BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional"

Transkripsi

1 BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2011 : 36), manajemen operasional adalah kumpulan aktivitas yang menhasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di seluruh organisasi. Untuk menghasilkan barang dan jasa, organisasi akan menjalankan 3 fungsi yaitu : 1. Marketing, sebagai pengumpul permintaan. 2. Production/Operation, sebagai pembuat/pengadaan produk. 3. Finance/Accounting, sebagai pelacak seberapa baik organisasi dalam melakukan pembayaran tagihan dan pengumpulan uang. Ada empat alasan mempelajari manajemen operasional, menurut Heizer dan Render (2011 : 38), yaitu: 1. Manajemen operasional adalah salah satu dari tiga fungsi utama menjalankan organisasi dan berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lain. Mengetahui bagaimana aktivitas manajemen operasional berjalan sangat penting, karena seluruh organisasi akan memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan memproduksi (mengoperasikan). Kita juga perlu mempelajari bagaimana orang-orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan yang produktif. 2. Mempelajari manajemen operasional karena ingin mengetahui bagaimana barang dan jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang membuat produk dan jasa yang akan digunakan. 3. Mempelajari manajemen operasional untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasional. Dengan memahami apa yang dilakukan, kita dapat mengkaji lebih dalam mengenai keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer dalam bidang ini. 4. Mempelajari manajemen operasional karena di dalam sebuah organisasi, fungsi manajemen operasional yang paling banyak menghabiskan biaya. Tetapi manajemen operasional memberikan 13

2 14 peluang untuk meningkatkan keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat Peramalan Heizer dan Render (2011 : 136) menyatakan bahwa, seni atau ilmu untuk memperkirakaan kejadian di masa depan disebut dengan peramalan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikan ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Perusahaan melakukan perkiraan atau peramalan besarnya permintaaan pelanggan akan produknya dengan tujuan, untuk mengurangi resiko atau ketidakpastian yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Russell dan Taylor (2011 : 497) menyatakan bahwa, banyaknya persediaan yang dibutuhkan, banyaknya produk yang harus dibuat dan banyaknya material yang harus dibeli dari supplier akan ditentukan dengan meramalkan permintaan produk, yang bertujuan untuk mencapai kebutuhan pelanggan yang sudah diramalkan. Oleh karena itu, peramalan untuk permintaan produk adalah dasar keputusan perencanaan yang paling penting dengan tujuan menghindari persediaan dalam jumlah dan biaya yang besar untuk mengatisipasi ketidakpastian permintaan oleh pelanggan. Kegunaan peramalan pada umumnya adalah sebagai alat bantu dalam perencanaan yang efektif dan efesien, menentukan kebutuhan sumber daya di masa mendatang dan juga sebagai bahan pengambilan keputusan yang tepat. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan ditentukan oleh ketetapan ramalan yang dibuat. Tetapi perlu diketahui bahwa ramalan selalu ada unsur kesalahan, sehingga yang perlu diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kesalahan dari ramalan tersebut Jenis-jenis Peramalan Berdasarkan Heizer dan Render (2011 : 137), setiap organisasi terdapat tiga tipe peramalan yang utama dalam percencanaan operasional di masa depan yaitu : 1. Peramalan Ekonomi (Economic Forecast)

3 15 Menjelaskan bahwa siklus bisnis dengan mempredikasi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan Teknologi (Technological Forecast) Memperhatikan bahwa tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 3. Peramalan Permintaan (Demand Forecast) Merupakan proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia serta mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan. Heizer dan Render (2011 : 136), juga menyatakan bahwa peramalan bisa diklasifikasi berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Horizon waktu tersebut terbagi menjadi beberapa kategori yaitu : 1. Peramalan Jangka Pendek (Short-range Forecast) : dimana jangka waktu peramalan ini hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan, yang digunakan untuk merencanakan pembelian, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, penjadwalan kerja dan tingkat produksi. 2. Peramalan Jangka Menengah (Medium-range Forecast) : dimana jangka waktu peramalan ini mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun, yang digunakan untuk merencanakan penjualan, anggaran kas, perencanaan dan anggaran produksi serta menganalisis bermacam-macam rencana operasional. 3. Peramalan Jangka Panjang (Long-range Forecast) : dimana jangka waktu peramalan ini umumnya untuk perencanaan tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, lokasi atau pengembangan fasilitas, pembelanjaan modal, serta penelitian dan pengembangan.

4 Pendekatan dalam Peramalan Menurut Heizer dan Render (2011 : 141), dalam peramalan terdapat dua pendekatan umum yaitu : 1. Peramalan Kuantitatif (Quantitative Forecast) Untuk meramalkan permintaan dengan menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variable sebab akibat. 2. Peramalan Kualitatif (Qualitative Forecast) Untuk meramalkan permintaan dengan menggabungkan faktor seperti intuisi, pengalaman pribadi, emosi, dan sistem nilai pengambilan keputusan Proses Peramalan (Forecasting) Menurut Russel dan Taylor (2011 : 502) peramalan adalah proses yang berkelanjutan yang tidak hanya sekedar mengidentifikasi dan menggunakan metode untuk menghitung perkiraan secara numerik permintaan dimasa yang mendatang, tetapi membutuhkan pemantauan konstan dan penyesuaian yang diilustrasikan oleh langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan peramalan. 2. Menggumpulkan data historis. 3. Menempatkan data dan mengidentifikasi pola. 4. Pilih model prediksi yang sepertinya tepat untuk data. 5. Mengembangkan/menghitung perkiraan untuk periode data historis. 6. Periksa akurasi peramalan dengan satu atau lebih ukuran. 7. Apakah akurasi peramalan dapat diterima? 8. a. Jika Ya, Ramalkan lebih dari horizon perencanaan. b. Jika Tidak, Pilih model perkiraan baru atau sesuaikan dengan parameter model yang sudah ada. 9. Sesuaikan peramalan berdasarkan informasi kualitatif tambahan dan wawasan. 10. Memantau hasil dan mengukur akurasi peramalan.

5 Metode Peramalan Heizer dan Render (2011 : ), menyatakan terdapat metodemetode peramalan kuantitatif, terdiri dari : 1. Pendekatan Naif (Naive Method) Merupakan teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan pada periode terakhir. Metode ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya, untuk beberapa jenis produk. 2. Rata-rata Bergerak (Moving Average) Merupakan teknik peramalan yang menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan periode berikutnya. Metode ini berguna dengan kita mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan perdiksi permintaan periode mendatang) dinyatakan dengan : Rata-rata bergerak = Permintaan dalam periode n sebelumnya n Keterangan : n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 3. Rata-rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted-Moving Average) Bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nila terkini, pada saat terdapat pola yang terdeteksi yang membuat metode ini lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Tidak ada rumus untuk menetapkan pemilihan bobot. Pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman Rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara matematis, yaitu: Rata-rata bergerak dengan Pembobotan = (Bobot periode n ) (Permintaan dalam periode n ) Bobot Keterangan : n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.

6 18 4. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Merupakan teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan di mana titik-titik data dibobotkan oleh fungsi eksponensial. Metode ini merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan yang menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan dengan : Peramalan Baru = Peramalan Periode Terakhir + α (Permintaan sebenarnya Periode Terakhir - Peramalan Periode Terakhir) Dimana α adlah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan diatas juga dapat ditulis sebagai berikut : F t = F t-1 + α (A t-1 - F t-1 ) Keterangan : F t = peramalan baru. F t-1 = peramalan sebelumnya. α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 α 1). A t-1 = permintaan aktuan periode lalu. Prediksi terakhir untuk permintaan sama dengan prediksi lama, disesuaikan dengan sebagian diferensiasi permintaan aktual periode lalu dengan prediksi lama. Metode ini mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis, tetapi nilai yang tepat untuk kontanta penghalusan, α, dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih saat rata-rata cenderung berubah dan nilai α yang rendah digunakan saat rata-rata cukup stabil dengan tujuan untuk mendapatkan peramalan yang paling akurat.

7 19 5. Penghalusan Eksponensial dengan Tren (Exponential Smoothing with Trend) Merupakan penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon pada tren yang ada, dengan menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk keterlambatan (lag) positif atau negatif pada tren, sehingga estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk ratarata dan β untuk tren. Kemudian, menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. F t = α (A t-1 ) + (1 - α) (F t-1 + T t-1 ) T t = β (F t + F t-1 ) + (1 - β)t t-1 Keterangan : F t = peramalan baru dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t. T t = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t. A t = permintaan aktual pada periode t. α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 α 1). β = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 β 1). Jadi, terdapat tiga langkah menghitung peramalan yang disesuaikan dengan tren, yaitu : 1) Menghitung F t peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t, menggunakan persamaan F t. 2) Menhitung tren yang dihaluskan, T t menggunakan persamaan T t. 3) Menghitung peramalan dengan tren, FIT, dengan rumus : FIT t = F t + T t

8 20 6. Regresi Linear (Linear Regression) Merupakan teknik peramalan yang mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression yaitu : Dimana : ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi. a = persilangan sumbu y. b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x). x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu). Penentuan nilai a dan b, akan dijelaskan pada rumus dibawah ini: Dimana : b = kemiringan garis regresi. = tanda penjumlahan total. x = nilai variable bebas yang diketahui. y = nilai variable terkait yang diketahui. Dimana : = rata-rata nilai x. = rata-rata nilai y.

9 Mengukur Kesalahan Peramalan Heizer dan Render (2011 : 145), menyatakan keakuraratan keseluruhan dari setiap metode peramalan, dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai aktual atau nilai yang sedang diamati. Jika F t melambangkan peramalan pada periode t, dan A t melambangkan permintaan aktua pada periode t, maka kesalahan peramalannya (deviasi) adalah sebagai berikut : Kesalahan peramalan = Permintan Aktual - Nilai Peramalan = A t - F t Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Pengukuran kesalahan peramalan adalah diantarnya adalah : 1. Mean Absolute Deviation - MAD (Deviasi Rata-Rata Absolut) MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari setiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). Rumus untuk menghitung MAD adalah : MAD = Ʃ aktual - peramalan n 2. Mean Squared Error - MSE (Kesalahan Rata-Rata Kuadrat) MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan nilai yang diamati. Rumus untuk menghitung MAD adalah : MSE = Ʃ kesalahan peramalan 2 n

10 Persediaan Heizer dan Render (2011 : 500), menyatakan 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan perusahaan adalah persediaan, oleh karena itu persediaan merupakan salah satu aset termahal dalam perusahaan. Persediaan adalah stok atau barang toko (Stevenson (2011 : 549)). Menurut Rahadi, Musadieq dan Susilo (2014 : 3), persediaan adalah simpanan bahan, baik bahan baku, bahan pembantu, bahan setengah jadi, bahan jadi, maupun bahan lain-lain, untuk kebutuhan yang akan datang. Setiap perusahan selalu memerlukan persediaan Penyimanan ini dilakukan perusahaan untuk menghindari resiko tidak terpenuhinya keinginan pelanggan atau konsumen. Chase and Jacobs (2011 : 594) menjelaskan bahwa persediaan adalah stok atau sumber yang digunakan dalam sebuah organisasi, yang diatur dalam sebuah sistem pengendalian yaitu seperangkat kebijakan dan pengendalian yang memantau tingkat persediaan dan menentukan tingkat apa yang harus dipertahankan, ketika stok harus diisi kembali dan berapa besar pesanan yang seharusnya. Ruauw (2011 : 1) menjelaskan bahwa, kegagalan pengendalian persediaan akan menyebabkan kegagalan dalam memperoleh laba. Oleh karena itu penting bagi setiap perusahaan mengadakan pengendalian persediaan untuk memperoleh tingkat persediaan optimal dengan menjaga keseimbangan antara biaya persediaan yang terlalu banyak dengan biaya persediaan terlalu sedikit Fungsi Persediaan Terdapat empat fungsi persediaan menurut Heizer dan Render (2011 : 500) yaitu : 1. Memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi atau disebut juga dengan "decouple" 2. Melakukan "decouple" perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persedian barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. 3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang. 4. Melindungi dari inflasi dan kenaikan harga.

11 23 Selain itu Deitiana (2011 : 186) menjelaskan manajemen persediaan mempunyai tiga fungsi, yaitu menyelaraskan antara produksi dan distribusi, antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi, serta pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian. Selain itu, persediaan juga memiliki fungsi untuk melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi dengan fleksibel, antara lain untuk : 1. Memberikan stok agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi. 2. Menyeimbangkan produksi dan distribusi. 3. Memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon. 4. Hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu dan ketidaktepatan pengiriman. 6. Menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses (work in process) Tujuan Persediaan Menurut penjelasan Chase dan Jacobs (2011 : 595), setiap perusahaan menyimpan pasokan persediaan dengan alasan yaitu untuk : 1. Menjaga independensi operasi. Dengan adanya persediaan akan memangkas waktu kerja sehingga dapat mengkompensasi waktu kerja yang lama. 2. Memenuhi variasi pada permintaan produk. Permintaan biasanya tidak sepenuhnya diketahui secara pasti, dan persediaan pengaman harus dijaga untuk mengantisipasi variasi. 3. Memungkinkan fleksibilitas dalam jadwal produksi. Tekanan pada sistem produksi untuk mengelurkan barang jadi dapat diringankan dengan stok persediaan. Hal ini menyebabkan waktu tunggu (lead time) yang lebih lama, sehingga memungkinkan perencanaan prosuksi untuk alur yang lebih halus dan operasi rendah biaya melalui prosuksi lot-size yang lebih besar. 4. Menyediakan perlindungan bagi variasi dalam waktu pengiriman bahan baku.

12 24 Penundaan dapat terjadi pada saat bahan baku dipesan dari vendor dengan beberapa alasan antara lain : kekurangan bahan baku di pabrik vendor yang menyebabkan backlogs, pemogokan tak terduga pada pabrik vendor atau perusahaan ekspedisi, pesanan yang hilang atau kiriman bahan baku yang salah atau rusak, serta variasi normal dalam waktu pengiriman. 5. Mengambil keuntungan ekonomi dari ukuran pesanan pembelian. Dalam melakukan pemesanan terdapat biaya antara lain : tenaga kerja, panggilan telepon, pengetikan, ongkos kirim dan lain sebagainya. Oleh karena itu, semakin besar pemesanan dilakukan, maka semakin kecil pemesanan yang harus ditulis. Selain itu, biaya pengiriman (shipping cost) mendukung pemesanan yang lebih besar, karena besarnya pengiriman akan mempengaruhi biaya per unit Jenis-jenis Persediaan Heizer dan Render (2011 : 501) menyebutkan bahwa perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan dalam mengakomodasi fungsifungsi persediaan, yang terdiri dari : 1. Raw Material Inventory (Persediaan bahan baku yang telah dibeli, tetapi belum diproses) Jenis persediaan ini melakukan decouple (pemisahan) pemasok dari proses produksi dan pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisah. 2. Work in Process - WIP Inventory (Persediaan barang setengah jadi) Pada jenis persediaan ini, bahan baku telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena terdapat waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). Persediaan akan berkurang jika mengurangi waktu siklus. 3. Maintenance, Repair, Operating - MRO (Pemeliharaan, Perbaikan, Operasi) Pada jenis ini, persediaan yang telah disediakan digunakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi untuk menjaga agar

13 25 mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada karena tidak diketahuinya kebutuhan dan waktu untuk pemeliharaan serta perbaikan dari beberapa perlengkapan. 4. Persedian barang jadi Pada jenis persediaan ini, barang jadi merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menuju pengiriman dan dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui Biaya-biaya dalam Persediaan Menurut Heizer dan Render (2011 : 506), pada saat mengevaluasi masalah persediaan, terdapat biaya-biaya yang perlu diperhitungan, diantaranya : 1. Biaya Pemesanan (ordering cost) yaitu total biaya pemesanan dan pengadaan barang sampai siap untuk dipergunakan atau diproses lebih lanjut, yang mencakup biaya-biaya persediaan, formulir, proses pemesanan, pembelian dan dukungan administrasi dan sebagainya. 2. Biaya penyetelan (setup cost) yaitu biaya yang ada pada saat mempersiapkan sebuah mesin/proses untuk membuat pesanan. Pemesanan dan pembayaran elektronik merupakan salah satu cara untuk menurunkan biaya pemesanan serta biaya penyetelan. 3. Biaya penyimpanan (holding cost) yaitu biaya yang berhubungan dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu, yang juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, contohnya asuransi, pegawai tambahan dan pembayaran bunga Manajemen dan Pengendalian Persediaan Menurut Stevenson (2009 : 549) Manajemen persediaan adalah kegiatan utama manajemen operasional. Manajemen persediaan yang baik adalah penting untuk keberhasilan operasi dari sebagaian besar bisnis dan rantai pasokan mereka. Bagian Operasi, Pemasaran dan Keuangan memiliki

14 26 kepentingan dalam manajemen persediaan yang baik. Manajemen Persediaan yang buruk akan menghambat operasi, mengurangi kepuasan pelanggan dan meningkatkan biaya operasi. Konsep mengelola persediaan sangat penting diterapkan oleh perusahaan agar tujuan efesiensi dapat tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara dalam mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat dengan biaya yang optimal yaitu dengan manajemen persediaan. Manajemen persediaan melakukan pengelolaan persediaan dengan tujuan tercapainya keseimbangan antara investasi persediaan dengan tingkat pelayanan konsumen, melalui pengurangan biaya persediaan dengan menurunkan tingkat persediaan, tetapi kebutuhan konsumen tetap terpenuhi. Hal-hal yang mempengaruhi tingkat persediaan adalah mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tegang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan. Salah satu senjata perusahaan untuk memenangkan keunggulan kompetitif jangka panjang adalah kebijaksanaan manajemen persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah Model Persediaan EOQ (Economic Order Quantity) Menurut Heizer dan Render (2011 : 507), Economic Order Quantity merupakan salah satu teknik kontrol persediaan yang paling terkenal dan tertua, yang meminimalkan total biaya dari pemesanan dan penyimpanan. Teknik kontrol persediaan ini relatif mudah digunakan, tetapi bergantung pada beberapa asumsi : Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen. Waktu tunggu (waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan) diketahui dan konstan. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya, yang berarti persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu. Tidak tersedian diskon kuantitas.

15 27 Biaya variabel hanya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan dalam waktu tertentu. Kekurangan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Heizer dan Render (2011 : 509) menjelaskan secara matematis EOQ memiliki rumus : Dimana : Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ) D = permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S = biaya pemesanan setiap pesanan H = biaya penyimpanan per unit per tahun N = jumlah pemesanan Safety Stock Kehabisan persediaan dapat terjadi karena permintaan produk yang tidak pasti (tidak konstan). Menyimpan unit-unt tambahan dalam persediaan ata disebut juga persediaan pengaman, merupakan salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persedian (Heizer dan Render (2011 : 519)). Menurut Heizer dan Render (2011 : 519), tingkat pelayanan (service level) yaitu komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan, merupakan hal yang mempengaruhi dalam menentukan persediaan pengaman (safety stock). Jika probabilitas kehabisan persediaan adalah 0,05, maka tingkat pelayanan adalah 0,95. Safety stock bertujuan untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan serta biaya stock out

16 28 total, biaya penyimpanan bisa bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock yaitu pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut. Rumus persediaan pengaman (Safety Stock) adalah sebagai berikut : Dimana : Z = Tingkat Kepuasan(diperoleh dari tabel distribusi normal. biasanya, Z = 95%, artinya tingkap pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) σ = Standar Deviasi, dengan rumus : L = Waktu Tunggu (Lead Time) ROP (Reorder Point) Menurut Heizer dan Render (2011 : 512), Reorder Point adalah tingkat persediaan yang menentukan harus melakukan pemesanan kembali. Q* pesanan tiba Kemiringan = unit/hari = d ROP (Unit) Waktu tunggu = L Waktu Sumber : Heizer dan Render (2011 : 512) Gambar 2.1 Titik Pemesanan Ulang (ROP)

17 29 Q* adalah kuantitas pesanan optimum, dan waktu tunggu merupakan waktu antara penempatan pesanan dan peneriman pesanan. ROP memiliki rumus : ROP = (d x L) + Safety Stock Keterangan : ROP d L Safety Stock = Titik ulang pemesanan = Permintaan per hari = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari = Persediaan pengaman EOI (Economic Order Interval) Sistem persediaan periodik (Economic Order Interval) adalah sistem persediaan berbasiskan waktu, yang bergantung kepada periode pemesanan pada waktu tertentu, bukan kepada jumlah sisa persediaaan. Jumlah pesanan bergantung pada pemakaian permintaan selama periode waktu tersebut. Menurut Sarjono H., dan Aryanto R. (2014 : 92), model ini menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level) selama lead time dan interval waktu yang konstan dalam melakukan pemesanan kembali (reorder), tetapi kuantitas produk yang dipesan dapat berubah-ubah (dinamis) hingga mencapai optimum. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan dihitung. Pemesanan dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan persediaan dan jumlahnya tergantung berapa jumlah yang berkurang (maximum inventory level). Berarti, jumlah pesanan didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu melakukan perhitungan. Ada dua parameter yang digunakan yang terdiri dari periode tetap pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E). Secara matematis rumus EOI adalah :

18 30 E = SS + D (T' + L) I = SS + ½(D x T') Q* = E - I TC = PD Dimana : T' = Periode. Co = Biaya Pemesanan. Cc = Biaya Penyimpanan. D = Permintaan. SS = Safety Stock. Z = Tingkat Kepuasan. σ = Standar Deviasi. L = Waktu Tunggu (Lead Time). E = Maximum Inventory Level. I = Average Inventory Level. Q* = Kuantitas Pemesanan. TC = Total Biaya. P = Harga Min-Max Menurut Sarjono H., dan Aryanto R. (2014 : 5), model ini melakukan reorder ketika persedian telah melewati batas minimum dan mendekati batas Safety Stock. Batas minimum (minimum stock) adalah batas tingkat reorder dan batas maksimum (maximum stock) adalah batas ketersediaan perusahaan dalam menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan. Secara matematis min-max memiliki rumus : Min Stock = (DL) + SS Max Stock = (2) (DL) + SS Order (min-max) = Max Stock - Min Stock

19 31 TC = PD Dimana : SS = Safety Stock. D = Permintaan. F = N = Frekuensi Pemesanan. Q* = Kuantitas Pemesanan. L = Waktu Tunggu (Lead Time). TC = Total Biaya. P = Harga. Co = Biaya Pemesanan. Cc = Biaya Penyimpanan Sistem Informasi Menurut O'Brien dan Marakas (2013 : 4), Sistem Informasi dapat terorganisis berupa kombinasi dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Pengertian Sistem Informasi menurut Satzinger et al (2012 : 4), sistem informasi koleksi komponen yang saling terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan koleksi komponen yang saling terkait yang memungkinkan kombinasi orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur menjadi saling terkait sehingga dapat mengumpulkan, memproses, menyimpan, menyediakan dan menyebarkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis.

20 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger et al (2012 : 5), perancangan sistem adalah sekumpulan kegiatan yang memungkinkan seseorang untuk mendefinisikan, menjelaskan dan menetapkan secara rinci bagaimana beberapa komponen dari sistem informasi harus diterapkan. Hal ini bertujuan agar perancangan sistem tersebut memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah yang ada. Dalam perancangan sistem ini dibutuhkan Perancangan sistem berada diurutan ke empat pada proses inti dalam pembangunan berulang (Iterative Development). Dalam bukunya, Satzinger et al (2012 : 8) menyebutkan terdapat 6 proses inti yang mengendalikan dalam pengembangan software yang akan disajikan. Enam proses inti tersebut dan perulangannya antara lain : Sumber : Satzinger et al (2012 : 8) Gambar 2.2 Enam proses inti dan perulangan dalam sebuah projek Pendekatan Object Oriented Menurut Satzinger et al (2012 : 241), pendekatan object oriented merupakan sebuah pendekatan pengembangan sistem yang melihat sistem informasi sebagai sekumpulan dari object-object yang saling berinteraksi yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) terdiri dari dua istilah yaitu Object-Oriented Analysis (OOA) dan Object-Oriented Design (OOD).

21 33 Dimana menurut Satzinger et al (2012 : 241), OOA mengidentifikasi dan mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan use case seperti apa yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dalam sebuah sistem baru. Sedangkan OOD mendefinisikan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat di dalam sistem, menampilkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan suatu tugas-tugas, dan menyempurnakan definisi dari setiap jenis objek sehingga objek tersebut dapat diterapkan dengan bahasa atau lingkungan tertentu Unified Modeling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) adalah serangkaian standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan object oriented, yang didefinisikan oleh Object Management Group (OMG), sebuah organisasi standar untuk pengembangan sistem. (Satzinger et al (2012 : 46)). Dengan menggunakan UML, analis dan pengguna akhir dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram khusus yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem. Sumber : Satzinger et al (2012 : 297) Gambar 2.3 Design models with their respective input requirement models

22 Activity Diagram Sebuah Activity Diagram sebagai workflow diagram sederhana yang menjelaskan berbagai aktivitas-aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan setiap kegiatan dan urutan aliran dari kegiatan mereka. (Satzinger et al (2012 : 57)). Terdapat beberapa simbol-simbol dasar dalam pembuatan sebuah Activity Diagram. Sumber : Satzinger et al (2012 : 58) Gambar 2.4 Activity diagram symbols Use case Diagram Sumber : Satzinger et al (2012 : 59) Gambar 2.5 Activity diagram sederhana

23 35 Use case Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menunjukan berbagai peran user dan bagaimana peran-peran tersebut menggunakan sistem. Sedangkan use case merupakan aktivitas yang diselesaikan oleh sistem (Satzinger et al (2012 : 78)). Tujuan dari use case adalah untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan. Sumber : Satzinger et al (2012 : 81) Gambar 2.6 Use Case sederhana dengan aktor Sumber : Satzinger et al (2012 : 82) Gambar 2.7 Use case diagram dengan beberapa aktor

24 Use Case Description Menurut Satzinger et al (2012 : 121), use case description merupakan deskripsi yang berisi daftar rincian pengolahan untuk use case. Satzinger et al (2012 : 122), menyebutkan dua tingkat detail dalam use case description yang terpisah, yaitu deskripsi singkat, dan deskripsi yang dikembangkan sepenuhnya, penggunaanya tergantung pada kebutuhan seorang analis. Sumber : Satzinger et al (2012 : 123) Gambar 2.8 Use case description Domain Class Diagram Menurut Satzinger et al (2012 : 101), class diagram digunakan untuk menunjukan kelas objek untuk sistem. Salah satu jenis class diagram UML yang menunjukkan hal-hal 'work domain' pengguna, disebut sebagai domain class diagram.

25 37 Sumber : Satzinger et al (2012 : 102) Gambar 2.9 Domain class diagram sederhana Sumber : Satzinger et al (2012 : 110) Gambar 2.10 Domain class diagram System Sequence Diagram System Sequence Diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dengan sistem dalam sebuah use case. (Satzinger et al (2012 : 126)).

26 38 Sumber : Satzinger et al (2012 : 127) Gambar 2.11 System sequence diagram symbols Sumber : Satzinger et al (2012 : 130) Gambar 2.12 System sequence diagram dengan pesan berulang

27 First Cut Domain Class Diagram First cut domain class diagram merupakan pengembangan dari domain class diagram. (Satzinger et al (2012 : 314)) Terdapat dua langkah dalam membuat first cut domain class diagram antara lain : 1. Mengelaborasi nilai pada atribut dengan jenis informasi dari nilai awal 2. Menambahkan panah navigation visibility. Sumber : Satzinger et al (2012 : 314) Gambar 2.13 First cut domain class diagram Multilayer Sequence Diagrams Menurut Satzinger et al (2012 : 345) menjelaskan bahwa system sequence diagram hanya menunjukan interaksi antar sistem dan dunia eksternal yang diwakili oleh aktor, sedangkan Multilayer Sequence Diagrams tidak terlihat lagi object :System. Multilayer Sequence Diagrams terdapat dua objek berupa view layer dan controller. Notasi dalam

28 40 Multilayer Sequence Diagrams hampir sama seperti system sequence diagram hanya saja tidak ada objek :System karena setiap objek berupa view layer dan satu object berupa controller. Sumber : Satzinger et al (2012 : 346) Gambar 2.14 Multilayer sequence diagram Updated Class Diagram Updated Class Diagram adalah pengembangan dari first- cust class diagram dengan menambahkan metode berdasarkan informasi dari urutan diagram yang digunakan sebagai dokumentasi menyeluruh dari class design dan berfungsi sebagai blueprint untuk pemograman sistem. (Satzinger et al (2012 : 351)).

29 41 Sumber : Satzinger et al (2012 : 317) Gambar 2.15 Updated class diagram Communication Diagram Communication Diagram adalah jenis interaksi diagram yang menekankan pada objek yang mengirim dan menerima pesan untuk use case tertentu. (Satzinger et al (2012 : 332)).

30 42 Sumber : Satzinger et al (2012 : 350) Gambar 2.16 Communication diagram symbols Sumber : Satzinger et al (2012 : 350) Gambar 2.17 Communication diagram Package Diagram Package Diagram adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas dalam kelompok terkait, yang digambarkan dalam three-layer design yang meliputi view layer, domain layer dan data access layer (Satzinger et al (2012 : 353)).

31 43 Sumber : Satzinger et al (2012 : 353) Gambar 2.18 Package diagram Entity Relationship Diagram Entity Relationship Diagram adalah diagram yang terdiri dari entitas data berserta hubungannya, yang menjelaskan informasi yang sistem butuhkan. (Satzinger et al (2012 : 98)). Sumber : Satzinger et al (2012 : 98) Gambar 2.19 Entity relationship diagram sederhana

32 44 Sumber : Satzinger et al (2012 : 100) Gambar 2.20 Entity relationship diagram Persistent Object Presistent Object (Object Class) adalah mengidentifikasi sebuah objek dengan memberikan contoh isi dari objek tersebut pada saat objek tersebut dibuat. (Satzinger et al (2012 : 15)). Sumber : Satzinger et al (2012 : 15) Gambar 2.21 List of presistent object (object class) User Interface User Interface adalah antarmuka sistem (tampilan sistem) yang langsung melibatkan pengguna sistem. (Satzinger et al (2012 : 189)).

33 45 Sumber : Satzinger et al (2012 : 203) Gambar 2.22 User interface Deployment Diagram Deployment Diagram adalah diagram yang menunjukkan komponen perangkat keras apa yang digunakan, komponen perangkat lunak apa yang berjalan pada setiap perangkat keras dan bagaimana bagian-bagian yang berbeda terhubung. (Satzinger et al (2012 : 417)). Sumber : Satzinger et al (2012 : 172) Gambar 2.23 Internet deployment of software application

34 Navigation Diagram Navigation Diagram adalah proses pengeluaran (tampilan) sebuah objek pengenal dari satu objek dan menggunakannya untuk akses objek lain (Satzinger et al (2012 : 201)). Sumber : Satzinger et al (2012 : 201) Gambar 2.24 Navigation diagram

35 Kerangka Pemikiran Identifikasi masalah pada perusahaan : PT. Goodrich Global Indonesia Peramalan dengan membandingkan metode : Naive Moving Average Weighted Moving Average Exponential Smoothing Exponential Smoothing with Trend Linear Regression Identifikasi MAD & MSE Paling Kecil Identifikasi Model Persediaan dengan membandingkan model : EOQ EOI Min-Max Perancangan Sistem yang Diusulkan Analisis Perancangan dengan OOAD: Activity Diagram Use Case Diagram Use Case Description Domain Class Diagram System Sequence Diagram First-Cut Class Diagram Multilayer Sequence Diagram Updated Class Diagram Communication Diagram Package Diagram Entity Relationship Diagram Persistent Object User Interface Deployment Diagram Navigation Diagram Sumber : Penulis Gambar 2.25 Kerangka Pemikiran

36 48

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert (2009) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manageyangberarti control. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis saat ini sangatlah ketat, baik dalam pasar lokal maupun pasar global. Setiap perusahaan harus melakukan peningkatan kualitas produk, kecepatan respon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut pendapat Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Daft (2006:216) mendefinisikan manajemen operasi sebagai bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang.artinya kegiatan operasi hanya berfokus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Menurut Robbins dan Coutler (2012:36) manajemen mengacu pada proses

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT. Sebastian Citra Indonesia terkait dengan jumlah penjualan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Marakas dan O Brien (2014: 25) menyebutkan sistem sebagai satu set komponen yang saling terkait, dengan batasan yang jelas, bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007:8), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1Landasan Teori 2.1.1Manajemen Operasional Menurut Heizer danrander (2009:4), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian di era globalisasi ini telah menuntut perusahaan untuk mampu secara tepat memanfaatkan setiap

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Sebenarnya perusahaan sudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan sesuatu, sedangkan proses adalah suatu metode atau cara yang dilakukan. Menurut Assauri

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah bisnis, setiap perusahaan mempunyai cara untuk menjalankan usahanya. Untuk dapat berkembang perlu adanya sebuah inovasi dalam proses bisnisnya. Sejalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Gaol (2008: 5) menyatakan bahwa, Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Persediaan Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Biasanya, banyak dari barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan berhubungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendekatan Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Satzinger, et al (2010, p.6) mengemukakan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang berfungsi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter yang dikutip dalam buku Management 11 th edition (Coulter, Robbins, 2010, p.7) manajemen adalah aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. (Heizer dan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keinginan masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi lebih melambung tinggi dibandingkan keinginan masyarakat untuk naik angkutan umum, menurut website

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, rumah sakit perlu meningkatkan kemampuan manajemennya dengan meningkatkan pengelolaan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT Dinamika Indonusa Prima terkait dengan jumlah permintaan akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Berpegang pada acuan menurut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi kegiatan karya orang lain sehingga kegiatan mereka selesai efisien dan efektif. Efisiensi mengacu pada mendapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pengendalian Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pengendalian Persediaan 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004:176) untuk mengendalikan persediaan maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA Eriani Lestari Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK PT. Delijaya Global Perkasa

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM Jonathan Nandana Pratama Binus University, Jakarta, Indonesia, jonathan_nandanapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coulter (2010:23) mengatakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.2 Peramalan 2.2.1 Pengertian Peramalan Peramalan merupakan gambaran keadaan perusahaan pada masa yang akan datang. Gambaran tersebut sangat penting bagi manajemen perusahaan karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Hubungan Procurement Dan Supply Chain Management 2.2 Procurement

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Hubungan Procurement Dan Supply Chain Management 2.2 Procurement BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply Chain Management adalah pengintegrasian sumber bisnis yang kompeten mencakup perencanaan dan pengelolaan semua aktivitas pengadaan dan logistik serta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Strategi Bisnis, Jurnal Management Strategic, Aug 2015 PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Ardiz Sebastian ardiz.sebastian@gmail.com Mulyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian dari manajemen operasional menurut para ahli, antara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian dari manajemen operasional menurut para ahli, antara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Ada beberapa pengertian dari manajemen operasional menurut para ahli, antara lain: Menurut Jay Heizer dan Berry Rander (2009:4), manajemen operasional adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dibuat untuk mengetahui urutan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan penjadwalan asesoris pada PT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi dan informasi berkembang begitu pesat diikuti dengan tingkat persaingan yang begitu ketat dan tuntutan globalisasi yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Email: iramutiara37@hotmail.com 2 Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Informasi Manajemen 2.1.1 Sistem Informasi Menurut (Marakas & O'Brien, 2014: 25), sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Pendistribusian merupakan salah satu bagian daripada manajemen logistik. Manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai suatu bagian dari proses rantai penyediaan yang berupa rencana,

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen menurut Manullang (2004:5) adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Management Menurut Anton (2010:13), manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manuasia secara efektif, dengan didukung oleh sumber

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki oleh perusahaan dan dipergunakan dalam proses produksi atau dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1) Manajemen operasional Manajemen operasional memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena manajemen operasional sangat berkaitan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan menajemen. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN Aldi Firmansyah Universitas Bina Nusantara, Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat

Lebih terperinci