BAB I PENDAHULUAN. Langsung Industri Kecil dan Menengah (UPL-IKM) Kabupaten Sleman.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Langsung Industri Kecil dan Menengah (UPL-IKM) Kabupaten Sleman."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tesis ini menganalisis tentang pola manajemen Unit Pendampingan Langsung Industri Kecil dan Menengah (UPL-IKM) Kabupaten Sleman. Dasar pembentukan UPL-IKM adalah Peraturan Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Nomor: 55/IKM/PER/8/2007 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan Unit Pendampingan Langsung Industri Kecil dan Menengah (UPL-IKM) ( yang merupakan implementasi dari salah satu tujuh kebijakan yang ditetapkan oleh Kementrian Perindustrian RI untuk mencapai target pertumbuhan IKM 12,2% per tahun dan kenaikan peran IKM dalam Product Domestic Bruto (PDB) dari 38% menjadi 54% pada tahun 2025 yang akan datang. Ketujuh kebijakan tersebut adalah: (1) Perkuatan Program; (2) Perkuatan Pendampingan; (3) Perkuatan Kelembagaan; (4) Perkuatan SDM; (5) Perkuatan Teknologi; (6) Perkuatan Jejaring Kerja; (7) Perkuatan Anggaran. UPL-IKM adalah perwujudan dari kebijakan ketiga yaitu Perkuatan Kelembagaan (Anonimous, 2009: 1) Sebagai sebuah organisasi publik, peran UPL-IKM adalah sebagai: (1) fasilitator untuk memfasilitasi IKM dalam kaitannya dengan sumber informasi, sumber modal dan lain-lain; (2) komunikator untuk menginformasikan hal-hal yang diperlukan oleh perusahaan IKM; (3) motivator untuk memberikan dorongan dan motivasi kewirausahaan kepada perusahaan IKM; (4) dinamisator untuk menggerakkan IKM dalam memajukan usaha; (5) inovator untuk memberikan

2 2 pemikiran dan masukan kepada IKM; (6) konsultan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada perusahaan IKM dalam pemecahan masalah dan pengembangan usaha (Anonimous, 2009: 7). Sejak dicanangkan pada tahun 2007 hingga tahun 2012 telah terbentuk 154 unit UPL-IKM yang tersebar di 32 dan 122 Kabupaten/Kota se- Indonesia (Anonimous, 2012: 26-28). Tahun 2013 dilaporkan sebanyak 39 unit UPL-IKM tidak lagi berjalan sehingga saat ini UPL-IKM yang masih berjalan tinggal 115 unit saja (data dari Dirjen IKM Kemenperin, 2013). Berdasarkan survei yang dilakukan penulis ke UPL-IKM Daerah Istimewa Yogyakarta, diketahui bahwa walaupun masih belum sampai dibubarkan, namun UPL-IKM di beberapa Kabupaten/Kota se- DIY mengalami penurunan kualitas karena ditinggalkan oleh pengurusnya yang berstatus sebagai konsultan diagnosis IKM (sindanshi). Para pengurus UPL-IKM itu pindah ke daerah lain seperti yang terjadi pada UPL-IKM Kabupaten Gunung Kidul atau menjadi pejabat struktural sehingga tidak memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan UPL-IKM seperti yang terjadi di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul. Akibatnya agar UPL-IKM di beberapa daerah tersebut tidak sampai dibubarkan, maka UPL-IKM provinsi DIY membantu atau mengambil alih pekerjaan UPL-IKM Kabupaten/Kota tersebut. Data yang menunjukkan kondisi UPL-IKM Kabupaten/Kota se- DIY adalah sebagai berikut:

3 3 Tabel. 1.1 Kondisi UPL-IKM se- DIY No. Nama Kab/Kota Kondisi UPL-IKM Sleman Berdiri Mandiri Mandiri Mandiri 2. Kulonprogo Berdiri Dibantu Dibantu Dibantu 3. Gunung Kindul - Berdiri Diambil alih Diambil alih 4. Bantul - Berdiri Dibantu Dibantu 5. Yogyakarta - - Berdiri Mandiri Sumber: UPL-IKM DIY Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa dibandingkan dengan empat kabupaten/kota lainnya di DIY, Kabupaten Sleman adalah salah satu UPL-IKM yang pertama kali berdiri di DIY dan terus mampu secara mandiri (tanpa pertolongan dari personil UPL-IKM ) dalam melakukan tugasnya mendampingi 3-4 IKM per tahun, yaitu dengan melakukan diagnosis ke IKM-IKM tersebut, membuat laporan diagnosis dan memberikan rekomendasirekomendasi perbaikan kepada IKM yang telah didiagnosis dan Kementrian Perindustrian serta Dinas Perindagkop Kabupaten Sleman. B. Perumusan Masalah Beranjak dari kenyataan bahwa UPL-IKM Kabupaten Sleman tetap masih eksis dalam menjalankan tugas-tugasnya, sementara di sisi lain banyak UPL-IKM yang tidak lagi mampu berjalan, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengelolaan UPL-IKM yang dilakukan oleh UPL-IKM Kabupaten Sleman, yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian berikut:

4 4 Bagaimanakah pola manajamen UPL-IKM Kabupaten Sleman sehingga sampai saat ini masih dapat berjalan dengan baik? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimanakah pola manajemen UPL-IKM Kabupaten Sleman sehingga sampai saat ini masih dapat berjalan dengan baik. Sedangkan manfaat penelitian ini : 1. Sebagai bahan masukan bagi UPL-IKM Kabupaten Sleman untuk dapat melihat bagaimana pola manajemen yang mereka anut, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi mereka untuk meningkatkan kinerjanya. 2. Sebagai bahan masukan bagi Kementrian Perindustrian RI dan seluruh Dinas Perindustrian /Kabupaten/Kota se-indonesia dalam menghidupkan dan mengelola UPL-IKM-nya. 3. Sebagai bahan informasi dan tuntunan bagi peneliti lanjutan yang ingin mengadakan penelitian menyangkut masalah dan topik yang sama. D. Sistematika Penulisan Tesis ini memiliki sistematika penyajian sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

5 5 Bab II : Kerangka Teori yang memuat teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu Teori Organisasi Publik, Teori Manajemen Organisasi Publik dan Teori Kinerja. Bab III : Metode penelitian yang memuat beberapa pembahasan yaitu lokasi, pendekatan dan perspektif penelitian, definisi konseptual, definisi operasional, unit analisis, kriterianya dan cara penetapan jumlah responden dan diakhiri dengan teknik analisa data. Bab IV : Deskripsi lokasi penelitian yang memuat gambaran umum lokasi penelitian di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman serta beberapa IKM binaan UPL-IKM tersebut. Bab V : Analisis Manajemen Internal UPL-IKM Kabupaten Sleman, Lingkungan Otoritas yang mengikat dan Kinerja UPL-IKM Kabupaten Sleman dengan menggunakan indikator-indikator masing-masing sebagai alat ukurnya. Bab VI: Merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan tulisan, yang terdiri dari dua bagian, yakni bagian kesimpulan yang merupakan rangkuman dari seluruh hasil penelitian, dan bagian saran-saran yang memuat beberapa poin saran yang disampaikan baik kepada UPL-IKM Kabupaten Sleman sebagai pembuat kebijakan teknis, maupun kepada pihak-pihak yang berperan dalam proses perumusan kebijakan.

BUPATI BANYUWANGI. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu

BUPATI BANYUWANGI. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu SALINAN KEPUTUSAN NOMOR : 188/ 770 /KEP/429.011/2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENDAMPINGAN LANGSUNG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (UPL-IKM) PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) saat ini terus meningkat dan berkembang pesat, Kemampuan IKM dalam persaingan di dunia industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bidang pangan menjadi konsentrasi yang cukup besar untuk dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya permintaan pangan seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam rangka

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA PROVINSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 7 1.4. Manfaat Penelitian... 7 1.5. Ruang

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 216,396 221,881 438,277 29 22 51 438,328 2. BANTUL 500,911 510,971 1,011,882 16 14 30 1,011,912 3. KULONPROGO 231,984 237,000 468,984 0 0 0 468,984

Lebih terperinci

DATA REALISASI KINERJA SASARAN (OUTPUT/OUTCOME), PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN

DATA REALISASI KINERJA SASARAN (OUTPUT/OUTCOME), PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DATA REALISASI KINERJA SASARAN (OUTPUT/OUTCOME), PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN Tujuan 2 : Terwujudnya reformasi birokrasi di segala bidang. Indikator Tujuan : Sasaran 9:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Terdapat 5 alasan pentingnya obat dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, yaitu obat merupakan komponen kesehatan yang dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat setiap tahun merupakan sinyal positif untuk memperkuat perekonomian dalam negeri. Untuk menopang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-M TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-M TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-M TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan data statistik kependudukan khususnya angka fertilitas dan mortalitas dalam beberapa tahun terakhir ini sangat meningkat khususnya untuk masukan proyeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan rempah rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap daerah yang ada di indonesia menjadi keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat dua yang berstatus kota di samping empat daerah tingkat dua lainnya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Kerja Departemen

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 215,316 220,588 435,904 0 0 0 435,904 2. BANTUL 498,430 508,376 1,006,806 16 14 30 1,006,836 3. KULONPROGO 231,738 238,770 470,508 0 0 0 470,508

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi secara langsung telah berdampak terhadap percepatan perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015 direncanakan berikutnya kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dari perekonomian dalam suatu negara adalah masalah pertumbuhan ekonomi dengan jangka waktu yang cukup lama. Perkembangan perekonomian diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa aset tetap yang digunakan pemerintah dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa aset tetap yang digunakan pemerintah dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah sebagai pihak yang menguasai aset daerah memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah. Aset tersebut dapat berupa aset tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi yang nyata, luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan adalah tujuan utama yang hendak dicapai oleh suatu Negara dalam melakukan sebuah pembangunan baik yang dicanangkan oleh pemerintah daerah itu sendiri

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 228,788 230,735 459,523 83 137 220 459,743 2. BANTUL 473,665 474,481 948,146 16 14 30 948,176 3. KULONPROGO 238,673 246,842 485,515 0 0 0 485,515 4. GUNUNGKIDUL 382,444

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1999, Indonesia telah menyelenggarakan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah tersebut ialah Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012 Halaman : DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 0 Formulir DPPA-SKPD. Urusan Pemerintah Organisasi :.0. - OTONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. maupun non fisik, sumberdaya alam juga sumberdaya manusianya dapat

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. maupun non fisik, sumberdaya alam juga sumberdaya manusianya dapat 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Potensi adalah sesuatu yang berguna apabila didayagunakan, oleh karena itu agar potensi yang dimiliki Bangsa Indonesia baik dari segi fisik maupun non fisik, sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 dijelaskan bahwa fungsi puskesmas terbagi menjadi tiga yaitu pertama sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi telah menjadi gerbang bagi manusia menuju era baru tanpa terhalang oleh adanya batas-batas geografis dan geopolitis, yang pada akhirnya tercipta

Lebih terperinci

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI APRIL 2014

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI APRIL 2014 PROGRAM PENDAYAGUNAAN TENAGA KERJA SARJANA TAHUN 2014 Oleh : Kasubdit TKS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI APRIL 2014 MASALAH KETENAGAKERTJAAN Pengangguran 6,14 % atau 7,24,12 Juta orang (BPS

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 177 TAHUN 2014

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 177 TAHUN 2014 BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 177 TAHUN 2014 TENTANG UL NOMOR TAHUN 2013 PEMBENTUKAN TIM PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru diantaranya sektor angkutan. Diperlukan tingkat pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2007 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA LOGAM PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA YOGYAKARTA W A L I

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di negara-negara pada umumnya terfokus pada pembangunan ekonomi dengan memprioritaskan upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang menyentuh

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P PROVINSI PENDUDUK PEREMPUAN L + P PEREMPUAN L + P 1. KOTA YOGYAKARTA 228,568 229,982 458,550 0 0 0 458,550 2. BANTUL 475,155 475,796 950,951 16 14 30 950,981 3. KULONPROGO 237,761 245,850 483,611 0 0 0

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 224,689 226,485 451,174 105 164 269 451,443 2. BANTUL 463,800 473,996 937,796 26 14 40 937,836 3. KULONPROGO 237,902 245,742 483,644 0 0 0 483,644

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 215,659 220,966 436,625 0 0 0 436,625 2. BANTUL 513,009 525,301 1,038,310 16 14 30 1,038,340 3. KULONPROGO 230,996 237,996 468,992 0 0 0 468,992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Bantul merupakan, Kabupaten yang terletak di sebelah Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA TRIWULAN : IV (Oktober s.d. Desember) PENDUDUK KEPALA KELUARGA ( KK ) N0. KABUPATEN/KOTA WNA () WNA () 1. KULONPROGO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu merupakan masalah yang cukup penting, mengingat kesehatan ibu di Indonesia belum seperti yang diharapkan. Status kesehatan ibu di Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan sebuah lembaga independen yang memiliki jaringan dengan Palang Merah Internasional, Palang Merah Indonesia bekerja sama dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Berbagai pembangunan di Indonesia selama ini telah dilakukan oleh pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata berbagai pembangunan

Lebih terperinci

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PERKEMBANGAN DAN PROGRAM KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Pada

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PNPM MANDIRI PERKOTAAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN Sleman, 7 JANUARI 2014 2 PHASE PELAKSANAAN PNPM TAHAP KEMANDIRIAN

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P 1. KOTA YOGYAKARTA 225,751 227,485 453,236 86 125 211 453,447 2. BANTUL 464,807 475,265 940,072 26 14 40 940,112

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN PROVINSI PENDUDUK KEPALA KELUARGA ( KK ) N0. KABUPATEN/KOTA WNA () WNA () 1. KULONPROGO

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I

JUMLAH PENDUDUK W N I PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 227,079 228,867 455,946 86 125 211 456,157 2. BANTUL 466,121 476,233 942,354 16 14 30 942,384 3. KULONPROGO 240,096 247,975 488,071 0 0 0 488,071 4. GUNUNGKIDUL 371,632

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran bagi kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I

JUMLAH PENDUDUK W N I PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 228,177 230,075 458,252 83 137 220 458,472 2. BANTUL 472,327 473,237 945,564 16 14 30 945,594 3. KULONPROGO 241,053 248,879 489,932 0 0 0 489,932 4. GUNUNGKIDUL 371,778

Lebih terperinci

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek BERIKAN KEPUASAN PUBLIK BAHWA PRODUK UNGGULAN DAERAH ANDA ADALAH BERKUALITAS DAN BERMANFAAT oleh : Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Regional Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut, BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO NO INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA I. Informasi tentang Profil DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif telah bergulir selama 10 tahun terakhir ini dan selalu hangat dibicarakan baik oleh pemerintah, swasta maupun pelaku sendiri. Istilah

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH Melalui Kegiatan: PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI WILAYAH IHT BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muta ali (2012) menjelaskan bahwa pengembangan wilayah adalah salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah untuk dimanfaatkan sebesarbesarnya demi kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

PEDOMAN PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BUSINESS PLAN PROGRAM BEASISWA TPL DIPLOMA III AKADEMI TEKNOLOGI KULIT

PEDOMAN PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BUSINESS PLAN PROGRAM BEASISWA TPL DIPLOMA III AKADEMI TEKNOLOGI KULIT PEDOMAN PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BUSINESS PLAN PROGRAM BEASISWA TPL DIPLOMA III AKADEMI TEKNOLOGI KULIT KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI AKADEMI TEKNOLOGI KULIT

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA TRIWULAN : III (Juli s.d. September) PENDUDUK KEPALA KELUARGA ( KK ) N0. KABUPATEN/KOTA WNA () WNA () 1. KULONPROGO

Lebih terperinci

lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN : DINAS KOPERASI UMKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI : GORONTALO TA : 2015 N0 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 1 2 3 4 5 1 Meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /93/ /2011 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /93/ /2011 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/93/436.1.2/2011 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 dan Pasal 12 Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program

BAB I PENDAHULUAN. keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemerintah untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program yang digencarkan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan bentuk reformasi yang terjadi

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08 /PER/M.KOMINFO/6/2010 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam instansi pemerintah dengan tugas dan wewenang masing-masing. Meski begitu, seluruh instansi pemerintah yang berada pada sebuah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang baik dari segi pendidikan, infrastruktur, perekonomian, dan sebagainya. Untuk dapat terus berkembang,

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

Posisi Dinas Perhubungan Provinsi dalam Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara

Posisi Dinas Perhubungan Provinsi dalam Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Posisi Dinas Perhubungan Provinsi dalam Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Kajian terhadap UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan PM 61 tahun 2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara 2 Permasalahan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KERJA SAMA DAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 93 / /2010 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 93 / /2010 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/ 93 /436.1.2/2010 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 dan Pasal 12 Peraturan Presiden

Lebih terperinci

- 8 - Paragraf 2 Kepala Seksi Kualitas Hidup Perempuan Pasal 13 Kepala Seksi Kualitas Hidup Perempuan mempunyai tugas: a. merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Seksi Kualitas Hidup Perempuan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan siswa siswi yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan siswa siswi yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinas Pendidikan kota Surabaya adalah instansi pemerintahan kota Surabaya yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan siswa siswi yang berada di kota Surabaya.

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.43/8/34/Th.XV,1 Agustus 213 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 212, PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 16,46 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 2,32 RIBU TON,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan hasil kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi. Batik Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda. Saat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan tarif

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE 2004-2013 JURNAL PUBLIKASI Disusun dalam rangka menulis skripsi

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan pemukiman, sekaligus dikenal sebagai kawasan industri tekstil sejak tahun 1990-an, yang tumbuh seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menurut World Health Organization (WHO) mencapai 289.000 jiwa terbagi atas beberapa negara antara lain Amerika Serikat sebanyak 9300

Lebih terperinci

BUPATI MAGETAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN,

BUPATI MAGETAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun, senantiasa memberikan tugas kepada Direktorat Jendral Pajak untuk menaikkan penerimaan pajak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya melanjutkan pembangunan tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor bagi penerapan anggaran berbasis kinerja dilingkungan pemerintah, memuat bahwa instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun Dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun Dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Pendahuluan Perkembangan pelaksanaan konstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Dengan meningkatnya konstruksi di Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah harus dilaksanakan untuk mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik. Sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci