UJI TOKSISITAS AKUT LC50-24 JAM DENGAN LIMBAH CAIR PADA BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasselti C.V.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI TOKSISITAS AKUT LC50-24 JAM DENGAN LIMBAH CAIR PADA BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasselti C.V.)"

Transkripsi

1 UJI TOKSISITAS AKUT LC50-24 JAM DENGAN LIMBAH CAIR PADA BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasselti C.V.) Ade Khoerul Umam, Intan Nadifah, Ruli Aisyah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat aisyahruliku@gmail.com. ABSTRAK Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium MSP (Manjemen Sumber Daya Perairan). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebenaran dari berbagai bahaya zat toksik yang digunakan (SSL, ABS, detergen formulasi dan limbah cair) dengan uji toksisitas akut (LC50-24 jam) terhadap ikan air tawar Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) dan untuk memahami dan mampu melaksanakan persiapan, pemaparan dan pengamatan Uji Toksisitas Akut. Analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50-24 jam adalah Analisis Probit yang mengacu pada Hubert (1979). Hasilnya yaitu uji toksisitas akut (LC50-24 jam) SLS, detergen formulasi dan limbah cair terhadap ikan air tawar Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) diperoleh hasil negative atau tidak menyebabkan toksisitas akut (LC50-24 jam) pada konsentrasi 50 ppm. Adapun bahan toksik ABS dapat menyebabkan toksisitas akut (LC50-24 jam) pada konsentrasi 19,014 ppm berdasarkan metode probit. Kata kunci : ABS, detergen formulasi,, LC50-24 jam, metode Probit, limbah cair, SSL. ABSTRACT This practical held at the laboratory of the MSP (Managing Aquatic Resources). The purpose of this research is to know the truth from various dangers of toxic substances that are used (SSL, ABS, laundry detergent formulations and liquid waste) and acute toxicity test (24-hour LC50) for freshwater fish Fish Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) and to understand and be able to carry out the preparation, exposure and Acute Toxicity Test observations. The analysis of the data used for determining the LC50 values- 24 hours is a Probit Analysis refers to Hubert (1979). Results of acute toxicity tests i.e. (24-hour LC50-) SLS, detergent formulations and liquid waste against Nilem Fish freshwater fish (Osteochilus hasselti C.V.) obtained results negative or not cause acute toxicity (LC50-24 hours) at a concentration of 50 ppm. As for the toxic material ABS can cause acute toxicity (LC50-24 hours) on the concentration of ppm based on probit method.

2 Keywords: ABS, detergen formulations, Lc50-24 hours, probit method, liquid waste, SSL.

3 PENDAHULUAN Ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V), adalah salah satu komoditas budidaya ikan air tawar yang terkonsentrasi di Pulau Jawa khususnya di wilayah Priangan, sementara sekarang pembudidayaan ikan tersebut hampir dilupakan/ditinggalkan. Tercermin dari data Statistik Perikanan Budidaya 2002, dimana produksi ikan nilem terhadap produksi ikan budidaya lainnya dari tahun 1996 sampai 2000 persentasinya cenderung menurun berturut-turut 11,96; 7,28; 7,28; 6,78 dan 6,96%. Padahal ikan tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam pengembangannya dimasa yang akan datang karena memiliki keunggulan komparatif. Kegiatan budidaya nilem sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Nilem merupakan jenis ikan yang rentan terhadap serangan bakteri dan jamur. Pada kegiatan pembenihan, penyakit banyak ditimbulkan oleh adanya serangan organisme patogen salah satunya adalah bakteri yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi petani, hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas lingkungan yang tidak mendukung bagi kegiatan budidaya ikan nilem. Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah pencemaran air, dimana air yang kita pergunakan setiap harinya tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, detergen), beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam) serta bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (Mason, 1991). untuk memberi gambaran seberapa besar bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian pestisida terhadap ikan budidaya, khususnya ikan air tawar, perlu dilakukan uji toksisitas akut untuk mengetahui nilai LC50-24 jam dari jenis pestisida tertentu terhadap ikan air tawar. LC50-24 jam merupakan singkatan dari Lethal Concentration 50%, menggambarkan konsentrasi toksikan yang menyebabkan terjadinya kematian (lethal) pada 50% hewan uji dalam suatu waktu tertentu (Idris, 2013). Uji Toksisitas Akut merupakan bagian dari Uji Toksisitas Kuantitatif yang dilakukan dalam jangka waktu yang singkat sebagai akibat dari pemaparan jangka pendek terhadap suatu bahan toksik. Efek akut dapat terjadi dalam selang waktu beberapa jam, hari atau minggu. Parameter

4 yang dapat diamati dari Uji Toksisitas Akut pada umumnya adalah Kematian (Mortality). Suatu bahan kimia dinyatakan berkemampuan toksik akut bila aksi langsungnya mampu membunuh 50% atau lebih populasi uji dalam selang waktu yang pendek, misal 24 jam, 48 jam s/d 14 hari. Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, untuk mengetahui kebenaran dari berbagai bahaya zat toksik tersebut maka dilakukan pula beberapa percobaan ini, yaitu uji toksisitas akut (LC50-24 jam) terhadap ikan air tawar Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Adapun tujuan dari praktikum ekotoksikologi perairan dalam uji toksisitas akut ini adalah untuk memahami dan mampu melaksanakan persiapan, pemaparan dan pengamatan Uji Toksisitas Akut. DATA DAN PENDEKATAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan ikan nilem sebagai hewan uji dan juga 4 larutan yang digunakan sebagai larutan LC50 yakni Alkyl Benzene Sulfunate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfunate (LAS), limbah somestik (air), dan deterjen Formulasi. Pada percobaan ada beberapa alatalat yang digunakan dalam percobaan ini yakni botol toples, mikropipet yang berfungsi untuk mengambil bahan uji toksik sedikit demi sedikit, saringan untuk mengambil hewan uji, gelas ukur 5ml untuk mengukur banyaknya larutan, beaker glass 250ml sebagai wadah larutan uji, pengaduk kaca, kertas sampel untuk menandai perlakuan, sarung tangan untuk melindungi tangan agar tidak terkena larutan berbahaya dan juga hand counter. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan nilem sebagai hewan uji, Alkyl Benzene Sulfunate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfunate (LAS), limbah somestik (air), dan deterjen Formulasi sebagai larutan LC50-24 jam. Prosedur yang dilakukan dimulai dari persiapan benih ikan nilem yang diawali dengan aklimatisasi benih selama 3 hari, dimasukkan masing-masing 10 ekor benih dengan menggunakan saringan ke dalam toples yang telah diisi air medium sebanyak 3 liter Dimasukan bahan toksik uji (ABS/LAS/Limbah Domestik (Air), Detergen Formulasi) dengan variasi konsentrasi yang masing-masing telah ditentukan menggunakan Micropippet, sera dilakukan pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan selang pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, dan 24 jam mortalitas diamati dengan cara menghitung jumlah benih yang yang mati.

5 LC50-24 jam = anti log m, dimana m= 5 a b Gambar 1. Ilustrasi Pemaparan Uji Toksisitas Akut Prosedur Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50-24 jam adalah Analisis Probit yang mengacu pada Hubert (1979) yaitu sebagai berikut : Hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai Probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear Y = a + bx. Nilai LC50-24 diperoleh dari anti log m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi bahan toksik pada Y = 5, yaitu nilai Probit 50% hewan uji, sehingga persamaan regresi menjadi : m= 5 a b Dengan nilai a dan b diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut : Persamaan regresi = Y = a + bx Keterangan : Y : Nilai Probit Mortalitas X : Logaritma konsentrasi bahan uji n : banyaknya perlakuan a : konstanta b : slope/ kemiringan m : nilai X pada Y = 5 LC50-24 jam : anti log m HASIL DAN DISKUSI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat toksisitas beberapa bahan toksik terhadap ikan air tawar Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.). dengan mengukur LC50-24 jam. Pembahasannya meliputi perbandingan karakteristik limbah cair dengan bahan toksik lainnya dengan cara menganalisis jumlah kematian hewan uji untuk mendapatkan nilai LC50-24 jam, serta menganalisis hubungan karakteristik bahan toksik yang menimbulkan kematian pada hewan uji. Uji Toksisitas Akut a. Uji toksisitas menggunakan SSL Berdasarkan data hasil praktikum, maksimal diperoleh data mortalitas hanya 25% yakni pada

6 konsentrasi 50 ppm, dan konsentrasi selainnya (1 ppm, 5 ppm, 10 ppm, dan 25 ppm) hampir semuanya memiliki nilai mortalitas 0%. Ada sedikit perbedaan yakni kelas C dengan perlakuan konsentrasi 25 ppm diperoleh mortalitas 2,5%. Hal ini bisa disebabkan karena faktor luar, bukan karena perlakuan karena pada dasarnya kelas lainnya menghasilkan mortalitas 0%. Pada uji SSL, meskipun konsentrasi yag diberikan hingga mencapai 50 ppm, tidak diperoleh mortalitas ikan nilem hingga mencapai 50% dari total populasi 40 ekor ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Dengan demikian maka tidak dilanjutkan penelitian dengan uji probit karena tidak dihasilkannya mortalitas 50%. b. Uji toksisitas menggunakan ABS Berdasarkan data hasil praktikum, diperoleh data mortalitas 5 % pada konsentrasi 5 ppm dan mortalitas 67,5 % pada konsentrasi 25 ppm. Pada uji ABS, dapat diperoleh mortalitas ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) hingga mencapai 50% dari total populasi 40 ekor ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) dengan uji probit hingga diperoleh LC0-24 jam pada konsentrasi 19,014 ppm. Dengan demikian maka batas ambang ABS di perairan haruslah di bawah 19,014 ppm. c. Uji toksisitas menggunakan detergen formulasi Berdasarkan data hasil praktikum, maksimal diperoleh data mortalitas hanya 17,5% yakni pada konsentrasi 50 ppm, dan konsentrasi selainnya (1 ppm, 5 ppm, 10 ppm, dan 25 ppm) hampir semuanya memiliki nilai mortalitas 0%. Ada sedikit perbedaan yakni kelas Kelautan dengan perlakuan konsentrasi 50 ppm diperoleh mortalitas 17,5%. Hal ini bisa disebabkan karena faktor luar, bukan karena perlakuan karena pada dasarnya kelas lainnya dengan perlakuan yang sama menghasilkan mortalitas 0%. Pada uji ini, meskipun konsentrasi yag diberikan hingga mencapai 50 ppm, tidak diperoleh mortalitas ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) hingga mencapai 50% dari total populasi 40 ekor ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Dengan demikian maka tidak dilanjutkan penelitian dengan uji probit karena tidak dihasilkannya mortalitas 50%. d. Uji toksisitas menggunakan limbah cair

7 Berdasarkan data penelitian dan identifikasi kelompok 16 kelas B, dengan konsentrasi 1% diperoleh data hasil pengamatan selama 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buka tutup operculum selama 1 menit. Ikan air tawar dengan kondisi lingkungan normal memiliki jumlah buka tutu operculum berkisar antara ± 51 - ± 118 (Putriani, 2010). Berdasarkan pengamatan secara berkala, diperoleh jumlah buka tutup operculum dengan kisaran Jumlah buka tutup operculum menunjukkan ikan nilem dalam kondisi baik. Perilaku fisiologis ikan bukan hanya buka tutup operculum. Perilaku fisiologis ikan meliputi konsumsi oksigen (buka tutup operculum), aktivitas makan, keseimbangan osmotik dan ion, pencernaan, ekskresi dan asimilasi, sekresi mucus serta aktivitas renang (Putriani, 2010). Hal-hal yang disebutkan diatas tidak dapat dilakukan penelitian secara langsung karena penelitian hanya dilakukan selama 24 jam tanpa diberi pakan, maka penelitian yang mungkin dilakukan selain menghitung buka tutup operculum adalah sekresi mucus dan aktivitas renang. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh ikan nilem yang terpapar (10 ekor) menghasilkan mukus yang normal serta aktivitas renang yang gesit. Setelah 24 jam penelitian diperoleh nilai mortalitas 0%, artinya limbah cair dengan konsentrasi 1 ppm masih bisa ditoleransi oleh ikan nilem, bahkan dapat dikatakan tidak mempengaruhi aktivitas fisiologis ikan sama sekali. Hal ini bisa dibuktikan dengan dibandingkan ikan kontrol yang juga memiliki nilai mortalitas 0%. Uji toksisitas menggunakan limbah cair juka dilakukan pada konsentrasi 5 ppm, 10 pm, 25 ppm, dan 50 ppm. Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukannya ikan yang mati. Artinya meskipun ikan nilem terpapar limbah cair hingga 50 ppm, mortalitasnya adalah 0%. Hal ini membuktikan bahwa bahan toksik limbah cair yang digunakan tidak berbahaya bagi ikan nilem. Pada uji limbah cair, meskipun konsentrasi yag diberikan hingga mencapai 50 ppm, tidak diperoleh mortalitas ikan nilem hingga mencapai 50% dari total populasi 40 ekor ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Dengan demikian maka tidak dilanjutkan

8 penelitian dengan uji probit karena tidak ada ikan nilem yang mati. SIMPULAN Setelah dilakukan praktikum uji toksisitas akut, dapat dipahami bagaimana cara melaksanakan persiapan, pemaparan dan pengamatan Uji Toksisitas Akut. Berdasarkan penelitian hasil praktikum, telah diketahui mengetahui kebenaran dari berbagai bahaya zat toksik tersebut, yaitu uji toksisitas akut (LC50-24 jam) SLS, detergen formulasi dan limbah cair terhadap ikan air tawar Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) diperoleh asil negative atau tidak menyebabkan toksisitas akut (LC50-24 jam) pada konsentrasi 50 ppm. Adapun bahan toksik ABS dapat menyebabkan toksisitas akut (LC50-24 jam) pada konsentrasi 19,014 ppm berdasarkan metode probit. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kelautan dan Perikanan. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 104 hlm. Idris Studi Histopatol ogi P ada Ikan Lele Dumbo ( Clarias gariepinus ) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia.3(12) : Mason, C.F Biology of Fresh Water Pollution. Longman. New York. 351p. Putriani, N. (2010). Respon Organisme Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan.

9 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Alir Prosedur Kerja Uji toksisitas akut Disiapkan benih ikan nilem yang diawali dengan aklimatisasi benih selama 3 hari Dimasukan masing-masing 10 ekor benih dengan menggunakan saringan ke dalam toples yang telah diisi air medium sebanyak 3 liter. Dimasukan bahan toksik uji (ABS/LAS/limbah domestik (air), detergen formulasi) ke dalam toples dengan konsentrasi yang telah ditentukan menggunakan micropipet Dilakukan pengamatan selama 24 jam dengan selang pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Diamati mortalitas dengan cara menghitung jumlah benih yang mati Hasil

10 Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Pengambilan larutan toksik Larutan toksik dimasukan ke gelas ukur Diperhatikan jumlahnya Dimasukkan ke dalam akuarium Proses pengambilan ikan Proses memasukan ikan ke dalam akuarium

11 Lampiran 3. Data Angkatan Mortalitas Benih Ikan Nilem Kelompo k Konsentras i Jenis Bahan Toksik Jumlah Larva Ikan yang terpapar Jumlah Larva Ikan yang Mati 1A 1 ppm 2A 5 ppm 3A 10 ppm SLS 4A 25 ppm 5A 50 ppm A 1 ppm 7A 5 ppm 8A 10 ppm ABS 9A 25 ppm A 50 ppm A 1 ppm 12A 5 ppm Detergen 13A 10 ppm Formulasi 14A 25 ppm 15A 50 ppm 16A 1 ppm 17A 5 ppm A 10 ppm 30 0 Limbah Cair 19A 25 ppm A 50 ppm A 50 ppm B 1 ppm 2B 5 ppm 3B 10 ppm SLS 4B 25 ppm 5B 50 ppm B 1 ppm 7B 5 ppm 8B 10 ppm ABS 9B 25 ppm B 50 ppm B 1 ppm Detergen 12B 5 ppm Formulasi 13B 10 ppm

12 Kelompo k Konsentras i Jenis Bahan Toksik Jumlah Larva Ikan yang terpapar Jumlah Larva Ikan yang Mati 14B 25 ppm 15B 50 ppm 16B 1 ppm 17B 5 ppm B 10 ppm B 25 ppm 30 0 Limbah Cair 20B 50 ppm B 5 ppm B 10 ppm B 25 ppm C 1 ppm 2C 5 ppm 3C 10 ppm SLS 4C 25 ppm C 50 ppm C 1 ppm 7C 5 ppm C 10 ppm ABS 9C 25 ppm C 50 ppm C 1 ppm 12C 5 ppm Detergen 13C 10 ppm Formulasi 14C 25 ppm 15C 50 ppm 16C 1 ppm Limbah Cair 1K 1 ppm 2K 5 ppm 3K 10 ppm SLS 4K 25 ppm 5K 50 ppm K 1 ppm 7K 5 ppm K 10 ppm ABS K 25 ppm 10K 50 ppm K 1 ppm Detergen 12K 5 ppm Formulasi 13K 10 ppm

13 Kelompo k Konsentras i Jenis Bahan Toksik Jumlah Larva Ikan yang terpapar Jumlah Larva Ikan yang Mati 14K 25 ppm 15K 50 ppm K 1 ppm Limbah Cair

14 Lampiran 4. Data Angkatan Pengamatan Mortalitas Benih Ikan Nilem Kelompok 1B 2B Waktu Larva Ikan Nilem Dedah yg mati Keterangan 15 menit 0 Ikan masih aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan masih aktif dan tidak berlendir. Bukaan operculum 77 1 Jam 0 Ikan masih aktif. Bukaan operculum 63 2 jam 0 Ikan sudah mulai lemas dan tidak berlendir. Bukaan operculum 74 4 Jam 0 Ikan lemas dan tidak terlalu aktif. Bukaan operculum 64 8 Jam 0 Ikan mulai aktif kembali. Bukaan operculum Jam 0 Ikan aktif seperti semula. Bukaan operculum Jam 0 Ikan kembali aktif seperti awal. Bukaan operculum menit 0 Ikan normal. Bukaan operculum menit 0 Ikan normal. Bukaan operculum Jam 0 Ikan diam di dasar akuarium. Bukaan operculum jam 0 Ikan diam di dasar akuarium. Bukaan operculum Jam 0 Ikan diam di dasar akuarium. Bukaan operculum 45 8 Jam 0 Ikan diam di dasar akuarium dan berlendir. Bukaan operculum Jam 0 Ikan diam di dasar akuarium. Bukaan operculum Jam 0 Ikan aktif dan diam di bawah akuarium. Bukaan operculum 159 3B 15 menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan mulai lambat bergerak. Bukaan operculum 72 1 Jam 0 Ikan lambat bergerak. Bukaan operculum 69 2 jam 0 Ikan lambat bergerak dan berenang di dasar. Bukaan operculum 67 4 Jam 0 Pergerakan ikan lambat dan berenang di sekitar aerasi. Bukaan operculum 61 8 Jam 0 Ikan tidak bergerak namun sesekali bergerak cepat dan berada di permukaan. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak lambat dan berdiam di sudut bawah akuarium. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak lambat tapi sesekali bergerak cepat di permukaan. Bukaan operculum

15 Kelompok Waktu Dedah Larva Ikan Nilem yg mati Keterangan menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan mulai lambat bergerak. Bukaan operculum 72 1 Jam 0 Ikan lambat bergerak dan buih sabun meningkat. Bukaan operculum 69 2 jam 0 Ikan lambat bergerak dan berenang di dasar akuarium. Bukaan operculum 67 4B 4 Jam 0 Pergerakan ikan lambat dan berenang di sekitar aerasi. Bukaan operculum 61 8 Jam 0 Ikan tidak bergerak namun sesekali bergerak cepat & berada di dasar permukaan. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak lambat dan berdiam di sudut bawah akuarium. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak lambat tapi sesekali bergerak cepat di permukaan. Bukaan operculum menit 0 Gerakan ikan lebih lambat dan 2 ekor ikan berada di dasar akuarium. Bukaan operculum menit 2 Pergerakan ikan lebih lambat dari sebelumnya dan lebih tidak terarah. 6 ekor ikan tidak ada pergerakan. Ikan hanya melayang-layang & mendekati aerasi. 1 Jam 4 Operculum sudah tidak terbuka 5B 2 jam 4 Semua ikan mati dan terdampar 4 Jam Jam Jam Jam - - 6B 15 menit 0 Ikan bergerak aktif dan bergerombol. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif dan bergerombol. Bukaan operculum 80 1 Jam 0 Ikan bergerak aktif dan bergerombol. Bukaan operculum 73 2 jam 0 Ikan bergerak aktif dan berenang di dasar. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak aktif dan berenang di dasar. Bukaan operculum 141

16 Kelompok 7B 8B Waktu Larva Ikan Nilem Dedah yg mati Keterangan 8 Jam 0 Ikan aktif dan berenang di dasar. Bukaan operculum Jam 0 Ikan aktif tetapi sedikit lambat. Bukaan operculum Jam 0 Ikan aktif dan pergerakan lambat. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak agresif. Bukaan operculum menit 0 Ikan lompat-lompat keluar dari permukaan. Bukaan operculum Jam 0 Kondisi ikan lebih tenang. Bukaan operculum 78 2 jam 0 Kondisi ikan lebih tenang. Bukaan operculum 75 4 Jam 0 Kondisi ikan lebih tenang. Bukaan operculum 66 8 Jam 0 Ikan mulai melemah. Bukaan operculum Jam 0 Semua ikan pasif (diam di dasar). Bukaan operculum Jam 0 Semua ikan pasif (diam di dasar). Bukaan operculum menit 0 Pergerakan ikan dalam kondisi aktif. Bukaan operculum menit 0 Pergerakan ikan amasih aktif. Bukaan operculum 65 1 Jam 0 Pergerakan ikan tidak terlalu aktif. Bukaan operculum 54 2 jam 0 Gerakan ikan tidak terlalu aktif dan cenderung diam di dasar. Bukaan operculum 48 4 Jam 0 Pergerakan ikan lambat dan cenderung berada di dasar. Bukaan operculum 48 8 Jam 0 Pergerakan ikan lambat dan cenderung berada di dasar. Bukaan operculum Jam 0 Ikan cenderung berada di dasar dan pergerakannya lambat. Bukaan operculum Jam 0 Ikan cenderung berada di dasar dan pergerakannya lambat tapi maish aktif. Bukaan operculum 49 9B 15 menit 0 Ikan mulai bergerak pasif dan 3 ekor ikan pingsan 30 menit 10 Ikan mati semua dan terdampar 1 Jam jam - -

17 Kelompok 10B 11B Waktu Larva Ikan Nilem Dedah yg mati Keterangan 4 Jam Jam Jam Jam menit 0 Gerakan ikan tidak seimbang. Bukaan tutup operculum menit 10 Ikan mulai tidak seimbang kemudian mati seluruhnya 1 Jam jam Jam Jam Jam Jam menit 0 Bukaan operculum menit 0 Bukaan operculum 66 1 Jam 0 Bukaan operculum 46 2 jam 0 Bukaan operculum 49 4 Jam 0 Bukaan operculum 66 8 Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum B 15 menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum jam 0 Pergerakan ikan tidak terlalu aktif. Bukaan operculum Jam 0 Ikan cenderung diam di dasar akuarium. Bukaan operculum Jam 0 Ikan cenderung diam di dasar akuarium. Bukaan operculum Jam 0 Ikan cenderung diam di dasar akuarium. Bukaan operculum 110

18 Kelompok Dedah yg mati Waktu Larva Ikan Nilem Keterangan 24 Jam 0 Ikan cenderung diam di dasar akuarium. Bukaan operculum menit 0 Bukaan operculum menit 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum B 2 jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif, normal dan sehat. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif, normal dan sehat. Bukaan operculum Jam 0-2 jam 0 Pergerakan ikan lambat dan berenang di dasar. Bukaan operculum B Pergerakan lambat atau diam dan berenang di dasar. Bukaan operculum Jam 0 8 Jam 0 Pergerakan ikan lambat dan berenang di dasar. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan lambat dan berenang di dasar. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan lambat, berenang di dasar kadang melompat ke permukaan. Bukaan operculum menit 0 Ikan sehat dan pergerakan aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan sehat dan pergerakan aktif. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan aktif. Bukaan operculum 95 15B 2 jam 0 Ikan diam di dasar dan pergerakannya pasif. Bukaan Jam 0 Ikan diam di dasar dan pergerakanya tenang. Bukaan 89 8 Jam 0 Ikan diam di dasar dan pergerakanya tenang. Bukaan Jam 0 Ikan diam di dasar dan pergerakanya pasif. Bukaan Jam 0 Ikan diam di dasar dan pergerakanya pasif. Bukaan 88 16B 15 menit 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan

19 Kelompok 17B Waktu Dedah Larva Ikan Nilem yg mati Keterangan operculum menit 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum 66 1 Jam 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum 46 2 jam 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum 49 4 Jam 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum 66 8 Jam 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum Jam 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum Jam 0 Ikan dalam kondisi normal dan tidak terlihatadanya gangguan fisiologis. Bukaan operculum menit 0 Gerakan ikan aktif, masih naik turun di dalam akuarium. Bukaan tutup operculum menit 0 Ikan masih bergerak aktif. Bukaan tutup operculum 86 1 Jam 0 Ikan sedikit aktif dan kadang diam di tempat. Bukaan tutup operculum 82 2 jam 0 Ikan mulai sedikit aktif kembali. Bukaan tutup operculum 82 4 Jam 0 Ikan masih aktif bergerak ke sisi akuarium. Bukaan tutup operculum 79 8 Jam 0 Ikan masih bergerak aktif. Bukaan tutup operculum Jam 0 Gerakan ikan cenderung diam di dasar akuarium. Bukaan tutup operculum Jam 0 18B 15 menit 0 Bukaan operculum menit 0 Bukaan operculum 87 1 Jam 0 Bukaan operculum 93 2 jam 0 Bukaan operculum 82 Gerakan ikan kembali aktif dan masih bergerak di dasar akuarium. Bukaan tutup operculum 86

20 Kelompok 19B 20B Waktu Larva Ikan Nilem Dedah yg mati Keterangan 4 Jam 0 Bukaan operculum 87 8 Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum menit 0 Ikan masih sehat dan aktif. Bukaan operculum menit 0 Pergerakan ikan lambat. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum jam 0 Ikan berada di dasar. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan lemah dan berada di bawah. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan gesit. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan gesit. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum Jam 0 Ikan bergerak aktif dan mulai mengeluarkan feses. Bukaan operculum jam 0 Feses ikan mulai banyak. Bukaan operculum 98 4 Jam 0 Feses mengendap dan ikan berada di dasar akuarium. Bukaan operculum 91 8 Jam 0 Ikan sedikit pasif dan feses menjadi sedikit. Bukaan operculum Jam 0 Ikan diam di dekat aerasi. Bukaan operculum Jam 0 Ikan sedikit pasif dan berada di dasar akuarium. Bukaan operculum 94 21B 15 menit 0 Ikan bergerak masih gesit. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak masih gesit. Bukaan operculum Jam 0 Ikan mulai sering berdiam di pojok akuarium. Bukaan operculum jam 0 Ikan bergerak pasif sebagian. Bukaan operculum 67 4 Jam 0 Pergerakan ikan pasif. Bukaan operculum 38 8 Jam 0 Ikan bergerak pasif sebagian. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan pasif. Bukaan operculum 69

21 Kelompok 22B 23B Waktu Larva Ikan Nilem Dedah yg mati Keterangan 24 Jam 0 Pergerakan ikan pasif. Bukaan operculum menit 0 Bukaan operculum menit 0 Bukaan operculum 55 1 Jam 0 Bukaan operculum 71 2 jam 0 Bukaan operculum 83 4 Jam 0 Bukaan operculum 67 8 Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum Jam 0 Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum menit 0 Ikan bergerak aktif. Bukaan operculum 62 1 Jam 0 Ikan bergerak normal. Bukaan operculum 51 2 jam 0 Pergerakan ikan normal. Bukaan operculum 38 4 Jam 0 Pergerakan ikan normal. Bukaan operculum 44 8 Jam 0 Pergerakan ikan aktif. Bukaan operculum Jam 0 Pergerakan ikan aktif. Bukaan operculum Jam 0 Ikan masih bergerak aktif. Bukaan operculum 139

22 Lampiran 5. Data Persentase Mortalitas (p) Benih Ikan Nilem per Konsentrasi Kelas Konsentrasi SSL 1 ppm 5 ppm 10 ppm 25 ppm 50 ppm A 0% 0% 0% 0% 25% B 0% 0% 0% 0% 25% C 0% 0% 0% 2,5% 25% Kelautan 0% 0% 0% 0% 25% Rata-Rata 0% 0% 0% 0,625% 25% Kelas Konsentrasi ABS 1 ppm 5 ppm 10 ppm 25 ppm 50 ppm A 0% 0% 0% 25% 25% B 0% 0% 0% 25% 25% C 0% 2,5% 0% 17,5% 25% Kelautan 0% 2,5% 2,5% 0% 25% Rata-Rata 0% 1,25% 0,625% 16,875% 25% Kelas Konsentrasi Detergen Formulasi 1 ppm 5 ppm 10 ppm 25 ppm 50 ppm A 0% 0% 0% 0% 0% B 0% 0% 0% 0% 0% C 0% 0% 0% 0% 0% Kelautan 0% 0% 0% 0% 17,5% Rata-Rata 0% 0% 0% 0% 4,375% Kelas Konsentrasi Detergen Formulasi 1 ppm 5 ppm 10 ppm 25 ppm 50 ppm A 0% 0% 0% 0% 0% B 0% 0% 0% 0% 0% C 0% Kelautan 0% Rata-Rata 0% 0% 0% 0% 0%

Modul 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal

Modul 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal Modul 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal MODUL 3 Uji Toksisitas Sub-Lethal POKOK BAHASAN : Pemaparan dan pengamatan Uji Toksisitas Sub-Lethal TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami dan mampu melaksanakan persiapan, pemaparan,

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L. 69 UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L. Siti Devi Permata Sari Lubis 1, Budi Utomo 2, Riri Ezraneti 3 1. Alumni

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ARTIKEL 1. Alfi Hermawati Waskita Sari, S.Pi., MP (NIP. 198406232014042001)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium 13 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel I. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel darah merah dilakukan pada bulan Juli 2012 di Laboratorium Perikanan Jurusan

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) :110-114 (Juli 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh :

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh : UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI Oleh : NURUL AINI 090302080 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 44-49 (Januari 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD, Fe, AND NH 3 IN LEACHATE

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

Mars Sella Sinurat 1), Hesti Wahyuningsih 2), Desrita 3) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas

Mars Sella Sinurat 1), Hesti Wahyuningsih 2), Desrita 3) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) (Acute Toxicity Test of Tofu Industrial Wastewater for Freshwater Pomfret (Colossoma macropomum) Mars

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) Yuli Pratiwi 1*, Sri Hastutiningrum 2, Dwi Kurniati Suyadi 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Subletal ABS Terhadap Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) Subletal Toxicity test with ABS For Nilem Carp (Osteochilus vittatus)

Uji Toksisitas Subletal ABS Terhadap Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) Subletal Toxicity test with ABS For Nilem Carp (Osteochilus vittatus) Uji Toksisitas Subletal Terhadap Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) Subletal Toxicity test with For Nilem Carp (Osteochilus vittatus) Annisa Putri Septiani* ), Rezky Hartanto Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS)

UJI TOKSISITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) SKRIPSI UJI TOKSISITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) Oleh : TARA MUGIROSANI 0552010007 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL ORGANOFOSFAT PADA IKAN MAS (cyprinus carpio) TOXICITY TEST SUB- Lethal organophosphates COMMON CARP ( Cyprinus carpio )

UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL ORGANOFOSFAT PADA IKAN MAS (cyprinus carpio) TOXICITY TEST SUB- Lethal organophosphates COMMON CARP ( Cyprinus carpio ) UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL ORGANOFOSFAT PADA IKAN MAS (cyprinus carpio) TOXICITY TEST SUB- Lethal organophosphates COMMON CARP ( Cyprinus carpio ) Oleh Muhammad Rizki 1, Tia Rostiana S.M 2, Bastian Damanik

Lebih terperinci

TOKSISITAS AIR LIMBAH DETERJEN TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carprio) Bunda Halang Program Studi Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

TOKSISITAS AIR LIMBAH DETERJEN TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carprio) Bunda Halang Program Studi Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat. BIOSCIENTIAE Volume 1, Nomor 1, Januari 2004 Halaman 39-49 TOKSISITAS AIR LIMBAH DETERJEN TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carprio) Bunda Halang Program Studi Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat Abstrak

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Oleh : Shabrina Raedy Adlina 3310100047 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam famili Cyprinidae yang bersifat herbivore. Ikan ini menyebar di Asia Tenggara, di Indonesia

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 59-63 ISSN : 2088-3137 PENGARUH KONSENTRASI PEMAPARAN SURFAKTAN Alkyl Benzene Sulfonate Dwi Cindanita Hardini*, Yayat Dhahiyat** dan Eddy Afrianto**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sektor pertanian di wilayah Sumatera Barat mengalami peningkatan setiap tahunnya, terbukti pada tahun 2012 meningkat 4,14%, lebih tinggi dibandingkan dengan

Lebih terperinci

TEKNIK LINGKUNGAN FTSP- ITS 2014

TEKNIK LINGKUNGAN FTSP- ITS 2014 TEKNIK LINGKUNGAN FTSP- ITS 2014 Uji Toksisitas Akut Insektisida Sipermetrin dan Lamda Sihalotrin dengan Biota Uji Ikan Guppy (Poecilia reticulata ) dan Tumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes) OLEH: Dika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Konsentrasi Letal (LC jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp)

Konsentrasi Letal (LC jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp) Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(D) 13107 Konsentrasi Letal (LC 50-48 jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp) Muhammad Hendri,

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Dengan Biota Uji Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dan Tumbuhan Kayu apu (Pistia stratiotes)

Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Dengan Biota Uji Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dan Tumbuhan Kayu apu (Pistia stratiotes) Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Dengan Biota Uji Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dan Tumbuhan Kayu apu (Pistia stratiotes) Oleh : Ni Nyoman Yudhi Lestari (3310 100 025) Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini dilakukan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI PERAIRAN M10A135 1 (0-1) ASISTENSI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012/2013

PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI PERAIRAN M10A135 1 (0-1) ASISTENSI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012/2013 PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI PERAIRAN M10A135 1 (0-1) ASISTENSI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012/2013 PERSONALIA TA. 2012/2013 Supervisi Penanggungjawab : Tim Dosen Ekotoksikologi

Lebih terperinci

METODE Persiapan tempat

METODE Persiapan tempat Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair (Tilapia missambicus) Acute Toxicity Test At the Car Wash Waste Towards Tilapia Shabrina Raedy Adlina 1), Didik Bambang

Lebih terperinci

TOKSISITAS DETERJEN TERHADAP BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer, Bloch)

TOKSISITAS DETERJEN TERHADAP BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer, Bloch) Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2006, hlm.75-81 ISSN 0126-4265 Vol. 33 No.2 TOKSISITAS DETERJEN TERHADAP BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer, Bloch) Syahril Nedi 1), Thamrin 2) and Huria Marnis 3)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. Tempat penelitian adalah Laboratorium Botani dan Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS PELEMBUT PAKAIAN TERHADAP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L) SHUSI NOVITA SIREGAR

UJI TOKSISITAS PELEMBUT PAKAIAN TERHADAP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L) SHUSI NOVITA SIREGAR UJI TOKSISITAS PELEMBUT PAKAIAN TERHADAP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L) SHUSI NOVITA SIREGAR 090302001 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental, berupa uji hayati statis (static bioassay) menurut standar APHA, (2005).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini dilakukan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus. Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI FENOL YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

PENGARUH KONSENTRASI FENOL YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) PENGARUH KONSENTRASI FENOL YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) The Effect of Different Concentration Phenol on Survival Rate of Seed Common Carp (Cyprinus carpio L.) Errinda

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam, sawah,

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Terhadap Biota Uji Ikan Guppy (Poecillia reticulate) dan (Pistia stratiotes)

Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Terhadap Biota Uji Ikan Guppy (Poecillia reticulate) dan (Pistia stratiotes) Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Terhadap Biota Uji Ikan Guppy (Poecillia reticulate) dan (Pistia stratiotes) Ni Nyoman Yudhi Lestari, Bieby Voijant Tangahu Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Pembenihan Ikan dan Kolam Percobaan Ciparanje untuk penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) 1. Tujuan percobaan Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah : a. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan. b. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adanya kontrol (Nazir, 2003:63). Eksperimen yang dilakukan berupa uji hayati cara

BAB III METODE PENELITIAN. adanya kontrol (Nazir, 2003:63). Eksperimen yang dilakukan berupa uji hayati cara 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena pada penelitian ini dilakukan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : KAJIAN UJI HAYATI AIR LIMBAH HASIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DR. RAMELAN SURABAYA Candra Putra Prokoso 1 Agus Romadhon 2 Apri Arisandi 2 1 Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial, karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

TOKSISITAS AKUT LOGAM BERAT HG DAN PB TERHADAP IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN

TOKSISITAS AKUT LOGAM BERAT HG DAN PB TERHADAP IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN TOKSISITAS AKUT LOGAM BERAT HG DAN PB TERHADAP IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN Much Bagus Kurniawan 1, Defri Yona 2*, Rarasrum Dyah Kasitowati 2 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, Lampiran. Persiapan Media Bakteri dan Jamur Media Trypticase Soy Agar (TSA) Sebanyak g bubuk TSA dilarutkan dalam ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer liter dan dipanaskan pada penangas air sambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS KUANTITATIF (Part 1)

UJI TOKSISITAS KUANTITATIF (Part 1) PA PS H 1000 µg/ml MODULE : UJI TOKSISITAS KUANTITATIF (Part 1) EKOTOKSIKOLOGI PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 Industrial Waste, Pesticide Toxin Substance Toxicity

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas stensil kemudian di

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1

LEMBAR KERJA SISWA 1 LEMBAR KERJA SISWA 1 PENCEMARAN LINGKUNGAN (Rancangan Percobaan) Nama Kelompok :.. :. Kelas : X.1 Petunjuk: - Kerjakan LKS secara berkelompok dan bekerjasama - Kerjakan secara berurutan - Jika ada hal

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Proses Ekstraksi Pengumpulan, pengeringan dan simplisia kulit batang R. mucronata Proses penyaringan setelah maserasi Pemisahan ekstrak dengan pelarut menggunakan rotary evaporator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian laboratoris yang dilakukan dengan rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

DAMPAK SURFAKTAN BERBAHAN AKTIF Na-ABS TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN KARPER (Cyprinus carpio) DALAM SKALA LABORATORIUM

DAMPAK SURFAKTAN BERBAHAN AKTIF Na-ABS TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN KARPER (Cyprinus carpio) DALAM SKALA LABORATORIUM DAMPAK SURFAKTAN BERBAHAN AKTIF Na-ABS TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN KARPER (Cyprinus carpio) DALAM SKALA LABORATORIUM Maulina Septia Prahastuti, Churun Ain, Bambang Sulardiono 1 Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka 59 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balai Benih Ikan (BBI) adalah sarana pemerintah untuk menghasilkan benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka peningkatan produksi perikanan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek 30 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, selama 8 minggu.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, selama 8 minggu. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, selama 8 minggu. Pembuatan preparat dilakukan di BBPBL (Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo 1.2 Robi Hendrasaputro, 2 Rully, dan 2 Mulis 1 robihendra40@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi 30 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Sidang TUGAS AKHIR, 28 Januari 2010 Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Nama : Vivid Chalista NRP : 1505 100 018 Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan produk perikanan untuk kebutuhan domestik maupun ekspor semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan budidaya perikanan dengan intensif (Gardenia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita Analisis Hayati UJI TOKSISITAS Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Sebelum percobaan toksisitas dilakukan sebaiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaannya Pengujian toksisitas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT LOGAM TIMBAL (Pb), KROM (Cr) DAN KOBALT (Co) TERHADAP Daphnia magna

UJI TOKSISITAS AKUT LOGAM TIMBAL (Pb), KROM (Cr) DAN KOBALT (Co) TERHADAP Daphnia magna UJI TOKSISITAS AKUT LOGAM TIMBAL (Pb), KROM (Cr) DAN KOBALT (Co) TERHADAP Daphnia magna ACUTE TOXICITY TEST OF METAL LEAD (Pb), CHROMIUM (Cr) AND COBALT (Co) ON Daphnia magna Tivany Edwin, Taufiq Ihsan,

Lebih terperinci

FORMAT UNTUK HASIL DAN PEMBAHASAN. Format Tabulasi Data Pengamatan Mortalitas Hewan Uji per Kelompok

FORMAT UNTUK HASIL DAN PEMBAHASAN. Format Tabulasi Data Pengamatan Mortalitas Hewan Uji per Kelompok FORMAT UNTUK HASIL DAN PEMBAHASAN MATA ACARA PRAKTIKUM : UJI TOKSISITAS AKUT 4.1 HASIL 4.1.1 Data Pengamatan Mortalitas Hewan Uji Toluene 200 ppm Format Tabulasi Data Pengamatan Mortalitas Hewan Uji per

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Uji Efektivitas Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci