ORGANISASI KEMASYARAKATAN. (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila. Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ORGANISASI KEMASYARAKATAN. (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila. Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 ORGANISASI KEMASYARAKATAN (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak terasa saat ini Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi merasakan era reformasi sudah 16 tahun berjalan. Hal ini tentu menjadi sebuah prestasi tersendiri mengingat Indonesia dengan multikulturalisme yang tersebar dari sabang sampai merauke. Demokrasi tentu tidak dapat dipisahkan dalam keberhasilan berjalannya era reformasi dikarenakan demokrasi memberikan ruang yang sangat terbuka kepada masyarakat untuk mengekspresikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang kini telah merasakan kebebasan baik untuk menyuarakan tuntutan kepada pemerintah bahkan telah memiliki kebebasan untuk berkumpul dalam rangka membentuk sebuah perkumpulan atau organisasi. Kebebasan masyarakat untuk membentuk organisasi tentu sangat sulit untuk diwujudkan saat Soeharto bersama orde baru masih berkuasa. Dengan keterbukaan masyarakat membentuk organisasi memberikan ruang secara legal dan formal demi memperjuangkan hak-hak masyarakat yang harus diberikan pemerintah selaku pelayan masyarakat. 1

2 Saat ini berbagai macam organisasi masyarakat telah berdiri dengan berbagai macam ideologi yang dijadikan sebagai pedoman kepentingan organisasi. Ada organisasi yang mewakili kepentingan buruh, organisasi yang mewakili kepentingan pengusaha, organisasi yang mewakili kepentingan kelompok islam dan masih banyak organisasi dengan mewakili kepentingan yang beragam. Saat ini sebuah organisasi kemasyarakatan yang telah berdiri sejak orde lama masih dapat memperlihatkan eksistensinya kepada masyarakat Indonesia. Organisasi ini adalah organisasi Pemuda Pancasila yang tentu menjadikan Pancasila tidak hanya sebagai dasar Negara semata namun juga menjadikan Pancasila sebagai ideologi tunggal organisasi. Tidak hanya itu saja, organisasi Pemuda Pancasila juga menggunakan lambang Pancasila sebagai lambang organisasi. Hal ini tentu tidak terjadi di organisasi-organisasi kemasyarakatan lain di Indonesia. Seiring berjalannya waktu organisasi Pemuda Pancasila saat ini telah mengalami proses pergeseran pergerakan. Transformasi organisasi bergeser sesuai dengan era kepemerintahan yang berubah. Hal ini memberikan bukti bagaimana Pemuda Pancasila berusaha untuk mempertahankan eksistensi organisasi. Proses pergeseran yang terjadi ini juga agar Pemuda Pancasila sebagai organisasi senantiasa dapat diterima oleh masyarakat luas. 2

3 Saat ini Pemuda Pancasila memiliki pengurus cabang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Organisasi ini tidak puas melebarkan sayapnya hanya di Indonesia dimana organisasi Pemuda Pancasila telah memiliki pengurus cabang di luar negeri yaitu pengurus cabang organisasi Pemuda Pancasila California Amerika Serikat (Tempo, 29 Januari 2014). Keberhasilan organisasi Pemuda Pancasila ini tidak terlepas dari bagaimana organisasi ini melakukan transformasi diri terkait pergeseran pergerakan. Transformasi pergeseran ini salah satunya berbentuk melakukan proses kaderisasi dan rekrutmen inovatif yang sangat maksimal menyesuaikan dengan era yang berkuasa. Proses keduanya yang maksimal ini tentu tidak hanya dilakukan oleh pengurus pusat semata. Hal ini terjadi dengan adanya kordinasi pengurus pusat dengan pengurus wilayah provinsi, pengurus cabang kabupaten/kota hingga pada pengurus kecamatan dan ranting sebagai akar dari organisasi Pemuda Pancasila. Kaderisasi dan rekrutmen tidak dapat dipisahkan dalam eksistensi sebuah organisasi. Hal ini terjadi dikarenakan keduanya sebagai salah satu instrumen yang menjamin keberlangsungan sebuah organisasi. Apabila proses rekrutmen dan kaderisasi yang dilakukan tidak maksimal maka eksistensi sebuah organisasi akan berjalan tidak maksimal pula. Hal ini yang sangat tidak ingin dirasakan oleh organisasi Pemuda Pancasila sebagai organisasi kemasyarakatan besar yang telah melahirkan kader-kader terbaik sebagai putra-putri penerus generasi bangsa Indonesia. 3

4 Keberhasilan organisasi Pemuda Pancasila saat ini tentu tidak memberikan dilema tersendiri bagi organisasi saat ini. Salah satu permasalahan saat ini masyarakat secara luas memandang organisasi Pemuda Pancasila sangat identik dengan tindak-tindak kekerasan yang mungkin dapat disebut kearah premanisme. Hal ini tentu menjadi sebuah permasalahan menarik yang dapat mempengaruhi keberlangsungan eksistensi dari organisasi Pemuda Pancasila itu sendiri. Permasalahan ini menjadi menarik dikarenakan stigmatisasi negatif pandangan masyarakat secara luas yang menganggap Pemuda Pancasila identik dengan kekerasan akan mempengaruhi proses rekrutmen kader (Beritajatim, 1 November 2013). Hal ini tentu akan mengganggu proses kaderisasi dikarenakan masyarakat akan sulit untuk direkrut sebagai kader yang akan memberikan kontribusi kepada Pemuda Pancasila. Namun secara umum saat ini proses perekrutan kader dalam rangka proses kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila tidak menemui hambatan yang sangat berarti. Salah satu bukti organisasi Pemuda Pancasila tetap dapat melakukan proses perekrutan kader demi memaksimalkan proses kaderisasi terwujud sangat efektif. Organisasi Pemuda Pancasila dapat melebarkan sayapnya dengan memiliki pengurus cabang di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (Jogjatv, 9 Oktober 2013). Ini dapat dijadikan sebagai sebuah bukti keberhasilan dikarenakan watak masyarakat kabupaten Sleman sangat mudah untuk diketahui yaitu syarat akan anti kekerasan. Hal tersebut sedikit mematahkan pandangan negatif masyarakat secara luas terhadap organisasi Pemuda Pancasila dimana organisasi ini dapat eksis di daerah 4

5 yang sangat terkenal akan rasa cinta damai antar sesama masyarakat namun tetap dapat menerima keberadaan organisasi Pemuda Pancasila meskipun dianggap sebagai organisasi yang kental akan kekerasan. Eksistensi pengurus cabang Pemuda Pancasila kabupaten Sleman yang mengalami transformasi pergerakan ini justru melebihi pengurus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara struktur diatas pengurus cabang kabupaten Sleman. Proses kaderisasi dan rekrutmen sebagai bagian dari transformasi dalam bentuk pergeseran pergerakan tentu tidak dapat dipisahkan dengan eksistensi pengurus cabang organisasi Pemuda Pancasila kabupaten Sleman. Hal ini terjadi dikarenakan berjalannya kedua proses yang sangat maksimal dengan menyesuaikan konteks masyarakat kabupaten Sleman serta para pendatang yaitu mahasiswa selaku generasi muda. Seperti kita ketahui kabupaten Sleman terdiri dari berbagai macam universitas ternama sehingga kabupaten ini diklasifikasikan sebagai masyarakat dengan konteks yang multikultur secara keseluruhan. Dari berbagai macam penjelasan sederhana terkait dengan eksistensi yang berkaitan dengan transformasi pergeseran pergerakan, rekrutmen dan kaderisasi diatas Pemuda Pancasila pengurus cabang kabupaten Sleman maka penulis akan menulis tulisan yang berjudul PROSES KADERISASI POLITIK DI MAJELIS PENGURUS CABANG PEMUDA PANCASILA KABUPATEN SLEMAN. 5

6 B. RUMUSAN MASALAH Dari penjelasan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah untuk menjawab pandangan negatif masyarakat secara luas terhadap Pemuda Pancasila yaitu 1. Bagaimana pergeseran pergerakan organisasi Pemuda Pancasila hingga era reformasi? 2. Bagaimana dinamika pergerakan Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman? 3. Bagaimana Proses Rekrutmen dan Kaderisasi yang Dilakukan Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penulis memilih tema tersebut untuk memberikan tulisan deskriptif dalam rangka proses informasi kepada masyarakat secara luas tentang proses pelaksanaan kaderisasi beserta rekrutmen sebuah organisasi kemasyarakatan dalam rangka merubah pandangan masyarakat yang negatif terhadap eksistensi organisasi Pemuda Pancasila. 6

7 D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis dapat menjadikan tulisan menjadi hasil yang bermanfaat yang diklasifikasikan kedalam 2 bagian yaitu: Manfaat Teoritis : o Tulisan ini dapat menjadi sumbangsih untuk menambah variasi proses kaderisasi organisasi kemasyarakatan yang tersebar diseluruh Indonesia. Manfaat Praktis : o Tulisan ini diharapkan dapat meminimalisir stigmatisasi negatif terhadap keberadaan organisasi Pemuda Pancasila khususnya di Kabupaten Sleman. o Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai aset tambahan bagi Organisasi Pemuda Pancasila Pengurus Cabang Kabupaten Sleman. E. KERANGKA KONSEP 1) Organisasi Kemasyarakatan Pengertian Makna dari eksistensi organisasi kemasyarakatan tertuju kepada basis pergerakan kelompok kepentingan di era sekarang ini. Kelompok kepentingan merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan sifat, kepercayaan 7

8 dan/atau tujuan, yang memiliki kesepakatan bersama untuk mengorganisasikan diri dalam rangka melindungi dan mencapai tujuan bersama (Surbakti, 2007). Sedangkan menurut Ethridge dan Handelman didalam buku Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (2008) dijelaskan bahwa kelompok kepentingan merupakan organisasi yang bertujuan untuk melakukan proses mempengaruhi kebijakan publik yang dianggap penting bagi anggota-anggota organisasi didalamnya. Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas terkait dengan pengertian organisasi masyarakat yang diidentikkan dengan kelompok kepentingan maka organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila secara jelas masuk kedalam kelompok kepentingan. Pemuda Pancasila sebagai sebuah organisasi masyarakat tentu memiliki dasar tujuan organisasi yang ingin diwujudkan yang tentu didasarkan atas kepentingan bersama. Disini secara umum terlihat jelas bahwa kepentingan pergerakan Pemuda Pancasila sebagai salah satu kelompok kepentingan adalah dengan melakukan proses advokasi terhadap kebijakan pemerintah selaku aparatur Negara. Advokasi disini maksudnya bagaimana Pemuda Pancasila memberikan pengaruh melalui kader-kader yang memiliki posisi dan peran penting untuk menegaskan secara jelas semua kebijakan yang dirancang serta dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan satu pucuk. Pucuk disini maksudnya adalah Pancasila yang tidak hanya sebagai dasar Negara melainkan juga sebagai ideologi tunggal 8

9 pergerakan Pemuda Pancasila demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fungsi Fungsi kelompok kepentingan menurut Surbakti (2007 : 109) adalah melakukan proses memadukan berbagai macam kepentingan yang ada dijadikan alternatif kebijakan umum sebagai keputusan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik pemerintah. Dari pengertian diatas terlihat jelas bagaimana kelompok kepentingan bergerak sesuai pada poros tujuan yang masing-masing diperjuangkan setiap kelompok. Tujuan yang dijadikan basis pergerakan kelompok kepentingan jelas didasari atas kepentingan individu-individu yang tergabung dalam kelompok kepentingan tertentu. Seiring berjalannya fungsi kelompok kepentingan demi mewujudkan tujuan yang menjadi bagian dari kepentingan maka kelompok kepentingan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap sebuah kebijakan pemerintah secara politis yang tentu disesuaikan dengan basis utama kepentingan yang ingin diwujudkan. 9

10 Jenis Ramlan Surbakti (2007) menjelaskan bahwa kelompok kepentingan diklasifikasikan kedalam 4 jenis kelompok yaitu : 1. Kelompok Anomik Kelompok yang terbentuk didasarkan atas kesamaan perasaan frustasi, kecewa, dan tidak puas terhadap sebuah permasalahan. Dari pengertian diatas terlihat sangat jelas bahwa contoh konkret dari kelompok anomi adalah orang-orang yang melakukan demonstrasi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut didasarkan atas dasar kekecewaan secara keseluruhan terhadap kinerja pemerintah pada umumnya sehingga melakukan proses perlawanan dengan melakukan gerakan turun kejalan untuk mengeluarkan hak berpendapat demi mengakomodasi kepentingan bersama. Demonstrasi sebagai bentuk dari kelompok kepentingan anomik bersifat sementara. Sementara disini maksudnya kelompok demonstran tidak terasosiasi secara permanen melainkan hanya bersifat sementara terkait dalam proses kegiatan. Hal ini tentu memperlihatkan kelompok anomik seperti para demonstran akan bubar secara langsung begitu selesai melakukan demonstrasi terhadap sebuah permasalahan yang mereka protes. 10

11 2. Kelompok Non- asosiasonal Kelompok yang terbentuk oleh rasa solidaritas kesamaan pekerjaan, agama, etnis serta wilayah. Salah satu contoh kelompok kepentingan secara non- asosiasonal adalah paguyuban kedaerahan. Pada dasarnya kelompok kepentingan non-asosiasonal kurang lebih memiliki persamaan dengan kelompok kepentingan anomik. Namun terdapat salah satu perbedaan yang mencolok yaitu kelompok kepentingan non-asosiasonal memiliki dasar identitas yang jelas untuk diperjuangkan dalam pergerakan kelompok. Seperti paguyuban kedaerahan tentu dasar identitasnya sangat terlihat jelas yaitu atas kesamaan identitas ras, suku dan tempat tinggal didaerah yang sama. Namun kelompok kepentingan non-asosiasonal memiliki salah satu kesamaan yang identik yaitu setelah kelompok kepentingan ini melakukan sebuah gerakan dengan membawa identitas yang jelas yaitu kesamaan secara sosial dan geografis maka mereka akan membubarkan diri secraa otomatis tanpa melakukan proses rencana pergerakan selanjutnya sebagai rencana jangka panjang. 3. Kelompok institusional Kelompok yang secara formal baik dilembaga-lembaga politik seperti partai politik maupun yang berada langsung dibawah pemerintahan seperti birokrasi maupun intitusi militer. Dengan adanya kelompok kepentingan 11

12 yang berada dibawah pemerintahan maka memperlihatkan bagaimana setiap anggota memiliki pengaruh yang cukup besar. Eksistensi adanya anggota-anggota yang memiliki pengaruh cukup besar ini maka kelompok kepentingan institusional ini seperti partai politik dapat memberikan pengaruh dalam proses penyusunan sebuah kebijakan. Kriteria lain dari kelompok ini adalah setiap anggota kelompok cenderung memikirkan dan mengartikulasikan kepentingan kelompok sendiri. 4. Kelompok Asosiasonal Kelompok yang terbentuk didasarkan dengan tujuan eksplisit, terorganisir secara baik dalam rangka mengartikulasikan kepentingan kelompok. Kelompok kepentingan asosiasonal juga selalu mengadakan hubungan secara terus menerus dengan setiap anggota. Hal ini bertujuan untuk menjaga solidaritas dan loyalitas setiap anggota demi mewujudkan tujuan organisasi kedepannya. Dari pemaparan diatas tentu terlihat sangat jelas Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila merupakan bagian dari kelompok kepentingan Asosiasonal. Hal ini terbukti bahwa Pemuda Pancasila merupakan organisasi yang terorganisir sesuai AD/ART dan Peraturan Organisasi serta menjaga soliditas dan loyalitas antar kader demi menjaga dan memperkuat eksistensi organisasi. Tidak lupa kesemuanya tentu bertujuan untuk mewujudkan tujuan bersama yang didasarkan atas nilainilai Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 12

13 2) Korporatisme Pengertian Korporatisme merupakan istilah yang tidak asing lagi di dunia organisasi. organisasi disini tentu tidak hanya pada level pemerintahan selaku pucuk kekuasaan melainkan tertuju pada organisasi diluar pemerintahan sekalipun. bahkan korporatisme dapat menjadi alat yang menjadi penghubung antara pemerintahan dengan organisasi diluar pemerintahan. Menurut Philippe Schmitter dalam Memahami Ilmu Politik (2007) dijelaskan bahwa maksud dari korporatisme adalah proses upaya untuk menghubungkan pemerintah dengan masyarakat maupun masyarakat dengan pemerintah. Dari pengertian diatas tentu secara korporatisme menjadi alat yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan proses interaksi dengan masyarakat. Interaksi dengan masyarakat disini diwakili oleh organisasi yang disebut dengan organisasi kemasyarakatan. Organisasi kemasyarakatan diposisikan sebagai kelompok kepentingan. Hal ini memperlihatkan bagaimana korporatisme menjadi alat kepentingan antara pemerintah dengan organisasi kemasyarakatan selaku representasi masyarakat dalam proses interaksi kepentingan. Dari pemaparan korporatisme diatas maka secara jelas korporatisme terbagi atas 2 jenis. Pertama korporatisme Negara terhadap masyarakat. 13

14 Jenis korporatisme ini merupakan proses penegaraan oleh pemerintah terhadap berbagai macam kegiatan organisasi kemasyarakatan sebagai kelompok kepentingan. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam proses kegiatan, organisasi kemasyarakatan sebagai representasi masyarakat bergantung dengan pemerintah. Kedua adalah korporatisme masyarakat terhadap Negara. Jenis korporatisme ini adalah bagaimana organisasi kemasyarakatan mempengaruhi pemerintahan dalam menjalankan fungsi. Hal ini tentu memperlihatkan bagaimana legitimasi pemerintah sangat bergantung dengan organisasi kemasyarakatan sebagai kelompok kepentingan. jenis korporatisme oleh masyarakat ini terjadi salah satunya di Negara-negara Barat pasca industri. Kriteria Kedua adalah korporatisme masyarakat terhadap Negara. Jenis korporatisme ini adalah bagaimana organisasi kemasyarakatan mempengaruhi pemerintahan dalam menjalankan fungsi. Hal ini tentu memperlihatkan bagaimana legitimasi pemerintah sangat bergantung dengan organisasi kemasyarakatan sebagai kelompok kepentingan. jenis 14

15 korporatisme oleh masyarakat ini terjadi salah satunya di Negara-negara Barat pasca industri. Meninggalkan maksud dan jenis korporatisme sebagai alat penghubung interaksi pemerintah dengan masyarakat terkait kepentingan. Kriteria menjadi pemaparan yang tidak kalah pentingnya dalam memahami korporatisme. Kriteria pertama adalah adanya proses klasifikasi masyarakat secara fungsional. Fungsional disini adalah terkait konteks profesi yang identik dengan keahlian yang relatif tinggi melalui pendidikan dan pelatihan serta okupasi yang identik dengan keahlian melalui latihan yang sederhana. Kedua, proses pembentukan sebuah kelompok kepentingan harus disetujui dan diakui oleh pemerintah. Hal ini tentu memperlihatkan secara jelas bahwa semua kelompok kepentingan yang berdiri berada dibawah kekuasaan dan pengaruh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dapat melakukan proses pengarahan terhadap pergerakan organisasi. Fungsi Korporatisme sebagai alat penghubung antara pemerintah dengan masyarakat atau sebaliknya terkait dengan kepentingan diposisikan sebagai model perwakilan kepentingan. Perwakilan kepentingan disini maksudnya adalah dengan adanya korporatisme khususnya korporatisme 15

16 Negara terhadap masyarakat. Pemerintah dapat dengan mudah memberikan legitimasi kepada organisasi kemasyarakatan demi mewujudkan kepentingan pemerintah. Tidak hanya itu, perwakilan kepentingan untuk mewujudkan tujuan dapat dilaksanakan secara praktis dan cepat dikarenakan pemerintah cukup menunjuk pemimpin organisasi kemasyarakatan selaku kelompok kepentingan sebagai bagian dari korporatisme Negara. Selain itu, korporatisme sebagai perwakilan kepentingan dapat menjadi alat untuk mengontrol dan memobilisasi masyarakat yang dipengaruhi. Hal ini agar masyarakat mau mengikuti dan melaksanakan segala program pemerintah. Korporatisme Negara juga menjadi alat untuk menjadi tempat masyarakat menyalurkan berbagai macam aspirasi kepentingan. Namun, proses menyalurkan aspirasi kepentingan dibatasi menyesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 3) Rekrutmen Pengertian Rekrutmen Berbicara keberlangsungan sebuah organisasi masyarakat tentu rekrutmen politik tidak dapat dipisahkan dikarenakan memiliki pengaruh yang begitu besar. Rekrutmen politik adalah proses seleksi, pemilihan dan 16

17 pengangkatan seseorang ataupun sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah tugas, fungsi atau peranan didalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya (Surbakti, 2007). Menurut Miriam Budiardjo (2008 : 408) pengertian dari rekrutmen politik merupakan proses yang berkaitan dengan permasalahan seleksi kepemimpinan baik kepemimpinan secara internal sebuah organisasi maupun kepemimpinan secara nasional yang lebih luas. Dari pengertian rekrutmen politik diatas tentu terlihat jelas bagaimana rekrutmen politik dalam sebuah organisasi merupakan sebuah proses yang menentukan keberlangsungan sebuah organisasi dimana proses rekrutmen politik menjadi awal dari proses untuk mempertahankan dan melanggengkan eksistensi organisasi dalam menjalankan fungsi, tugas serta peranan yang telah ditetapkan sesuai dengan ideologi yang dianut oleh organisasi itu sendiri. Fungsi Rekrutmen Berbicara fungsi rekrutmen tentu berkaca dari pemaparan pengertian rekrutmen yang telah disampaikan sebelumnya. Ramlan Surbakti (2007 : 118) menjelaskan bahwa fungsi rekrutmen politik merupakan kelanjutan dari proses mencari dan mempertahankan kekuasaan. Tidak hanya sampai disitu, rekrutmen politik juga memberikan kontribusi dengan menjamin pentingnya keberlangsungan sebuah organisasi. 17

18 Menjamin pentingnya keberlangsungan organisasi disini maksudnya dengan adanya proses rekrutmen maka akan memperlihatkan secara jelas bagaimana elite organisasi tersebut dapat secara maksimal menjalankan peranannya sehingga eksistensi organisasi dapat senantiasa terjaga. Selain itu, fungsi rekrutmen politik tertuju pada proses kepentingan dalam rangka memperluas dan memperbanyak keanggotaan (Budiardjo, 2008). Maksud dari fungsi ini tentu sangat jelas sebuah organisasi yang maksimal atau tidak dalam menjalankan peranan tentu dipengaruhi oleh jumlah keanggotaan yang dimiliki. Oleh karena itu semakin banyak keanggotaan dengan kualitas terbaik yang dimiliki sebuah organisasi maka semakin kuat pengaruh organisasi tersebut dilingkungan masyarakat secara keseluruhan. Jenis Rekrutmen Setelah membahas pengertian dan fungsi dari rekrutmen politik tentu kurang kalau tidak membahas sistem rekrutmen politik sebuah organisasi. Menurut Nazaruddin Syamsuddin (1993 : 124) dijelaskan bahwa jenis rekrutmen politik sebuah organisasi terbagi 2. Jenis rekrutmen yang pertama adalah rekrutmen politik secara terbuka dimana sistem ini memberikan ruang kesempatan yang bebas dan sama bagi seluruh warga Negara untuk bersaing secara sehat dalam proses penyeleksian. 18

19 Jenis yang kedua adalah rekrutmen politik secara tertutup dimana sistem ini memberikan kesempatan untuk masuk dan menduduki posisi politik sebuah organisasi tidak secara bebas kepada seluruh warga Negara melainkan kesempatan yang diberikan terbatas pada orang-orang tertentu yang direkrut dalam konteks yang tidak rasional. Dari penjelasan kedua jenis rekrutmen politik diatas terlihat jelas bagaimana perbedaan sasaran dari proses rekrutmen dimana pada proses rekrutmen secara terbuka secara jelas orang-orang yang direkrut ditujukan pada posisi non strategis di organisasi. Pada sistem rekrutmen tertutup orang-orang yang direkrut secara tidak rasional ditempatkan pada posisi-posisi strategis organisasi. Hal ini bertujuan dalam rangka menjadikan mereka elite-elite politik yang berpengaruh di organisasi tersebut. 4) Kaderisasi Pengertian Kaderisasi Kaderisasi tentu tidak asing lagi di telinga kita selaku mahasiswa khususnya dalam berorganisasi baik organisasi kepemudaan maupun organisasi-organisasi dengan berbagai variasi pergerakan yang berbeda-beda. Kaderisasi dimulai dari kata kader yang pada awalnya merupakan istilah perjuangan yang berasal dari Carde yang bermakna pembinaan yang tetap terhadap sebuah pasukan inti terpercaya yang kedepannya sewaktu-waktu 19

20 dapat diperlukan (Fattah, 2000). Kaderisasi menurut M.Dahlan Al-Barry (2003 : 349) dijelaskan bahwa kaderisasi merupakan proses generasi penerus masa depan baik dalam ruang lingkup pemerintahan, partai politik maupun organisasi. Sedangkan menurut Pius A. Patranto (1994 : 294) Kader merupakan individu yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai politik atau organisasi lainnya. Dari pengertian kader beserta kaderisasi diatas tentu dapat dilihat bahwa dalam kader yang termasuk kedalam proses kaderisasi merupakan target yang menjadi aktor yang diharapkan akan menjadi pemegang peranan penting dalam sebuah organisasi. Hal ini memperlihatkan bagaimana kaderisasi beserta kader didalamnya diharapkan untuk mampu memperjuangkan ideologi yang dipegang oleh sebuah organisasi demi mewujudkan tujuan organisasi secara menyeluruh. Tidak hanya itu proses kaderisasi tentu memberikan kontribusi dalam rangka menempatkan setiap kader-kader di setiap posisi organisasi sesuai dengan kemampuan setiap anggota. Hal ini bertujuan agar setiap kader dapat memperjuangkan kepentingan organisasi sesuai dengan bagian-bagian yang telah ditentukan. Tidak hanya itu kaderisasi diharapkan juga dapat menciptakan regenerasi kader-kader yang terbaik sehingga menjaga keberlangsungan organisasi kedepannya. 20

21 Jenis Kaderisasi Menurut Veitzhal Rivai (2006 : 87) dijelaskan secara sederhana bahwa proses pelaksanaan kaderisasi terbagi atas 2 jenis yaitu kaderisasi secara Informal dan kaderisasi secara Formal. Proses kaderisasi informal secara garis besar berjalan dengan jangka waktu yang cukup lama. Hal ini maksudnya proses kaderisasi terhadap kader dimulai dari usia belia, remaja hingga dewasa dalam konteks proses pendidikan demi menjadi pemimpin tertuju pada proses pembentukan kepribadian yang unggul dalam aspek-aspek yang dibutuhkan agar mampu bersaing kedepannya. Fokus dari proses kaderisasi formal bermaksud pada proses untuk mempersiapkan seseorang calon kader atau lebih dari satu kader secara terencana, teratur, tertib, tersistematis, terarah serta sengaja untuk dilakukan. Kesemuanya tentu diselenggarakan secara terlembaga sehingga semakin menegaskan aspek formal. Dari penjelasan proses kaderisasi diatas tentu proses kaderisasi yang digunakan oleh organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila menggunakan proses kaderisasi formal. Hal ini tentu sangat terlihat jelas dikarenakan Pemuda Pancasila merupakan organisasi yang berbadan hukum dengan memiliki sistem, struktur serta aturan secara legal dan formal. 21

22 Proses Kaderisasi Ridwansyah (2008 : 7) menjelaskan secara sederhana bahwa terdapat 4 tahapan proses kaderisasi sebuah organisasi. Tahapan pertama adalah proses perkenalan dimana proses ini bertujuan memberikan pengenalan pemahaman orientasi serta kontribusi kader ketika sudah bergabung kedalam organisasi. Proses kedua adalah proses pembentukan. Proses ini menjalankan pembentukan kader yang secara seimbang dengan dilihat dari konteks kompetensi yang dimiliki setiap kader. Proses selanjutnya adalah proses pengorganisasian dimana setelah kaderkader dibina dengan menyesuaikan kemampuan-kemampuan yang dimiliki maka akan menuju pada proses penempatan setiap kader pada bidang-bidang yang tersedia. Penempatan ini tentu menyesuaikan pada potensi-potensi yang dimiliki setiap kader. Proses terakhir adalah proses eksekusi. Eksekusi disini maksudnya bagaimana setiap kader yang telah dibina, dibentuk serta diletakkan pada setiap posisi sesuai kemampuan siap untuk menjadi subjek dari proses kaderisasi serta memberikan kontribusi nyata kedepannya secara berkelanjutan. 22

23 5) Rekrutmen dan Kaderisasi Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Berdasarkan AD ART beserta pedoman organisasi Pemuda Pancasila dijelaskan bahwa konsep pelaksanaan proses kaderisasi dan rekrutmen anggota secara garis besar tertuang pada program Litbang dan Kaderisasi.Konsep kaderisasi Pemuda Pancasila meliputi : o Mengadakan pengorganisasian kaderisasi secara bertingkat dan periodik. o Merumuskan sistem kaderisasi beserta pola rekrutmen kader didalamnya. o Merumuskan kurikulum dan manejemen kaderisasi. o Menyelenggarakan pembinaan pasca pendidikan kaderisasi yan diorientasikan pada peningkatan apresiasi kepemimpinan dan organisasi. o Mengupayakan berdirinya pusat pendidikan dan pelatihan Pemuda Pancasila. o Melaksanakan pendidikan dan pelatihan tingkat Utama, Madya dan Pratama. Dari penjelasan diatas terkait dengan konsep kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman merujuk pada satu harapan. Harapan disini maksudnya proses rekrutmen dan kaderisasi berbasis teori oleh para ahli dan pengurus Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dapat meminimalisir 23

24 stigmatisasi negatif masyarakat selama ini terhadap eksistensi organisasi Pemuda Pancasila. F. Definisi Konseptual a) Organisasi kemasyarakatan didefinisikan sebagai organisasi yang dibentuk oleh masyarakat secara sukarela atas dasar kesamaan ideologi terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mewujudkan tujuan nasional NKRI. b) Korporatisme merupakan alat penghubung interaksi pemerintah dengan masyarakat yang diwakilkan oleh organisasi kemasyarakatan sebagai kelompok kepentingan. c) Rekrutmen politik dalam organisasi massa didefinisikan sebagai proses seleksi seseorang yang bergabung didalam suatu organisasi untuk mengemban dan menjalankan peran dan fungsi organisasi. d) Kaderisasi politik dalam organisasi massa didefinisikan sebagai proses generasi generasi muda untuk melanjutkan baik dalam ruang lingkup pemerintahan, partai politik serta organisasi massa. 24

25 G. Definisi Operasional 1. Rekrutmen politik dalam organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dapat diukur dari indikator sebagai berikut : a) Pelaksanaan sistem rekrutmen demi keberlangsungan organisasi. b) Pelaksanaan sistem rekrutmen dilakukan secara terbuka untuk seluruh kalangan masyarakat. c) Rekrutmen dilaksanakan secara masif dan serentak. 2. Korporatisme Negara dalam organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dapat diukur dari indikator sebagai berikut : a) Pengaruh pemerintah terhadap eksistensi organisasi. b) Kepentingan organisasi disesuaikan dengan kepentingan pemerintah. c) Partai politik menaungi dan mempengaruhi pergerakan organisasi. 3. Kaderisasi politik dalam organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dapat diukur dari indikator sebagai berikut : a) Pendidikan penanaman Ideologi Pancasila. b) Pelatihan kader dalam berorganisasi. c) Pendidikan kader untuk berdiskusi dan debat publik. d) Pelatihan kader untuk mengaplikasikan dan mengekspresikan kemampuan diri. e) Pelatihan kader untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. 25

26 H. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Sleman.Alasan penulis memilih Sleman sebagai lokasi penelitian dikarenakan karakteristik masyarakat Sleman sangat berbeda. Sleman terdiri atas masyarakat yang cinta damai dan anti kekerasan. Oleh karena itu penulis memilih pengurus cabang Pemuda Pancasila Sleman demi menjawab pandangan negatif masyarakat terhadap Pemuda Pancasila yang identik dengan kekerasan. 2. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kualitatif. Maksud penggunaan paradigma kualitatif terhadap proses rekrutmen dan kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman ini didasarkan atas kualitas. Proses mendalami permasalahan yang ada bukan berbasis pada kuantitas yang ada dilapangan. Hal ini tentu akan memberikan tulisan deskriptif yang detail dalam menjelaskan proses rekrutmen dan kaderisasi Pemuda Pancasila secara kualitas dalam menjawab pandangan negatif masyarakat. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam menulis tulisan ini meliputi 2 teknik yaitu melakukan proses eksploratif dengan terjun langsung ke lapangan dalam bentuk proses wawancara kepada sumber-sumber 26

27 yang berkaitan dengan fokus dari tulisan ini proses rekrutmen dan kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Setelah proses pengumpulan data, penulis akan melakukan proses penyimpanan data melalui beberapa media yaitu melalui transkrip wawancara secara tertulis, rekaman audio visual serta transkrip rekaman dan catatan yang disimpan kedalam computer, flashdisk serta media elektronik lainnya. 4. Pemilihan Informan Didalam tulisan ini penulis menggunakan data yang diklasifikasikan kedalam dua jenis data yaitu data Primer yang bersumber langsung dari objek yang dijadikan sebagai kajian penelitian dimana sumber primer diklasifikasikan atas beberapa narasumber yaitu: Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Sekjen MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Ketua Bidang Organisasi, Kelembagaan dan Keanggotaan MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Ketua Bidang Litbang dan Kaderisasi MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Pengurus dan Fungsionaris MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Ketua Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Pada data Sekunder yang berposisi sebagai data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen yang terkait dengan fokus dari latar belakang masalah 27

28 dan rumusan masalah penelitian yang telah dijelaskan diatas dimana dapat berbentuk dokumen-dokumen, jurnal-jurnal yang terkait dengan eksistensi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dalam merespon pandangan negatif masyarakat terhadap Pemuda Pancasila yang identik dengan kekerasan dan premanisme. 5. Analisa Data Disini penulis melakukan proses analisa data dengan mendeskripsikan kasus.proses analisa data menjadi lebih terstruktur dan otentik dikarenakan bersumber langsung dari data yang diperoleh dilapangan. Setelah proses analisa data terkait dengan bagaimana data-data dilapangan dirangkai secara keseluruhan, dilanjutkan proses deskripsi secara jelas yang bertujuan untuk menjelaskan proses rekrutmen dan kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman.Proses ini diharapkan dapat menjawab pandangan negatif masyarakat yang menganggap Pemuda Pancasila identik dengan kekerasan dan premanisme. 6. Proses Penelitian Proses penelitian merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam bagian metodologi penelitian. Pada bagian proses penelitian disini penulis memberikan tulisan yang berisi pemaparan secara garis besar terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Ini bertuuan demi mendapatkan data-data yang akan menjadi basis untuk menjawab 28

29 rumusan masalah yaitu bagaimana kaderisasi yang dilakukan MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Proses penelitian dimulai dengan melakukan proses wawancara terhadap informan kunci yaitu dimulai pada bulan Juni hingga bulan Agustus tahun Proses penelitian melibatkan 3 informan kunci yaitu Ervin Arifianto selaku Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman, Wahju Wijiyanto selaku Sekretaris MPC Pemuda Pancasila Sleman serta Maya Syla selaku Kepala Bidang Organisasi dan Keanggotaan MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Proses penelitian ini berhasil dilaksanakan dan memperoleh hasil yang memuaskan yang mengakomodasi data-data terkait dengan sejarah Pemuda Pancasila, gambaran umum MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman, pergerakan MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman serta rekrutmen dan kaderisasi MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dalam rangka menjawab pandangan negatif masyarakat secara luas terhadap eksistensi organisasi Pemuda Pancasila khususnya di Kabupaten Sleman. I. Sistematika Penulisan Alur argumen dalam penyusunan skripsi ini terdiri atas 4 Bab. Bab I berisi tentang bagian pendahuluan yang terdiri dari 8 bagian yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konsep, definisi konseptual, definisi operasional serta metodologi penelitian. Bab II berisi tentang pemaparan umum berisi profil sejarah, pergeseran 29

30 pergerakan dari orde lama, orde baru dan orde reformasi, makna lambang, dilema pergerakan serta struktur kepengurusan organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Bab III berisi tentang deskripsi secara mendalam terhadap data-data yang telah diperoleh serta diolah dalam bentuk analisis data secara terinci dan berurutan terkait rekrutmen organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman dalam melakukan respon terhadap pandangan negatif masyarakat. Bab IV berisi tentang deskripsi secara mendalam terhadap data-data yang dianalisis dan berurutan terkait pada proses pelaksanaan kaderisasi organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. Bab V berisi tentang kesimpulan dari proses pemaparan hasil analisis data yang sesuai dengan teori-teori yang dijadikan acuan bersumber dari Bab II, III, IV serta pemaparan saran-saran dari penulis untuk Pemuda Pancasila Kabupaten Sleman. 30

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada BAB V PENUTUP KESIMPULAN Organisasi Pemuda Pancasila merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan dengan eksistensi pergerakan tertua di Indonesia. Organisasi kemasyarakatan identik dengan pergerakan

Lebih terperinci

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Fungsi rekruitmen politik ini menjadi fungsi eksklusif partai politik dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Organisasi Masyarakat merupakan suatu komponen kelompok yang ada di tengah masyarakat, dimana keberadaannya menjadi suatu kelompok yang akan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Perhimpunan INTI di Mata Seorang Indonesia Tionghoa

Perhimpunan INTI di Mata Seorang Indonesia Tionghoa Perhimpunan INTI di Mata Seorang Indonesia Tionghoa 09 April 2015 18:26:19 Diperbarui: 17 Juni 2015 08:19:38 Masa bakti kepengurusan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) PC Medan akan berakhir tahun ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian. Partai Politik Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Definisi Partai Politik. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015.

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015. UNDANG- UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PARTAI MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat sipil lahir dari interaksi sosial masyarakat yang terbina berkat ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh sebagai penyeimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4801 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat

Lebih terperinci

I. UMUM.

I. UMUM. I. UMUM PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas. Begitupun dengan Partai HANURA. Karena dengan adanya kader yang berkualitas bisa mengukur eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejarah mencatat perjuangan menuju kemerdekaan Republik Indonesia merupakan perjuangan yang berat dan tidak dapat ternegasikan oleh peran golongan pemuda.

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN NENE MALLOMO ( THE NENE MALLOMO FOUNDATION) INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN NENE MALLOMO ( THE NENE MALLOMO FOUNDATION) INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADDIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN NENE MALLOMO ( THE NENE MALLOMO FOUNDATION) INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADDIMAH Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H. REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU Oleh : H. Muhammad Syafrudin, ST, MM (Anggota DPR RI Fraksi PAN Dapil NTB Andalan Nasional Kwarnas Pramuka Urusan Komunikasi

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PARTAI MAHASISWA

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PARTAI MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PARTAI MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara materil

Lebih terperinci

PERATURAN ORGANISASI

PERATURAN ORGANISASI PERATURAN ORGANISASI No. 03/PO/DPP/BERKARYA/III/2018 TENTANG ORGANISASI SAYAP Menimbang : Bahwa diperlukan aturan untuk merapikan tata kelola organisasi sayap sebagai bagian tak terpisahkan dari keorganisasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda senantiasa selalu menempati peran yang strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi dan dapat dikatakan

Lebih terperinci

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik. FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR RI MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Hj.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data

BAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data 88 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data mengenai pola kaderisasi partai politik (studi kasus di DPD PDIP Jawa Barat). Secara keseluruhan,

Lebih terperinci

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA Korps Pegawai Republik Indonesia atau disingkat KORPRI adalah wadah untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik Indonesia demi meningkatkan perjuangan, pengabdian, serta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 1 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa menggunakan Partai Politik yang didukung dengan sistim politik suatu Negara, yang tidak akan dapat dilepaskan

Lebih terperinci

Halaman PEMBUKAAN

Halaman PEMBUKAAN Halaman - 1 - PEMBUKAAN 1. Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia melalui perjuangan yang luhur telah mencapai Kemerdekaannya yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung IV. SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung Kondisi Indonesia pasca reformasi tahun 1999 mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah 123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI

KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI Oleh : 1. Fauzi R. I. Karo-Karo (13071010) 2. Vicky Zulfikar Adhi Putra (13071019) 3. Nevi Yuliana

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK

TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK Makalah Pelengkap FGD Peningkatan Kualitas Kader Pemimpin Nasional Melalui Kaderisasi Partai Politik Tommi A. Legowo Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca reformasi tahun 1998, partai politik memiliki kedudukan yang semakin penting dalam sistem politik Indonesia. Dari sisi kaderisasi untuk mengisi jabatan-jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang lebih dikenal dengan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang lebih dikenal dengan Paskibraka adalah satu pasukan khusus yang terdiri dari putra-putri terbaik bangsa dengan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELANTIKAN PELANTIKAN PENGURUS MAJELIS PIMPINAN CABANG (MPC) PEMUDA PANCASILA KABUPATEN BENGKALIS

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELANTIKAN PELANTIKAN PENGURUS MAJELIS PIMPINAN CABANG (MPC) PEMUDA PANCASILA KABUPATEN BENGKALIS BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELANTIKAN PELANTIKAN PENGURUS MAJELIS PIMPINAN CABANG (MPC) PEMUDA PANCASILA KABUPATEN BENGKALIS DURI, 7 FEBRUARI 2017 PANCASILA...!!! PANCASILA...!!! ASSALAMU

Lebih terperinci

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1 BAB I Pasal 1 ATRIBUT 1. PAKAR INDONESIA mempunyai atribut yang terdiri Lambang, Bendera, Panji, Gordon, Hymne, dan Mars Partai; 2. Ketentuan lebih lanjut tentang Panji, Gordon, Hymne, Mars dan penggunaan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

KORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto

KORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto KORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto Keberadaan Kopri Korpri adalah Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia yang keberadaannya merupakan amanat dari Pasal 126 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 04/UU/BPM FEB UI/XII/2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 04/UU/BPM FEB UI/XII/2015 TENTANG UNDANG-UNDANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 04/UU/BPM FEB UI/XII/2015 TENTANG BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang berfungsi sebagai pemersatu masyarakat Indonesia dalam wilayah nusantara yang begitu luas dengan berbagai

Lebih terperinci

Makin Eksis Dalam Wadah Korps Profesi Pegawai ASN

Makin Eksis Dalam Wadah Korps Profesi Pegawai ASN Makin Eksis Dalam Wadah Korps Profesi Pegawai ASN Tentang KORPRI Seperti dinyatakan dalam Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia, KORPRI adalah wadah untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin.

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya BAB V KESIMPULAN Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang mampu menempatkannya dalam sebuah struktur politik yang kuat dan penting. Yang secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangsungan sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dari kaderisasi. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber daya manusia yang handal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

INSITUT ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK JAKARTA ANGGARAN DASARDAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART) HIMPUNAN MAHASISWA JURNALISTIK, IISIP JAKARTA 2017

INSITUT ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK JAKARTA ANGGARAN DASARDAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART) HIMPUNAN MAHASISWA JURNALISTIK, IISIP JAKARTA 2017 ANGGARAN DASARDAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART) HIMPUNAN MAHASISWA JURNALISTIK, IISIP JAKARTA 2017 ANGGARAN DASAR BAB I Nama, Kedudukan, dan Waktu Berdiri Pasal 1 1. Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kehidupan politik Indonesia ini dianmis dalam negara demokrasi. Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kehidupan politik Indonesia ini dianmis dalam negara demokrasi. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan politik Indonesia ini dianmis dalam negara demokrasi. Peran partai politik tidak hanya saluran aspirasi berbagai kelompok masyarakat dan bukan sebagai wahana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sangat kaya dengan seni pertunjukan tradisional, setiap daerah memiliki beragam seni pertunjukan tradisi, dan ini merupakan ritual yang bermakna kultural

Lebih terperinci