BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten
|
|
- Budi Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta juga memegang predikat sebagai ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai daerah otonom Kota Yogyakarta mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (2) dan (5) yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya. Lebih lanjut di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diamanatkan pada bagian penjelasan umum, bahwa pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Peningkatan dan peran serta masyarakat dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, sehingga Kota Yogyakarta terus memacu pembangunan di segala sektor. Salah satu sektor pembangunan yang cukup berkembang dan mempunyai kontribusi yang cukup besar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Yogyakarta tahun 2010, adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusinya sebesar 25,30 % dari total PDRB (Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2010). Hal ini antara lain terkait dengan keberadaan Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, budaya, dan pariwisata. Ketiga sektor tersebut merupakan upaya mengimplementasikan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta tahun , sebagai tahap kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta tahun RPJMD tahap kedua ini menegaskan untuk tetap memperkuat unggulan peran Kota Yogyakarta agar memiliki daya saing di bidang 1
2 2 pariwisata (RPJMD Kota Yogyakarta). Pembangunan hotel di Kota Yogyakarta menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan peran bidang pariwisata. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sebagian orang yang mengunjungi Kota Yogyakarta memerlukan tempat tinggal sementara atau penginapan. Penginapan bagi wisatawan tersebut antara lain hotel dengan berbagai tingkatan yang meliputi hotel bintang 5 (lima), hotel bintang 4 (empat), hotel bintang 3 (tiga), hotel bintang 2 (dua), hotel bintang 1 (satu), dan hotel non bintang atau melati, wisma tamu yang dimiliki oleh instansi pemerintah atau swasta serta rumah penduduk yang digunakan untuk menginap wisatawan (home stay). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta memperlihatkan jumlah hotel khusus di Kota Yogyakarta hingga awal 2014 tercatat 339 hotel, terdiri atas 43 hotel berbintang dan 356 hotel nonbintang. Jumlah hotel yang dibangun dan dioperasikan di Yogyakarta tergolong banyak untuk ukuran wilayah Kota Yogyakarta yang hanya 1,02% dari wilayah Provinsi DI Yogyakarta, atau merupakan wilayah terkecil dari kelima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan hotel yang marak di Kota Yogyakarta ini juga karena pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta yang mengalami pertumbuhan. Investor banyak yang tertarik untuk berinvestasi di kota ini( diakses pada 04 Januari 2016 pukul 15.00). Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Yogyakarta, baik wisatawan domestik maupun mancanegara maka peningkatan sarana dan prasarana perhotelan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan salah satu sasaran pembangunan kota Yogyakarta, yaitu terwujudnya kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata, kota budaya dan kota perjuangan. Yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah dan lama tinggal kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, meningkatnya infrastruktur dan layanan wisata yang profesional, berkembangnya obyek wisata potensial sebagai bagian paket wisata yang terintegrasi, terselenggaranya kegiatan-kegiatan kesenian dan budaya secara berkesinambungan yang berbasis pada budaya lokal, dan meningkatnya rasa aman
3 3 dan nyaman bagi wisatawan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Yogyakarta Tahun ). Sebuah hotel yang akan dibangun oleh investor di Yogyakarta haruslah melalui tahapan proses perencanaan pembangunan sebuah hotel. Proses perencanaan pembangunan hotel ini diperlukan berbagai persyaratan yang harus dilengkapi guna memastikan hotel yang akan dioperasikan kelak benar-benar layak bangun dan layak beroperasi. Sarana dan prasarana hotel sebagai bagian dari pembangunan hotel yang mana merupakan bangunan gedung, dalam pembangunannya pun harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengaturan secara nasional mengenai bangunan gedung telah disahkan dalam bentuk peraturan, yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Produk pelaksana dari UU ini pun kemudian diterbitkan oleh masing-masing daerah otonom di Indonesia, termasuk Kota Yogyakarta. Kota ini merupakan salah satu dari 20% daerah yang telah memiliki Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, sementara sekitar 80% sisanya belum memiliki Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung (Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Bernard, J, 2013: ). Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung ialah produk hukum yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta sebagai wujud dari peraturan pelaksana atas UU Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Selaras dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002, Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2012 memberikan definisi yang sama atas Bangunan Gedung. Bangunan Gedung diartikan sebagai wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi termasuk prasarana dan sarana bangunannya yang menyatu dengan tempat kedudukannya atau berdiri sendiri, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan atau di dalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya maupun kegiatan khusus. Fungsi dari Bangunan Gedung ini sendiri disebutkan dalam Pasal 5 Undang-Undang tentang Bangunan Gedung, yakni meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial,
4 4 budaya, serta fungsi khusus. Sesuai penjelasan tersebut, fungsi dari bangunan gedung salah satunya adalah untuk fungsi usaha untuk perhotelan. Fungsi usaha dari Bangunan Gedung berupa perhotelan haruslah memiliki perizinan untuk menjalankan usahanya, mulai dari izin pembangunan hingga izin beroperasi. Izin-izin yang diperlukan guna membangun hotel di Yogyakarta dikeluarkan oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dalam mengeluarkan izin pembangunan hotel salah satunya merujuk kepada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, namun pada kenyataannya meskipun telah tersedia aturan hukum yang mengatur perizinan hotel di Kota Yogyakarta, masih saja ada hotelhotel yang telah beroperasi lebih dulu sebelum perizinan yang dimilikinya lengkap dan dinyatakan dapat beroperasi. Koran Tribun Jogja pada headline nya pada tanggal 22 Agustus 2015 yang berjudul Sultan marah soal 18 (delapan belas) hotel tidak berizin, bahwa Dinas Perizinan Kota Yogyakarta membeberkan beberapa fakta yaitu ada 18 (delapan belas) hotel belum mempunyai izin gangguan namun hotel telah membangun atau sudah beroperasi. Hotel tersebut tidak memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), sehingga potensi pajak daerah Kota Yogyakarta melayang. Sampai bulan Juli realisasi target pajak hanya Rp 48,3 miliar dari target 2015 sebesar Rp 88 miliar. Selain izin gangguan, ada juga hotel yang membangun atau eksis tapi tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) atau sudah habis. Menurut catatan hingga akhir 2013 Pemerintah Kota Yogyakarta sudah mengeluarkan izin pembangunan dan operasi 79 (tujuh puluh Sembilan) hotel, dan 40 (empat puluh) hotel sudah dibangun. Prinsipnya, sebuah hotel baru dapat didirikan dan dioperasikan bila perizinannya telah lengkap dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, bahwa pendirian sebuah hotel harus memenuhi semua perizinan yang dipersyaratkan. Terjadinya penyimpangan prinsip ini, di mana hotel telah lebih dulu dioperasikan meski belum memiliki perizinan yang lengkap sesuai yang dipersyaratkan. Tentulah menjadi tanda tanya tersendiri di dalamnya tentang apa saja prosedur perizinan hotel di Yogyakarta dan bagaimana sesungguhnya aturan
5 5 perihal perizinan hotel diterapkan, bersama dengan kendala dan kemungkinan solusi yang dapat diberikan sebagai perbaikan perizinan hotel oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ke depannya. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Prosedur perizinan pembangunan hotel oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ditinjau dari Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan 2 (dua) permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam pembahasan penulisan hukum ini, Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan prosedur perizinan pembangunan hotel oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung? b. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan perizinan hotel di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui prosedur perizinan pembangunan hotel oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. b. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Subyektif a. Menambah pengetahuan, wawasan, dan kemampuan bagi penulis di bidang ilmu hukum khususnya bidang Hukum Administrasi Negara mengenai perizinan
6 6 b. Menerapkan ilmu dan teori hukum yang telah penulis peroleh agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan masyarakat pada umumnya serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum. c. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan suatu manfaat baik bagi penulis sendiri maupun manfaat bagi orang lain. Adapun manfaat penelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya yang berkaitan dengan hukum perizinan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah Kota Yogyakarta sebagai bahan pertimbangan dalam pembangunan hotel. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapakan menjadi sarana bagi penulis untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah dalam hal perizinan dari ilmu-ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan. b. Hasil penelitian ini diharapakan memberi jawaban dari rumusan masalah yang dibuat oleh penulis, sehingga sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan penulisan hukum ini. E. Metode Penelitian Metode penelitian akan sangat mempengaruhi perolehan bahan hukum dalam penelitian selanjutnya dapat diolah dan dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah untuk tercapainya tujuan penelitian yang dirumuskan. Secara etimologi metode berasal dari kata met dan hodes yang berarti suatu jalan yang
7 7 harus dilalui untuk mencapai tujuan. Metodologi dapat diartikan sebagai suatu jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Metodologi dapat diartikan sebagai suatu logika dari penelitian ilmiah, studi terdapat prosedur dan teknik penelitian (Soerjono Soekanto, 2010:5-6). Sedangkan penelitian merupakan suatu usaha untuk menghimpun serta menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang diamati secara seksama, penelitian merupakan suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalam segala segi kehidupan (Soerjono Soekanto, 2010:3). Metode yang digunakan penulisan dalam penelitian hukum adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum yuridis empiris, yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan (Soerjono Soekanto dan Sri mamudji, 1985: 52). Dalam penelitian yuridis empiris ini, penulis akan menganalisa bagaimanakah seharusnya prosedur perizinan pembangunan hotel yang harus diterapkan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah deskriptif. Sifat penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti tentang keadaan manusia atau gejala-gejala lainnya terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto,2010:10). 3. Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menggunakan data yang dinyatakan secara verbal yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek. Pendekatan
8 8 kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang mengahasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis ataupun lisan dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh (Soerjono Soekanto, 2010:32). 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang ditetapkan dengan tujuan agar lingkup permasalahan yang akan diteliti lebih sempit dan terfokus, sehingga penelitian yang dilakukan lebih terarah. Dalam penelitian hukum ini penulis mengambil lokasi di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berkaitan dengan apa yang penulis teliti. 5. Jenis dan Sumber Data Penelitian Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer atau data dasar, sedangkan data yang diperoleh dari bahan kepustakaan diberi nama data sekunder (Soerjono Soekanto, 2010:51). Jenis dan sumber data yang digunakan menyusun penelitian ini adalah antara lain : a. Sumber Data Primer Data primer diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta atau juga bisa disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekanto, 2010:12). Dalam penulisan ini sumber data primer diperoleh langsung dari pejabat yang berwenang atau staf pegawai Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari keterangan atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan (Soerjono Soekanto, 2010:12). Hal ini merupakan bahan hukum tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis
9 9 yaitu mengenai Prosedur Perizinan Pembangunan Hotel Oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Ditinjau Dari Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung. 6. Teknik Pengumpulan Data Suatu penelitian dapat dianalisa dengan tiga jenis alat pengumpulan data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2010:21). Didalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: a. Studi Dokumen atau Bahan Pustaka Penulis dalam penelitian ini melakukan pengumpulan data, membaca, dan mengkaji dokumen, peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal, makalah, dan bahan pustaka lainnya dalam bentuk tertulis yang berkaitan dengan masalah atau objek yang diteliti. b. Wawancara Penelitian yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data yang diperoleh dari narasumber. 7. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah kualitatif dengan menggunakan, mengelompokkan, dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari kepustakaan. Dalam teknik analisis ini terdapat tiga komponen utama, antara lain: (H.B. Sutopo, 2006: ) a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses penyelesaian, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari catatan tulis yang terdapat di lapangan. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan untuk ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang akan
10 10 dilakukan. Selain berbentuk sajian dengan kalimat, sajian data dapat ditampilkan dengan berbagai jenis gambar, kaitan kegiatan, dan table. c. Menarik Kesimpulan Penarikan kesimpulan berdasarkan atas semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan, pernyataan, konfigurasi yang mungkin berkaitan dengan data. Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Penarikan Simpulan/verifikasi Gambar 1. Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2006: 120) F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hukum bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi dari penelitian sesuai dengan aturan yang sudah ada dalam penulisan hukum. Sistematika penulisan hukum dalam penelitian ini meliputi empat bab yang saling berkaitan dan berhubungan yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penulisan hukum. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
11 11 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini penulis memberikan gambaran awal mengenai penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis memberikan uraian mengenai kerangka dari teori maupun kerangka pemikiran. Kerangka teori memuat berbagai pengertian dan teori-teori hukum yang mendukung judul dalam penulisan hukum ini yaitu tentang bekerjanya hukum, pemerintahan daerah, otonomi daerah, kebijakan publik, perizinan, dan bangunan gedung. Sedangkan dalam kerangka pemikiran menjelaskan dan memberikan gambaran tentang alur berpikir penulis terhadap permasalahan dalam penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang hasil dari penelitian yang telah diperoleh dan dilanjutkan dengan pembahasan berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu mengenai bagaimana prosedur perizinan pembangunan hotel oleh dinas perizinan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan perizinan hotel di Kota Yogyakarta. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian ini yang berisi kesimpulankesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca amandemen itu mengatur mengenai pemerintahan daerah dalam BAB VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam konsiderans Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan antara lain dikatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia membawa dampak yang luar biasa, sehingga meruntuhkan fundamental ekonomi negara dan jatuhnya penguasa pada tahun 1998.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus berkembang baik dalam segi kehidupan masyarakatnya maupun segi tata ruangnya. Kota Yogyakarta pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara dengan bentuk Kesatuan yang menganut asas desentrilisasi dalam penyelenggaran pemerintah di daerah-daerahnya. Desentralisasi adalah suatu asas
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT
TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada
Lebih terperinciPeran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang
Peran dinas perhubungan dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten Magelang Barri Jatimaihantoro E.0001084 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transisi politik yang terjadi di Indonesia menghasilkan 2 (dua) proses politik yang berjalan secara simultan, yaitu desentralisasi dan demokratisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, untuk mewujudkan tujuan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal tersebut dengan tegas dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini telah jelas terlihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Konsekuensi ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan Desa di Indonesia sudah ada sejak lama, sebelum Indonesia merdeka hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun Bantul Gunung Kidul
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Pertumbuhan Hotel di Yogyakarta yang Pesat dan Terpusat Pertumbuhan hotel di Provinsi Yogyakarta sangat pesat, seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan ke Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa sumber dana yang dapat diperoleh pemerintah yaitu yang berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senatiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula perkembangan dunia usaha dan perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya peraturan Otonomi Daerah, menjadikan Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah berlomba-lomba dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan dibidang ekonomi. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dari perekonomian dalam suatu negara adalah masalah pertumbuhan ekonomi dengan jangka waktu yang cukup lama. Perkembangan perekonomian diukur
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI Disusun oleh: RIKA MAYASARI 10975005773 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menerapkan peraturan mengenai pemerintah daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat dengan UUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk memenuhi kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, membutuhkan pembangunan untuk memenuhi kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH
PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Sripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Strata-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat 2 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah pusat telah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri melalui otonomi daerah, sebagaimana diatur dalam
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan dan secara ekonomi merupakan negara berkembang sangat membutuhkan jasa pengangkutan untuk menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1.1.1 Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung Sebagai daerah yang tengah mengembangkan pariwisatanya, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan pemasukan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampanye Public Relations merupakan aspek penting dalam kegiatan PR dan menentukan keberhasilan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atau sebuah institusi. Menurut
Lebih terperinciNOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)
NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba berkecukupan, tidak kekurangan suatu apapun baik dalam hal pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan orang untuk berwisata telah menggerakan kegiatan ekonomi di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara atau daerah mengembangkan
Lebih terperinciSEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Gianyar. Sektor pariwisata memberikan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di kawasan Ring of Fire, dimana banyak gunung berapi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan beragamnya keadaan wilayah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Boyolali, khususnya di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Boyolali. Untuk pemilihan mengenai
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1
43 III.METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akhir Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia membawa beberapa perubahan dalam sistem tata kelola pemerintahan. Pada UU no. 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik terbatas maupun tidak terbatas, sedangkan sample adalah bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004, bahwa program penataan pengelolaan keuangan daerah ditujukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan dinamika dan tuntutan perubahan di segala bidang, maka untuk mengantisipasi kesalahan masa lalu, maka dibuatlah UU No: 22 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dari jaman dahulu kala. Dengan banyaknya kegiatan yang kita lakukan setiap hari akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir di setiap kabupaten/kota yang ada di Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan sampah. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.
STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH Oleh: Agus Budi Wahono Universitas Slamet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1999, Indonesia telah menyelenggarakan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah tersebut ialah Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan
Lebih terperinciSEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Jepara teletak di Pantura Timur Jawa Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Jepara memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km termasuk keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. Kurangnya Jumlah Hotel di Kabupaten Kulon Progo Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,
Lebih terperinciASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO
ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO (Studi Kasus di PT. BTN Persero Kota Surakarta) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat -syarat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state atau negara yang pemerintahannya menjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut. terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional sebagaimana dimaksud dalam alinea IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciE UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Implementasi agreement on trade related investment measures (persetujuan tentang kebijakan investasi yang berkaitan dengan perdagangan) oleh pemerintah Indonesia Beteng Sehi E.0000074 UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO
TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1) pada Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai kota pariwisata dan kota pelajar dengan unsur budaya yang melekat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dewasa ini merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kemajuan pembangunan yang pesat. Yogyakarta dikenal sebagai kota pariwisata
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pemeluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yang menyatakan secara tegas bahwa tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar rakyatnya hidup dari mengolah tanah untuk mencukupi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan
Lebih terperinciFAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan Hidup merupakan salah satu sumber alam yang memiliki peran yang sangat strategis terhadap kehidupan manusia. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kegiatan pariwisata berfungsi sebagai penggerak seluruh potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepariwisataan merupakan suatu kegiatan yang memiliki fungsi strategis dan bersifat multidimensional serta melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang sulit melakukan pembangunan untuk kepentingan umum diatas tanah negara, dan selalu bersinggungan dengan tanah hak milik. Sebagai jalan keluar
Lebih terperinci