MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA
|
|
- Indra Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota Kawasan Barat Indonesia Tahun 2009 Medan, 4 Maret 2009
2 1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian domestik. Untuk itu, pengembangan IKM dilakukan dengan pendekatan kompetensi perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktifitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam iklim usaha yang sehat. Pengembangan g IKM secara nyata akan berlangsung g terintegrasi dalam modernisasi agrobisnis dan agroindustri, termasuk yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya saing industri melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Amanat UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ) 1
3 2. Thema ini dipilih dilandasi oleh kesadaran bahwa dalam situasi dan kondisi perekonomian apapun, sektor IKM harus tetap bertumbuh dengan landasan prinsip - prinsip bisnis dan prinsip p pengembangan g industri yang sehat 3. Prinsip - prinsip bisnis dan industri yang sehat mengandung sebuah pengertian bahwa IKM dalam perkembangannya kedepan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Semakin memberikan kontribusi yang optimal dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. b. Produk - produk yang dihasilkan a dapat memenuhi e kebutuhan para penggunanya dengan kualitas yang berstandar, prosesnya dilakukan dengan benar dan ramah terhadap lingkungan. c. IKM sebagai bagian integral dari sistem industri diupayakan agar outputnya dapat dipergunakan oleh sub sektor industri lainnya terutama sebagai supporting industry. 2
4 4. Berdasarkan prinsip i - prinsip i tersebut t diatas, maka pendekatan pembinaan yang dapat dilakukan antara lain adalah ; a. Mengutamakan terjadinya perubahan pola bisnis dan pola industri dari IKM yang dibina, misalnya dalam aspek manajemen dan kelembagaan, proses dan output, serta jejaring j bisnis dan industri. b. Pola pembinaan dibangun dengan sistem yang jelas dan terukur, baik melalui pendekatan regulasi maupun fasilitasi dan pembinaan teknis. Pembinaan teknis sebaiknya dilakukan oleh pihak yang kompeten baik bersumber dari dalam maupun dari luar (Outsourcing) c. Pembinaan yang baik, selalu dimulai dengan strategi dan rencanakerja yang realistik, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh IKM yang bersangkutan. d. Semua program dan kegiatan yang dijalankan tercatat dengan benar dan transparan serta dapat dipertanggung jawabkan secara administratif dan substantif. 3
5 5. Sektor - sektor IKM yang dibina dan dikembangkan berdasarkan pada prioritas prioritas yang telah ditentukan, baik dalam rangka penguatan klaster/sentra maupun kompetensi inti industri i daerah. 6. Setiap output yang dihasilkan dari sistem pembinaan, outcomenya harus dapat memberikan keyakinan publik bahwa : a. Telah terjadi perubahan yang substansial dalam struktur usaha, struktur nilai tambah. b. IKM sebagai industri prosesnya telah dilakukan dengan benar, sejak pemilihan bahan, penggunaan teknologi, proses produksi, packaging dan pengelolaan jejaring bisnisnya dan ramah lingkungan. c. Secara makro, peran IKM dapat memberikan sumbangan berarti bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan serta dapat menjadi katup pengaman bagi kepentingan neraca pembayaran dan neraca perdagangan. 4
6 7. Oleh sebab b itu, IKM dimasa yang datang harus memberi kontribusi yang maksimal mengisi besaran-besaran nilai persamaan Y = C + I + G + ( X M ). 8. Peranan APBN dan APBD yang dialokasikan untuk membiayai program pembinaan dan pengembangan IKM harus dikelola dengan benar sesuai kaidah-kaidah tata kelola yang baik. Setiap rupiah yang dibayarkan harus di laporkan, dapat dipertanggung jawabkan, tepat sasaran, waktu dan jumlah 5
7 9. Peran APBN/APBD sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi, dewasa ini menjadi semakin penting disaat negara sedang menghadapi problem resesi global. Disaat investasi tidak tumbuh secara berarti, ekspor melemah, impor juga demikian, maka peranan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi serta investasi pemerintah melalui APBN/APBD menjadi sangat berharga. 10. Karena faktor G saat ini menjadi penting, maka seluruh pengeluaran negara yang bersumber dari APBN/APBD dan pinjaman luar negeri harus benar-benar dioptimalkan untuk memperbaiki kinerja investasi (I), meningkatkan devisa melalui ekspor (X), mengurangi g penggunaan devisa melalui pengendalian impor (M), memperbaiki daya beli masyarakat (C), dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menjadi sehat karena pilar penopangnya semuanya kuat. 6
8 11. Bagaimana kita mewujudkan formula tersebut dalam kaitan pembinaan dan pengembangan IKM? Hal-hal yang perlu yang dimufakati bersama antara lain a. Program dan kegiatan yang sumber pendanaannya berasal dari APBN / APBD harus disinergikan ( Pusat, Provinsi dan Kab/Kota. ) b. Penggunaanya diprioritaskan pada program yang strategis dan menghasilkan outcome riil bagi sektor IKM yang dibina dan dikembangkan. c. Program pembinaan dan Pengembangan IKM ditujukan kepada 2(dua) sasaran pokok, yaitu Perkuatan dan Pengembangan 7
9 d. Perkuatan difokuskan kearah perbaikan kinerja IKM yang sudah ada, berkembang di sentra-sentra yang sudah ada. Perencanaan perkuatan harus di susun dengan membuat study kelayakan k sampai perencanaan penganggarannya, mana yang harus di dukung dengan APBN, mana yang harus didukung dengan APBD dan sumber lainnya. e. Pengembangan difokuskan kepada upaya merealisasikan produk unggulan daerah berbasis kompetensi inti industri daerah di dalam kegiatan investasi riil yang sumber pendanaannya bisa berasal dari APBN, APBD dan sumber-sumber lain. Perencanaan detil harus dibuat study kelayakannya. 8
10 12. Dengan penerapan pola Pembinaan dan Pengembangan IKM berdasarkan pendekatan penguatan dan pengembangan, konsep penganggarannya dilakukan dengan cara : a. Budget sharing dengan harapan agar faktor G benar- benar termanfaatkan secara optimal menghasilkan pertumbuhan. b. Anggaran yang bersifat Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan difokuskan penggunaannya untuk kepentingan: Koordinasi Penguatan data base Monitoring dan Evaluasi Penguatan kelembagaan 9
11 - TERIMA KASIH -
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan ik pada acara : Rapat Kerja Departemen
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciKABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017
KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : 2.11. - KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan I Tahun 2016 Kode Dan Nama Program [035.01.06] Program Koordinasi
Lebih terperinciLAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 CAPAIAN KINERJA PENYERAPAN ANGGARAN PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan II Tahun 2016 Kode Dan Nama Program
Lebih terperinciIV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinci6. URUSAN PERINDUSTRIAN
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi
Lebih terperinci4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Juni 2016 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,
KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 ini adalah dokumen rencana operasional tahunan pembangunan sub sektor perkebunan Provinsi Jawa Barat, yang merupakan
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciBAB 7 PENUTUP 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN
BAB 7 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 memuat sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan untuk semua program dan kegiatan prioritas menurut strategi pembangunan nasional
Lebih terperinci4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM
4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN 4.2.7.1 KONDISI UMUM Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara
Lebih terperinciI. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek
BERIKAN KEPUASAN PUBLIK BAHWA PRODUK UNGGULAN DAERAH ANDA ADALAH BERKUALITAS DAN BERMANFAAT oleh : Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Regional Kementerian Perindustrian
Lebih terperinciPengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB V. Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi
BAB V Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi Dalam Bab ini akan memperlihatkan kebutuhan pendanaan sanitasi dari Tahun 2017 sampai 2021 dari masing-masing sub sektor, yaitu sub sektor air limbah,
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinci2. Sub Bidang Penataan Infrastruktur Wilayah. d. Bidang Perekonomian membawahkan : 1. Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Investasi; 2. K
BAB XXVI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 516 Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris membawahkan
Lebih terperinci2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi a. Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) sebagai bagian integral dari Pemerintah Kuantan Singingi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian
Lebih terperinciSINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Oleh : Ir.Sumardi S. M.Ed dan Dr Soen an HP Komisi Penyuluhan Perikanan Nasional Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran berisi estimasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciKegiatan Prioritas Tahun 2010
Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH Melalui Kegiatan: PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI WILAYAH IHT BIDANG
Lebih terperinciBAB IV KAIDAH PELAKSANAAN
BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 Kementerian,
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciRUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH
Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN IKM TAHUN 2017 BANDA ACEH, 27 MARET
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN IKM TAHUN 2016 PALEMBANG, 21 APRIL 2015 Yang Saya
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN
RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim
Lebih terperinciPeningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA DISKUSI ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2008 Makassar, 25-28 Maret 2008 Penjabat Gubernur Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) ( B A P P E D A )
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) 2011 2016 ( B A P P E D A ) LUWUK, 2011 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana
Lebih terperinciBAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA
BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergeseran ini ditujukan
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
Lebih terperinciIV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun
Lebih terperinciBAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI
BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 BAB 2 PRIORITAS NASIONAL DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA.... 2-1 A. PRIORITAS NASIONAL 2.1 PRIORITAS NASIONAL 1: REFORMASI
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciLAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013 Pemerintah Tahun 2014 D A F T A R I S I Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii - iii BAB 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat
Lebih terperinciV. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan
Lebih terperinciPROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016
PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016 MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) DISAMPAIKAN PADA RAPAT SINKRONISASI KELEMBAGAAN PENYULUHAN DAN
Lebih terperinciEE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
- 638 - EE. PEMBAGIAN URUSAN AN PERINDUSTRIAN 1. Perizinan 1. Penetapan kebijakan Izin Usaha (IUI) dan kawasan industri. 2. Penerbitan IUI bagi industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun Berbahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintah dituntut untuk dapat menjalankan
Lebih terperinciBAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN
BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN 2.1 EKONOMI MAKRO Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, sehubungan dengan itu pemerintah daerah berupaya mewujudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciRAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016
SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 TUJUAN Mengkoordinasikan
Lebih terperinciB A B V PROGRAM DAN KEGIATAN
B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang U ndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP
KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap
Lebih terperinciRUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014
RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RAPAT KERJA TEKNIS (Rakernis) KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur di Aula Kantor Walikota
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENDAHULUAN
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciPAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017
PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciDEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan
Lebih terperinciPOINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH
POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TA. 2018 DAN RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN SE-KALIMANTAN TENGAH 11 DESEMBER 2017 ISTANA ISEN MULANG, PALANGKA RAYA I. Kepada
Lebih terperinciPERAN APIP DALAM MENGAWAL AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN DESA
1 THIS IS YOUR PRESENTATI ON TITLE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi PERAN APIP DALAM MENGAWAL AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN DESA Jakarta, 18 Mei 2017 ARTI PENTING PEMBANGUNAN DESA
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci