Kata Kunci : konsep DFMA, jumlah komponen, biaya perakitan, biaya manufaktur, assembly efficiency
|
|
- Sudomo Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGEMBANGAN PRODUK INDUSTRI BOILER MENGGUNAKAN KONSEP DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY (DFMA) Nasrulloh Jamalludin Mokh. Suef Putu Dana Karningsih Teknik Industri ITS Manajemen Operasional ABSTRAK Proses perakitan dan manufaktur memiliki peranan penting pada pengembangan produk industri boiler karena melibatkan jumlah komponen yang banyak. Komponen yang banyak tersebut mengakibatkan waktu perakitan dan biaya manufaktur menjadi besar. Pengurangan jumlah komponen tersebut bisa menghasilkan penurunan biaya. Hal ini mendorong upaya peningkatan daya saing perusahaan. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan peningkatan assembly efficiency dan sekaligus mendapatkan penghematan total biaya manufaktur produk boiler. Penelitian ini diawali dengan studi terhadap design komponen boiler. Kemudian dilanjutkan analisa menggunakan software DFMA dengan melihat kebutuhan kemudahan perakitan dan proses pembuatan produk Dari hasil analisa tersebut dibuat upaya untuk mengurangi atau menghilangkan komponen maupun proses yang tidak efisien, berupa fastener, connector maupun komponen yang tidak memberikan nilai tambah. Sehingga diperoleh reduksi waktu perakitan dan biaya komponen pembentuk produk boiler. Komponen yang mengalami proses redesign adalah komponen chimney, feed water line support, dan ladder platform Hasil analisa redesign pada industri yang sudah mature ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan % jumlah komponen dari 1107 menjadi sebesar 939 komponen, terdapat % reduksi waktu perakitan dari menjadi menit. Diperoleh juga perubahan assembly efficiency index sebesar 0.19%, menjadi dan pengurangan 1,76% total biaya manufakturnya menjadi sebesar $ Kata Kunci : konsep DFMA, jumlah komponen, biaya perakitan, biaya manufaktur, assembly efficiency PENDAHULUAN Latar Belakang Boiler merupakan bejana tekan tertutup yang berisi air, yang diuapkan dengan proses pemanasan (ASME Committee, Section VII Recommended guidelines for the of power boiler, 1998 addenda) Boiler berperan penting dalam bidang transfer energi dengan teknologi uap, memanfaatkan sumber daya air yang berlimpah kemudian diubah manjadi uap bertekanan tinggi, sehingga menjadi alternatif energi yang relatif murah. Untuk dapat memenangkan persaingan pasar diperlukan perbaikan secara terus menerus, karena persaingan yang terjadi cukup ketat pada waktu pengiriman, layanan purna jual dan terutama pada harga serta kualitas produk boiler. Biaya dan kualitas produk ditentukan pada saat perancangan produk karena akan mempengaruhi pemilihan spesifikasi material, metode perakitan, serta pemilihan proses manufaktur. Prinsip perancangan produk dengan mempertimbangkan ketiga hal diatas dikenal dengan konsep Design For Manufacture (DFM) yang bertujuan untuk
2 memudahkan proses pembuatan produk dan sekaligus meminimalkan biaya manufaktur (Boothroyd and Dewhurst, 2002). Aplikasi konsep DfM di Amerika mampu menurunkan biaya manufaktur antara 15% hingga 70% (Sackett dan Holbrook 1998) Pada industri boiler peranan proses perakitan (assembly) menjadi sangat penting karena melibatkan jumlah komponen yang sangat banyak akibatnya diperlukan waktu yang cukup lama untuk proses perakitan. Proses perancangan produk dengan mempertimbangkan kebutuhan perakitan ini dikenal dengan konsep Design For Assembly (DFA) (Boothroyd and Dewhurst, 2002) Pengurangan jumlah komponen komponen dapat dilakukan dengan cara menentukan apakah suatu komponen memenuhi ketiga syarat. Ketiga syarat tersebut adalah (1) apakah komponen tersebut bergerak relatif terhadap komponen lainnya, (2) apakah material komponen tersebut perlu dibedakan dan (3) apakah komponen tersebut harus dipisahkan dari semua komponen dalam proses assembly. Jika terdapat komponen yang tidak memenuhi ketiga syarat tersebut maka dapat dihilangkan atau digabung dengan komponen lainnya. Tujuan dari konsep DFMA adalah mendapatkan rancangan produk yang hanya tersusun dari komponen-komponen yang memang sangat diperlukan dan tidak dapat digantikan fungsinya dengan komponen lainnya. Dengan jumlah komponen yang minimal dan proses perakitan yang lebih mudah maka akan mengurangi waktu perakitan sekaligus biaya perakitan untuk suatu produk. Penerapan DFMA sebanyak 117 kasus yang dipublikasikan tahun 1999 berasal dari 56 perusahaan menghasilkan rata-rata pengurangan jumlah assembly tool 73%, assembly deffect 68%, separate fasteners 60%, part count 54%, assembly perations 53%, number of supplier 51%, unique part 45%, manufacturing process step 45%, weight 22%. Penurunan waktu manufacturing cycle time 63%, assembly time 60%, Penghematan biaya part cost 52%, product cost 50%, assembly cost 45%, labor cost 42%, material cost 32%, dan annual cost saving sebesar $ (Boothroyd and Dewhurst, 2002) Perumusan Masalah Pada pemasangan boiler ini sering ditemui kesulitan dan permasalahan yang meliputi banyaknya jumlah komponen dan operasi kerjanya, sehingga selain ada kesulitan pemasangan juga kemungkinan terjadinya kesalahan pemasangan menjadi lebih besar. Selain mengakibatkan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama dan biaya manufaktur menjadi besar. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana memperbaiki rancangan sebuah produk boiler yang efisien dalam proses perakitannya? (2) Bagaimana merancang proses produksi yang lebih efisien sehingga mampu menekan biaya manufaktur? (3) Bagaimana mengaplikasikan DFMA untuk memperbaiki rancangan produk dengan fokus pada efisiensi proses perakitan dan pembuatannya? (4) Bagaimana membuat urutan proses perakitan yang diperlukan untuk membuat satu unit boiler berdasarkan usulan rancangan yang baru? Tujuan Penelitian Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi komponen yang dibutuhkan dalam merancang produk boiler. (2) Mendapatkan assembly efficiency untuk mengetahui kemampuan proses perakitan sebuah produk boiler. (3) Mengidentifikasi komponen yang dapat dieliminasi atau A-36-2
3 dikombinasikan dengan mempertimbangkan kriteria sesuai dengan metode DFA. (4) Melakukan pengembangan produk boiler dengan mempertimbangkan proses pembuatan dan perakitan yang diperlukan. (5) Membuat urutan proses perakitan dengan konsep Assembly Sequence berdasarkan usulan rancangan yang baru (6) Menghitung biaya manufaktur dari desain proses yang lama dan yang baru. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian dini adalah: (1) Memberikan gambaran urutan proses perakitan produk boiler, (2) Meningkatkan efisiensi dan performansi sebuah produk, terutama pada saat pembuatan dan perakitan, sehingga biayanya menjadi minimal. (3) Dapat menjadi dasar dalam pengembangan produk untuk tipe yang lain guna meningkatkan daya saing perusahaan. (4) Dapat menjadi dasar pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam hal perancangan suatu produk. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian hanya dilakukan pada produk boiler dengan tipe kapasitas 3000 kg/jam, tekanan kerja 10 barg, terutama pada bagian instrumentasi pendukungnya di PT. Grand Kartech. Pembuatan desain didasarkan pada efisiensi perakitan dan kemudahan proses pembuatannya. Dengan asumsi: Waktu perakitan yang digunakan adalah waktu standard berdasarkan metode Boothroyd dan Dewhurst. Peralatan serta komponen yang dibutuhkan dalam proses perakitan telah tersedia selama proses perakitan berlangsung. Desain pebaikan untuk proses pembuatan dilakukan sesuai dengan kemampuan fasilitas perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN Berikut ini metodologi dan penjabaran dari tahap-tahap penelitian yang dilakukan : 1. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Penelitian. Dalam tahap ini ditetapkan rumusan masalah dan tujuan penelitian secara spesifik. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah membuat design produk boiler berdasarkan ekspektasi konsumen dan analisa DFMA serta membuat Assembly Sequence. 2. Studi Pustaka. Pada tahapan ini peneliti mencari dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan masalah perancangan dan pengembangan produk baru, yaitu konsep Design for Manufacture and Assembly serta Assembly Sequence. Selain itu peneliti juga mencari dan mengumpulkan informasi mengenai produk yang akan dirancang. 3. Tahap Spesifikasi Produk, Pada tahap ini dilakukan penerjemahan keinginan konsumen ke dalam bentuk spesifikasi produk secara riil. 4. Tahap Analisa Produk Awal. (a) Analisa DFA produk awal, Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap komponen penyusun produk boiler yang nantinya berguna untuk melakukan perhitungan assembly efficiency index. (b) Perhitungan assembly efficiency produk awal, Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka pada tahap ini dilakukan penghitungan assembly efficiency index. (c) Analisa DFM produk awal, Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap biaya komponen, biaya perakitan dan biaya overhead yang nantinya berguna untuk menentukan biaya manufaktur satu unit produk boiler 5. Tahap Desain Produk Baru. (a) Pembuatan Desain Baru, Berdasar keinginan konsumen, maka dibuat design produk boiler yang baru dengan mengaplikasikan A-36-3
4 Design for Assembly (DFA) dan Design for Manufacturing (DFM). (b) Analisa DFA produk baru, Seperti pada produk awal, pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap komponen penyusun boiler yang nantinya berguna untuk melakukan perhitungan assembly efficiency index yang baru. (c) Perhitungan assembly efficiency produk baru, Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka pada tahap ini dilakukan penghitungan assembly efficiency index untuk produk yang baru. (d)penentuan assembly sequence, Setelah diperoleh design terbaik, maka dilanjutkan dengan pembuatan assembly sequence dengan tujuan untuk menentukan urutan proses perakitan yang paling optimal (e)analisa DFM p roduk baru, Seperti pada produk awal, pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap biaya komponen, biaya perakitan dan biaya overhead yang nantinya berguna untuk menentukan biaya manufaktur satu unit produk boiler yang baru (f)pertimbangan faktor lain, Pertimbangan pengaruh keputusan DFM terhadap faktor lain, seperti faktor kualitas dan biaya pengembangan produk baru 6. Tahap Validasi Design. Pada tahap ini dilakukan validasi terhadap design yang telah dibuat, untuk mengetahui apakah produk tersebut dapat diproduksi dan apakah biaya yang ditimbulkannya juga lebih minimal. Validasi design dilakukan dengan cara brain storming dengan pihak pimpinan perusahaan dan membandingkan hasil design baru dengan design lama. Design baru dikatakan valid dan bisa dijadikan alternatif untuk perbaikan, apabila design baru lebih baik dari design lama, dilihat dari jumlah komponen pembentuknya, waktu dan biaya perakitannya, assembly efficiency index nya atau biaya manufaktur yang diperlukan untuk membuatnya. 7. Tahap Analisa dan Interpretasi,Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap pengolahan data yang telah dilakukan sehingga dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. 8. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini akan dapat disimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada pengolahan data yang telah dilakukan. Sedangkan saran berisi tentang saran yang berguna bagi penelitian yang lebih lanjut. A-36-4
5 Untuk memperjelas flowchart metode penelitian dapat terlihat pada gambar dibawah ini: Tahap Perumusan Masalah dan Penelitian Perumusan Masalah Identifikasi Tujuan Penelitian Studi Pustaka Tahap Penelitian Awal Observasi Lapangan Spesifikasi Produk Analisa DFA Desain Awal 1. Analisa DFA Produk Awal - jumlah komponen - waktu perakitan - biaya perakitan 2. Penghitungan assembly efficiecny produk awal Analisa DFM Desain Awal dari segi : 1. biaya komponen beli (harga) atau buat (material,proses,setup,alat) 2. biaya perakitan (tenaga kerja, material, alat) 3. biaya overhead (rate) Tahap Desain Produk Baru - Pembuatan desain baru - Analisa DFA produk baru - Penghitungan Assembly Efficiency - Pembuatan Assembly Sequence - redesain material komponen - redesain metode proses - Analisa DFM produk baru - Penghitungan biaya manufaktur - Pertimbangan faktor lain Ada penghematan / improvement? Tidak Ya Tahap Analisa dan Kesimpulan Analisa dan Interpretasi Kesimpulan dan Saran HASIL PENELITIAN Pada gambar berikut akan ditampilkan gambar produk boiler tipe kapasitas 3000 kg/jam dengan tekanan kerja 10 barg : Pada umumnya biaya perakitan terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya untuk alat yang digunakan selama proses perakitan. Pada penelitian ini biaya perakitan hanya terdiri dari biaya tenaga kerja karena pada saat perakitan tidak diperlukan alat secara khusus. Untuk biaya tenaga kerja perusahaan menetapkan untuk perakitan 1 unit boiler sebesar Rp ,00/jam. Jumlah total komponen penyusun boiler sebanyak 1107 komponen, dengan proses perakitan menggunakan welding, screw, bolt, nut, washer dan rivet. Usaha mengurangi komponen baik dengan cara mengeliminasi atau dengan menggabungkan komponen yang satu dengan yang lainnya, diperlukan identifikasi komponen. Sesuai konsep DFA maka tiap komponen diperiksa apakah memenuhi ketiga kriteria sebagai minimum part secara teori. Jika tidak maka komponen tersebut dapat dieliminasi atau digabung dengan komponen lain. Setelah melakukan input data pada software DFA berupa identitas, dimensi komponen, handling difficulties, insertion difficulties, metode perakitan maka pada salah satu report yang dihasilkan software DFA yaitu pada exxecutive summary DFA, A-36-5
6 dapat diketahui bahwa jumlah part minimum secara teori adalah 621 komponen. Hal ini berarti terdapat 486 komponen yang dapat dieliminasi atau digabungkan secara teori. Software DFA memberikan saran perbaikan untuk melakukan rancang ulang sehingga didapatkan rancangan yang lebih efisien dalam proses perakitannya. Pada saran perbaikan ( suggestion for redesign) komponen-komponen akan ditampilkan secara terpisah berdasarkan alasan mengapa diperlukan rancang ulang terhadap komponen tersebut. Berikut ini adalah tabel jenis komponen yang harus diperhatikan dalam melakukan rancang ulang : Tabel 1. Saran perbaikan untuk redesign Alasan Redesain Jumlah Pengurangan Waktu Presentase Fasteners Connectors Unnecessary Items Separate Operations Alignment Handling Diffuclties Severe Insertion Bulky or Awkward Resistance Supporting to Weight Termasuk dalam suggestion for redesign adalah komponen-komponen sebagai berikut : 1. Komponen jenis fasteners, sebagai pengencang contohnya screw, bolt, nut, washer. 2. Komponen yang merupakan connectors, berfungsi hanya sebagai penyambung.. Contohnya adalah sambungan cerobong. 3. Komponen yang tidak memenuhi minimum part criteria / unnecessary items. Contoh komponen yang termasuk adalah mounting strip. 4. Separate operation, yang termasuk operasi ini adalah operasi pengelasan. 5. Komponen yang mengalami kesulitan saat memegang (handling difficulties). 6. Komponen Bulky or awkward, yaitu komponen yang terlalu berat, membutuhkan dua tangan pada saat memegang, Contohnya adalah separator. 7. Komponen yang mengalami kesulitan dalam perakitan ( insertion difficulties). Terdapat enam jenis kesulitan yang dapat dianalisa yaitu : (a) Allignment, yaitu kesulitan yang dialami karena pada saat perakitan memerlukan orientasi untuk memposisikan secara lurus bagian yang akan dirakit. Contoh perakitan yang mengalami alignment adalah perakitan fasteners. (b) Holding down, yaitu kesulitan yang dialami karena pada saat perakitan memerlukan penekanan. Tidak ada komponen yang memerlukan holding down ketika dirakit dengan komponen lainnya. (c) Resistance, yaitu kesulitan dalam perakitan akibat adanya penahan. Contohnya pada proses sebelum pengencangan fastener. (d). Access & Vision, yaitu kesulitan yang terjadi pada proses perakitan karena lokasi perakitan sulit dijangkau. (e) Severe Insertion yaitu kesulitan yang dialami karena pada saat perakitan membutuhkan waktu lebih akibat sifat komponen yang sulit untuk ditempatkan pada lokasi perakitan. Contohnya adalah penyangga platform. (f.) Regrasp yaitu kesulitan akibat pada saat perakitan membutuhkan pemegangan ulang. Tidak ada perakitan komponen boiler dengan kesulitan seperti ini. (g). Support to weight yaitu kesulitan pada proses perakitan karena membutuhkan kekuatan yang lebih besar karena A-36-6
7 komponen yang cukup berat. Contohnya adalah tube plate, platform, dan yang lainnya. Kemudian dikembangkan usulan perbaikan design berdasarkan jumlah komponen, proses operasi dan presentase waktu yang dapat dikurangi dari design lama. Rancangan Perbaikan Hasil dari suggestion for redesign digunakan sebagai dasar pembuatan rancangan perbaikan. Hasil rancangan perbaikan nantinya terdiri dari tiga design yang diharapkan dapat menaikkan performansi dari proses perakitan. Konsep dasar perbaikan rancangan tersebut harus memenuhi pertimbangan dari konsep dasar DFA sebagai berikut: (1) Pertimbangan untuk menghilangkan beberapa komponen atau menggabungkan komponen-komponen yang memiliki nilai 0 untuk jumlah part secara teoritis. (2) Mengurangi proses penguliran atau mengubah proses penguliran dengan dengan proses lain seperti snap fit, press fit, atau riveting yang memakan waktu proses lebih singkat. ( 3) Menggabungkan komponen-komponen yang hanya sebagai penghubung atau connectors atau merancang ulang struktur produk. (4) Mengurangi operasi-operasi terpisah dan menghilangkan operasi yang tidak memberikan nilai tambah. (5) Mengurangi proses orientasi ulang, karena memakan waktu yang lama. Berdasarkan pertimbangan diatas maka yang bisa dilakukan untuk rancangan perbaikan adalah sebagai berikut :(1)Menghilangkan komponen yang tidak memberikan nilai tambah pada prosesnya (2)Mengurangi jumlah dan variasi fasteners yang digunakan, dengan tujuan agar mempermudah dalam mencari maupun menggunakan fasteners yang diperlukan. (3)Mengurangi komponen fasteners jenis washer dengan menggunakan jenis fasteners yang merupakan gabungan antara washer dan nut. Masing-masing rancangan perbaikan memiliki fokus perbaikan yang berbeda selain ketiga perbaikan tersebut. Untuk design yang pertama (chimney) dan yang kedua (feed water line) akan fokus pada pengurangan material dan operasi yang kurang memberikan nilai tambah, sedangkan untuk rancangan ketiga (ladder) akan menitikberatkan pada pengurangan jumlah komponen terutama jenis fasteners. Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing design : a. Design Pertama - Chimney Komponen cerobong (chimney) merupakan komponen yang terkait dengan proses pembuangan udara hasil pembakaran. Ide redesain muncul ketika melihat boiler sejenis mengaplikasikan bentuk cerobong di atas boiler, bukan berdiri sendiri dengan support dan connection. Setelah ditelusuri dan diteliti lebih jauh mengenai kapasitas boiler, jarak dari burner, volume dan space untuk dudukannya ternyata tidak tersedia dengan cukup. Alternatif berikutnya adalah meminimalkan jumlah komponen yang bersifat sebagai connector atau penghubung : 1. Menghilangkan flange connection antara back chamber-chimney (Q6, AH5) 2. Menghilangkan flange connection antar connector chimney (AH5) 3. Mengurangi flange connection antar sub bagian chimney (AH5) Perubahan yang terjadi akibat redesign ini adalah : pengurangan komponen sambungan flange back chamber-chimney (2 unit), antar connector chimney (2 unit) dan antar sub bagian chimney (4 unit) pengurangan operasi pembuatan flange (8x), pengurangan komponen mur dan baut penyambung antar flange (Q16, Q17) ( = 28 set), A-36-7
8 pengurangan operasi pemasangan mur dan baut pada flange operasi pengelasan sambungan chimney pipe-flange (4x) (28 set), pengurangan b. Design Kedua Feed Water Line Support Komponen dudukan pompa ( feed water line support) tidak termasuk bagian yang bertekanan, sehingga tidak harus mengikuti standar fabrikasi ASME. Sehingga bisa dilakukan penggantian bentuk materialnya 1. Penggantian komponen U1 Channel UNP 6 mm dengan plate SA36 10 mm 2. Menghilangkan U15 Support plate Perubahan yang terjadi akibat redesign ini adalah : pengurangan operasi pengelasan channel-channel (2*( )*2=300mm), penambahan operasi pengelasan plate-plate (4*75 = 300mm), pengurangan komponen support plate c. Design Ketiga Ladder Komponen tangga dan paltform bukan bagian boiler yang bertekanan, sehingga tidak harus mengikuti standar fabrikasi ASME. Sehingga bisa dilakukan penggantian sambungan dengan threaded operation menjadi welding operation. Perubahan yang terjadi akibat redesign ini adalah : Pengurangan threaded operation (32x), pengurangan bor/drill operation pada T1 Frame (8*2=16x), T3 Front Platform Support (4*2=8x), dan T4 Rear Platform Support (4*2=8x), Penghilangan komponen T8 Mounting Strip 1 (4 unit), Pengurangan bor/drill operation pada T9 Mounting Strip 2 (2*2=4x), Penambahan uk uran plate T9 Mounting Strip 2 (200+50=250 mm), Penghilangan komponen T9 Mounting Strip 3 (2 unit), Pengurangan operasi pembuatan Mounting Strip (4+2=6 unit), Pengurangan komponen T14 Base Plate (6 unit) & T15 Base Plate (2 unit), Pengurangan komponen T16 Bolt & T17 Nut (44 set) Analisa Perbandingan Design Awal dan Hasil Redesign Kemampuan redesign yang telah dibuat bisa diketahui dengan melakukan perbandingan antara hasil redesign dengan design awal. Parameter yang diperbandingkan adalah jumlah komponen, waktu perakitan, biaya serta assembly efficiency. Tabel 2.Perbandingan Design Awal dan Hasil Redesign Original Chimney FWL Ladder Complete design Redesign 1 Redesign 2 Redesign 3 All Jumlah komponen Waktu perakitan, menit Biaya,$ Perakitan Komponen Overhead Total biaya manufaktur Assembly Efficiency Selisih DFA index, % % -0.06% -0.51% -0.38% Penghematan biaya (saving), $ Penghematan biaya (saving), % 0.17% 0.90% 0.68% 1.76% Rasio saving : index 0 89% -1638% -134% -463% A-36-8
9 Perbandingan Jumlah Komponen Perbandingan Waktu Perakitan Jumlah komponen Waktu perakitan, menit Perbandingan jumlah komponen. Perbandingan waktu perakitan Perbandingan Total Biaya Manufaktur Perbandingan Assembly Efficiency Total biaya manufaktur Assembly Efficiency Perbandingan Biaya Manufaktur Perbandingan Assembly Efficiency Perubahan Index dan Biaya Selisih Index, % Saving, % Perbandingan selisih index dengan penghematan biaya Assembly sequence untuk boiler ini secara garis besar bisa diperhatikan sebagai berikut (1) MEMASANG FIRE BOX (2)FURNACE (3)EXPLOSION PIPE (4) FIRE CONTROL (5) SHELL BOILER BODY (6) MANHOLE (7) HANDHOLE (8) FLANGE (9) LIFTING LUG (10) TUBE PLATE (11) SEPARATOR (12) GUSSET STAY (13) STAY BAR (14) TUBE (15) LONG STAY (16) SADDLE (17) FRONT CHAMBER (18) BACK CHAMBER (19 FURNACE COVER (20) REFRACTORY (21) INSULATION (22) FEED WATER LINE (23) FEED WATER PUMP (24) LOW WATER ELECTRODE (25) WATER LEVEL CONTROL (26) CONTROL PANEL (27) BURNER (28) BLOW DOWN (29) SAFETY VALVE (30) AIR VENT (31) MAIN STEAM (32) PRESSURE CONTROL (33) LADDER & PLATFORM (34) NAME PLATE (35) CHIMNEY KESIMPULAN Jumlah komponen produk boiler berkurang yaitu untuk design awal = 1107 komponen, redesign 1 = 1043 komponen, redesign 2 = 1105 komponen, redesign 3 = 1005 komponen dan sebesar 939 komponen untuk hasil gabungannya. Dengan menggunakan konsep software DFMA nilai assembly efficiency dari design awal dan semua hasil redesign relatif sama yaitu sebesar 0.5, perubahan yang terjadi tidak signifikan, namun memberikan dampak penurunan pada biaya manufakturnya. Aplikasi konsep DFMA juga dapat menurunkan waktu perakitan dari design awal membutuhkan waktu menit, berkurang menjadi menit untuk redesign dan untuk hasil redesign kedua. Sedangkan untuk hasil redesign ketiga sebesar menit dan sebesar untuk kombinasi ketiganya. Pengaruh dari berkurangnya waktu perakitan adalah penurunan biaya perakitan. Dengan menggunakan konsep DFMA telah diperoleh informasi penghematan total biaya manufaktur 0,9 1,76% dari design awal sebesar $ menjadi $ untuk hasil redesign pertama, $ untuk hasil redesign kedua, $ untuk hasil redesign ketiga dan sebesar $ untuk kombinasi ketiganya. A-36-9
10 DAFTAR PUSTAKA Boothroyd, G. and P. Dewhurst (2002). Product Design for Assembly. Wakefield, Boothroyd Dewhurst, Inc. Boothroyd, G. and P. Dewhurst (2002). Product Design for Assembly. Wakefield, Boothroyd Dewhurst, Inc. Jack Raplee (1999). DFMA to RP, ASAP, Mechanical Engineering. New York: Sep 1999.Vol.121, Iss. 9; pg. 72,, ProQuest Information and Learning Company P F Bariani, G A Berti, G Lucchetta A combined DFMA and TRIZ approach to the simplification of product structure. Part B : Journal of engineering manufacture. London: 2004 Vol.218, Iss. 8; pg Magrab, Edward. B. (1997). Integrated Product and Process Design and Development. CRC Press, Boca Raton New York. Otto, Kevin. and Wood, Kristin (2001).Product Design. Prentice Hall. Ulrich, K.T. dan S.D. Epinger (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk. Salemba Teknika. Santoso, Edi (2003). Aplikasi Design For Assembly Dan Penentuan Assembly Sequence Pada Perancangan Produk Sepeda Anak. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. Wahyu C, Ashshaadiqah (2003). Analisa Perancangan Produk Sepeda Anak dengan pendekatan konsep Design For Manufacture. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS Taufan, Muhammad (2005). Aplikasi Konsep Design For Assembly (DFA) Pada Pengembangan Produk Industri Karoseri. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. Rahmat Dinata, Andi (2005). Aplikasi Konsep Design For Manufacture (DFM) Pada Pengembangan Produk Industri Karoseri. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS A-36-10
11 A-36-11
SEMINAR NASIONAL OTOMASI II ISBN :
PERANCANGAN ULANG PART BERDASARKAN METODE BOOTHROYD- DEWHURST DAN USULAN TATA LETAK STASIUN PERAKITAN PRODUK KOMPOR JENIS NGETL 10-50 (Studi Kasus di PT. Nayati Indonesia) Thedy Yogasara dan Febri Silviani
Lebih terperinciANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY UNTUK MESIN ROLL SHEETER KARET
ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY UNTUK MESIN ROLL SHEETER KARET Sigit Yoewono, Darma Yuda Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung E-mail: sigit@ftmd.itb.ac.id, darma_yuda_91@yahoo.com
Lebih terperinciPenerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike
Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike Rifko Rahmat Kurnianto 1,a, Agung Wibowo 2,b *, Tri Prakosa 3,c Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknik Mesin
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES.
PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES Arlis Yuniarso Program Studi Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro Semarang,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENYAMBUNGAN BODY DAN CHASSIS MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA)
PENGEMBANGAN PENYAMBUNGAN BODY DAN CHASSIS MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) O L E H : P R I Y A M B O D O R A N G G A S A N T O S A 2 1 0 9 1 0 0 0 3
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 GAMBAR DETAIL PRESSURE PART CB 100/17.5 IBR
21 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 GAMBAR DETAIL PRESSURE PART CB 100/17.5 IBR 1.1.1 Main Shell CB 100/17.5 Main shell CB 100/17.5 terdiri atas tubes, gusset, komponen internal seperti dry pan, sparger
Lebih terperinciPENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PRODUK MESIN GILAS TIPE MGD-4 DI PT BARATA INDONESIA (PERSERO)
TUGAS AKHIR RI 1592 PENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PRODUK MESIN GILAS TIPE MGD-4 DI PT BARATA INDONESIA (PERSERO) OKI AGUNG SETIYANTO NRP 2502 100.006 Dosen Pembimbing Ir Hari Supriyanto,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN ULANG PRODUK RAGUM PTI MENGGUNAKAN METODE DFA-BOOTHROYD/DEWHURST UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PERAKITAN
NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN ULANG PRODUK RAGUM PTI MENGGUNAKAN METODE DFA-BOOTHROYD/DEWHURST UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PERAKITAN ( Studi Kasus Ragum PTI di Laboratorium Teknik Industri UMS) Diajukan
Lebih terperinciAPLIKASI DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PERANCANGAN PRODUK VACCINE CARRIER
Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 2, Juli 2014 APLIKASI DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PERANCANGAN PRODUK VACCINE CARRIER Rita Maria Veranika *) Abstrak : Perubahan pasar global yang cepat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang yang menunjukkan masalah ini penting untuk diteliti dan diselesaikan, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desain produk dan evaluasi secara berkesinambungan, tingkat performa. waktu dan biaya perakitan dapat diatasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya proses desain merupakan langkah awal dari proses manufaktur. Sebagian besar biaya produksi ditentukan dalam proses desain dan perencanaan. Salah
Lebih terperinciRANCANGAN PERBAIKAN STOPCONTACT MELALUI PENDEKATAN METODE DFMA (DESIGN FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY) PADA PT. XYZ
e-jurnal Teknik Industri FT USU Vol 1, No.2, Maret 2013 pp. 34-39 RANCANGAN PERBAIKAN STOPCONTACT MELALUI PENDEKATAN METODE DFMA (DESIGN FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY) PADA PT. XYZ Yogi Khairi Hasibuan
Lebih terperinciDESAIN PENGEMBANGAN PRODUK WALLSHELF MENGGUNAKAN INTEGRASI QFD DAN DFMA DI UD. XYZ
DESAIN PENGEMBANGAN PRODUK WALLSHELF MENGGUNAKAN INTEGRASI QFD DAN DFMA DI UD. XYZ Ary Faizal¹, Saufik Luthfianto², Fajar Nurwildani³ 1. Mahasiswa Progdi Teknik Industri Universitas Pancasakti Tegal 2,3
Lebih terperinciKONTRIBUSI ERGONOMI UNTUK RANCANGAN PERAKITAN
JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, NO. 1, Hal. 47-62 ISSN 1410-5004 KONTRIBUSI ERGONOMI UNTUK RANCANGAN PERAKITAN Bernadus Kristyanto dan Parama Kartika Dewa SP INTISARI Persoalan umum yang sering
Lebih terperinciANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PROTOTIPE MESIN PEMISAH SAMPAH MATERIAL FERROMAGNETIK DAN NON FERROMAGNETIK
ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PROTOTIPE MESIN PEMISAH SAMPAH MATERIAL FERROMAGNETIK DAN NON FERROMAGNETIK Rifki Ilyandi 1, Dodi Sofyan Arief 2, Tekad Indra Pradana Abidin 3 Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciPenerapan DFMA untuk Low Cost High Customization Product
Performa (017) Vol. 16, No.1: 1-8 Penerapan DFMA untuk Low Cost High Customization Product Ilham Priadythama 1), Susy Susmartini ), dan Alviandi Wahyu Nugroho 3) 13) Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN PERANCANGAN PRODUK SMART LIGHT MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY BOOTHROYD-DEWHURST
USULAN PERBAIKAN PERANCANGAN PRODUK SMART LIGHT MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY BOOTHROYD-DEWHURST Arief Irfan Syah Tjaja, Rochmat Puji Astomo, Rispianda Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang
BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang diharapkan berdasarkan metode VDI 2221. Maka pada bab ini akan dijelaskan
Lebih terperinciDESIGN FOR MANUFACTURING
DESIGN FOR MANUFACTURING Design for Manufacturing (DFM) : Merupakan salah satu dari metoda Design for X (DFX) dimana X mungkin berhubungan dengan satu dari lusinan kriteria seperti reliability, robustness,
Lebih terperinciTI-2121: Proses Manufaktur
TI-2121: Proses Manufaktur Proses Perakitan Mekanik Laboratorium Sistem Produksi www.lspitb.org 2003 Hasil Pembelajaran Umum: Memberikan mahasiswa pengetahuan yang komprehensif tentang dasar-dasar proses
Lebih terperinciPENERAPAN METODE BOOTHROYD DEWHURST DALAM PERANCANGAN ULANG PRODUK RICHTPRESSE ( Studi Kasus di PT. Budi Agung Periangan )
PENERAPAN METODE BOOTHROYD DEWHURST DALAM PERANCANGAN ULANG PRODUK RICHTPRESSE ( Studi Kasus di PT. Budi Agung Periangan ) Renila Yovita dan Thedy Yogasara Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Produk Meja Komputer LEX - 941 Sistem yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sistem perakitan komponen-komponen yang menyusun sebuah meja komputer (LEX 941).
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PERHITUNGAN INDEKS KOMPLEKSITAS PROSES PERAKITAN MANUAL
PENGEMBANGAN MODEL PERHITUNGAN INDEKS KOMPLEKSITAS PROSES PERAKITAN MANUAL Hendri D. S. Budiono 1.a*, Dery Palgunadi 2.b Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : DJUANGGA NOER BRIEZENDA
PERANCANGAN DAN PERAKITAN RANGKA SEPEDA BALAP YANG ERGONOMIS SKRIPSI Oleh : DJUANGGA NOER BRIEZENDA 0732010021 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMBAHASAN
BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Berdasarkan diagram pareto, diketahui bahwa cacat sealing lubang menempati urutan teratas dan menjadi permasalahan utama di mesin sealing setelah dilakukannya pengurangan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. Press Metal Indo Jaya merupakan salah satu perusahaan besar yang memproduksi produk teknologi dengan bahan utama logam, terutama spare part motor. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di perusahaan
Lebih terperinci1. Bagian Utama Boiler
1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Keinginan Konsumen Terhadap Atribut Produk Dari hasil rekapitulasi data kuesioner terbuka yang disebarkan kepada tiap responden dengan mencari nilai modus, menunjukkan
Lebih terperinciBAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :
BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent
Lebih terperincionly) Langkah 1 Persiapan
MANUAL ASSEMBLY BOOTHROYD DEWHURSmengikuti tahapan Analisa dan Redesign sebagai berikut: Tahap Analisa Langkah 1 Persiapan Langkah 2 Mengisi table penilaiann Langkah 3 Mengidentifikasi problem pada skema
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
34 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Alur proses biasa digunakan untuk sebagai acuan dari tindakan dari mulai menganalisa, perencanaan dan tindakan pada produksi. Pada proses dibawah ini
Lebih terperinciPERBAIKAN FABRIKASI PALLET BOX DENGAN DESIGN FOR MANUFACTURING (DFM) UNTUK MEMINIMASI BIAYA PRODUKSI DAN KUALITAS
PERBAIKAN FABRIKASI PALLET BOX DENGAN DESIGN FOR MANUFACTURING (DFM) UNTUK MEMINIMASI BIAYA PRODUKSI DAN KUALITAS Rohmat Handoko Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas
Lebih terperinciPERBAIKAN RANCANGAN PRODUK SPRING BED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN DESIGN FOR MANUFACTURING
PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK SPRING BED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN DESIGN FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA) DI PT OCEAN CENTRA FURNINDO TUGAS SARJANA Diajukan untuk
Lebih terperinciANALISA DFA PADA KATUP PENGATUR KECEPATAN SILINDER PNEUMATIK (DFA Analysis on Flow Control Valve of Pneumatic Cylinder)
ANALISA DFA PADA KATUP PENGATUR KECEPATAN SILINDER PNEUMATIK (DFA Analysis on Flow Control Valve of Pneumatic Cylinder) Menhendry (1) (1) Staf Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. E-mail: menhendry@polinpdg.ac.id
Lebih terperinciRANCANGAN PERBAIKAN PRODUK SAKLAR DENGAN INTEGRASI METODE QFD DAN DFMA DI PT XXX
RANCANGAN PERBAIKAN PRODUK SAKLAR DENGAN INTEGRASI METODE QFD DAN DFMA DI PT XXX Rosnani Ginting, Ikhsan Siregar, Akhmad Bajora Nasution Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan sebuah kegiatan yang sistematis, maka dalam penelitian terdapat serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur.
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle (studi kasus separator unit karaha PT. Pertamina Geothermal Energy), secara garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PERAKITAN PRODUK DENGAN LIAISON-SEQUENCE ANALYSIS
PENENTUAN URUTAN PERAKITAN PRODUK DENGAN LIAISON-SEQUENCE ANALYSIS Ida Nursanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta.
Lebih terperinci23/05/17 Perancangan Produk - Genap 2016/ DESIGN FOR X. Chapter 13
23/05/17 Perancangan Produk - Genap 2016/2017 1 DESIGN FOR X Chapter 13 23/05/17 Perancangan Produk - Genap 2016/2017 2 Design for X Topics Design for Manufacturing Design for Production Design for Assembly
Lebih terperinciAnalisis DFMA pada Produk Plastik Kasus Projector Stefano Kristoforus S., Agung Wibowo*, Tri Prakosa
Analisis DFMA pada Produk Plastik Kasus Projector Stefano Kristoforus S., Agung Wibowo*, Tri Prakosa Institut Teknologi Bandung Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Jalan Ganesha no 10, Bandung, Jawa Barat,
Lebih terperinciFabricating of Pressure Vessel
Fabricating of Pressure Vessel Kelompok 10: 1.Luthfie Ahmaddani (0706198663) 2.Rohman Hidayah (0706198814) 3.I Gede Wahyu Widiatmika Ariasa (0706198594) 4.Budi Susanto (0706198404) Design Standard : ASME
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Indonesia Power UP. Suralaya merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batubara sejak tahun 1984 sebagai bahan bakar utama pembangkitan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Mada Jimmy Fonda Arifianto 1 ; Edi Santoso 2 ABSTRACT Article presents manufacture information system
Lebih terperinciAnalisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia)
Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia) Carinda Adistiara *1), Susy Susmartini *2) 1,2) Program Studi Teknik Industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Djokostetyardjo (2006:3) Abrar Husen (2011:5)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intalasi tenaga uap sekurang-kurangnya terdiri dari pembangkit uap atau yang dikenal dengan ketel uap yang berfungsi sebagai sarana untuk mengubah air menjadi uap bertekanan.
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA 1. Sudah berapa lama APP berdiri? APP sudah berdiri selama 16 tahun, didirikan pada tanggal 25 April 1997 yang dibuat di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H agar dapat memproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bersaing untuk menghasilkan produk yang terbaik guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Setiap perusahaan bersaing untuk menghasilkan produk yang terbaik guna merebut pangsa
Lebih terperinciPerbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger
Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Ardityo Irawan 1 Abstract: PT XYZ is one of the company that produce heat exchanger in Indonesia. The Company developing
Lebih terperinciDESAIN MESIN GERGAJI PORTABLE UNTUK PEMBUAT KAYU GERGAJIAN DARI BATANG KELAPA SAWIT DENGAN PENDEKATAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY (DFMA)
DESAIN MESIN GERGAJI PORTABLE UNTUK PEMBUAT KAYU GERGAJIAN DARI BATANG KELAPA SAWIT DENGAN PENDEKATAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY (DFMA) Handri Gustiar 1, Yohanes 2 Laboratorium Teknologi Produksi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era pasar global mendorong seluruh bentuk industri di berbagai negara untuk mengembangkan diri sehingga produk yang dihasilkan dapat diproduksi dengan biaya lebih
Lebih terperinciJournal of Mechanical Engineering Learning
JMEL 2 (2) (2013) Journal of Mechanical Engineering Learning http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jmel RANCANG BANGUN BOILER PADA INDUSTRI TAHU UNTUK PROSES PEMANASAN SISTEM UAP DENGAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciPERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 21 TON/JAM TEKANAN KERJA 1,45 N/mm 2 BAHAN BAKAR BATUBARA
1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 21 TON/JAM TEKANAN KERJA 1,45 N/mm 2 BAHAN BAKAR BATUBARA Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo
B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciTUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER
TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER Oleh : Mohammad Choirul Anam 4213 105 021 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 BOILER 1. Dasar Teori
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2.1. Design for Manufacturing Sebagai Metodologi yang Paling Umum Kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk berguna untuk menuntun fase pengembangan konsep,
Lebih terperinciPenulisan Ilmiah Anggit Setiyadi
ANALISA KESEIMBANGAN LINTASAN PADA PROSES PERAKITAN BOX ASSY BATTERY TYPE KZRA FUEL INJECTION DI PT ADHI WIJAYACITRA Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi 30409425 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam
Lebih terperinciProses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.
Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN NEW LINE 1 WELDING FRAME BODY COMP PT ASTRA HONDA MOTOR, PABRIK
Lebih terperinciPROPOSAL PENELITIAN Penelitian Mandiri
PROPOSAL PENELITIAN Penelitian Mandiri MEMPERBAIKI DAYA SAING PRODUK MELALUI PERBAIKAN EFISIENSI RANCANGAN PERAKITAN oleh: Ir. Bernadus Kristyanto, M.Eng., Ph.D PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini penggunaan penampang baja ringan pada konstruksi bangunan gedung baik sebagai batang-batang utama maupun elemen-elemen pendukung berkembang dengan pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan cepatnya perubahan yang terjadi di dunia usaha. Perusahaan dituntut untuk terus melakukan inovasi terhadap produk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketel uap merupakan suatu pesawat tenaga yang banyak digunakan dan dianggap layak dalam dunia industri di negara indonesia. Dimana ketel biasanya digunakan untuk penggerak
Lebih terperinciRancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi
Bidang Teknik Mesin Yogyakarta, 10 November 2012 Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Hendro Prassetiyo, Rispianda, Irvan Rinaldi Ramdhan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya redesign (penyesuaian rancangan) sehingga mengakibatkan delay. Marketing (Analisis Kebutuhan Konsumen)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bintang Persada Satelit adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan parabola. Perusahaan ini menerapkan fase pengembangan produk secara sequential, dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia perkembangan industri manufaktur di Indonesia berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun membuat perusahaan harus terus berinovasi terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan keinginan
Lebih terperinciUSULAN DESAIN MEJA KOMPUTER LEX 941 UNTUK EFISIENSI PROSES PERAKITAN DI PT. SURYA CIPTA PELANGI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 USULAN DESAIN MEJA KOMPUTER LEX 941 UNTUK EFISIENSI PROSES PERAKITAN DI PT. SURYA CIPTA PELANGI JANWAR
Lebih terperinciTUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG
PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK PARABOLA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT, AXIOMATIC DESIGN, DAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PT. BINTANG PERSADA SATELIT TUGAS SARJANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan jaman yang semakin pesat, dunia industri semakin berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk memperbaiki
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO RANCANG BANGUN DAN INSTALASI SISTEM KONTROL BOILER KAPASITAS 155 KG/JAM DENGAN TEKANAN KERJA 3 BAR
UNIVERSITAS DIPONEGORO RANCANG BANGUN DAN INSTALASI SISTEM KONTROL BOILER KAPASITAS 155 KG/JAM DENGAN TEKANAN KERJA 3 BAR TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli madya
Lebih terperinciPermasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.
PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Pengertian Filter Secara umum filter adalah alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran dari oli. Kotoran yang disaring dalam filter timbul akibat debu yang masuk dari lubang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Perusahaan ini mengelolah perkebunan yang berada
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati Rian Apriansyah,
Lebih terperinciANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING
ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh
Lebih terperinciKETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM
KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciPERANCANGAN PRODUK. Chapter 1. Gasal 2014
PERANCANGAN PRODUK Chapter 1 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 15/09/2014 Perancangan Produk -
Lebih terperinciAnalisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciOLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)
OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) 1 1. BOILER 2. PRINSIP KONSERVASI PADA BOILER 3 KASUS Boiler telah dikenal sejak jaman revolusi industri. Boiler merupakan peralatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR NOMOR POERSOALAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR NOMOR POERSOALAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI
PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Program
Lebih terperinciAsh/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator.
Ash/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator. Komponen Utama Sootblower Tipe Fixed Rotary Motor Elektrik Berfungsi untuk menggerakkan gear yang terhubung dengan lance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid
Lebih terperinciPENERAPAN DESAIN UNTUK PERAKITAN (DFA) PADA PERAKITAN TUBE COATER SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN DESAIN UNTUK PERAKITAN (DFA) PADA PERAKITAN TUBE COATER SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik SONIA TZARINA GITA SURYA 0806454973
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang
Lebih terperinciBab 6 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Atribut produk vise portable yang diinginkan oleh konsumen adalah harga penjualan murah,
Lebih terperinciPenentuan Nilai Parameter Mesin Las untuk Menghasilkan Kualitas Pengelasan yang Terbaik dengan Desain Eksperimental Taguchi 1.
Penentuan Nilai Parameter Mesin Las untuk Menghasilkan Kualitas Pengelasan yang Terbaik dengan Desain Eksperimental Taguchi Ferry Manihuruk & Isti Surjandari Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA 3.1 Analisis dan Pembahasan Kehilangan panas atau juga bisa disebut kehilangan energi merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan dan Perancangan Produk Baru Pengembangan produk baru (New Product Development) adalah suatu bagian yang penting dalam dunia bisnis. Produk-produk baru dapat memberikan
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL
32 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL 4.1. Produk Sand Casting 4.1.1.Deskripsi Produk Produk casting yang diambil sebagai obyek penelitian adalah Flange yoke. Flange yoke merupakan salah satu komponen dari
Lebih terperinciBAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh
BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA
BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA Analisa data yang dilakukan antara lain mengenai inventory raw material di PT. Meco Inoxprima baik berdasarkan kondisi existingnya maupun berdasarkan formulasi Basnet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian
Lebih terperinci