Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1"

Transkripsi

1 BAB I Pasal 1 ATRIBUT 1. PAKAR INDONESIA mempunyai atribut yang terdiri Lambang, Bendera, Panji, Gordon, Hymne, dan Mars Partai; 2. Ketentuan lebih lanjut tentang Panji, Gordon, Hymne, Mars dan penggunaan serta pemakaian Atribut diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 2 BENDERA PAKAR INDONESIA mempunyai Bendera Partai, sebagai berikut: BAB II Pasal 3 SYARAT KEANGGOTAAN 1. Yang dapat menjadi Anggota PAKAR INDONESIA adalah: 1. Warga Negara Indonesia; 2. Mereka yang siap sedia membela dan mengaktualkan Pancasila; 3. Berusia sekurang-kurangnya 21 (duapuluh satu) tahun atau telah menikah; 4. Menerima dan bersedia mematuhi Asas, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga; 5. Apabila menjadi anggota partai lainnya, bersedia menyatakan mengundurkan diri; 6. Bukan pribadi soliter; 7. Mengisi formulir kesediaan menjadi Anggota; 2. Ketentuan lebih lanjut tentang syarat Keanggotaan diatur dalam Peraturan Organisasi Partai. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 4 HAK PENDIRI DAN ANGGOTA Setiap Anggota PAKAR INDONESIA berhak: 1. Memperoleh perlakuan yang sama dari Organisasi Partai; 2. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan; 3. Memilih dan dipilih pada setiap jenjang Organisasi, kecuali ditentukan lain untuk itu; 4. Memperoleh Kartu Pendiri dan Kartu Anggota bagi para Penggagas Pusat, Pendiri Provinsi dan Pendiri Cabang serta Kartu Anggota bagi para anggota Partai yang mendaftar kemudian; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

2 5. Memperoleh perlindungan dan pembelaan hukum dari Organisasi, kecuali ditentukan lain untuk perkara yang bersifat khusus; 6. Memperoleh Pendidikan dan Pelatihan Kader berjenjang sesuai dengan ketentuan Anggaran Rumah Tangga; 7. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri; 8. Mengundurkan diri dari keanggotaan dan pendiri Partai. Pasal 5 KEWAJIBAN PENDIRI DAN ANGGOTA Setiap Anggota PAKAR INDONESIA berkewajiban: 1. Membayar Uang Pangkal sekali seumur hidup; 2. Menghayati dan mengamalkan Asas dan Doktrin Partai; 3. Mematuhi dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; 4. Mematuhi dan melaksanakan keputusan Rapat Anggota Nasional dan Peraturan Organisasi Partai lainnya; 5. Membayar Iuran Partai yang besarnya ditetapkan minimal Rp. 5000,- (lima ribu rupiah) per bulan; 6. Mengamankan dan memperjuangkan Manifesto Politik Partai; 7. Membela Partai dari setiap upaya dan tindakan yang membahayakan dan merugikan Partai; 8. Menghadiri Rapat-rapat, Permusyawaratan dan Kegiatan Partai, kecuali ditentukan lain untuk itu; 9. Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan Program Perjuangan Partai; 10. Mengibarkan Bendera Partai dikediaman masing-masing 6 (enam) bulan sebelum Pemilihan Umum. BAB IV Pasal 6 PEMBERHENTIAN ANGGOTA 1. Anggota berhenti karena: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; 3. Diberhentikan dan dicabut Kartu Anggotanya; 2. Anggota diberhentikan karena: 1. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota; 2. Turut mendirikan dan menjadi anggota partai politik lain; 3. Melanggar Asas, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Rapat Anggota Nasional; 4. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan Kebijakan Politik Partai yang dikeluarkan oleh Majelis Pendiri Partai; 5. Melakukan tindakan Korupsi, bandar dan pemakai Narkotika, berpihak kepada musuh Negara, dan perbuatan Asusila serta tindakan tercela lainnya; 6. Tidak lagi menjadi Warga Negara Indonesia. 3. Ketentuan lebih lanjut tentang pemberhentian dan pembelaan diri Anggota diatur dalam Peraturan Organisasi. BAB V Pasal 7 KADER 1. Kader Partai adalah Anggota yang telah mengikuti Pendidikan dan Latihan Kader dan disaring atas dasar pemahaman dan sikap: 1. Ideologi dan Asas Partai; 2. Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme; 3. Mentalitas, watak dan tingkah laku; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 2

3 4. Visi, Misi, dan Tujuan Partai; 5. Dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela; 6. Kepemimpinan; 7. Militan, ulet dan mandiri; 2. Kader Partai terdiri dari 5 (lima) kategori, yaitu: 1. Kader Tunas adalah Anggota Partai yang belum pernah mengikuti pelatihan kader tetapi telah terdaftar sebagai anggota oleh Pengurus Anak Ranting, Pengurus Ranting, Pengurus Anak Cabang atau Dewan Pengurus Cabang; 2. Kader Dasar adalah Anggota Partai yang telah mengikuti program kaderisasi yang diselenggarakan oleh Majelis Pendiri Cabang; 3. Kader Madya adalah Anggota Partai yang telah mengikuti program kaderisasi yang diselenggarakan oleh Majelis Pendiri Daerah; 4. Kader Paripurna adalah Anggota Partai yang telah mengikuti program kaderisasi yang diselenggarakan oleh Majelis Pendiri Pusat; 5. Kader Kehormatan adalah Kader yang berjasa dalam pendirian atau perjuangan Partai berdasarkan penilaian Majelis Pendiri Pusat; 3. Dengan tidak mengabaikan ketentuan Anggaran Rumah Tangga ini, Majelis Pendiri Pusat dapat menetapkan seseorang menjadi Kader Partai berdasarkan dedikasi dan prestasi yang luar biasa; 4. Penetapan seluruh kategori Kader dilakukan oleh Majelis Pendiri Pusat dengan Surat Keputusan Kader Partai; 5. Ketentuan lebih lanjut tentang Kader diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. BAB VI Pasal 8 SIMPATISAN 1. Simpatisan adalah Warga Negara Indonesia yang berjasa terhadap Negara dan aktif mengikuti program perjuangan Partai, tetapi tidak menjadi anggota Partai; 2. Seluruh Hak dan Kewajiban anggota Partai melekat kepada Simpatisan, kecuali: 1. Memperoleh Pendidikan dan Pelatihan Kader; 2. Membayar Iuran Partai; 3. Menghadiri Rapat-rapat dan Permusyawaratan Partai. BAB VII STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN Pasal 9 MAJELIS AGUNG 1. Jumlah anggota Majelis Agung ditetapkan minimal 3 (tiga) orang dan maksimal 9 (sembilan) orang; 2. Anggota Majelis Agung dapat bertindak perseorangan atau secara kolektif dalam mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya Organisasi Partai secara berkala; 3. Anggota Majelis Agung: 1. Dapat ditambah, tetapi tidak dapat dikurangi dengan alasan apapun juga, kecuali mengundurkan diri dan meninggal dunia; 2. Dalam menetapkan anggota baru Majelis Agung, para anggota Majelis Agung wajib mempertimbangkan keterwakilan golongan dan keterwakilan perempuan; 3. Pengangkatan anggota baru Majelis Agung dilakukan dalam Rapat Anggota Nasional, atau sewaktu-waktu dapat ditambah dan dilaporkan kepada Rapat Anggota Nasional; 4. Penambahan jumlah anggota Majelis Agung berdasarkan pada: 1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Paripurna; 2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara dan Bangsa; 3. Tokoh Nasional yang dinilai oleh anggota-anggota Majelis Agung memiliki kapabilitas, akseptabilitas dan karakter tak tercela. Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 3

4 5. Keanggotaan Majelis Agung berakhir, apabila yang bersangkutan: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 6. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pengawasan dan penilaian anggota Majelis Agung, diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 10 MAJELIS PENDIRI PUSAT 1. Anggota Majelis Pendiri Pusat terdiri atas: 1. Anggota Biasa; 2. Anggota Ex Officio; 2. Anggota Biasa Majelis Pendiri Pusat: 1. Para kandidat diusulkan oleh anggota Majelis Pendiri Pusat atau oleh Ketua Majelis Pendiri Daerah; 2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Majelis Pendiri Pusat dari antara para kandidat dilakukan oleh Pengurus Majelis Pendiri Pusat; 3. Dalam menetapkan dan mengangkat Anggota Biasa, Pengurus Majelis Pendiri Pusat mempertimbangkan aspek kompetensi, keterwakilan golongan, dan keterwakilan perempuan. 3. Anggota Ex Officio terdiri dari para Ketua Majelis Pendiri Daerah; 4. Penambahan jumlah anggota Majelis Pendiri Pusat berdasarkan pada: 1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Madya; 2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara, Bangsa dan Partai; 3. Tokoh Nasional yang dinilai oleh Pengurus Majelis Pendiri Pusat memiliki kapabilitas dan karakter tak tercela. 5. Keanggotaan Biasa dan Ex Officio Majelis Pendiri Pusat berakhir bila yang bersangkutan: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 4. Sakit permanen berdasarkan surat atau keterangan dokter sehingga yang bersangkutan tidak mampu lagi menjalankan aktivitas kepartaian; 5. Menurut pertimbangan Pengurus Majelis Pendiri Pusat, tidak berpegang pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai sehingga keberadaannya merugikan Partai; 6. Tidak lagi menjadi Warga Negara Indonesia; 6. Ketentuan lebih lanjut pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5.4), (5.5) dan (5,6) diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 11 PERSONALIA MAJELIS PENDIRI PUSAT 1. Seluruh Anggota Biasa di dalam Majelis Pendiri Pusat minimum 30 (tiga puluh) orang dan maksimum 50 (limapuluh) orang; 2. Susunan Majelis Pendiri Pusat terdiri atas: 1. Seorang Ketua, merangkap Anggota Biasa; 2. Wakil Ketua Bidang Politik, merangkap Anggota Biasa; 3. Wakil Ketua Bidang Ekonomi, merangkap Anggota Biasa; 4. Wakil Ketua Bidang Budaya, merangkap Anggota Biasa; 5. Seorang Sekretaris, merangkap Anggota Biasa; 6. 3 (tiga) orang Wakil sekretaris, merangkap Anggota Biasa; 7. Seorang Bendahara, merangkap Anggota Biasa; 8. Seorang Wakil Bendahara, merangkap Anggota Biasa; 9. 2 (dua) orang Deputi untuk masing-masing Wakil Ketua Bidang. 10. Anggota-anggota Biasa; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 4

5 11. Anggota Ex officio yang berasal dari para Ketua Majelis Pendiri Daerah; 3. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Majelis Pendiri Pusat dapat dibantu oleh tenaga profesional secara paruh waktu. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola Majelis Pendiri Pusat diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 12 DEWAN PENGURUS PUSAT 1. Personalia Dewan Pengurus Pusat disahkan dan diberhentikan oleh Majelis Pendiri Pusat; 2. Komposisi dan Personalia Dewan Pengurus Pusat disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat Anggota Nasional; 3. Personalia Dewan Pengurus Pusat berhenti sebagai pengurus apabila: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 4. Pergantian antar waktu Personalia Dewan Pengurus Pusat: 1. Untuk Personalia selain Ketua Umum, diusulkan oleh Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum; 2. Ditetapkan, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Nasional berikutnya. 5. Pergantian antar waktu Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat: 1. Diusulkan oleh Rapat Dewan Pengurus Pusat; 2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 3. Disampaikan pada Rapat Anggota Nasional berikutnya; 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria pergantian antara waktu Dewan Pengurus Pusat, termasuk Ketua Umum diatur dalam Peraturan Organisasi; 7. Ketentuan lainnya mengenai tata kelola Dewan Pengurus Pusat diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 13 STRUKTUR DAN PERSONALIA DEWAN PENGURUS PUSAT 1. Personalia Dewan Pengurus Pusat berjumlah minimal 35 (tigapuluh lima) orang dan maksimal 65 (enampuluh lima) orang; 2. Susunan Dewan Pengurus Pusat Partai, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Umum; 2. Beberapa orang Wakil Ketua Umum; 3. Seorang Sekretaris Jenderal; 4. Beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal; 5. Seorang Bendahara Umum; 6. Beberapa orang Wakil Bendahara Umum; 7. Beberapa orang Ketua Bidang yang mengurusi masalah internal dan eksternal Organisasi Partai; 8. Kepala-Kepala Sub-Bidang; 9. Anggota Bidang; 3. Dewan Pengurus Pusat terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian; 4. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pengurus Pusat; 5. Pengurus Harian, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Umum; 2. Beberapa orang Wakil Ketua Umum; 3. Ketua-ketua Bidang; 4. Seorang Sekretaris Jenderal; 5. Wakil-wakil Sekretaris Jenderal; 6. Bendahara Umum; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 5

6 7. Wakil-wakil Bendahara Umum; 6. Pembagian Bidang dan Sub-bidang internal dan eksternal diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi Partai. Pasal 14 MAHKAMAH PARTAI 1. Keanggotaan Mahkamah Partai: 1. Diusulkan oleh Rapat Anggota Nasional; 2. Susunan kepengurusan Mahkamah Partai ditetapkan oleh para Anggota Mahkamah Partai, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 2. Mahkamah Partai terdiri dari 7 (tujuh) Anggota, yang terdiri dari 5 (lima) Anggota Tetap dan 2 (dua) Anggota Tidak Tetap dari masing-masing pihak yang bersengketa; 3. Sengketa yang dimaksud pada ayat (2) adalah sengketa Partai yang dapat menimbulkan perpecahan. 4. Keanggotaan Mahkamah Partai berakhir apabila: 1. Meninggal dunia; 2. Tidak lagi menjadi Warga Negara Indonesia; 3. Mengundurkan diri; 4. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 5. Diberhentikan, karena menurut pertimbangan Majelis Pendiri Pusat, tidak berpegang pada Asas, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai sehingga keberadaannya merugikan Partai; 5. Pergantian antar waktu Anggota Mahkamah Partai dilakukan oleh Mejelis Pendiri Pusat dan dilaporkan kepada Rapat Anggota Nasional berikutnya; 6. Tata cara pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4.5) diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 15 STRUKTUR DAN PERSONALIA MAHKAMAH PARTAI 1. Susunan Mahkamah Partai terdiri atas: 1. Hakim Ketua; 2. 4 (empat) Hakim Anggota; 3. 2 (dua) orang Hakim Ad Hoc; 2. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Mahkamah Partai dibantu oleh tenaga profesional dibidangnya secara paruh waktu; 3. Mahkamah Partai melaksanakan Sidang Mahkamah atas perselisihan Kepengurusan Partai dan perselisihan lainnya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam tubuh Partai; 4. Masing-masing pihak dapat mengajukan seorang calon Hakim Ad Hoc, untuk kemudian diseleksi dan ditetapkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 5. Sidang Mahkamah dapat dilakukan atas perkara yang tidak dapat diselesaikan Dewan Pengurus untuk semua tingkatan. Pasal 16 MAJELIS MADYA 1. Jumlah anggota Majelis Madya ditetapkan minimal 3 (tiga) orang dan maksimal 7 (tujuh) orang; 2. Anggota Majelis Madya dapat bertindak perseorangan atau secara kolektif dalam mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya Organisasi Partai secara berkala di daerahnya; 3. Anggota Majelis Madya: 1. Dapat ditambah, tetapi tidak dapat dikurangi dengan alasan apapun juga, kecuali mengundurkan diri dan meninggal dunia; 2. Dalam menetapkan anggota baru Majelis Madya, anggota-anggota Majelis Madya wajib mempertimbangkan keterwakilan golongan dan keterwakilan perempuan; 3. Pengangkatan anggota baru Majelis Madya dilakukan dalam Rapat Anggota Daerah, atau dapat dilakukan sewaktu-waktu dan dilaporkan kepada Rapat Anggota Daerah; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 6

7 4. Penambahan jumlah anggota Majelis Madya berdasarkan pada: 1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Paripurna; 2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara dan Bangsa; 3. Tokoh Nasional yang dinilai oleh anggota-anggota Majelis Agung memiliki kapabilitas, akseptabilitas dan karakter tak tercela. 5. Keanggotaan Majelis Madya berakhir, apabila yang bersangkutan: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 6. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pengawasan dan penilaian anggota Majelis Madya, diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 17 MAJELIS PENDIRI DAERAH 1. Anggota Majelis Pendiri Daerah terdiri atas: 1. Anggota Biasa; 2. Anggota Ex Officio; 2. Anggota Biasa Majelis Pendiri Daerah: 1. Para kandidat diusulkan oleh anggota Majelis Pendiri Daerah atau oleh Ketua Majelis Pendiri Cabang; 2. Penetapan, pengangkatan, dan pemberhentian Anggota Majelis Pendiri Daerah dari antara para kandidat dilakukan oleh Pengurus Majelis Pendiri Daerah; 3. Dalam menetapkan dan mengangkat Anggota Biasa, Pengurus Majelis Pendiri Daerah mempertimbangkan aspek kompetensi, keterwakilan golongan, dan keterwakilan perempuan. 3. Anggota Ex Officio terdiri dari para Ketua Majelis Pendidi Cabang; 4. Pengesahan Komposisi dan Personalia Majelis Pendiri Daerah dilakukan oleh Pengurus Majelis Pendiri Pusat; 5. Pengurus Majelis Pendiri Daerah berwenang mengesahkan Pengurus Anak Cabang yang dipilih dari dan oleh Rapat Anggota Anak Cabang; 6. Penambahan jumlah anggota Majelis Pendiri Daerah berdasarkan pada: 1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Madya; 2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara, Bangsa dan Partai; 3. Tokoh Daerah yang dinilai oleh Pengurus Majelis Pendiri Daerah memiliki kapabilitas dan karakter tak tercela. 7. Keanggotaan Biasa dan Ex Officio Majelis Pendiri Daerah berakhir bila yang bersangkutan: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 4. Sakit permanen berdasarkan surat atau keterangan dokter sehingga yang bersangkutan tidak mampu lagi menjalankan aktivitas kepartaian; 5. Menurut pertimbangan Pengurus Majelis Pendiri Pusat, tidak berpegang pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai sehingga keberadaannya merugikan Partai; 6. Tidak lagi menjadi Warga Negara Indonesia; 8. Ketentuan lebih lanjut pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7.4), (7.5) dan (7,6) diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 18 PERSONALIA MAJELIS PENDIRI DAERAH 1. Seluruh Anggota Biasa dalam Majelis Pendiri Daerah minimum 20 (duapuluh) dan maksimum 30 (tiga puluh) orang; 2. Susunan Majelis Pendiri Daerah terdiri atas: 1. Seorang Ketua, merangkap Anggota Biasa; 2. Wakil Ketua Bidang Politik, merangkap Anggota Biasa; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 7

8 3. Wakil Ketua Bidang Ekonomi, merangkap Anggota Biasa; 4. Wakil Ketua Bidang Budaya, merangkap Anggota Biasa; 5. Seorang Sekretaris, merangkap Anggota Biasa; 6. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris, merangkap Anggota Biasa; 7. Seorang Bendahara, merangkap Anggota Biasa; 8. Seorang Wakil Bendahara, merangkap Anggota Biasa; 9. Seorang Deputi untuk masing-masing Wakil Ketua Bidang; 10. Beberapa orang Anggota Biasa; 11. Anggota Ex officio yang terdiri dari Ketua-ketua Majelis Pendiri Cabang; 3. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Majelis Pendiri Daerah dapat dibantu oleh tenaga profesional secara paruh waktu; 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola Majelis Pendiri Daerah diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 19 DEWAN PENGURUS DAERAH 1. Personalia Dewan Pengurus Daerah disahkan dan diberhentikan oleh Majelis Pendiri Daerah; 2. Personalia Dewan Pengurus Daerah disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat Anggota Daerah; 3. Personalia Dewan Pengurus Daerah berhenti sebagai pengurus apabila: 1. Mengundurkan diri; 2. Diberhentikan; 3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 4. Pergantian antar waktu Personalia Dewan Pengurus Daerah: 1. Kecuali untuk Ketua Daerah, diusulkan oleh Ketua Daerah dan Wakil Ketua Daerah; 2. Ditetapkan, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Daerah; 3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Daerah berikutnya; 5. Pergantian antar waktu Ketua Dewan Pengurus Daerah: 1. Diusulkan oleh Rapat Dewan Pengurus Daerah; 2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Daerah; 3. Disampaikan pada Rapat Anggota Daerah berikutnya; 6. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberhentian Personalia Dewan Pengurus Daerah diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 20 STRUKTUR DAN PERSONALIA DEWAN PENGURUS DAERAH 1. Personalia Dewan Pengurus Daerah berjumlah minimal 17 (tujuhbelas) orang dan maksimal 35 (tigapuluh lima) orang; 2. Susunan Dewan Pengurus Daerah Partai, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Daerah; 2. Beberapa orang Wakil Ketua Daerah; 3. Seorang Sekretaris Daerah; 4. Wakil-wakil Sekretaris Daerah; 5. Seorang Bendahara Daerah; 6. Wakil-wakil Bendahara Daerah; 7. Beberapa orang Ketua Departemen yang mengurusi internal dan eksternal Organisasi Partai; 8. Kepala-Kepala Sub-Departemen; 9. Anggota Departemen; 3. Dewan Pengurus Daerah terdiri atas Pengurus Pleno Daerah dan Pengurus Harian Daerah; 4. Pengurus Pleno Daerah adalah seluruh keseluruhan personalia Dewan Pengurus Daerah; 5. Pengurus Harian Daerah terdiri atas: 1. Ketua Daerah; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 8

9 2. Wakil-wakil Ketua Daerah; 3. Ketua-ketua Departemen; 4. Sekretaris Daerah; 5. Beberapa Wakil Sekretaris Daerah; 6. Bendahara Daerah; 7. Beberapa Wakil Bendahara Daerah; 6. Pembagian Departemen dan Sub-Departemen internal dan eksternal Organisasi Partai diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi Partai. Pasal 21 MAJELIS RENDAH 1. Jumlah anggota Majelis Rendah ditetapkan minimal 3 (tiga) orang dan maksimal 5 (lima) orang; 2. Anggota Majelis Rendah dapat bertindak perseorangan atau secara kolektif dalam mengawasi, membimbing dan mengarahkan jalannya Organisasi Partai secara berkala di daerahnya; 3. Anggota Majelis Rendah: 1. Dapat ditambah, tetapi tidak dapat dikurangi dengan alasan apapun juga, kecuali mengundurkan diri dan meninggal dunia; 2. Dalam menetapkan anggota baru Majelis Rendah, para anggota Majelis Rendah wajib mempertimbangkan keterwakilan golongan dan keterwakilan perempuan; 3. Pengangkatan anggota baru Majelis Rendah dilakukan dalam Rapat Anggota Cabang; 4. Penambahan jumlah anggota Majelis Rendah berdasarkan pada: 1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Paripurna; 2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara dan Bangsa; 3. Tokoh Nasional yang dinilai oleh anggota-anggota Majelis Agung memiliki kapabilitas, akseptabilitas dan karakter tak tercela. 5. Keanggotaan Majelis Rendah berakhir, apabila yang bersangkutan: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 6. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 7. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pengawasan dan penilaian anggota Majelis Rendah, diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 22 MAJELIS PENDIRI CABANG 1. Anggota Majelis Pendiri Cabang: 1. Para kandidat diusulkan oleh anggota Majelis Pendiri Cabang atau oleh Rapat Anggota Cabang; 2. Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Majelis Pendiri Cabang dilakukan oleh Pengurus Majelis Pendiri Cabang; 3. Dalam menetapkan dan mengangkat Anggota, Pengurus Majelis Pendiri Cabang mempertimbangkan aspek kompetensi, keterwakilan golongan, dan keterwakilan perempuan. 2. Pengurus Majelis Pendiri Cabang berwenang mengesahkan Pengurus Ranting yang dipilih dari dan oleh Rapat Anggota Ranting. 3. Pengesahan Komposisi dan Personalia Majelis Pendiri Cabang dilakukan oleh Pengurus Majelis Pendiri Pusat; 4. Penambahan jumlah anggota Majelis Pendiri Cabang berdasarkan pada: 1. Kader Partai minimal mencapai tingkatan Kader Madya; 2. Kader Partai yang berjasa kepada Negara, Bangsa dan Partai; 3. Tokoh Daerah yang dinilai oleh Pengurus Majelis Pendiri Daerah memiliki kapabilitas dan karakter tak tercela; 5. Keanggotaan Majelis Pendiri Cabang berakhir bila yang bersangkutan: Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 9

10 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 4. Sakit permanen berdasarkan surat atau keterangan dokter sehingga yang bersangkutan tidak mampu lagi menjalankan aktivitas kepartaian; 5. Menurut pertimbangan Pengurus Majelis Pendiri Cabang, tidak berpegang pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai sehingga keberadaannya merugikan Partai; 6. Tidak lagi menjadi Anggota Partai. 6. Ketentuan lebih lanjut pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5.4), (5.5) dan (5,6) diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 23 PERSONALIA MAJELIS PENDIRI CABANG 1. Anggota Majelis Pendiri Cabang sebanyak minimum 15 (limabelas) orang dan maksimum 20 (duapuluh) orang; 2. Susunan Majelis Pendiri Cabang terdiri atas: 1. Ketua, merangkap Anggota; 2. Wakil Ketua Bidang Politik, merangkap Anggota; 3. Wakil Ketua Bidang Ekonomi, merangkap Anggota; 4. Wakil Ketua Bidang Budaya, merangkap Anggota; 5. Sekretaris, merangkap Anggota; 6. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris, merangkap Anggota; 7. Seorang Bendahara, merangkap Anggota; 8. Anggota-anggota; 3. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Majelis Pendiri Cabang dapat dibantu oleh tenaga profesional secara paruh waktu; 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola Majelis Pendiri Cabang diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 24 DEWAN PENGURUS CABANG 1. Personalia Dewan Pengurus Cabang dipilih oleh Rapat Anggota Cabang, disahkan dan diberhentikan oleh Majelis Pendiri Cabang; 2. Personalia Dewan Pengurus Cabang disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat Anggota Cabang; 3. Personalia Dewan Pengurus Daerah berhenti sebagai pengurus apabila: 1. Mengundurkan diri; 2. Diberhentikan; 3. Terpilih dan ditetapkan sebagai pejabat publik, kecuali anggota DPR dan DPRD; 4. Pergantian antar waktu Personalia Dewan Pengurus Pusat: 1. Kecuali untuk Ketua Cabang, diusulkan oleh Ketua Cabang dan Wakil Ketua Cabang; 2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Cabang; 3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Cabang berikutnya. 5. Pergantian antar waktu Ketua Dewan Pengurus Cabang: 1. Diusulkan oleh Rapat Dewan Pengurus Cabang; 2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Cabang; 3. Disampaikan pada Rapat Anggota Cabang berikutnya. 6. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberhentian Personalia Dewan Pengurus Cabang diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 25 STRUKTUR DAN PERSONALIA DEWAN PENGURUS CABANG Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 10

11 1. Personalia Dewan Pengurus Cabang berjumlah minimal 15 (limabelas) orang dan maksimal 25 (duapuluh lima) orang, termasuk Ketua Cabang. 2. Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Cabang; 2. Beberapa orang Wakil Ketua Cabang; 3. Seorang Sekretaris Cabang; 4. Beberapa orang Wakil Sekretaris Cabang; 5. Bendahara Cabang; 6. Beberapa orang Wakil Bendahara Cabang; 7. Beberapa orang Ketua Biro, yang mengurusi internal dan eksternal Organisasi Partai; 8. Kepala-Kepala Sub-Biro; 9. Anggota Biro. 3. Dewan Pengurus Cabang terdiri atas Pengurus Pleno Cabang dan Pengurus Harian Cabang; 4. Pengurus Pleno Cabang adalah keseluruhan personalia Dewan Pengurus Cabang; 5. Pengurus Harian Cabang terdiri atas: 1. Seorang Ketua Cabang; 2. Beberapa orang Wakil Ketua Cabang; 3. Ketua-ketua Biro; 4. Seorang Sekretaris Cabang; 5. Beberapa orang Wakil Sekretaris Cabang; 6. Seorang Bendahara Cabang; 7. Beberapa Wakil Bendahara Cabang; 6. Pembagian Biro dan Sub-Biro internal dan eksternal diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi Partai. Pasal 26 PENGURUS ANAK CABANG 1. Personalia Pengurus Anak Cabang dipilihdan diberhentikan oleh Rapat Anggota Anak Cabang; 2. Personalia Pengurus Anak Cabang disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat Anggota Anak Cabang; 3. Personalia Pengurus Anak Cabang berhenti sebagai pengurus apabila: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Diberhentikan. 4. Pergantian antar waktu Personalia Pengurus Anak Cabang: 1. Kecuali untuk Ketua Anak Cabang, diusulkan oleh Ketua Anak Cabang; 2. Ditetapkan, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Daerah; 3. Disampaikan kepada Rapat Anggota Anak Cabang berikutnya. 5. Pergantian antar waktu Ketua Anak Cabang: 1. Diusulkan oleh Rapat Pengurus Anak Cabang; 2. Ditetapkan dan disahkan oleh Majelis Pendiri Daerah; 3. Disampaikan pada Rapat Anggota Anak Cabang berikutnya. 6. Pengurus Anak Cabang berwenang mengesahkan Pengurus Anak Ranting yang dipilih dari dan oleh Rapat Anggota Anak Ranting; 7. Tugas pokok Pengurus Anak Cabang adalah mengumpulkan Iuran Partai dari Pengurus Ranting, Kader dan Anggota Partai; 8. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberhentian Personalia Pengurus Anak Cabang diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 27 STRUKTUR DAN PERSONALIA PENGURUS ANAK CABANG 1. Personalia Pengurus Anak Cabang berjumlah minimal 9 (sembilan) orang dan maksimal 15 (limabelas) orang, termasuk Ketua Anak Cabang. Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 11

12 2. Susunan Pimpinan Anak Cabang Partai, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Anak Cabang; 2. 2 (dua) orang Wakil Ketua Anak Cabang; 3. Seorang Sekretaris Anak Cabang; 4. Wakil-wakil Sekretaris Anak Cabang; 5. Bendahara Anak Cabang; 6. Wakil-wakil Bendahara Anak Cabang; 7. Ketua-ketua Seksi; 8. Anggota Seksi. 3. Seksi-seksi dalam Pengurus Anak Cabang antara lain adalah Keanggotaan, Kaderisasi, dan Pemenangan Pemilu; 4. Pengurus Anak Cabang terdiri atas Pengurus Pleno Anak Cabang dan Pengurus Harian Anak Cabang; 5. Pengurus Pleno Cabang adalah semua personalia Pengurus Anak Cabang; 6. Pengurus Harian Anak Cabang terdiri atas: 1. Seorang Ketua Anak Cabang; 2. Wakil-wakil Ketua Anak Cabang; 3. Seorang Sekretaris Anak Cabang; 4. Wakil-wakil Sekretaris Anak Cabang; 5. Bendahara Anak Cabang. Pasal 28 PENGURUS RANTING 1. Personalia Pengurus Ranting dipilih dan diberhentikan oleh Rapat Anggota Ranting; 2. Personalia Pengurus Ranting disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat Anggota Ranting; 3. Personalia Pengurus Ranting berhenti sebagai pengurus apabila: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Diberhentikan. 4. Pergantian Antar Waktu Ketua Pengurus Ranting: 1. Dipilih, dan ditetapkan, oleh Majelis Pendiri Cabang dari diantara Personalia Pengurus Ranting; 2. Disampaikan kepada Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus Anak Cabang, serta dipertanggungjawabkan pada Rapat Anggota Anak Cabang berikutnya. 5. Pergantian Antar Waktu Personalia Pengurus Ranting selain Ketua: 1. Diusulkan oleh Ketua Ranting dari diantara Anggota Ranting dan ditetapkan oleh Majelis Pendiri Cabang; 2. Disampaikan kepada Rapat Anggota Ranting berikutnya; 6. Tugas pokok Pengurus Ranting adalah mengumpulkan Iuran Partai dari Kader dan Anggota Partai; 7. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberhentian Personalia Pengurus Ranting diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 29 STRUKTUR DAN PERSONALIA PENGURUS RANTING 1. Personalia Pengurus Ranting berjumlah minimal 7 (tujuh) orang dan maksimal 11 (sebelas) orang, termasuk Ketua Ranting. 2. Susunan Pengurus Ranting Partai, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Ranting; 2. 2 (dua) orang Wakil Ketua Ranting; 3. Seorang Sekretaris Ranting; 4. 2 (dua) Wakil Sekretaris Ranting; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 12

13 5. Bendahara Ranting; 6. Wakil Bendahara Ranting; 7. Ketua-ketua Kelompok; 8. Anggota Kelompok. 3. Kelompok dalam Pengurus Ranting antara lain adalah Kelompok Keanggotaan, Kaderisasi, dan Pemenangan Pemilu 4. Pengurus Ranting terdiri atas Pengurus Ranting Pleno dan Pengurus Ranting Harian; 5. Pengurus Ranting Pleno adalah keseluruhan personalia Pengurus Ranting; 6. Pengurus Ranting Harian, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Ranting; 2. 2 (dua) orang Wakil Ketua Ranting; 3. Seorang Sekretaris Ranting; 4. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris Ranting; 5. Seorang Bendahara Ranting. 6. Seorang Wakil Bendahara Ranting. Pasal 30 PENGURUS ANAK RANTING 1. Personalia Pengurus Anak Ranting dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Anggota Anak Ranting; 2. Personalia Pengurus Anak Ranting disusun oleh Tim Formatur yang ditetapkan dalam Rapat Anggota Anak Ranting; 3. Personalia Pengurus Anak Ranting berhenti sebagai pengurus apabila: 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri; 3. Diberhentikan. 4. Pergantian Antar Waktu Ketua Pengurus Anak Ranting: 1. Dipilih, dan ditetapkan oleh Pengurus Anak Cabang dari diantara Anggota Partai; 2. Disampaikan kepada Pengurus Ranting, serta dipertanggungjawabkan pada Rapat Anggota Anak Ranting berikutnya. 5. Pergantian Antar Waktu Personalia Pengurus Anak Ranting selain Ketua: 1. Diusulkan oleh Ketua Anak Ranting dari diantara Anggota Partai dan ditetapkan oleh Pengurus Anak Cabang; 2. Disampaikan kepada Rapat Anggota Ranting berikutnya. 6. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberhentian Personalia Pengurus Anak Ranting diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 31 STRUKTUR DAN PERSONALIA PENGURUS ANAK RANTING 1. Personalia Pengurus Anak Ranting berjumlah minimal 5 (lima) orang dan maksimal 9 (sembilan) orang, termasuk Ketua Anak Ranting. 2. Susunan Pengurus Anak Ranting Partai, terdiri atas: 1. Seorang Ketua Anak Ranting; 2. 2 (dua) orang Wakil Ketua Anak Ranting; 3. Seorang Sekretaris Anak Ranting; 4. Seorang Wakil Sekretaris Anak Ranting; 5. Bendahara Anak Ranting; 6. Seorang Wakil Bendahara Anak Ranting. 3. Wakil Ketua Pengurus Anak Ranting menangani Keanggotaan dan Pemenangan Pemilu; 4. Diantara tugas pokok Pengurus Anak Ranting adalah mengumpulkan Iuran Partai diantara kader dan anggota Partai, dan disetorkan kepada Pengurus Ranting dan/atau Pengurus Anak Cabang. Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 13

14 Pasal 32 PERWAKILAN LUAR NEGERI 1. Perwakilan Partai di Luar Negeri dapat didirikan di suatu wilayah bagian dari negara asing, atau di negara asing bersangkutan atau gabungan beberapa Negara asing; 2. Susunan Pengurus Perwakilan Partai Luar Negeri, sekurang-kurangnya terdiri atas: 1. Ketua Perwakilan; 2. Sekretaris Perwakilan; 3. Bendahara Perwakilan; 4. Kepala-kepala Biro Perwakilan. 2. Pengurus Perwakilan Partai Luar Negeri dapat ditambah unsur Wakil Ketua atau Wakil-wakil Sekretaris, sesuai kebutuhan. 3. Susunan Pengurus Perwakilan Luar Negeri dipilih dalam Rapat Anggota Perwakilan, dan disahkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 4. Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme kerja Pengurus Perwakilan Luar Negeri diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 33 SYARAT-SYARAT PERSONALIA PENGURUS Syarat-syarat menjadi Personalia Pengurus Partai: 1. Aktif menjadi anggota sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, kecuali periode konsolidasi dan pemantapan Partai; 2. Termasuk Kader Partai; 3. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela; 4. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas; 5. Bersedia meluangkan waktu dan sanggup bekerjasama secara gotong royong dalam Partai; 6. Setiap Personalia Pengurus Partai dilarang merangkap jabatan dalam kepengurusan Dewan Pengurus secara vertikal, kecuali dalam Majelis Pendiri; 7. Syarat-syarat menjadi Personalia Pengurus Pusat, adalah: 1. Pernah menjadi Pengurus Partai tingkat Pusat; 2. Sekurang-kurangnya pernah menjadi Pengurus Partai tingkat Provinsi; 3. Aktif terus menerus menjadi anggota Partai sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan selama itu tidak pernah menjadi anggota partai politik lain; 4. Telah mengikuti Pendidikan dan Latihan Kader minimal Kader Madya; 5. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela; 6. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas; 7. Bersedia meluangkan waktu dan sanggup bekerjasama secara gotong royong dalam Partai; 8. Syarat-syarat menjadi Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pengurus Cabang, Pengurus Anak Cabang, Pengurus Ranting dan Pengurus Anak Ranting, adalah: 1. Memenuhi syarat menjadi Pengurus sebagaimana ayat (1) sampai dengan (5) di atas; 2. Telah aktif menjadi Pengurus sekurang-kurangnya satu periode pada tingkatannya dan/atau satu tingkat dibawahnya. 9. Setiap Personalia Pengurus Majelis Pendiri, pada dasarnya adalah Pendiri Partai, kecuali yang tercatat dan terdaftar kemudian, dan menjadi Pengurus Anak Cabang, Pengurus Ranting dan Pengurus Anak Ranting Partai. 10. Untuk pertama kalinya, Kepengurusan Dewan Pengurus diambil dari Pendiri Partai dan dapat dirangkap dengan Kepengurusan Majelis Pendiri, dikemudian hari Kepengurusan Dewan Pengurus wajib diambil dari para professional yang diberi imbalan oleh Partai. Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 14

15 BAB VIII Pasal 34 KEDUDUKAN DAN TUGAS BADAN DAN LEMBAGA 1. Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai dengan kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan program Partai; 2. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau Lembaga diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengurus Partai sesuai dengan tingkatannya; 3. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi dengan Badan atau Lembaga yang berada satu tingkat di bawahnya; 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan dan atau Lembaga diatur dalam Peraturan Organisasi. BAB IX PENCALONAN DAN PEMILIHAN UMUM Pasal 35 PENCALONAN LEGISLATIF 1. Majelis Pendiri Partai pada semua tingkatan membuka pendaftaran Calon Anggota Legislatif sejak Partai berdiri atau 2 (dua) tahun sebelum Pemilihan Umum kepada Kader dan Anggota yang memenuhi syarat Perundang-undangan; 2. Kader dan Anggota Partai yang terseleksi menjadi Calon Anggota Legislatif berlaku ketentuan: 1. Memilih dan menentukan sendiri Pencalonannya untuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota; 2. Calon Anggota Legislatif terpilih untuk: a. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia diberkas dan didaftarkan oleh Dewan Pengurus Pusat kepada Komisi Pemilihan Umum; b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi diberkas dan didaftarkan oleh Dewan Pengurus Daerah kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi; c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota diberkas dan didaftarkan oleh Dewan Pengurus Cabang kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten/Kota; 3. Majelis Pendiri Partai disemua tingkatan untuk selanjutnya meminta kepada Calon-calon Anggota Legislatif menabung yang besarnya setiap bulan ditetapkan sendiri oleh yang bersangkutan; 4. Tabungan Calon-calon Anggota Legislatif diadministrasikan oleh Dewan Pengurus sesuai tingkatannya, dan dikembalikan kepada yang bersangkutan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum; 3. Apabila pada sebuah Daerah Pemilihan melebihi kapasitas kuota calon, Majelis Pendiri sesuai tingkatannya menempuh cara: 1. Tercukupinya kuota wanita Calon Anggota Legislatif pada Daerah Pemilihan tersebut; 2. Menetapkan skala prioritas, hanya Calon Anggota Legislatif yang berdomisili di Daerah Pemilihan tersebut yang didahulukan untuk ditetapkan; 4. Seluruh pemberkasan Calon-calon Anggota Legislatif yang berasal dari Kader atau Anggota Partai tidak dipungut biaya. 5. Majelis Pendiri pada semua tingkatan membuka peluang bagi Calon-calon Legislatif bukan Kader atau bukan Anggota Partai, dengan syarat: 1. Pelamar bakal Calon menerima Asas, Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga yang dilakukan secara tertulis; 2. Pelamar bakal Calon wajib melakukan psikotest untuk mengetahui rekam jejak watak, tabiat dan tingkah laku; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 15

16 3. Dipungut biaya administrasi yang besarnya ditentukan sesuai tingkatan Calon Legislatif yang dipilih oleh yang bersangkutan. 6. Pelamar bakal Calon Anggota Legislatif yang berasal dari luar Partai untuk mengisi Daerah Pemilihan yang belum penuh diisi oleh Calon Anggota Legislatif dari Kader dan Anggota Partai. Pasal 36 PENCALONAN EKSEKUTIF 1. Kader-kader Partai yang memenuhi syarat, dapat dicalonkan sebagai Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah untuk Provinsi atau Kabupaten/Kota; 2. Kader-kader Partai yang memenuhi syarat untuk dicalonkan, pada dasarnya akan menempuh tahapan berikut: 1. Partai melalukan jejak pendapat umum untuk mengetahui akseptabilitas dan elektablitas Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; 2. Jejak pendapat umum dibiayai oleh Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang bersangkutan; 3. Partai dapat melalukan jejak pendapat ke dalam internal Partai untuk mengetahui rekam jejak dan kapabilitas Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. 3. Majelis Pendiri Daerah atau Cabang dapat mengambil kebijakan politik melalui Rapat Kerja Daerah Khusus atau Rapat Kerja Cabang Khusus untuk Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang diusung bersama partai lain atau terhadap Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Perseorangan; 4. Dukungan terhadap Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang diusung bersama partai lain, selanjutnya diberkasdan didaftarkan kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah oleh Dewan Pengurus Daerah atau Dewan Pengurus Cabang yang bersangkutan; 5. Dukungan terhadap Calon Perseorangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Daerah atau Cabang, setelah mendapat persetujuan Majelis Pendiri Pusat. BAB X Pasal 37 FRAKSI DAN ALAT KELENGKAPAN LEMBAGA PERWAKILAN 1. Dewan Pengurus Pusat mengusulkan untuk mengangkat, menetapkan, dan memberhentikan Pimpinan Fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia kepada Majelis Pendiri Pusat; 2. Dewan Pengurus Pusat mengusulkan untuk mengangkat, menetapkan, dan memberhentikan Pimpinan Alat-alat Kelengkapan di Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia kepada Majelis Pendiri Pusat; 3. Dewan Pengurus Daerah mengusulkan untuk mengangkat, menetapkan, dan memberhentikan Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Alat-alat Kelengkapan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi kepada Majelis Pendiri Daerah; 4. Dewan Pengurus Cabang mengusulkan untuk mengangkat, menetapkan, dan memberhentikan Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Alat-alat Kelengkapan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota kepada Majelis Pendiri Cabang; 5. Ketentuan lebih lanjut tentang Fraksi Partai dan tata cara pengangkatan, penetapan, dan pemberhentian Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Alat-alat Kelengkapan di Lembaga Perwakilan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB XI Pasal 38 HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN 1. Hubungan kerjasama Partai dengan Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai sumber kader dilakukan melalui pelaksanaan program dan penyaluran aspirasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 16

17 2. Tata cara menjalin hubungan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan tersendiri yang dikeluarkan oleh Majelis Pendiri Pusat. BAB XII RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT Pasal 39 RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT NASIONAL 1. Rapat Anggota Nasional dihadiri oleh: 3. Undangan; 2. Peserta, terdiri atas: 1. Majelis Pendiri Pusat; 2. Dewan Pengurus Pusat; 3. Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara Majelis Pendiri Daerah; 4. 2 (dua) orang Utusan Dewan Pengurus Daerah; 5. Ketua dan Sekretaris Perwakilan Luar Negeri; 6. Ketua dan Sekretaris Majelis Pendiri Cabang; 7. 3 (tiga) orang Utusan Dewan Pengurus Cabang; 3. Peninjau, terdiri atas: 1. Majelis Agung; 2. Anggota-anggota Majelis Pendiri Pusat; 3. Mahkamah Partai; 4. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 5. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Pusat; 4. Undangan, terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan; 5. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 6. Pimpinan Sidang-sidang Rapat Anggota Nasional dipilih dari dan oleh Peserta; 7. Sebelum Pimpinan Sidang Rapat Anggota Nasional terpilih, Pimpinan Sementara adalah Majelis Pendiri Pusat; 8. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 40 RAPAT ANGGOTA NASIONAL LUAR BIASA Ketentuan mengenai Rapat Anggota Nasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Rapat Anggota Nasional Luar Biasa. Pasal 41 RAPAT PIMPINAN NASIONAL 1. Rapat Pimpinan Nasional, dihadiri oleh: 3. Undangan; 2. Peserta, terdiri atas: 1. Majelis Pendiri Pusat; 2. Dewan Pengurus Pusat; 3. Ketua, Wakil Ketua Bidang Politik, Sekretaris dan Bendahara Majelis Pendiri Daerah; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 17

18 4. Ketuadan Sekretaris Dewan Pengurus Daerah; 5. Ketua dan Sekretaris Perwakilan Luar Negeri; 6. Ketua, Wakil Ketua Bidang Politik dan Sekretaris Majelis Pendiri Cabang; 7. Ketua dan Sekretaris Dewan Pengurus Cabang; 3. Peninjau, terdiri atas: 1. Majelis Agung; 2. Anggota-anggota Majelis Pendiri Pusat; 3. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 4. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Pusat; 4. Undangan, terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan; 5. Jumlah peserta, peninjau, dan undangan Rapat Pimpinan Nasional ditetapkan oleh Majelis Pendiri Pusat; 6. Pimpinan Persidangan Rapat Pimpinan Nasional dilakukan oleh Majelis Pendiri Pusat; 7. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 42 RAPAT KERJA NASIONAL 1. Rapat Kerja Nasional, dihadiri oleh: 3. Undangan; 2. Peserta, terdiri atas: 1. Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara Majelis Pendiri Pusat; 2. Dewan Pengurus Pusat; 3. Ketua dan Sekretaris Majelis Pendiri Daerah; 4. Utusan Dewan Pengurus Daerah; 5. Ketua dan Sekretaris Majelis Pendiri Cabang; 6. Utusan Dewan Pengurus Cabang; 3. Peninjau, terdiri atas: 1. Majelis Agung; 2. Pengurus dan Anggota-anggota Biasa Majelis Pendiri Pusat; 3. Pengurus dan Anggota Biasa Majelis Pendiri Daerah; 4. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 5. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Pusat. 4. Undangan, terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan. 5. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Nasional Partai ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat; 6. Pimpinan Persidangan Rapat Kerja Nasional dilakukan oleh Dewan Pengurus Pusat Partai; 7. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 43 RAPAT KERJA NASIONAL KHUSUS 1. Ketentuan yang berlaku pada Rapat Kerja Nasional juga berlaku pada Rapat Kerja Nasional Khusus, kecuali: 1. Pimpinan Persidangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Pusat; 2. Tidak ada Peninjau dan Undangan. Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 18

19 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Kerja Nasional Khusus diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 44 SIDANG MAJELIS PENDIRI PUSAT 1. Sidang Majelis Pendiri Pusat dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali di Ibukota Negara Republik Indonesia dan dipimpin oleh Ketua Majelis Pusat; 2. Persidangan Majelis Pendiri Pusat dihadiri oleh: 1. Seluruh Anggota Biasa; 2. Seluruh Anggota Ex Officio; 3. Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum Dewan Pengurus Pusat. 3. Peninjau, terdiri atas seluruh Pengurus Harian Dewan Pengurus Pusat; 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Sidang Majelis Pendiri Pusat diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 45 RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT DAERAH 1. Rapat Anggota Daerah dihadiri oleh: 3. Undangan; 2. Peserta terdiri atas: 1. Utusan Majelis Pendiri Pusat; 2. Majelis Pendiri Daerah; 3. Dewan Pengurus Daerah; 4. Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara Majelis Pendiri Cabang; 5. Utusan Dewan Pengurus Cabang; 3. Peninjau terdiri atas: 1. Majelis Madya; 2. Anggota-anggota Biasa Majelis Pendiri Daerah; 3. Unsur Pimpinan Daerah Provinsi Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 4. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Daerah; 4. Undangan terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan; 5. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Majelis Pendiri Daerah; 6. Pimpinan Persidangan Rapat Anggota Daerah dipilih dari dan oleh Peserta; 7. Sebelum Pimpinan Rapat Anggota Daerah Provinsi terpilih, Pimpinan Sementara adalah Majelis Pendiri Daerah; 8. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 46 RAPAT ANGGOTA DAERAH LUAR BIASA Ketentuan mengenai Rapat Anggota Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 45 ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Rapat Anggota Daerah Luar Biasa. Pasal 47 RAPAT PIMPINAN DAERAH 1. Rapat Pimpinan Daerah Provinsi dihadiri oleh: 3. Undangan; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 19

20 2. Peserta terdiri atas: 1. Utusan Majelis Pendiri Pusat 2. Majelis Pendiri Daerah 3. Dewan Pengurus Daerah; 4. Ketua, Wakil Ketua Bidang Politik, Sekretaris dan Bendahara Majelis Pendiri Cabang; 5. Ketua dan Sekretaris Dewan Pengurus Cabang; 3. Peninjau, terdiri dari: 1. Majelis Madya; 2. Anggota-anggota Majelis Pendiri Daerah; 3. Unsur Pimpinan Daerah Provinsi Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 4. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Daerah; 4. Undangan, terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan; 5. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Daerah Provinsi ditetapkan oleh Majelis Pendiri Daerah; 6. Pimpinan Persidangan Rapat Pimpinan Daerah dilakukan oleh Majelis Pendiri Daerah; 7. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 48 RAPAT KERJA DAERAH 1. Rapat Kerja Daerah, dihadiri oleh: 3. Undangan; 2. Peserta terdiri atas: 1. Utusan Majelis Pendiri Pusat; 2. Utusan Dewan Pengurus Pusat; 3. Majelis Pendiri Daerah; 4. Dewan Pengurus Daerah; 5. Ketua dan Sekretaris Majelis Pendiri Cabang; 6. Utusan Dewan Pengurus Cabang; 3. Peninjau terdiri atas: 1. Majelis Madya; 2. Anggota-anggota Biasa Majelis Pendiri Daerah; 3. Unsur Pimpinan Ormas Daerah Provinsi yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 4. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Daerah; 4. Undangan, terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan; 5. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan Rapat Kerja Daerah ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah; 6. Pimpinan Persidangan Rapat Kerja Daerah dilakukan oleh Dewan Pengurus Daerah; 7. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 49 RAPAT KERJA DAERAH KHUSUS 1. Ketentuan yang berlaku pada Rapat Kerja Daerah juga berlaku pada Rapat Kerja Daerah Khusus, kecuali: 1. Pimpinan Persidangan dilakukan oleh Majelis Pendiri Daerah; Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 20

21 2. Tidak ada Peninjau dan Undangan. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Kerja Daerah Khusus diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 50 SIDANG MAJELIS PENDIRI DAERAH 1. Sidang Majelis Pendiri Daerah dilaksanakan 1 (satu) setengah tahun sekali di Ibukota Provinsi Daerah yang bersangkutan dan dipimpin oleh Ketua Majelis Daerah; 2. Persidangan Majelis Pendiri Daerah dihadiri oleh: 1. Ketua, Wakil Ketua Bidang Politik dan Sekretaris Majelis Pendiri Pusat; 2. Seluruh Anggota Biasa Majelis Pendiri Daerah; 3. Seluruh Anggota Ex Officio; 4. Ketua Daerah, Sekretaris Daerah dan Bendahara Daerah Dewan Pengurus Daerah. 3. Peninjau, terdiri atas seluruh Pengurus Harian Dewan Pengurus Daerah; 4. Apabila Ketua Majelis Pendiri Daerah berhalangan, Persidangan dipimpin oleh Wakil Ketua Bidang Politik; 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Sidang Majelis Pendiri Daerah diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 51 RAPAT ANGGOTA DAN RAPAT-RAPAT CABANG 1. Rapat Anggota Cabang dihadiri oleh: 3. Undangan; 2. Peserta terdiri atas: 1. Utusan Majelis Pendiri Pusat 2. Utusan Majelis Pendiri Daerah 3. Majelis Pendiri Cabang 4. Dewan Pengurus Cabang; 5. Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara Pengurus Anak Cabang; 3. Peninjau terdiri atas: 1. Majelis Rendah; 2. Anggota-anggota Biasa Majelis Pendiri Cabang; 3. Unsur Pimpinan Ormas Daerah Kota/Kabupaten yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai; 4. Unsur Badan dan Lembaga Dewan Pengurus Cabang; 4. Undangan terdiri atas: 1. Perwakilan Institusi; 2. Perorangan; 5. Jumlah Peserta, Peninjau, dan Undangan ditetapkan oleh Mejelis Pendiri Cabang; 6. Pimpinan Persidangan Rapat Anggota Cabang dipilih dari dan oleh Peserta; 7. Sebelum Pimpinan Rapat Anggota Cabang terpilih, Pimpinan Sementara adalah Majelis Pendiri Cabang; 8. Ketentuan mengenai peserta yang mempunyai hak suara dan hak bicara diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi. Pasal 52 RAPAT ANGGOTA CABANG LUAR BIASA Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 21

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah : 1. Warga Negara Indonesia.

Lebih terperinci

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga: 1 :: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga: ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota dan Warga [1] Keanggotaan Lembaga Dakwah Islam Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SAYAP PEMUDA PARTAI PERINDO Jakarta, 17 Desember 2015 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMUDA PERINDO PEMBUKAAN Pemuda Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) Politeknik Negeri

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Bahwa PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat-Syarat Keanggotaan 1. Yang menjadi anggota KNPI adalah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016 Tentang PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH WILAYAH, MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA, MUSYAWARAH CABANG, MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA, MUSYAWARAH ANAK CABANG, MUSYAWARAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I NAMA, WAKTU, LAMBANG DAN KEDUDUKAN 1 NAMA

BAB I NAMA, WAKTU, LAMBANG DAN KEDUDUKAN 1 NAMA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya Proklamasi 17 Agustus1945 adalah tonggak sejarah dan pintu gerbang menuju Bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sekaligus menjadi titik tolak strategis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian Umum Pendidik dan peneliti adalah ilmuwan berprofesi pendidik dan peneliti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT MUKADIMAH

SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT MUKADIMAH SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT MUKADIMAH Bahwa cita-cita luhur Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba No.1892, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Bawaslu Provinsi. Bawaslu Kab/Kota. Panwaslu Kecamatan. Panwaslu Kelurahan/Desa. Panwaslu LN. Pengawas TPS. Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA (HKTI)

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA (HKTI) ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA (HKTI) Hasil Musyawarah Nasional VIII Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jakarta, 31 Juli 2015 AD dan ART HKTI Hal 1 ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM BELA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM BELA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM BELA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI BAB I UMUM. 1 BAB II ORGANISASI. 1 BAB III KEANGGOTAAN. 1 BAB IV MAJELIS PERMUSYAWARATAN ORGANISASI... 4 BAB V STRUKTUR,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN DENGAN

Lebih terperinci

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa membedakan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 (1) Sesuai dengan Pasal 13 Anggaran Dasar, pendaftaran untuk menjadi anggota diajukan secara

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA PENDAHULUAN Sebagai penjabaran dan pelaksanaan Anggaran Dasar, maka disusunlah Anggaran Rumah Tangga Ikatan Alumni SMA Negeri 8 Jakarta ini

Lebih terperinci

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Arsitek sebagai warga negara yang sadar akan panggilan untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia, senantiasa belajar

Lebih terperinci

Halaman PEMBUKAAN

Halaman PEMBUKAAN Halaman - 1 - PEMBUKAAN 1. Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia melalui perjuangan yang luhur telah mencapai Kemerdekaannya yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BRIGEZ INDONESIA BAB I LAMBANG, IKRAR,TEKAD, SEMBOYAN SALAM PERJUANGAN DAN LAGU PERJUANGAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BRIGEZ INDONESIA BAB I LAMBANG, IKRAR,TEKAD, SEMBOYAN SALAM PERJUANGAN DAN LAGU PERJUANGAN. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BRIGEZ INDONESIA BAB I LAMBANG, IKRAR,TEKAD, SEMBOYAN SALAM PERJUANGAN DAN LAGU PERJUANGAN Pasal 1 Lambang Organisasi BRIGEZ INDONESIA ialah lambang Power dan tulisan BRIGEZ Warna

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) Peningkatan. dan Pemantapan Solidaritas Mahasiswa Kesehatan Indonesia ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota JMKI adalah lembaga eksekutif

Lebih terperinci

Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut. I. Identitas Diri 1. Nama : Usia :...Thn 3. Alamat :...

Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut. I. Identitas Diri 1. Nama : Usia :...Thn 3. Alamat :... Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut I. Identitas Diri 1. Nama :... 2. Usia :...Thn 3. Alamat :...... 4. Agama : a. Islam d. Hindu b. Kristen katholik e. Budha c. Kristen Protestan f. Kong

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia disingkat IAKMI yang dalam bahasa Inggris disebut Indonesia Public Health

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH. BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH. BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret. ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad adalah tanggal 14 Maret. Pasal 2 1. Lambang IMM sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar pasal 6 adalah sebagai

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang :

Lebih terperinci

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN DASAR halaman 1 dari 10 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN DASAR P E M B U K A A N

Lebih terperinci

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LIGA MAHASISWA NASDEM. BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN dan AFILIASI. Pasal 1

ANGGARAN DASAR LIGA MAHASISWA NASDEM. BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN dan AFILIASI. Pasal 1 ANGGARAN DASAR LIGA MAHASISWA NASDEM BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN dan AFILIASI Pasal 1 Organisasi massa mahasiswa ini bernama Liga Mahasiswa NasDem Pasal 2 Liga Mahasiswa Nasdem ini didirikan pada

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE 2012-2015 MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta semangat mewujudkan visi organisasi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Analis Kebijakan adalah seseorang yang memiliki kompetensi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PUTRA BANGSA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PUTRA BANGSA ANGGARAN RUMAH TANGGA PUTRA BANGSA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi anggota Putra Bangsa adalah : 1. WNI 2. Berusia minimal 17th 3. Bersedia mematuhi AD / ART dan Ketentuan Organisasi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret. Pasal 2 Lambang IMM sebagaimana tersebut dalam Anggaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PARTAI PERINDO (PERSATUAN INDONESIA)

PARTAI PERINDO (PERSATUAN INDONESIA) I. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA 1.1. Anggaran Dasar ANGGARAN DASAR PARTAI PERINDO (PERSATUAN INDONESIA) MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Bahwa sesungguhnya kemerdekaan negara Republik

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Himpunan Gerakan Kewirausahaan Nasional Indonesia, yang kemudian disingkat

Lebih terperinci

KETETAPAN KONGRES IV PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR : 08/KONGRES/2015

KETETAPAN KONGRES IV PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR : 08/KONGRES/2015 MENIMBANG KETETAPAN KONGRES IV PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR : 08/KONGRES/2015 TENTANG PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA

Lebih terperinci

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha. ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PASCASARJANA FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADIMAH Sesungguhnya tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB

ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB BAB I NAMA, BENTUK, SIFAT, ASAS, VISI, MISI, WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA Organisasi ini bernama NINJA OWNERS CLUB, yang dapat disingkat dengan nama N O C. Pasal 2

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Ketua Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Institusi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat yang dimaksud

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn) 2016 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, BADAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Brawijaya yang disingkat

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI) MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI) Universitas Pattimura, Ambon 3 Desember 2015 Bertempat di hotel Swiss Bell ANGGARAN DASAR HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 ANGGARAN DASAR Halaman 1 dari 2 halaman 2 IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2017 PEMERINTAHAN. Pemilihan Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Serikat ini bernama Serikat Pekerja PT Indosat (Persero) Tbk disingkat SP Indosat. Pasal 2 Sifat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) 2015 ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD/ART ) PERSATUAN AHLI GIZI

Lebih terperinci

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA Ketua Kwartir Nasional

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN ACEH, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya cita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis,

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN PEMBUKAAN Program Pamsimas telah membangun prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di desa/ kelurahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR PERSATUAN GURU MADRASAH INDONESIA (PGMI) Bahwa sesungguhnya Islam adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN MAHASISWA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR IKA UNPAR PEMBUKAAN Bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera,

Lebih terperinci