar Monopoli 2.2. Pasar

Lebih terperinci

KISI UAS 20 Desember 2014

KISI UAS 20 Desember 2014 KISI UAS 20 Desember 2014 1. Istilah/Konsep Biaya Produksi Ex: TC, TVC, TFC, AFC, AVC, MC, Skala Ekonomi, Skala tidak Ekonomi 2. Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli, Monopolistis, dan Oligopoli

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP). Hubungan

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro. Monopoli

Ekonomi Mikro. Monopoli Ekonomi Mikro Monopoli Definisi pasar monopoli Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana dalam sebuah industri hanya terdapat sebuah perusahaan dan produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang

Lebih terperinci

Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar Persaingan Monopolistik Pasar Persaingan Monopolistik Adalah struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk-produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori pasar persaingan monopolistik

Lebih terperinci

VII. STRUKTUR PASAR Pasar Persaingan Sempurna

VII. STRUKTUR PASAR Pasar Persaingan Sempurna Kardono-nuhfil 1 VII. STRUKTUR PASAR Pasar output adalah pertemuan antara permintaan output dan penawaran output. Pada sisi permintaan, pasar output mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bahwa permintaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

Topik 6. PENENTUAN HARGA PRODUK PERTANIAN: Oligopoly Monopolistic competition

Topik 6. PENENTUAN HARGA PRODUK PERTANIAN: Oligopoly Monopolistic competition Topik 6. PENENTUAN HARGA PRODUK PERTANIAN: Oligopoly Monopolistic competition Yaitu : berbagai aspek yang ada di pasar yang dapat mempengaruhi para pelaku di pasar Pelaku Pasar : a. Produsen b. Konsumen

Lebih terperinci

TINJAUAN PENGECUALIAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 BAGI USAHA KECIL DAN KOPERASI. Hasan Jauhari )

TINJAUAN PENGECUALIAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 BAGI USAHA KECIL DAN KOPERASI. Hasan Jauhari ) TINJAUAN PENGECUALIAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 BAGI USAHA KECIL DAN KOPERASI Hasan Jauhari ) Abstrak Saat ini sekitar 60 negara dari 200an negara di dunia ini telah memiliki undang-undang anti monopoli

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Pada bagian ini akan dirumuskan model pertumbuhan ekonomi yang mengoptimalkan utilitas dari konsumen dengan asumsi: 1. Terdapat tiga sektor dalam perekonomian:

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,

Lebih terperinci

Bahan ajar Pengantar ekonomi dan manajemen 2. Nur RACHMAD [STRUKTUR PASAR] Pertemuan 8 dan 9

Bahan ajar Pengantar ekonomi dan manajemen 2. Nur RACHMAD [STRUKTUR PASAR] Pertemuan 8 dan 9 2015 Bahan ajar Pengantar ekonomi dan manajemen 2 Nur RACHMAD [STRUKTUR PASAR] Pertemuan 8 dan 9 2 Pengertian Pasar STRUKTUR PASAR Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro OLIGOPOLI

Ekonomi Mikro OLIGOPOLI Ekonomi Mikro OLIGOPOLI Definisi Pasar Oligopoli Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa produsen saja. Jika hanya dua perusahaan disebut dengan duopoli Ciri-ciri Pasar Oligopoli

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta

TEORI PASAR. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta TEORI PASAR Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta PASAR Secara Sederhana : Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Struktur Pasar Oligopoli Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen Pengertian Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli adalah : struktur

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Bab 9: Oligopoli dan Arsitektur Perusahaan Pokok Bahasan Oligopoli dan Konsentrasi Pasar Model Oligopoli Implikasi Efisiensi Oligopoli Model Maksimisasi Penjualan

Lebih terperinci

Makalah Pasar Oligopoli

Makalah Pasar Oligopoli Makalah Pasar Oligopoli BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyakat, baik masyarakat yang berada dikalangan kelas bawah ataupun masyarakat yang berada

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN atau perusahaan mana yang menjualnya. Jika produk dijual dengan harga yang berbeda, maka konsumen akan bergegas membeli produk tersebut ketika harganya lebih murah dan hasil produksi suatu perusahaan tidak

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR

PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR PASAR, PASAR SASARAN DAN SEGMENTASI PASAR M I N G G U K E E M PAT F E U N I V E R S I TA S I G M PA L E M B A N G B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I POKOK BAHASAN FUNGSI PEMASARAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan atau bentuk usaha memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dengan berbagai cara dan strategi untuk mencapainya. Promosi merupakan

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli

Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli TEORI EKONOMI MIKRO Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli Sebuah pasar dapat terjadi jika terdapat

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro. Struktur Pasar

Ekonomi Mikro. Struktur Pasar Ekonomi Mikro Struktur Pasar Faktor-faktor yang membedakan bentuk pasar 1. Ciri-ciri barang yang dihasilkan 2. Banyaknya perusahaan dalam industri 3. Tingkat kesulitan perusahaan baru dalam memasuki industri

Lebih terperinci

DEFINISI PASAR OLIGOPOLI Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa produsen saja. Jika hanya dua perusahaan disebut dengan

DEFINISI PASAR OLIGOPOLI Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa produsen saja. Jika hanya dua perusahaan disebut dengan OLIGOPOLI DEFINISI PASAR OLIGOPOLI Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa produsen saja. Jika hanya dua perusahaan disebut dengan duopoli CIRI-CIRI PASAR OLIGOPOLI 1. Menghasilkan

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI 1 / AK-021240 SKS : 2

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli

Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli Sayifullah Istilah Oligopoli Istilah oligopoli telah digunakan oleh Chamberlin (1927) dan Cournot (1938). Adam Smith dan Machlup few-sellers (jumlah penjual

Lebih terperinci

Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun

Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun potensial suatu produk tertentu Struktur Pasar: mengacu

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Struktur Pasar Pemasaran (TIN 4206)

Struktur Pasar Pemasaran (TIN 4206) Struktur Pasar Pemasaran (TIN 4206) Efisiensi dalam Persaingan Sempurna Tiga pertanyaan dasar dalam perekonomian kompetitif adalah : 1. Apa yang akan diproduksi? 2. Bagaimana cara memproduksinya? 3. Siapa

Lebih terperinci

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci