BAB I PENDAHULUAN. pemikiran peneliti mengenai perkembangan teknologi informasi komunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pemikiran peneliti mengenai perkembangan teknologi informasi komunikasi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Uraian bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai dasar pemikiran peneliti mengenai perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam hal pelestarian lontar di era globalisasi yang mempengaruhi implementasi transformasi lontar ke dalam bentuk digital Latar Belakang Naskah lontar diketahui sebagai naskah kuno yang ditulis tangan dalam berbagai aksara dan bahasa yang dianggap sebagai salah satu representasi dari berbagai sumber lokal yang paling otoritatif dan paling otentik dalam memberikan berbagai informasi sejarah pada masa lalu (Sudarsono, 2009 : 13). Lontar adalah salah satu jenis naskah yang dihormati di Bali, bahkan dikeramatkan (Ratna, 2011: 64). Banyak lontar yang mengandung khazanah ilmu pengetahuan rohani dan pengalaman para leluhur orang Bali mengalami kepunahan, seperti karena bencana, terbakar, dan dimakan rayap atau diperjual belikan secara bebas dan tidak bertanggung jawab. Bahkan demi memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat rela menjual lontar warisan leluhur kepada orang asing, sekalipun sebagian masyarakat masih menyadari nilai historis, ritual atau magisnya (Suharsana, 2009 : 1). Di samping itu pula lontar-lontar yang banyak mengandung nilai-nilai berharga tersebut, kurang mendapatkan penanganan yang tepat karena tidak disimpan dengan baik. Lontar yang terdapat pada lembaga-lembaga non profit seperti perpustakaan dan pusat dokumentasi saat ini memerlukan perhatian khusus, 1

2 2 karena pergerseran nilai terhadap keberadaan lontar menyebabkan banyak naskah kuno dalam kondisi yang memprihatinkan misalnya, perlakuan para pengelola yang tidak mengetahui bagaimana cara merawat naskah kuno tersebut dan para pengguna atau para pembaca naskah yang kurang hati-hati mengutip naskah kuno yang sudah mulai rapuh (Wildan dalam Sudibyo, 2013 : 139). Untuk itu perlu diupayakan pelestarian atau konservasi untuk menyelamatkan naskah kuno lontar yang ada. Upaya Pelestarian manuskrip lontar adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh petugas pemeliharanya sepanjang zaman. Ketika lontar telah ada dan digunakan untuk merekam informasi, ada beberapa teknik yang digunakan untuk merawatnya. Sejak zaman dahulu bahan yang umum digunakan adalah ekstrak herbal untuk mencegah kerusakan yang dikarenakan faktor alam, kemudian disusul dengan menggunakan bahan kimia untuk mengatasi jamur pada dunia modern, hingga akhirnya digitalisasi diterima sebagai cara terbaik untuk melestarikan manuskrip tersebut (Sageer, 2014 : 2). Digitalisasi manuskrip adalah proses pelestarian teks dalam naskah lontar yang dilakukan oleh lembaga perpustakaan atau pusat dokumentasi melalui teknik perekaman foto (fotografi) menggunakan kamera digital. Tujuan dari digitalisasi tersebut menurut Pendit (dalam Pamardi, 2013 : 42) adalah, untuk pendidikan, penyebaran ilmu pengetahuan, dan pelestarian peninggalan bersejarah bangsa. Melalui digitalisasi, perpustakaan bisa menyimpan ribuan karya tulis maupun karya seni tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan adanya koleksi digital, pengguna perpustakaan dapat mengakses informasi dalam naskah digital tanpa harus mendatangi perpustakaan.

3 3 Sejak diterbitkannya UU Perpustakaan No. 43, tahun 2007 yang mengatur tentang penyimpanan, perawatan dan pelestarian naskah kuno, serta UU No. 8 tahun 1997 yang mengatur tentang alih media dokumen perusahaan, banyak lembaga penyedia informasi seperti perpustakaan, museum maupun sejenisnya berlomba-lomba mendayagunakan koleksinya melalui alih media ke dalam bentuk digital. Akibat kemajuan teknologi informasi tersebut, maka lembaga penyedia informasi mengikuti perkembangan yang terjadi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi pada tatanan pemerintahannya, khususnya dalam pengelolaan koleksi dokumen langka atau dokumen kuno. Perpustakaan atau lembaga pengelola informasi harus dapat memainkan peran penting untuk menambah nilai informasi pada lembaganya tersebut. Mereka harus mulai merintis kerjasama lintas lembaga lainnya, serta merancang program-program yang bersifat solutif-kreatif untuk memudahkan akses informasi bagi penggunanya, salah satunya melalui penyediaan koleksi naskah digital. Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sudah melakukan digitalisasi lontar kurang lebih cakep lontar, pada tahun 2011 hingga Digitalisasi yang dimaksud adalah memasukkan tulisan aksara Bali tersebut melalui sebuah website. Berdasarkan data saat ini secara keseluruhan naskah lontar yang tersimpan di Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Bali berjumlah cakep lontar yang terdiri atas berbagai jenis lontar seperti: wariga, babad, geguritan, kekawin, kidung, tutur, dan sebagainya. Semua naskah lontar digital ini adalah hasil kerjasama dengan Archieve Foundation sebuah yayasan pendidikan dari Amerika. Naskah lontar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh

4 4 masyarakat Bali. Digitalisasi diharapkan dapat mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya melalui internet (Sumber: Akses tgl 14 November 2014). Media digital sangat menghemat ruangan, tenaga dan waktu untuk media penyimpanan. Orientasi layanan prima dan distribusi akses informasi yang lebih luas dan cepat diakui telah dapat memenuhi segala kebutuhan informasi bagi pengguna saat ini. Namun, dalam proses atau program digitalisasi naskah kuno lontar masih menimbulkan berbagai kontroversi di kalangan masyarakat atau pemilik naskah. Secara rinci Wildan (dalam Sudibyo, 2013 : ) melihat bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan digitalisasi yang pertama adalah keengganan pemilik naskah untuk digitalisasi diantaranya, dikarenakan naskahnaskah yang dimiliki adalah satu-satunya koleksi, walaupun koleksi naskah sudah banyak yang rapuh, namun tetap saja pihak pemilik tidak memperbolehkan naskahnya diusik dengan teknologi modern karena akan menghilangkan pamor dari naskah yang dianggap kramat tersebut. Kedua adalah masalah minimnya SDM di Indonesia. Selain itu juga belum cukup tersedianya bahan atau alat untuk restorasi naskah di Indonesia. Sementara itu di sisi lain, menurut Suasta (1997:51) mengatakan bahwa untuk mendapatkan bentuk-bentuk ukiran Aksara Bali yang baik di atas daun lontar dengan menggunakan pengrupak (pisau kecil) cukup sulit dibandingkan dengan menggunakan alat-alat modern, seperti mesin cetak buku dan mesin komputer. Karena pengrupak bagian ujungnya sangat keras dan tajam, gerakan lingkup arahnya dalam membuat goresan ukiran aksara Bali menjadi terbatas. Namun, dengan adanya media digital, maka segala sesuatu akan dapat dibuat

5 5 dengan lebih mudah, cepat dan praktis. Salah satunya adalah dalam hal penyalinan aksara yang terdapat dalam naskah kuno Lontar. Teknologi digital mampu menggabung, mengkonversi atau menyajikan informasi dalam bentuk apapun isi yang ditampilkan, bit dapat dieksplorasi sekaligus dimanipulasi, termasuk cropping informasi asli dengan pengurangan maupun penambahan (Wuryanta, 2004 :134). Di samping itu pula kemajuan teknologi komputer pada abad-20 telah membantu perkembangan tulisan, baik secara teknologis maupun estetis. Artinya, tulisan dan proses penulisan yang semula dilakukan secara manual kini dapat dilakukan melalui program komputer yang sekaligus menunjukkan aspek estetisnya. Dengan kata lain melalui komputerisasi tidak ada yang tidak mungkin dalam rangka mengembangkan tulisan (Ratna, 2011: 64). Proses produksi digital dapat dilakukan karena telah tersedianya teknologi tetapi proses produksi tersebut masih menyisakan persoalan sosial, budaya dan ekonomi di masyarakat (Barker, 2006 : 157). Akibat kemajuan teknologi informasi, kini boleh dikatakan apa pun bisa diciptakan, direkayasa seolah seperti aslinya. Di era serba digital seperti sekarang ini segala sesuatunya seolah-olah selalu siap direproduksi, di mana yang nyata tidak sekedar dapat direproduksi, namun selalu dan selalu direproduksi (Sugihartati, 2014 : 41). Dengan tersedianya digital naskah, bukan berarti segala urusan selesai karena kemudahan akses terhadapnya, juga tergantung pada sejauh mana fasilitas yang tersedia itu dapat diakses dengan baik, dan sejauh mana server yang menampung semua data digital berikut metadatanya tidak terganggu masalahmasalah teknis. Jika para pengguna internet belum dapat memiliki infrastruktur

6 6 yang dibutuhkan secara maksimal, maka bisa jadi koleksi digital tersebut ibarat air minum yang dibawa-bawa di atas punggung seekor kambing belaka, sementara sang kambing sendiri tidak pernah dapat meraih untuk meminumnya (Fathurahman, 2009 : 437). Transformasi lontar tradisional ke digital dimaknai dari adanya nilai-nilai modernitas masyarakat modern serta pengaruh kapitalisme global terhadap dorongan prilaku yang mengabaikan filosofi religious. Menurut Sedana (2014 : 73), pada umumnya proses penyalinan lontar di Bali dilakukan oleh para seniman yakni orang yang ahli menulis aksara Bali atau sang nyastra seperti Pedanda, Sulinggih, Pemangku atau Dalang, serta praktisi lontar yang memang memiliki bakat menulis aksara Bali. Di samping itu juga sebelum menulis lontar biasanya dilakukan pemilihan hari baik (dewasa ayu) untuk mendapatkan daun lontar yang baik, serta dilakukan upacara atau ritual penyucian lontar (pasupati) sehingga aksara-aksara yang tertulis menjadi suci Pendapat senada juga diungkapkan oleh Suasta (1997: 27) yang menyatakan bahwa pada masa kerajaan pembuatan lontar dilaksanakan di pasraman atau di rumah-rumah pendeta atau resi, serta istana raja (Puri) melalui para pujangga atau sastrawan, sehingga kegiatan tersebut lebih banyak bersifat istana sentris, istana sebagai pusat segalanya. Hanya orang-orang tertentulah yang mendapat kepercayaan melaksanakan suatu pekerjaan yang sangat penting itu. Perkembangan teknologi telah memberi dampak terhadap keberadaan naskah kuno lontar Bali. Selain pola kehidupan masyarakat Bali yang sudah banyak berubah baik di bidang sektor agama dan pariwisata, meningkatnya kebutuhan untuk bersaing dan berinovasi dalam produksi informasi digital juga

7 7 menimbulkan adanya praktik-praktik budaya kapitalisme. Dalam hal ini dapat dilihat dari segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang selalu didasarkan pada standar finansial, khususnya dalam proyek atau kegiatan digitalisasi naskah lontar. Jika dilihat secara sepintas tidak akan berdampak pada masalah lainnya, tetapi jika dilihat secara teliti tindakan kebijakan yang diambil tersebut dapat mengubah tatanan sosial masyarakat. Dalam konteks ini penyalinan atau perekaman aksara pada media lontar yang dilakukan melalui media digital bisa dibuat oleh siapa saja dan kapan saja, terlebih lagi ketika yang diproduksi tersebut berupa simbol budaya tradisional yang kemudian berubah menjadi industri budaya digital. Dari uraian tersebut, maka penulis ingin mengkaji perubahan sosial dan budaya yang terjadi, mengapa naskah kuno lontar ditransformasikan ke dalam bentuk digital dan bagaimanakah dampak perubahan budaya dari transformasi lontar digital tersebut, yang dikembangkan oleh komunitas lembaga terkait Rumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian yang berjudul Transformasi Lontar Ke Dalam Bentuk Digital Ditinjau Dari Perspektif Kajian Budaya dirumuskan sebagai berikut: Mengapa lontar di transformasikan ke dalam bentuk digital? Bagaimanakah dampak transformasi lontar ke dalam bentuk digital ditinjau dalam perspektif budaya?

8 8 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui transformasi lontar ke dalam bentuk digital Untuk mengetahui dampak budaya terhadap transformasi lontar ke dalam bentuk digital 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang transformasi lontar ke dalam bentuk digital. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan menggugah minat para peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang lontar Manfaat Praktis Manfaat Praktis dari penelitian ini dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada penentu kebijakan di lingkungan universitas ataupun lembaga terkait. 2. Bagi Pendidikan Dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi kemajuan di bidang pelestarian lontar 3. Bagi Peneliti Untuk bahan referensi bagi yang tertarik untuk meneliti dampak transformasi lontar ke dalam bentuk digital.

9 Kerangka Pemikiran Lontar merupakan salah satu dokumen kuno yang harus dilestarikan. Penanganan yang baik terhadap upaya pelestarian lontar merupakan salah satu pelestarian budaya masyarakat itu sendiri. Pelestarian isi naskah dapat dilakukan jika fisik naskah memadai. Artinya, jika fisik naskah rapuh, robek, berjamur, atau hancur, maka proses preservasi terhadap isi naskah akan sulit dilakukan. Pelestarian terhadap isi naskah dapat dilakukan dengan cara digitalisasi, riset, serta disalin (ditulis ulang), dialih aksarakan, dan diterjemahkan (Erika, 2011:4). Berdasarkan hal tersebut maka ada dua cara atau metode yang digunakan dalam upaya pelestarian (preservasi) lontar yaitu, pertama dilakukan secara manual (misalnya melalui proses penyalinan lontar, dalam Bhs. Bali disebut nyurat lontar) dan kedua secara modern yaitu transformasi (digitalisasi) naskah kuno, misalnya dikonversikan ke dalam bentuk CD-ROMS, atau Hard Disk maupun melalui sistem simpan digital internet (website). Proses penyalinan manuskrip lontar merupakan salah satu proses preventif lontar yang rusak, yang biasanya dilakukan oleh orang yang ahli menulis (nyurat) aksara bali atau yang disebut dengan praktisi lontar (Sedana, 2014 : 112). Kegiatan dalam menyalin lontar Bali dalam tradisi Bali disebut dengan istilah Nyastra (menulis lontar). Penyalinan lontar adalah salah satu upaya pelestarian lontar yang berbasis kearifan lokal. Tradisi penyalinan dari satu naskah lontar ke bentuk naskah lontar lain adalah cara yang selama ini masih dilakukan masyarakat Bali untuk menggandakan suatu naskah. Dalam tradisi penulisan lontar di Bali, kegiatan ini disebut mranakin (membuat turunan, salinan, atau anak dari satu lontar induk). Lontar induk itu disebut dengan istilah ina, yang berarti induk. Melalui

10 10 penyalinan inilah lontar di Bali bertambah dari waktu ke waktu. Penyalinan yang dilakukan tersebut ada kalanya dibuat sepersis dan sedekat mungkin dengan teks aslinya, namun ada kalanya juga ada sedikit perbedaan, misalnya salah tulis, hurufnya rusak (sulit dibaca) dan sebagainya. Bila perbedaan antara naskah induk dengan naskah turunannya hanya kecil saja, maka hal itu disebut dengan istilah varian. Namun bila perbedaan tersebut cukup besar, maka disebut dengan istilah versi. Adanya perbedaan yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan oleh tidak setianya si penyalin dalam membuat turunan naskah induk. Ketidaksetiaan tersebut mungkin disebabkan oleh kreativitas si penyalin sehingga seolah-olah si penyalin juga berkedudukan sebagai pengarang asli atau mungkin juga disebabkan oleh tujuan-tujuan lain yang ditujukan untuk mengaburkan keberadaan teks asli (Sancaya, 2008 : 8). Bagi para peneliti naskah, termasuk para penyalin naskah, ketiga kategori tersebut harus betul-betul diperhatikan. Seseorang harus betul-betul meneliti secara cermat asal-usul naskah, sebelum membuat suatu salinan ataupun suntingan naskah secara ilmiah lontar tersebut. Ada beberapa alasan dilakukannya penyalinan terhadap teks atau naskah. Pertama, penyalinan naskah dilakukan karena orang ingin memiliki naskah secara pribadi. Kedua, penyalinan naskah dilakukan karena naskah asli sudah rusak. Ketiga, adanya kekhawatiran terhadap naskah asli, misalnya hilang, terbakar, terkena benda cair, atau ditelantarkan oleh masyarakatnya. Keempat, naskah juga disalin dengan tujuan magis, maksudnya dengan menyalin suatu naskah tertentu orang merasa mendapat kekuatan magis. Kelima, naskah yang dianggap penting disalin dengan berbagai tujuan, misalnya tujuan politik, agama, pendidikan dan sebagainya (Baried, 1985:59).

11 11 Dalam penyalinan naskah lontar menurut Suasta (1997 : 48-49) ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor Intern lebih banyak dipengaruhi oleh bakat yang memang dimiliki oleh seniman yang bersangkutan, sedangkan faktor ekstern banyak dipengaruhi oleh hal-hal luar seperti latihan secara teratur dan bimbingan dari seorang guru, juga ditentukan oleh sistem peralatan yang digunakan dalam tradisi nyurat lontar. Seluruh unsurunsur di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Seluruhnya merupakan bagian yang saling mempengaruhi dan saling menentukan dalam pencapaian suatu hasil seni tulis nyurat lontar. Dengan demikian usaha untuk mendapatkan suatu hasil karya seni menulis aksara Bali di atas daun lontar yang memadai, maka harus memahami dengan baik cara-cara menggunakan peralatan menulis di atas daun lontar. Perkembangan pelestarian naskah kuno lontar mencapai klimaksnya semenjak ditemukannya mesin cetak elektronik atau teknologi komputerisasi pada tahun Dengan kehadiran teknologi modern ini dapat menghasilkan tulisan atau penggandaan lontar dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu singkat. Penyalinan dengan menggunakan mesin komputer dilakukan dengan empat tahapan, yaitu: tahap pertama adalah persiapan, tahap kedua adalah pengetikan, tahap ketiga adalah penyimpanan, dan tahap ke empat adalah tahap pengiriman. Dalam persiapan mencetak tulisan aksara Bali harus terlebih dahulu memasukkan data aksara Bali ke dalam disk atau disket kemudian membuat format disk. Untuk memudahkan mengingat maka dilanjutkan dengan pembuatan nama disk, kemudian format set sesuai yang diinginkan. Demikian juga besar kecilnya aksara Bali juga harus ditentukan dalam persiapan ini. Setelah dilakukan langkah-

12 12 langkah tersebut barulah dilanjutkan dengan tahapan pengetikan (Suasta, 1996 : 57). Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, muncul sistem simpan digital yang begitu mengagumkan yaitu melalui sebuah internet. Internet dimetaforakan sebagai awan karena memiliki jaringan infrastruktur yang kompleks. Gabungan pemanfatan teknologi komputer dan pengembangan berbasis internet menciptakan teknologi cloud computing. Cloud Computing merupakan metode komputasi dengan penggunaan teknologi informasi sebagai layanan sehingga penggunanya dapat mengakses melalui internet. Informasi pada cloud computing akan tersimpan permanen dalam server internet yang dapat diakses kembali oleh penggunanya tanpa melakukan instalasi infrastruktur (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2012 : 6). Kemajuan teknologi digital, membawa konsekuensi dilakukannya proses pengolahan data untuk menghasilkan keluaran produk informasi yang beraneka ragam salah satunya berupa karya sastra cyber. Teknologi digital adalah faktor penggerak utama untuk membuat sumber data baru yang berbentuk koleksi lontar digital (sastra cyber). Dengan kehadiran website naskah kuno lontar dapat dipublikasikan. Pusat Dokumentasi Budaya Bali mengikuti perkembangan tersebut dengan cara mengalih mediakan naskah kunonya kurang lebih cakep lontar (dalam kesatuan yang utuh) ke dalam bentuk media digital. Keberadaan naskah lontar oleh masyarakat Bali masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga dengan adanya naskah digital diharapkan dapat mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya.

13 13 Berdasarkan fenomena tersebut maka penelitian ini akan dikaji secara kritis untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: (1) Mengapa lontar di transformasikan ke dalam bentuk digital? Dan (2) Bagaimanakah dampak budaya terhadap transformasi lontar ke dalam bentuk digital ditinjau dalam perspektif kajian budaya? Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode kajian budaya serta teori yang mendukung untuk menggambarkan realitas yang terjadi di lapangan. Sementara itu kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibuat untuk menggambarkan proses transformasi lontar ke dalam bentuk digital yang semula dilakukan secara manual kemudian beralih secara modern (digital) yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Keterangan: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran : Hubungan langsung satu arah : Hubungan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat merupakan perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang menghimpun koleksi

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dibangun dari berbagai kebudayaan dan berbagai etnis, yang berbeda kualitas dan kuantitasnya. Setiap etnis (kebudayaan-kebudayaan lokal seperti kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menulis dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya peradaban

Lebih terperinci

ALIH MEDIA DIGITAL BAHAN PUSTAKA Oleh: Wahyu Dona Pasa Sulendra, S.IP

ALIH MEDIA DIGITAL BAHAN PUSTAKA Oleh: Wahyu Dona Pasa Sulendra, S.IP ALIH MEDIA DIGITAL BAHAN PUSTAKA Oleh: Wahyu Dona Pasa Sulendra, S.IP PENDAHULUAN Pelestarian bahan pustaka secara umum memiliki dua unsur utama, yaitu pelestarian dalam bentuk fisik dan pelestarikan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Setiap kegiatan organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta akan menghasilkan informasi. Informasi yang terekam disebut arsip. Arsip merupakan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1.1. Batasan Pengertian 1.1.1. Pengertian Museum Gamelan Jawa a. Museum Ada beberapa pengertian museum, namun menurut esensinya secara umum museum adalah gedung

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab I pendahuluan dibahas mengenai latar belakang dari perancangan sebuah Museum seni karikatur dan patung di Tabanan dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MANFAAT STUDI FILOLOGI

MANFAAT STUDI FILOLOGI MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN WEWENANG Anzarudin Npm, 61.101.09.016 Informasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan. Arsip merupakan aspek penting yang berkaitan dengan organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan. Arsip merupakan aspek penting yang berkaitan dengan organisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Sebuah instansi atau organisasi yang ada saat ini baik pemerintah maupun swasta pasti menghasilkan arsip selama kegiatan dalam organisasi tersebut masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek. Model pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan folklor modern. Pendekatan folklor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-PAPER DALAM AKSES INFORMASI DIGITAL

IMPLEMENTASI E-PAPER DALAM AKSES INFORMASI DIGITAL IMPLEMENTASI E-PAPER DALAM AKSES INFORMASI DIGITAL Muhammad Sholeh Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta muhash@akprind.ac.id Abstract E-paper merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG DINAS KEBUDAYAAN RPJMD. VISI Melangkah Bersama Membangun Badung Yang Shanti Dan Jagatdhita

BUPATI BADUNG DINAS KEBUDAYAAN RPJMD. VISI Melangkah Bersama Membangun Badung Yang Shanti Dan Jagatdhita BUPATI BADUNG RPJMD VISI Melangkah Bersama Membangun Badung Yang Shanti Dan Jagatdhita MISI ke - satu Meningkatkan Srada dan Bhakti masyarakat terhadap ajaran agama, serta eksistensi adat budaya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya budaya yang datang dari luar. Hal itu menjadikan kesenian tradisional

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Informan I Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Informan I Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka Lampiran 1 Pedoman Wawancara Informan I Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka 1. Menurut bapak, apakah pedoman yang digunakan dalam proses alih media naskah kuno? 2. Menurut bapak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di mana pun berada. Pendidikan sangat penting artinya

Lebih terperinci

MEDIA PUBLIC RELATIONS; Pendekatan Studi Kasus Cyber Public Relations Sebagai Metode Kerja PR Digital, oleh Dasrun Hidayat, M.I.Kom. Editor: Dr.

MEDIA PUBLIC RELATIONS; Pendekatan Studi Kasus Cyber Public Relations Sebagai Metode Kerja PR Digital, oleh Dasrun Hidayat, M.I.Kom. Editor: Dr. MEDIA PUBLIC RELATIONS; Pendekatan Studi Kasus Cyber Public Relations Sebagai Metode Kerja PR Digital, oleh Dasrun Hidayat, M.I.Kom. Editor: Dr. Atwar Bajari, M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, kebutuhan informasi baik oleh individu, instansi, atau suatu perusahaan sangatlah penting. Disamping itu cara penyajian dan pengolahannya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada era globalisasi saat ini sangatlah cepat, dimana perubahan banyak terjadi dalam tatanan kehidupan manusia, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR DINAS KEBUDAYAAN Jalan Kebo Iwa No. Telp ( 0361 ) G i a n y a r

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR DINAS KEBUDAYAAN Jalan Kebo Iwa No. Telp ( 0361 ) G i a n y a r PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR DINAS KEBUDAYAAN Jalan Kebo Iwa No. Telp ( 0361 ) 943076 G i a n y a r - 8 0 5 1 1 KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN KABUPATEN GIANYAR NOMOR 609/05-H/HK/2016 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN NOMOR 83 TAHUN 2016 SERTA TATA KERJA PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA BEKASI DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN METROLOGI PASAR PERDAGANGAN DALAM NEGERI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sangat kaya dengan seni pertunjukan tradisional, setiap daerah memiliki beragam seni pertunjukan tradisi, dan ini merupakan ritual yang bermakna kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Perkembangan kamera mulai dari kamera manual sampai digital

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Perkembangan kamera mulai dari kamera manual sampai digital 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi adalah suatu kombinasi yang mengagumkan antara seni dan ilmu pengetahuan. Tergantung pada tekhnologi kamera, lensa, cahaya dan film (serta proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Salah satu bentuk peninggalan budaya yaitu aksara nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Salah satu bentuk peninggalan budaya yaitu aksara nusantara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan seni dan budaya. Di tiap-tiap daerah dari Sabang sampai Merauke terdapat ribuan seni, budaya, adat istiadat, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 88 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN DOKUMEN PERUSAHAAN KE DALAM MIKROFILM ATAU MEDIA LAINNYA DAN LEGALISASI PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR dan BUPATI BOGOR

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR dan BUPATI BOGOR SALINAN Menimbang Mengingat BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN DOKUMEN PERUSAHAAN KE DALAM MIKROFILM ATAU MEDIA LAINNYA DAN LEGALISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi massa semakin pesat dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dewasa ini, sehingga informasi dapat berpindah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi (conservation) bermakna pengawetan atau perlindungan. Feather (1991, p. 2) mendefinisikan konservasi sebagai upaya pencegahan atau perbaikan materi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Layanan buku..., Harianto, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Layanan buku..., Harianto, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi saat ini berkembang pesat dengan banyak penemuan (inovasi) baru dimana penggunaan listrik dan barang elektronik semakin meningkat sehingga zaman saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi perwujudan diri individu, terutama bagi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti berita-berita yang sedang marak beredar di televisi saat ini mengenai kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Seperti berita-berita yang sedang marak beredar di televisi saat ini mengenai kurangnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti berita-berita yang sedang marak beredar di televisi saat ini mengenai kurangnya jumlah panen yang dilakukan oleh para petani dalam pemanen bahan baku utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi telah menyebar hampir di semua bidang. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga mempunyain dampak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 54 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP STATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya merupakan amanat yang dipercaya Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT memerintahkan manusia untuk menjaga

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. 2. Manfaat Perancangan

BAB II METODOLOGI. 2. Manfaat Perancangan BAB II METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan typeface ini adalah merancang typeface yang tepat dengan eksplorasi bentuk alat musik Angklung sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda peninggalan bersejarah dan purbakala yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci