2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskrpsi Ikan Tuna

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskrpsi Ikan Tuna"

Transkripsi

1 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskrpsi Ikan Tuna Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Tuna merupakan ikan perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Daging yang dimiliki berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya (Mc Afee et al. 2009). Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (bluefin tuna), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam (Lennert-cody 2008). Tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik kecil berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sebagian besar mempunyai sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Burhanuddin et al. 1984). Klasifikasi ikan tuna (Saanin 1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Teleostei Subkelas : Actinopterygi Ordo : Perciformes Subordo : Scombridei Family : Scombridae Genus : Thunnus Spesies : Thunnus obesus (bigeye, tuna mata besar) Thunnus alalunga (albacore, tuna albacore) Thunnus tonggol (longtail, tuna ekor panjang) Thunnus albacore (yellowfin, madidihang) Thunnus macoyii (southern bluefin, tuna sirip biru selatan) Thunnus thynnus (northern bluefin, tuna sirip biru utara) Thunnus atlanticus (blackfin, tuna sirip hitam)

2 5 Gambar 1. Ikan tuna (Thunnus sp.) Sumber: Anonim (2010) Ikan tuna yang terdapat di perairan Indonesia terdiri dari beberapa jenis, untuk memudahkannya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tuna kecil yang diwakili oleh skipjack dan tuna besar yang meliputi madidihang, tuna mata besar, tuna albacore, tuna sirip biru dan tuna abu-abu. Beberapa jenis tuna yang merupakan komoditi ekspor adalah madidihang, tuna mata besar, albacore, tuna sirip biru, dan cakalang. Tuna terdapat di perairan laut mana saja, terutama yang mempunyai kadar garam tinggi. Di Samudra Hindia penyebaran meluas dari 30 lintang selatan ke utara dan dari timur Australia hingga benua Afrika dan di nusantara selain di kedua lautan yang mengelilingi negara kepulauan juga terdapat di laut yang dalam diantaranya laut Bali, laut Flores, laut Arafuru serta laut Banda (Stansby 1963) Komposisi Nilai Gizi Ikan Tuna Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah serta mengandung protein antara 22,6-26,2 g/100 g daging, lemak antara 0,2-2,7 g/100 g daging. Ikan tuna mengandung mineral (kalsium, fosfor, besi, sodium), vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavin, dan niasin) (Department of Health Education and Walfare 1972). Secara umum bagian tuna yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara % dari tubuh ikan (Stansby 1963). Kadar protein daging putih ikan tuna lebih tinggi daripada daging merah, namun kadar lemak daging putih lebih rendah daripada daging merah. Daging merah kaya akan lemak, suplai oksigen,

3 6 dan mioglobin, sehingga memungkinkan untuk berenang pada kecepatan tetap (Kawamura 2003). Menurut Roy et al. (2009), mioglobin dan hemoglobin yang terkandung dalam daging merah bersifat prooksidan serta kaya akan lemak sehingga menyebabkan mudahnya terjadi ketengikan. Komposisi nilai gizi beberapa jenis ikan tuna dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi gizi beberapa jenis Tuna (Thunnus sp.) per 100 gram daging Sumber : Departemen of Health, Education an Welfare Tuna Loin Tuna loin adalah produk yang dibuat dari tuna segar yang mengalami perlakuan penyiangan, pembelahan membujur menjadi 4 bagian (loin), pembuangan daging gelap (dark meat), pembuangan lemak, pembuangan kulit, perapihan dan pembekuan cepat serta suhu pusatnya maksimum -18 C (BSN 2006). Cara penanganan dan pengolahan ikan tuna loin berdasarkan ketentuan SNI :2009 meliputi: 1. Penerimaan bahan baku Penerimaan bahan baku bertujuan untuk mendapatkan bahan baku yang bebas dari kontaminasi bakteri patogen Bahan baku tuna yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik dan uji histamin untuk mengetahui mutunya. Penanganan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter dengan suhu produk

4 7 0 4,4 o C. Bahan baku diidentifikasi dan diberi kode untuk kemudahan penelusuran dan dipertahankan sampai tahapan produk akhir. 2. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk mendapatkan ikan yang bersih, tanpa kepala, dan isi perut serta mereduksi kontaminasi bakteri patogen. Apabila ikan yang diterima masih dalam keadaan utuh, ikan disiangi dengan cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya dengan suhu pusat produk 0 4,4 o C. 3. Pencucian Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa kotoran dan darah yang menempel di tubuh ikan agar bebas dari kontaminasi bakteri patogen. Ikan dicuci dengan hati-hati menggunakan air bersih dingin yang mengalir secara cepat, cermat, dan saniter untuk mempertahankan suhu pusat produk 0 4,4 o C. 4. Pembuatan loin Pembuatan loin bertujuan untuk mendapatkan bentuk loin sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Pembuatan loin dilakukan dengan cara membelah ikan menjadi empat bagian secara membujur. Proses pembuatan loin dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter dan tetap mempertahankan suhu pusat produk 0 4,4 o C. 5. Pembuangan kulit dan perapihan Pembuangan kulit dan perapihan bertujuan untuk mendapatkan loin yang rapi dan bebas dari tulang, daging gelap (dark meat), dan kulit serta terhindar dari kontaminasi bakteri patogen. Tulang, daging gelap (dark meat), dan kulit yang ada pada loin dibuang hingga bersih. Pembuangan kulit dan perapihan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter dan tetap mempertahankan suhu pusat produk 0 4,4 o C. 6. Sortasi mutu Sortasi mutu bertujuan untuk mendapatkan loin dengan mutu sesuai spesifikasi. Sortasi mutu dilakukan dengan mengelompokkan produk sesuai spesifikasi secara hati-hati cepat, cermat, dan saniter dengan suhu pusat produk 0 4,4 o C.

5 8 7. Pembungkusan (wrapping) Pembungkusan (wrapping) bertujuan untuk mendapatkan loin dalam kemasan yang sempurna dan terhindar dari kontaminasi bakteri patogen. Loin yang sudah rapi selanjutnya dikemas dalam plastik vacuum dan tidak vacuum secara individual, dengan cepat, cermat, dan saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk 0 4,4 o C. 8. Penimbangan Penimbangan bertujuan untuk mendapatkan berat loin yang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen. Loin ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan yang sudah dikalibrasi, dengan cepat, cermat, dan saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk 0 4,4 o C. 9. Pengepakan Pengepakan dilakukan untuk melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan selama transportasi serta penyimpanan sesuai dengan label. Loin yang telah dilepaskan dari pan pembeku, kemudian dikemas dengan plastik dan dimasukkan dalam master karton secara cepat, cermat,dan saniter. 2.4 Definisi Mutu Pesatnya perkembangan pasar-pasar jenis baru,terutama pasar perikanan baik yang belum pernah ada sebelumnya sampai yang sudah ada menambah ketatnya persaingan dalam dunia perdagangan. Persaingan tersebut terlihat dari volume, keragaman, serta mutu produk yang dihasilkan oleh tiap produsen. Oleh karena itu, banyak produsen yang berusaha meningkatkan serta mengendalikan mutu produk yang dihasilkan. Mutu merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan serta didasarkan oleh pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, dan diukur berdasarkan persyaratan pelanggan yang cenderung bersifat subyektif. Oleh karena itu, mutu produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa digunakan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan (Feingenbaum 1989).

6 9 Menurut Montgomery (1990), ada dua segi umum tentang mutu, yaitu rancangan mutu dan kecocokan mutu. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat mutu. Variasi dalam tingkat mutu memang disengaja, sehingga teknik ini disebut dengan istilah rancangan mutu. Kecocokan mutu merupakan seberapa baik suatu produk sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh rancangan tersebut. Kecocokan mutu dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pemilihan proses pembuatan, latihan dan pengawasan angkatan kerja, jenis sistem jaminan mutu (pengendalian proses, uji, aktivitas pemeriksaan, dan lain-lain) yang digunakan untuk memantau seberapa jauh jaminan mutu diikuti beserta motivasi angkatan kerja untuk mencapai mutu. Tiap produk yang dihasilkan mempunyai sejumlah unsur yang secara bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya. Ciri-ciri mutu terdiri dari beberapa sifat berikut (Gasperz 1998): 1. Fisik: panjang, berat, dan diameter. 2. Sensori (berkaitan dengan panca indera): rasa, penampilan, warna, bentuk, model, dan lain-lain. 3. Orientasi waktu: keandalan, kemampuan pelayanan, kemudahan pemeliharaan, ketepatan waktu penyerahan produk. 4. Orientasi biaya: berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen. 2.5 Pengendalian Mutu Pengendalian mutu adalah aktivitas keteknikan dan manajemen sehingga ciri-ciri kualitas produk dapat diukur, dibandingkan dengan spesifikasi atau persyaratannya, serta pengambilan tindakan yang sesuai jika terdapat perbedaan antara penampilan sebenarnya dengan standarnya (Montgomery 1990). Prosedur untuk mencapai sasaran mutu diistilahkan dengan pengendalian mutu. Menurut Feigenbaum (1989), secara umum ada empat langkah dalam penerapan pengendalian mutu, yaitu: 1. Menetapkan standar, yaitu menentukan standar mutu, standar mutu prestasi kerja, standar mutu keamanan, dan standar mutu keterandalan yang diperlukan produk.

7 10 2. Menilai kesesuaian, yaitu membandingkan kesesuaian dari produk dan jasa yang dihasikan terhadap suatu standar. 3. Mengambil tindakan korektif bila perlu, yaitu mengkoreksi masalah dan penyebabnya melalui faktor-faktor yang mencakup pemasaran, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang mempengaruhi kepuasan pemakai. 4. Merencanakan perbaikan, yaitu mengembangkan suatu upaya yang kontinu tuntuk memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan, dan keterandalan. Tujuan utama pengendalian mutu adalah menjaga kepuasan pelanggan. Identifikasi semua kebutuhan pelanggan merupakan suatu hal yang mendasar bagi kendali mutu efektif. Keuntungan yang didapat dari pengendalian mutu adalah sebagai berikut (Feigenbaum 1989): 1. Meningkatkan mutu dan desain produk. 2. Meningkatkan aliran produksi. 3. Meningkatkan moral tenaga kerja dan kesadaran mengenai mutu 4. Meningkatkan pelayanan produk. 5. Memperluas pangsa pasar. 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Menurut Montgomery (1990) pertumbuhan persaingan yang nyata mengenai mutu produk dipengaruhi oleh Sembilan bidang dasar 9M sebagai berikut : 1. Market (Pasar), jumlah produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju yang eksplosif. Kebanyakan produk ini adalah hasil perkembangan teknologi baru, sehingga konsumen meminta dan memperoleh produk yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya, bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat. 2. Money (Uang), meningkatnya persaingan di dalam banyak bidang bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (margin) laba. Akan tetapi, kebutuhan mekanisasi telah mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan yang baru. Selain itu, biaya-biaya mutu yang dikaitkan dengan pemeliharaan dan perbaikan mutu telah mencapai ketinggian yang tak terduga. Hal ini membuat fokus perhatian manajer pada bidang

8 11 biaya-mutu sebagai salah satu titik lunak tempat biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk memperbaiki laba. 3. Management (Manajemen), tanggung jawab mutu telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus, seperti terdapatnya bagian pemasaran, produksi, dan kendali mutu. Sehingga mutu pelayanan produk sampai kepada konsumen menjadi bagian yang semakin penting dari paket produk total. Hal ini telah manambah beban manajemen puncak, khususnya dipandang dari bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang tepat untuk mengkoreksi penyimpangan dari standar mutu. 4. Men (Manusia), pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang baru telah menciptakan permintaan yang besar akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Meskipun spesialisasi memiliki keuntungan, kerugiannya adalah memecah tanggung jawab mutu produk kedalam beberapa bagian. Oleh karena itu, banyak aspek sistem operasi bisnis telah menjadi fokus manajemen modern. 5. Motivation (Motivasi), meningkatkan kerumitan dalam membawa mutu produk kedalam pasar telah memperbesar makna kontribusi setiap karyawan terhadap mutu. Hal ini membimbing kearah kebutuhan yang tidak pernah ada sebelumnya, sehingga tercipta kesadaran akan pendidikan dan komunikasi mutu. 6. Materials (Bahan), disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan mutu, sehingga para ahli memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya dan bahan yang terdapat menjadi lebih beraneka ragam. 7. Machines and Mechanization (Mesin dan mekanisasi), merupakan upaya penurunan biaya dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan dalam pasar yang bersaing ketat. Mutu yang baik menjadi sebuah faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya. 8. Modern information methods (Metode informasi modern), memberikan kemampuan untuk manajemen informasi yang lebih bermanfaat, lebih akurat, tepat waktu, dan bersifat ramalan dengan mendasari keputusan yang membimbing masa depan.

9 12 9. Mounting product requirements (Persyaratan proses produksi), meyakinkan bahwa tidak ada faktor-faktor yang diketahui ataupun tidak yang memasuki proses untuk menurunkan keterandalan komponen atau sistem. 2.7 Six sigma Six sigma merupakan metode peningkatan proses bisnis yang bertujuan utnuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan imbalan hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan. Metode ini disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian masalah sederhana-dmaic, yang merupakan singkatan dari Define (merumuskan), Measure (mengukur), Analyze (menganalisis), Improve (meningkatkan/memperbaiki), dan Control (mengendalikan) yang menggabungkan bermacam-macam perangkat statistik serta perbaikan proses lainnya (Gimenez 2005). Motorola adalah perusahaan yang pertama menggunakan konsep six sigma sebagai metode untuk mengukur kualitas produk dan jasa. Istilah six sigma (sigma enam) berasal dari ukuran statistik yang berarti tingkat kesalahan atau cacat sejumlah 3,4 atau lebih kecil per satu juta kejadian. Salah satu tujuan jangka panjang penerapan six sigma adalah dapat melakukan semua proses penting apapun wilayah fungsionalnya pada tingkat kemampuan sigma enam, sehingga dapat meningkatkan kinerja bisnis dari segi kualitas produktivitas dan biaya profitabilitas (Gaspersz 2003). Gambaran konsep six sigma dapat dilihat pada Gambar 2.

10 13 Proses Bisnis yang Sudah ada Pemasok Input Proses Produksi dan Jasa Output Pelanggan Metodologi Six Sigma Kinerja Bisnis yang Meningkat Kualitas Produktivitas Biaya Profitabilitas Gambar 2. Konsep six sigma dan perbaikan proses Sumber: Evans dan Lindsay (2007) Menurut Evans dan Lindsay (2007), inti dari filosofi six sigma bertumpu pada beberapa konsep penting, yaitu: 1. Selalu berpikir dalam kerangka proses bisnis utama serta kebutuhan pelanggan, dengan tetap fokus pada tujuan strategis perusahaan. 2. Memusatkan perhatian pada para pendukung perusahaan yang bertanggung jawab menyukseskan proyek-proyek penting, mendukung kerja kelompok, membantu mengatasi hambatan untuk berubah, dan menggalang sumber daya. 3. Menekankan sistem pengukuran yang bisa dikuantifikasi, seperti cacat per satu juta kemungkinan (dpmo) yang bisa diterapkan disetiap bagian perusahaan. 4. Memastikan bahwa sistem pengukuran yang tepat teridentifikasi di awal setiap proses serta memastikan bahwa sistem tersebut berfokus pada penerapan bisnis, sehingga dapat memberikan sistem insentif dan akuntabilitas. 5. Menyediakan pelatihan menyeluruh yang diikuti dengan penugasan tim proyek untuk meningkatkan profitabilitas, mengurangi aktivitas yang tak bernilai tambah, serta mencapai pengurangan waktu siklus. 6. Menciptakan ahli-ahli peningkatan proses berkualifikasi tinggi yang dapat menerapkan alat-alat untuk dapat meningkatkan kinerja serta dapat memimpin tim. 7. Mencanangkan tujuan jangka panjang untuk perbaikan.

11 Metrik dan Pengukuran Metrik adalah cara untuk mengukur karakter tertentu yang dapat diverifikasi, dinyatakan baik secara numerik (misal persentasi kecacatan) ataupun kualitatif (misal tingkat kepuasan). Penggunaan metrik penting dalam penerapan six sigma karena memberikan keputusan berdasarkan fakta. Dalam terminologi six sigma, cacat (defect) atau ketidaksesuaian (nonconformance) merupakan suatu kekeliruan atau kesalahan yang diterima pelanggan (Evans dan Lindsay 2007). Metrik dpmo merupakan cara pengukuran yang biasa diterapkan dalam six sigma, sebagai tingkat kecacatan per juta kemungkinan (defects per million opportunities-dpmo): Dpmo = (Jumlah cacat yang ditemukan/kemungkinan kesalahan) x Dasar Statistik Six sigma Tingkatan kualitas sigma enam adalah tingkat yang setara dengan variasi sejumlah proses sejumlah setengah dari yang ditoleransi oleh tahap desain dan dalam waktu yang sama memberi kesempatan agar rata-rata produksi bergeser 1,5 deviasi standar dari target. Pergeseran kurva tersebut menandakan bahwa tidak ada proses yang dapat dipertahankan pada tahap sempurna (Gaspersz 2003). Wilayah dibawah ekor kurva yang bergeser diluar wilayah sigma enam hanya berukuran seluas 0, atau 3,4 per satu juta. Hal ini menandakan ratarata suatu proses dapat dikontrol agar bergeser paling banyak 1,5 deviasi standar dari target. Sehingga diharapkan cacat yang terjadi hanya 3,4 per satu juta kejadian. Jika rata-rata tersebut dapat dijaga tepat sesuai target, maka kemungkinan terjadinya cacat diluar sigma enam kearah dua ekor hanya satu per satu miliar kejadian. Jika pergeseran terjadi kedua arah, maka kemungkinan cacat pada tingkatan sigma enam paling banyak hanya 6,8 per satu juta kejadian, dan jika pergeseran terjadi pada target distribusi, maka jumlah cacat hanya dua per satu miliar (Evans dan Lindsay 2007). Jumlah cacat (per satu juta) dan beberapa pergeseran proses dari titik tengah serta tingkat kualitasnya (satu ekor saja) dapat dilihat pada Tabel 2.

12 15 Tabel 2. Jumlah cacat (per satu juta) dan beberapa pergeseran proses dari titik tengah serta tingkat kualitasnya (satu ekor saja) Tingkat Kualitas Pergeseran 3-sigma 3,5-sigma 4-sigma 4,5-sigma 5-sigma 5,5-sigma 6-sigma ,4 0,29 0,017 0,001 0,25-sigma ,8 1,02 0,1056 0,0063 0,5-sigma ,4 0,71 0,019 0,75-sigma ,5 11 1,02 0,1 1-sigma ,4 0,39 1,25-sigma ,5 10,7 1 1,5-sigma ,4 1,75-sigma , sigma Sumber: Takadimalla (1994) diacu dalam Evans dan Lindsay (2007) Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkatan kualitas dengan jumlah cacat 3,4 per satu juta kesempatan dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu dengan pergeseran sigma dari target sebanyak 0,5 dan kualitas 5-sigma, pergeseran sigma dari target sebanyak 1 dan kualitas 5,5-sigma, serta pergeseran sigma dari target sebanyak 1,5 dan kualitas 6-sigma. Pengendalian sebuah proses agar sesuai dengan target merupakan pilihan yang lebih murah dibandingkan mengurangi variabilitas proses (Kwak et al. 2003). Kurva pergeseran sigma untuk mengurangi variasi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kurva pergeseran sigma untuk mengurangi variasi Sumber: Kapadia (2010) formula sebagai berikut: Tingkatan sigma dapat dihitung dengan Ms.Excel menggunakan =NORMSINV(1-dpmo/ )+Shift

13 16 Meskipun demikian tidak semua proses harus beroperasi pada tingkatan sigma enam. Tingkatan yang tepat bergantung seberapa penting suatu proses secara strategis serta biaya perbaikan jika dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan (Goffnet 2004). Menurut Gaspersz (2003), ada 6 aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep six sigma di bidang manufaktur, yaitu: 1. Identifikasi karakteristik produk yang sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. 2. Klasifikasikan semua karakteristik kualitas sebagai CTQ (Critical to Quality) individual 3. Tentukan apakah setiap CTQ dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses kerja, dan lain-lain. 4. Menentukan nilai USL (upper specific limit- nilai batas spesifikasi atas) dan LSL (lower specific limit- nilai batas spesifikasi bawah) dari setiap CTQ. 5. Menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ. 6. Mengubah desain produk/proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target six sigma (Cp > 2) Pemecahan masalah dengan six sigma Pemecahan masalah (problem solving) merupakan aktivitas yang melibatkan perubahan aktivitas suatu keadaan yang sedang berlangsung agar berlangsung sebagaimana seharusnya. Perbaikan kinerja bisnis dan kualitas yang sukses bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan dari landasan filosofi six sigma adalah perbaikan terobosan yang menambah nilai kepada perusahaan dan pelanggan melalui pendekatan masalah yang sistematis (Cheng 2010). Hal ini diterapkan dalam lima tahap metodologi DMAIC (Evans dan Lindsay 2007), yaitu: 1. Define (Perumusan), mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, menganalisis data dan asumsi yang mendasari data tersebut, serta menelaah masalah untuk mendapatkan perspektif baru agar memperoleh definisi masalah yang dapat diperbaiki. 2. Measure (Pengukuran), bagaimana cara mengukur proses internal yang mempengaruhi CTQ (quality to control). Hal ini membutuhkan pemahaman

14 17 akan hubungan sebab akibat antara kinerja proses dan nilai pelanggan. Metodologi ini menggunakan istilah fungsi dalam ilmu matematika yang menggambarkan hubungan sebagai berikut: Y = f (X) dimana: Y= variabel respon yang penting (CTQ) X= variabel input penting yang mempengaruhi Y 3. Analyze (Analisis), fase analisis dari metode DMAIC berfokus pada pertanyaan mengapa cacat, kesalahan, atau variasi yang berlebihan terjadi. Setelah variabel yang terkumpul dan diukur, dilakukan eksperimen untuk memverifikasi hubungan yang telah dihipotesiskan sebelumnya, yaitu apakah faktor X benar-benar mempengaruhi faktor Y. Eksperimen dilakukan dengan cara memformulasikan beberapa hipotesis untuk menyelidiki data yang dikumpulkan atau melakukan percobaan lain, sehingga dapat disimpulkan secara beralasan serta dapat didukung secara statistik sebagai akar permasalahan yang sebenarnya. 4. Improve (Peningkatan), setelah akar permasalahan dapat dipahami selanjutnya dilakukan pengumpulan ide untuk menghilangkan atau memecahkan masalah serta memperbaiki kinerja variabel X sehingga memperbaiki CTQ. Seperangkat ide yang telah diajukan, perlu dilakukan evaluasi dan ide yang paling menjanjikan yang dipilih. 5. Control (Pengendalian), berfokus pada bagaimana menjaga perbaikan agar terus berlangsung. Bentuk pengendalian dapat dilakukan dengan membuat daftar periksa (checklist) atau pemeriksaan berkala untuk meyakinkan bahwa prosedur yang benar telah diikuti, atau penerapan diagram pengendalian proses statistik untuk memonitor kinerja cara pengukuran yang terpenting. 2.8 Statistical Process Control (SPC) Statistika merupakan metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Metode statistik memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya, dan informasi dalam data digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan (Montgomery 1990).

15 18 Penggunaan ilmu statistika dalam pengawasan proses produksi, pengendalian mutu produksi, dan sistem manajemen mutu memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknik manajemen yang hanya mengandalkan pemikiran tim manajerial perusahaan. Beberapa kelebihan penggunaan statistika dalam pengendalian mutu (Urdhwareshe 2000), antara lain: 1. Sebagai alat yang telah terbukti untuk dapat meningkatkan produktivitas. 2. Sebagai alat efektif untuk mencegah penyimpangan. 3. Dapat mencegah penyesuaian yang tidak perlu. 4. Memberikan informasi bagi operator untuk membuat suatu perubahan pada proses yang dapat meningkatkan produktivitas. Statistical process control (SPC) merupakan metode statistika yang memisahkan variasi yang dihasilkan sebab khusus dari variasi alamiah untuk menghilangkan sebab khusus, mengusahakan dan mempertahankan konsistensi dalam proses, serta memantapkan proses perbaikan (Goetsch dan David 2003). Dalam proses produksi, variabilitas merupakan ketidakseragaman dalam proses operasional sehingga menimbulkan perbedaan mutu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan. Hal ini dihasilkan oleh pengaruh kumulatif dari banyak sebabsebab kecil yang pada dasarnya tidak terkendali (Montgomery 1990). Macam-macam variabilitas terkadang dapat timbul dari hasil suatu proses. Menurut Gaspersz (2002), terdapat dua sumber penyebab timbulnya variasi yang diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Variasi penyebab khusus (special-causes variation) adalah kejadian-kejadian diluar sistem industri yang mempengaruhi variasi dalam sistem industri tersebut. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor, seperti: manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola non acak (nonrandom pattern) yang dapat diidentifikasi, sebab tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh lebih kuat pada proses sehingga menyebabkan variasi. Dalam pengendalian proses statistik menggunakan peta kontrol (control chart), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati batas pengendalian yang didefinisikan (defined control limit).

16 19 2. Variasi penyebab umum (Common-cause variation) adalah faktor-faktor didalam sistem industri atau yang melekat pada proses industri sehingga menimbulkan variasi dalam sistem tersebut. Penyebab umum disebut juga penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem (system cause). Penyebab ini selalu melekat pada sistem, maka untuk menghilangkannya dilakukan penelusuran pada elemen-elemen dalam sistem dan hanya pihak manajemen industri yang dapat memperbaikinya. Dalam pengendalian proses statistik menggunakan peta kontrol (control chart), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang berada dalam pengendalian yang didefinisikan (defined control limit) Metrik SPC Metrik SPC merupakan indikator yang digunakan dalam perhitungan SPC (statistical process control), terbagi menjadi dua kategori, yaitu data atribut dan variabel. Data atribut (atribute) adalah karakteristik kinerja yang ada atau tidak ada dalam produk atau jasa yang menjadi pusat perhatian. Data atribut bersifat tersendiri dan dapat memberitahu apakah suatu karakteristik mematuhi spesifikasi atau tidak. Pengukuran atribut diekspresikan dalam proporsi atau tingkat, misalnya proporsi ketidakpatuhan dalam sekelompok barang, jumlah cacat per unit, atau tingkat kesalahan pada setiap kesempatan (Committee E-11 on Quality and Statistic 2002). Tipe kategori yang kedua disebut data variabel (variable). Data variabel bersifat kontinu (misalnya panjang atau berat). Pengukuran varibel berkenaan dengan derajat ketidakpatuhan terhadap spesifikasi. Pengukuran variabel biasanya diekspresikan dengan angka-angka statistik, seperti rata-rata dan deviasi standar. Mengumpulkan data atribut biasanya lebih mudah daripada mengumpulkan data variabel. Karena pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih cepat melalui inspeksi atau perhitungan sederhana, sedangkan data variabel membutuhkan penggunaan alat pengukuran. Dalam pengertian statistik inspeksi atribut kurang efisien dibandingkan dengan inspeksi variabel, karena tidak memberikan informasi yang sama banyak. Hal ini dikarenakan, inspeksi atribut membutuhkan sampel yang lebih besar daripada inspeksi variabel untuk mendapatkan informasi statistik yang sama banyaknya (Evans dan Lindsay 2007).

17 Lembar Pemeriksaan Dasar pengendalian mutu secara statistik adalah pemanfaatan sepenuhnya setiap teknik dan data yang dihasilkan dengan teknik ini. Statistik menyatakan data, data merefleksikan fakta, sehingga bila pengendalian tergantung pada data, data tersebut harus benar. Data harus dikumpulkan secara hati-hati dan teliti, serta tujuan pengumpulan data pun harus jelas. Lembar pemeriksaan mempunyai banyak tujuan, tetapi yang terutama adalah memudahkan pengumpulan data dalam bentuk yang mudah digunakan dan dianalisis secara otomatis. Adapun fungsi dari lembar pemeriksaan yaitu, pemeriksaan distribusi proses produksi, pemeriksaan item cacat, pemeriksaan lokasi cacat, pemeriksaan penyebab cacat, pemeriksaan konfirmasi pemeriksaan, dan lain-lain (Ishikawa 1988). Lembar pemeriksaan dirancang dalam bentuk yang komunikatif agar mudah dipahami, sehingga dapat menunjukkan lokasi penyimpangan. Contoh lembar pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4. Produk: Tahap manufakturing: Tipe rusak Jumlah total diperiksa Catatan: Lembar pemeriksaan Tanggal: Pabrik: Seksi: Nama: Pemeriksa: Lot no: Order no: Tipe Pemeriksaan total Goresan permukaan Tidak Lengkap Tidak jadi Lain-lain Total rusak Grafik Kendali Total Gambar 4. Lembar pemeriksaan item cacat Sumber: Ishikawa (1988) Grafik kendali pertama kali diperkenalkan oleh W. A Shewhart dari Bell Telephone laboratories, Amerika Serikat dengan tujuan untuk menghilangkan ragam tidak normal melalui pemisahan ragam yang disebabkan oleh penyebab

18 21 khusus dan penyebab umum. Grafik kendali digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses berada dalam keadaan terkendali secara statistik dan menentukan kapabilitas proses, yang selanjutnya digunakan untuk mengendalikan proses secara terus-menerus (Gasperz 2001). Selain itu, grafik kendali juga digunakan untuk menetapkan karakteristik mutu secara kontinu, menetapkan mutu proses, menetapkan saat mulai dan berakhirnya proses, dan menghilangkan penyebab dari penolakan produk atau mutu marginal produk. Keuntungan menggunakan grafik kendali, yaitu memonitor setiap waktu, membedakan ragam yang disebabkan oleh penyebab khusus dan penyebab umum, mengkaji efektivitas perubahan dalam usaha untuk meningkatkan proses, serta memberikan informasi mengenai proses dalam periode tertentu. Diagram alir penggunaan grafik kendali dapat dilihat pada Gambar 5. Tentukan karakteristik mutu sesuai keinginan pelanggan Apakah data peubah? TIDAK Apakah data atribut berbentuk TIDAK Apakah data atribut berbentuk banyaknya YA YA YA Apakah proses homogeny atau proses batch seperti industri TIDAK Apakah ukuran contoh konstan? TIDAK YA YA YA YA Apakah ukuran contoh konstan? TIDAK Gunakan peta control individual: X-MR Gunakan peta kontrol X-Bar* Gunakan peta kontrol p atau np* Gunakan peta kontrol p* Gunakan peta kontrol c dan u* Gunakan peta kontrol u* Gambar 5. Diagram alir penggunaan grafik kendali Sumber: Ishikawa (1988) Keterangan : * = Jenis-jenis grafik kendali

19 22 Menurut Ishikawa (1988), langkah-langkah dasar yang harus diambil dalam menggunakan grafik kendali proses produksi adalah sebagai berikut: 1. Pilih item apa yang akan dikendalikan. Tentukan permasalahan apa yang berkaitan dan apa tujuannya, serta data apa yang diperlukan. 2. Tentukan peta kendali apa yang digunakan. Tentukan apabila peta x -R, p, pn, u, atau c yang cocok. 3. Buatlah peta kendali untuk analisis proses. Ambilah data untuk selang waktu tertentu atau gunakan data dalam pembuatan peta. Bila terdapat titik yang abnormal, selidiki penyebabnya dan ambillah tindakan. 4. Susunlah peta kendali untuk pengendalian proses. Apabila telah dilakukan tindakan yang berhubungan dengan penyebab perubahan mutu dan proses produksi dikendalikan. Lihatlah apakah produk memenuhi standar untuk keadaan ini. Dengan dasar kesimpulan ini, standarkan metode kerja. Perluas garis kendali di peta pada situasi stabil dan lanjutkan menggambar data harian. 5. Kendalikan proses produksi. Bila metode yang distandarkan tetap dijaga, peta kendali harus menunjukkan keadaan terkendali. Jika ketidaknormalan muncul pada peta, selidiki penyebabnya segera dan lakukan tindakan yang tepat. 6. Hitung kembali garis kendali. Bila peralatan atau garis kerja diubah, garis kendali harus dihitung kembali. Apabila pengendalian selama proses produksi dilakukan dengan lancar, tingkatan mutu pada peta kendali akan lebih baik. Berikut ini aturan yang harus diamati dalam menghitung kembali garis kendali, yaitu: i. Data pada titik-titik yang menunjukkan ketidaknormalan dan penyebab yang telah ditemukan dan dibetulkan, harus tidak dimasukkan dalam penghitungannya kembali. ii. Data pada titik-titik tidak normal yang penyebabnya tidak ditemukan atau tidak ada tindakan yang diambil, harus dimasukkan. Menurut Montgomery (1990), berdasarkan sifat atribut dan peubah dari parameter mutu yang diukur, terdapat dua macam grafik pengendalian proses yaitu grafik pengendalian atribut dan grafik pengendalian peubah. Grafik pengendalian peubah digunakan secara luas serta merupakan prosedur pengendali yang lebih efisien dan memberikan informasi tentang penampilan proses yang

20 23 lebih banyak daripada grafik pengendali sifat. Data peubah menunjukkan karakteristik mutu yang mempunyai dimensi kontinu yang dapat mengambil nilainilai kontinu dalam kemungkinan yang tidak terbatas, seperti panjang, kecepatan, bobot, volume, dan sebagainya. Data atribut hanya memiliki dua nilai yang berkaitan dengan YA atau TIDAK, seperti sesuai atau tidak sesuai, berhasil atau gagal, lulus atau tidak lulus, dan sebagainya (Gasperz 1998). Grafik kendali X-bar (rataan ) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yng mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta control X- bar dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk data peubah. Peta kontrol X- bar menjelaskan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rataan suatu proses. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti peralatan yang dipakai, peningkatan suhu secara gradual, perbedaan metode yang digunakan dalam shift, material baru, tenaga kerja baru yang belum dilatih, dan lain-lain. Peta kontrol R (range) menjelaskan mengenai perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran ragam, sehingga berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bagian peralatan yang hilang, minyak pelumas bensin yang tidak mengalir dengan baik, kelelahan pekerja, dan lain-lain (Gasperz 2001) Pembuatan peta kontrol individual X dan MR (Moving Range) diterapkan pada peta proses yang menghasilkan produk relatif homogen, misalnya cairan kimia, kandungan mineral dari air dan makanan. Selain itu, dapat pula diterapkan pada kasus inspeksi 100% untuk proses produksi yang sangat lama (Gasperz 2001). Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan) dari item-item dalam kelompok yang sedang diinspeksi. Sehingga peta kontrol p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi mutu atau produk cacat yang dihasilkan dari suatu proses. Proses yang tidak memenuhi syarat diidentifikasikan sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok tersebut. Karakteristik mutu dari item diperiksa dan diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item tersebut tidak

21 24 memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik mutu, maka item tersebut digolongkan tidak memennuhi syarat spesifikasi atau cacat. Peta kontrol c didasarkan pada titik spesifik yang tidak memenuhi syarat dalam suatu produk, sehingga suatu produk dapat saja dianggap memenuhi syarat meskipun mengandung satu atau beberapa titik spesifik cacat (Gasperz 2001). Menurut Gasperz (1998), pada dasarnya setiap grafik kendali memiliki karakteristik, seperti: 1. Sumbu x yang melambangkan nomor contoh 2. Sumbu y yang melambangkan mutu luaran 3. Garis tengah (GT) 4. Sepasang batas pengendali, dimana satu batas pengendali ditempatkan diatas garis tengah yang dikenal sebagai batas pengendali atas (BPA) serta satu batas pengendali ditempatkan dibawah garis tengah yang dikenal dengan batas pengendali bawah (BPB). Grafik kendali secara umum dapat dilihat pada Gambar 6. Karakteristik Diagram Sebab Akibat Nomor Contoh Gambar 6. Grafik kendali secara umum Sumber: Kapadia (2010) Penyebab yang terjadi dalam permasalahan mutu hampir tidak terhitung. Diagram sebab-akibat merupakan diagram yang dapat mengilustrasikan dengan jelas bermacam-macam penyebab yang mempengaruhi mutu produk melalui pemilihan dan mengembangkan penyebab-penyebabnya. Pengendalian mutu yang ingin kita perbaiki dan dikendalikan secara jelas disajikan dengan angka-angka yang menunjukkan panjang, kekerasan, persentase cacat, dsb yang disebut dengan karakteristik mutu. Sedangkan komposisi kimia, diameter, pekerja, dst yang menyebabkan penyebaran disebut faktor. Diagram sebab akibat berguna untuk

22 25 membantu kita dalam memilih penyebab penyebaran dan mengorganisasikan hubungannya (Oakland 2003). Menurut Ishikawa (1988) secara garis besar langkah-langkah pembuatan diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut: 1. Tentukan karakteristik mutu (gerakan tidak tetap selama putaran mesin). Karakteristik ini yang akan kita perbaiki dan kendalikan, sehingga harus ditentukan penyebabnya. 2. Tulislah karakteristik mutu pada sisi kanan. Gambarlah panah besar dari sisi kiri ke sisi kanan dan tempatkan pernyataan masalah dalam kotak. 3. Tulislah faktor utama yang mungkin mempengaruhi masalah kualitas, mengarahkan panah cabang ke panah utama. Faktor penyebab yang mempunyai kemungkinan, seperti manusia, mesin, material, metode kerja, dan lingkungan. Setiap faktor akan membentuk sebuah cabang. 4. Tulislah faktor rinci yang dapat dianggap sebagai penyebab kepada setiap item cabang seperti menyerupai ranting. Setiap rantingnya dapat ditulis faktor yang lebih rinci dengan membuat cabang yang lebih kecil. Penentuan faktor rinci dari setiap faktor utama memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. Faktor-faktor rinci tersebut dapat dikembangkan melalui metode brainstorming. 5. Pastikan bahwa semua item yang mungkin menjadi penyebab telah masuk kedalam diagram. Pencatatan informasi yang perlu didalam diagram sebab akibat, seperti judul, nama produk, dan proses. diagram sebab-akibat ditunjukkan pada Gambar 7. Material Mesin Lingkungan Karakteristik Mutu Manusia Material Gambar 7. Diagram sebab-akibat Sumber: Ishikawa (1988)

23 Kapabilitas proses Kapabilitas proses merupakan kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang diinginkan. Kapabilitas proses berkaitan dengan variasi alami sehingga menggambarkan performansi terbaik dari proses tersebut. Pemahaman terhadap kapabilitas suatu proses dapat digunakan untuk memprediksi secara kuantitatif, seberapa baik suatu proses dapat memenuhi spesifikasi, serta menentukan kebutuhan peralatan yang digunakan dalam proses pengendalian (Oakland 2003). Menurut Evans dan Lindsay (2007), enam tahapan yang dibutuhkan dalam studi kapabilitas proses adalah sebagai berikut: 1. Memilih mesin atau segmen yang representatif dari suatu proses. 2. Menentukan kondisi proses. 3. Memilih operator yang representatif. 4. Menyediakan bahan baku bertingkat standar dengan jumlah yang cukup. 5. Menentukan alat ukur atau metode pengukuran yang harus digunakan. 6. Mempersiapkan metode untuk mencatat pengukuran dan kondisi, secara berurutan untuk semua unit produksi. Analisis kapabilitas proses merupakan bagian penting dari keseluruhan program pengendalian mutu. Manfaat dari analisis kapabilitas proses (Montgomery 1990) adalah: a. Menduga seberapa baik proses akan memenuhi toleransi. b. Membantu pengembang atau perancang produk dalam memilih atau mengubah proses. c. Membantu dalam pembentukan selang antara penarikan contoh untuk pengawasan proses. d. Menentukan persyaratan penampilan bagi alat baru. e. Memilih diantara pemasok yang bersaing. f. Merencanakan urutan proses produksi bilamana ada pengaruh interaksi proses dengan toleransi. g. Mengurangi keragaman dalam proses produksi. Hubungan antara variasi dan spesifikasi alami diukur menggunakan indeks kapabilitas proses sehingga sering disebut sebagai indeks potensial proses

24 27 (C pm ). Indeks kapabilitas proses merupakan variasi natural suatu proses dengan spesifikasi desain dalam tolak ukur yang kuantitatif (Evans dan Lindsay 2007). Dalam bahasa numeriknya, rumusnya adalah: C pm = (USL LSL) 6σ Dimana, USL = upper specification limit LSL = lower specification limit σ = standar deviasi proses Penilaian yang digunakan untuk indeks kapabilitas proses (C pm ) (Gaspersz 2003), yaitu: C pm 2,0 : keadaan proses industri berada dalam keadaan stabil dan mampu, artinya proses mampu untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. 1 > C pm 1,99 : keadaan industri proses berada dalam keadaan stabil dan tidak mampu, artinya proses berada dalam keadaan tidak mampu sampai cukup mampu untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. C pm < 1,0 : keadaan proses industri berada dalam keadaan tidak mampu untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Persyaratan penggunaan rumus ini, yaitu distribusi proses harus menyebar normal dengan nilai target (T) yang berarti rata-rata proses ( ) harus tepat berada ditengah nilai USL dan LSL. Kurva indeks kapabilitas proses ditunjukkan pada Gambar 9. C p < 1 C p = 1 C p > 1 Lower Spec Upper Spec Lower Spec Upper Spec Lower Spec Gambar 8. Kurva indeks kapabilitas proses Sumber: O neill (2002) Upper Spec Jika persyaratan ini sudah dipenuhi maka, dapat digunakan tabel nilai kapabilitas proses yang ditunjukkan pada Tabel 3.

25 28 Tabel 3. Hubungan antara C pm dan kapabilitas proses C pm Kapabilitas Proses 0,33 1,0 sigma 0,5 1,5 sigma 0,67 2,0 sigma 0,83 2,5 sigma 1,00 3,0 sigma 1,17 3,5 sigma 1,33 4,0 sigma 1,5 4,5 sigma 1,67 5,0 sigma 1,83 5,5 sigma 2,00 6,0 sigma 2,17 6,5 sigma 2,33 7,0 sigma Sumber: Gaspersz (2007) Menurut Evans dan Lindsay (2007), C pm dengan nilai 1,00 mensyaratkan bahwa proses berada ditengah rata-rata kisaran toleransi untuk mencegah adanya unit yang diproduksi diluar batas. Mencapai unit produksi yang berada dalam spesifikasi C pm = 1,33 lebih mudah dicapai, dan lebih mudah lagi jika C pm bernilai 2,00. Beberapa pengalaman praktisi menyarankan batas bawah yang aman berada pada nilai C pm sebesar 1,5. Karena nilai diatas C pm = 1,5 akan menjamin bahwa semua unit yang diproduksi oleh suatu proses terkendali akan berada dalam batas spesifikasi. 2.9 Peranan Statistika dalam Pengendalian Mutu Statistika dalam pengendalian mutu adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga agar hasil produksi memiliki mutu yang seragam pada tingkat biaya minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan. Pengendalian mutu yang dilakukan oleh suatu manajemen yang terintegrasi dan membentuk suatu pengendalian mutu terpadu (total quality control) dapat meningkatkan mutu dan hasil kerja. Peningkatan mutu dapat memberikan kepuasan pada konsumen serta dapat meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia dan perusahaan (Mutiara dan Kuswadi 2004). Dalam pengendalian mutu, statistika digunakan sebagai bagian dari pola kendali mutu terpadu, tetapi bukan merupakan pola itu sendiri. Metode statistik memiliki pengaruh mendalam pada keseluruhan bidang kendali mutu. Hal ini

26 29 terlihat dari empat perangkat statistik yang digunakan secara terpisah atau dalam gabungan pekerjaan kendali mutu (Feingenbaum 1989): 1. Distribusi frekuensi, digunakan sebagai gambaran dari mutu sampel untuk memperlihatkan secara sekilas rata-rata mutu, bentangan mutu, dan pembandingan mutu dengan persyaratan spesifikasi. Perangkat ini digunakan pada analisis mutu dari proses atau produk tertentu. 2. Bagan kendali, metode grafis untuk mengevaluasi apakah sebuah proses berada dalam kendali statis. Jika kurva grafis mendekati atau melebihi batas, maka beberapa perubahan diusulkan dalam proses tersebut. Perangkat ini digunakan untuk mempertahankan kendali pada sebuah proses setelah distribusi frekuensi menunjukkan bahwa proses berada dalam kendali. 3. Tabel penarikan sampel, serangkaian prosedur spesifik yang terdiri atas rencana penarikan sampel penerimaan yang berkaitan dengan ukuran lot, ukuran sampel, dan kriteria penerimaan, atau banyaknya pemeriksaan 100%. Perangkat ini digunakan jika diinginkan penjaminan atas mutu bahan yang diproduksi ataupun diterima. 4. Metode-metode khusus, menyertakan teknik-teknik seperti analisis toleransi, korelasi, dan analisis varians. Metode ini digunakan untuk kendali mutu industri, diluar dari bentuk umum statistika. Perangkat ini digunakan untuk analisis khusus tentang rancangan kerekayasaan dan gangguan proses.

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI TUNA LOIN (Thunnus sp.) MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA. Oleh : DYHART PUTRI MENTARI C

PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI TUNA LOIN (Thunnus sp.) MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA. Oleh : DYHART PUTRI MENTARI C PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI TUNA LOIN (Thunnus sp.) MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA Oleh : DYHART PUTRI MENTARI C34070019 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 28 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. Perusahaan ini berdiri sekitar 10 tahun yang lalu. Perusahaan X ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI TUNA LOIN (Thunnus sp.) DENGAN METODE SIX SIGMA STUDI KASUS: PT X MARIAH

PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI TUNA LOIN (Thunnus sp.) DENGAN METODE SIX SIGMA STUDI KASUS: PT X MARIAH PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI TUNA LOIN (Thunnus sp.) DENGAN METODE SIX SIGMA STUDI KASUS: PT X MARIAH DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penilaian program kelayakan dasar (pre requisite program), evaluasi penerapan program Hazard Analysis Critical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. X yang terdapat pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Nizam Zachman Jakarta. Waktu penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Karena atas izin-nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT. menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT. menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian BAB III PENGENDALIAN KUALITAS MULTIVARIAT Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, haruslah dilakukan pengendalian pada proses produksinya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistical Process Control (SPC) Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Tuna (Thunnus sp.) Ikan Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili scombridae, terutamaa genus Thunnus. Tuna mempunyai beberapaa spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi BAB III SIX SIGMA 3.1 Kajian Teori Six Sigma 3.1.1 Pengertian Six Sigma (Dasar Statistika) Ditinjau dari perspektif statistik, six sigma ( 6 σ ) memiliki tinjauan grafis sebagai berikut. Gambar 3.1 Jarak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengetian Kualitas Banyak sekali definisi tentang kualitas yang ada saat ini, bahkan definisi tentang perkembangan seiring kemajuan teknologi, tetapi ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Pada penelitian ini dilakukan pengamatan langsung terhadap aliran proses produk dan pengumpulan data-data yang dibutuhkan di PT XYZ. Data-data tersebut kemudian

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA Dosen Pembimbing: Dra. Lucia Aridinanti, MT. Co. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 15 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi pada bulan Desember 2010. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat di segala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan tajam baik di pasar domestik maupun pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Kualitas Kualitas adalah sesuatu yang terus menerus dicari oleh manusia. Manusia mencari pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dirinya, begitu pula

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Tahapan Penelitian 3.1.1 Identifikasi Dan Perumusan Masalah Langkah ini merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian dengan melakukan observasi ke unit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Kualitas Statistik

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Kualitas Statistik BAB I PENDAHULUAN Kualitas dan manajemen kualitas telah mengalami evolusi menjadi yang TQM (Total Quality Management), filosofi TQM berisi dua komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dansistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain yang sejenis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Pengendalian Mutu Sebelum meninjau beberapa perangkat dasar pengendalian mutu secara statistik, secara singkat akan diuraikan asal mula perangkat-perangkat tersebut.

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES PADA DATA BERDISTRIBUSI BINOMIAL

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES PADA DATA BERDISTRIBUSI BINOMIAL ANALISIS KEMAMPUAN PROSES PADA DATA BERDISTRIBUSI BINOMIAL Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Kualitas Statistik Yang Dibina Oleh Bapak Hendro Permadi Nama Kelompok: Sudarsono (309312422762)

Lebih terperinci

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL

GRAFIKPENGENDALI VARIABEL GRAFIKPENGENDALI VARIABEL Grafik pengendali pertamakali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk mengurangi variasi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN dimana semua negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ANALISIS KEMAMPUAN PROSES KOMPETENSI 1. Memahami pengertian dan manfaat analisis kemampuan proses statistik untuk data atribut 2. Mampu menerapkan konsep six sigma untuk mengukur kemampuan proses ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan. Pengendalian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 ISSN: 2339-028X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Much. Djunaidi 1*, Risti Mutiarahadi 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini mengalami era globalisasi dimana semakin hari semakin dihadapkan dengan banyaknya persaingan antar perusahaan-perusahaan yang saling

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai berbagai cara untuk mewujudkannya, di mana salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan produk dan jasa yang digunakan (Ariani, 2004). Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan produk dan jasa yang digunakan (Ariani, 2004). Konsumen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kualitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menentukan produk dan jasa yang digunakan (Ariani, 2004). Konsumen biasanya memilih

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas TIN-212

Pengendalian Kualitas TIN-212 II Process Capability Analysis Pengendalian Kualitas TIN-212 Syarat-syarat pelaksanaan process capability analysis 1 Jika kita sudah mengetahui bagaimana kinerja proses kita (voice of process), tentunya

Lebih terperinci