MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H"

Transkripsi

1 MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN BRAHMANTYO ADINUGROHO. Manajemen Rantai Pasokan (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO) Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan sayuran dalam jumlah yang cukup besar. konsentrasi produksi sayuran di Jawa Barat terdapat di daerah seperti Bandung, Garut, Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Cirebon dan Tasikmalaya. Konsentrasi produksi sayuran yang terdapat di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para produsen untuk memperhatikan pasokan sayuran agar merata ke seluruh daerah di Jawa Barat. Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang berlokasi di Kecamatan Lembang. Dalam memenuhi kebutuhan konsumennya yang berada di daerah Bandung, Jakarta dan sekitarnya, Frida Agro mengelola rantai pasoknya agar sayuran yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen dan ketersediaan sayuran terjaga di pasaran. Penelitian ini melihat pengelolaan rantai pasokan yang telah berjalan pada Frida Agro yang melibatkan mitra taninya dan pihak supermarket. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan konsep Manajemen Rantai Pasokan (MRP), konsep MRP yang digunakan untuk menjabarkan kondisi pengelolaan rantai pasokan mengikuti kerangka kerja FSCN. Penilaian kinerja dilihat dari pelaksanaan kemitraan yang terjalin dalam rantai pasokan, penilaian kinerja kemitraan ini menggunakan analisis kesesuaian atribut. Evaluasi dari penerapan MRP tersebut dapat dijadikan landasan bagi perumusan alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro di masa yang akan datang. Penelitian dilaksanakan di Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Penelitian mengenai manajemen rantai pasokan sayuran tersebut dilaksanakan mulai bulan Agustus-September Pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode purposive sampling. Petani sayuran yang menjadi responden penelitian berjumlah 30 orang, petani ini merupakan mitra dari Frida Agro. Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN) dan analisis kesesuaian atribut. Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan sayuran dengan menggunakan kerangka kerja FSCN akan menganalisis beberapa aspek yakni struktur rantai, sasaran rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai serta kinerja rantai pasokan. Struktur rantai yang terjalin dalam rantai pasokan ini adalah petani mitra Frida Agro, Frida Agro dan supermarket. Sasaran rantai terbagi dalam dua bagian, sasaran pasar dan sasarang pengembangan. Sasaran pasar dari rantai pasokan ini adalah ritel-ritel modern (supermarket), sedangkan sasaran pengembangan dalam rantai pasokan ini yakni perbaikan infrastruktur seperti akses jalan, pengembangan ini diharapkan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Selain itu, sasaran pengembangan yang lain adalah peningkatan kolaborasi rantai pasokan antar pelaku. Manajemen rantai rantai yang diupayakan oleh pelaku sudah dituangkan dalam kesepakatan kontraktual, yakni antara Frida Agro dan supermarket. Sedangkan antara Frida Agro dengan mitranya masih menggunakan sistem

3 kepercayaan. Sistem transaksi dilakukan tunai antara petani dan Frida Agro, sedangkan Frida Agro dengan supermarket menggunakan faktur penjualan. Kolaborasi yang terjadi selama ini tercipta sudah lebih dari sekedar hubungan dagang transaksional, karena telah melibatkan interaksi pertukaran informasi. Namun tingkat kedalaman hubungan kolaborasi antara Frida Agro dengan supermarket masih belum intensif. Hal ini didasari kenyataan bahwa hubungan kolaborasi meliputi pembinaan serta pembagian resiko belum dilakukan secara intensif antara Frida Agro dengan pihak supermarket. Banyaknya pemasok yang dimiliki oleh pihak supermarket. Sumber daya rantai berupa lahan terus dimanfaatkan potensinya, sedangkan sumberdaya teknologi sudah memadukan teknologi konvensional dan modern, dan untuk sumber daya manusia sudah cukup mendukung kegiatan produksi, dengan terus dilakukan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia. Hubungan proses bisnis yang tercipta mengarah kepada proses pull. Sistem penjejakan dalam rantai pasokan dapat ditinjau dari proses bisnis yang tercipta terkait dengan tinjauan proses bisnis yaitu resiko yang disebabkan oleh penerapan proses pull. Posisi tawar dalam rantai pasokan sayuran ini cukup berimbang antara petani dan Frida Agro, karena kedua pelaku rantai pasokan saling membutuhkan. Sedangkan Frida Agro memiliki posisi tawar yang lemah dengan supermarket. Aliran distribusi produk sayuran didistribusikan langsung kepada supermarket sesuai dengan pesanan yang datang. Aliran informasi yang terjalin terus dikomunikasikan antar pelaku yang bersumber pada informasi pasar, Informasi pasar dari konsumen dapat pula berupa keluhan mengenai produk baik secara kuantitas maupun kualitas. Sayuran yang disalurkan melalui rantai pasokan ini telah memiliki merek dagang, yaitu Frida Agro. Hasil dari analisis kesesuaian atribut kemitraan rantai pasokan sayuran yang terjalin antara petani, Frida Agro dan pihak supermarket menunjukkan bahwa kemitraan yang dilakukan belum sepenuhnya memuaskan seluruh pelaku rantai pasok. Ada tiga atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa kemitraan dalam rantai pasokan sayuran tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik. Nilai kesesuaian atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang baik bagi ketiga pelaku rantai pasok antara lain Keterbukaan Informasi, Komitmen dalam kerjasama dan kualitas produk sayuran. Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan rantai pasokan yakni dukungan kredit dan dukungan pemerintah, serta peningkatan trust buliding dalam rantai pasokan ini. Dukungan kredit dari pihak luar seperti lembaga keuangan mutlak diperlukan agar petani mampu untuk mengembangkan usahanya. Frida Agro dalam hal ini dapat menjadi perantara dan penjamin antara lembaga keuangan dan petani yang membutuhkan modal usahanya. Dukungan pemerintah juga dapat dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur seperti akses jalan di lokasi usaha petani. Peningkatan trust building, kesediaan supermarket untuk melakukan transaksi tunai dengan Frida Agro agar pembagian resiko dapat dilakukan secara adil, serta dibuat kesepakatan kontraktual antara petani dan Frida Agro. Hal ini bertujuan untuk terciptanya suatu hubungan yang saling menguntungkan, terikat dan menghindari bentuk kecurangan.

4 MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) BRAHMANTYO ADINUGROHO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NIM : Manajemen Rantai Pasokan Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) : Brahmantyo Adinugroho : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Suharno, M.Adev NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Manajemen Rantai Pasokan Sayuran (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Brahmantyo Adinugroho H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 17 Juli Lahir sebagai putra dari pasangan Bapak Ir. Soehardjo Sastrosoedarpo dan Ibu Iin Rintianie. Penulis merupakan putra kedua dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri Taman Pagelaran Bogor pada tahun 1992 dan lulus pada tahun Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di SLTP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah umum di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun Setelah lulus SMU pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Masuk dan Lulus Diploma III Manajemen Agribisnis pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Agribisnis IPB sejak tahun 2007 hingga tahun 2010.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah S.W.T atas segala ridho dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Rantai Pasokan Sayuran (Studi Kasus : Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat). Penyusunan kajian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan rantai pasokan Sayuran pada Frida Agro dan lingkungan terkaitnya yakni Petani mitra Frida Agro dan Pihak supermarket. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja rantai pasokan sayuran dalam hal pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi para pelaku rantai pasokan terkait kondisi penerapan manajemen rantai pasokan sayuran, peluang dan permasalahan yang dihadapi serta evaluasi pengembangan yang dapat dilakukan. Dengan segala keterbatasan yang ada, kajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan usaha sayuran pada Frida Agro dan pelaku yang terkait dalam rantai pasokan sayuran. Kajian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Namun, penulis berharap hasil kajian dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2010 Brahmantyo Adinugroho

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, akhirnya penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, kerjasama, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua penulis atas segala kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan doa yang telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi Ini 2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan yang berharga untuk Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. M. Firdaus, Ph.D sebagai dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya dan memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Dra. Yusalina, Msi sebagai dosen penguji dari komisi akademik yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan arahan guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Keluarga Bapak Tom beserta istri, ibu Farida yang telah mengizinkan dan mengarahkan penulis dalam melakukan peneltian pada Frida Agro. 6. Kakak dan Adik penulis yaitu mas didit, kiki, wiwit dan angga. Terima kasih atas perhatian, dukungan yang tiada henti dan keceriaan yang diberikan selama ini. 7. Rheinnadia Putri yang setia menemani dan memberikan semangat, keceriaan, dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. I ll always love u,ndut. 8. A Andi Rahman Hakim sebagai manajer operasional pada Frida Agro yang telah memberikan informasi, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini. 9. Pak Lili, pak iim, pak daso, bu etet, a badri dan segenap karyawan Frida Agro yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, beserta mitra Tani

10 Frida Agro atas kesediaan waktu dan informasi yang diberikan selama penulusuran dan penyusunan skripsi ini. 10. Yandi Praditya atas saran serta kesediannya menjadi pembahas dalam seminar skripsi. 11. Muhamad Ilham Fauzi atas bantuan dan rekomendasinya kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabat penulis, Hadi, Taufik, Rendy, Rasyid, Wicak, Koko, Angga, Hari, Devi, Komar, Refi, Rini, Sekar, dan Tata serta seluruh teman-teman MAB 41 atas dukungan, keceriaan dan kebersamaan yang indah selama lima tahun terakhir ini. 13. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Agribisnis angkatan III yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan selama kuliah. 14. Segenap staf sekretariat ekstensi agribisnis yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Semoga amal dan kebaikan semua pihak yang telah membantu mendapat balasan dari Allah S.W.T. Amin. Terima Kasih Bogor, Januari 2010 Brahmantyo Adinugroho

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran Penelitian Terdahulu BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Supply Chain Management Kemitraan Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Model Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro Analisis Kinerja Rantai Pasokan BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Frida Agro Struktur Organisasi Frida Agro Sumber Daya Perusahaan a. Sumber Daya Manusia b. Sumber Daya Modal Visi dan Misi Aktivitas Bisnis a. Budidaya Sayuran Organik b. Distributor Sayuran Pasar dan Penjualan BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Struktur Rantai Aliran Komoditas dan Anggota Rantai a. Petani Mitra b. Frida Agro c. Supermarket... 48

12 d. Pasar Tradisional Entitas Rantai Pasokan a. Produk b. Pasar c. Stakeholder d. Situasi Persaingan Sasaran Rantai Sasaran Pasar Sasaran Pengembangan Manajemen Rantai Pemilihan Mitra Kesepakatan Kontraktual Sistem Transaksi Dukungan Pemerintah Kolaborasi Rantai pasokan a. Lingkup Kolaborasi b. Perencanaan Kolaboratif c. Penelitian Kolaboratif d. Trust Building Sumber Daya Rantai Sumber daya fisik Sumber daya teknologi Sumber daya manusia Sumber daya modal Proses Bisnis Rantai Hubungan Proses Bisnis Rantai Pola Distibusi a. Aliran Produk b. Aliran Uang c. Aliran Informasi Jaminan Identitas Merek Kinerja Rantai Pasokan a. Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani sayuran b. Kinerja Kemitraan di Tingkat Frida Agro c. Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 95

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Sayuran di Indonesia Tahun Atribut Kemitraan dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro Skor dan respon tingkat Kepentingan atribut kemitraan Skor dan respon tingkat Kinerja atribut kemitraan Sumberdaya Fisik pada Frida Agro Tahun Sumber daya manusia pada Frida Agro Tahun Daftar Pelanggan Frida Agro Peranan masing-masing anggota rantai pasokan sayuran Jenis Sayuran yang ditawarkan pada Frida Agro Tahun Nilai Kesesuaian Atribut kemitraan Bagi Petani Nilai Kesesuaian Atribut Kemitraan Bagi Frida Agro Nilai Kesesuaian Atribut Kemitraan Bagi Supermarket Perbandingan Tingkat Kesesuaian Atribut Kemitraan... 87

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005) Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005) Struktur Organisasi Frida Agro Tahun Struktur Rantai Pasokan Sayuran Pada Frida Agro Siklus-siklus Proses dalam rantai pasokan sayuran Pada Frida Agro Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Sayuran Pada Frida Agro... 77

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil penilaian tingkat kepentingan pada petani mitra Hasil penilaian tingkat kinerja pada petani mitra Hasil penilaian tingkat kepentingan pada Frida Agro Hasil penilaian tingkat kinerja pada Frida Agro Kuisioner Petani untuk petani Mitra Kuisioner untuk Supermarket Indikator Kinerja Atribut Kemitraan Rantai Pasokan Sayuran Foto Pada Lokasi Penelitian

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor agribinis mempunyai kontribusi penting untuk menjadi tumpuan bangsa ini dalam meningkatkan perekonomian. Hal tersebut terbukti pada saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998, sektor agribisnis tidak banyak mengalami guncangan bahkan menjadi sumber pendapatan bagi negara. Oleh karena itu, pembangunan sektor agribisnis perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diarahkan agar menjadi pertanian yang maju serta memiliki daya saing untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Agribisnis sendiri mempunyai pengertian yaitu kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, Agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada 1. Secara umum agribisnis mencakup usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Salah satu cakupan agribisnis yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki peranan serta kontribusi penting bagi pertanian di Indonesia adalah hortikultura. Hortikultura secara harfiah diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias 2. Salah satu bentuk kontribusi sektor hortikultura yaitu sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (berdasarkan harga berlaku), pada tahun 2005 mencapai Rp ,44 Trilyun dan pada tahun 2006 menjadi Rp ,39 Trilyun, serta pada tahun 2007 (prognosa) menjadi Rp Trilyun (Ditjen 1 Wikipedia. Ensikopedia bebas. Pengertian Agribisnis. [11 Juni 2009] 2 Arifin Dwi. Mekanisasi Pertanian. [1 Juni 2009]

17 Hortikultura, 2008). Sektor hortikultura terus dikembangkan oleh pemerintah dalam kerangka pembangunan agribisnis, salah satu yang menjadi konsentrasi untuk dikembangkan oleh pemerintah adalah komoditas sayuran. Pemerintah terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dengan melakukan produksi di dalam negeri, jumlah produksi sayuran beserta luas panen dan produktivitasny dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Sayuran di Indonesia Tahun Tahun Luas panen (Ha) Luas Panen Produksi Produktivitas Laju Laju Produksi Produktivitas Pertumbuhan Pertumbuhan (Ton) (Ton/Ha) (%) (%) Laju Pertumbuhan (%) ,445-8,574, , ,059, (1.27) ,695 (3.36) 9,101, ,007, ,527, (1.87) ,001,606 (0.62) 9,455,464 (0.75) 9.44 (0.1) Sumber : (diolah) Tabel 1 menunjukan bahwa pekembangan usaha budidaya sayuran meningkat dengan baik dan perlahan dari tahun ke tahun, meskipun terdapat beberapa kali penurunan, tetapi hal tersebut tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2007 luas panen, jumlah produksi serta produktivitas sayuran berada pada tingkat yang paling tinggi. Laju pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas sayuran yang tertinggi terjadi pada tahun Selanjutnya, di tahun berikutnya perlahan terus menanjak laju pertumbuhannya, meskipun tidak setinggi seperti pada tahun Hal ini menunjukan bahwa pemerintah beserta pelaku usaha ini terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayuran. Perkembangan usaha ini secara tidak langsung mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak, karena semakin luas lahan yang digunakan maka kebutuhan tenaga kerja akan meningkat dengan sendirinya. Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan sayuran dalam jumlah yang cukup besar. Produksi sayuran di Jawa Barat rata-rata mencapai 3,1 juta ton per tahunnya dari 23 jenis sayuran yang dibudidayakan (Bappeda Provinsi Jawa Barat dalam Setyawan, 2009). Potensi sayuran di Jawa 2

18 Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah, menurut Bank Indonesia 3, konsentrasi produksi sayuran di Jawa Barat terdapat di daerah seperti Bandung, Garut, Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Cirebon dan Tasikmalaya. Daerahdaerah tersebut menghasilkan sayuran yang berbeda, perbedaan ini dikarenakan letak ketinggiaan daerah tersebut, oleh karena itu muncul sebutan untuk sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah. Konsentrasi produksi sayuran yang hanya ada di beberapa daerah di Jawa Barat menuntut para produsen untuk memperhatikan pasokan sayuran agar merata ke seluruh daerah di Jawa Barat dan sekitarnya. Selain untuk pemerataan, tuntutan konsumen untuk mendapatkan sayuran yang segar dan aman untuk dikonsumsi juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan produksi dan penanganan pasca panen dan pemasarannya. Pasokan sayuran penting untuk diperhatikan karena menyangkut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sayuran dan agar produsen memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dalam usaha ini dapat dicapai apabila rantai kegiatan dari mulai penyediaan bahan baku, hingga produk akhir sampai ke tangan konsumen akhir terkelola dengan baik, pengelolaan rantai pasokan ini dikenal dengan istilah Manajemen Rantai Pasokan (MRP) atau Supply Chain Management (SCM). Konsep MRP menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang. Supply Chain Management merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan & Ellitan, 2008). Frida Agro merupakan salah satu penghasil atau produsen sayuran yang berlokasi di sentra produksi sayuran, yakni di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang tersebar di daerah Bandung, 3 Bank Indonesia. Perkembangan Ekonomi Makro. A3E6-9A397F753B18/10313/Boks2.pdf [10 Juli 2009]. 3

19 Jakarta dan sekitarnya, Frida Agro melakukan pengelolaan rantai pasok sayuran, tujuannya adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan mempunyai keunggulan kompetitif dalam usaha ini. Dalam meningkatkan keunggulan kompetitifnya dalam usaha ini, perusahaan berusaha untuk mengatur dan mengelola aliran rantai pasokan yang terjadi agar berjalan sesuai yang diharapkan oleh pihak perusahaan. Oleh karena itu, penelitian mengenai MRP di Frida Agro perlu dilakukan untuk mengkaji rantai pasokan yang terjadi di perusahaan dan lingkungan terkaitnya, serta melakukan penilaian kinerja dari persepsi pelaku rantai pasokan yang terkait dengan Frida Agro. Dengan demikian, diharapkan nantinya perusahaan dan lingkungan terkaitnya mendapatkan manfaat dari penelitian ini untuk mengembangkan usahanya. 1.2 Perumusan Masalah Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang semakin meningkat, produsen sayuran seperti Frida Agro dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memberikan produk yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. Namun, tidak hanya produsen, distributor dan penjual sebagai pihak yang memasok sayuran hingga ke konsumen juga harus memiliki keunggulan kompetitif agar produk yang didistribusikan dapat terjaga kualitasnya, tinggi tingkat ketersediaannya dan singkat waktu penyediaannya. keunggulan kompetitif tersebut diwujudkan ke dalam kemampuan untuk memasok atau menyediakan produk sayuran kepada konsumen dengan baik, memadai, cepat dan tepat. Untuk penataan dan penyempurnaan pengelolaan rantai pasokan mulai dari produsen hingga ke konsumen menjadi sorotan yang penting. Frida Agro merupakan produsen sayuran yang memproduksi lebih dari 20 jenis sayuran. Namun karena keterbatasan lahan, Frida Agro menggandeng beberapa petani setempat untuk dijadikan mitra tani mereka untuk memasok kebutuhan sayuran yang dibutuhkan oleh konsumen. Pada awal berdiri Frida Agro, hubungan pihak perusahaan dengan mitranya hanya sebatas mitra jual-beli saja. Sayuran yang diterima dari mitranya langsung disortir dan dikemas, baru kemudian didistribusikan ke pasar modern (supermarket). Masalah timbul ketika 4

20 beberapa pihak supermarket tidak begitu saja menerima sayuran yang ditawarkan oleh pihak Frida Agro, pihak supermarket menilai sayuran yang ditawarkan oleh Frida Agro belum memenuhi standar mereka dan tidak memenuhi keinginan konsumen pada umumnya. Setelah kejadian tersebut, pihak Frida Agro mencari informasi mengenai jenis sayuran yang sesuai standar supermarket dan yang dibutuhkan oleh konsumen ke berbagai sumber, mulai dari pihak supermarket sendiri sampai kepada konsumen akhir. Berdasarkan pengalaman tersebut, pihak perusahaan menyadari bahwa mereka perlu untuk bekerja sama dengan mitranya untuk mengelola rantai pasoknya agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen, mulai dari petani hingga pihak supermarket, jadi tidak hanya sekedar menjadi mitra jual-beli saja. Kerjasama yang dilakukan dengan petani adalah dengan menghasilkan sayuran sesuai yang diinginkan konsumen, agar sayuran yang mereka hasilkan dapat diterima. Kerjasama ini berupa saling memberikan informasi mengenai teknis budidaya, proses pascapanen sampai pada informasi pasar, selain itu pihak Frida Agro ikut mengawasi dalam kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani mitra. Selain dengan petani mitra, Frida Agro juga sudah mulai melakukan kerjasama dengan beberapa supermarket dalam kegiatan rantai pasoknya. Kerjasama ini tidak hanya sebatas mitra jual-beli juga, tapi juga terdapat pertukaran informasi yang terjalin di dalamnya. Kerjasama yang dilakukan oleh Frida Agro dengan petani mitra dan supermarket terus berjalan hingga sekarang. Upaya manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang baru berjalan sekitar dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Permasalahan yang terkadang muncul antara lain berupa petani mitra Frida Agro terkadang mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan modal usaha, penanggungan resiko yang masih belum merata atau belum adil di dalam rantai pasokan, dan kesepakatan yang terjalin antara petani dan Frida Agro belum dituangkan dalam kontrak tertulis. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang menjadi salah satu strategi perusahaan dalam bersaing dengan pesaingnya. Melalui penelitian ini, penulis ingin mengkaji pengelolaan rantai pasokan yang telah berjalan pada Frida Agro dan menilai kinerja pengelolaan rantai 5

21 pasokan sayuran ini dalam hal kemitraan dalam rantai pasokan. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan konsep Manajemen Rantai Pasokan. Konsep Manajemen Rantai Pasokan dilakukan agar peningkatan daya saing tidak hanya dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi juga melalui pengemasan, pemberian merk, efisiensi, transportasi, informasi, penguatan kelembagaan dan penciptaan inovasi secara kontinyu dan sistematik. Pendekatan konsep manajemen rantai pasokan yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjabarkan kondisi rantai pasokan pada Frida Agro adalah dengan mengikuti kerangka kerja Food Supply Chain Networking (FSCN) yang dimodifikasi oleh Van der Vorst (2005). Kinerja dari proses pengelolaan rantai pasokan sayuran tentunya juga harus terus dievaluasi agar rantai pasokan tersebut dapat terus berkembang menyesuaikan juga dengan perubahan lingkungan bisnisnya. Kinerja rantai pasokan dalam pengelolaan rantai pasokan ini dinilai dalam hal kemitraannya dengan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Evaluasi dari penerapan MRP tersebut dapat dijadikan landasan bagi perumusan alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro di masa yang akan datang. Berdasarkan penjelasan dan fakta tersebut, rumusan permasalahan yang akan dikaji yaitu : 1. Bagaimana kondisi manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro? 2. Bagaimana kinerja dari pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro? 3. Alternatif kebijakan apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro. 2. Menganalisis kinerja rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dalam hal pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan. 3. Menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan. 6

22 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Frida Agro, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam membuat rencana kerja selanjutnya. 2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau sumber informasi. 3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara sistematis, serta sebagai syarat kelulusan sarjana dan untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan sayuran ini terbatas menganalisis tiga pelaku rantai pasokan yakni petani mitra Frida Agro, Frida Agro, dan supermarket. Konsumen akhir tidak dianalisis karena keterbatasan waktu dan biaya. Pendekatan dalam melakukan penilaian kinerja rantai pasokan ini semestinya menggunakan pendekatan objektif dan subjektif. Pendekatan objektif dilakukan untuk menilai marjin tataniaga yang terjalin dalam rantai pasokan, namun karena kendala teknis dilapangan berupa kesulitan mendapatkan data yang valid dan keterbatasan waktu, maka dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan hanya pendekatan subjektif, yaitu mengetahui persepsi ke tiga pelaku rantai dalam pelaksanaan kemitraan yang terjalin dalam rantai pasokan. Responden untuk pihak supermarket hanya satu responden dari satu supermarket, penulis mendapatkan kendala teknis dilapangan dengan perwakilan beberapa supermarket lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa supermarket tersebut sedikit tertutup dalam memberikan informasi mengenai kegiatan rantai pasokan sayuran ini. Keberhasilan manajemen rantai pasokan dilihat dari pelaksanaan elemen dari kerangka kerja FSCN yang meliputi sasaran rantai, struktur rantai, 7

23 manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta kinerja (performa) rantai. Pengukuran kinerja rantai pasokan dalam penelitian ini menggunakan analisis kesesuaian atribut kemitraan yang terjalin di dalam rantai pasokan. Penulis ingin mengetahui persepsi pelaku anggota utama rantai pasokan dalam pelaksanaan kemitraan yang dijalankan terhadap rantai pasokan yang dilihat dari 12 atribut kemitraan, 12 atribut tersebut yakni harga jual sayuran, penanggungan resiko secara adil, tingkat keuntungan, keterbukaan informasi, upaya peningkatan keterampilan, komitmen dalam kerjasama, penelitian kolaboratif, akses permodalan, tingkat penjualan, kualitas produk sayuran, penerapan standar budidaya, efisiensi biaya transaksi dan pemasaran. 8

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia, karena sayuran banyak dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa mengkonsumsi sayuran segar dengan cara memasak yang benar dan kalangan ilmuwan kesehatan percaya bahwa dengan mengkonsumsi sayuran secara teratur akan berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia (Nazarudin, 1999). Jenis sayuran yang beredar di pasar sangat banyak, banyaknya jenis sayuran yang beredar ini dibedakan berdasarkan kepentingannya. Rahardi (2001) menyatakan bahwa sayuran terdiri dari berbagai jenis dan dapat dibedakan berdasarkan tempat tumbuh, kebiasaan tumbuh dan bentuk yang dikonsumsi. Berdasarkan tempat tumbuh sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran dataran rendah dan sayuran dataran tinggi. Sayuran dataran rendah dapat tumbuh pada suhu kisaran 26-28,5 0 C, sedangkan sayuran dataran tinggi dapat tumbuh pada suhu kisaran 16-18,5 0 C. Berdasarkan kebiasaan tumbuh, sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran semusim dan tahunan. Sedangakan berdasarkan bentuk yang dikonsumsi, sayuran dibedakan menjadi sayuran daun, buah, bunga, umbi dan rebung. Pernyataan dari Rahardi tentang pembagian jenis sayuran berdasarakan kepentingan tersebut dilengkapi oleh Setyadi (1989), Setyadi menambahkan bahwa sayuran dapat dibedakan berdasarkan letak penanamannya, yaitu sayuran yang dapat ditanam di atas tanah dan sayuran yang dapat ditanam dibawah tanah. Sayuran yang dapat ditanam di atas tanah meliputi : Kubis-kubisan (kubis, bunga kubis, sayuran) Kacang-kacangan (buncis, kapri, kacnag panjang, kecepir) Tanaman Solanaceae berbuah (cabai, tomat, terung) Ketimun (ketimun, melon, semangka) Sayuran hijau (spinasi, bayam, kangkung dan lain-lain)

25 Jamur (agaricus, vorariela) Sayuran lain (okra, asparagus, jagung manis, rebung) Sedangkan sayuran yang dapat ditanam di bawah tanah meliputi : Tanaman akar iklim sedang (bit, wortel, lobak) Tanaman akar tropik (talas, ubi jalar) Tanaman Umbi (kentang) Tanaman Umbi lapis (bawang putih, bawang merah, bawang Bombay) Sayuran mempunyai sifat yang berbeda dengan komoditas pertanian yang lainnya, Rahardi (2001) menjelaskan berbagai macam sifat sayuran seperti di bawah ini : Tidak tergantung musim, sehingga sayuran dapat dibudidayakan kapan saja dengan syarat tumbuh terpenuhi Mempunyai risiko tinggi. Sayuran mudah busuk, sehingga dengan berlalunya waktu dan kekurang hati-hatian dalam penanganan pasca panen, sayuran yang dijual semakin lama semakin turun harganya sampai tidak bernilai sama sekali. Perputaran modalnya cepat. Hal ini disebabkan waktu produksi sayuran yang lebih singkat dan adanya permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari orang membutuhkan sayuran. Karena sifatnya yang mudah rusak dan berumur pendek, maka lokasi produksi biasanya dekat dengan konsumen. Keadaan ini sangat menguntungkan karena dapat mengurangi biaya transportasi. 2.3 Penelitian Terdahulu Dalam menjalankan penelitiannya penulis menggunakan beberapa contoh skripsi terdahulu, tujuan menggunakan beberapa contoh skripsi terdahulu sebagai tambahan referensi dan menambah pengetahuan peneliti. Penelitian pertama yang dibahas adalah penelitian dari Irmawati (2008) berjudul Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji model rantai pasokan PTPN III Gunung Mas, (2) mengkaji pengaruh manajemen rantai pasokan terhadap kinerja PTPN VIII Gunung Mas dan (3) memberikan solusi dengan pendekatan manajemen rantai 10

26 pasokan pada PTPN VIII Gunung Mas. Inti dari penelitian ini adalah mengukur sebarapa jauh pengaruh atau dampak MRP terhadap kinerja di PTPN VIII. Untuk menjawab dari tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan analisis rantai pasokan dan analisis manajemen rantai pasokan terhadap kinerja perusahaan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Analisis rantai pasokan dilakukan dengan cara deskriptif terhadap proses rantai pasokan yang dimiliki PTPN VIII. Sedangkan analisis manajemen rantai pasokan terhadap kinerja perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM), penggunaan analisis SEM akan menjelaskan adanya pengaruh positif atau negatif yang disebabkan penerapan manajemen rantai pasokan terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Berbeda dengan Irmawati (2008), pada Penelitian kedua dan ketiga yang dibahas yaitu tentang kinerja MRP di perusahaan yang diteliti, sederhananya adalah mengetahui penerapan MRP di perusahaan dan manfaat yang diberikan dari penerapan MRP. Penelitian ini dilakukan oleh Risyana (2008) dan Usman (2007). Penelitian Risyana berjudul Kinerja Supply Chain Management (SCM) komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT. Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya ketidakpastian waktu dalam penerimaan pasokan bahan baku, sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi. dalam menghadapi masalah tersebut. Dari permasalahan yang ada, alternatif yang diberikan untuk memecahkan masalahnya dengan menerapkan konsep SCM yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kualitas dan meminimalkan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis mekanisme SCM di PT. Galur Prima Cobbindo untuk menjamin ketersediaan bahan dari pemasoknya. (2) menganalisis pola rantai pasokan komoditi bibit ayam nenek dari PT. Galuh Prima Cobbindo hingga ke tingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam parent stock. (3) mengkaji manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan critical path method di PT. Galur Prima Cobbindo. Metode penelitian (alat analisis) yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu : Analisis mekanisme pengadaan dan pemasokan Analisis dilakukan secara deskriptif yang terkait dengan seluruh kegiatan pengadaan dan pemasokan 11

27 Analisis pengendalian mutu Mekanisme pengendalian mutu juga dijelaskan secara deskriptif oleh peneliti Metode analisis harga Menganalisis selisih antara harga beli aktual dengan harga beli menggunakan konsep SCM. Hal tersebut terkait konsep SCM yang diterapkan untuk efisiensi distribusi pada perusahaan. Analisis jaringan kerja (Critical Path Method) Tahapan analisis jaringan kerja antara lain mencakup : Penentuan ruang lingkup Project Breakdown Penentuan/penaksiran waktu pelaksanaan aktivitas proyek Analisis waktu dari setiap kegiatan proyek optimisasi Penelitian ketiga berjudul Analisis Kinerja Supply Chain Management Susu Cair Ultra High Temparature Full Cream (Studi Kasus di PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading, Kabupaten Bandung), penelitian ini diteliti oleh Usman (2007). Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah karena tuntutan persaingan dunia bisnis yang semankin ketat. Munculnya beberapa perusahaan pendatang baru yang memasarkan produk susu cair UHT merupakan tantangan bagi perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar yang telah dimiliki. Tujuan umum dari penelitian perusahaan ini adalah menganalisis kinerja perusahaan dalam proses aplikasi SCM dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Metode yang digunakan dalam proses analisis data adalah bersifat deskriptif analitik yang dipadukan dengan analisis kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Penelitian keempat dan kelima berbeda dengan 3 penelitian yang dibahas sebelumnya. Pada penelitian kali ini membahas tentang analisis rantai pasokan di perusahaan dan petani (produsen), jadi inti dari penelitian ini untuk mengetahui pola rantai pasokan yang terjadi dan bagaimana untuk mengoptimalkannya agar 12

28 usaha berjalan secara efisien. Penelitian ini dilakukan oleh Susyana (2005) dan Arisandi (2006). Penelitian dari Susyana berjudul Analisis Rantai Persediaan (Supply Chain) komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Kramat Jati dan Carrefour Cempaka Mas, Jakarta). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah daya awet dari komoditi jeruk medan serta lokasi sentra produksi jeruk medan dan pasar yang berjauhan, akibatnya mata rantai yang terjalin sangat panjang yang dimulai dari petani hingga ke konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen membayar mahal dari harga yang wajar. Kondisi ini menyebabkan timbulnya persoalan mendasar untuk komoditi jeruk medan yaitu subsistem pemasaran yang berkaitan dengan aliran rantai persediaan pemasaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) menganalisis aliran dan angggota rantai persediaan (supply chain) jeruk medan di Jakarta. (2) menganalisis perbandingan marjin (value) supply chain jeruk medan di pasar tradisional dan supermarket. (3) menganalisis tingkat perbandingan perubahan nisbi dari harga di tingkat pengecer pasar tradisional dan modern dengan harga masing-masing agennya. (4) menganalisis perilaku pembelian pelanggan pada pola rantai persediaan melalui pasar tradisional dan pasar modern. Alat analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian dengan menggunakan : Analisis deskriptif dan analisis struktur jaringan supply chain Menjelaskan atau mendeskripsikan yang mencakup aliran dan anggota rantai persediaan dari komoditas jeruk medan dengan menggunakan analisis struktur jaringan supply chain, cakupannya adalah anggota jaringan SCM dan aliran SCM Analisis Value Chain: Primary activities Deskripsi meliputi kegiatan utama dalam rantai nilai, diantaranya logistik masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan penjualan serta layanan pelanggan. Support activities Deskripsi meliputi kegiatan pendukung dalam mata rantai nilai, diantaranya manajemen sumberdaya manusia, pengembangan teknologi, procurement serta infrastruktur perusahaan. 13

29 Marjin Pemasaran Bertujuan untuk melihat efisiensi pemasaran produk dari produsen ke konsumen, yang dilihat dari beberapa indikator yakni analisis biaya pemasaran, rasio keuntungan biaya dan tingkat farmer share. Analisis elastisitas transmisi Bertujuan untuk melihat respon harga di tingkat konsumen jika terjadi perubahan harga di tingkat produsen. Metode yang digunakan untuk melihat hal tersebut adalah regresu linear sederhana Penelitian terakhir yang dibahas yaitu penelitian dari Arisandi dengan judul Analisis Sistem Pasokan Buah-Buahan Ke Ritel Modern Supply Chain Management (Kasus PT. Moena Putra Nusantara, Pondok Melati, Bekasi) bertujuan untuk (1) Mengetahui dan mengidentifikasi mekanisme sistem pengadaan dan pemasokan buah dalam memenuhi permintaan ritel modern. (2) Struktur biaya pengadaan dan pemasokan yang dikeluarkan oleh perusahaan. (3) biaya imbangan penerimaan terhadap biaya operasional, biaya pengadaan dan biaya pemasokan perusahaan. (4) Marjin pemasaran beberapa komoditas buah, dan (5) Hubungan Kelembagaan anggota rantai pasokan. Metode penelitian yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian tersebut dengan menggunakan : Analisis mekanisme pengadaan dan pemasokan Deskripsi tentang kegiatan pengadaan bahan baku dimana perusahaan berperan sebagai konsumen, serta kegiatan pemasokan buah ke ritel modern dimana perusahaan berperan sebagai perusahaan. Analisis hubungan antar lembaga Deskripsi untuk melihat hubungan dan kemitraan antara pemasok dengan pemasok, serta antara perusahaan dengan ritel modern. Analisis penentuan biaya Deskripsi tentang penentuan biaya pemasokan dan biaya pengadaan dari aktivitas bisnis perusahaan Analisis biaya imbangan (rasio R/C) Menganalisis perbandingan (rasio) antara penerimaan dengan biaya operasional, biaya pengadaan dan biaya pemasokan Analisis marjin pemasaran 14

30 Analisis ini dilakukan pada dua jenis komoditi, yakni jambu biji merah dan semangka merah karena permintaannya tinggi dan pengadaannya langsung melalui kemitraan dengan petani, pedagang, pengumpul dan pasar induk. Berdasarkan kelima penelitian yang telah diakukan sebelumnya, terdapat kesamaan yaitu seluruhnya membahas tentang Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasokan. Tetapi topik yang dibahas tiap penelitian berbedabeda, pada penelitian pertama membahas sebarapa jauh pengaruh atau dampak MRP terhadap kinerja di PTPN VIII. Pada penelitian kedua dan ketiga membahas tentang kinerja MRP di perusahaan yang diteliti, sederhananya adalah mengetahui penerapan MRP di perusahaan dan manfaat yang diberikan dari penerapan MRP, sedangkan penelitian yang keempat dan kelima membahas tentang analisis rantai pasokan di perusahaan dan petani (produsen), inti dari penelitian keempat dan kelima untuk mengetahui pola rantai pasokan yang terjadi dan bagaimana untuk mengoptimalkannya agar usaha berjalan secara efisien. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan kelima penelitian sebelumnya, yaitu membahas tentang Supply Chain Management (SCM). Penelitian kali ini mengangkat topik penerapan SCM sayuran di Frida Agro, tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji rantai pasokan sayuran di Frida Agro, menganalisis kinerja rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dalam hal pelaksanaan kemitraan, serta menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada komoditas dan alat analisis yang digunakan. Model rantai pasokan sayuran dibahas secara deskriptif menggunakan metode pengembangan rantai pasokan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking dari Lambert dan Cooper (2000) dan kemudian telah dimodifikasi oleh Van der Vorst, Selain menggunakan kerangka analisis tersebut, penelitian ini juga menggunakan alat analisis kesesuaian atribut untuk menilai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan dari persepsi pelaku rantai pasokan. 15

31 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal. Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk, dimulai dari persaingan harga produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen, persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada. Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasokan, SCM berkonsentrasi dalam pengelolaan rantai pasokan. Dengan menerapkan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat kualitasnya. Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan palayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Lee & whang (2000) dalam Anatan & Ellitan (2008) mendefiniskan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir

32 melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Sederhananya, manajemen rantai pasokan adalah jaringan dari berbagai organisasi yang berhubungan dan saling terkait yang mempunyai tujuan sama, yaitu menyelenggarakan penyaluran barang dari pemasok hingga ke konsumen dengan efisien, jaringan ini dikelola menjadi satu kesatuan yang utuh. Melalui manajemen rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan produk akhir terintegrasi dengan baik dan benar. Melalui definisi diatas didapat konsep dari SCM, konsep SCM menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang. Supply Chain Management merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepay sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan & Ellitan, 2008). Berdasarkan hal tersebut, menurut Said et al (2006) maka prinsip dasar SCM seharusnya meliputi 5 hal, yaitu : 1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3. Prinsip Ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai konsumen paling hilir. 4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan. 17

33 5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material. Melihat definisi dan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa SCM merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), pemain utama tersebut diantaranya suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan customers. Penjelasannya sebagai berikut : Rantai 1 : Suppliers Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya. Rantai 1 2 : Suppliers Manufacturer Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghemetan. Rantai : Suppliers Manufacturer Distributor Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer. Rantai : Suppliers Manufacturer Distributor Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan 18

34 cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang pabrik maupun ke toko pengecer (retail outlets). Rantai : Suppliers Manufacturer Distributor Retail Outlets Custumers Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya. Aplikasi manajemen rantai pasokan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama, yaitu penurunan biaya, penurunan modal dan perbaikan pelayanan. Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya dengan memilih alat atau model transportasi, pergudangan, standar layanan yang meminimalkan biaya. Untuk mencapai penurunan modal yang diperlukan dalam aktivitas bisnis adalah perusahaan harus mampu meminimalkan tingkat investasi dalam dalam bidang logistik. Sedangkan perbaikan pelayanan sangat penting dilakukan secara proaktif karena pelayanan atau jasa logistik yang dilakukan perusahaan sangat mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti dan atau manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial, dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya dan manajemen, hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut terkait, dalam upaya untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti perannya secara jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan sumberdaya rantai. Kerangka analisis manajemen rantai pasokan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 19

35 Siapa saja anggota rantai dan apa perannya? Konfigurasi peraturannya? Struktur Rantai Pasokan Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam MRP? Bagaimana tingkat integrasi dari setiap proses? Sasaran Rantai Manajemen Rantai Proses Bisnis Rantai Kinerja Rantai Manajemen struktur apa yang digunakan? Bagaimana kontraknya? Struktur Pengelolaanya? Sumber Daya Rantai Sumberdaya apa saja yang digunakan di setiap proses dalam rantai? Gambar 1. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005) Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan SCM optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002) Kemitraan Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat didefiniskan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi bisnis tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara perusahaan dengan pihak lain yang mendukung berkembangnya perusahaan. Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara 20

36 lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara kedua belah pihak, dimana hal ini ditujukan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangkan dikatakan koordinasi vertikal jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak pemasaran dengan pihak di luar perusahaan. Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan sumlah pasokan, peningkatan kualitas produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro akan diukur kinerjanya dengan menggunakan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003). Tingkat kepentingan merupakan tingkat harapan pelaku rantai akan suatu pelaksanaan manajemen rantai pasokan yang diharapkan, sedangkan tingkat kinerja merupakan segala tindakan yang telah dilakukan untuk mengelola dan menjalankan rantai pasokan. Tujuan dari penggunaan analisis kesesuaian atribut adalah mengukur sejauh mana atribut dalam pelaksanaan kemitraan telah memuaskan pihak yang bermitra. Selain itu, analisis kesesuaian atribut digunakan untuk mengevaluasi keadaan rantai pasokan dalam persepsi pelaku rantai pasokan, serta menemukan atribut apa yang belum memuaskan pelaku rantai pasokan. 21

37 Keunggulan dari analisis ini adalah pelaku rantai dapat mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut kemitraan. Penilaian ini biasanya dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja kemitraan dalam rantai pasokan, dengan melihat ini pihak yang bermitra dapat memantau bagaimana kinerja kemitraan dalam rantai pasokan setelah perbaikan. Kelemahan dari analisis ini yaitu hanya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari kinerja kemitraan dalam rantai pasokan. Pelaku rantai tidak dapat membuat perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai kesesuaian atribut, tapi dengan analisis ini dapat dilakukan evaluasi yang menyeluruh. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Atribut-atribut yang digunakan dalam pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dapat dilihat pada Tabel Kerangka Pemikiran Operasional Perubahan gaya hidup khususnya pada konsumen di beberapa daerah di Jawa Barat telah mengarahkan permintaan untuk produk khususnya sayuran agar masih segar pada saat sampai ke tangan konsumen, sayuran dikemas sesuai dengan kebutuhan konsumen dan sayuran aman untuk dikonsumsi. Permintaan konsumen terhadap sayuran yang demikian mengindikasikan bahwa semakin kritisnya konsumen dalam hal penentuan proses konsumsi produk, hal ini mengakibatkan perubahan paradigma industri dan persaingan yang berorientasi pada pemenuhan kepuasan dan permintaan pasar (consumer driven). Permintaan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas, dikemas dalam kemasan yang higienis, mudah diakses dan terjamin keamanannya menjadi salah satu contoh consumer driven. Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang juga menghadapi perubahan paradigma tersebut. Pada awal berdirinya perusahaan ini dan mulai melakukan pemasaran sayurannya di beberapa supermarket, seringkali produk 22

38 yang ditawarkan tidak dapat diterima oleh pihak supermarket dengan alasan bahwa produk yang dihasilkan oleh Frida Agro tidak sesuai dengan permintaan konsumen. Mulai sejak itu, pelaku usaha sayuran di Lembang ini menyadari pentingnya memanfaatkan berbagai potensi yang ada maupun permintaan konsumen. Hal itu ditunjukkan oleh adanya suatu komitmen kerjasama serta melakukan koordinasi diantara pelaku usaha sayuran dalam rangkaian rantai pasokan sayurannya, yakni petani mitra Frida Agro, Frida Agro dan supermarket. Komitmen kerjasama yang tertulis dalam suatu kontrak tersebut merupakan suatu upaya menciptakan pengelolaan rantai pasokan sayuran secara terintegrasi atau manajemen rantai pasokan. Upaya manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang baru berjalan sekitar dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Permasalahan yang terkadang muncul antara lain berupa petani mitra Frida Agro terkadang mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan modal usaha, penanggungan resiko yang masih belum merata atau belum adil di dalam rantai pasokan, dan kesepakatan yang terjalin antara petani dan Frida Agro belum dituangkan dalam kontrak tertulis. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang menjadi salah satu strategi perusahaan dalam bersaing dengan pesaingnya. Konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang telah digunakan bertujuan untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai pasokan sayuran. Penerapan MRP sayuran tersebut bertujuan untuk menciptakan kepuasan anggota rantai pasokan dan memenuhi permintaan konsumen. Pengkajian rantai pasokan pada produk sayuran membutuhkan penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis deskriptif penerapan MRP secara komprehensif yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasokan FSCN yang dimodifikasi oleh Van der Vorst (2005). Metode pengembangan rantai pasokan tersebut mengkaji enam aspek yang terstruktur yakni sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan kinerja rantai pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut diharapkan dapat menghasilkan gambaran utuh mengenai penerapan manajemen rantai pasokan sayuran pada 23

39 Frida Agro. Pembahasan secara spesifik mengenai kinerja rantai pasokan yang akan dibahas meliputi kinerja dalam hal kemitraan. Kinerja kemitraan akan dievaluasi secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Informasi mengenai kondisi kinerja kemitraan dan integrasi rantai pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang dilakukan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan alternatif kebijakan untuk mengembangkan rantai pasokan sayuran. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan manajemen rantai pasokan sayuran. Kerangka pemikiran operasional penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan paradigma persaingan yang berorientasi kepada consumer driven Penerapan Manajemen Rantai Pasokan sayuran pada Frida Agro Kondisi dan permasalahan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan sayuran secara Komprehensif dengan metode FSCN dan penilaian kinerja Analisis Deskriptif MRP : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Sumberdaya Rantai 4.Manajemen Rantai 5. Proses Bisnis Rantai Analisis Kinerja Rantai : 1. Kinerja Kemitraan Analisis Kesesuaian Atribut Kondisi dan Kinerja Penerapan MRP pada Frida Agro Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada Frida Agro Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 24

40 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang mempunyai potensi untuk berkembang. Selain itu, Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli hingga Agustus Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Frida Agro yang diperoleh dengam memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada pihak Frida Agro beserta pihak yang terkait dalam rantai pasokannya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku tentang sayuran dan tentang Supply Chain Management, internet, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data. 4.3 Metode Pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden dengan harapan agar peneliti memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden, jenis usaha yang dilakukan dan peran responden dalam rantai pasokan. Pengumpulan data dengan cara ini akan dibantu menggunakan kuisioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian, Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan Frida Agro dalam menjalankan kegiatan rantai pasokannya. Pemilihan responden dalam kuisioner ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) untuk responden dari petani mitra Frida Agro, pihak Frida Agro dan pihak supermarket. Kuisioner yang dibahas berdasarkan karakteristik maupun profil pelaku rantai pasokan sayuran dan persepsi anggota rantai pasokan mengenai

41 kinerja kemitraan yang berlangsung. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden akan dipandu oleh peneliti. Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi teori dari berbagai literatur yang mendukung penelitian ini, internet, statistik yang berhubungan dengan penelitian ini dari Badan Pusat Statistika, dan lain-lain. Pihak-pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain petani yang menjadi mitra dari Frida Agro (30 responden), pihak Frida Agro (tiga responden), pihak supermarket (satu responden dari satu supermarket). Jumlah 30 petani dirasakan dirasakan penulis cukup mewakili karakteristik total populasi petani yang menjadi mitra Frida Agro dalam rantai pasok sayuran ini, total petani yang menjadi mitra Frida Agro adalah sebanyak 46 petani. Responden dari Frida Agro adalah pemilik perusahaan, manajer operasional dan kepala divisi pemasaran dari Frida Agro, sedangkan responden dari pihak supermarket adalah salah satu staf pemasaran supermarket. Pemilihan secara purposive sampling tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa responden tersebut merupakan pihak-pihak yang paling mengetahui perspektif perusahaan dan supermarket terhadap kondisi pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasok. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai model rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta alternative kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan sayuran yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan. 26

42 4.4.1 Model Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000), dan kemudian telah dimodifikasi oleh Van der Vorst, Selain dijelaskan secara deskriptif, model rantai pasokan juga dianalisis secara kuantitatif yakni terkait dengan pengukuran kinerja rantai pasokan. Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 3 : Struktur Rantai Pasokan Sasaran Rantai Manajemen Rantai Proses Bisnis Rantai Kinerja Rantai Sumber Daya Rantai Gambar 3. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van der Vorst, 2005) A. Sasaran Rantai (i) Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yag dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan dengan jelas, seperti siapa pelanggannya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, (3) optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga hal tersebut. (ii) Sasaran Pengembangan Bagian ini mejelaskan target atau objek dalam rantai pasokan yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran 27

43 pengembangan rantai pasokan sayuran dirancang secara bersama-sama oleh pelaku rantai pasokan yakni petani, Frida Agro dan supermarket. Bentuk sasaran pengembangan dapar berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan tekonologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. B. Struktur Rantai Pasokan Struktur jaringan menjabarkan batasan dari jaringan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dan pelaku utama dari jaringan, menandai peranan yang dilakukan, dan seluruh konfigurasi dalam jaringan. Kuncinya adalah untuk mengetahui anggota mana yang memegang peranan krusial terhadap keberhasilan perusahaan dan rantai pasok (sesuai dengan tujuannya) sehingga harus dialokasikan perhatian manajerial dan sumberdaya. Aspek ini menjelaskan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan dan peranannya masing-masing. Struktur jaringan akan dijelaskan dalam dua bagian, yakni (i) anggota rantai dan aliran komoditas dan (ii) entitas rantai pasokan, penjelasan kedua bagian tersebut sebagai berikut: (i) Anggota rantai dan aliran komoditas Pada bagian ini dijelaskan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasokan yang terlibat di dalamnya, dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasokan. Aliran komoditas mulai dari hulu sampai ke hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijelaskan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak. (ii) Entitas Rantai Pasokan Entitas rantai pasokan dijelaskan sebagai elemen-elemen di dalam rantai pasokan yang mampe menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder dan situasi persaingan. C. Manajemen Rantai Manajemen rantai menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai 28

44 pasokan. Aspek khusus yang menjadi perhatian antara lain komponen manajerial dan perilaku (budaya) setiap pelaku rantai pasokan yang berbeda-beda sehingga dapat menghambat pengembangan kepercayaan, komitmen dan keterbukaan diantara pelaku rantai pasokan. Beberapa aspek khusus tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain : (i) Pemilihan Mitra Dijelaskan bagaimana prosedur dan syarat apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana prakteknya dilapangan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk dan bagaimana prakteknya di lapangan. (ii) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem transaksi Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama. Penjelasan kesepakatan kontraktual dalam pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran akan dikaitkan dengan komitmen bersama yang telah disepakatai antar pelaku rantai. (iii) Dukungan Pemerintah Bagian ini menjelaskan peran pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan dalam mengatur dan mendukung proses di sepanjang rantai pasokan. (iv) Kolaborasi Rantai Pasokan Koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan sayuran dijelaskan secara lengkap meliputi tingkatan kolaborasi yang terjadi, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif serta proses trust building. D. Sumber Daya Rantai Mengkaji potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan adalah penting guna mengetahui potensi-potensi apa saja yang mendukung upaya pengembangan rantai pasokan. Sumber daya yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan. 29

45 E. Proses Rantai Bisnis Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakaha keseluruhan alur rantai pasokan sudah terintegrasi dan berjalan dengan baik atau tidak, dan menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasokan yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasokan, pola distribusi serta jaminan identitas merk Analisis Kinerja Rantai Pasokan Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya dijelaskan, rantai pasokan kemudian dinilai berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran menggunakan beberapa pendekatan yakni terkait kinerja kemitraan. A. Kinerja Kemitraan Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan secara terintegrasi. Oleh karena itu kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan sayuran dievaluasi secara deskriptif. Indikator kinerja kemitraan dari rantai pasokan sayuran diukur dengan melihat tingkat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan (petani, perusahaan dan supermarket) terhadap pelaksanaan kemitraan. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian atribut, Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003), yakni membandingkan antara skor total tingkat kepentingan (harapan) dari beberapa atribut kemitraan dengan skor total tingkat kinerja atribut yang dipersepsikan (dirasakan) oleh pelaku rantai pasokan. Rumus yang digunakan adalah : 30

46 Nilai Kesesuain Atribut = Nilai Kinerja Total Skor Atribut Nilai Kepentingan Total Skor Atribut X 100% Nilai kesesuaian atribut didapatkan dari pembagian antara nilai kinerja total skor atribut dengan nilai kepentingan total skor atribut dan dikalikan dengan 100 persen, hasilnya dalam bentuk persentase. Atribut dengan nilai sama dengan atau lebih dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan oleh pelaku rantai pasok telah memuaskan dan sesuai dengan harapannya. Sebaliknya, jika nilai kesesuaian kurang dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan tidak memuaskan oleh pelaku rantai pasok karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kemitraan ini. Hasil dari penilaian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut kemitraan tersebut ditabulasi untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah memberikan kepuasan bagi anggota rantai pasok. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai meliputi 12 atribut diantaranya adalah harga jual sayur, tingkat penjualan, tingkat keuntungan, kualitas sayuran, keterbukaan informasi pasar, efisiensi biaya pengelolaan resiko dan lain-lain. Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Atribut kemitraan dalam Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro No Atribut Kemitraan Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 31

47 Penilaian kepentingan dan kinerja atribut kemitraan menggunakan metode skala ordinal. Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jawaban yang diberi skor sesuai dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Pada penelitian ini skor yang digunakan hanya empat dan tidak menggunakan jumlah skor yang biasa digunakan pada skala likert yaitu lima. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya kecenderungan pemilihan respon cukup atau netral oleh responden. Skor dan respon yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, pertama skor dan respon untuk tingkat kepentingan yang ditunjukkan oleh Tabel 3 dan kedua skor dan respon untuk tingkat keinerja yang ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 3. Skor dan respon Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan Rantai Pasokan Respon Tingkat Kepentingan Skor Sangat Penting 4 Penting 3 Tidak Penting 2 Sangat Tidak Penting 1 Tabel 3 menunjukkan skor dan respon tingkat kepentingan atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kepentingan atau harapan dari pelaku rantai dalam pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak penting (skor 1), tidak penting (skor 2), penting (skor 3) dan sangat penting (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kepentingan total skor atribut. Respon sangat tidak penting, berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat tidak penting atau tidak diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Sebaliknya, respon sangat penting berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat penting atau sangat diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Bagian berikutnya akan dilanjutkan dengan Tabel 4. 32

48 Tabel 4. Skor dan Respon Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Rantai Pasokan Respon Tingkat Kinerja Skor Sangat Baik 4 Baik 3 Tidak Baik 2 Sangat Tidak Baik 1 Tabel 4 menunjukkan skor dan respon tingkat kinerja atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kinerja atau hasil dari pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak baik (skor 1), tidak baik (skor 2), baik (skor 3) dan sangat baik (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kinerja total skor atribut. Respon sangat tidak baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat tidak baik atau tidak memberikan pengaruh terhadap pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. Sebaliknya, respon sangat baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat baik atau memberikan pengaruh yang besar kepada pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. 33

49 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Frida Agro Frida Agro didirikan pada tahun 2005 oleh Mr. Tom yang merupakan warga negara Denmark dan Ibu Frida. Lokasi perusahaan terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat di atas lahan seluas 3.5 ha. Perusahaan memulai usahanya dalam bidang sayuran konvensional. Jenis sayuran yang dibudidayakan pada saat awal berdiri adalah sayuran lokal. Seiring dengan perkembangannya, perusahaan mulai membudidayakan sayuran eksklusif. Pada awal berdirinya perusahaan kesulitan untuk memasarkan produknya kepada pelanggan, namun dengan ketekunan dan semangat yang tinggi perusahaan mampu meyakinkan para pelanggan untuk membeli produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan dirasakan oleh pelanggan mempunyai kualitas yang baik dan mampu bersaing di pasar. Sejalan dengan berkembangnya perusahaan, maka sejak pertengahan tahun 2008 Frida Agro mulai beralih untuk membudidayakan sayuran organik. Hal ini dikarenakan perusahaan melihat ada peluang yang cukup besar dalam bisnis sayuran organik, lalu kemudian hal ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu ingin menjadi yang terdepan karena pada saat ini belum banyak perusahaan yang membudidayakan sayuran organik. Namun perusahaan tetap memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap sayuran konvensional,yaitu dengan cara melakukan kerjasama dengan petani mitra. Hal ini dilakukan agar perusahaan tetap mampu menjaga kualitas produk. Saat ini perusahaan telah mampu memperluas usahanya, yaitu dengan mengusahakan sayuran eksklusif dan beberapa sayuran jepang organik yang diminati oleh para pelanggan. Pelanggan dari Frida Agro terdiri dari beberapa toko retail modern seperti Sogo, Carefour, dan Ranch Market, serta beberapa restoran dan hotel di daerah Jakarta. Label produk untuk sayuran konvensional adalah Frida Agro, sedangkan label produk untuk sayuran organik adalah Frida Organik. Selain usaha budidaya sayuran, memproses, dan memasarkan sayuran ke pelanggan secara langsung, perusahaan juga melakukan perluasan di bidang

50 Agrowisata. Sehingga pada setiap akhir pekan banyak para tamu yang berkunjung menikmati suasana yang ditawarkan oleh perusahaan. Namun misi lain yang ingin di capai oleh perusahaan adalah, memberikan garansi kepada para pelanggan bahwa sayuran yang di produksi oleh Frida Agro adalah sayuran organik. Tujuan didirikannya Frida Agro adalah : 1. Membuka dan memperluas lapangan kerja. 2. Meningkatkan pertumbuhan bisnis dan memperluas usaha. 3. Mencapai keuntungan yang setinggi mungkin. 4. Mempertahankan kelangsungan hidup usaha sayuran umumnya dan organik pada khsusunya. 5.2 Struktur Organisasi Frida Agro Frida Agro merupakan perusahaan perseorangan, hal ini dipilih karena kepraktisannya dan mudah untuk mengakomodir seluruh aktifitas perusahaan. Walaupun bentuknya perusahaan perseorangan, namun saat ini Frida Agro mampu mengelola dan mengkoordinasi sekitar 25 orang karyawan produksi dan 20 orang karyawan pada bagian pasca panen. Untuk itu perusahaan membentuk struktur organisasi yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses koordinasi dan menjalankan perusahaan dalam pencapaian visi dan misi serta profesionalismesnya. Bentuk struktur organisasi yang diterapkan pada Frida Agro dapat dilihat pada Gambar 4. Pemilik Perusahaan Manajer Operasional Divisi Pemasaran Divisi Keuangan Divisi Budidaya Karyawan Karyawan Gambar 4. Struktur Organisasi Frida Agro Tahun 2009 Manajemen Frida Agro dipimpin oleh pemilik perusahaan yang secara kewenangan bertugas mengelola perusahaan secara umum dan menentukan 35

51 rencana strategis perusahaan ke depan. Pemilik dalam kegiatannya dibantu oleh seorang manajer operasional yang bertugas sebagai perluasan wewenang dari pemilik. Jadi manajer operasional bertugas untuk mengevaluasi dan member arahan kepada seluruh karyawan tentang sistem, perencanaan, dan kebijakan perusahaan yang dijalankan, serta menjaga asset-aset perusahaan. Tugas lainnya melaksanakan lintas fungsional dan pengendalian operasional perusahaan secara rutin Manajer budidaya atau yang disebut oleh pemilik perusahaan dengan istilah supervisor kebun bertugas untuk mengawasi seluruh kegiatan budidaya sayuran organik yang di lakukan oleh perusahaan. Mulai dari persemaian pembibitan, persiapan lahan, penanaman, perawatan, hingga panen. Supervisor kebun harus selalu mengawasi langsung kegiatan budidaya, hal ini dilakukan agar seluruh kegiatan budidaya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu supervisor kebun bertugas pula untuk menjaga alat-alat produksi agar umur ekonomis alat-alat tersebut menjadi lebih lama. Semua pengelolaan terhadap kegiatan administrasi dan keuangan dilakukan oleh manajer keuangan. Tugas pokok dari manajer keuangan adalah menangani kegiatan keuangan sehari-hari serta administrasi perusahaan, termasuk mencatat semua jumlah pembelian dan penjualan sayuran dalam laporan pembelian dan penjualan. Tugas lainnya adalah membuat laporan keuangan perusahaan termasuk laporan laba rugi, pemasukan dan pengeluaran uang. Selain itu manajer keuangan juga bertugas untuk mencatat administrasi dari pegawai, serta menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Manajer pemasaran memiliki wewenang untuk melakukan riset pasar, rencana pemasaran, pengelolaan dan pemeliharaan pasar dan penjualan, dan operasional distribusi. Manajer pemasaran mempunyai kewajiban agar produk yang berasal dari kebun maupun petani mitra mampu di olah (proses pasca panen) agar sesuai denga kebutuhan pelanggan. Dalam operasionalnya, manajer pemasaran di bantu oleh staf operasional dan staf pengembangan usaha. Staf operasional pemasaran melakukan kegiatan dalam penjualan harian dan pengaturan distribusi, sedangkan staf pengembangan usaha bertugas dalam hal 36

52 membina hubungan dengan pelanggan, promosi dan komunikasi pemasaran, dan berusaha menjaring pelanggan baru. 5.3 Sumber Daya Perusahaan Sumberdaya fisik yang dimiliki oleh Frida Agro terdiri dari sumberdaya lahan dan sarana serta prasarana pendukung. Sumberdaya fisik yang terdapat pada Frida Agro dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sumberdaya Fisik pada Frida Agro Tahun 2009 No Sumberdaya Alam/fisik Luas (m 2 ) 1 Kantor dan Lahan Produksi Gudang Pemasaran Jumlah Sumber : Frida Agro, 2009 Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa Frida Agro mempunyai sarana yang menunjang bagi kegiatan usahanya sehari-hari yaitu kantor dan lahan produksi seluas 3.5 Ha. Lahan produksi ini adalah lahan dalam pembudidayaan sayuran organik yang dilakukan oleh Frida Agro. Sumberdaya lain yang dimiliki oleh perusahaan adalah gudang pemasaran yang berfungsi dalam kegiatan pasca panen perusahaan, mulai dari penyortitan hingga pelabelan kemasan. Sumberdaya fisik lainnya adalah sarana dan prasaran produksi di kebun produksi yang terdiri dari alat-alat pertanian seperti cangkul, arit, pisau, dll, serta sarana penunjang kebutuhan di gudang pemasaran seperti mobil pick up, timbangan duduk, keranjang panen, gunting, hand wrapper, tempat sortasi, timbangan kecil dan besar, stapler, dan sarana penunjang lainnya. Sumberdaya fisik perusahaan ini masih dalam kondisi bagus dan terpelihara. a. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang dipakai oleh perusahaan terdiri dari tenaga kerja inti dan tenaga kerja harian. Upah tenaga kerja inti dibayarkan setiap satu bulan sekali, sedangkan tenaga kerja harian dibayarkan setiap hari, besarnya upah yang di bayar kepada tenaga harian berbeda antar satu dengan yang lainnya tergantung dari jenis pekerjannya. Daftar sumberdaya manusia pada Frida Agro dapat dilihat pada Tabel 6. 37

53 Tabel 6. Sumberdaya Manusia pada Frida Agro Tahun 2009 No Bagian Pendidikan Keterangan Jumlah (orang) 1 Top Management - Direktur Utama Pemilik perusahaan 2 - Manajer opersional SE 1 2 Divisi Keuangan SMA 1 3 Divisi Budidaya - Manajer budidaya SMT Pertanian Penanggung jawab 1 - Tenaga kerja inti SMA 10 - Tenaga kerja harian SMP&SD 14 4 Divisi Pemasaran - Manajer pemasaran SP Penanggung jawab 1 - Staf operasional SMA 1 - Staf pengembangan SMA 1 - Tenaga kerja harian SMP&SD 17 JUMLAH 49 Sumber : Frida Agro, 2009 Tabel 6 Diketahui jumlah sumberdaya manusia yang ada di Frida Agro berjumlah 49 orang, pendidikan yang dimiliki oleh setiap orang dirasakan sudah cukup proporsional dan menunjang untuk menjalankan setiap tugasnya. Pekerja pada Frida Agro merupakan kelompok pekerja yang memiliki rentang keterampilan teknis yang seragam dan terbatas. Kelompok pekerja perusahaan sama seperti kelompok buruh tani sewa. Setiap pekerja harian bertanggung jawab pada penganggung jawab dari masing-masing divisi. Tingkat umur pekerja didominasi oleh pekerja berumur antara tahun dengan tingkat pengalaman kerja lebih dari 10 tahun dan tingkat pendidikan yang antara SD-SMP. b. Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang diperlukan adalah modal tetap yaitu kantor dan lahan produksi, gudang pemasaran, sarana dan prasarana pendukung. Sedangkan modal lancar berupa benih, pupuk, obat-obatan, bahan bakar, dan bahan penunjang lainnya. Modal perusahaan berasal dari modal pribadi pemilik. Penambahan modal berasal dari laba ditahan, walaupun dengan cara ini pertumbuhan usaha dirasakan lebih lambat dibanding dengan menambah modal dengan pemilik saham baru atau kredit. Namun modal sendiri bagi perusahaan dapat memberikan kontrol yang maksimum dan mengurangi resiko akibat penambahan dana dari luar. Namun untuk beberapa kondisi bila terjadi 38

54 kekurangan modal yang mendesak, pemilik perusahaan mempertimbangkan menggunakan alternatif kredit yang kecil dari bank. 5.4 Visi dan Misi Frida Agro mengangap visi dan misi perusahaan merupakan pemandu dari setiap tindakan yang akan di ambil pada masa depan yang akan membuat perusaaan memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakanya dari organisasi lain yang bergerak dalam industri sejenis. Sebagai salah satu perusahaan yang sedang berkembang, Frida Agro mempunyai visi dan misi yang jelas sebagai perusahaan modern dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Visi dari Frida Agro adalah mampu menjadi pemimpin dalam bidang khusunya dalam usaha sayuran organik, dengan menggunakan teknologi tepat guna sehingga mampu mensejahterakan masyarakat pertanian pada umumnya serta khususnya masyarakat daerah sekitar perusahaan. Sedangkan misi dari Frida Agro adalah : 1. Mampu menghasilkan sayuran dengan kualitas dan kontinuitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar 2. Selalu meningkatkan kepuasaan pelanggan, kualitas Sumber Daya Manusia, dan selalu senantiasa meningkatkan kualitas produk. 3. Mampu bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait untuk dapat menghasilkan teknologi tepat guna bagi dunia agribisnis dan sayuran organik pada umumnya. 5.5 Aktivitas Bisnis Aktifitas bisnis Frida Agro terdiri 2 subsistem usaha yaitu budidaya sayuran organik dan kegiatan pemasok/distributor sayuran. Aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Frida Agro selengkapnya dijelaskan berikut ini. a. Budidaya Sayuran Organik Langkah awal dalam pengelolaan produksi adalah merencanakan produksi pada yang pokoknya berisi mengenai apa dan berapa harus diproduksi dan menentukan bagaimana teknik budidaya yang akan digunakan. Prinsipnya, setiap produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan dirancang agar sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen di pasar. Hanya dengan cara ini maka produksi yang dihasilkan dapat bersaing di pasar dan hal ini mengisyaratkan bahwa 39

55 rancangan suatu produk secara berkala harus ditinjau kembali dan di sesuaikan dengan kebutuhan pasar. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh Frida Agro adalah budidaya sayuran organik. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan lahan adalah kegiatan sanitasi lahan, pencangkulan, pembentukan bendengan kasar, pemupukan, pengapuran, pembentukan bendengan halus, penyiraman, dan terakhir adalah penutupan mulsa plastik. Kegiatan persemaian dimulai dengan menyiapkan benih, menyiapkan media semai, perkecambahan, memindahkan kecambah ke dalam polibag semai, perawatan yang terdiri dari pengendalian hama, sirkulasi udara, sanitasi dan pemupukan tambahan. Kegiatan penanaman dimulai dengan menentukan pola tanam, membuat lubang tanam, menanam, dan menyiran tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman tanaman yang mati, penyiraman, pemasangan ajir, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan dan pasca panen tahapannya meliputi kegiatan pemilihan tanaman yang siap panen sesuai dengan umur panen, pemetikan hasil dan kemudian memasukannya ke dalam ember, keranjang, pengangkutan, dan penyortiran. Kegiatan produksi sayuran organik yang dilakukan oleh Frida Agro sedapat mungkin dilakukan secara efektif dan efisien, hal ini dilakukan untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Efektifitas kegiatan produksi yang coba dilakukan oleh Frida Agro adalah dengan melakukan perencanaan proses produksi yang baik serta implementasinya mampu di pahami oleh seluruh karyawan. Serta ditunjang dengan penggunaan alokasi sumberdaya yang baik. Efisiensi produksi yang coba dilakukan oleh Frida Agro adalah dengan melaksanakan rencana dan proses produksi dengan tepat dan berusaha meminimumkan pemborosan selama proses produksi berlangsung. Pemborosan yang mungkin dapat terjadi adalah pemborosan pengunaan sarana produksi, waktu dan tenaga maupun pemborosan karena kerusakan produk. Pengendalian produksi dalam usahatani dapat dilakukan untuk mengurangi kelebihan penggunaan pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sehingga Frida Agro 40

56 berupaya melakukan pengendalian dalam produksi sayuran organik, sehingga diharapkan proses produksi yang dilakukan dapat berjalan pada jalur yang telah direncanakan. b. Kegiatan Pemasok/Distributor Sayuran Frida Agro saat ini mulai beralih untuk membudidayakan sayuran organik, sehingga untuk sayuran konvensional bekerja sama dengan petani mitra yang disebut sebagai sistem Inti Plasma dimana Frida Agro membeli sayuran kepada petani-petani mitra. Hal ini dilakukan karena Frida Agro sudah mempunyai pasar untuk sayuran konvensional, karena pada awal berdirinya perusahaan membudidayakan sayuran konvensional. Sistem inti plasma yang diterapkan oleh perusahaan memperhatikan prinsip saling menguntungkan dan saling memperkuat. Pola kemitraan adalah suatu kemitraan kerjasama usaha antara usaha kecil dan menengah atau besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha menengah atau besar. Sistem saling menguntungkan yang terjadi adalah Frida Agro mendapat sayuran yang berkualitas, sedangkan petani mitra mendapat kemudahan dalam hal sarana dan prasarana produksi, bimbingan teknis, serta kepastian pasar. Produk yang akan dipasarkan oleh perusahaan berasal dari produksi sendiri untuk sayuran organik dan dari petani mitra untuk sayuran konvensional. Secara umum kegiatan yang dilakukan oleh Frida Agro adalah (1) mengetahui permintaan pasar, (2) menyediakan sayuran, (3) kegiatan pasca panen yang terdiri sortir dan gradding, (4) menimbang dan mengemas produk, (5) distribusi produk ke tangan konsumen. 5.6 Pasar dan Penjualan Frida Agro melakukan kegiatan usaha suplai sayuran secara langsung ke beberapa supermarket, restoran, dan hotel di daerah Jakarta dan sekitarnya. Daftar pelanggan Frida Agro dapat dilihat pada Tabel 7. 41

57 Tabel 7. Daftar Pelanggan Frida Agro No Nama Pelanggan Daerah 1 Sogo Kelapa Gading, Senayan, Hotel Indonesia, Saibu, Pondok Indah Mall. 2 Total Buah Kelapa Gading 1 & 2, Fatmawati, Pluit, Gajah mada, Grand vil, Slipi. 3 Duta Garden Slipi 4 Duta Mas Kuningan 5 Duta Palem Cempaka Putih 6 Ranch Market Kelapa gading, Pondok indah mall, Cempaka putih. 7 Kemchick Kemang 8 Hotel Hilton Jakarta 9 Group Grand Palace Jakarta 10 Tamara Market Slipi, Serpong Sumber : Frida Agro, 2009 Tabel 7 menunjukkan bahwa pelanggan dari Frida Agro berasal dari beberapa Supermarket dan Hotel. Baik untuk sayuran organik maupun konvensional. Pelanggan dari Frida Agro tersebut sangat memperhatikan kualitas dari produk yang akan mereka pesan, oleh karena itu perusahaan harus mengetahui kebutuhan dari para pelanggan tersebut. Untuk mengatasinya Frida Agro melalui divisi pemasaran melakukan pengenalan kebutuhan mengenai produk apa yang diinginkan pasar. Hasil dari informasi pasar ini kemudian dijadikan pedoman untuk menentukan produk sayuran apa saja yang harus disediakan dan diteruskan kepada petani mitra. 42

58 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu langkah awal yang terpenting dalam melakukan analisis manajemen rantai pasokan (supply chain management) adalah dengan melakukan analisis terhadap model atau kondisi rantai pasokan yang terjadi. Dari hasil analisis dan evaluasi kondisi manajemen rantai pasokan tersebut, maka akan dihasilkan berbagai informasi menyangkut potensi, peluang serta hambatan maupun permasalahan yang terjadi dalam aliran rantai pasokan suatu produk. Informasi mengenai kondisi manajemen rantai pasokan tersebut kemudian menjadi suatu input bagi perbaikan kinerja dan pengembangan rantai pasokan tersebut. Upaya untuk menganalisis rantai pasokan suatu produk saat ini telah berkembang dengan menggunakan berbagai metode yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik produk maupun karakteristik pelaku rantai pasok serta industri. Pembahasan mengenai model rantai pasokan sayuran pada penelitian ini akan menggunakan suatu kerangka kerja (framework) analisis rantai pasokan yang dikembangkan oleh Lambert dan Cooper dalam Vorst (2005) yang kemudian dimodifikasi oleh Vorst (2005). Kerangka analisis yang dikembangkan tersebut adalah Food Supply Chain Networking (FSCN). Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dengan menggunakan kerangka kerja FSCN akan menganalisis beberapa aspek yakni : Aspek Struktur Rantai, Aspek ini menerangkan siapa saja anggota-anggota yang terlibat beserta peranannya dalam rantai pasokan. Aspek Sasaran Rantai. Aspek ini menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam sesayuran rantai pasokan yang dilihat dari dua sisi, yaitu sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Aspek Manajemen Rantai. Aspek ini menerangkan struktur manajemen yang digunakan diantara mata rantai, kesepakatan kontraktual yang dibuat, dan peranan pemerintah dalam rantai pasok. Aspek Sumber Daya Rantai. Aspek ini menerangkan sumber daya yang dapat digunakan dalam setiap proses pada setiap anggota rantai.

59 Aspek Proses Bisnis Rantai. Aspek ini menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasok, pihak-pihak yang terlibat, dan tingkat integrasi dari proses-proses yang ada di dalam rantai pasok. Analisis Kinerja Rantai Pasokan. Rantai pasokan kemudian dinilai berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran pada Frida Agro menggunakan beberapa pendekatan yakni kinerja kemitraan dalam rantai pasokan. Hasil pembahasan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi agenda pembenahan pada perusahaan agar memiliki kinerja rantai pasokan yang baik, memahami karakteristik konsumen, menjamin ketersediaan produk dan mutu serta kontinuitasnya, margin/keuntungan yang proporsional antar pelaku rantai pasokan, logistik dan distribusi yang baik, komunikasi dan informasi yang baik, serta hubungan yang efektif antar pelaku rantai STRUKTUR RANTAI Struktur rantai pasokan suatu komoditi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain jumlah pelaku rantai pasokan, karakteristik produk yang dihasilkan, jarak antara on farm dan pasar (konsumen), serta peranan yang dimiliki oleh setiap pelaku rantai pasokan. Pembahasan struktur pasokan sayuran akan menjabarkan beberapa anggota rantai pasokan beserta peranannya dalam rantai pasokan sayuran, aliran komoditas serta entitas rantai pasokan Aliran Komoditas dan Anggota Rantai Frida Agro memiliki alur rantai sayuran yang tertuju ke beberapa supermarket sebelum sampai kepada konsumen akhir. Secara umum, pembahasan struktur rantai pasokan sayuran pada Frida Agro menjabarkan beberapa anggota rantai pasokan beserta peranannya dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro. Anggota rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang dimaksud adalah pelaku usaha serta beberapa stakeholder (anggota rantai pendukung) terkait. Pelaku usaha atau anggota utama rantai pasokan terdiri atas petani mitra, Frida Agro, Pasar Tradisional dan Supermarket, serta konsumen akhir. Sedangkan anggota rantai pendukung yakni Balai Penelitian Sayuran Lembang (BALITSA), penjelasan mengenai BALITSA akan dijelaskan pada sub-bab entitas rantai pasokan 44

60 pada bagian stakeholder. Struktur rantai pasokan sayuran yang terjadi pada Frida Agro dapat dilihat pada Gambar 5. BALITSA Supermarket Petani Mitra Frida Agro Konsumen Pasar Tradisional Keterangan : Aliran Produk Aliran Informasi Aliran Uang Gambar 5. Struktur Rantai Pasokan Sayuran Pada Frida Agro Tahun 2009 a. Petani Mitra Petani mitra merupakan pelaku rantai yang melakukan kegiatan budidaya sayuran dari mulai pembibitan sayuran, pemeliharaan, proses panen serta pasca panen. Petani mitra merupakan awal dari rantai pasokan sayuran pada Frida Agro. Petani sayuran yang menjadi anggota rantai pasokan pada Frida Agro adalah petani yang menjadi mitra Frida Agro. Petani memegang peranan krusial dalam menghasilkan produk dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Pada kegiatan budidaya sayuran, petani memanfaatkan semua potensi lahan yang dimiliki dengan melakukan kegiatan budidaya sayuran. kegiatan budidaya yang dilakukan sudah menggabungkan teknologi tepat guna atau konvensional dengan teknologi modern, tidak semua menggunakan teknologi modern karena ada beberapa tahapan dalam kegiatan produksi tidak dapat menggunakan teknologi modern, seperti pada tahap menanam benih sayuran, 45

61 melakukan inspeksi terhadap sayuran yang terkena hama dan penyakit, kegiatan panen dan lain-lain. Teknologi modern yang digunakan diantaranya menggunakan power sprayer dan water sprinkle pada saat menyiram tanaman atau melakukan penyemprotan obat-obatan. Dalam teknik budidaya yang dilakukan, tidak banyak berbeda dengan teknik budidaya sayuran pada umumnya. Perbedaan yang mencolok terdapat dari pemilihan bibit,pupuk dan obat-obatan, serta penanganan dosis penggunaan obatobatan dan pupuk tersebut. Menurut salah satu pegawai Balai Penelitian Sayuran Lembang, rata-rata petani di daerah Lembang sudah memiliki pengetahuan yang lebih dari cukup untuk mengahasilkan sayuran yang bermutu tinggi. Pengetahuan yang mereka dapatkan ini didapat turun-temurun, setiap petani memiliki resep masing-masing dalam menghasilkan sayuran yang bermutu. Karena alasan inilah, pihak Frida Agro mudah untuk mempercayai petani-petani sekitar untuk dijadikan mitranya. Pihak Frida Agro pun tidak terlalu direpotkan dalam memberikan penyuluhan, karena beberapa petani mitranya dapat langsung mengerti cara memproduksi sayuran yang diminta pihak Frida Agro. Sayuran yang dihasilkan petani-petani mitra sebagian besar dikirim kepada Frida Agro dan sebagian kecilnya dijual ke pasar tradisional, sayuran tersebut dibeli dengan harga yang telah disepakati sebelumnya namun diatas harga pasaran. Sayuran dikirimkan oleh petani kepada Frida Agro tiga kali dalam satu minggu, setelah sayuran sampai di gudang milik Frida Agro, akan dilakukan sortir sayuran dan perhitungan bobot sayuran yang dibeli oleh Frida Agro. Setelah itu, petani menerima sejumlah uang dari hasil penjualan sayuran yang telah disepakati bersama dengan Frida Agro. Sayuran yang dihasilkan petani mitra merupakan sayuran yang sesuai dengan permintaan pihak supermarket, permintaan pihak supermarket berupa kualitas yang diinginkan konsumen, ukuran sayuran, dan jenis sayuran. Kemitraan yang terjalin antara petani dengan Frida Agro lebih dari sekedar mitra beli. Petani yang menjadi mitra Frida Agro diberikan berbagai fasilitas berupa diberikannya informasi jenis bibit yang baik digunakan untuk menghasilkan sayuran yang sesuai dengan permintaan, tambahan modal usaha selama Frida Agro sanggup, peminjaman peralatan produksi bagi petani yang 46

62 membutuhkan, penyuluhan atau menjadi rekan dalam berkonsultasi seputar masalah yang ada dalam kegiatan produksi. Tujuan diberikannya berbagai fasilitas ini adalah untuk dapat meningkatkan kualitas hubungan kemitraan sehingga mempunyai visi dan misi yang sama dalam kegiatan produksi. Petani mitra yang dilibatkan dalam usaha ini untuk tiap jenis komoditasnya berjumlah 1-3 petani, total petani mitra Frida Agro sebanyak 46 orang. Petani-petani ini merupakan petani yang mempunyai kemampuan khusus dalam tiap jenis komoditasnya. b. Frida Agro Frida Agro adalah pelaku rantai pasokan setelah petani mitra, Frida Agro merupakan pelaku rantai yang mempunyai peran penting dalam memasarkan produk dari petani mitranya. Para petani mitra berkewajiban memasarkan hasil panennya kepada Frida Agro dengan harga dan jumlah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Frida Agro memiliki kewajiban untuk memasarkan produk sayuran dari petani mitranya kepada supermarket-supermarket maupun pasar tradisional. Sebelum memasarkan sayuran dari petani mitranya, Frida Agro melakukan kegiatan sortir sayuran. Kegiatan ini memilah-milah sayuran yang sesuai pesanan dan sayuran yang tidak sesuai pesanan. Sayuran yang sesuai pesanan akan dipasarkan ke supermarket, sedangkan yang tidak sesuai pesanan akan dipasarkan ke pasar tradisional. Sayuran yang sesuai pesanan kemudian dikemas dengan menggunakan plastik wrapping dan diberikan stiker logo Frida Agro. Sayuran yang tidak sesuai pesanan, akan langsung dimasukkan ke dalam plastik bening mirip dengan trashbag yang berwarna hitam. Sayuran yang telah dikemas kemudian didistribusikan ke tempat tujuan, untuk sayuran yang sesuai pesanan diantar ke supermarket 3 kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin, rabu, dan jum at. Sedangkan untuk sayuran yang tidak sesuai pesanan, akan dijual ke pasar tradisional setiap hari pada sore hari. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Frida Agro adalah memberikan pelayanan kepada mitranya berupa pelayanan untuk memberikan pembinaan teknis kegiatan budidaya agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan, memberikan pinjaman modal usaha bagi petani mitra yang membutuhkan. Selain itu, Frida Agro juga menyediakan sarana produksi 47

63 pertanian berupa bibit, pupuk serta pestisida bagi mitra mereka yang membutuhkannya. Kegiatan yang dilakukan oleh Frida Agro dalam kerangka rantai pasokan sayuran ini secara ringkasnya antara lain pembelian sayuran dari petani mitranya, sortasi, distribusi, penjualan kepada supermarket, dan melakukan pelayanan kepada petani mitranya. Frida Agro menjadi pihak yang menanggung risiko untuk penjualan yang dikembalikan oleh pihak supermarket, pengembalian sayuran ini dinilai oleh supermarket tidak sesuai dengan standar mereka. Sayuran yang dinilai tidak layak ini rata-rata rusak pada saat dalam perjalanan menuju lokasi supermarket, karena mobil box yang digunakan oleh pihak Frida Agro belum menggunakan pendingin box. c. Supermarket Pelaku rantai setelah Frida Agro ada dua, pertama adalah supermarket dan yang kedua adalah pasar tradisional. Supermarket merupakan tujuan utama pemasaran dari Frida Agro. Supermarket menjalankan kegiatan sortir produk dari Frida Agro dan penjualan ke konsumen akhir. Kegiatan sortir dilakukan untuk menjamin sayuran yang akan dijual kepada konsumen akhir masih dalam mutu yang baik. Kegiatan sortir ini dilakukan pada saat loading dock (proses bongkar muat barang pada supermarket), proses ini dilakukan pada saat Frida Agro tiba di lokasi gudang penyimpanan supermarket. Setelah sortir dilakukan, sayuran kemudian ditimbang agar sesuai dengan pesanan dan kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin yang ada di dalam tempat penyimpanan sayuran. Keesokan harinya, sebelum sayuran dimasukkan ke dalam pendingin yang ada di ruang penjualan sayuran, sayuran diberi label harga terlebih dahulu. Pihak supermarket merupakan pihak pertama yang menerima keluhan dan saran dari konsumen akhir tentang sayuran yang dijual oleh mereka, berbagai keluhan dan saran ini kemudian diteruskan kepada Frida Agro sebagai penyedia sayuran bagi supermarket tersebut. Setelah informasi tersebut sampai ke Frida Agro, pihak Frida Agro kemudian melakukan evaluasi bersama dengan para petani mitranya dan mencari solusi bersama-sama agar permintaan konsumen dapat terpenuhi. Supermarket yang menjadi tujuan Frida Agro dapat dilihat pada Tabel 7. 48

64 d. Pasar Tradisional Pasar Tradisional merupakan tujuan alternatif dari Frida Agro. Produk sayuran dari petani yang tidak sesuai standar kualitas yang diminta oleh pihak supermarket akan disalurkan ke pasar tradisional setempat. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang diderita Frida Agro atas sayurannya yang tidak sesuai dengan standar supermarket. Hubungan dengan pelaku pada pasar tradisional ini hanya sebatas mitra jual beli. Pasar tradisional yang menjadi tujuan Frida Agro adalah Pasar Lembang. Penjelasan singkat mengenai peranan anggota rantai pasok sayuran dan perannya masing-masing dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Peranan masing-masing anggota rantai pasokan sayuran Tingkat Anggota Proses Aktivitas Supplier Petani (mitra) Produksi, Penjualan Memproduksi sayuran yang sesuai dengan permintaan Frida Agro Distributor Frida Agro Pembelian, Melakukan penyimpanan, pembelian dari pengemasan, petani, kemudian Distribusi, Penjualan di kemas dan dilabeli yang selanjutnya didstribusikan kepada beberapa supermarket Retailer Supermarket Pembelian, Melakukan penyimpanan, pembelian dari penjualan Frida Agro, kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir Konsumen Konsumen akhir Pembelian, Konsumsi Melakukan pembelian dari supermarket tertentu untuk beberapa komoditas yang kemudian dikonsumsi sendiri 49

65 6.1.2 Entitas Rantai Pasokan a. Produk Produk yang dipasarkan dalam rantai pasok ini adalah sayuran, jenis sayuran yang ditawarkan oleh Frida Agro dan petani mitranya mencapai 92 jenis sayuran yang berbeda. Daftar sayuran yang ditawarkan oleh Frida Agro dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Jenis Sayuran yang ditawarkan pada Frida Agro Tahun 2009 Jenis Sayuran Jenis Sayuran Jenis Sayuran Brokoli Lobak lilin Selada Kriting Baby Corn Labu Parang Pakcoy Baby Beetroot Bayam Lokal Peter Celli Buncis Super Lokal Bayam Merah Selada Kriting Merah Buncis Baby Lokal Basil Siomak Buncis Baby Francis Bawang Son Selada Air Buncis Super Francis Bawang Leek Sawi Putih Buncis Ungu Cellery Stick Wangsuy Buncis Kuning Caisin Kangkung Akar Cabe Rawit Merah Caisin Baby Kailan Cabe Kriting Merah Daun Seledri Lokal Kangkung Cabe Merah Besar Terong Roti Kailan Baby Cabe Hijau Besar Terong Belanda Ungu Horenzo Cabe Rawit Hijau Terong Belanda Golden Nasubi Jamur Tiram Terong Medan Wortel Jagung Manis Kulit Jamur Champignon Wortel Baby Jagung Manis Kupas Kyuri/Timun Jepang Cukini Hijau Oyong Kyuri Baby Cukini Baby Okra Kacang Merah Strawberry A Paprika Hijau Kembang Kol Strawberry B Paprika Merah Kol Baby Strawberry C Paprika Kuning Kol Gepeng Pakcoy Super Paprika Orange Kol Merah Pohpohan Paprika Ungu Kol Bulat Cerry Gendot Pare Putih Lettuce Head Tomat TW Pare Hijau Labu Siam Acar Akar Alang-alang Pare Lilin Labu Siam Sereh Pete Kupas Lobak Korea Tomat Cerry Bulat Tempe Daun Terung Lalap Tomat Cerry Lonjong Sawi Putih Timun Baby Super Kacang Panjang Sawi Putih Baby Timun Acar/Lalap Timun Baby Sumber: Frida Agro,

66 b. Pasar Penyebaran pasar produk dari Frida Agro sebagian besar dipasarkan di seputar Bandung, Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Di kota-kota yang dituju terdapat 2 sampai 5 supermarket berbeda yang menjadi tujuan pengirimaan. Pasar tersebut umumnya merupakan pembeli sekunder, yaitu pembeli yang membeli sayuran untuk dijual kembali ke konsumen akhir. Pembeli sekunder ini diantaranya adalah supermarket-supermarket dan toko sayuran-sayuran modern. Konsumen akhir biasanya mendatangi supermarket dan toko tersebut untuk membeli sayuran yang mereka inginkan. Konsumen akhir yang menjadi pelanggan tetap atau tidak di tiap supermarket masuk ke dalam segmen pasar menengah ke atas, lokasi pembelian yaitu supermarket dan harga yang ditawarkan untuk tiap produknya yang diatas rata-rata harga pasar adalah salah satu alasan mengapa konsumen akhir dalam rantai pasok ini masuk dalam segmen tersebut. Segmen pasar yang dituju dalam rantai pasok Frida Agro ini memang sudah menjadi tujuan awal produk akan dipasarkan, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan mengatakan bahwa tujuan dari dipasarkannya produk ini ke segmen pasar tersebut adalah karena ingin memaksimalkan keuntungan dari jumlah produk yang diproduksi. c. Stakeholder Stakeholders (supporting actors) merupakan beberapa pihak atau organisasai selain pelaku anggota rantai pasok yang memiliki kepentingan dan berfungsi sebagai pihak yang mendukung keberlangsungan rantai pasokan. Pada sistem agribisnis, stakeholders rantai pasokan dapat dikategorikan sebagai subsistem layanan pendukung dari suatu sistem yang terintegrasi. Layanan pendukung dalam sistem agribisnis tersebut dapat berupa lembaga keuangan, lembaga riset, maupun lembaga pendidikan yang memberikan pembinaan terhadap anggota sistem agribisnis. Institusi yang menjadi layanan pendukung dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yakni Balai Penelitian Sayuran Lembang (BALITSA). BALITSA dalam rantai pasokan sayuran ini berperan sebagai lembaga yang melakukan inovasi mengenai varietas baru dalam sayuran dan melakukan penelitian terhadap hama/penyakit yang beredar di lahan para petani. Hasil 51

67 penelitian dari BALITSA biasanya dibuat dalam bentuk jurnal atau buku saku yang diletakkan pada perpustakaan setempat. Frida Agro dan petani mitranya mendapatkan berbagai informasi mengenai permasalahan hama/penyakit atau jenis varietas baru sayuran dari buku saku atau jurnal yang diedarkan oleh BALITSA. d. Situasi Persaingan Petani-petani mitra Frida Agro memiliki kompetitor sejenis dalam usahanya, kompetitor para mitra tani Frida Agro umumnya berlokasi di sekitar Lembang. Selain memasok hasil produksinya kepada Frida Agro, para petani mitra ini juga menjual produknya ke pasar-pasar di sekitar Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai Balai Penelitian Sayuran (BALITSA) di Lembang beberapa waktu lalu, petani-petani di Lembang memiliki pengetahuan tentang seluk beluk produksi sayuran yang diatas rata-rata petani di luar Lembang. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan petani-petani Lembang ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh petani diluar Lembang. Hal ini yang dapat menjadi keunggulan kompetitif petani-petani Lembang, mereka mampu menghasilkan produk yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan produk yang lain. Frida Agro selaku mitra beberapa petani di Lembang diuntungkan dengan kemempuan para petani ini, secara tidak langsung Frida Agro juga memiliki keunggulan kompetitif produknya yang dibandingkan dengan produk dari perusahaan lain di luar Lembang. Dalam hal pemasarannya, petani mitra ini dibantu oleh Frida Agro untuk memasarkan produk-produknya. Frida Agro juga memiliki beberapa kompetitor yang bergerak pada usaha yang sama dan berlokasi ditempat yang sama, yaitu distributor sayuran ke supermarket-supermarket. Persaingan yang terjadi tidak terlalu dianggap sebagai kompetisi oleh pihak perusahaan, pihak perusahaan hanya berfokus bagaimana untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumennya dalam hal peningkatan variasi produk, peningkatan mutu, memberikan harga yang sesuai dengan kualitas produk dan meningkatkan kualitas komunikasi dengan para mitranya. Dengan memfokuskan kepada pelayanan dan pengelolaan rantai pasokan ini, diharapkan perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan usahanya. 52

68 Metode pemasaran yang dilakukan oleh Frida Agro adalah awalnya dengan melakukan promosi dengan cara mendatangi supermarket baru dan kemudian menawarkan produk-produknya disertai pricelist-nya. Seiring berjalannya waktu hingga saat ini, produk-produk yang dihasilkan oleh Frida Agro sudah mendapat sambutan yang baik oleh beberapa supermarket, yang pada akhirnya supermarket itu sendiri yang mencari keberadaan Frida Agro dengan cara mendapatkan informasi dari supermarket yang telah menjadi langganan Frida Agro. Kegiatan pemasaran saat ini yang dilakukan oleh Frida Agro adalah dengan mengikuti promo-promo yang dilakukan oleh beberapa supermarket, promo tersebut layaknya pameran-pameran sayuran ditempat-tempat yang biasa kita temukan. Keunggulan kompetitif produk dari Frida Agro yang meliputi ciri khas sayuran, peningkatan pelayanan dan disertai metode pemasaran yang dijalankan membuat Frida Agro memiliki keunggulan kompetetif yang baik. Walaupun demikian, suasana persaingan yang terjadi diantara perusahaan tidak terlalu berimbas kepada aktivitas penjualan sayuran Frida Agro. Hal ini disebabkan bahwa masing-masing perusahaan memiliki jalur pemasarannya sendiri dalam memenuhi permintaan konsumen. Bahkan sesama distributor sayuranpun tidak ada yang mengetahui sasaran pasar atau jalur pemasaran yang dimiliki perusahaan lain. Pihak Frida Agro menganggap bahwa banyaknya pesaing yang menggeluti usaha ini hanya berdampak pada pemerataan suplai sayuran di berbagai tempat namun tidak sampai menyebabkan perusahaan mengalami kerugian akibat terebutnya pasar oleh pesaing yang lain. Kondisi tersebut justru membuat Frida Agro terus meningkatkan pelayanan terhadap konsumennya agar konsumen lain dapat menjadi pelanggan baru Frida Agro. Beberapa pesaing sejenis dari Frida Agro yang lokasinya berdekatan dengan lokasi usaha Frida agro adalah saung organik, bimandiri, dan lain-lain. 6.2 Sasaran Rantai Sasaran rantai diartikan sebagai berbagai tujuan yang secara spesifik ingin dicapai dari pelaksanaan atau penerapan manajemen rantai pasokan. Sasaran atau tujuan yang ditetapkan tersebut nantinya akan menjadi acuan apakah rantai pasokan tersebut telah berjalan dengan baik atau masih perlu diperbaiki. Pada 53

69 kajian rantai pasokan sayuran pada Frida Agro, sasaran yang ingin dicapai meliputi sasaran pasar dan sasaran pengembangan rantai pasokan Sasaran Pasar Pemasaran produk hortikultura sayuran secara umum di Indonesia ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pasar domestik. Tujuan dari pasar produk sayuran tersebut tentunya akan sangat bergantung kepada karakteristik produk hortikultura itu sendiri. Karakteristik produk agribisnis yang umumnya perishable menjadi suatu hal yang seringkali dipertimbangkan dalam pemasaran produk sayuran. Produk hortikultura sayuran yang lebih mudah rusak biasanya akan diarahkan bagi pemenuhan pasar lokal. Pemasaran produk hortikultura dengan jarak yang relatif jauh akan memerlukan suatu perlakuan khusus baik itu dalam hal pengemasan maupun transportasinya. Pergeseran paradigma perdagangan produk pertanian dari konsep product driven menjadi market driven telah menempatkan konsumen sebagai objek yang sangat penting. Faktor persaingan usaha dalam bidang pertanian yang semakin ketat juga telah membuat konsumen memiliki posisi tawar yang lebih menguntungkan karena memiliki berbagai alternatif produk pertanian untuk dikonsumsi. Hal tersebut kemudian membuat para produsen baik itu skala perusahaan, kelompok tani/koperasi maupun petani secara individual harus sangat memperhatikan karakteristik konsumen dan pola permintaan secara lebih cermat. Posisi pasar atau konsumen di dalam suatu rantai pasokan adalah sebagai suatu tujuan akhir dari suatu pengelolaan rantai pasokan yang terintegrasi meliputi berbagai pihak. Permintaan dan harapan konsumen harus mampu direspon dengan baik oleh segenap pelaku rantai pasokan agar keinginan konsumen terhadap produk yang disalurkan tersebut terpenuhi, baik dari segi kuantitas atau ketersediaan, kualitas produk, waktu penyampaian yang cepat, maupun harga yang terjangkau. Terpenuhinya permintaan dan keinginan konsumen tersebut pada akhirnya akan membuat konsumen lebih loyal kepada produk yang dihasilkan oleh suatu rantai pasokan. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan keunggulan bersaing dari suatu rantai pasokan dibandingkan dengan rantai pasokan lain yang menghasilkan produk sejenis. 54

70 Frida Agro pada dasarnya memiliki satu tujuan pasar yakni pasar modern (supermarket) di daerah Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Karakteristik konsumen dari Frida Agro memiliki karakteristik yang kritis terhadap kualitas produk yang dihasilkan, peniliaian konsumen biasanya pada penampilan fisik sayuran dan kesegarannya. Hal tersebut yang menyebabkan penerapan standarisasi kualitas sayuran menjadi hal yang sangat penting. Sayuran yang akan didistribusikan ke supermarket yang menjadi tujuan pasar haruslah sudah melewati proses sortir yang ketat oleh pihak perusahaan dan mitra taninya, hal ini dilakukan agar sayuran tersebut sesuai dengan pesanan yang diminta oleh pihak supermarket. Hal lain yang juga penting untuk diperahatikan adalah terkait dengan identitas merk dan sistem penjejekana rantai pasokan. Keamanan sayuran sebagai produk pangan menjadi perhatian utama konsumen pada saat ini. Hal tersebut menyebabkan penjejakan rantai pasokan sayuran terkait proses penyaluran produk dari penggunaan input, pestisidam, pengawet, bahkan lahan yang digunakan haruslah mampu dikelola secara intensif. Produk sayuran yang dikonsumsi oleh konsumen supermarket biasanya disajikan secara segar dengan kemasan yang dikemas oleh Frida Agro. Sayuran yang dibutuhkan konsumen diutamakan sayuran dalam kemasan yang higienis, jumlahnya sesuai kebutuhan, tidak layu dan tampilannya bersih. Oleh karena itu, Frida Agro bersama mitra taninya memproduksi sayuran yang sesuai dengan permintaan konsumen dari supermarket tersebut. Sayuran yang tidak sesuai pesanan atau tidak memenuhi standar, oleh Frida Agro dipasarkan ke Pasar Lembang dan Pasar Induk Ciwaringin. Konsumen pasar tradisional yang melakukan pembelian sayuran di pasar tersebut dapat dikatakan tidak kritis dan kurang memperhatikan tampilan sayuran yang akan mereka beli. Konsumen di pasar tradisional ini tidak menjadi prioritas oleh pihak perusahaan, pihak perusahaan menjual sayuran yang tidak sesuai standar ke pasar tradisional karena untuk mengurangi kerugian yang mereka dapatkan. Sayuran yang dijual ke pasar tradisional tidak memberikan keuntungan, namun mampu mengurangi kerugian yang dialami perusahaan. 55

71 6.2.2 Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan rantai pasokan dapat diartikan sebagai suatu upaya bersama dari beberapa pihak yang terlibat dalam rantai pasokan untuk secara spesifik mengembangkan suatu aspek yang dianggap penting bagi peningkatan kinerja rantai. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan rantai pasokan tersebut haruslah dilakukan secara sinergis melalui koordinasi antar pihak dalam rantai pasokan. Hal tersebut dikarenakan bahwa tujuan yang ingin dicapai bukan hanya bagi kepentingan beberapa pelaku sebagai individual melainkan tujuan kolektif dari rantai yang terintegrasi. Pengembangan rantai pasokan tidak mudah dilakukan karena melibatkan berbagai pihak dengan kepentingannya masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan suatu sasaran pengembangan yang disepakati secara bersama sehingga upaya pelaksanaan pencapaian sasaran tersebut akan didukung semua pihak yang terkait. Pada bidang agribisnis, sistem pengembangan dengan sasaran bersama tersebut dapat dilakukan apabila setiap pelaku usaha terkait melihat rantai pasokan sebagai suatu sistem yang saling tergantung dan mempengaruhi. Sasaran pengembangan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang ingin dituju antara lain menyangkut penguatan rantai pasokan melalui pelaksanaan kemitraan yang berkesinambungan. Kerjasama kemitraan ataupun bentuk koordinasi lainnya yang melibatkan pihak petani, Frida Agro serta beberapa institusi pendukung diarahkan kepada peningkatan kapasitas produksi, insentif melalui bantuan modal dan pengembangan infrastruktur. Pengelolaan rantai pasokan melalui pelaksanaan kemitraan petani dengan beberapa institusi pendukung terutama ditujukan bagi pengembangan insentif bantuan modal usaha dan pengembangan infrastruktur berupa pembangunan akses jalan yang mudah untuk dijangkau oleh kendaraan di daerah sekitar lokasi usaha petani. Pembangunan akses jalan ini bertujuan untuk memudahkan petani dalam kegiatan produksinya terutama pada kegiatan panen. Sasaran pengembangan ini sangat membutuhkan peran pemerintah dan lembaga keuangan untuk dapat mewujudkannya. Infrastruktur seperti akses jalan merupakan mutlak dikelola oleh pemerintah, oleh karena itu Frida Agro berharap pemerintah membantu memperbaiki akses jalan pada sekitar lokasi usaha Frida Agro dan petani 56

72 mitranya, karena akses jalan yang ada saat ini cukup menghambat kegiatan distribusi yang dilakuka petani kepada Frida Agro dan cukup memakan waktu. Sedangkan lembaga keuangan seperti Bank atau koperasi simpan-pinjam dibutuhkan untuk membantu petani mitra yang membutuhkan bantuan modal usaha, karena Frida Agro tidak selamanya sanggup memberikan bantuan pinjaman kepada seluruh petani mitranya. 6.3 Manajemen Rantai Pemilihan Mitra Pemilihan mitra dalam rantai pasokan sayuran bertujuan untuk menjamin terciptanya jalinan kerjasama yang saling menguntungkan. Pihak yang dijadikan mitra dalam rantai pasokan setidaknya harus memenuhi prasyarat yang ditentukan oleh pihak lainnya. Pemilihan mitra dalam rantai pasokan sayuran antara lain meliputi pemilihan mitra petani sayuran, pemilihan mitra distributor (Frida Agro), pemilihan retailer (supermarket). Aspek yang sangat berpengaruh dalam pemilihan petani sayuran sebagai mitra adalah kemampuan serta pengetahuan petani dalam menghasilkan sayuran dengan kualitas yang baik, kemampuan petani dalam menepati waktu pengiriman sayuran yang sesuai dengan pesanan dan kemampuan petani dalam berkompromi serta dapat dipercaya. Selain kemampuan tersebut, Frida Agro juga menilai kelayakan petani yang dijadikan mitranya. Kelayakan yang dinilai oelh Frida Agro terutama terkait dengan kepemilikan lahan, kemampuan produksi, serta metode budidayanya. Kemampuan dan penilaian kelayakan petani dinilai oleh Frida Agro pada saat mereka hanya sebatas mitra jual-beli, karena sering berinteraksi antara petani dengan pihak Frida Agro, maka pihak Frida Agro mulai mengenal petani-petani yang menjadi mitra jual-belinya. Seiringnya berkembangnya usaha Frida Agro, kemudian dibutuhkan petani-petani yang sanggup dijadikan mitra dalam memenuhi permintaan sayuran konvensional, maka petani dengan penilaian kemampuan dan kelayakan seperti itulah yang dijadikan ukuran oleh Frida Agro dalam menentukan mitranya. Bagi petani sayuran, tidak terdapat kriteria khusus dalam memilih mitra distributor sayurannya. Petani secara umum menginginkan distributor yaitu Frida Agro bersedia membeli sayuran dengan harga tertinggi, bersedia memberikan 57

73 bantuan peminjaman peralatan produksi, bersedia untuk saling berbagi informasi teknis budidaya, bersedia berbagi informasi pasar yang akan dituju dan kesanggupan Frida Agro dalam menyediakan dana tunai pada saat transaksi. Dalam prakteknya, Frida Agro sudah dan terus menyanggupi semua keinginan petani mitranya, bahkan Frida Agro juga bersedia untuk berkonsultasi seputar permasalahan yang ada di lahan dengan petani mitranya. Pihak Frida Agro juga memiliki beberapa kriteria dalam memilih mitra perusahaan retailer (supermarket). Setidaknya terdapat empat buah prasyarat penting yang menjadi kriteria dalam pemilihan mitra yakni penentuan harga sayuran yang menguntungkan, transparansi informasi, komitmen dalam keberlanjutan kerjasama dalam jangka waktu yang lama dan birokrasi yang tidak berbelit-belit. Penentuan harga sayuran dan transparansi informasi ditujukan menjaga posisi tawar serta mendistribusikan keuntungan dan menfaat kemitraan secara adil kepada petani mitra. Komitmen dalam keberlanjutan kerjasama dalam jangka waktu yang panjang ditujukan kepada pembentukan kemitraan yang berkesinambungan sehingga menjaga kerjasama yang menguntungkan. Sedangkan birokrasi yang tidak berbelit-belit ditujukan agar dalam kegiatan transaksinya nanti tidak memakan waktu yang cukup lama, sehingga menghemat waktu dalam prosesnya. Karena dalam satu hari, Frida Agro mensuplai sayuran ke beberapa supermarket yang berbeda lokasinya, maka waktu sangat dibutuhkan dalam proses distribusi sayuran. Pihak supermarket sebagai pelaku rantai pasokan sayuran sebelum sampai ke tangan konsumen juga memiliki kriteria tertentu dalam memilih mitra pemasoknya. Kriteria utama dari pemilihan pemasok sayuran oleh supermarket antara lain terkait dengan kemampuan pemasok dalam menghasilkan sayuran berkualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen akhir, sanggup mensuplai tepat waktu dan tepat jumlah sayurannya, berkomitmen dalam bekerjasama dan mempunyai reputasi yang baik sebagai penghasil sayuran. Aspek kualitas sayuran yang sesuai dengan keinginan konsumen akhir menjadi hal sangat diperhatikan, mengingat konsumen yang datang berbelanja ke supermarket sangat memperhatikan penampilan sayuran dan ukuran sayuran, ukuran sayuran diperhatikan konsumen karena terkait dengan kebutuhan. 58

74 6.3.2 Kesepakatan Kontraktual Pengelolaan rantai secara terintegrasi yang melibatkan beberapa pihak membutuhkan suatu kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama tersebut merupakan komitmen yang kemudian dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama di antara pelaku rantai pasokan sayuran. Proses penyusunan kerjasama antara pelaku rantai pasokan sayuran pada Frida Agro diawali dari keinginan pihak Frida Agro untuk mampu memenuhi kebutuhan konsumen agar mampu bersaing dengan produsen sayuran yang lainnya dan mampu meningkatkan keuntungan bersama antara Frida Agro dengan mitra taninya. Dalam pembuatan kesepakatan kontraktual dengan pihak lain pada dasarnya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adanya kesepakatan kontraktual yang dibuat antar anggota rantai pasokan menandakan bahwa terdapat keterbatasan pada masing-masing anggota rantai pasokan tersebut. Tujuannya dibuat kesepakatan tersebut adalah untuk mengembangkan kerjasama dengan mitra agar kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dan saling menutupi keterbatasan masing-masing. Beberapa aspek yang dapat dicapai melalui kerjasama tersebut antara lain : a) Meningkatkan rantai nilai produk. Adanya kerjasama memudahkan pihak yang memiliki keterbatasan untuk diproses oleh pihak lain agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. b) Meningkatkan jejaring pasar atau akses pasar. c) Menciptakan jaminan produksi dan pasokan dari mitra d) Mengakselerasi pertumbuhan bisnis (penjualan) Kesepakatan kontraktual umumnya dibuat untuk tujuan kerjasama jangka panjang. Dengan terbangunnya kerjasama atau kemitraan, diharapkan semua anggota rantai pasokan yang terlibat dapat mengoptimasi penggunaan sumber dayanya untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan meminimumkan resiko sehingga anggota rantai pasokan yang terlibat tersebut dapat berkembang dengan cepat. Dalam rantai pasok yang dijalani oleh Frida Agro, sudah ada kesepakatan kontraktual tertulis dengan pihak supermarket. Sedangkan kesepakatan yang terjadi antara pihak Frida Agro dengan mitra taninya sifatnya lebih kepada sistem 59

75 kepercayaan yang sudah terjalin dalam jangka waktu yang lama, dengan kata lain kesepakatan kontraktual yang terjadi hanya dari mulut ke mulut. Bentuk kesepakatan tertulis menerangkan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam transaksi. Beberapa isi dari kesepakatan tersebut adalah jadwal pengiriman produk, detail produk yang dipesan, penentuan harga jual produk, dan sistem pembayaran yang dilakukan. Sedangkan isi dari kesepakatan yang terjadi antara Frida Agro dengan mitra taninya tidak berbeda dengan kesepakatan dengan supermarket, perbedaannya adalah kesepakatan yang dilakukan dengan mitra tani tidak tertulis. Kesepakatan yang terjalin antara petani dan Frida Agro memang masih berdasarkan sistem kepercayaan, namun terdapat beberapa ketentuan yang menjadi pegangan bagi kedua belah pihak. Dalam penentuan harga jual sayuran, Frida Agro dan petani mitranya menyepakati harga sayuran tertinggi di tingkat pasar tradisional dalam periode tertentu. Sebagai ilustrasi, pada saat minggu ke tiga bulan Agustus 2009, menurut salah satu petani yang menjadi mitra Frida Agro yang juga menjajakan hasil sayurannya ke pasar tradisional, harga brokoli di tingkat pasar tradisional Lembang berkisar antara Rp Rp /kg. Dengan melihat kondisi harga yang berlaku pada saat itu, maka harga yang disepakati oleh petani dan Frida Agro adalah Rp /kg untuk sayuran jenis brokoli. Untuk detail sayurannya, brokoli yang dipesan oleh Frida Agro kepada petani biasanya mempunyai berat per batang brokoli seberat 100 gr 250 gr, detail produk ini sesuai dengan permintaan yang datang dari supermarket. Ilustrasi mengenai brokoli ini juga berlaku untuk sayuran jenis yang lain dalam penentuan harga jual sayuran dan detail produk yang disepakati oleh Frida Agro dan petani mitranya. Ketentuan lain yang disepakati oleh Frida Agro dan petani adalah mengenai pengiriman sayuran dan perhitungan sayuran yang dibayarkan oleh Frida Agro. Pengiriman sayuran dilakukan oleh petani ke Frida Agro tiga kali dalam seminggu, yakni hari minggu, selasa dan kamis. Pengiriman oleh petani dilakukan maksimal pada pukul WIB. Sedangkan untuk perhitungan sayuran yang akan dibayarkan Frida Agro kepada petani adalah sayuran yang telah disortir kemudian ditimbang bobot keseluruhan, maka bobot ini yang akan 60

76 jadi perhitungan untuk pembayaran sayuran kepada petani, dengan mengambil istilah kedua belah pihak untuk sayuran yang telah disortir adalah produk bersih. Ketentuan dalam kontrak yang terjadi antara Frida Agro dengan pihak supermarket diantaranya mengenai detail produk yang dipesan, penetapan harga dan jadwal pengiriman sayuran. Detail produk yang dipesan supermarket yakni sayuran dikemas menggunakan plastik wrapping dengan berat yang telah ditentukan. Sebagai ilustrasi yaitu untuk sayuran jenis brokoli, per batang brokoli yang dikemas menggunakan plastik wrapping bobotnya tidak boleh lebih dari 250 gr, ilustrasi ini juga berlaku untuk sayuran jenis yang lainnya, namun yang berbeda hanya bentuk kemasannya saja dan bobotnya sesuai dengan jenis sayuran. Dalam menetapkan harga sayuran, sebelum membuat kesepakatan kontraktual, Frida Agro menawarkan sayuran yang diproduksi beserta dengan price list masing-masing sayuran. Price-list yang ditawarkan Frida Agro pada supermarket mengacu kepada biaya produksi serta keuntungan yang diinginkan oleh Frida Agro, dan harga jual sayuran pasaran pada tingkat distributor. Price-list ini kemudian dinegosiasikan oleh kedua belah pihak hingga kesepakatan harga terjalin. Sebagai ilustrasi, untuk harga brokoli yang ditawarkan Frida Agro kepada Supermarket awalnya adalah sebesar Rp /kg, setelah dinegosiasikan menjadi Rp /kg, maka harga Rp /kg ini yang disepakati dan dituangkan dalam kontrak tertulis, harga ini berlaku untuk jangka waktu satu hingga dua bulan. Setelah satu atau dua bulan, kesepakatan harga jual sayuran dinegosiasikan kembali mengikuti perkembangan harga pasaran. Sedangkan untuk ketentuan pengiriman sayuran, di dalam kesepakatan ditentukan bahwa Frida Agro mengirimkan sayuran kepada supermarket tiga kali dalam satu minggu, yaitu hari senin, rabu dan jumat, waktu pengiriman sayuran maksimal tiba di lokasi pada pukul WIB. Kerjasama yang telah dikembangkan oleh pelaku rantai pasokan sayuran ini telah mencapai beberapa aspek yang menjadi tujuan dari dilakukannya kerjasama ini, diantaranya : 61

77 a. Meningkatkan rantai nilai produk Dalam hal ini, kemampuan petani dalam menghasilkan sayuran yang kemudian dikemas oleh Frida Agro dengan kemasan yang higienis dan menarik serta memberikan merek, kemudian dikirim kepada supermarket menjadi nilai tambah tersendiri dalam rantai pasokan ini. Karena masing pelaku rantai melakukan perannya masing-masing dalam meningkatkan nilai produk sayuran. Petani menghasilkan sayuran yang dibutuhkan konsumen, Frida Agro mengemas sayuran tersebut dengan menggunakan kemasan dan memberikan merek dagang sendiri, dan supermarket menjualnya di gerainya yang megah dan menggunakan pendingin. b. Meningkatkan Jejaring pasar atau akses pasar. Keuntungan petani bermitra dengan Frida Agro adalah memperluas pasar mereka dalam menjual sayurannya, sebelum bermitra petani menjual sayuran ke pasar tradisional atau kepada tengkulak yang ada di sekitar lokasi usaha mereka. Kepastian harga yang diterima petani menjadi tidak pasti dan sering kali dirugikan oleh tengkulak. Setelah bermitra dengan Frida Agro, kepastian harga sudah didapatkan oleh petani dan jejaring pasar mereka meningkat dan tersebar hingga ke luar Lembang yang diwakilkan oleh Frida Agro. Frida Agro setelah bermitra dengan supermarket secara tidak langsung dapat memperkenalkan produk yang mereka hasilkan kepada konsumen. c. Menciptakan jaminan produksi dan pasokan dari mitranya Dengan kerjasama yang dilakukan antar pelaku rantai dalam rantai pasokan sayuran ini, semua anggota mendapatkan jaminan pasokan sayuran tepat pada waktunya, sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Supermarket mendapatkan kepastian pasokan sayurannya dari Frida Agro setiap tiga hari dalam satu minggu. Sedangkan Frida Agro mendapatkan kepastian pasokannya dari petani mitranya setiap tiga hari dalam satu minggu juga. d. Mengakselerasi pertumbuhan bisnis (penjualan) Kerjasama ini secara langsung mengakselerasi pertumbuhan penjualan dari ketiga pelaku rantai pasokan sayuran. Petani sebelumnya menjual 62

78 sayuran tidak dalam kepastian dalam sisi harga dan kuantitas, setelah bermitra dengan Frida Agro, peningkatan penjualan sayuran petani kepada Frida Agro didapatkan. Karena Frida dan petani sudah melakukan kesepakatan mengenai penjualan sayuran dan penetapan harga jualnya, secara tidak langsung kepastian penjualan sayuran sudah didapatkan oleh petani. Frida Agro sendiri mampu mengakselerasi pertumbuhan sayurannya, dengan adanya kesepakatan dengan supermarket, Frida Agro mendapatkan kepastian penjualan sayuran dan kepastian harga sayuran Sistem Transaksi Sistem transaksi yang diterapkan di dalam rantai pasok ini cukup sederhana. Transaksi yang dilakukan Frida Agro dengan mitra taninya umumnya berlangsung dengan cara membayar langsung kepada petani dan Frida Agro mendapatkan produk yang mereka pesan, transaksi ini dapat digolongkan kepada spot transaction. Pembayaran yang dilakukan adalah pembayaran atas produk bersih dari petani, maksudnya produk bersih adalah produk yang telah di sortir bersama oleh petani dan Frida Agro. Penyortiran bersama ini dilakukan dengan tujuan supaya tidak ada kecurangan dalam perhitungan berat produk yang telah disortir. Mekanisme pembayaran dilakukan dilakukan pada saat petani petani datang ke gudang untuk menyetorkan sayuran yang dipesan oleh Frida Agro, kemudian dilakukan penimbangan bobot sayuran, setelah disepakati jumlah bobot sayurannya, maka pembayaran dilakukan pada saat itu dengan tunai. Lain halnya dengan petani, transaksi yang dilakukan Frida Agro dengan pihak supermarket tidak sesederhana dengan petani. Transaksi dengan pihak supemarket menggunakan faktur penjualan. Setelah proses loading dock dan kegiatan sortir pada gudang penyimpanan supermarket, kemudian pihak supermarket melakukan pencatatan sayuran yang mereka ambil. Setelah itu, pihak Frida Agro mendapatkan selembar kertas yang berisikan jenis sayuran dan nominal harga yang harus dibayarkan oleh pihak supermarket, selembar kertas ini disebut faktur penjualan oleh kedua belah pihak. Faktur penjualan ini baru bisa ditunaikan setelah satu atau dua minggu setelah faktur penjualan tersebut diberikan kepada Frida Agro. 63

79 6.3.4 Dukungan Pemerintah Instansi pemerintahan sebagai pihak yang mengambil kebijakan telah memutuskan beberapa peraturan yang mengatur agribisnis sayuran. Peraturanperaturan tersebut meliputi kebijakan pembenihan dan budidaya pertanian, kebijakan peredaran dan perdagangan pertumbuhan, dan kebijakan investasi. Kebijakan-kebijakan ini hanya dapat dirasakan secara tidak langsung oleh Frida Agro dan petani-petani mitranya. Belum ada campur tangan langsung pemerintah kepada pihak perusahaan dan petani. Saat ini Frida Agro mulai mengembangkan usahanya dengan membudidayakan pertanian organik, pengembangan usaha ini sejalan dengan program pemerintah dengan slogan go organic 2010-nya. Tetapi hingga saat ini, pemerintah belum memberikan penyuluhan langsung mengenai bagaimana pertanian organik yang sebenarnya kepada petani-petani organik, termasuk Frida Agro. Pada akhirnya pihak Frida Agro mulai menjalankan pengembangan usahanya secara otodidak, mulai dari pencarian informasi hingga menjalani proses budidaya organiknya dilakukan dengan kemampuan sendiri. Peran pemerintah baru dinikmati sebatas memanfaatkan adanya BALITSA dengan serangkaian penelitian yang dibukukan atau dibuat jurnal Kolaborasi Rantai Pasokan Salah satu faktor kunci dalam keberhasilan sebuah rantai pasokan adalah terciptanya suatu kolaborasi yang baik di antara pelaku rantai pasokan. Kolaborasi dapat memberikan manfaat strategik maupun finansial bagi pelaku rantai. Terdapat dua faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan kolaborasi di antara pelaku rantai pasokan yakni kerelaan dalam berbagi informasi dan kerelaan dalam berbagai manfaat (Said et al 2006). Kolaborasi yang efektif dapat terbangun jika masing-masing pihak bersedia memberikan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu kepada mitranya. Sementara itu, mitra juga harus menjaga informasi tersebut secara bertanggung jawab sehingga dapat mendorong terciptanya rasa saling percaya. Dengan terbangunnya kepercayaan, maka masingmasing pihak tidak akan berkeberatan untuk saling berbagi manfaat secara adil sesuai peran dan kontribusinya dalam rantai pasokan. 64

80 a. Lingkup Kolaborasi Intensitas kolaborasi secara umum terbagi atas empat tingkatan, yakni Transactional Collaboration, Cooperative Collaboration, Coordinated Collaboration, dan Synchronized Collaboration (Said et al, 2006). Kolaborasi yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran ini masuk dalam tingkatan Cooperative Collaboration, dalam tingkatan ini kolaborasi yang terjadi tidak hanya sekedar hubungan transaksional saja, tetapi sudah mulai ada saling memberi informasi. Dalam prakteknya, pihak supermarket sudah memberikan informasi terutama mengenai sayuran seperti apa yang dibutuhkan oleh konsumen, baik itu dalam segi kemasan hingga ukuran sayuran yang digemari. Hal ini memudahkan Frida Agro dalam memproduksi sayurannya bersama petani mitranya. Frida Agro dengan petani mitranya juga sudah terjalin saling berbagi informasi diantara mereka. Frida Agro meneruskan informasi dari supermarket kepada petani mitranya mengenai sayuran yang dibutuhkan oleh supermarket, informasi ini berupa ukuran sayuran yang harus dihasilkan dan kualitas sayuran yang harus diperhatikan. Dengan demikian petani dapat mempersiapkan kegiatan produksi sebaik mungkin. Selain itu, apabila petani mengalami kesulitan dalam kegiatan produksinya, pihak Frida Agro tidak segan untuk saling berbagi informasi teknis budidaya untuk menyelesaikan masalah yang ada di lahan milik petani. b. Perencanaan Kolaboratif Perencanaan dan penelitian kolaboratif merupakan bagian dari kegiatan kerjasama kolaborasi antar pelaku dalam sebuah rantai pasokan. Perencanaan kolaboratif berarti terdapat kerjasama, kesatuan dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai dengan anggota lainnya dalam melakukan perencanaan rantai pasokan. Perencanaan kolaboratif banyak dilakukan dalam rantai pasokan sebuah usaha manufaktur, salah satunya adalah dengan berbagi informasi perencanaan produksi dari sebuah produsen kepada para perusahaan pemasok bahan baku yang menjadi mitranya. Ketepatan informasi mengenai perencanaan produksi tersebut akan direspon oleh perusahaan pemasok untuk mempersiapkan (memproduksi) bahan baku yang dibutuhkan mitranya. 65

81 Frida Agro dalam hal ini melakukan perencanaan kolaboratif dengan para mitra taninya. Frida Agro memberikan informasi mengenai berapa jumlah dan jenis sayuran yang dimintanya berdasarkan permintaan yang datang. Namun, selain mengandalkan informasi pesanan yang masuk, Frida Agro juga melakukan perkiraan penjualan untuk mengantisipasi fluktuasi pesanan insidental. Rata-rata Frida Agro meningkatkan rencana produksi dengan mitranya sebesar 10 sampai 20 persen melebihi dari pesanan yang valid dari supermarket. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pesanan tambahan yang datang pada waktu yang tidak terduga. c. Penelitian Kolaboratif Penelitian kolaboratif merupakan upaya yang dilakukan oleh beberapa anggota rantai pasok untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan. Penelitian kolaboratif diarahkan kepada upaya untuk memenuhi permintaan, pola perilaku pasar baik itu dari segi spesifikasi produk maupun penyampaian kepada konsumen, serta penelitian mengenai sayuran untuk meningkatkan kualitas, menemukan varietas baru dan menemukan obat untuk hama/penyakit baru. Penelitian kolaboratif merupakan upaya yang dilakukan oleh beberapa anggota rantai pasok untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan. Penelitian kolaboratif biasanya dilakukan oleh anggota eksternal atau anggota pendukung rantai pasok yaitu pemerintah. Penelitian kolaboratif diarahkan kepada upaya untuk menemukan varietas baru untuk jenis sayuran dan penanganan hama penyakit baru. Penelitian kolaboratif ini dilakukan oleh Balai Penelitian Sayuran Lembang (BALITSA) dengan menemukan varietas baru dan penelitian mengenai penanganan terhadap hama penyakit baru ditemukan. Hasil penemuan ini kemudian digunakan oleh anggota rantai pasokan seperti Frida Agro dan mitra taninya. Penanganan hama dan penyakit baru pada sayuran sangat dibutuhkan oleh Frida Agro dan mitranya untuk meningkatkan kualitas sayuran. Namun, Frida Agro dan mitra taninya merasakan manfaat penelitian ini dari buku atau jurnal yang diterbitkan oleh BALITSA, dengan kata lain belum ada kerjasama langsung antara Frida Agro dengan BALITSA. Hingga saat ini belum ada upaya untuk melakukan kerjasama secara langsung, namun 66

82 manfaat yang dirasakan oleh Frida Agro dengan mita taninya dari penelitian yang dilakukan oleh pemerintah baru sebatas itu saja. d. Trust Building Proses trust building merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menumbukan kepercayaan di antara anggota rantai pasokan. Upaya menciptakan kepercayaan merupakan hal yang sangat krusial dalam kerangka kerjasama kolaborasi anggota rantai pasokan. Kepercayaan yang terjalin dapat mendorong terjadinya hubungan rantai pasokan yang lancar dan harmonis. Rendahnya kepercayaan di antara pelaku rantai pasokan akan menghambat pertukaran informasi, keengganan berbagi manfaat serta penanggulangan resiko usaha secara bersama. Proses trust building dalam rantai pasokan terbagi menjadi tiga tingkatan yakni contractual trust, competence trust, dan goodwill trust. Contractual trust berarti kepercayaan yang timbul di antara pelaku rantai pasokan didasarkan atas kesepakatan atau perjanjian kerjasama pada jangka waktu tertentu. Adapun yang dimaksud dengan competence trust adalah kepercayaan antara dua pihak yang didasarkan kepercayaan terhadap kompetensi mitranya. Kepercayaan tersebut biasanya terbangun karena pihak yang bekerjasama telah benar-benar mengenal dengan baik mitra usahanya. Tingkatan kepercayaan yang paling tinggi adalah goodwill trust yakni kepercayaan yang terbangun karena dilandasi oleh itikad baik (goodwill) pihak yang bermitra. Pada tingkatan tersebut, pihak yang bermitra bersama-sama berpikir positif dan menciptakan daya saing rantai pasokan untuk kemajuan bersama. Kepercayaan antara Frida Agro dengan petani mitranya terbentuk melalui proses competence trust. Kepercayaan ini terbangun karena diantara petani dan Frida Agro sudah mempercayai kompetensi masing-masing. Frida Agro mempercayai kompetensi petani mitranya dalam hal kemampuan menghasilkan sayuran yang sesuai dengan standar yang diinginkan oleh Frida Agro, kompetensi petani dalam komitmen bekerjasama dan kompetensi petani dalam menjaga kepercayaan Frida Agro. Sedangkan petani mempercayai kompetensi Frida Agro dalam kemampuan memasarkan sayuran yang dihasilkannya, kompetensi untuk menjaga kepercayaan petani dan kompetensi dalam komitmen bekerjasama. 67

83 Kepercayaan ini sudah terjalin semenjak petani dan Frida Agro mempunyai hubungan sebatas transaksi jual-beli saja, seiring berjalannya hubungan ini, keduanya mulai saling mengenal dan mempercayai satu sama lain. Sampai pada akhirnya Frida Agro mengajak petani-petani tersebut untuk melakukan kerjasama, kerjasama ini didasarkan pada kepercayaan pada kompetensi masing-masing seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kerjasama ini terus berkembang hingga saat ini, kerjasama yang terjalin tidak hanya sekedar transaksi jual-beli saja, tetapi sudah berkembang menjadi kerjasama yang saling bertukar informasi satu sama lain. Kepercayaan yang terjalin akan lebih baik apabila ditunjang dengan kesepakatan kontraktual, karena dengan kontrak akan lebih mengikat dan menghindari terjadinya kecurangan diantara pelaku rantai. Kepercayaan Frida Agro dengan supermarket terbentuk melalui proses contractual trust. Kepercayaan yang terjalin antara Frida Agro dan supermarket merujuk pada ikatan yang tertuang dalam kontrak tertulis. Kontrak ini yang mengikat keduanya dalam kerjasama rantai pasokan sayuran, proses membangun kepercayaan ditunjukkan dengan saling mematuhi kesepakatan yang tertulis di dalam kontrak tersebut. Selain itu, proses membangun kepercayaan juga dibangun dengan upaya saling bertukar informasi secara transaparan dan sukarela. Kontrak inilah yang membuat kedua belah pihak saling percaya satu sama lain. Jika kerjasama kontraktual telah berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, proses pembangunan kepercayaan dalam jangka panjang diharapkan dapat diarahkan kepada tingkatan competence trust bahkan goodwill trust Sumber Daya Rantai Sumber Daya Fisik Sumber daya fisik rantai pasok sayuran pada Frida Agro meliputi lahan pertanian sayuran, peralatan produksi, dan infrastruktur berupa kondisi jalan dan sejenisnya. Untuk lahan pertanian, Frida Agro memiliki lahan seluas 3,5 Ha. Namun semua lahan yang ada saat ini digunakan untuk memproduksi sayuran organik, sedangkan untuk sayuran konvensionalnya Frida Agro mengumpulkan sejumlah sayurannya dari petani-petani mitranya. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani-petani mitra dari Frida Agro ini masing-masing seluas 0,5-3 Ha. Untuk tiap jenis komoditasnya, Frida Agro memiliki satu s/d tiga orang petani 68

84 yang menjadi mitranya. Semua lahan yang dimiliki olah Frida Agro maupun para petani mitranya, seluruhnya digunakan untuk kegiatan produksi. Selain lahan pertanian, Frida Agro memiliki dua gudang, gudang pertama adalah gudang untuk menyimpan peralatan produksinya, gudang ini satu lokasi dengan rumah pemiliknya serta lahan pertaniannya. Gudang yang kedua adalah gudang untuk proses pengemasan, gudang ini lokasinya terpisah dari lokasi kegiatan produksinya namun berdekatan lokasinya, gudang ini juga menyimpan peralatan untuk proses pengemasan. Selain gudang, Frida Agro mempunyai tiga rumah semai yang fungsinya untuk mempersiapkan tanaman yang akan ditanam pada jadwal penanaman berikutnya. Frida Agro juga memiliki 2 greenhouse untuk membudidayakan tanaman strawberry mereka. Untuk kegiatan distribusi sayurannya, Frida Agro memiliki tiga unit kendaraan boks yang digunakan untuk mengantarkan sayuran ke supermarket-supermarket yang menjadi mitranya. Petani-petani mitra Frida Agro selain memiliki lahan pertanian, pada umunya juga memilik peralatan produksi dan gudang kecil yang menjadi tempat penyimpanan peralatan produksinya, lokasi lahan dan rumah tinggalnya ada yang terpisah dan ada yg berdekatan. Untuk proses pengemasannya dan distribusi sayurannya diserahkan kepada Frida Agro. Untuk sumber daya fisik yang lain, seperti kondisi jalan dapat dikatakan tidak terlalu baik. Kondisi jalan pada sebagian daerah di desa Cibodas, Lembang, yang menjadi lokasi Frida Agro dan petani-petani mitranya, banyak yang rusak atau berlubang. Selain itu, terdapat beberapa lahan produksi petani-petani yang letaknya sulit dujangkau oleh kendaraan bermotor. Hal ini menyulitkan dalam kegiatan mengangkut hasil produksi ke kendaraan yang menjemput sayurannya ke gudang pengemasan. Kondisi jalan yang rusak dan berlubang ini hanya terdapat didaerah ini saja, untuk kondisi jalan keluar dari desa Cibodas hingga supermarket tujuan dikatakan cukup baik Sumber Daya Teknologi Penerapan teknologi sangat penting untuk menciptakan produk sayuran yang berkualitas. Saat ini, penerapan teknologi yang diterapkan oleh Frida Agro maupun petani mitranya terbilang tepat guna. Transfer informasi mengenai kegiatan produksi dari Frida Agro ke petani atau sebaliknya kerap dilakukan, hal 69

85 ini dilakukan untuk menyamakan persepsi meraka dalam menciptakan sayuran yang diinginkan oleh konsumen. Salah satu teknologi tepat guna yang dilakukan adalah dalam hal kegiatan pemupukan, pemupukan yang dilakukan oleh petanipetani dilembang tidak sama dengan kebanykan petani. Petani-petani mitra Frida Agro umumnya menggunakan pupuk kandang dan pupuk organik untuk budidaya sayuran konvensional mereka, petani kebanyakan masih menggunakan pupuk kimia yang dikombinasikan dengan pupuk kandang. Tujuan dilakukannya pemupukan ini adalah untuk menjaga kesuburan tanah dan juga agar tanah tidak cepat rusak oleh zat-zat kimia. Selain itu, pada saat mulai menyemai, tanah yang digunakan biasanya disiram dahulu dengan air mendidih agar virus-virus atau kuman yang menempel pada tanah itu diharapkan dapat hilang, sehingga tidak terbawa pada tanaman yang akan mulai disemai. Teknologi tapat guna ini dilakukan dimulai pada saat mulai menyemai tanaman tadi hingga mulai penanaman di lahan produksinya, perlakuan yang dilakukan terhadap sayuran dalam proses produksinya dapat dikatakan efektif dan efisien. Selain teknologi tepat guna, para petani dan Frida Agro juga menggunakan teknologi modern. Salah satu contoh toknologi modern yang digunakan adalah dengan menggunakan power sprayer untuk menyiram sayuran mereka. Teknologi tepat guna dan teknologi modern yang dikombinasikan dalam kegiatan produksi ini dapat menunjang kegiatan produksi sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang dilibatkan dalam kegiatan produksi pada Frida Agro berjumlah sekitar 49 orang, yang terdiri atas 25 orang untuk divisi budidaya, satu orang untuk divisi keuangan, 20 orang untuk divisi pemasaran dan 4 orang dalam top management, hampir semua pegawai Frida Agro merupakan pegawai tetap dan sudah lama bekerja di dalam perusahaan. Untuk petani-petani mitranya umumnya ada yang bekerja sendiri untuk mengurus lahannya, ada pula yang dibantu untuk bekerja mengurus lahannya, jumlahnya tidak lebih dari 3 orang. Namun, pada saat mulai panen para petani ini akan meminta bantuan kepada buruh tani yang bekerja paruh waktu untuk membantu memanen sayurannya. 70

86 Semua pegawai yang dipekerjakan oleh Frida Agro maunpun para petani mitranya berasal dari daerah sekitar. Dengan demikian keberadaan Frida Agro beserta petani mitranya secara tidak langsung ikut membantu perekonomian warga sekitar dengan menyerap tenaga kerja dari daerah sekitar Sumber Daya Modal Aspek permodalan dalam rantai pasok sayuran pada Frida Agro ini dapat dikatakan belum mapan. Pembiayaan khususnya ke sektor petani masih sulit karena dari segi kelayakan usahanya belum memenuhi syarat. Disamping dilihat dari aspek kelayakan usaha (kondisi fisik, sarana produksi, dan penjualan), evaluasi dan peninjauan juga dilakukan terhadap kelayakan aspek keuangan. Pihak bank dalam mengadakan evaluasi juga memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya dapat dikelola dengan baik oleh petani sehingga mampu menunjang keberhasilan proyek pembiayaan. Kredit yang disalurkan untuk pembiayaan ini dapat dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha petani, sehingga mengarah pada perolehan pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaannya, bank harus dapat mengatur cara petani dalam mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani dapat membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman tersebut beserta bunganya tepat waktu. Resiko keterlambatan pengembalian pinjaman inilah sehingga terkadang lembaga pembiayaan lebih enggan untuk menyalurkan kreditnya ke petani, dibandingkan dengan menyalurkan ke perusahaan dan supermarket. 6.5 Proses Bisnis Rantai Hubungan Proses Bisnis rantai Hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasok disini melihat hubungan keterkaitan yang terjadi diantaranya, serta pengaruhnya bagi proses bisnis. Bagaimana permintaan pasar terhadap sayuran dapat direspon oleh anggota rantai didalam rantai pasokan sayuran. Pembahasan mengenai hubungan bisnis yang terjadi didalam rantai pasokan sayuran ditinjau dari siklus rantai pasok, proses pull/push, dan kekuatan tawar dari masing-masing anggota rantai. 71

87 Menurut Chopra dan Meindl (2004), proses dalam rantai pasok dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yakni tinjauan siklus dan tinjauan pull/push. Pada tinjauan siklus, proses di dalam rantai pasok dibagi ke dalam beberapa rangkaian siklus antara lain customer order, procurement, manufacturing, serta replenishment. Sedangkan pada tinjauan push/pull, proses di dalam rantai pasok dilihat apakah sebagai upaya untuk merespon permintaan konsumen atau untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Pada proses tarik (pull), proses dilakukan untuk merespon pesanan konsumen, sedangkan pada proses dorong (push), proses dilakukan untuk mengantisipasi pesanan konsumen yang akan datang. Siklus procurement merupakan siklus pemesanan bahan baku atau produk dari anggota yang berada pada posisi sebelumnya dalam rantai pasok. Umumnya di setiap anggota rantai pasok, menjabarkan siklus ini ke dalam tahapan siklus lainnya sesuai dengan kebutuhan. Intinya, terdapat input berupa berapa kebutuhan bahan yang harus dibeli, kemudian terdapat output berupa pesanan pembelian disertai penerimaan barangnya. Siklus replenishment merupakan siklus penambahan barang dari penjual/pemasok ke pembeli. Siklus ini terjadi akibat pembeli menginginkan tambahan suplai barang dari penjual/pemasok karena barang yang dikirimkan oleh penjual/pemasok ada yang rusak atau jumlahnya dibawah pesanan pengirim. Siklus manufacturing atau siklus produksi hanya terdapat pada petani. Sedangkan siklus customer order atau siklus penerimaan dan pemenuhan pesanan dilakukan oleh semua anggota rantai pasok. Bedanya siklus customer order antara anggota rantai pasok yang satu dengan yang lainnya adalah kelengkapan administrasi dan sistem manajemen pesanannya. Siklus customer order pada perusahaan tentu dilakukan dengan lebih baik disertai dengan penataan administrasi yang lebih rapi berbeda dengan petani yang melakukan administrasi pesanan dari pembeli yang tidak tertata rapi. Siklus proses rantai pasok dalam rantai pasokan sayuran dapat dilihat pada Gambar 6. 72

88 Petani Siklus manufacturing Pull Siklus Order Frida Siklus procurement Siklus replenishment Pull Push Siklus customer order Supermarket Siklus procurement Push Siklus customer order Konsumen Pesan/Order Gambar 6. Siklus-siklus Proses dalam Rantai Pasokan Sayuran pada Frida Agro Petani dalam rantai pasokan ini adalah satu-satunya pelaku yang melakukan siklus manufacturing, yakni melakukan kegiatan produksi atau menghasilkan sayuran. Siklus produksi yang dilakukan oleh petani dilakukan berdasarkan jumlah dan ukuran pesanan sayuran yang datang dari Frida Agro, karena rata-rata pesanan yang datang dari Frida Agro mengikuti permintaan yang datang dari supermarket. Sayuran yang akan dikirimkan oleh petani kepada Frida 73

89 Agro jumlah dan ukurannya sesuai dengan pesanan yang diminta oleh Frida Agro, jadi hubungan proses antara petani dan Frida Agro mengarah pada proses pull. Petani merespon pesanan sayuran baik dalam jumlah dan ukuran sayuran berdasarkan yang dipesan oleh Frida Agro. Frida Agro dalam rantai pasokan ini melakukan proses pengadaan sayuran dari petani, jadi siklus procurement yang dilakukan Frida Agro adalah dengan cara memesan sayuran kepada petani-petani yang menjadi mitranya, pesanan ini meliputi jumlah sayuran dan ukuran sayuran yang dipesan. Proses pengadaan sayuran yang dilakukan oleh Frida Agro ini berdasarkan permintaan dari supermarket, namun dalam setiap kali melakukan pemesanan kepada petani, Frida Agro selalu menambah 10 sampai 20 persen pesanannya dari pesanan yang sebenarnya, tujuannnya adalah untuk mengantisipasi adanya pesanan sayuran tambahan atau untuk mengganti sayuran yang rusak sewaktu dalam perjalanan, oleh karena itu siklus replenishment dilakukan Frida Agro saat melakukan pemesanan awal kepada petani. Sayuran yang akan dikirimkan oleh Frida Agro kepada supermarket jumlah dan ukurannya sesuai dengan permintaan yang datang, penambahan jumlah sayuran sebanyak 10 samai 20 persen ini juga dibawa pada saat mendistribusikan sayurannya kepada supermarket. Maka hubungan proses antara Frida Agro mengarah pada proses pull dan push, proses pull yang dilakukan Frida Agro adalah merespon pesanan yang dari supermarket, proses pull tidak hanya berupa jumlah pesanan yang diterima, namun juga berupa informasi bagaimana sayuran yang digemari oleh konsumen akhir dan keluhan tentang sayuran yang telah dipasarkan. Sedangkan proses push yang dilakukan adalah mengantisipasi jumlah pesanan tambahan yang datang, dan mengantisipasi sayuran yang mengalami kerusakan pada saat perjalanan. Frida Agro selain menyediakan pesanan untuk supermarket, juga menyediakan produk sayurannya guna melayani pembeli yang datang secara langsung untuk membeli sayurannya dalam jumlah kecil secara harian. Supermarket dalam rantai pasokan ini melakukan kegiatan pengadaan sayuran atau siklus procurement dari Frida Agro, supermarket memesan sayuran yang dibutuhkan kepada Frida Agro. Sayuran yang dipesan jumlah dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan dari konsumen. Sayuran yang 74

90 dijual kepada konsumen disediakan dalam lemari pendingin khusus dan supermarket menyediakan semua sayuran yang dimiliki untuk dijual kepada konsumen yang membeli, pada akhirnya konsumen sendiri yang memilih sayuran mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam proses bisnis supermarket dengan konsumen ini mengarah pada proses push, dimana pihak supermarket mnyediakan semua sayuran yang dimiliki untuk dijual kepada konsumen. Aspek hubungan proses bisnis rantai juga dapat menjelaskan sistem penjejakan dalam rantai pasoan sayuran. Sistem sayuran dalam rantai pasok memungkinkan anggota rantai untuk menelusuri penyebab terjadinya resiko kerugian pada rantai pasokan sayuran. Hal tersebut sangat terkait dengan karakteristik sayuran yang mudah rusak, sehingga perlu perhatian khusus dalam hal penanganan pasca panen sayuran dalam kegiatan rantai pasok ini. Jika terjadi salah penanganan sayuran yang berdampak penurunan kualitas, maka penulusuran penyebab penurunan kualitas sayuran tersebut dapat dilakukan melalui sistem penjejakan sehingga dapat diketahui permasalahannya. Pengelolaan secara bersama terkait hubungan proses bisnis rantai dengan memperhatikan aspek traceability atau penjejakan tersebut dapat meminimalisir resiko kerugian yang mungkin terjadi di dalam rantai. Dalam rantai pasokan ini, sistem penjejakan yang dilakukan dimulai dari supermarket hingga petani. Sayuran yang kualitasnya tidak sesuai pesanan pada saat sampai ke tangan supermarket, akan ditelusuri penyebabnya oleh petani, Frida Agrodan supermarket. Penyebabnya cukup beragam, diantaranya kerusakan pada saat perjalanan, kesalahan penanganan pada saat pengemasan atau kesalahan petani pada saat produksi sayuran. Hubungan proses bisnis dalam rantai pasokan sayuran ditentukan pula oleh kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara pelaku rantai pasokan. Said et al (2006) menyatakan bahwa supply chain management (SCM) adalah permainan posisi daya tawar dan kekuatan. Perusahaan yang sukses adalah yang bisa menjaga keseimbangan daya tawar dan kekuatan yang ada dalam kemitraan seluruh rantai pasok. Posisi tawar sangat menentukan dalam hal mekanisme penentuan harga produk sayuran maupun harga input yang digunakan dalam rantai pasokan. Posisi kekuatan tawar tersebut ditentukan dari pihak mana yang lebih kuat dan lebih mampu menetapkan harga jual produknya. Hal penting terkait 75

91 posisi tawar pada salah satu pihak dalam rantai pasokan sayuran adalah menyangkut perolehan keuntungan. Pihak dengan posisi tawar yang lebih kuat memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan yang relatif lebih tinggi. Kondisi tersebut menciptakan dominasi pihak dengan posisi tawar yang lebih kuat sehingga pada akhirnya menimbulkan kecenderungan bahwa pihak tersebut dapat menciptakan role play dalam proses bisnis rantai pasokan sayuran. Penentuan harga produk sayuran di tingkat petani dilakukan berdasarkan kesepakatan antara petani dengan Frida Agro. Kedua belah pihak telah terlibat kerjasama kemitraan untuk pemasaran sayuran. Harga jual sayuran ditentukan oleh harga jual tertinggi sayuran yang berlaku di pasar tradisional. Pada dasarnya petani mitra membutuhkan kerjasama dengan Frida Agro untuk produk sayuran mereka, karena ketika harga harga jatuh, Frida Agro tetap membayar sayuran yang mereka terima dengan harga jual tertinggi di pasaran. Sedangkan untuk Frida Agro, kerjasama ini dibutuhkan agar mereka mendapatkan pasokan sayuran yang berkesinambungan, karena tidak semua petani memiliki kemampuan menghasilkan produk sayuran yang sama baik kualitasnya. Hubungan saling ketergantungan tersebut membuat posisi tawar kedua belah pihak dapat dikatakan seimbang. Posisi tawar Frida Agro dengan supermarket menjadi hal yang sangat penting dalam rantai pasokan. Hal tersebut dikarenakan Frida Agro merupakan pihak yang menjadi perwakilan dari petani sayuran yang sangat berkepentingan terhadap keberlangsungan rantai pasokan sayuran. Frida Agro memiliki standar harga sayuran yang mereka jual, harga jual ini didasarkan pada biaya produksi yang sudah ditambahkan dengan keuntungan yang diinginkan. Harga jual ini atau yang ditawarkan kepada supermarket dalam menentukan harga yang akan disepakati. Harga jual sayuran yang ditawarkan oleh Frida Agro kepada supermarket juga melihat harga pasar yang berlaku, dalam kasus ini, pihak Frida Agro juga terus mengamati perkembangan harga pasaran di tingkat distributor. Supermarket memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan Frida Agro. Apabila Frida Agro tidak mampu memenuhi permintaan sayuran dalam jumlah dan ukuran yang telah ditentukan, maka pihak supermarket dapat menolak pasokan sayuran dari Frida Agro. Hal lain yang mengindikasikan bahwa 76

92 posisi tawar supermarket lebih kuat adalah terdapat beberapa pemasok sejenis seperti Frida Agro yang memasok sayuran pada pihak supermarket. Kerjasama yang mereka lakukan dituangkan dalam kesepakatan kontraktual dalam jangka waktu tertentu. Kerjasama ini dibuat karena kedua belah pihak telah saling percaya satu sama lain, saling menguntungkan satu sama lain dan kooperatif dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Tujuan dilakukan kerjasama ini adalah agar kedua belah pihak terikat dan menjamin kelangsungan usaha masing-masing, hal ini akan berdampak pada keuntungan yang akan didapat oleh kedua belah pihak. Frida Agro maupun supermarket saling membutuhkan kerjasama ini, Frida Agro membutuhkan supermarket untuk dapat memasarkan sayuran dalam kemasan yang mereka jual, sedangkan supermarket membutuhkan pasokan sayuran untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Posisi tawar anggota rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dapat dilihat pada Gambar 7. = < Petani Mitra Frida Agro Supermarket Keterangan : < berarti pembeli memiliki kekuatan melebihi pemasok > berarti pemasok memiliki kekuatan meelbihi pembeli = berarti terdapat saling ketergantungan (berimbang) 0 berarti tidak saling bergantung Gambar 7. Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Sayuran Pada Frida Agro Pola Distribusi Pola distribusi dalam rantai pasokan sayuran menjabarkan tiga komponen utama, yakni aliran produk (sayuran), aliran uang, dan aliran informasi. Proses penyampaian tiga komponen tersebut penting diketahui agar dapat dianalisis apakah aliran distribusi dalam rantai pasokan sudah berjalan lancar atau masih terkendala. a. Aliran Produk Produk yang didistribusikan dalam rantai pasokan adalah sayuran dengan kualitas baik. Proses distribusi sayuran diawali dari kegiatan pemanenan sayuran di kebun petani mitra Frida Agro. Pengangkutan sayuran dari petani ke lokasi pengemasan milik Frida Agro dilakukan oleh masing-masing petani pada sore 77

93 hari, petani mengirim langsung sayuran dengan menggunakan keranjang plastik dan diantarkan langsung dengan menggunakan sepeda motor. Apabila sayuran yang akan dikirimkan jumlahnya melebihi 10 kg atau diluar kemampuan petani, maka pihak Frida Agro akan menjemput sayuran dari petani mitranya dengan menggunakan mobil pick-up. Setelah sayuran tiba di tempat penampungan sayuran di Frida Agro, sayuran kemudian dibersihkan lalu dilakukan sortasi. Sayuran yang telah di bersihkan dan di sortasi kemudian ditimbang beratnya dan dilakukan pencatatan dan kemudian disimpan ke dalam keranjang plastik. Sayuran yang telah disimpan dalam keranjang plastik kemudian dikemas sesuai dengan permintaan dengan menggunakan kantong plastik bening atau menggunakan plastik wrapping, untuk setiap jenis sayuran kadang berbeda kemasannya yang bergantung tujuan supermarketnya. Setelah dikemas dan diberikan label Frida Agro, sayuran tersebut dimasukan ke dalam keranjang plastik dan dipisahkan bedasarkan tujuan supermarketnya. Pengiriman sayuran dilakukan pada pukul dini harinya dan langsung ke supermarketsupermarket yang berlokasi di Jakarta dan sekitarnya yang menjadi tujuan, alasan langsung dikirimkan sayurannya adalah untuk menjaga kesegaran sayuran dan menjalankan kewajiban hari pengiriman yang telah ditentukan. Supermarket biasanya meminta sayuran yang mereka pesan tiba sebelum pukul siang, karena supermarket yang dituju ada beberapa, maka pengiriman dilakukan sepagi mungkin. Dalam setiap kegiatan distribusi ini, Frida Agro selalu membawa sayuran 10 persen lebih banyak dari jumlah pesanan yang datang. Hal ini untuk mengantisipasi adanya sayuran yang rusak pada saat perjalanan, karena sayuran yang rusak ini tidak dapat diterima oleh pihak supermarket. Tujuan lain adalah untuk memenuhi kewajiban mendistribusikan sayuran dalam jumlah yang telah disepakati dalam kontrak. Pengangkutan sayuran dari Frida Agro ke supermarket biasanya dilakukan dengan menggunakan kendaraan (mobil) box tertutup. Kapasitas satu unit kendaraan dalam setiap kali pengiriman sayuran mencapai 100 Kg, namun sayuran yang dibawa dalam pengiriman jumlahnya bergantung pesanan supermarket. Frida Agro menggunakan 3 unit mobil dalam setiap kali pengiriman sayuran, 3 unit mobil ini dibagi per lokasi tujuan yang berdekatan. Setelah 78

94 sayuran tiba pada gudang penyimpanan supermarket, sayuran kembali mengalami proses sortasi oleh pihak supermarket. Kegiatan sortasi oleh supermarket dilakukan untuk menentukan jumlah sayuran yang masuk standar kualitas supermarket. Sayuran yang telah melalui tahap sortasi kemudian disimpan ke dalam keranjang milik supermarket dan ditimbang, jumlah yang telah memenuhi standar yang dihitung oleh pihak supermarket, sayuran tersebut kemudian disimpan ke gudang pendingin untuk menjaga kesegaran sayuran sebelum dijual ke konsumen. Pengiriman sayuran dilakukan tiga kali dalam satu minggu, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak, pengiriman dilakukan pada hari senin, rabu dan jumat. b. Aliran Uang Modal merupakan komponen penting dalam rantai pasokan sayuran yang digunakan untuk kegiatan budidaya serta pembelian sayuran dari petani. Modal usaha untuk kegiatan pemeliharaan seperti pembelian bibit, pupuk dan upah tenaga kerja selama ini menggunakan modal sendiri serta pinjaman dari Frida Agro. Petani mitra Frida Agro sebagian besar menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian utama mereka, karena hampir setiap dua bulan sekali petani ini mampu menghasilkan keuntungan dari sayuran yang mereka jual. Sayuran dijual kepada Frida Agro dan dibayarkan langsung pada saat transaksi dilakukan, petani mitra mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan budidaya musim tanam berikutnya. Frida Agro dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan modal pribadi, hingga saat ini usahanya berkembang tetap dengan modal sendiri pemiliknya. Frida Agro dengan supermarket melakukan transaksi pada saat pengiriman sayuran oleh Frida Agro, sayuran yang diterima akan ditukarkan dengan faktur penjualan oleh supermarket. Faktur penjualan ini berisi tentang sayuran yang dibeli oleh supermarket dan jumlah yang harus dibayarkan, setelah satu atau dua minggu, faktur penjualan tersebut dapat ditukarkan dengan uang tunai yang jumlahnya sesuai dengan faktur penjualan. Aliran uang yang terjadi dalam rantai pasokan ini dimulai dari konsumen sampai kepada petani mitra Frida Agro. 79

95 c. Aliran Informasi Aliran distribusi informasi merupakan komponen yang sangat penting untuk diperhatikan guna pencapaian tujuan dari rantai pasokan. Distribusi informasi yang baik di antara pelaku rantai pasokan dapat menciptakan hubungan yang baik dan transparan sehingga mampu meningkatkan kepercayaan serta komitmen dalam menjalankan hubungan kerjasama. Aliran informasi antara pelaku harus dikelola dengan baik secara bersama untuk menghindari asymetric information yang akan menghambat efektifitas serta berpotensi menimbulkan kecurangan dalam suatu kemitraan. Aliran informasi dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro terdiri dari informasi pasar, informasi teknis budidaya serta informasi penanganan pasca panen. Informasi pasar meliputi siapa pasar sasaran akhir (konsumen), bagaimana perilaku dan preferensi konsumen, serta kualitas produk seperti apa yang diinginkan. Informasi pasar diperoleh dari pihak supermarket yang kemudian disampaikan kepada perwakilan pihak Frida Agro, komunikasi mengenai informasi pasar ini biasanya berlangsung pada saat pengiriman sayuran. Salah satu hal penting mengenai informasi pasar dari konsumen akhir adalah menyangkut standar kualitas, tampilan sayuran yang digemari dan keamanan produk sayuran. Informasi pasar dari konsumen dapat pula berupa keluhan (complain) mengenai produk baik secara kuantitas maupun kualitas. Pihak supermarket mengkomunikasikan informasi pasar dengan jelas kepada para pemasoknya, termasuk Frida Agro. Frida Agro melakukan penyampaian informasi terkait pasar sasaran kepada para petani. Pihak Frida Agro biasanya mendiskusikan dengan petani mitranya untuk pemecahan permasalahan terkait informasi pasar seperti upayaupaya peningkatan kualitas sayuran, sertifikasi lahan, maupun perbaikan sistem budidaya. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan konsumen akhir sayuran. Pihak Frida Agro memberikan informasi mengenai kegiatan budidaya sayuran sesuai standar yang mereka tetapkan dan pelatihan teknik penanganan pasca panen yang baik kepada petani mitra sayuran Frida Agro. 80

96 6.5.3 Jaminan Identitas Merek Identitas merek dari suatu produk menjadi hal yang dianggap penting oleh konsumen maupun produsen. Merek dari suatu produk menjadi pembeda dari produk lainnya sehingga dapat dipersepsikan atau diasosiasikan karakteristik maupun kinerjanya oleh konsumen. Pada sektor pertanian, produk yang diperdagangkan dapat berupa produk segar atau produk olahan. Pemberian merek pada produk hortikultura segar biasanya dilakukan oleh perusahaan yang berskala besar. Layaknya komoditas hortikultura lainnya, sayuran yang diproduksi oleh petani tidak diberikan merek ketika dijual kepada Frida Agro maupun ke pasar tradisional. Petani hanya menyerahkan sayuran dari hasil panennya langsung kepada Frida Agro. Sayuran yang telah sampai pada Frida kemudian dikemas dan diberikan merek yang bertuliskan Frida Agro beserta gambar dalam satu potongan stiker. Pemberian merek dalam semua produk Frida Agro memudahkan bagi pihak supermarket apabila ada keluhan dari konsumen akhir mengenai produk yang mereka jual. Karena keluhan ini yang kemudian diteruskan oleh pihak supermarket kepada pihak Frida Agro. Pemberian merek bagi konsumen menjadi penting, karena konsumen akan mengetahui sayuran yang akan dikonsumsi berasal dari perusahaan mana. Dengan demikian, apabila terjadi sesuatu maka konsumen akan dengan mudah memberikan keluhan kepada pihak supermarket. Apabila sayuran yang dikonsumsi memuaskan konsumen, makan konsumen akan mencari sayuran dengan merek yang mereka percaya, dimanapun sayuran itu berada. 6.6 Kinerja Rantai Pasokan Evaluasi kinerja rantai pasokan yang terjalin di antara pelaku rantai pasokan dilakukan dengan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan tingkat kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003). Penilaian tingkat kesesuaian tersebut membandingkan antara nilai kepentingan suatu atribut kemitraan dengan nilai kinerja suatu atribut yang selama ini dirasakan oleh anggota rantai pasokan. Hasil dari penilaian kesesuaian atribut kemitraan dijadikan suatu indikator apakah kerjasama kemitraan yang selama ini dilakukan telah memuaskan setiap anggota 81

97 rantai pasokan. Hasil penilaian kesesuaian atribut juga dapat menunjukkan secara spesifik atribut kemitraan yang memerlukan perhatian untuk dievaluasi dalam mendukung kegiatan manajemen rantai pasokan. Penilaian kinerja kemitraan tersebut dilakukan pada pelaku rantai pasokan yang memiliki ikatan kerjasama kemitraan yakni di tingkat petani sayuran, Frida Agro, serta pihak supermarket. Atribut kemitraan dapat dikatakan telah memenuhi kepuasan pihak yang bermitra jika nilai kesesuaian yang dihasilkan lebih atau sama dengan 100 persen. Sebaliknya jika nilai kesesuaian suatu atribut adalah kurang dari 100 persen maka kinerja dari atribut tersebut tidak memuaskan pelaku rantai pasokan. Hasil dari analisis kesesuaian dapat menunjukkan jumlah atribut yang telah memenuhi kepuasan salah satu anggota rantai pasok, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan umum apakah kemitraan di tiap tingkatan rantai pasokan telah memuaskan pihak yang bermitra atau belum. a. Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Sayuran Analisis tingkat kesesuaian atribut mengukur sejauh mana atribut dalam pelaksanaan kemitraan rantai pasokan telah memuaskan petani. Perbandingan dalam analisis kesesuaian atribut mencakup tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan adalah harapan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan sayuran yang diwakili dalam 12 atribut kemitraan. Tingkat kinerja merupakan persepsi petani terhadap hasil dari pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang diwakili dalam 12 atribut kemitraan. Petani sayuran yang menjadi responden penelitian untuk tingkat kesesuaian sebanyak 30 orang petani yang menjadi anggota rantai pasokan (mitra tani Frida Agro). Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa atribut kemitraan yang telah memuaskan petani berjumlah enam atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dinilai. Atribut kemitraan yang memuaskan dan memiliki nilai lebih dari 100 persen antara lain harga jual sayuran (114,81 persen), tingkat keuntungan (103,45 persen), keterbukaan informasi (102,08 persen), upaya peningkatan keterampilan (106,58 persen), komitmen dalam kerjasama (101,19 persen) dan kualitas sayuran (103,22 persen). Sedangkan atribut kemitraan yang belum dianggap memuaskan 82

98 petani dalam pelaksanaan kemitraan antara lain penanggungan resiko secara adil (96,55 persen), penelitian kolaboratif (72,53 persen), akses permodalan (90 persen), tingkat penjualan (90,35 persen), penerapan standar budidaya (94,83 persen), dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran (95,74 persen). Atribut kemitraan berupa upaya peningkatan keterampilan memiliki nilai kesesuaian tertinggi dibandingkan atribut lainnya. Nilai kinerja total atribut kemitraan tersebut sebenarnya tidak terlalu tinggi, akan tetapi nilai kepentingan yang rendah menyebabkan tingkat kesesuaian atribut tersebut menjadi tinggi. Kesadaran akan pentingnya peningkatan keterampilan budidaya pertanian selama ini berasal dari inisiatif pihak Frida Agro, Frida Agro perlu melakukan upaya ini agar sayuran yang menjadi pesanan konsumen dapat dipenuhi. Nilai kesesuaian atribut kemitraan kemitraan bagi petani mitra selengkapnya dapat diliat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Kesesuaian Atribut kemitraan Bagi Petani No Atribut Rantai Pasokan Nilai Total Kepentingan Nilai Total Kinerja Tingkat Kesesuaian (%) 1 Harga Jual sayuran ,81 2 Penanggungan resiko secara adil ,55 3 Tingkat keuntungan ,45 4 Keterbukaan informasi ,08 5 Upaya peningkatan keterampilan ,58 6 Komitmen dalam kerjasama ,19 7 Penelitian kolaboratif ,53 8 Akses permodalan Tingkat Penjualan ,35 10 Kualitas produk sayuran ,22 11 Penerapan standar budidaya ,83 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran ,74 Penelitian kolaboratif merupakan atribut kemitraan yang memiliki nilai kesesuaian terkecil (72,53 persen). Hal tersebut dikarenakan kinerja dari atribut yang dirasakan masih sangat rendah oleh petani sayuran. Penelitian kolaboratif yang dimaksud adalah adanya kerjasama atau koordinasi antara pelaku rantai pasokan untuk melakukan riset terkait produk sayuran. Riset yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menemukan jenis sayuran dengan varietas baru dan penanganan hama penyakit yang baru. Selama ini, penelitian kolaboratif terkait permasalahan teknis budidaya sayuran banyak dikaji oleh anggota pendukung 83

99 rantai pasokan yakni BALITSA, manfaat yang diterima petani dan Frida Agro didapat dari buku dan jurnal yang diterbitkan oleh BALITSA. Hasil penilaian tingkat kesesuaian dari keseluruhan atribut menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap kemitraan yang terjadi belum seluruhnya memuaskan. Walaupun terdapat enam atribut kemitraan yang telah memberikan kepuasan, namun masih terdapat pula enam atribut kemitraan yang belum memuaskan petani. Kinerja kemitraan tersebut masih harus ditingkatkan agar petani sebagai salah satu anggota rantai dapat merasakan manfaat yang lebih baik dari berjalannya kemitraan dalam rantai pasokan sayuran. Hasil penilaian analisis kesesuaian atribut pada tingkat petani selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. b. Kinerja kemitraan di Tingkat Frida Agro Penilaian kinerja kemitraan dilakukan di tingkat Frida Agro untuk mengetahui bagaimana selama ini pihak Frida Agro mempersepsikan kemitraan yang terjalin di antara pelaku rantai pasokan sayuran. Frida Agro melakukan kerjasama dengan pihak petani sayuran dan pihak supermarket. Pihak Frida Agro yang dijadikan responden untuk menilai kinerja kemitraan berjumlah tiga orang yakni pemilik perusahaan, manajer operasional dan asisten manajer operasional. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas dari pihak Frida Agro dalam menilai performa kemitraan. Dari 12 atribut kemitraan yang dinilai, terdapat lima atribut kemitraan yang bernilai lebih dari atau sama dengan 100 persen, ke lima atribut tersebut adalah keterbukaan informasi (100 persen), upaya peningkatan keterampilan (112,50 persen), komitmen dalam kerjasama (111,1 persen), kualitas produk sayuran (125 persen) dan penerapan standar budidaya (112,50 persen). Kelima atribut sayuran tersebut dianggap telah memberikan kepuasan oleh pihak Frida Agro, atribut kemitraan lainnya belum memberikan kepuasan bagi Frida Agro. Atribut kemitraan kualitas sayuran memiliki nilai kesuaian tertinggi (125 persen) dibandingkan dengan atribut lainnya. Hal tersebut dikarenakan pihak Frida Agro menganggap bahwa selama ini transfer informasi telah berjalan dengan baik. Informasi yang dimaksud berupa transfer informasi teknis budidaya hingga transfer informasi pasar, hal ini yang menjadi dasar penilaian pihak Frida 84

100 Agro. Nilai kesesuaian atribut kemitraan bagi Frida Agro selengkapnya dapat diliat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Kesesuaian Atribut Kemitraan Bagi Frida Agro No Atribut Kemitraan Nilai Total Kepentingan Nilai Total Kinerja Tingkat Kesesuaian (%) 1 Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil ,89 3 Tingkat keuntungan ,50 4 Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan ,50 6 Komitmen dalam kerjasama ,11 7 Penelitian kolaboratif ,89 8 Akses permodalan ,78 9 Tingkat Penjualan Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya ,50 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran ,67 Atribut kemitraan yang memiliki nilai terendah adalah akses permodalan dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran yakni sebesar 66,67 persen. Kinerja efisiensi biaya transaksi dan pemasaran dirasakan belum memuaskan karena jauhnya jarak pemasaran yang harus ditempuh dari Frida Agro ke supermarket, sehingga terkadang sayuran mengalami kerusakan pada saat perjalanan. Hal ini yang menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diterima oleh Frida Agro. Hasil penilaian analisis kesesuaian atribut pada tingkat Frida Agro selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. c. Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket Penilaian mengenai kinerja kemitraan dalam rantai pasokan sayuran juga dilakukan kepada pihak supermarket. Pandangan dari pihak supermarket mengenai kinerja kemitraan akan memberikan perspektif yang lebih menyeluruh mengenai kinerja pelaksanaan kerjasama atau kesepakatan kemitraan dalam rantai pasokan. Perwakilan dari pihak supermarket yang menjadi responden untuk menilai kinerja kemitraan berjumlah satu orang yakni salah satu staf pemasaran supermarket. Jumlah tersebut dirasakan cukup representatif karena responden yang dipilih tersebut merupakan juru bicara dari supermarket yang menangani unit usaha pemasaran sayuran. Pihak supermarket menilai kinerja atribut kemitraan telah sesuai dengan tingkat kepentingan yang mereka inginkan. Kinerja atribut kemitraan yang dinilai 85

101 sesuai tingkat kepentingannya adalah harga jual sayuran (100 persen), tingkat keuntungan (100 persen), penanggulangan resiko secara adil (100 persen), keterbukaan informasi (100 persen), komitmen dalam kerjasama (100 persen), tingkat penjualan (133,33 persen), kualitas produk sayuran (100 persen) dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran (100 persen). Nilai kesesuaian atribut kemitraan rantai pasokan bagi supermarket selengkapnya dapat diliat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Kesesuaian Atribut Kemitraan Bagi Supermarket No Atribut Kemitraan Nilai Total Kepentingan Nilai Total Kinerja Tingkat Kesesuaian (%) 1 Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil Tingkat keuntungan Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan ,67 6 Komitmen dalam kerjasama Penelitian kolaboratif ,67 8 Akses permodalan ,67 9 Tingkat Penjualan ,33 10 Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya ,67 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Nilai kesesuaian atribut kemitraan yang terbesar menurut pihak supermarket adalah tingkat penjualan (133,33 persen). Hal tersebut didasari dari jumlah konsumsi sayuran oleh konsumen akhir meningkat seiring kepercayaan konsumen dengan produk yang mereka beli. Pihak perusahaan mengatakan bahwa produk yang dijual oleh Frida Agro sudah diterima oleh konsumen dan dipercaya oleh konsumen, bahkan ada beberapa konsumen yang sengaja mencari produk dari Frida Agro di supermarket tersebut. Hal ini tidak lepas dari peran supermarket dalam memberikan informasi pasar kepada Frida Agro, dan Frida Agro pun meresponnya dengan menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Hasil dari analisis kesesuaian atribut pada pelaku rantai pasokan sayuran pada Frida Agro menunjukkan bahwa kemitraan yang dilakukan belum sepenuhnya memuaskan seluruh pelaku rantai pasok. Ada tiga atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Nilai kesesuaian atribut kemitraan yang 86

102 dianggap telah memiliki kinerja yang memuaskan dari persepsi ketiga pelaku rantai pasok antara lain Keterbukaan Informasi, Komitmen dalam kerjasama dan kualitas produk sayuran. Perbandingan tingkat kesesuaian atribut kemitraan bagi anggota rantai pasokan sayuran dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Tingkat Kesesuaian Atribut Kemitraan Anggota Rantai Pasokan Sayuran No Atribut Kemitraan Tingkat Kesesuaian (%) Petani Frida Agro Supermarket 1 Harga Jual sayuran 102, Penanggungan resiko secara adil 96,55 88, Tingkat keuntungan , Keterbukaan informasi 104, Upaya peningkatan keterampilan 108,89 112,50 66,67 6 Komitmen dalam kerjasama 104,35 111, Penelitian kolaboratif 81,08 88,89 66,67 8 Akses permodalan 86,05 66,67 66,67 9 Tingkat Penjualan ,33 10 Kualitas produk sayuran 103, Penerapan standar budidaya 97,96 112,50 66,67 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 97,78 66, Kinerja dari beberapa atribut kemitraan dalam rantai pasokan sayuran masih harus dievaluasi agar mampu memberikan manfaat dan kepuasan bagi seluruh anggota rantai pasokan. Upaya untuk meningkatkan kinerja kemitraan dalam rantai pasokan sayuran tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan adanya suatu koordinasi di antara seluruh pelaku rantai. Beberapa atribut kemitraan seperti penelitian kolaboratif serta penanggungan resiko pemasaran secara adil membutuhkan kerjasama dari seluruh anggota rantai untuk berkomunikasi secara intensif serta bersedia melakukan upaya perbaikan bagi pencapaian tujuan bersama yakni terciptanya kepuasan konsumen serta manfaat bagi pelaku rantai pasokan sayuran yang terkait. 6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan Beberapa kondisi dalam rantai pasokan sayuran dapat terlihat dari hasil evaluasi pelaksanaan dan kinerja pengelolaan rantai pasokan secara terintegrasi. Atribut yang dipersepsikan kurang memuaskan oleh ketiga pelaku anggota rantai yang patut menjadi perhatian adalah mengenai akses permodalan, penanggungan resiko secara adil serta kolaborasi pelaku rantai pasokan. Pengembangan dan evaluasi kinerja rantai pasokan tersebut harus melibatkan kontribusi ataupun 87

103 partisipasi dari seluruh anggota rantai pasokan sayuran agar mendukung terciptanya suatu koordinasi yang lebih baik. Beberapa alternatif kebijakan pengembangan rantai yang dapat direkomendasikan antara lain : Dukungan Kredit dan Dukungan Pemerintah Petani mitra Frida Agro selama ini mendapatkan bantuan modal pinjaman dari Frida Agro, namun tidak semua dapat merasakan pinjaman untuk modal usaha ini karena Frida Agro pun mengalami keterbatasan dalam kondisi ini. Dukungan akses permodalan ini sangat penting bagi petani yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal usaha. Oleh karena itu, dukungan kredit dari pihak luar seperti lembaga keuangan mutlak diperlukan agar petani mampu untuk mengembangkan usahanya. Frida Agro dalam hal ini dapat menjadi perantara antara lembaga keuangan dan petani yang membutuhkan modal usahanya. Dengan adanya dukungan seperti ini diharapkan pengembangan usaha sayuran yang dijalankan petani dapat berkembang dengan baik. Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat penting dalam mewujudkan struktur rantai pasokan sayuran pada Frida Agro berjalana dengan baik. Selama ini, dukungan langsung dari pemerintah dengan melakukan penyuluhan dan tinjauan langsung ke lokasi usaha petani dan pihak Frida Agro belum dapat dirasakan. Petani dalam hal ini sangat membutuhkan dukungan pemerintah dalam bantuan kredit untuk usahanya, karena selama ini petani belum merasakan secara langsung bantuan pinjaman dari pemerintah yang dirasakan oleh petani. Dukungan pemerintah juga dapat dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur seperti akses jalan di lokasi usaha petani. Selama ini petani mengalami kesulitan dalam kegiatan pengangkutan hasil panen, karena lokasi lahannya tidak dapat dijangkau kendaraan, hal ini dikarenakan kondisi jalan yang rusak dan tidak memingkinkan untuk dilewati kendaraan. Dengan memperbaiki kondisi demikian, diharapkan pemerintah ikut membantu petani dalam kegiatan ekonominya Trust Building Kepercayaan antara mitra dalam rantai pasokan sayuran menjadi suatu hal yang mutlak diperlukan. Hasil dari evaluasi rantai pasokan menunjukan bahwa 88

104 koordinasi dan kolaborasi kerjasama belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hal yang menyangkut penanggungan resiko secara adil dan kesepakatan kontraktual antara petani dan Frida Agro. Resiko kerugian dari kegiatan rantai pasokan lebih dirasakan oleh Frida Agro, karena posisi Frida Agro yang menjadi perantara antara petani dan supermarket. Kesediaan pihak supermarket untuk menyediakan dana tunai pada saat transaksi berlangsung menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi kerugian yang dirasakan oleh Frida Agro, karena selama ini pembayaran yang diterima oleh Frida Agro didapatkan setelah satu atau dua minggu setelah transaksi. Trust Buliding dapat dilakukan melalui komunikasi yang lebih intensif antara pelaku rantai pasokan, terutama terhadap pihak supermarket. Hal ini dilakukan dengan sharing informasi melalui suatu forum diskusi yang mengakomodir kepentingan smua pelaku rantai pasokan. Dengan adanya kontribusi serta kesediaan pihak supermarket, diharapkan perputaran modal pada Frida Agro dapat terus berlangsung dan diharapkan dapat menimbulkan keterbukaan, loyalitas serta kepercayaan antara pelaku rantai pasokan. Selain itu, perlu dilakukan upaya evaluasi terhadap pelaksanaan kemitraan yang dilakukan dalam periode tertentu. Hal ini dilakukan agar segala keluhan dan masukan terhadap pelaksanaan kemitraan dapat diketahui setiap pelaku rantai dan dicari solusinya secara bersama-sama Kesepakatan Kontraktual dengan Petani Kesepakatan kontraktual antara petani dan Frida Agro dibutuhkan untuk menunjang kesepakatan yang sudah terjalin saat ini yang masih berdasarkan kepercayaan antar pelaku. Dengan adanya kesepakatan kontraktual ini, diharapkan petani dan Frida Agro mengerti dengan jelas dan tertulis hak dan kewajiban mereka demi terciptanya suatu hubungan yang saling menguntungkan, terikat serta menghindari suatu kecurangan. Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi yang lebih intensif antara petani dan Frida Agro, salah satu pihak harus ada yang mengusulkan kesepakatan ini menjadi kesepakatan yang tertulis. 89

105 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida agro yang dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan rantai pasokan sayuran pada Frida agro yang melibatkan petani, Frida agro dan pihak supermarket belum sepenuhnya dijalankan secara terpadu. Rantai pasokan tersebut sebenarnya telah memiliki sasaran rantai yang jelas, anggota rantai yang terstruktur sesuai perannya, kesepakatan kontraktual yang mengatur pelaksanaan kemitraan, bahkan terdapat pula jaminan identitas merk. Namun dalam kegiatan rantai pasokan ini, peran anggota rantai pendukung masih belum dirasakan secara langsung oleh pelaku rantai. Frida agro dalam menjalankan usahanya masih menggunakan modal pribadi, sedangkan petani selain menggunakan modal sendiri, mereka mendapatkan bantuan modal dari Frida agro. Namun pinjaman modal dari Frida agro tidak dapat dirasakan oleh semua anggota mitra tani, karena Frida agro pun memiliki keterbatasan dalam hal ini. Dalam hal ini, peran pemerintah dalam memberikan bantuan modal belum dapat dirasakan secara langsung oleh petani dan Frida agro. 2. Pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida agro masih belum memiliki kinerja yang baik dalam hal kemitraan. Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan yang dipersepsikan pelaku rantai belum sepenuhnya memiliki kinerja yang baik. Hanya ada tiga atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Atribut kemitraan yang masih dipersepsikan rendah kinerjanya oleh ketiga pelaku rantai pasok adalah akses permodalan, penanggungan resiko secara adil, dan kolaborasi pelaku rantai pasokan. Sedangkan atribut kemitraan yang dianggap memiliki kinerja yang baik adalah keterbukaan informasi, komitmen dalam kerjasama dan kualitas produk sayuran.

106 3. Alternatif kebijakan yang direkomendasikan bagi pengembangan rantai pasokan sayuran pada Frida agro antara lain dukungan kredit, trust building, dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual petani dan Frida Agro. Dukungan kredit dan dukungan pemerintah diarahkan kepada bantuan modal usaha kepada pelaku rantai usaha sayuran terutama petani mitra. Pemerintah dan Frida agro bias menjadi perantara bagi petani dan lembaga keuangan untuk memudahkan akses petani untuk mendapatkan bantuan modal. Trust building ditujukan agar kerjasama kemitraan yang terjalin atas dasar kepercayaan dapat dirasakan secara konsisten oleh seluruh pihak. Kesediaan pihak supermarket untuk memberikan dana tunai pada saat transaksi berlangsung diharapkan dapat menanggulangi resiko secara adil, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan dalam antara keduanya dan petani mitra Frida agro. 7.2 Saran Peran pemerintah nyata dibutuhkan dalam kegiatan rantai pasokan sayuran pada Frida agro ini. Potensi petani dari Lembang sudah diakui banyak pihak, termasuk Balai Penelitian Sayuran Lembang sendiri, sangat disayangkan apabila potensi yang dimiliki petani ini tidak didukung oleh pemerintah, khususnya petani yang menjadi mitra dari Frida agro yang kerap merasakan kekurangan modal usaha dan belum sama sekali disentuh oleh bantaun modal dari luar kecuali oleh Frida agro. Peran aktif petani dalam mengusulkan kesepakatan kontraktual diperlukan agar kesepakatan ini dapat cepat terwujud. Frida Agro dalam hal ini diharapkan mampu menjadi perantara atau penjamin petani dalam mengajukan kredit ke lembaga keuangan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan analisis marjin tataniaga yang terjadi pada rantai pasokan ini, agar didapatkan penilaian yang lebih objektif mengenai rantai pasokan. Selain itu, Frida Agro diharapkan menjadi motor penggerak dalam mengevaluasi kemitraan yang terjalin selama ini. 91

107 DAFTAR PUSTAKA Anatan, L dan Ellitan, L Supply Chain Management Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung. Arisandi, H. S Analisis Sistem Pasokan Buah-buahan ke Ritel Modern Dengan Supply Chain Management (Kasus PT Moenaputra Nusantara, Pondok Melati, Bekasi) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Asian Productivity Organization (APO) Project Reports: APO Symposium on Supply Chain Management. [23 Mei 2009]. Chopra S dan P Meindl Supply Chain Management : Strategy, Planning, and Operation. Prentice Hall. New Jersey. Dirjen Hortikultura Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. [1 Mei 2009]. Harjadi, S. S Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Fauzi, M. Ilham Manajemen Rantai Pasokan Manggis (Studi Kasus: Kampung Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Indrajit, R. E dan Djokopranoto, R. E Konsep Manajemen Supply Chain, Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: Grassindo.

108 Irmawati Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. National Productivity Organization Indonesia Program Asian Productivity Organization (APO). [24 Mei 2009]. Nazarudin Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta Perdana, T Dampak Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja Pelaku Industri Teh. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rachmina, D dan Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Rahardi, F. Rony Palungkun dan Asiani Budiarti Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta Rangkuti, F Measuring Consumer Satisfaction : Gaining Customer Relationship Strategy. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama Risyana, W Kinerja Supply Chain Management Komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Said AI, Bayu AS, Clara LB, Hoetomo L, Riri Satria, Soerjo W, dan Zaldi IM Produktivitas dan Efisiensi Dengan Supply Chain Management. Jakarta: Sekolah Tinggi PPM. 93

109 Sarjan, M Potensi Pemanfaatan Insektisida Nabati Dalam Pengendalian Hama Pada Budidaya Sayuran Organik [Skripsi]. Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram Setyadi, S. R Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Setyawan, Feri. Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Susyana AO Analisis Rantai Persediaan (Supply Chain) Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus Di Pasar Induk Kramat Jati dan Carrefour Cempaka Mas, Jakarta) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Syafi, F. N Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Usman, A Analisis Kinerja Supply Chain Management (SCM) Susu Cair UHT Full Cream, Studi Kasus di PT Ultrajaya Milk Industry And Trading, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Van der Vorst Performance Measurement In Agri-Food Supply Chain Networks. Hollandseweg Netherland: Logistics and Operations Reasearch Group, Wageningen University, Netherland. 94

110 Lampiran 1. Gambaran kerangka pemikiran oprasional Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan paradigma persaingan yang berorientasi kepada consumer driven Penerapan Manajemen Rantai Pasokan sayuran pada Frida agro Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan sayuran secara Komprehensif dengan metode FSCN Analisis Deskriptif MRP : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Sumberdaya Rantai 4.Manajemen Rantai 5. Proses Bisnis Rantai Analisis Kinerja Rantai : 1. Kinerja Kemitraan Analisis Kesesuaian Atribut Kondisi dan Kinerja Penerapan MRP pada Frida agro Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada Frida agro 12

111 Lampiran 2. Struktur Rantai Pasokan Supermarket Petani Mitra Frida Agro Konsumen Akhir Keterangan : Aliran Produk Aliran Informasi Aliran Uang Lampiran 3. Perbandingan Tingkat Kesesuaian Atribut kemitraan dalam Rantai Pasokan Sayuran No Atribut Kemitraan Tingkat Kesesuaian (%) Petani Frida Agro Supermarket 1 Harga Jual sayuran 102, Penanggungan resiko secara adil 96,55 88, Tingkat keuntungan , Keterbukaan informasi 104, Upaya peningkatan keterampilan 108,89 112,50 66,67 6 Komitmen dalam kerjasama 104,35 111, Penelitian kolaboratif 81,08 88,89 66,67 8 Akses permodalan 86,05 66,67 66,67 9 Tingkat Penjualan ,33 10 Kualitas produk sayuran 103, Penerapan standar budidaya 97,96 112,50 66,67 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 97,78 66,

112 1. Hasil penilaian tingkat kepentingan pada petani mitra No Keterangan : Petani Atribut Jumlah Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil Tingkat keuntungan Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan Komitmen dalam kerjasama Penelitian kolaboratif Akses permodalan Tingkat Penjualan Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran = Sangat Penting, 3 = Penting, 2 = Tidak Penting, 1 = Sangat Tidak Penting Pada kolom jumlah, menunjukkan Setiap atribut dari 30 responden dijumlahkan dan menghasilkan nilai total kepentingan total skor atribut, jumlah ini yang dibandingkan dengan nilai total kinerja total skor atribut, kemudian dipersentasekan

113 Lampiran 2. Hasil penilaian tingkat kinerja pada petani mitra No Petani Atribut Jumlah Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil Tingkat keuntungan Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan Komitmen dalam kerjasama Penelitian kolaboratif Akses permodalan Tingkat Penjualan Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Tidak Baik, 1 = Sangat Tidak Baik Pada kolom jumlah, menunjukkan Setiap atribut dari 30 responden dijumlahkan dan menghasilkan nilai total kinerja total skor atribut, jumlah ini yang dibandingkan dengan nilai total keperntingan total skor atribut, kemudian dipersentasekan.

114 Lampiran 3. Hasil penilaian tingkat kepentingan pada Frida Agro No Atribut Pemilik Frida Agro Manajer Operasional KaDiv. Pemasaran Jumlah 1 Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil Tingkat keuntungan Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan Komitmen dalam kerjasama Penelitian kolaboratif Akses permodalan Tingkat Penjualan Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 4 = Sangat Penting, 3 = Penting, 2 = Tidak Penting, 1 = Sangat Tidak Penting Pada kolom jumlah, menunjukkan Setiap atribut dari 3 responden dijumlahkan dan menghasilkan nilai total kepentingan total skor atribut, jumlah ini yang dibandingkan dengan nilai total kinerja total skor atribut, kemudian dipersentasekan

115 Lampiran 4. Hasil penilaian tingkat Kinerja pada Frida Agro No Atribut Pemilik Frida Agro Manajer Operasional KaDiv. Pemasaran Jumlah 1 Harga Jual sayuran Penanggungan resiko secara adil Tingkat keuntungan Keterbukaan informasi Upaya peningkatan keterampilan Komitmen dalam kerjasama Penelitian kolaboratif Akses permodalan Tingkat Penjualan Kualitas produk sayuran Penerapan standar budidaya Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 4 = Sangat Baik, 3 = Baik, 2 = Tidak Baik, 1 = Sangat Tidak Baik Pada kolom jumlah, menunjukkan Setiap atribut dari 3 responden dijumlahkan dan menghasilkan nilai total kinerja total skor atribut, jumlah ini yang dibandingkan dengan nilai total keperntingan total skor atribut, kemudian dipersentasekan. 96

116 Lampiran 5. Kuisioner Untuk Petani Mitra KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus : Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) Tanggal : No. Kuesioner: Saya Brahmantyo Adinugroho (H ) mahasiswa tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi & Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini. Data Petani Mitra Frida Agro 1. Profil dan Karakteristik Petani Usia :... Pendidikan :... Pekerjaan utama : 1)... 2)... Apakah Anda bermitra dengan Frida agro dalam usaha Sayuran? YA/TIDAK (coret yang tidak perlu) 1.1. Asset lahan petani Luas lahan keseluruhan :... hektar Status kepemilikan lahan : 1) Pemilik 2) Sewa 3) Penggarap 4) Produksi Jenis Sayuran yang dihasilkan dan dikirim ke Frida agro :. Jumlah Sayuran yang dihasilkan : kg/musim tanam Sayuran yang dikonsumsi sendiri : kg/musim tanam Jumlah Sayuran yang dijual ke Frida agro : kg/musim tanam 100

117 Apakah hasil panen Anda cenderung berubah-ubah? YA/TIDAK (coret yang tidak perlu) Faktor utama yang mempengaruhi hasil sayuran Anda (boleh pilih lebih dari 1 jawaban) : 1) Cuaca 2)Kondisi lahan 3)Pemeliharaan Dari mana Anda mendapatkan modal untuk usaha sayuran? 1) Bank, yaitu 2) Frida agro 3) Modal sendiri 4) Berhutang kepada rentenir 5) Pemasaran Target penjualan sayuran : kg/musim tanam Kepada siapa dan di daerah mana Anda menjual sayuran Anda selain ke Frida agro? (Jawaban boleh lebih dari 1) 1) Pedagang di 3) tidak ada 2) Pengumpul di Berapa kuantitas sayuran yang Anda jual pada masing-masing pembeli tersebut? 1)..kg 2).kg 3).kg 4).kg Bagaimana sistem pembayaran dari Frida agro dan pembeli lainnya? 1) Kontan (sebutkan pembeli yang membayar kontan, yaitu.) 2) Ditunda, sebutkan pembeli yang membayar dengan penundaan, yaitu:...ditunda.hari...ditunda.hari... Harga sayuran/kg (jika lebih dari 1 harga, mohon beri penjelasan): Rp. Rp.. Rp. Rp.. Apakah sayuran hanya dijual secara tetap pada pembeli tertentu? (YA / TIDAK) Jika YA, siapa pembeli tetap hasil sayuran Anda? 1). 2). 3). 4). Sudah berapa lama pembeli tersebut menjadi pembeli tetap Anda? 1).. tahun 2).tahun 3)...tahun 4).tahun 101

118 Apakah kerjasama anda dengan pembeli tetap dituangkan dalam kontrak? (YA / TIDAK) Apakah kontrak tersebut tertulis? (YA / TIDAK) Apakah kontrak tersebut pernah diperbaharui? (YA / TIDAK) Jika YA, berapa kali kontrak tersebut pernah diperbaharui?...kali 1.4. Sarana dan Prasarana Darimana Anda mendapatkan sarana pertanian (pupuk, pestisida, alat pertanian) untuk usaha sayuran Anda? (Boleh lebih dari 1 jawaban): 1) Frida agro 2)Beli di toko di.. 3) Lainnya,.. Bagaimana sistem pembayaran pembelian sarana pertanian tersebut? 1) Kontan (sebutkan tempat pembeliannya, yaitu.. ) 2) Ditunda, sebutkan tempat pembaliannya, yaitu:.ditunda.hari.ditunda.hari Apakah Anda sebagai pembeli tetap pada tempat penjualan sarana pertanian tersebut? (YA /TIDAK) Apakah Anda terikat kontrak dengan tempat pembelian tetap sarana pertanian tersebut? (YA /TIDAK) 102

119 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis sayuran. No Atribut Kemitraan Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 1 : Sangat Tidak Penting, 2 : Tidak Penting, 3 : Penting, 4 : Sangat Penting Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilhan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Sayuran. No Atribut Kemitraan Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 1 : Sangat Tidak baik, 2 : Tidak Baik, 3 : Baik, 4 : Sangat Baik 103

120 Lampiran 6. Kuisioner Untuk Supermarket KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus : Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) Tanggal : No. Kuesioner: Saya Brahmantyo Adinugroho (H ) mahasiswa tingkat akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi & Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini. Data Pembeli Sayuran Frida Agro 1. Nama Usaha : 2. Lokasi Usaha : 3. Profesi Pembeli secara umum (pilih salah satu dan beri tanda ) : Penyalur atau Pemasok Sayuran (retailer) Penjual Sayuran Lainnya, sebutkan. 4. Jenis sayuran dan jumlah yang anda beli dari Farida Farm : -... Jumlah :...(Kg) per... (hari/minggu) -... Jumlah :...(Kg) per... (hari/minggu) -... Jumlah :...(Kg) per... (hari/minggu) -... Jumlah :...(Kg) per... (hari/minggu) (coret yang tidak perlu) Contoh pengisian : Kubis, jumlah 3 Kg per 1 minggu 5. Bagaimana cara anda memesan sayuran dari Frida agro?

121 6. Dalam hal pemesanan ini, apakah anda melakukan perjanjian tertulis atau kontrak jual-beli dengan Frida agro? Apabila ada, apa saja poin-poin dari isi perjanjian tersebut? Persyaratan atau kriteria apa saja yang anda ajukan mengenai barang-barang yang saudara pesan yang dicantumkan dalam perjanjian jual-beli ini? Kemana anda menjual atau menyalurkan produk sayuran anda? Langsung ke konsumen akhir Disalurkan atau dipasok ke penyalur atau pembeli lagi Kemana lokasi tujuan pasokan atau penjualan anda? Lokasi :... Lokasi :... Lokasi : Dalam memesan jumlah sayuran, apakah permintaan konsumen akan sayuran menjadi pertimbangan anda? Jelaskan alasannya? Apakah pesanan anda dapat dipenuhi dalam hal kualitas dan kuantitas oleh Frida agro? Apakah anda menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rantai pasokan anda mengenai permintaan konsumen? Bagaimana komunikasi yang anda jalin? Apakah pesanan anda datang tepat pada waktunya? Bagaimana kondisi sayuran yang anda terima dari Frida agro? Bagaimana anda memelihara kesegaran atau mutu dari sayuran yang anda jual? Berapa lama rata-rata daya tahan sayuran yang anda beli dari Farida farm?. Hari 105

122 17. Bagaimana anda menanggapi keluhan dari konsumen produk dari Farida farm yang dijual di toko anda? Keluhan yang datang dari konsumen, apakah anda teruskan kepada Frida agro dan pemasoknya?

123 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis sayuran. No Atribut Kemitraan Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 1 : Sangat Tidak Penting, 2 : Tidak Penting, 3 : Penting, 4 : Sangat Penting Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilhan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Sayuran. No Atribut Kemitraan Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran Keterangan : 1 : Sangat Tidak baik, 2 : Tidak Baik, 3 : Baik, 4 : Sangat Baik 107

124 Lampiran 7. Indikator Kinerja Atribut Kemitraan Dalam Rantai Pasokan Sayuran 1. Harga Jual Sayuran SB : Harga jual sayuran jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra B : Harga jual sayuran lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra TB : Harga jual sayuran lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra STB : Harga jual sayuran jauh lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra 2. Resiko ditanggung secara adil SB : Resiko pemasaran produk selalu ditanggung bersama B : Resiko pemasaran produk terkadang ditanggung bersama TB : Resiko pemasaran produk jarang ditanggung bersama STB : Resiko pemasaran produk tidak pernah ditanggung bersama 3. Keuntungan SB : Pelaku rantai pasok memperoleh banyak keuntungan karena kemitraan B : Pelaku rantai pasok memperoleh keuntungan karena kemitraan TB : Pelaku rantai pasok tidak memperoleh keuntungan dari kemitraan STB : Pelaku rantai pasok memperoleh kerugian karena kemitraan 4. Keterbukaan Informasi Pasar SB : Informasi pasar sangat terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai B : Informasi pasar terbuka dan dapat diakses pelaku rantai TB : Informasi pasar kurang terbuka dan agak sulit diakses pelaku rantai STB : Informasi pasar tidak terbuka dan sangat sulit diakses pelaku rantai 5. Upaya Peningkatan Keterampilan Petani SB : Petani sangat sering mendapat bimbingan teknis (2 bulan sekali) B : Petani seringkali mendapat bimbingan teknis (4 bulan sekali) TB : Petani jarang mendapat bimbingan teknis (6 bulan sekali) STB : Petani sangat jarang mendapat bimbingan teknis (1 tahun sekali) 6. Komitmen dalam Kerjasama SB : Pelaku rantai pasok sangat mematuhi aturan kerjasama yang disepakati B : Pelaku rantai pasok mematuhi aturan kerjasama yang disepakati TB : Pelaku rantai pasok terkadang melanggar aturan kerjasama yang disepakati STB : Pelaku rantai pasok banyak melanggar aturan kerjasama yang disepakati 7. Penelitian Kolaboratif SB : Terdapat banyak penelitian dan rencana pengembangan yang melibatkan beberapa pelaku rantai pasok B : Terdapat penelitian dan rencana pengembangan yang melibatkan beberapa pelaku rantai pasok TB : Hanya terdapat sedikit penelitian dan rencana pengembangan yang melibatkan beberapa pelaku rantai pasok STB : Tidak terdapat penelitian dan rencana pengembangan yang melibatkan beberapa 108

125 pelaku rantai pasok 8. Akses Permodalan SB : Terdapat banyak bantuan modal dari pelaku rantai B : Terdapat bantuan modal dari pelaku rantai TB : Hanya terdapat sedikit bantuan modal dari pelaku rantai STB : Tidak terdapat bantuan modal dari pelaku rantai 9. Penjualan SB : Penjualan sayuran sangat meningkat dibandingkan sebelum bermitra B : Penjualan sayuran meningkat dibandingkan sebelum bermitra TB : Penjualan sayuran tidak mengalami peningkatan dibanding sebelumnya STB : Penjualan sayuran mengalami penurunan dibanding sebelumnya 10. Kualitas Produk Sayuran SB : Persentase produk bermutu banyak mengalami peningkatan B : Persentase produk bermutu mengalami peningkatan TB : Persentase produk bermutu tidak mengalami peningkatan STB : Persentase produk bermutu banyak mengalami penurunan 11. Penerapan Standar Budidaya SB : Standarnya sangat baik dan sangat mudah dicapai B : Standarnya baik dan mudah dicapai TB : Standarnya cukup sulit dicapai STB : Standar terlalu sulit dicapai 12. Efisensi Biaya Transaksi dan Pemasara SB : Terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir B : Terdapat beberapa komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir TB : Tidak terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir STB : Biaya transaksi dan pemasaran semakin mahal 109

126 Lampiran 8. Foto pada Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia, karena sayuran banyak dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk membantu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden 27 4. METODOLOGIPENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa barat karena merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia (BPS, 2013). Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DENGAN ANALISIS HARGA KOMODITAS DI SENTRA PRODUKSI DAN PASAR INDUK (Suatu Kasus pada Sentra produksi Cabai Merah Keriting di Kecamatan Cikajang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Perkembangan konsumsi komoditas perikanan khususnya udang di tingkat internasional dan tingkat nasional dianggap oleh sebagian petani dan nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) Oleh: ARYA SAJIWA A14103660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL CV BIMANDIRI DI LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT. Oleh : WUKIR TRANGJIWANI A

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL CV BIMANDIRI DI LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT. Oleh : WUKIR TRANGJIWANI A MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL CV BIMANDIRI DI LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT Oleh : WUKIR TRANGJIWANI A 14105623 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark mengingat posisinya sebagai

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A14105662 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci