ANALISA DFA PADA KATUP PENGATUR KECEPATAN SILINDER PNEUMATIK (DFA Analysis on Flow Control Valve of Pneumatic Cylinder)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA DFA PADA KATUP PENGATUR KECEPATAN SILINDER PNEUMATIK (DFA Analysis on Flow Control Valve of Pneumatic Cylinder)"

Transkripsi

1 ANALISA DFA PADA KATUP PENGATUR KECEPATAN SILINDER PNEUMATIK (DFA Analysis on Flow Control Valve of Pneumatic Cylinder) Menhendry (1) (1) Staf Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. ABSTRACT Pneumatic and Hydraulic Control System uses many components to assembly the process circuit. Reducing time of assembly can improve the benefit of the company. DFA (Design for Assembly) analysis can help the manager to reduce assembly time in Pneumatic and Hydraulic Control System. Pneumatic circuit with using Cylinder as actuator requires flow control valve to regulate the speed of cylinder, will be analyze and validate with DFA analysis. The output of this analysis is that the new model (made in 2005) of flow control is more efficient comparing the old model (made in 1988). Analyzing of this process is the redesign of flow control valve that is simpler in assembly. The technician or engineer can built flow control valve in a circuit without arranges the position of that valve. In the other side at the old model, the technician or engineer requires time to arrange the position of valve before built it in a circuit. Keywords: DFA, Flow Control Valve, efficiency 1. PENDAHULUAN Efisiensi penggunaan waktu perakitan menjadi sangat menguntungkan bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan lebih besar. Para sarjana dalam bidang teknik mesin berupaya untuk merancang sesuatu yang nantinya mudah dirakit dan dibongkar. Ilmu ini lebih dikenal dengan nama DFA (Design for Assembly). DFA telah diperkenalkan sebagai suatu cabang ilmu yang bertujuan untuk mengurangi biaya mulai dari tahap perancangan sampai dengan tahap Metode ini diketahui sebagai suatu sistem yang melibatkan beberapa cabang ilmu pengetahuan pada setiap proses terjadinya suatu produk serta proses perakitannya. Beberapa hal harus diperhatikan sewaktu mengembangkan perancangan yang dilihat dari persfektif Sebagai bahan pertimbangan adalah komponen yang banyak akan memperpanjang waktu Boothroyd (2002) menyarankan agar dua komponen harus dijadikan satu kalau seandainya tidak terdapat hal-hal dibawah ini: 1. Setiap komponen harus dibuat dari bahan yang berbeda. Jadi seandainya ada dua atau lebih komponen yang terpisah sedangkan bahannya sama maka dijadikan satu. Komponen tersebut dibuat terpisah kalau seandainya kedua bahan tersebut harus dari bahan yang berbeda. 2. Setiap komponen harus bergerak antara satu dengan yang lainnya. Jadi seandainya kedua komponen tidak bergerak antara satu dengan yang lainnya maka dijadikan satu komponen. Komponen tersebut dibuat terpisah kalau seandainya ada gerakan antara yang satu dengan yang lainnya. 3. Setiap komponen harus dibongkar sewaktu proses produksi atau proses perawatan. Jika dua komponen tidak harus dibongkar sewaktu proses produksi atau proses perawatan maka dijadikan satu komponen. Komponen tersebut dibuat terpisah kalau seandainya sewaktu proses produksi atau proses perawatan harus dibongkar. Pada dunia industri yang membutuhkan lebih banyak sistem kontrol pneumatik akan didapati begitu banyak komponen untuk membuat rangkaian tersebut seperti silinder pneumatik, katup pengontrol, gerbang logika, slang penyalur udara yang bertekanan, serta kompresor. Setiap komponen akan meningkatkan waktu perakitan baik dalam merangkai ataupun dalam bidang perawatan dan perbaikan. Untuk meningkatkan daya saing, efisiensi serta ketahanan suatu rangkaian sistem kontrol pneumatik perlu diadakan optimalisasi pada rangkaian tersebut. Analisa DFA merupakan metode untuk menilai efektifitas perakitan rangkaian pada pelaksanaan suatu proyek yang sangat sistematik sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai disiplin ilmu. Salah satu contoh analisa yang sudah dilaksanakan adalah efektifitas perakitan komponen baru (2005) katup pengatur kecepatan yang dibandingkan dengan komponen lama (produksi tahun 1988). Setiap komponen baru merupakan perbaikan dari komponen lama. Untuk itu komponen baru harus mempuyai kelebihan bila dibandingkan dengan produk lama.

2 Jurnal Teknik Mesin Vol.6, No.1, Juni 2009 ISSN Konsep Analisa DFA adalah meinilai waktu perakitan suatu komponen, suatu bagian dari mesin. Jika terjadi kesulitan atau pemborosan waktu dalam perakitannya, maka diadakan perancangan ulang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Setelah perancangan ulang dilaksanakan, maka produk baru kita bandingkan dengan produk lama. Hasilnya harus lebih baik dari yang sebelumnya dalam bidang Penelitian ini melibatkan interaksi antara dua cabang ilmu pengetahuan yaitu: 1. Katup Pengatur Kecepatan. Pada rangkaian ini akan dibahas beberapa hal, antara lain: a. Fungsi Katup Pengatur Kecepatan Silinder Katup ini berfungsi untuk mengatur kecepatan silinder yaitu mempercepat atau memperlambat kecepatan keluar dan masuk silinder. Dengan adanya katup pengatur kecepatan silinder bisa dikendalikan kecepatan silinder sesuai dengan kebutuhan proses produksi. Dengan adanya katup pengatur kecepatan kita juga bisa memperhatikan dan menganalisa diagram langkah pegerjaan. Jika langkah yang dirancang tidak sesuai dengan yang direncanakan maka bisa dilakukan perbaikan pada rangkaian. b. Cara kerja Katup Pengatur Kecepatan Silinder Katup Pengatur Kecepatan Silinder mempunyai sistem kerja sebagai berikut: apabila silinder bergerak keluar maka katup yang berada pada bagian depan silinder akan menahan gerakan silinder agar tidak terlalu cepat dan mudah diatur sesuai kebutuhan operasi, sebaliknya apabila silinder bergerak kedalam maka katup bagian belakang silinder akan menahan gerakan silinder. Berdasarkan hal tersebut maka posisi pemasangan katup harus benar, karena katup hanya berfungsi satu arah. Jika salah dalam pemasangan maka akan terjadi kesalahan dalam fungsi katup. Kesalahan dalam sistem kontrol akan berpengaruh kepada seluruh rangkaian yang ada. Proses perbaikan kesalahan akan memperpanjang waktu perakitan dan akan menurunkan efisiensi pekerjaan. Untuk memperkecil kesalahan yang terjadi dalam pemasangan bisa dilakukan beberapa hal pada tahap perancangan yaitu hasil perancangan yang meminimalkan kesalahan perakitan, terutama komponen yang mempunyai fungsi yang berbeda seharusnya tidak mempunyai bentuk yang simetris. Dalam hal ini katup pengatur kecepatan mempunyai cara kerja yang berbeda sedangkan pada konstruksi lama mempunyai bentuk simetris dan pada konstruksi baru mempunyai bentuk yang tidak simetris. Gambar 1. Katup Pengatur Kecepatan Silinder Gambar 3. Kondisi katup sewaktu menahan aliran udara dari silinder Gambar 2. Silinder dengan dua Katup Pengatur Kecepatan Gambar 4. Kondisi katup sewaktu udara masuk ke dalam silinder tanpa hambatan 18

3 Analisa DFA pada Katup Pengatur Kecepatan Silinder Pneumatik (Menhendry) c. Konstruksi lama (1988) Konstruksi lama dari katup pengatur kecepatan adalah seperti gambar 5. Bentuk yang simetris sangat susah membedakan mana saluran masuk dan mana saluran keluar. Para teknisi yang akan memasang katup tersebut harus memperhatikan gambar fungsi yang tergambar pada katup. Jika seseorang memasang tanpa memperhatikan gambar maka kemungkinan terjadi kesalahan. Para teknisi harus memperhatikan posisi bola pada katup untuk menentukan arah pemasangan. Kalau demikian halnya maka dibutuhkan waktu tambahan untuk Gambar 5. Konstruksi lama d. Konstruksi Baru (2005) Konstruksi baru dari katup pengatur kecepatan adalah seperti terlihat pada gambar 6. Bentuk yang tidak simetris antara saluran masuk dan saluran keluar. Para teknisi akan mengetahui langsung mana saluran keluar atau saluran masuk dari bentuk fisik komponennya. Konstruksi ini merupakan bentuk penyempurnaan dari bentuk konstruksi lama yang mempunyai masalah dalam bidang 2. Analisa DFA Gambar 6. Kostruksi Baru DFA adalah cabang ilmu yang memikirkan masalah perakitan sewaktu tahap perancangan. Setiap produk yang akan dirancang harus mempertimbangkan kondisi Kondisi ini juga disebut dengan perancangan yang memudahkan Menurut G. Boothroyd (2002) apabila suatu komponen tidak bisa dipergunakan secara simetris maka hindarkan bentuk konstruksi yang simetris. Bentuk konstruksi yang simetris untuk fungsi yang tidak simetris akan menyulitkan dalam Selain itu juga memberi peluang untuk terjadi kesalahan dalam pemasangan. Sejalan dengan perkembangan teknologi dalam bidang manufaktur maka juga dikembangkan strategi pendukung untuk kemajuan teknologi tersebut. DFMA adalah ilmu yang mengembangkan strategi perancangan yang merujuk kepada proses pembuatan dan DFMA mengintegrasikan bidang perancangan dengan pembuatan dan Kesalahan dalam bidang perakitan juga merupakan bagian kesalahan dalam perancangan. DFA seharusnya seharusnya melibatkan seluruh pihak yang terlibat dalam proses perancangan. Kesalahan dalam proses perancangan akan mengakibatkan kesulitan dalam proses produksi. Kesalahan dalam proses produksi akan mengakibatkan kesulitan dalam proses Untuk itu setiap anggota tim harus memberikan pertimbangan pada saat pembuatan konsep desain suatu produk. Untuk memudahakan proses perancangan maka seluruh bagian harus memahami konsep design for assembly. Kondisi mencerminkan integritas semua bagian yang mencerminkan tanggung jawab bersama untuk mendapatkan suatu keunggulan produk Metode DFA menurut G. Boothroyd (2002) mempertimbangkan beberapa hal diantaranya : 1. Menyiapkan alat yang bisa dipergunakan oleh tim desain untuk memastikan produk yang dihasilkan tidak sulit untuk dirakit. 2. Menuntun tim desain untuk mengahasilkan produk yang tidak rumit dan dapat menurunkan biaya 3. Mengumpulkan informasi berdasarkan pengalaman dalam bidang perakitan agar produk yang dirakit nyaman dipergunakan. 4. Membuat database yang berisi waktu perakitan dan factor biaya yang mempengaruhi berbagai bentuk situasi desain dan kondisi produksi. Berdasarkan pengalaman menerapkan konsep DFA timbul beberapa penuntun perancangan yang mempengaruhi proses produksi: 19

4 Jurnal Teknik Mesin Vol.6, No.1, Juni 2009 ISSN Untuk memudahkan perakitan maka komponen dibuat simetris. Misalkan komponen bisa dipasang dengan arah terbalik maka konstruksi harus dibuat simetris. Dalam hal ini ada dua kemungkinan posisi pemasangan. Dua kemungkinan posisi pemasangan akan lebih baik bila dibandingkan dengan satu posisi pemasangan. 2. Jika komponen berfungsi tidak simetris maka konstruksinya jangan dibuat simetris. Jika konstruksi dibuat simetris maka akan terjadi kesalahan pemasangan berdasarkan fungsi. Kesalahan pemasangan akan menyebabkan komponen tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi ini akan memperpanjang waktu 3. Hindarkan hal yang menyebabkan kesulitan dalam Konstruksi yang baik harus mempertimbangkan waktu Kesulitan sewaktu perakitan bisa menyebabkan kerusakan pada komponen dan perpanjangan waktu perakitan atau pemasangan. 4. Hindarkan ukuran komponen yang terlalu kecil atau terlalu besar. Komponen yang terlalu kecil akan mempersulit proses Komponen yang terlalu besar akan memerlukan alat tambahan atau alat bantu sewaktu Ilmu tentang DFA selalu dikembangkan sejalan dengan perkembangan teknologi manufaktur. Setiap produk baru akan memberikan informasi tentang kehandalannya dalam bidang Setiap produk akan dianalisa kondisinya dibandingkan dengan kondisi produk sebelumnya. 2. METODOLOGI PENELITIAN 1. Menentukan komponen rangkaian pneumatik yang akan dianalisa kondisi perakitannya. Dalam hal ini adalah katup pengatur kecepatan sebagai objek penelitian. Katup pengatur kecepatan dipilih berdasarkan bentuk konstruksi yang baru tidak sama dengan bentuk konstruksi yang lama. Seharusnya produk baru lebih mudah dirakit dibandingkan produk lama. 2. Mengambil data perakitan katup pengatur kecepatan produk lama (1988) dan produk baru (2005). Data diambil sewaktu pelaksanaan praktek sistem kontrol pneumatik dan hidrolik. Pada waktu mahasiswa praktek dengan alat yang lama mereka harus menentukan posisi perakitan katup pengatur kecepatan, karena bentuk yang simetris dengan fungsi yang tidak sama. Pada katup terdapat gambar fungsi. Sedangkan pada katup yang baru bentuk konstruksinya tidak simetris. 3. Menentukan sistem analisa yang akan dipergunakan. Dalam hal ini adalah analisa DFA. Sistem ini dipilih karena bidang sistem kontrol pneumatik dan hidrolik sangat erat hubungannya dengan assembly dan disassembly. Perkembangan teknologi seharusnya membuat komponen sistem kontrol pneumatik dan hidrolik mudah dirakit dan mudah dibongkar. Dengan kondisi tersebut proses pembeajaran pada dunia akademis dan proses perawatan komponen pada dunia industri akan semakin cepat. 4. Menguji hasil DFA yang terdapat pada katup pengatur kecepatan untuk membuktikan bahwa produk baru lebih baik dari pada produk lama dalam bidang Hasil uji coba akan membuktikan kahandalan produk baru. Hasil yang diharapkan adalah proses perakitan produk baru lebih cepat dari pada produk lama. Dan juga diharapkan kesalahan yang terjadi akan semakin kecil. 5. Mempresentasikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan. Selain itu hasil penelitian ini juga dipergunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada tahun berikutnya. Penelitian ini diharapkan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. 3. HASIL PENELITIAN 1. Penelitian menyimpulkan bahwa katup pengatur kecepatan yang baru (produksi 2005) sangat efektif apabila dibandingkankan dengan produk lama (produksi 1988). Secara statistik setiap pemasangan katup pengatur kecepatan yang baru selalu benar (100 % benar). Sedangkan katup pada katup yang lama hanya 25% kemungkinan benar terhadap pemasangan katup pengatur kecepatan. 2. Dengan berkurangnya faktor kesalahan dalam merangkai sistem kontrol pneumatik maka menambah efektifitas pekerjaan merakit komponen dalam rangkaian pnematik. Berdasarkan hal tersebut analisa DFA sangat membantu pengembangan teknologi manufaktur untuk bidang otomasi. 3. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan pedoman untuk menganalisa komponen yang lain yang terdapat pada rangkaian pneumatik. Sehinggga diharapkan penelitian ini bisa berkelanjutan utuk mendapatkan hasil yang optimal. 4. PEMBAHASAN Untuk memudahkan pembahasan bidang yang akan diteliti disepakati objek yang akan diteliti dan metoda yang akan dikembangkan. Penelitian ini melewati beberapa tahap pembahasan, antara lain: 20

5 Analisa DFA pada Katup Pengatur Kecepatan Silinder Pneumatik (Menhendry) 1. Katup pengatur kecepatan silinder pneumatik versi lama memiliki bentuk yang simetris dengan fungsi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan kesalahan dalam perakitannya. Pemasangan katup yang salah akan terlihat sewaktu uji coba rangkaian. Jika pemasangan katup salah maka rangakian harus diperbaiki. 2. Setiap silinder mempunyai 2 katup pengatur kecepatan sehingga terdapat 4 kemungkinan posisi pemasangan yaitu: benar-benar, benarsalah, salah-benar dan salah-salah. Berdasarkan hal tersebut hanya satu kemungkinan benar dari empat kemungkinan. 3. Dengan 25% kemungkinan benar dalam pemasangan katup pengatur kecepatan silinder pneumatik maka akan menimbulkan permasalahan dalam merakit sistem kontrol pneumatik. Kondisi seperti ini seharusnya harus dperbaiki untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahan. 4. Katup pengatur kecepatan silinder pneumatik versi baru mempunyai bentuk yang tidak simetris sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam 5. Analisa DFA merupakan teori untuk membuktikan efisiensi perakitan produk baru dibandingkan produk lama. Hasilnya seharusnya lebih baik produk baru bila dibandingkan produk lama. 6. Pembuktian ini dilakukan pada labor sistem kontrol pneumatik dan hidrolik. 7. Hasilnya adalah perakitan produk baru lebih efektif dibandingkan produk lama. efisiensi Efisiensi perakitan meningkatkan daya saing suatu produk. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal: 1. Setiap ada produk baru maka sebaiknya dilakukan analisa DFA untuk membuktikan efisiensi Pembuktian ini sangat membantu proses pengembangan teknologi manufaktur yang semakin lama semakin ketat persaingannya. 2. Sebaiknya juga dilakukan analisa DFA pada komponen rangkaian pneumatik lainnya. Semakin banyak produk yang dianalisa semakin baik untuk proses pengembangan selanjutnya. 3. DFA bisa digunakan untuk analisa seluruh hasil manufaktur yang akan dirakit. PUSTAKA 1. G. Boothroyd dkk, Product Design for Manufacture and Assembly. Marcell Decker. New York, K. Abhary., Catatan kuliah DFMA. University of South Australia. Adelaide, KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kelayakan penggunaan komponen rangkaian pneumatik bisa dilaksanakan dengan analisa DFA. Analisa DFA membuktikan produk baru lebih mudah dirakit dibandingkan produk lama. 2. Ketelitian perakitan katup pengatur kecepatan naik dari 25% (produk lama produksi tahun 1988 dengan bentuk simetris dan fungsi yang berbeda) menjadi 100% (produk baru produksi tahun 2005 dengan bentuk yang tidak simetris dan fungsi yang berbeda) 3. Pengurangan faktor kesalahan pemakaian komponen mengurangi waktu Pengurangan waktu perakitan meningkatkan 21

Optimalisasi Rangkaian Pneumatik Sistem Logika Dengan Menggunakan Proses DMAIC

Optimalisasi Rangkaian Pneumatik Sistem Logika Dengan Menggunakan Proses DMAIC Optimalisasi Rangkaian Pneumatik Sistem Logika Dengan Menggunakan Proses DMAIC Optimization of Logical Method Pneumatic Circuit Using DMAIC process Menhendry Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang,

Lebih terperinci

ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY UNTUK MESIN ROLL SHEETER KARET

ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY UNTUK MESIN ROLL SHEETER KARET ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY UNTUK MESIN ROLL SHEETER KARET Sigit Yoewono, Darma Yuda Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung E-mail: sigit@ftmd.itb.ac.id, darma_yuda_91@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desain produk dan evaluasi secara berkesinambungan, tingkat performa. waktu dan biaya perakitan dapat diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. desain produk dan evaluasi secara berkesinambungan, tingkat performa. waktu dan biaya perakitan dapat diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya proses desain merupakan langkah awal dari proses manufaktur. Sebagian besar biaya produksi ditentukan dalam proses desain dan perencanaan. Salah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN CETAK INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRO-PNEUMATIK

RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN CETAK INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRO-PNEUMATIK RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN CETAK INJEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRO-PNEUMATIK Anthon de Fretes 1, Riccy Kurniawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

only) Langkah 1 Persiapan

only) Langkah 1 Persiapan MANUAL ASSEMBLY BOOTHROYD DEWHURSmengikuti tahapan Analisa dan Redesign sebagai berikut: Tahap Analisa Langkah 1 Persiapan Langkah 2 Mengisi table penilaiann Langkah 3 Mengidentifikasi problem pada skema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berteknologi tinggi pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, tepat, teliti, dan cepat,

BAB I PENDAHULUAN. berteknologi tinggi pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, tepat, teliti, dan cepat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi yang berkembang dengan pesat sangat menunjang pertumbuhan dunia industri, khususnya dalam efektifitas kerja. Dengan memanfaatkan peralatan berteknologi tinggi

Lebih terperinci

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK.

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK. SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC 200-8 DI PT. UNITED TRACTORS TBK. Nama : Ricko Pramudya NPM : 26411117 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan, ST. MT Latar Belakang Penggunan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PURWARUPA ALAT PERAGA DRILLING DAN REAMING

PROSES PEMBUATAN PURWARUPA ALAT PERAGA DRILLING DAN REAMING PROSES PEMBUATAN PURWARUPA ALAT PERAGA DRILLING DAN REAMING PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : SULISTYO PRAWOTO NIM. I 8110039 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder)

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER

LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: JOKO SUSILO NIM. I8610018 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK

Lebih terperinci

Lembar Latihan. Lembar Jawaban.

Lembar Latihan. Lembar Jawaban. DAFTAR ISI Daftar Isi Pendahuluan.. Tujuan Umum Pembelajaran.. Petunjuk Penggunaan Modul.. Kegiatan Belajar 1 : Penggambaran Diagram Rangkaian.. 1.1 Diagram Alir Mata Rantai Kontrol. 1.2 Tata Letak Rangkaian.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT

BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan peralatan lengan front shovel perlu diperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT

PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT PERANCANGAN SILINDER PELEPAS BENDA KERJA PADA STAMPING EQUIPMENT PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: RIFKI MA ARIF MUNANDAR NIM. I8610029 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PERAKITAN PRODUK DENGAN LIAISON-SEQUENCE ANALYSIS

PENENTUAN URUTAN PERAKITAN PRODUK DENGAN LIAISON-SEQUENCE ANALYSIS PENENTUAN URUTAN PERAKITAN PRODUK DENGAN LIAISON-SEQUENCE ANALYSIS Ida Nursanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia perkembangan industri manufaktur di Indonesia berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pada

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR MERANCANG DAN MEMBUAT SISTEM PNEUMATIK TRANSFER STATION (Pemilihan Komponen dan Proses Produksi)

LAPORAN PROYEK AKHIR MERANCANG DAN MEMBUAT SISTEM PNEUMATIK TRANSFER STATION (Pemilihan Komponen dan Proses Produksi) LAPORAN PROYEK AKHIR MERANCANG DAN MEMBUAT SISTEM PNEUMATIK TRANSFER STATION Oleh: AGENG LAKSITO I8610002 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan industri khususnya alat berat sudah sangat pesat kemajuannya, berbagai produk dengan banyak design yang dikeluarkan oleh produsen-produsen telah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK LAPORAN LAB PNEUMATIK PRAKTIKUM DAC HIDROLIK Dikerjakan oleh: Lukman Khakim (1141150019) D4 1A PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN SISTEMPNEUMATIK TRANSFER STATION

LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN SISTEMPNEUMATIK TRANSFER STATION LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN SISTEMPNEUMATIK TRANSFER STATION Oleh: PUTRA BINDO PAMUNGKAS NIM. I8610027 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

OPTIMISASI ENERGI LISTRIK PADA RANGKAIAN DUA AKTUATOR HIDROLIK MENGGUNAKAN VARIASI KATUP PEMBATAS TEKANAN DI HYDRAULIC TRAINING UNIT

OPTIMISASI ENERGI LISTRIK PADA RANGKAIAN DUA AKTUATOR HIDROLIK MENGGUNAKAN VARIASI KATUP PEMBATAS TEKANAN DI HYDRAULIC TRAINING UNIT Vokasi Volume XI, Nomor 3, November 2013 ISSN 1693 9085 hal 152-165 OPTIMISASI ENERGI LISTRIK PADA RANGKAIAN DUA AKTUATOR HIDROLIK MENGGUNAKAN VARIASI KATUP PEMBATAS TEKANAN DI HYDRAULIC TRAINING UNIT

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Sistem. Dosen : Setiyowati, S.Kom

Analisis dan Perancangan Sistem. Dosen : Setiyowati, S.Kom Analisis dan Perancangan Sistem Dosen : Setiyowati, S.Kom Komponen Penilaian Tugas dan Kehadiran = 20% UTS = 30% UAS = 50% Materi : Pertemuan 1 KONSEP DASAR SISTEM, KONSEP DASAR INFORMASI, TUJUAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN ULANG PRODUK RAGUM PTI MENGGUNAKAN METODE DFA-BOOTHROYD/DEWHURST UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PERAKITAN

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN ULANG PRODUK RAGUM PTI MENGGUNAKAN METODE DFA-BOOTHROYD/DEWHURST UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PERAKITAN NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN ULANG PRODUK RAGUM PTI MENGGUNAKAN METODE DFA-BOOTHROYD/DEWHURST UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PERAKITAN ( Studi Kasus Ragum PTI di Laboratorium Teknik Industri UMS) Diajukan

Lebih terperinci

PENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PRODUK MESIN GILAS TIPE MGD-4 DI PT BARATA INDONESIA (PERSERO)

PENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PRODUK MESIN GILAS TIPE MGD-4 DI PT BARATA INDONESIA (PERSERO) TUGAS AKHIR RI 1592 PENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PRODUK MESIN GILAS TIPE MGD-4 DI PT BARATA INDONESIA (PERSERO) OKI AGUNG SETIYANTO NRP 2502 100.006 Dosen Pembimbing Ir Hari Supriyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang yang menunjukkan masalah ini penting untuk diteliti dan diselesaikan, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Drs. Ganti Depari, ST.M.Pd Disusun oleh

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMINDAH BARANG

RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMINDAH BARANG ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 16, No. 1, Mei 2016: 1-100 RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMINDAH BARANG Anhar Khalid (1), H. Raihan (1) (1) Stap Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Design For Assembly adalah proses perancangan produk menjadi lebih mudah untuk dirakit serta memudahkan proses pembuatan dari kumpulan beberapa komponen / part untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah otomasi merupakan mata kuliah wajib pada program S-1 Produksi dan Perancangan, Departemen Pendidikan Teknik Mesin. Mata kuliah ini perlu dipelajari mahasiswa

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PNEUMATIK ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR

PERANCANGAN SISTEM PNEUMATIK ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR PERANCANGAN SISTEM PNEUMATIK ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: DWI

Lebih terperinci

Simulasi Sistem Pengering Kain dengan Deteksi Pengeluaran Air pada Mesin Sentrifugal Extractor menggunakan Sistem Variable Speed Drive

Simulasi Sistem Pengering Kain dengan Deteksi Pengeluaran Air pada Mesin Sentrifugal Extractor menggunakan Sistem Variable Speed Drive Simulasi Sistem Pengering Kain dengan Deteksi Pengeluaran Air pada Mesin Sentrifugal Extractor menggunakan Sistem Variable Speed Drive Disusun oleh: Nama : Fredy Herman Pujiadi NRP : 0422124 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015

DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015 Disusun Oleh : Nama : Ananda Mauludi Rachman Npm : 20411691 Jurusan : Teknik Mesin

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI

PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI Anita Hidayati, Pembuatan Aplikasi Penjadwalan, Hal 171-180 PEMBUATAN APLIKASI OTOMASI PENJADWALAN UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN INDUSTRI Anita Hidayati 15 Abstrak Ketersediaan dan kesiapan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan cepatnya perubahan yang terjadi di dunia usaha. Perusahaan dituntut untuk terus melakukan inovasi terhadap produk yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMBUATAN LENGAN PROTOTIPE FRONT SHOVEL DENGAN PNEUMATIC

TUGAS AKHIR PEMBUATAN LENGAN PROTOTIPE FRONT SHOVEL DENGAN PNEUMATIC TUGAS AKHIR PEMBUATAN LENGAN PROTOTIPE FRONT SHOVEL DENGAN PNEUMATIC Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

DESIGN FOR MANUFACTURING

DESIGN FOR MANUFACTURING DESIGN FOR MANUFACTURING Design for Manufacturing (DFM) : Merupakan salah satu dari metoda Design for X (DFX) dimana X mungkin berhubungan dengan satu dari lusinan kriteria seperti reliability, robustness,

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Pengertian Filter Secara umum filter adalah alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran dari oli. Kotoran yang disaring dalam filter timbul akibat debu yang masuk dari lubang

Lebih terperinci

PENGATURAN LEVEL PADA TANGKI LATEKS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK (Aplikasi PT.Medisafe Technologies) O L E H. Erwin Sitanggang Nim.

PENGATURAN LEVEL PADA TANGKI LATEKS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK (Aplikasi PT.Medisafe Technologies) O L E H. Erwin Sitanggang Nim. PENGATURAN LEVEL PADA TANGKI LATEKS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK (Aplikasi PT.Medisafe Technologies) O L E H Erwin Sitanggang Nim. 02 5203 005 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PELUBANG PLAT PNEUMATIK UNTUK PAHAT BENTUK LINGKARAN DAN SEGI ENAM TUGAS AKHIR

MODIFIKASI MESIN PELUBANG PLAT PNEUMATIK UNTUK PAHAT BENTUK LINGKARAN DAN SEGI ENAM TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI MESIN PELUBANG PLAT PNEUMATIK UNTUK PAHAT BENTUK LINGKARAN DAN SEGI ENAM TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya JAMALUDIN ISNAN

Lebih terperinci

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Pernahkah kalian memperhatikan orang yang mengganti ban mobil yang bocor dengan ban yang baru? Orang tersebut cukup menggunakan dongkrak hidrolik untuk mengangkat

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI STOK BARANG DIVISI PENJUALAN MORNING COFFE YOGYAKARTA. Skripsi

ANALISIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI STOK BARANG DIVISI PENJUALAN MORNING COFFE YOGYAKARTA. Skripsi ANALISIS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI STOK BARANG DIVISI PENJUALAN MORNING COFFE YOGYAKARTA Skripsi disusun oleh Anita Manik 09.22.1079 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT DAN PEMOTONG DAGING BUAH NANAS SEMI OTOMATIS DENGAN PENGGERAK PNEUMATIK KAPASITAS 12 BUAH/MENIT

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT DAN PEMOTONG DAGING BUAH NANAS SEMI OTOMATIS DENGAN PENGGERAK PNEUMATIK KAPASITAS 12 BUAH/MENIT RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT DAN PEMOTONG DAGING BUAH NANAS SEMI OTOMATIS DENGAN PENGGERAK PNEUMATIK KAPASITAS 12 BUAH/MENIT LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nama : Hakim Abdau NIM : Pembimbing : Nur Indah. S. ST, MT.

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nama : Hakim Abdau NIM : Pembimbing : Nur Indah. S. ST, MT. LAPORAN TUGAS AKHIR Perancangan Alat Simulasi Mesin Pneumatik Pemadat Sampah Plastik Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

ANALISA ALAT PNEUMATIK MESIN PEMOTONG SPON / GASKET DENGAN TEKANAN 60 PSI

ANALISA ALAT PNEUMATIK MESIN PEMOTONG SPON / GASKET DENGAN TEKANAN 60 PSI ANALISA ALAT PNEUMATIK MESIN PEMOTONG SPON / GASKET DENGAN TEKANAN 60 PSI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana Pada Program studi Strata I Fakultas Teknik Mesin

Lebih terperinci

Di era kiwari efisiensi tidak saja dilakukan terhadap (Desain) Arsitektur atau gedung sebagai sistem secara mandiri, namun harus dilakukan pula

Di era kiwari efisiensi tidak saja dilakukan terhadap (Desain) Arsitektur atau gedung sebagai sistem secara mandiri, namun harus dilakukan pula METODA PERANCANGAN ARSITEKTUR II SEMESTER GENAP 2014/ 2015 PERTEMUAN KETIGA + DUKUNGAN MULTIMEDIA + DISKUSI PENDALAMAN PROSES ARSITEKTUR SEBAGAI SISTEM (DAUR HIDUP GEDUNG) (PROSES) ARSITEKTUR sebagai SISTEM

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 13 Praktikum Pneumatik

Mekatronika Modul 13 Praktikum Pneumatik Mekatronika Modul 13 Praktikum Pneumatik Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan praktikum Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai penerapan komponen Pneumatik

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN PERANCANGAN PRODUK SMART LIGHT MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY BOOTHROYD-DEWHURST

USULAN PERBAIKAN PERANCANGAN PRODUK SMART LIGHT MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY BOOTHROYD-DEWHURST USULAN PERBAIKAN PERANCANGAN PRODUK SMART LIGHT MENGGUNAKAN METODE DESIGN FOR ASSEMBLY BOOTHROYD-DEWHURST Arief Irfan Syah Tjaja, Rochmat Puji Astomo, Rispianda Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Komponen Sistem Pneumatik

Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik System pneumatik terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Beberapa tingkatan membentuk lintasan kontrol untuk

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH PROSES KERJA SISTEM HYDRAULIC PADA FORKLIFT TIPE DIESEL 115 PS DI PT. TRAKTOR NUSANTARA Nama : Rachmad Hidayat NPM : 29411104 Jurusan

Lebih terperinci

Rekayasa rancang bangun sistem pemindahan material otomatis dengan sistem elektro-pneumatik

Rekayasa rancang bangun sistem pemindahan material otomatis dengan sistem elektro-pneumatik Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 1, Juni 2008 (42 47) Rekayasa rancang bangun sistem pemindahan material otomatis dengan sistem elektro-pneumatik Riccy Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Agus Dendi Rachmatsyah* 1 1,2. Program Studi Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang * 1

Agus Dendi Rachmatsyah* 1 1,2. Program Studi Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang   * 1 Perancangan Sistem Informasi Perpustakaan dengan PHP dan My SQL di SMAN1 Pangkalpinang LIBRARY INFORMATION SYSTEM DESIGN WITH PHP AND MY SQL IN SMAN1 PANGKALPINANG Agus Dendi Rachmatsyah* 1 1,2 Program

Lebih terperinci

4.4 Elektro Pneumatik

4.4 Elektro Pneumatik 4.4 Elektro neumatik 4.4. endahuluan neumatik mempunyai peranan yang penting dalam industri modern, penggunaannya meningkat seiring dengan perkembangan teknologi di dunia industry, khususnya di bidang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES.

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES. PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES Arlis Yuniarso Program Studi Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro Semarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK INSTRUMENTASI INDUSTRI

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK INSTRUMENTASI INDUSTRI KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK INSTRUMENTASI INDUSTRI Kompetensi Keahlian: - Teknik Instrumentasi Gelas - Teknik Instrumentasi Logam - Kontrol Proses - Kontrol Mekanik Kompetensi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL OTOMASI II ISBN :

SEMINAR NASIONAL OTOMASI II ISBN : PERANCANGAN ULANG PART BERDASARKAN METODE BOOTHROYD- DEWHURST DAN USULAN TATA LETAK STASIUN PERAKITAN PRODUK KOMPOR JENIS NGETL 10-50 (Studi Kasus di PT. Nayati Indonesia) Thedy Yogasara dan Febri Silviani

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN SISTEM HIDROLIK DAN PNEUMATIK

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN SISTEM HIDROLIK DAN PNEUMATIK PENGERTIAN DAN PERBEDAAN SISTEM HIDROLIK DAN PNEUMATIK Sistem Pneumatik adalah sebuah teknologi yang memanfaatkan udara terkompresi untuk menghasilkan efek gerakan mekanis. Karena menggunakan udara terkompresi,

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN INSTRUMENTASI INDUSTRI

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN INSTRUMENTASI INDUSTRI KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN INSTRUMENTASI INDUSTRI Kompetensi Keahlian: - Teknik Instrumentasi Gelas - Teknik Instrumentasi Logam - Kontrol Proses - Kontrol Mekanik Kompetensi Menguasai

Lebih terperinci

KONTRIBUSI ERGONOMI UNTUK RANCANGAN PERAKITAN

KONTRIBUSI ERGONOMI UNTUK RANCANGAN PERAKITAN JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, NO. 1, Hal. 47-62 ISSN 1410-5004 KONTRIBUSI ERGONOMI UNTUK RANCANGAN PERAKITAN Bernadus Kristyanto dan Parama Kartika Dewa SP INTISARI Persoalan umum yang sering

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh LUSI ASTRI TANJUNG PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK PARABOLA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT, AXIOMATIC DESIGN, DAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY PADA PT. BINTANG PERSADA SATELIT TUGAS SARJANA

Lebih terperinci

Penataan Ulang Layout area Rekondisi Komponen Engine Guna Mencapai Efisiensi Proses Kerja Di Workshop PT. X Balikpapan

Penataan Ulang Layout area Rekondisi Komponen Engine Guna Mencapai Efisiensi Proses Kerja Di Workshop PT. X Balikpapan Penataan Ulang Layout area Rekondisi Komponen Engine Guna Mencapai Efisiensi Proses Kerja Di Workshop PT. X Balikpapan Syahruddin, S.Pd. MT Jurusan Teknik Mesin Alat Berat Politeknik Negeri Balikpapan

Lebih terperinci

Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike

Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike Penerapan Metoda Design for Manufacture and Assembly pada Handle Transformer Hand Bike Rifko Rahmat Kurnianto 1,a, Agung Wibowo 2,b *, Tri Prakosa 3,c Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknik Mesin

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR

PROSES PRODUKSI ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR PROSES PRODUKSI ALAT PRAKTIKUM RUBBISH COMPACTOR PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: GUSTAF TAUFIQUL KANDZULINA

Lebih terperinci

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift Poniman / TAB / 0420120068 Yulius Anggi Setiawan / TAB / 0420120075 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara 14330, Telp.0216519555,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : DJUANGGA NOER BRIEZENDA

SKRIPSI. Oleh : DJUANGGA NOER BRIEZENDA PERANCANGAN DAN PERAKITAN RANGKA SEPEDA BALAP YANG ERGONOMIS SKRIPSI Oleh : DJUANGGA NOER BRIEZENDA 0732010021 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER ( PROSES PRODUKSI )

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER ( PROSES PRODUKSI ) PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER ( PROSES PRODUKSI ) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: DRAJAT

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PADA LINE FLY WHEEL DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT XYZ TUGAS AKHIR. Supriatin

ANALISIS PROSES PADA LINE FLY WHEEL DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT XYZ TUGAS AKHIR. Supriatin ANALISIS PROSES PADA LINE FLY WHEEL DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT XYZ TUGAS AKHIR Supriatin 1128003023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkembangnya di dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini, berbagai macam kebutuhan di dunia industri sangat diperlukan suatu alat kontrol

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU. Rahmat Hadi Sukarno ( ) Ir. Hari Subiyanto, MSc. DENGAN SISTEM PNEUMATIK

MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU. Rahmat Hadi Sukarno ( ) Ir. Hari Subiyanto, MSc. DENGAN SISTEM PNEUMATIK BIDANG STUDI TEKNIK PRODUKSI MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU DENGAN SISTEM PNEUMATIK Oleh : Rahmat Hadi Sukarno ( 2106.030.048 ) Dosen Pembimbing : Ir. Hari Subiyanto, MSc. PROGRAM STUDI D III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada Perancangan alat deteksi dengan sistem pneumatik ini menggunakan dasar perancangan dari buku dasar perancangan teknik mesin, teori ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Hidrolik Hidrolika adalah ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan keseimbangan zat cair. Pada penggunaan secara tekni szat cair dalam industri, hidrolika

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA AKADEMIS AMIK ASM LAKSI 31

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA AKADEMIS AMIK ASM LAKSI 31 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA AKADEMIS AMIK ASM LAKSI 31 Inayatulloh Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Binus University Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

Penerapan DFMA untuk Low Cost High Customization Product

Penerapan DFMA untuk Low Cost High Customization Product Performa (017) Vol. 16, No.1: 1-8 Penerapan DFMA untuk Low Cost High Customization Product Ilham Priadythama 1), Susy Susmartini ), dan Alviandi Wahyu Nugroho 3) 13) Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang bergerak cepat dalam perkembangannya. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang bergerak cepat dalam perkembangannya. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan perkembangan teknologi sangatlah pesat, kebutuhan akan kemudahan pengoperasian atau perawatan suatu mesin otomasi sangat diperlukan dan dibutuhkan adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya manusia hidup tidak jauh dari alat pembantu atau lebih jelasnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya manusia hidup tidak jauh dari alat pembantu atau lebih jelasnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia hidup tidak jauh dari alat pembantu atau lebih jelasnya dikenal dengan mesin untuk menjalani setiap kegiatan dan kebutuhan. Ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang juga diiringi dengan laju pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan manusia dalam hal ketersediaan energi perlu ditingkatkan pula.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Produk Meja Komputer LEX - 941 Sistem yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sistem perakitan komponen-komponen yang menyusun sebuah meja komputer (LEX 941).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern membuat seluruh kalangan masyarakat kini sudah merubah gaya hidupnya mengikuti perkembangan zaman juga, dari mulai mengikuti

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA 1.1 Implementasi 1.1.1 Sistem Gerbang Bendungan Perancangan Kontrol otomatis sistem bendungan menggunakan Programble logic Control (PLC) sebagai alat pengendali yang menggerakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER

PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER PEMBUATAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER (DRAWING DESIGN) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun oleh: ADHITYA SETYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur zaman sekarang telah berkembang pesat yang membuat perusahaan di tuntut untuk memiliki daya saing yang baik dari sisi kualitas

Lebih terperinci

PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK SPRING BED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN DESIGN FOR MANUFACTURING

PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK SPRING BED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN DESIGN FOR MANUFACTURING PERBAIKAN RANCANGAN PRODUK SPRING BED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN DESIGN FOR MANUFACTURING AND ASSEMBLY (DFMA) DI PT OCEAN CENTRA FURNINDO TUGAS SARJANA Diajukan untuk

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tentu membutuhkan sumber

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tentu membutuhkan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya tentu membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam hal ini karyawan memiliki

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

LOGO (STM 227) 2 SKS : 1 TEORI 1 PRAKTEK. Febrianto Amri R., ST

LOGO (STM 227) 2 SKS : 1 TEORI 1 PRAKTEK. Febrianto Amri R., ST LOGO OTOMASI PRODUKSI (STM 227) 2 SKS : 1 TEORI 1 PRAKTEK Febrianto Amri R., ST KEGIATAN PERKULIAHAN TEORI Tatap Muka Kompetensi Dasar Materi Dasar Sumber Bahan 1 Pengertian dan konsep otomasi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur saat ini saling berkompetisi untuk menjadi industri yang terbaik dari segala segi. Baik kualitas maupun kuantitas dari produk

Lebih terperinci

Desain Media Pembelajaran Sistem Kontrol Elektropneumatik Berbasis Programmable Logic Controller

Desain Media Pembelajaran Sistem Kontrol Elektropneumatik Berbasis Programmable Logic Controller Desain Media Pembelajaran Sistem Kontrol Elektropneumatik Berbasis Programmable Logic Controller Wachid Yahya Politeknik Indonusa Surakarta Surakarta, 5718, Indonesia wachidyahya@poltekindonusa.ac.id Abstract.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SPON/GASKET SISTEM PNEUMATIK

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SPON/GASKET SISTEM PNEUMATIK RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SPON/GASKET SISTEM PNEUMATIK TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana Pada Program studi Strata I Fakultas Teknik Mesin Universitas Wijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang industri terdapat tiga bagian proses yang berperan sangat penting yaitu : 1) Proses manufaktur, 2) Proses produksi, dan 3) Proses pemantauan produksi.

Lebih terperinci

ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PROTOTIPE MESIN PEMISAH SAMPAH MATERIAL FERROMAGNETIK DAN NON FERROMAGNETIK

ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PROTOTIPE MESIN PEMISAH SAMPAH MATERIAL FERROMAGNETIK DAN NON FERROMAGNETIK ANALISIS DESIGN FOR ASSEMBLY (DFA) PADA PROTOTIPE MESIN PEMISAH SAMPAH MATERIAL FERROMAGNETIK DAN NON FERROMAGNETIK Rifki Ilyandi 1, Dodi Sofyan Arief 2, Tekad Indra Pradana Abidin 3 Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI PURWARUPA ELECTRIC MONOWHEEL

PROSES PRODUKSI PURWARUPA ELECTRIC MONOWHEEL PROSES PRODUKSI PURWARUPA ELECTRIC MONOWHEEL PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : YEHEZHKIEL YESAN PERDANA PUTRA NIM. I 8110045 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia perindustrian, baik industri kecil maupun industri besar, pasti membutuhkan perencanaan tata letak yang baik. Begitu pula dengan tempat budidaya jamur di CV. Citi Mandiri Agritech.

Lebih terperinci