BAB I PENDAHULUAN. keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program
|
|
- Benny Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemerintah untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program yang digencarkan sejak tahun 1970an tersebut dinilai sukses dengan berhasil menurunkan angka kelahiran total/total Fertility Rate (TFR). Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka TFR tercatat mengalami penurunan sebesar 2,8 pada tahun 1997 menjadi 2,6 pada tahun 2002/2003 meskipun kemudian mengalami stagnansi pada SDKI tahun 2007 hingga tahun 2012 sebesar 2,6 1. Menurunnya angka TFR salah satunya disebabkan oleh peningkatan angka penggunaan kontrasepsi/contraceptive Prevalensi Rate (CPR) 2 yang merupakan wujud dari penyelenggaraan program KB, baik melalui sumber pelayanan pemerintah (Puskesmas, klinik pemerintah, Rumah Sakit pemerintah, dll) maupun sumber pelayanan swasta (Bidan Praktik Swasta, Dokter Praktik Swasta, klinik swasta, apotek, dll). Hasil SDKI tahun 2002/2003, 2007, hingga 2012 menunjukkan pengguna sumber pelayanan swasta sebagai tempat memperoleh pelayanan kontrasepsi modern tercatat terus mengalami peningkatan. 1, 2 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, 2007, 2012 dalam Badan Pusat Statistik.
2 2 Kecenderungan pengguna sumber pelayanan KB di Indonesia dari waktu ke waktu dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Sumber Pelayanan KB Berdasarkan Data SDKI Tahun Sumber Pelayanan Pemerintah 28% 22% 23% Swasta 63% 69% 73% Lainnya 9% 9% 4% Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Tabel 2. Sumber Pelayanan KB Melalui Jalur Swasta Berdasarkan Data SDKI Tahun 2007 dan 2012 Sumber Pelayanan Swasta SDKI 2007 SDKI 2012 Rumah Sakit Swasta 2,2% 2,3% Klinik Swasta 1,3% 1,9% Dokter Umum Praktik 1,7% 1,3% Bidan 28,8% 31,7% Bidan di Desa 19,6% 18,5% Apotek/ Toko Obat 8,7% 11,6% Rumah Sakit Bersalin - 0,8% Rumah Bersalin - 0,2% Dokter Kandungan Praktik - 0,9% Perawat - 3,2% Pelayanan Keliling Swasta - 0,0% Pelayanan Keliling Swasta - 0,3 % Lainnya Lainnya 6,8% - Swasta 69,1% 72,7% Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Dari tabel di atas terlihat bahwa pada SDKI tahun 2002/2003 pengguna sumber pelayanan KB swasta sebanyak 63 persen bertambah menjadi 69 persen
3 3 pada tahun 2007, sebaliknya kondisi ini disertai dengan menurunnya pengguna sumber pelayanan KB pemerintah dari 28 persen pada tahun 2002/2003 menjadi 22 persen pada tahun Pada tahun 2012 pengguna sumber pelayanan KB swasta kembali meningkat menjadi 73 persen dan menjadi 23 persen pada pelayanan KB pemerintah, lebih lanjut dari hasil SDKI pada tahun 2012 di antara sumber pelayanan KB swasta maka perawat/bidan, bidan di desa, dan apotek/toko obat tercatat sebagai sumber pelayanan yang banyak diakses masyarakat (masingmasing 32 persen, 19 persen, dan 12 persen) meningkat dari hasil SDKI 2007 sumber pelayanan KB oleh perawat/bidan sebesar 29 persen, bidan di desa sebanyak 20 persen, dan apotek/toko obat sebanyak 9 persen. Menurut Sukamdi (2012) perubahan pilihan konsumen terhadap sumber pelayanan kontrasepsi dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya dampak privatisasi pelayanan KB maupun kurangnya ketersediaan alat kontrasepsi di sumber pelayanan pemerintah. Darwin dan Sukamdi (2010) menjelaskan dampak privatisasi dapat berarti positif sebab masyarakat tidak lagi bergantung kepada pelayanan KB yang difasilitasi oleh pemerintah, namun bermakna negatif dengan kemungkinan menurunnya ketersediaan alat kontrasepsi di sumber pelayanan pemerintah. Kondisi ini dikhawatirkan akan merugikan keluarga miskin yang tidak mampu menjangkau pelayanan KB di sektor swasta sementara jumlah pelayanan kontrasepsi pemerintah yang murah terbatas, sehingga akan memicu meningkatnya TFR dan menurunnya penggunaan kontrasepsi di kalangan keluarga miskin, sehingga akan semakin meningkatkan jumlah kemiskinan.
4 4 Kondisi keterbatasan pemerintah dalam menyediakan alat/obat kontrasepsi bagi seluruh lapisan masyarakat juga dinyatakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Keterbatasan anggaran akibat krisis ekonomi menyebabkan pemerintah hanya memfokuskan penyediaan alat/obat kontrasepsi bagi para peserta KB dari keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I 3, hal ini kemudian melatarbelakangi kebijakan pelayanan KB yang diarahkan pada kemandirian masyarakat dalam mendapatkan KB dan peningkatan peran swasta atau yang lebih dikenal dengan KB Mandiri. Program KB Mandiri bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan KB dan memperoleh pelayanan melalui tempat-tempat yang tersedia di sektor swasta secara aktif 4. Perbedaan kualitas pelayanan yang diberikan antara sumber pelayanan KB pemerintah dan swasta juga diduga menjadi penyebab terhadap beralihnya pengguna sumber pelayanan KB ke swasta. Selama ini kualitas pelayanan pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dinilai masih kurang dan masih rendah. Kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke atas lebih memilih untuk melakukan pelayanan kesehatan di swasta, sementara kelompok dengan pendapatan menengah ke bawah terpaksa mendapat pelayanan kesehatan di fasilitas pemerintah yang masih bermutu rendah atau kurang memuaskan 5. Mereka yang berpenghasilan lebih baik cenderung akan memilih pelayanan yang lebih baik, meskipun harus membayar lebih mahal. 3 Direktorat Pemanduan Kebijakan Pengendalian Penduduk Haryono Suyono Yaslis Ilyas
5 5 Mengenai pentingnya kualitas pelayanan, Dwiyanto (1996) dan Widaningrum (1999) berpendapat bahwa peningkatan kualitas merupakan cara yang efektif untuk mempertinggi keberhasilan program. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Antoh (2004) mengenai kualitas pelayanan KB disebutkan bahwa hambatan utama dalam kualitas pelayanan KB salah satunya disebabkan kurangnya perhatian pada klien (akseptor), sehingga penelitian mengenai kualitas pelayanan publik berdasarkan kriteria/indikator pengguna dalam hal ini kualitas pelayanan KB sangat penting untuk dilakukan. Dalam pelaksanaan pelayanan KB, banyak studi menunjukkan bahwa berbagai aspek dalam kualitas pelayanan KB memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan dan kepuasan klien dan akhirnya meningkatkan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Kondisi peningkatan pengguna sumber pelayanan swasta dalam pelayanan KB juga terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Provinsi DIY merupakan salah satu daerah pengembangan dan penyanggah program KB nasional. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki angka kelahiran total (TFR) terendah yaitu 1,8 (SDKI 2007) dan 2,1 (SDKI 2012) dengan prosentase terbesar wanita berstatus kawin berumur tahun yang menggunakan metode kontrasepsi di pulau Jawa (SDKI ). Dengan kondisi tersebut maka Provinsi DIY menjadi salah satu daerah pionir kesuksesan program KB, sehingga menjadi pilihan lokasi dalam penelitian ini. Hasil pelayanan Peserta KB Baru (PB) berdasarkan tempat pelayanan di Provinsi DIY tahun 2011 hingga Agustus 2014 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 pengguna pelayanan KB masih mendominasi di sumber pelayanan
6 6 pemerintah. Pada tahun 2012 seluruh Kabupaten/Kota mengalami kenaikan jumlah pengguna yang cukup besar pada sumber pelayanan swasta. Meskipun pada tahun 2013 terjadi penurunan pengguna pada seluruh sumber pelayanan kesehatan, namun apabila diperhatikan lebih lanjut Kabupaten Bantul dan Sleman tercatat sebagai daerah dengan pengguna KB di sumber pelayanan swasta yang cukup tinggi, seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 3. Hasil Pelayanan Peserta KB Baru (PB) Menurut Tempat Pelayanan Provinsi DIY Tahun 2011, 2012, 2013, dan s/d Agustus 2014 Kabupaten s/d Agt 2014 A B A B A B A B Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta Provinsi Sumber: aplikasi.bkkbn.go.id. Keterangan : A : Sumber Pelayanan Pemerintah. B : Sumber Pelayanan Swasta. Untuk pelayanan KB yang dilakukan di Bidan Praktik Swasta (BPS)/bidan swasta berdasarkan data pencapaian peserta KB Baru pada tahun 2011 s/d bulan Agustus 2014, pada tahun 2012 terlihat bahwa Kabupaten Sleman mengalami peningkatan jumlah pengguna KB di bidan swasta sebanyak 447 akseptor di mana pada umumnya seluruh Kabupaten/Kota mengalami penurunan. Demikian pula
7 7 pada tahun 2013 penurunan pengguna KB di bidan swasta Kabupaten Sleman tidak sebanyak kabupaten lainnya, seperti dalam tabel berikut: Tabel 4. Hasil Pelayanan Peserta KB Baru (PB) di Bidan Praktik Swasta (BPS) Provinsi DIY Tahun 2011, 2012, 2013, s/d Agustus 2014 Kabupaten s/d Agustus 2014 Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta Provinsi Sumber: aplikasi.bkkbn.go.id. 1.2 Perumusan Masalah Sumber pelayanan swasta yang mengalami peningkatan sebagai tempat memperoleh pelayanan kontrasepsi modern berdasarkan hasil SDKI, berpengaruh terhadap penurunan pengguna sumber pelayanan KB pemerintah. Di antara sumber pelayanan KB swasta yang meningkat maka bidan, bidan di desa, dan apotek/toko obat tercatat sebagai sumber pelayanan yang paling banyak diakses masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya bidan dapat menjalankan praktik mandiri (praktik bidan swasta perorangan) dan/atau bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit pemerintah/swasta, klinik pemerintah/swasta, sehingga seorang bidan swasta dapat sekaligus berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau pegawai swasta. Bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan adalah bidan yang memiliki Surat Izin Kerja Bidan (SIKB) sedangkan bidan yang menjalankan praktik mandiri harus memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB).
8 8 Fenomena peningkatan pengguna terhadap sumber pelayanan KB swasta ini menarik untuk diteliti, terutama pada sumber pelayanan kesehatan di tingkat dasar yaitu Bidan Praktik Swasta (sumber pelayanan swasta) dan Puskesmas (sumber pelayanan pemerintah) yang paling mudah diakses oleh masyarakat. Dengan menggali informasi lebih dalam mengenai kualitas pelayanan KB di Bidan Praktik Swasta dan perbedaannya dengan kualitas pelayanan KB di Puskesmas diharapkan akan dapat memberi gambaran mengapa pengguna memilih pelayanan KB di Bidan Praktik Swasta, apakah itu disebabkan oleh dampak privatisasi pelayanan KB yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan alat kontrasepsi di sumber pelayanan pemerintah, ataukah sebab yang lainnya, sehingga hasil penelitian mampu menjelaskan mengenai kondisi pelayanan KB di masyarakat yang menunjukkan adanya peningkatan pengguna di sumber pelayanan swasta. Kabupaten Sleman di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dipilih sebagai lokus berdasarkan pertimbangan sebagai salah satu daerah yang mengalami peningkatan pengguna pelayanan KB di sumber pelayanan swasta dengan pengguna pelayanan KB terbanyak di Bidan Praktik Swasta (BPS). Kualitas pelayanan KB di bidan swasta akan dibandingkan dengan kualitas pelayanan KB pada sumber pelayanan pemerintah khususnya Puskesmas.
9 9 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitiannya adalah: 1. Bagaimana perbandingan kualitas pelayanan KB antara Bidan Praktik Swasta (BPS) dengan Puskesmas menurut persepsi pengguna (ibu berkb). 2. Mengapa pengguna memilih Bidan Praktik Swasta (BPS) dalam melakukan pelayanan KB. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana perbandingan kualitas pelayanan KB antara di Bidan Praktik Swasta (BPS) dengan Puskesmas menurut persepsi pengguna (ibu berkb). 2. Mengetahui alasan pengguna memilih pelayanan KB di Bidan Praktik Swasta (BPS). 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain: 1. Secara Teoritis Dapat menjadi masukan bagi penelitian atau kajian mengenai kualitas pelayanan KB.
10 10 2. Secara Praktis Dapat memberikan masukan pada pelaksanaan program KB di daerah lain maupun Kabupaten Sleman mengenai kualitas pelayanan KB dalam upaya menjaga kelangsungan program dan meningkatkan kesertaan dalam berkb.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kependudukan merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang cukup besar Indonesia tidak lantas memiliki kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU
ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA
Lebih terperinciBULAN DESEMBER 2016 PERWAKILAN BKKBN D.I. YOGYAKARTA
BULAN DESEMBER 2016 PERWAKILAN BKKBN D.I. YOGYAKARTA CAKUPAN LAPORAN DESEMBER 2016 NO KABUPATEN/ KOTA FASKES KB PEMERINTAH FASKES KB SWASTA PRAKTIK DOKTER PRAKTIK BIDAN MANDIRI JEJARING FASKES LAINNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 mengenai perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Pada Bab III pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa setiap penduduk
Lebih terperinciRINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT
RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kelima didunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta penduduk. Di antara negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Bali dari periode ke periode, selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk merupakan kenaikan jumlah penduduk dari periode tertentu di suatu daerah, akibat jumlah kelahiran semakin yang meningkat (Badan Pusat Statistika,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1. Visi dan Misi BKKBN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional, pemerintah sebagai institusi tertinggi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperincisedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia berjumlah 254,9 juta jiwa. Menurut proyeksi yang dilakukan
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia termasuk Negara terbesar keempat diantara negara-negara sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah penduduk Indonesia yang menempati posisi ke empat di dunia setelah negara Cina, India dan Amerika
Lebih terperincipemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai peranan penting dalam laju pertumbuhan penduduk. Apabila Laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan maka pemerintah dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan dalam dua dasawarsa telah memperlihatkan semakin tingginya tingkat kesertaan masyarakat dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 terjadi perubahan paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional (KBN).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan
Lebih terperinciKesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP
Kesesuaian Pilihan Metode KB dengan Motivasi Kontrasepsi, serta Upaya Peningkatan MKJP Dwini Handayani SE MSI (Lembaga Demografi FEUI) Yusna Afrilda, SPd, MSi (BKKBN Propinsi Lampung) Latarbelakang ICPD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabat sehingga pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995
Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO) Tahun 2007, angka kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah sebesar 500.000 jiwa dan angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia. 1 Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mendiami Pulau Jawa (Sulistyawati, 2011). dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) diyakini telah berkontribusi terhadap penurunan tingkat kelahiran dan tingkat kematian, yang selanjutnya mengakibatkan penurunan tingkat
Lebih terperinciPolicy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR
LATAR BELAKANG Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, 2007, dan 2012, menunjukkan TFR konstan pada tingkat 2,6 anak per wanita usia subur. Terkait CPR di Indonesia, SDKI 2012 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan
Lebih terperinciANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013
ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari tahun 1897 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menjadi perhatian dunia termasuk di Indonesia. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan program
Lebih terperinciTingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu (Kemenkes RI, 2015). AKI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpijak dari kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dimana hal tersebut merupakan indikator bagi pengukuran kesejahteraan manusia. Maka dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kependudukan tetap menjadi isu yang sangat penting dan mendesak, terutama yang berkaitan dengan aspek pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga
Lebih terperinci1 BANTUL 100% 100% 2 SLEMAN 100% 100% 3 GUNUNGKIDUL 100% 100% 4 KULONPROGO 100% 100% 5 KOTA YOGYAKARTA 100% 100%
NO KAB/KOTA REK.KAB F/II/KB/11 REK.KAB F/I/DAL/10 1 100% 100% 2 100% 100% 3 GUNUNGKIDUL 100% 100% 4 KULONPROGO 100% 100% 5 100% 100% 2 NO. 1 Kab Sleman KABUPATEN / KOTA DPS BPS JML TEMPAT JML TEMPAT 2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium
Lebih terperinciPotret KB DIY dan Tantangan ke Depan
Artikel Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Arkandini & Mardiya Tahun 2010 yang baru saja kita lewati merupakan tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Sama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk
2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah penduduknya. Jumlah kelahiran yang tinggi menyebabkan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai program kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran
Lebih terperinciUNMET NEED: KONSEP YANG MASIH PERLU DIPERDEBATKAN
Umi Listyaningsih, Sumini, Populasi dan Sonyaruri Satiti Volume 24 Nomor 1 2016 Halaman 72-90 UNMET NEED: KONSEP YANG MASIH PERLU DIPERDEBATKAN Umi Listyaningsih 1, Sumini, 2 dan Sonyaruri Satiti 2 1 Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga maka urusan kependudukan beralih kepada Badan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciA. UMUM B. LANDASAN HUKUM
BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Presiden Republik Indonesia dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), terutama pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mulai disadari banyak pihak dapat menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mulai disadari banyak pihak dapat menjadi masalah besar dihadapi dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Robert Malthus,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
Lebih terperinciRAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Februari 2014)
RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN (Data Bulan Februari 2014) KONTRAK KINERJA PROGRAM D.I. YOGYAKARTA 2014 NO INDIKATOR SASARAN 1 Jumlah Peserta KB Aktif MKJP 148.619 - IUD 93.891 - MOW 21.130 - Implant
Lebih terperinciURUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
4.1.12 URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12.1 KONDISI UMUM Pembangunan Kependudukan tidak lagi dipahami sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi saja, akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 dijelaskan bahwa fungsi puskesmas terbagi menjadi tiga yaitu pertama sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya tenaga medis dan tehnologi kesehatan yang diciptakan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan keluarga berencana (KB) telah dipromosikan menjadi bagian dari kesehatan reproduksi sejak International Conference on Population and Development (ICPD) 1994.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keprihatinan akan permasalahan kependudukan melahirkan sebuah konsep pembangunan berwawasan kependudukan atau konsep pembangunan yang bekelanjutan. Dari sini pula lahirlah
Lebih terperinci15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA Pembangunan dalam urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera diarahkan pada peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah
Lebih terperinciURUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
4.1.12 URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12.1 KONDISI UMUM Pembangunan Kependudukan tidak lagi dipahami sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi saja, akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor
Lebih terperinciOleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN
Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jakarta, 2 Mei 2016 KEBIJAKAN DAK T.A 2017 Mendukung implementasi Nawacita: Ketiga: membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih jadi urusan kesehatan dan bukan menjadi urusan kependudukan. Sejalan dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat
Lebih terperinci