INTERPRETASI MIKROSKOPIS JARINGAN DARI BIOPSI HATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERPRETASI MIKROSKOPIS JARINGAN DARI BIOPSI HATI"

Transkripsi

1 INTERPRETASI MIKROSKOPIS JARINGAN DARI BIOPSI HATI OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 PENDAHULUAN DiIndonesia, penyakit pada organ hati banyak dijumpai terutama penyakit hati menahun yang disebabkan oleh virus hepatitis (B,C,D). Virus ini dapat menyebabkan berbagai perubahan pada struktur hati mulai dari yang ringan sampai menjadi sirosis hati ataupun mengalami perubahan degenerasi malignan dalam jangka waktu yang lama. Untuk melihat adanya perubahan pada struktur hati dan derajat kerusakan pada hati dilakukan pemeriksaan biopsi hati. Tindakan biopsi ini merupakan hal yang penting oleh karena dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa yang lebih akurat, menentukan staging dan grading dari perubahan struktur hati, menentukan terapi yang lebih tepat dan untuk menentukan prognosis dari penyakit hati tersebut. Biopsi pada organ hati ini sangat penting dilakukan terutama untuk penatalaksanaan hepatitis C, juga dapat di gunakan untuk membantu menegakkan diagnosa hemochromatosis, occult hepatitis B dan Nonalcoholic steatosis Hepatitis. Dalam bidang ilmu patologi anatomi, pemeriksaan histopatologi pada jaringan hasil biopsi hati merupakan gold standard, oleh karena memeriksa secara langsung jaringan dari hati. Melalui biopsy hati dapat dilihat secara langsung perubahanperubahan jaringan kolagen stroma. Untuk mendapatkan diagnosa yang pasti pada penyakit hati, selain tindakan biopsi, diperlukan juga pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan laboratorium dan images analysis. BIOPSI HATI YANG ADEKUAT Specimen dari biopsi hati yang adekuat tergantung pada beberapa hal, antara lain : 1. Etiologi penyakit 2. Distribusi penyakit 3. Staging penyakit 4. Diameter jarum biopsy Sebaiknya diameter jarum yang digunakan : ~ 20 mm of a 1.4mm (17 gauge) 5. Jumlah triad poral dalam satu slide

3 Menurut Bravo AA et al (2001) kebanyakan ahli hepatopatologis sudah dapat memeriksa specimen biopsi, bila terdapat paling sedikit 6 8 triad portal dalam satu slide. Guido M dan Rugge M ( 2004 ): pada sebagian besar penyakiy hati yang diffuse diperlukan pemeriksaan triad portal yang utuh dalam satu slide PEWARNAAN YANG DIGUNAKAN PADA BIOPSI HATI Untuk melihat dengan baik specimen hasil biopsi, terutama adanya necroinflamatory dan fibrosis pada jaringan hati diperlukan beberapa pewarnaan, antara lain : Hematoxylin Eosin ( H E) Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang rutin dilakukan, pada pewarnaan tampak secara umum gambaran seluruh sel-sel yang ada. Trichrome-Masson Pewarnaan ini khusus digunakan uuntuk melihat jaringan ikat., dapat melihat gambaran fibrosis pada jaringan hati. Pada sediaan akan terlihat kolagen berwarna hijau Pewarnaan retikulin (Gomori Reticulin) Pada sediaan akan terlihat retikulin (jaringan ikat) berwarna hitam dengan latar belakang berwarna abu-abu, pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat gambaran fibrosis pada jaringan hati. Pewarnaan Orcein / Vicoria Blue Pewarnaan Picro Sirius Red Pewarnaan ini khusus digunakan terutama bila akan dilakukan pemeriksaan fibrosis dengan menggunakan images analysis

4 GAMBARAN MIKROSKOPIS YANG DAPAT DILIHAT PADA JARINGAN HATI HEPATITIS KRONIK Pada pemeriksaan histopatologi jaringan dari biopsi hati pada penderita hepatitis kronis, akan dapat terlihat berbagai kelainan seperti : Gambaran lobules hati yang normal dan sebagian lobules tidak jelas Hilangnya gambaran hepatosit disertai dengan proses radang, mobilisasi sel kupffer pada hepatoseluler yang swelling merubah gambaran pada liver plate yang menimbulkan kerusakan pada arsitektur lobules. Peradangan pada portal - periportal Peradangan pada daerah ini selalu dijumpai terdiri dari sel sel limfosit, sel plasma dan makrofag. Pada peradangan periportal tampak limiting plate periportal disruption dan sering dijumpai piece meal nekrosis Nekrosis fokal. Pada keadaan ini tampak adanya sel yang nekrosis pada sebagian lapangan pandang yang disertai dengan reaksi radang. Nekrosis confluent Tampak kelompokan beberapa nekrosis fokal pada lobulus Bridging nekrosis Pada sediaan terlihat banyak nekrosis confluent Massive dan submassive nekrosis hati Nekrosis yang massive bersifat fatal, sudah melibatkan hampir seluruh parenkim hati. Pada nekrosis yang submassive tidak terlalu fatal, melibatkan sebagian besar parenkim hati tetapi belum keseluruhan. Nekrosis ini merupakan komplikasi dari sirosis hepatis. Fibrosis sentral yang ringan (mild)

5 Keadaan ini merupakan bentuk fibrosis yang ringan, terdiri dari timbunan jaringan ikat kolagen pada sinusoid daerah lobulus pericentral. Sering disebut dengan chiken wire fibrosis Fibrosis sentral yang berat (severe) Fibrosis ini sering disebut dengan sclerosing hyaline necrosis, melibatkan daerah perisentral (sekitar vena sentralis) yang luas dan dapat meluas sampai ke daerah portal. Fibrosis portal dan periportal. Jaringan ikat fibrous pada daerah portal dengan fibrosis yang meluas sepanjang terminal centra acinar vena porta yang terlihat sebagai stellate fibrosis. Bridging fibrosis central central. Fibrosis ini menghubungkan vena centralis yang satu dengan vena centralis lainnya. Bentuk fibrosis ini jarang dijumpai Bridging fibrosis porto-portal Bentuk fibrosis ini sering dijumpai, menghubungkan fibrosis yang menghubungkan triad portal satu dengan lainnya. Keadaan ini diikuti dengan inflamasi portal yang meluas sampai ke daerah terminal, centroaciner dan vena porta Bridging fibrosis porto central Keadaan ini terjadi setelah nekrosis centrolobular dan menimbulkan neovascularisasi yang menghubungkan daerah portal dengan vena centralis, biasanya disebabkan oleh sirosis hepatis dan merupakan fibrosis yang paling berat Gambaran ground glass hepatosit, dijumpai pada hati yang terinfeksi oleh virus hepatitis B

6 FIBROSIS PADA HATI Fibrosis pada hati dapat terjadi akibat penyakit hati kronik yang antara lain disebabkan oleh : - Virus Hepatitis - Non alkoholik steatosis hepatits - Penyakit hati alkoholik - Akibat pemakaian obat-obatan - Gangguan imunologi - Gangguan metabolic inherited - Gangguan kolestatik - Konsumsi vitamin A yang berlebihan Perubahan dari jaringan hati yang normal menjadi fibrosis ataupun sirosis merupakan proses yang kompleks dan terutama melibatkan stellate cells, cytokine dan proteinase. Pada proses ini terjadi perubahan pada jumlah dan komposisi dari matriks ekstraseluler. Type jaringan ikat basemen membrane yang low density berubah menjadi jaringan ikat interstitial yang high density, yang terdiri dari collagen fibrillary. Pada proses ini terjadi interaksi antara stellate cells dengan sinusoid yang ada disekitarnya, sel parenkim hati, cytokine, growth factor, protease dan inhibitornya serta matriks interseluler. Aktivasi stellate cells mengakibatkan penumpukan fibrin (fibril forming) dan menyebabkan hilangnya mikrovilli hepatosit dan fenestra endotel sinusoid sehingga terjadi gangguan fungsi hati.

7 GRADING DAN STAGING PADA BIOPSI HATI Melalui hasil pemeriksaan jaringan dari biopsi hati, dapat ditentukan staging dan grading dari penyakit hati kronik. Dari hasil evaluasi terhadap staging dan grading tersebut dapat diketahui progresifitas penyakit, prognosis serta penatalaksanaannya, misalnya terapi biasanya dilakukan pada keadaan penyakit dengan score metavir lebih besar / sama dengan 2 ataupun Ishak / Knodell score lebih besar / sama dengan tiga. Grading digunakan untuk menilai peradangan dan nekrosis (necroinflamatory) dan staging digunakan untuk menilai fibrosis. Pada staging yang dinilai tidak hanya pada fibrosis tetapi juga perubahan arsitektur dari jaringan hati. Pada interpretasi hasil biopsi pada hati, penilaian terhadap grading dan staging dapat dilakukan dengan berbagai system, antara lain : Metavir scoring system, Knodell score atau HAI (Histologic Activity Index) yang kemudian dimodifikasi oleh Kamal Ishak, Scheuer scheme, Batt scheme. Dalam melakukan diagnosa, penilaian grading dan staging ini dapat menggunakan

8 salah satu system tersebut diatas, namun sebaiknya dapat diambil kesepakatan mengenai system yang akan digunakan. Metavir Scoring System Grading (Activity) A1, A2, A3, A4 PIECEMEAL NECROSIS LOBUAR NECROSIS PORTAL INFLAMMATION BRIDGING NECROSIS STAGING FIBROSIS, F1, F2, F3, F4 METAVIR HISTOLOGIC ACTIVITY SCORE Activity score (A) Piecemeal necrosis Lobular necrosis (PMN) (LN) A=0 PMN=0 LN=0 A=1 PMN=0 LN=1 PMN=1 LN=0,1 A=2 PMN=0 LN=2 PMN=1 LN=2 PMN=2 LN=0,1 A=3 PMN=2 or PMN=3 LN=2 LN=0,1,2 METAVIR HISTOLOGIC ACTIVITY CRITERIA Histologic feature Score Criteria No Piecemeal necrosis 1 Mild - focal alteration of the periportal plate in some portal tracts 2 Moderate - diffuse alteration of thr periportal plate in some tracts or focal lesions around all portal tracts 3 Severe - diffuse alteration of the periportal plate in all portal tracts. Lobular necrosis 0 No or mild - less than one necro inflammatory focus per lobule 1 Moderate- at least one necroinflammatory focus per lobule

9 2 Severe - several necro inflammatory foci per lobule, or confluent or bridging necrosis Portal inflammation 0 No 1 Mild - presence of mononuclear aggregates in some portal tracts 2 Moderate - mononuclear aggregates in all portal tracts 3 Severe - large and dense mononuclear aggregates in all portal tracts Bridging necrosis YES Necroinflammatory foci linking 2 portal tracts or a portal tract with a terminal hepatic venule NO METAVIR FIBROSIS SCORE Score Criteria F0 Portal inflammation F1 Portal fibrosis without septa F2 Portal fibrosis with rare septa F3 Numerous septa without cirrhosis F4 Cirrhosis

10 SCHEUER SCHEME Schoring Necroinflamatory Activity in Chronic Hepatitis Scoring Fibrosis And Cirrhosis

11 Ishak Modification for Hepatic Activity Index (HAI), Scoring necroinflamatory activity pada hepatitis kronik A. Periportal or periseptal Interface hepatitis (piece meal necrosis)

12 SCORING FIBROSIS What do HATI we mean, KNODELL-ISHAK by liver fibrosis? SYSTEM Histological fibrosis/stage scores of liver are a mixture of descriptions of fibrotic and architectural histopathological changes Knodell RG et al. Hepatology 1,431;1981 Ishak KG et al. J Hepatol 22,696;1995 Score Knodell fibrosis no fibrosis fibrous portal expansion bridging fibrosis (P-P or P-C) cirrhosis no fibrosis Ishak stage some portal tracts expanded most portal tracts expanded most portal tracts expanded, +/- links marked bridging, (P-P and P-C links) marked bridging, occasional nodules (incomplete cirrhosis) cirrhosis, probable or definite PENULISAN DIAGNOSIS PADA BIOPSI HATI Penulisan diagnosis terhadap hasil biopsy ini harus mencakup empat informasi mengenai jaringan hati, yaitu : 1. Statement mengenai jaringan tersebut, misalnya : hepatitis kronik 2. Grading aktifitas inflamasi ( nama score yang digunakan) 3. Staging aktifitas fibrosis ( nama score yang digunakan) 4. Kepastian ataupun dugaan (suspek) terhadap hepatits. Contoh penulisan diagnosa, yaitu : Hepatitis kronik dengan aktifitas Scheuer grade 2/4 (portal/periportal) dan 1/4 (lobular), 3/4 stage (perubahan arsitektus septa dan fokal), sesuai dengan hepatitis C Chronic hepatitis B, metavir grade 1/4, dan stage 2/4 (fibrous septa)

13 Pada hepatitis B, bila dijumpai gambaran ground glass cell ataupun reaksi positif terhadap immunostaining untuk Ag B surface dan core Ag, merupakan definitive statement. PULASAN RETIKULIN Bridging Fibrosis Sirosis

14 Nekrosis portal (dengan pewarnaan H E) Nekrosis portal periportal (dengan pewarnaan H E) Sentral fibrosis, mild

15 DAFTAR PUSTAKA 1. S.Sheila and Dooley J, Disease of the Liver and Biliary System, Eleventh Edition,Blackwell Publishing, p Neil D Theise, Liver biopsy Assessment in chronic viral hepatitis : a personal, practical Approach, Modern Pathology (2007) 20, S Scheuer PJ, Classification of chronic viral hepatitis, : a need for assessment Hepatology.1991 ; 13: Kleiner DE, et al, Design and validation of histologic scoring system for non alcoholic fatty liver, hepatology 2005; 41: Amar Paul Dillon, Fibrosis in the liver role of histology- is it the gold standard?, BSG Annual meeting post graduated course 20 March Alan Franciscus, HCV Diagnostic Tools: Grading and staging a Liver Biopsy Down load : 7. Christina Kukka, HBV : Grading and Staging a Liver Biopsy Down load : 8. Alan Franciscus, HCV Diagnostic Tools : Liver biopsy Down load : 9. Don C.Rockey, Noninvasive measures of liver fibrosis a Review Down load : Hepatic Fibrosis Role of Hepatic Stelate Cell Activation Down load : Detleef Schuppan, Liver Fibrosis: Pathogenesis, Prevention And Treatmentg Down load :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stuktur Anatomi Hati Liver terdapat dibagian kanan rongga abdomen, letaknya berada di dibawah arcus costa dan diafragma. Merupakan organ tubuh yang cukup besar dengan berat

Lebih terperinci

ABSTRAK. (Studi Pustaka)

ABSTRAK. (Studi Pustaka) ABSTRAK (Studi Pustaka) GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGIS HEPATITIS KRONIS AKIBAT VIRUS HEPATITIS C Sarah Suzanna, 2005. Pembimbing : Freddy Tumewu A.,dr., M.Kes. Hepatitis kronis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B kronis merupakan masalah kesehatan besar secara global dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B kronis merupakan masalah kesehatan besar secara global dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Hati B Kronik dan Fibrosis Hati Hepatitis B kronis merupakan masalah kesehatan besar secara global dan merupakan penyebab utama terjadinya morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh dunia dan penyebab terjadinya proses fibrosis hati dan berakhir pada sirosis hati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Hati kronik B dan C dan fibrosis hati Penyakit hati kronik adalah suatu penyakit nekroinflamasi hati yang berlanjut dan tanpa perbaikan paling sedikit selama 6 bulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Istilah penyakit hati kronik merupakan suatu kondisi yang memiliki etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis kronik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit hepatitis kronik dan Fibrosis Hati Penyakit hepatitis kronik dikatakan sebagai suatu penyakit nekroinflamasi hati yang berlanjut dan tanpa perbaikan paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai macam penyakit hati kronik. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi 4.2 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sirosis hati merupakan salah satu permasalahan. penting dalam bidang kesehatan karena dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sirosis hati merupakan salah satu permasalahan. penting dalam bidang kesehatan karena dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sirosis hati merupakan salah satu permasalahan penting dalam bidang kesehatan karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius dan membutuhkan penanganan sedini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. hepatitis virus B dan C. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat bersama-sama atau berdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. hepatitis virus B dan C. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat bersama-sama atau berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit sirosis hati merupakan kelanjutan fibrosis hati yang progresif dengan gambaran hampir semua penyakit kronik hati. Etiologi paling sering adalah infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver disease ( NAFLD ) merupakan gangguan pada hati yang biasa terjadi di dunia, insiden yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak

Lebih terperinci

Penggunaan Transient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD

Penggunaan Transient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD Penggunaan Transient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD Stevent Sumantri PPDS, Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Cipto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan meliputi kemandirian atau kolaboratif dalam merawat individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit atau sehat dengan segala kondisi yang meliputinya.

Lebih terperinci

ANALISIS DERAJAT FIBROSIS HATI DENGAN FIBROSCAN, INDEKS FIB4, KING S SCORE dan APRI SCORE PADA PENYAKIT HEPATITIS KRONIS.

ANALISIS DERAJAT FIBROSIS HATI DENGAN FIBROSCAN, INDEKS FIB4, KING S SCORE dan APRI SCORE PADA PENYAKIT HEPATITIS KRONIS. ANALISIS DERAJAT FIBROSIS HATI DENGAN FIBROSCAN, INDEKS FIB4, KING S SCORE dan APRI SCORE PADA PENYAKIT HEPATITIS KRONIS Rosa Dwi Wahyuni Departemen Ilmu Patologi Klinik FKIK-UNTAD/FK-UH/RSUP DR.Wahidin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany & BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany & Hoofnagle, 2004). Hati memiliki beberapa fungsi metabolik, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

STRUKTUR LIVER. OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

STRUKTUR LIVER. OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 STRUKTUR LIVER OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENDAHULUAN Liver merupakan salah satu organ yang cukup besar dan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi

Lebih terperinci

Kata kunci: perlemakan hati, rosela, bengkak keruh, steatosis, inflamasi lobular, degenerasi balon, fibrosis

Kata kunci: perlemakan hati, rosela, bengkak keruh, steatosis, inflamasi lobular, degenerasi balon, fibrosis ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS PERLEMAKAN HATI PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK Ricky Bonatio Hutagalung,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] -

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] - BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rhodamine B Rhodamine B adalah pewarna sintetik penghasil warna merah. Bentuk Rhodamine B adalah kris tal dengan warna merah, cokelat, atau hijau. Rumus Empirisnya adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sirosis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hati merupakan organ tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai tipe sel, seperti hepatosit, epitel biliaris, endotel vaskuler, sel Kupfer, sel stelata, sel limfoid,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik,

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik, 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik, seperti diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, obesitas dan sindrom metabolik (Afzali et al.,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di dunia. Sirosis hati dan penyakit hati kronis penyebab kematian urutan ke 12 di Amerika Serikat pada tahun 2002,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (NIGELLA SATIVA) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS WISTAR YANG DIBERI METOTREKSAT

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (NIGELLA SATIVA) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS WISTAR YANG DIBERI METOTREKSAT PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (NIGELLA SATIVA) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS WISTAR YANG DIBERI METOTREKSAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TAWAS DENGAN DOSIS BERTINGKAT DALAM PAKAN SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR

PENGARUH PEMBERIAN TAWAS DENGAN DOSIS BERTINGKAT DALAM PAKAN SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR PENGARUH PEMBERIAN TAWAS DENGAN DOSIS BERTINGKAT DALAM PAKAN SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR Putri Rizki Ananda 1, Akhmad Ismail 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan

Lebih terperinci

Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik

Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik Evidance-Based Case Report Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik Oleh: David Santosa DIVISI HEPATOLOGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 ABSTRAK Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 Raykendran Arfellia Nawaarta, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries,dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika

Lebih terperinci

ABSTRAK MANIFEST ASI KERUSAKAN HEP ATOSIT YANG DllNDUKSI OBAT-OBATAN

ABSTRAK MANIFEST ASI KERUSAKAN HEP ATOSIT YANG DllNDUKSI OBAT-OBATAN ABSTRAK MANIFEST ASI KERUSAKAN HEP ATOSIT YANG DllNDUKSI OBAT-OBATAN Leonard Hasudungan Purba, 2005 Pembimbing: Hana Ratnawati, dr. MKes Konsumsi obat-obatan adalah hal yang umum di masyarakat baik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, hati merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO pada tahun 2002, memperkirakan 783 000 pasien di dunia meninggal akibat sirosis hati. Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan infeksi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit hati kronis termasuk sirosis telah menjadi masalah bagi dunia kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang komplek, meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Tikus jantan galur Sprague dawley yang digunakan dalam penelitian ini berumur 9 minggu sebanyak 18 ekor dibagi menjadi 3 kelompok ( kontrol, P1 dan P2 ), selama penelitian semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

HEPATITIS FUNGSI HATI

HEPATITIS FUNGSI HATI HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis merupakan suatu penyakit hati kronis yang menggambarkan stadium akhir dari fibrosis hepatik, peradangan, nekrosis atau kematian sel-sel hati, dan terbentuknya

Lebih terperinci

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI HEPAR DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF.DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE MARET JUNI 2014

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI HEPAR DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF.DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE MARET JUNI 2014 GAMBARAN ULTRASONOGRAFI HEPAR DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF.DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE MARET JUNI 2014 1 Rahadiyan Hadinata 2 Elvie Loho 2 Joan F. J. Timban 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatits B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang termasuk virus DNA, yang menyebakan nekrosis hepatoseluler dan peradangan (WHO, 2015). Penyakit Hepatitis B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif untuk melihat pola ekspresi dari Ki- 67 pada pasien KPDluminal A dan luminal B. 3.2 Tempat

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.

Lebih terperinci

Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke

Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe dan Tipe ABSTRAK Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan Latar belakang Pola pertumbuhan undifferentiated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme

Lebih terperinci

Sirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.

Sirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Sirosis Hepatis Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fibrosarkoma atau fibroblastic sarcoma 1,2,3 atau malignant mesenchymal tumor 1,4 adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel mesenkim, yang terdiri dari sel-sel

Lebih terperinci

Gambaran Jumlah Trombosit Berdasarkan Berat Ringannya Penyakit pada Pasien Sirosis Hati dengan Perdarahan di RSUP Dr. M.

Gambaran Jumlah Trombosit Berdasarkan Berat Ringannya Penyakit pada Pasien Sirosis Hati dengan Perdarahan di RSUP Dr. M. 609 Artikel Penelitian Gambaran Jumlah Trombosit Berdasarkan Berat Ringannya Penyakit pada Pasien Sirosis Hati dengan Perdarahan di RSUP Dr. M. Djamil Padang Fadhilah Al Hijjah¹, Rismawati Yaswir² ², Nur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan problem kesehatan yang serius yang menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1 Merokok adalah penyebab kematian satu dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

Biopsi payudara (breast biopsy)

Biopsi payudara (breast biopsy) Biopsi payudara (breast biopsy) Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel kanker atau bukan kanker.

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

Asuhan Keperawatan Hepatitis D Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus

Lebih terperinci

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:

Lebih terperinci

ABSTRAK KARSINOMA HEPATOSELULER DIAGNOSIS DAN TERAPI

ABSTRAK KARSINOMA HEPATOSELULER DIAGNOSIS DAN TERAPI ABSTRAK KARSINOMA HEPATOSELULER DIAGNOSIS DAN TERAPI Jeremia, 2003. Pembimbing : Freddy Tumewu A., dr., MS Karsinoma Hepatoseluler adalah Hepatoma maligna yang berasal dari jaringan parenkhim hati. Merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hati. Deskripsi sirosis hati berkonotasi baik dengan status pato-fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. hati. Deskripsi sirosis hati berkonotasi baik dengan status pato-fisiologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis Hati masih menjadi salah satu problem kesehatan di dunia. Penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar pada penderitanya. Sirosis Hati (SH) merupakan dampak

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Anatomi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

SEL LIMFOSIT CD56 + PADA HATI PASIEN KO-INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN VIRUS HEPATITIS C YANG MENERIMA ANTI RETROVIRAL THERAPY (ART)

SEL LIMFOSIT CD56 + PADA HATI PASIEN KO-INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN VIRUS HEPATITIS C YANG MENERIMA ANTI RETROVIRAL THERAPY (ART) UNIVERSITAS INDONESIA SEL LIMFOSIT CD56 + PADA HATI PASIEN KO-INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN VIRUS HEPATITIS C YANG MENERIMA ANTI RETROVIRAL THERAPY (ART) TESIS YOSEPHINE GRACIA SUSUFI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita * PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat

Lebih terperinci

Abstrak. Pendahuluan. 10 Prosiding Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal

Abstrak. Pendahuluan. 10 Prosiding Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal Gambaran Histopatologi Hepar, Paru dan Ginjal Mencit Swiss Setelah Pemberian Dosis Tunggal Ekstrak Terstandar Akar Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia, Jack.) Joshua Patrick Muljadi 1, Muhamad Randy Givano

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terminologi dan Definisi Non-Alcoholic Fatty Liver Disease

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terminologi dan Definisi Non-Alcoholic Fatty Liver Disease BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) 2.1.1 Terminologi dan Definisi Non-Alcoholic Fatty Liver Disease Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan spektrum kelainan

Lebih terperinci

Portal Hypertension. Penyebab

Portal Hypertension. Penyebab Portal Hypertension Portal hypertension adalah peningkatan tekanan darah pada sistem pembuluh darah yang disebut sistem vena porta. Vena yang berasal dari lambung, usus, limpa, dan pankreas bergabung menjadi

Lebih terperinci

Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik

Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik TINJAUAN PUSTAKA Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik Randy Adiwinata 1, Andi Kristanto 1, Finna Christianty 1, Timoteus Richard 1, Daniel Edbert 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia cukup banyak laporan tentang kasus hepatotoksisitas, walaupun jumlah kematian akibat toksisitas ini tidak begitu tinggi. Salah satu penyebab dari toksisitas

Lebih terperinci

Gambaran Histopatologi Karsinoma Hepatoseluler

Gambaran Histopatologi Karsinoma Hepatoseluler Gambaran Histopatologi Karsinoma Hepatoseluler Ricky Alianto RSU Indrasari, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Indonesia ABSTRAK Karsinoma hepatoseluler merupakan neoplasma ganas hepar tersering dan mematikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar orang

BAB 1 PENDAHULUAN. menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati (liver cirrhosis) merupakan perjalanan patologi akhir berbagai penyakit hati (Franchis R, 2005). Prevalensi sirosis hati (SH) diseluruh dunia menempati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati (SH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati (SH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati Sirosis hati (SH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang BAB IV METODA PENELITIAN IV.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik ( true experiment designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR MENCIT Balb/c YANG DIBERI PAPARAN ASAP OBAT NYAMUK BAKAR LAPORAN HASIL KARYA TULIS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok 2.1.1 Asal Usul Rokok Rokok pertama kali ditemukan oleh suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, ketika bangsa

Lebih terperinci