BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki. Bahan media tulis yang pernah digunakan di berbagai belahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki. Bahan media tulis yang pernah digunakan di berbagai belahan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum manusia mengenal kertas sebagai media menulis, banyak media yang digunakan untuk mengungkapkan berbagai maksud atau gagasan yang mereka miliki. Bahan media tulis yang pernah digunakan di berbagai belahan dunia seperti lempengan tanah liat dari Mesopotamia, perak dan gading dari Birma, sutera dari Cina, tembaga dari India Selatan, dan kulit binatang yang digunakan pada penulisan naskah-naskah lbrani (Herman, dkk, 1992/1993: 1). Di Indonesia, bahan media tulis yang pernah digunakan misalnya di Sumatra selatan memakai bambu untuk menulis aksara Ka-Ga-Nga (Oktovianny, 2008) dan di Bali menggunakan daun dari pohon siwalan (Borasus flabelliformis) yang sering disebut dengan nama lontar (Wirayati, 2013: 1). Kata lontar berasal dari akar kata ron (daun) dan tal (pohon), dinamai tal yang berasal dari kata tala dalam bahasa sansekerta untuk pohon siwalan (Borasus flabelliformis) (Wirayati, 2013: 2). Ketika rontal (daun dari pohon siwalan) tersebut telah diproses dan menjadi lembaran yang siap untuk ditulisi maka disebut dengan nama lontar. Pohon siwalan ini banyak ditemukan di daerah-daerah tropis. Pohon ini banyak tumbuh di tanah yang mengandung kapur dan daerah pantai (wawancara dengan Bapak Ida I Dewa Gede Catra tanggal 20 April 2013). Jika dilihat dari jenis pohonnya, pohon siwalan ini dapat dibagi dua, yaitu pohon siwalan betina

2 2 yang dapat menghasilkan buah dan pohon siwalan jantan yang tidak dapat menghasilkan buah. Dari jenis-jenis pohon siwalan tersebut, terdapat bermacammacam jenis daun (wawancara dengan Bapak Ida I Dewa Gede Catra tanggal 20 April 2013), antara lain: a. Rontal taluh, dengan ciri-ciri helai daunnya cukup panjang dan lebar, daunnya empuk dan tidak terlalu keras ketika ditulisi, serta seratnya halus. b. Rontal tanduk, dengan ciri-ciri helai daunnya kaku dan keras, serta seratnya kasar sehingga sulit untuk ditulisi. c. Rontal kedis, dengan ciri-ciri seratnya halus, helai daunnya pendek, kurang lebar dan agak tipis sehingga mudah rusak ketika ditulisi. d. Rontal goak, dengan ciri-ciri helai daunnya lebar dan panjang, seratnya agak kasar, daunnya kenyal dan keras jika ditulisi. Dari keempat jenis daun pohon siwalan tersebut, yang paling sering digunakan untuk membuat lontar di Bali adalah rontal taluh, karena daun jenis ini mudah ditulisi. Usia rontal juga dapat dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan warna daunnya, yaitu: 1. Rontal yang termasuk kategori muda (disebut dengan busung), memiliki ciriciri daun berwarna hijau muda dan berumur kira-kira 3 bulan. Rontal ini biasanya dijadikan anyaman seperti tikar, topi, tas, dan juga sering dijadikan bahan jejahitan untuk upacara panca yadnya di Bali. 2. Rontal yang termasuk kategori menengah (disebut dengan panyaja), memiliki ciri-ciri daun berwarna hijau tua dan berumur kira-kira 6 bulan. Rontal taluh yang berusia menengah inilah yang dijadikan bahan untuk pembuatan lontar.

3 3 3. Rontal yang termasuk kategori tua (disebut dengan danyuh), memiliki ciri-ciri daun berwarna hijau kekuning-kuningan atau kuning seluruhnya dan berumur kira-kira 1 tahun. Rontal ini biasanya dijadikan sebagai atap darurat dan juga dijadikan sebagai bahan bakar. Penulisan pada media lontar merupakan tradisi kuna yang ada di Pulau Bali. Kebudayaan penulisan lontar berkembang pesat ketika Bali mengalami zaman keemasan kesusastraan pada pemerintahan Dalem Waturenggong abad ke- 15 Masehi yang didampingi oleh sastrawan bernama Dang Hyang Dwijendra (Ardana, 1996: 23). Pada saat itu, hampir setiap keluarga terkemuka di Bali memiliki naskah lontar. Aktivitas atau kegiatan menulis dan membaca lontar dilakukan di Geria dan di Puri, sehingga menjadikan Geria dan Puri sebagai pusat kebudayaan lontar. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga-keluarga yang memiliki naskah lontar tersebut adalah keluarga yang terpelajar, dalam istilah Bali sering disebut dengan anak nyastra. Jumlah naskah-naskah lontar di Bali yang mencapai ribuan, membuat Bali sering disebut sebagai gudang manuskrip (naskah kuno) atau filologi alam (Sancaya, 2008: 1). Bahasa yang digunakan pada naskahnaskah lontar di Bali pada umumnya adalah Bahasa Jawa Kuna (Kawi), Bahasa Kawi-Bali (Bali Tengahan), dan Bahasa Bali (Suastika, 1996: 20). Menurut Poerbatjaraka (dalam Ardana, 1996: 22) perbedaan media tulis antara lontar dengan prasasti berbahan batu atau tembaga yaitu masalah yang dapat diungkapkan dalam prasasti berbahan batu dan tembaga singkat, padat, dan hanya memuat hal-hal yang penting saja, sedangkan dalam lontar dapat menceritakan sesuatu yang agak panjang (seperti: cerita, pelajaran, keagamaan,

4 4 dan peraturan sebuah wilayah). Selain itu lontar lebih ekonomis, praktis, dan mudah dibawa pergi. Jika dilihat dari daya tahannya, benda budaya dengan jenis material organik seperti manuskrip lontar, tentunya tidak memiliki daya tahan yang kuat terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan benda budaya yang berasal dari jenis material anorganik. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan konservasi yang benar untuk tetap menjaga keawetan naskah lontar tersebut dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Konservasi terhadap manuskrip lontar merupakan upaya yang penting dilakukan, mengingat nilai penting yang terkandung di dalamnya berupa: a. Nilai penting sejarah, karena banyak manuskrip-manuskrip lontar yang dibuat oleh tokoh-tokoh terkemuka di Bali, misalnya naskah lontar yang dibuat pada tahun 1728 oleh Ida Pedanda Nyoman Pidada dan Ida Pedanda Ketut Pidada yang berjudul Ni Diah Tantri. b. Nilai penting pengetahuan karena isi yang terkandung dalam naskah lontar tersebut sarat dengan berbagai pengetahuan yang berguna bagi kehidupan, seperti arsitektur berupa tata cara pembuatan rumah di Bali (asta kosala kosali), hukum berupa peraturan-peraturan adat (awig-awig) yang harus ditaati oleh masyarakat Bali, dan astrology (ilmu perbintangan) yang banyak dipakai sebagai pedoman oleh petani di Bali untuk memulai pekerjaannya di sawah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di rumah penduduk (naskah lontar yang disimpan di kediaman Bapak Ida I Dewa Gede Catra dan Bapak I Wayan Muditādñana) dan di museum-museum (Museum Gedong Kirtya dan Museum

5 5 Negeri Provinsi Bali), diperoleh beberapa jenis kerusakan yang terjadi pada naskah lontar yang dikoleksi, seperti berjamur, bernoda, warna aksara (huruf) yang memudar, melengkung, patah, berlubang, dan bagian tepi lontar yang rusak karena dimakan serangga. Berbagai jenis kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi suhu udara yang panas, kelembaban udara yang tinggi, fluktuasi suhu udara, serangan serangga, radiasi cahaya, polutan, dan juga faktor manusia itu sendiri. Mengingat nilai penting yang terkandung dalam lontar dan faktor kerusakan yang dapat mengancam naskah lontar, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan konservasi untuk menjaga keawetan naskah lontar tersebut. Pengertian konservasi benda budaya memiliki beberapa pengertian, Suzanne Keene (2002: 26) mendefinisikan konservasi adalah tindakan dalam memelihara dan merawat benda koleksi yang disimpan sehingga tidak rusak dan bertahan hingga masa yang akan datang. ICOMOS (1996) mendefinisikan konservasi adalah seluruh proses kegiatan untuk menjaga suatu benda dengan mempertahankan signifikasi budayanya (cultural significance). Pengertian konservasi jika dikaitkan dengan konservasi manuskrip adalah setiap tindakan langsung atau tidak langsung terhadap naskah rusak atau tidak rusak yang bertujuan untuk menjaga agar kualitas naskah tetap baik. Konservasi ini dibagi menjadi tiga tindakan (Rakshana, 2007: 14), yaitu: 1. Konservasi preventif, adalah setiap tindakan secara langsung atau tidak langsung terhadap koleksi naskah, bertujuan untuk menjaga keawetan naskah dengan cara mengurangi resiko penyebab memburuknya naskah di masa

6 6 mendatang. Contohnya menjaga kebersihan lingkungan, mengatur temperatur di tempat penyimpanan koleksi, dan meningkatkan kedisiplinan atau pengetahuan pekerja di tempat-tempat yang menyimpan koleksi naskah seperti di museum atau di perpustakaan. 2. Konservasi kuratif, adalah setiap tindakan langsung terhadap koleksi naskah yang rusak, bertujuan untuk menghentikan agen perusak aktif yang terdapat pada naskah tersebut. Contohnya melakukan fumigasi pada koleksi naskah yang terdeteksi adanya serangga hidup di naskah tersebut. 3. Restorasi, adalah setiap tindakan langsung terhadap koleksi naskah yang rusak, bertujuan untuk meningkatkan aspek visual pada naskah tersebut. Contohnya menghapus noda yang menempel pada naskah, dan menambal naskah yang robek. Jika dilihat dari bahan yang digunakan untuk mengkonservasi naskah lontar, ada berbagai macam jenis bahan konservasi yang digunakan baik oleh masyarakat ataupun museum-museum yang ada di Bali. Bahan-bahan konservasi tersebut yaitu minyak kemiri (candle nut oil), minyak cengkeh (clove oil), minyak sereh (citronella oil), dan aseton dengan minyak sereh citronella oil). Selain bahan konservasi tersebut di atas, beberapa bahan konservasi lainnya yang dapat digunakan untuk menjaga naskah-naskah lontar agar tetap terjaga keawetannya, seperti yang dibahas pada karya tulis Made Ayu Wirayati (2013: 5) yaitu dengan menggunakan minyak wijen (sesame oil) dan campuran antara gliserin dan etanol.

7 7 Ketidaktahuan beberapa masyarakat Bali dalam merawat naskah lontar, membuat naskah-naskah lontar yang dikoleksi mengalami kerusakan. Hal ini yang menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk mengkaji secara mendalam terkait tentang cara konservasi lontar tersebut. Jika dilihat dari berbagai macam bahan konservasi yang selama ini digunakan untuk melindungi naskah lontar, penulis tertarik untuk melakukan pengujian terhadap bahan-bahan konservasi tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan mengungkapkan beberapa masalah, sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi lontar yang telah mengalami proses pengujian? 2. Teknik dan bahan konservasi apakah yang efektif digunakan untuk melindungi lontar di Bali? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji teknik dan bahan konservasi naskah lontar yang selama ini dilakukan di Bali. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi para pengelola museum dan para kolektor naskah lontar di Bali dalam menentukan cara perawatan terhadap naskah lontar yang dikoleksi.

8 8 D. Ruang Lingkup Penelitian Penentuan ruang lingkup dalam suatu penelitian sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan tidak melebar dan jauh dari inti permasalahan yang telah dirumuskan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek Objek yang akan diuji dalam eksperimen ini adalah lontar yang berasal dari jenis rontal taluh. Pemilihan rontal taluh sebagai objek eksperimen karena jenis daun ini sering digunakan untuk membuat naskah lontar di Bali. 2. Metode konservasi lontar Jika dilihat dari metode konservasi naskah lontar yang selama ini dilakukan, dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu secara non-fisik dan secara fisik. Metode konservasi yang dilakukan secara non-fisik berupa penulisan kembali isi manuskrip lontar ke lembaran lontar yang baru, sedangkan metode konservasi lontar secara fisik berupa perawatan fisik naskah lontar untuk mempertahankan keawetan fisiknya dengan menggunakan bahan-bahan konservasi. Lingkup metode konservasi yang menjadi kajian dalam penelitian ini lebih kepada metode konservasi secara fisik terhadap naskah lontar. Konservasi fisik lontar sangat penting dilakukan karena dengan utuh atau awetnya fisik lontar maka utuh pula isi yang terkandung dalam lontar tersebut. 3. Eksperimen Menurut Rakshana (2007: 14), konservasi manuskrip dapat dibedakan menjadi tiga tindakan yaitu konservasi preventif (mencegah), konservasi kuratif

9 9 (membasmi atau membunuh), dan restorasi (memperbaiki). Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan pada pengujian terhadap tindakkan konservasi preventif (khususnya cara pelapisan dan penyimpanan) lontar, sedangkan untuk konservasi kuratif dan restorasi dijelaskan sebatas pendeskripsian tentang cara-cara, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun di museum-museum yang menjadi lokasi penelitian ini. E. Kebaruan Penelitian dan Tinjauan Pustaka Dewasa ini penelitian-penelitian yang terkait dengan naskah lontar di Bali lebih banyak membahas tentang isi naskah lontar tersebut, misalnya makna yang terkandung dalam naskah lontar. Sangat sedikit penelitian-penelitian yang membahas tentang cara konservasinya. Beberapa penelitian yang membahas tentang konservasi naskah lontar yang pernah dilakukan selama ini, seperti yang dilakukan oleh Nala, Erawati, dan Arianca. Nala, dkk (2007) dalam tulisannya yang berjudul Konservasi dan Pembuatan Katalog Naskah Lontar di Desa Klating Tabanan (dimuat dalam jurnal ilmiah Udayana Mengabdi volume VI. No.5: 20-32), menjelaskan tentang upaya penyelamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap naskah-naskah lontar yang terdapat di Desa Klating Tabanan. Disebutkan dalam tulisan ini, bahwa kondisi naskah-naskah lontar yang terdapat di Desa Klating Tabanan banyak yang mengalami kerusakkan, seperti terdapat noda-noda hitam, patah, warna tulisan pada lontar memudar dan berjamur. Adapun cara konservasi yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu:

10 10 (1) Menyiapkan alat konservasi berupa kapas, dan juga bahan-bahan konservasi berupa aseton, minyak sereh, dan buah kemiri (yang sudah dibakar) (2) Langkah konservasi yang dilakukan yaitu minyak sereh dan aseton dicampur dengan perbandingan 1:1, kemudian campuran bahan ini dioleskan pada setiap lontar yang rusak tersebut dengan menggunakan kapas. Lontar yang telah diolesi tersebut, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Pada tahap akhir, lontar tersebut digosok dengan kemiri yang telah dibakar untuk menghitamkan kembali tulisan yang terdapat pada lontar. Erawati, dkk (2010) dalam tulisannya yang berjudul Identifikasi dan Konservasi Naskah Lontar Koleksi Geria Pemeregan Denpasar (dimuat dalam jurnal ilmiah Udayana Mengabdi volume IX. No.9: ), juga menjelaskan tentang upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelamatkan naskah-naskah lontar yang terdapat di Geria Pemeregan Denpasar. Pada tulisannya disebutkan bahwa kerusakan yang terjadi pada naskah lontar yang disimpan di Geria Pemeregan Denpasar disebabkan karena noda-noda kotoran yang menempel pada lontar, sehingga naskah lontar tersebut sulit untuk dibaca, selain itu banyak lontar yang dikoleksi telah dalam keadaan patah. Adapun cara konservasi yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu: (1) Menyiapkan alat konservasi berupa kapas, dan juga bahan-bahan konservasi berupa aseton, minyak sereh, dan buah kemiri (yang sudah dibakar), (2) Langkah konservasi yang dilakukan yaitu minyak sereh dan aseton dicampur dengan perbandingan 1:1, kemudian campuran bahan ini dioleskan pada setiap lontar yang rusak tersebut dengan menggunakan kapas. Lontar yang

11 11 telah diolesi tersebut, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Pada tahap akhir, lontar tersebut digosok dengan kemiri yang telah dibakar untuk menghitamkan kembali tulisan yang terdapat pada lontar. Arianca (2011) dalam tulisannya yang berjudul Konservasi Naskah Lontar Koleksi Museum Gedong Kirtya di Singaraja, Kabupaten Buleleng (Skripsi). Karya tulisnya ini lebih menekankan pada pendiskripsian tentang caracara konservasi terhadap naskah lontar yang dikoleksi di Museum Gedong Kirtya. Pada tulisannya disebutkan jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada koleksi naskah lontar di Museum Gedong Kirtya dan juga cara konservasinya. Jenis kerusakkan naskah lontar yang terdapat di museum ini seperti berlubang, bergelombang, patah, robek, bernoda, dan berjamur. Tindakkan konservasi yang dilakukan oleh museum untuk mengatasi masalah tersebut meliputi tindakkan preventif dan kuratif. Tindakkan konservasi preventif yang dilakukan seperti; (1) Penggunaan AC di ruang tempat penyimpanan lontar, (2) Pengunaan keropak untuk menyimpan naskah-naskah lontar. Tindakkan konservasi kuratif yang dilakukan seperti; (1) Penggunaan pestisida untuk membunuh atau membasmi serangga yang terdapat pada lontar dan keropaknya, (2) Penggunaan campuran aseton dan minyak sereh dengan perbandingan 1:1, kemudian campuran bahan ini dioleskan pada setiap lontar yang bernoda, berjamur, dan bergelombang dengan menggunakan kapas. (3) Penggunaan selotip, stapler dan benang jahit untuk menyambung kembali lontar yang telah patah.

12 12 Hasil penelitian tersebut di atas dapat menjadi informasi awal untuk penelitian ini, terutama terkait tentang jenis kerusakkan yang biasanya terjadi pada naskah lontar yang ada di Bali serta cara perawatannya. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang pernah dilakukkan sebelumnya hanya sebatas pendiskripsian tentang cara konservasi yang dilakukan terhadap naskah lontar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bermaksud untuk menguji efektivitas bahan-bahan konservasi yang digunakan melalui eksperimen.

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya,

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya, Proses Pembuatan Prasi I Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni Seni lukis prasi merupakan salah satu karya seni rupa tradisional Bali, termasuk warisan budaya nenek moyang yang memiliki nilai

Lebih terperinci

Kajian Efektivitas Teknik dan Bahan Konservasi pada Lontar di Bali

Kajian Efektivitas Teknik dan Bahan Konservasi pada Lontar di Bali Kajian Efektivitas Teknik dan Bahan Konservasi pada Lontar di Bali Ida Bagus Alit Sancana Email: sancana@yahoo.com Abstrak: diperlukan suatu tindakan konservasi yang benar untuk tetap menjaga keawetan

Lebih terperinci

By: Yuni Nurjanah 2010

By: Yuni Nurjanah 2010 By: Yuni Nurjanah 2010 Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Sejarahnya Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

Gedong Kirtya: Harapan dan Kenyataan Oleh IDG Windhu Sancaya

Gedong Kirtya: Harapan dan Kenyataan Oleh IDG Windhu Sancaya Gedong Kirtya: Harapan dan Kenyataan Oleh IDG Windhu Sancaya Pengantar Anda masih ingat peristiwa 20 dan 21 Oktober 1999 yang lalu? Gedong Kirtya, salah satu peninggalan sejarah yang sangat penting, hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perpustakaan BPHN merupakan perpustakaan khusus dalam bidang hukum. Namun, keberadaannya sebagai sebuah lembaga pembinaan hukum nasional dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi (conservation) bermakna pengawetan atau perlindungan. Feather (1991, p. 2) mendefinisikan konservasi sebagai upaya pencegahan atau perbaikan materi atau

Lebih terperinci

KONSERVASI MANUSKRIP LONTAR

KONSERVASI MANUSKRIP LONTAR KONSERVASI MANUSKRIP LONTAR Made Ayu Wirayati * 1. Pendahuluan Salah satu warisan kebudayaan nenek moyang kita yang bernilai cukup penting adalah naskah kuno (manuskrip). Di seluruh Indonesia diketahui

Lebih terperinci

Lampiran 1: Bentuk Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA KEGIATAN PERAWATAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Lampiran 1: Bentuk Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA KEGIATAN PERAWATAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Lampiran 1: Bentuk edoman Wawancara EDOMAN WAWANCARA KEGIATAN ERAWATAN ERUSTAKAAN UNIVERSITAS HKB NOMMENSEN MEDAN Kode : K Informan : Kepala erpustakaan Universitas HKB Nommensen Medan ertanyaan : Kegiatan

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah A. Pengantar Tinggalan Cagar Budaya berbahan kayu sangat banyak tersebar di wilayah

Lebih terperinci

LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014

LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014 LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014 No No. Inv. Nama Benda Asal Benda Ukuran Kondisi Ruang : / Laci : BAHAN PEMBENTUK BENDA LOGAM Benang Logam Benang Emas Benang Perak Percik Logam Prada

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI NASKAH

BAB 2 DESKRIPSI NASKAH 17 BAB 2 DESKRIPSI NASKAH Pendahuluan Dalam bab ini akan disajikan deskripsi dari naskah-naskah yang menjadi data utama. Ada empat naskah yang menjadi data utama dalam penelitian ini yaitu Ramayana, Parimbwan,

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran

Lebih terperinci

Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9. By Yuni Nurjanah

Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9. By Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah 2010 Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

Bab 11 Teknik dan Corak Dalam Kaligrafi

Bab 11 Teknik dan Corak Dalam Kaligrafi Bab 11 Teknik dan Corak Dalam Kaligrafi Seorang kaligrafer memerlukan lima hal yaitu: watak yang baik, memahami kaligrafi, tangan yang halus, sabar, dan memiliki peralatan yang sempurna. - Mir Ali, Heart,

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB II PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA. karena itu pemeliharaan bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi

BAB II PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA. karena itu pemeliharaan bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi BAB II PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemeliharaan Bahan Pustaka Bahan pustaka pada umumnya terbuat dari kertas baik dalam bentuk buku, surat kabar, majalah dan bahan cetak lainnya. Semua koleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat memacu peningkatan pembangunan di segala sektor kehidupan. Kebutuhan fasilitas perumahan,

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6 /31/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH KHUSUS PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004 DALAM BENTUK UANG KERTAS BELUM DIPOTONG GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 28 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 28 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 28 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU) TAHUN EMISI 2004 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM ABSTRAK Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan di Indonesia. Saat ini sepeda motor telah berkembang dalam berbagai jenis dan merek. Kegunaannya pun bukan hanya untuk transportasi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, tujuan, batasan masalah dan manfaat. 1.1 Latar Belakang Aksara Bali digunakan

Lebih terperinci

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT)

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) Mata Kuliah : PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Kode / SKS : PUST2137 / 3 SKS Nama Tutor : Yuni Nurjanah, S.S. Deskripsi Singkat Kompetensi Umum : Mata kuliah ini membahas tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 18 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/28/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 9 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/28/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU)

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG BENDA-BENDA YANG BERUSIA ABAD KE 10 14 MASEHI 1. BATU PIPISAN Batu Pipisan berkaki ini menyerupai meja dalam ukuran kecil berfungsi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Bab 4 ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dijalankan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Bab 4 ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dijalankan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab 4 ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dijalankan selama kurang lebih satu bulan (1 April - 31 April 2008). Uraian ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Filamen Sutera Beberapa atribut yang berperan pada penentuan kualitas filamen sutera diantaranya panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase bobot filamen, dan

Lebih terperinci

NIASTr~ PRESERV ASI ARSIP ST A TIS INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS AIRLANGGA. Dr. M. Hadi Sl'(ubhan, SH.,M.H.,CN SISTEM MANAJEMEN MUTU

NIASTr~ PRESERV ASI ARSIP ST A TIS INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS AIRLANGGA. Dr. M. Hadi Sl'(ubhan, SH.,M.H.,CN SISTEM MANAJEMEN MUTU NIASTr~ I;..kl..... :..., r 002 INSTRUKSI KERJA PRESERV ASI ARSIP ST A TIS SISTEM MANAJEMEN MUTU AIRLANGGA INTEGRATED MANA GEMENT SYSTEM (AIMS) UNIVERSITAS AIRLANGGA Revisi ke 0 Tanggal Revisi - Tanggal

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI

IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 9-16 ISSN 2338-0454 IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI Oleh: I Made Suwirya Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

TIGA SUMBER ANCAMAN PALING BERBAHAYA TERHADAP BALI. I Wayan Pastika.

TIGA SUMBER ANCAMAN PALING BERBAHAYA TERHADAP BALI. I Wayan Pastika. TIGA SUMBER ANCAMAN PALING BERBAHAYA TERHADAP BALI I Wayan Pastika wayanpastika59@yahoo.com Ancaman terhadap Bali dapat dikategorikan sebagai ancamanan jangka pendek dan ancaman jangka panjang. Ancaman

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Perbaikan Arsip Kartografik telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2010 Plt. DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa puing bangunan besar, semarak tapi belum cukup. Gambaran pikiran dan perasaan tersebut dapat dipahami lewat dokumen tertulis

Lebih terperinci

SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT)

SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT) SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT) Tutorial ke : 1 Kode / Nama Mata Kuliah : PUST2137 SKS : 3 SKS Nama Tutor : Yuni Nurjanah, S.S. Kompetensi Umum Kompetensi Khusus : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Benda Cagar Budaya merupakan benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau

Lebih terperinci

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil

Lebih terperinci

1. Berdasarkan warnanya, tingkat kesuburan tanah dapat diketahui ketika warnanya. a. lebih hitam b. lebih terang c. abu-abu d.

1. Berdasarkan warnanya, tingkat kesuburan tanah dapat diketahui ketika warnanya. a. lebih hitam b. lebih terang c. abu-abu d. Lampiran 1 SOAL UJI VALIDITAS PRETES DAN POSTES MATERI : Proses Pembentukan Tanah Sekolah : SD N Salatiga 02 Waktu : 40 menit Nama : Kelas : No : I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d didepan

Lebih terperinci

Vol.1/No.1, Juni 2013, hlm JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 91

Vol.1/No.1, Juni 2013, hlm JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 91 Vol.1/No.1, Juni 2013, hlm 91-105 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN 91 Preservasi Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus Mengenai Preservasi Preventif dan Kuratif Manuskrip Lontar Sebagai Warisan Budaya

Lebih terperinci

Rusaknya Naskah-naskah Kuna Sunda Koleksi Museum di Jawa Barat

Rusaknya Naskah-naskah Kuna Sunda Koleksi Museum di Jawa Barat Rusaknya Naskah-naskah Kuna Sunda Koleksi Museum di Jawa Barat Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

PENJILIDAN PETA, SLIDE, FOTOKOPI, DAN TINTA

PENJILIDAN PETA, SLIDE, FOTOKOPI, DAN TINTA PENJILIDAN PETA, SLIDE, FOTOKOPI, DAN TINTA 1 PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA MODUL 5 DAN 6 BY YUNI NURJANAH 1. Pengertian dan tujuan 2. Mengenal bahan jilidan 3. Menyiapkan penjilidan 4. Jenis-jenis penjilidan

Lebih terperinci

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. Meningkatkan Kreativitas Buruh Tani Perempuan dalam Inovasi. Pemanfaatan Pandan Duri

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. Meningkatkan Kreativitas Buruh Tani Perempuan dalam Inovasi. Pemanfaatan Pandan Duri BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI Meningkatkan Kreativitas Buruh Tani Perempuan dalam Inovasi Pemanfaatan Pandan Duri Pandan duri merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di Dusun Banyulegi. Hampir di

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 29 /PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 20.000 (DUA PULUH RIBU) TAHUN EMISI 2004 GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung.

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6 /32/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG RUPIAH KHUSUS PECAHAN 20.000 (DUA PULUH RIBU) TAHUN EMISI 2004 DALAM BENTUK UANG KERTAS BELUM DIPOTONG GUBERNUR

Lebih terperinci

KONSERVASI LONTAR* 1. Kondisi Lontar Bali Saat Ini 2. Konservasi dan Preservasi Lontar

KONSERVASI LONTAR* 1. Kondisi Lontar Bali Saat Ini 2. Konservasi dan Preservasi Lontar KONSERVASI LONTAR* 1. Kondisi Lontar Bali Saat Ini Lontar Bali tersebar dan disimpan luas oleh penduduk baik di desa maupun di kota, baik di daerah dataran maupun di daerah pegunungan. Dahulu kala, hampir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Arsip. Universitas Sumatera Utara

2.1 Pengertian Arsip. Universitas Sumatera Utara 2.1 Pengertian Arsip Arsip merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau pekerjaan tatausaha, yang banyak dilakukan oleh setiap badan usaha, baik badan usaha pemerintahan maupun badan usaha swasta.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1)

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1) 69 UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT Ninik Paryati 1) 1) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Telp. 021-88344436 e-mail: nparyati@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai

BAB I PENDAHULUAN. benua Asia hingga mencapai benua Eropa melalui Jalur Sutera. Para ilmuwan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sutera ditemukan di Cina sekitar 2700 sebelum Masehi dan teknologi budidayanya masih sangat dirahasiakan pada masa itu. Perkembangan dan persebarannya dimulai dari benua

Lebih terperinci

Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat

Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat A. Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan Sunber daya alam berupa kumpulan beraneka ragam makhluk hidup maupun benda tak hidup

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum. Isi bab ini

Lebih terperinci

Aplikasi Augmented Reality Book and Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile

Aplikasi Augmented Reality Book and Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Aplikasi Augmented Reality Book and Stick Wayang Kulit Panca Pandawa Berbasis Mobile I Komang Try Adi Stanaya 1), I Made

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman)

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman) PERTEMUAN 10 Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman) A. Pendahuluan Mengelola atau penanganan museum adalah tugas pokok seorang kepala museum. Dari uraian modul-modul terdahulu, kita sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran peneliti mengenai perkembangan teknologi informasi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran peneliti mengenai perkembangan teknologi informasi komunikasi BAB I PENDAHULUAN Uraian bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai dasar pemikiran peneliti mengenai perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam hal pelestarian lontar di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN Dari berbagai eksperimen yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa analisis terkait dari percobaan-percobaan tersebut. 4.1 Analisis Struktur dan Karakteristik Material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan sampai saat ini masih digemari oleh masyarakat pencinta sastra khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 16 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/29/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 20.000 (DUA PULUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Kebanyakan para peneliti telah bereksperimen dengan penambahan suatu bahan lain

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/3/PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/28/PBI/2004 TENTANG PENGELUARAN DAN PENGEDARAN UANG KERTAS RUPIAH PECAHAN 100.000 (SERATUS RIBU)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan kampus atau lingkungan universitas. Menurut Sulistyo-Basuki

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Cara Membuat Lawar Bali

Cara Membuat Lawar Bali Cara Membuat Lawar Bali Lawar Siap Putih (Lawar Ayam) Bali Lawar (lawar bali) merupakan masakan tradisional berupa campuran sayur-sayuran dengan daging cincang yang diberi bumbu khas bali dan berasal dari

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan Kerajinan dari Bahan Alam Oleh Maria Etik Sulistiyani Pembuatan Produk Kerajinan dari bahan alam Tanah Liat Serat Kayu Bambu Kulit Logam Batu Rotan Kemasan Produk Berdasarkan teknik, bahan, alat, dan prodesur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci