BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah
|
|
- Doddy Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya (Surbakti 2010, h. 150). Secara empirik, PDI Perjuangan sebagai partai yang berasas Pancasila, partai ini terbuka kepada semua elemen masyarakat yang ingin bergabung. Tidak ada pengecualian selama memenuhi ketentuan AD ART. PDI Perjuangan juga mengenal 3 metode rekrutmen, yaitu: rekrutmen terbuka, rekrutmen khusus dan rekrutmen berdasarkan rekomendasi. Rekrutmen terbuka dilakukan dengan metode mengajak orang-orang yang dianggap satu visi dengan PDI Perjuangan untuk bergabung. Metodenya antara lain dengan membuka stand penerimaan di ruang publik dan mengisi form pendaftaran sebagai anggota, khitanan massal, kawinan massal atau pintu ke pintu dengan membawa serta juru foto. Bagi yang memenuhi syarat langsung difoto dan dibuatkan KTA. Selain rekrutmen anggota yang dilakukan dengan inisiatif struktur PDI Perjuangan, ada juga calon anggota yang datang langsung ke sekretariat untuk mendaftarkan diri menjadi anggota. Setelah meregistrasi diri calon anggota diikutsertakan dalam program pendidikan kepartaian yang berisi
2 124 muatan mengenai ideologi partai, aturan-aturan partai dan lain sebagainya. Rekrutmen dengan metode ini sangat bergantung pada keaktifan seorang calon. Saat penelitian ini dilakukan, PDI Perjuangan tidak memiliki tools baku dalam rekrutmen menjadi anggota partai. Dalam wawancara dengan Idham Samawi selaku Ketua Bidang Keanggotaan, Rekrutmen dan Kaderisasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan menyebutkan anggota PDI Perjuangan terbagi dalam 4 (empat) tipe: a. Soekarnois b. Citra Wong Cilik (Marhaen); c. Nasionalis; dan d. Kelompok pencari kekuasaan semata (Penunggang). Terungkap pula bahwa iuran anggota tidak berjalan di PDI Perjuangan. Meski demikian, keorganisasian PDI Perjuangan memperoleh pembiayaan yang bersumber dari sumbangan anggota dan subsidi negara. Bagi PDI Perjuangan, saat seseorang berkenan menjadi anggota PDI Perjuangan hal ini sudah patut diapresiasi. Oleh karena itu, iuran anggota tidak kaku diterapkan di PDI Perjuangan dengan alasan tidak ingin membebani anggota. Sedangkan dalam rekrutmen struktural PDI Perjuangan memiliki mekanisme rigid dengan memperhitungkan lamanya masa aktif di tingkat tertentu dan rekam jejak kaderisasi yang telah diikuti. Namun mengenai struktural tersebut PDI Perjuangan juga menyimpan sejumlah potensi konflik. Menjelang pemilihan umum, terjadi beberapa kasus pemecatan struktural PDI Perjuangan. Hal ini disebabkan benturan kepentingan dalam penentuan calon kepala daerah atau calon anggota legislatif. Di sisi lain struktural partai juga dianggap tidak mampu menjalankan roda organisasi, sehingga terjadi pemecatan di beberapa wilayah.
3 125 Penelitian ini menemukan rekrutmen anggota PDI Perjuangan menyimpan kelemahan. Pertama, mengandalkan basis massa konvensional. Kedua, belum memiliki format baku. Hal ini karena rekrutmen terbuka lebih mengandalkan kehendak bebas seseorang untuk melibatkan diri pada sebuah partai. Seiring dengan buruknya kepercayaan publik pada partai politik, metode rekrutmen ini mulai sulit diharapkan. Rekrutmen khusus, cenderung mengandalkan keaktifan struktural partai mengidentifikasi potensi masyarakat yang mungkin diajak menjadi anggota partai. Jika struktural partai gagal mengidentifikasi, kemungkinan mendapatkan calon kader potensial menjadi berkurang. Proses ini juga sangat mengandalkan pendekatan personal. Metode ini memiliki kelemahan yakni berpeluang terjadinya transaksi antara struktural partai dengan seseorang yang bisa jadi memiliki kepentingan pribadi yang sifatnya pragmatis. Politik transaksional dengan memanfaatkan popularitas dan materi seseorang sangat mungkin terjadi. Kaderisasi didefinisikan Sigit Pamungkas sebagai proses pelatihan dan pembekalan terhadap elit politik yang prospektif untuk mengisi jabatan-jabatan politik (Pamungkas 2011, h. 17). Hal senada berkembang di PDI Perjuangan. Proses ini dilakukan melalui program pendidikan kader pendidik. Terungkap bahwa pendidikan kader pendidik didesain untuk membekali kader PDI Perjuangan dalam membedah persoalan yang dihadapi bangsa dan pilihan kebijakan strategis yang sesuai dengan visi misi partai tersebut. Secara normatif PDI Perjuangan memiliki desain kaderisasi dan sistem penjenjangan kader. Akan tetapi secara empirik, diakui bahwa kaderisasi tersebut tidak berjalan. PDI Perjuangan berupaya memperbaiki kaderisasi melalui
4 126 pembentukan Sekolah Partai. Latar belakang lahirnya Sekolah Partai disebabkan adanya 3 tantangan yang dihadapi PDI Perjuangan. Pertama, tantangan untuk hadir secara nyata di masyarakat. Tidak hanya saat pemilihan umum berlangsung. Kedua, tantangan untuk meningkatkan kualitas kader partai khususnya dalam menjaga kualitas pejabat publik. Ketiga, mendokumentasikan pengetahuan yang bersumber dari proses kepartaian sehingga partai bisa menjadi pusat pembelajaran. Diakui bahwa pembentukan Sekolah Partai tidak mudah. Oleh karena itu, PDI Perjuangan memulai dengan penyelenggaraan Pendidikan Kader Pendidik. Secara normatif, penjenjangan kader di PDIP terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu : Kader Pratama, Kader Madya dan Kader Utama (Ketetapan PDI Perjuangan 2010, h. 34). Secara empirik, penjenjangan kader ini belum terlaksana dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh AAGN Ari Dwipayana berikut ini : PDI Perjuangan mengembangkan jenjang kader pratama, madya dan utama. Implementasinya belum jalan. Demikian pula dengan Sekolah Partai kemarin, partai belum jelas apakah itu untuk kader pratama atau madya (AAGN Ari Dwipayana). Penulis juga melihat soal penjenjang kader belum diterapkan secara konsisten. Dalam konteks pencalonan legislatif misalnya, penjenjangan kader belum menjadi bagian utama yang terintegrasi dengan baik dalam seleksi kriteria. Penurunan perolehan suara partai membuat PDI Perjuangan melakukan refleksi internal dan berusaha kembali pada visi perjuangannya. Sebagai sebuah partai yang memiliki basis massa yang cukup loyal, PDI Perjuangan ingin membuktikan
5 127 pada masyarakat pada umumnya dan pada basis PDI Perjuangan pada khususnya bahwa kadernya mampu menerjemahkan ideologi tersebut. Dengan konsep memadukan tradisi keilmuan dan tradisi kepartaian, terlihat bahwa dalam proses kandidasi legislatif 2014, PDI Perjuangan berada pada titik membawa kembali kesadaran ideologis melalui upaya-upaya internalisasi ideologi dan visi misi partai dalam proses kandidasi legislatif. Sedangkan dalam proses pengisian jabatan publik anggota legislatif DPR RI periode , PDI Perjuangan telah memiliki mekanisme untuk menentukan siapa yang layak dicalonkan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Partai Nomor 061 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penjaringan, Penyaringan, Penetapan dan Pendaftaran Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, Dan DPRD Kabupaten/Kota Pada Pemilihan Umum Tahun Sebagaimana Pippa Noris yang menyebutkan rekrutmen terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yakni : Pertama, siapa yang layak?. Kedua, siapa yang melakukan seleksi?. Ketiga, siapa yang layak dicalonkan?. PDI Perjuangan juga melakukan ketiga tahapan tersebut. Untuk menentukan siapa yang layak, identifikasi dilakukan melalui penjaringan, penyaringan, penugasan, hingga penetapan bakal calon anggota DPR RI. Seleksi calon anggota DPR RI dilakukan oleh DPP PDI Perjuangan mulai dari proses penjaringan, penyaringan bakal calon, menyusun hingga menetapkan daftar calon sementara (DCS) DPR RI. Sedangkan mengenai siapa yang layak dicalonkan, PDI Perjuangan menentukan berdasarkan penilaian atas hasil seleksi dengan mempertimbangkan Lima Mantap Partai, yakni : Mantap Ideologi, Mantap Organisasi, Mantap Kader, Mantap Program dan Mantap Sumber Daya.
6 128 PDI Perjuangan juga mengatur secara khusus batasan dalam pencalonan menjadi anggota legislatif. Khususnya bagi anggota DPR RI yang telah menduduki jabatannya selama 3 (tiga) kali berturut-turut, hanya dapat dicalonkan sebagai anggota DPR RI setelah mendapatkan persetujuan dari Ketua Umum DPP Partai. Dalam penelitian ini ditemukan, ada anggota partai yang telah menjabat sebagai anggota legislatif dalam 5 (lima) periode. Pragmatisme mencalonkan sosok magnet elektoral membuat PDI Perjuangan kembali mencalonkan anggota DPR RI periode sebelumnya. Hal ini mempengaruhi penjenjangan kader karena hanya memberi kesempatan bagi segelintir orang dan menutup ruang bagi anggota partai lainnya untuk menguji kemampuan. Meski demikian, PDI Perjuangan juga masih sangat sentralistik dalam menentukan kandidat dalam pemilihan umum. Pada pemilihan umum legislatif 2009 PDI Perjuangan belum menggunakan mekanisme objektif menilai kemampuan seseorang. Namun dalam mempersiapkan calon anggota legislatif pada pemilihan umum 2014, PDI Perjuangan menerapkan aturan dan mekanisme yang berbeda. Dalam pelaksanaannya, bakal calon legislatif harus lulus psikotest, lulus penugasan partai, memiliki rekam jejak pengabdian di partai dan masyarakat, lulus skoring dan lulus test narkoba serta psikotropika. Semula penerapan mekanisme psikotest ini mendapatkan penolakan di internal PDI Perjuangan. Bagi orang-orang yang telah mapan, proses ini dianggap mengganggu kenyamanan. Di sisi lain, masih ada rasa tidak percaya diri di internal atas kaderisasi yang dilakukan. Hal ini terlihat saat PDI Perjuangan membuka pendaftaran calon bagi eksternal dengan argumentasi untuk meraup suara di daerah yang sebelumnya pada pemilihan umum 2009 belum
7 129 dimenangkan PDI Perjuangan atau daerah pemilihan baru seperti tertuang dalam pasal 24 (dua puluh empat) Peraturan Partai Nomor 061 Tahun Jika merujuk pada alur pikir yang penulis uraikan di Bab I, realitasnya rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif di PDI Perjuangan tidak terhubung. Ketidaksambungan antara rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif ini disebabkan penyusunan daftar calon anggota legislatif tidak konsisten mengacu pada proses penjenjangan kader dan kaderisasi yang coba dilakukan. Hal ini terbukti dengan adanya ruang bagi calon anggota legislatif yang berasal dari eksternal. Porsi 20 (dua puluh) persen calon anggota legislatif eksternal tentu bukan jumlah yang sedikit. Quota 20 (dua puluh) persen calon anggota legislatif eksternal telah menciderai proses panjang yang ditempuh anggota partai. Pemberian ruang bagi calon anggota legislatif eksternal juga menunjukkan bahwa PDI Perjuangan belum percaya diri dengan proses perbaikan kaderisasi yang dilakukan. Mirisnya, PDI Perjuangan juga seperti belum percaya diri dengan kader internal yang telah bersusah payah membangun wajah partai di masyarakat. Pengelolaan keanggotaan di PDI Perjuangan berbeda dengan alur pikir yang penulis bayangkan sebagaimana tertulis dalam bab pertama. Perbedaan tersebut terlihat jelas, secara empirik PDI Perjuangan tidak mengintegrasikan secara konsisten penjenjangan kader dan kaderisasi dalam pencalonan anggota legislatif DPR RI Pragmatisme meraup suara, memenuhi quota keterwakilan perempuan dan mengakomodir kepentingan segelintir elit partai untuk masuk ke DPR RI membuat PDI Perjuangan melanggar mekanisme yang telah disusun sendiri. Proses rekrutmen dan kaderisasi coba diperbaiki namun belum terintegrasi dengan proses kandidasi
8 130 anggota legislatif DPR RI Tampak dalam gambar 5.1 adanya jarak yang memisahkan proses rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif DPR RI pada PDI Perjuangan. Gambar 5.1. Pengelolaan Keanggotaan Yang Terjadi di PDI Perjuangan Dengan proses instan masuknya sejumlah nama popular dan dekat dengan elit PDI Perjuangan, penyusunan daftar calon anggota legislatif DPR RI telah mengabaikan kaderisasi yang telah berusaha dilakukan sejak Dengan proses instan yang terjadi, hubungan koordinasi, komitmen dan tanggung jawab anggota legislatif eksternal yang terpilih juga akan cenderung instan. Jika sebelumnya PDI Perjuangan berasumsi bahwa upaya perbaikan internal melalui upaya kembali ke jalan ideologis dengan hadir nyata di masyarakat maka hal ini menjadi anti-klimaks. Hal ini disebabkan kader yang terpilih menjadi anggota legislatif bukanlah kader partai yang telah berproses bersama dari level bawah. Akan tetapi seseorang yang masuk dengan jalan pintas (shortcut) serta mengabaikan proses membership dan kaderisasi di internal PDI Perjuangan. Ketidaksambungan pada proses rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif pemilihan umum 2014 akan berimplikasi pada pelembagaan PDI Perjuangan.
9 131 Pelembagaan tersebut menjadi tidak terbangun karena pragmatisme meraih kemenangan pada pemilihan umum. Voluntarisme menjadi luntur karena jalan pintas (shortcut) yang terjadi. Proses panjang membangun wajah partai di masyarakat yang dipilih dengan menghadirkan diri secara nyata di masyarakat melalui proses mempertemukan tradisi keilmuan dan tradisi kepartaian menjadi tidak sebangun. Para anggota dan anggota kader yang berkeringat membangun kerja nyata terabaikan dengan masuknya tokoh-tokoh magnet elektoral yang direkrut menjelang pemilihan umum. Dengan popularitas, basis massa atau representasi perempuan, nama-nama yang masuk dalam DCS tentu ada kader-kader sesungguhnya yang tersisihkan. Semestinya, PDI Perjuangan memberikan ruang terbaiknya bagi anggota kader yang telah bekerja keras menjaga kantung-kantung suara di masyarakat. Apabila setiap menjelang pemilihan umum terjadi penyisihan seperti ini, akan terjadi penurunan voluntarisme atau semangat mengidentifikasi diri sebagai bagian dari PDI Perjuangan. PDI Perjuangan akan menjadi ruang duduk sementara bagi sebagian orang yang ingin berkuasa dan tidak lagi menjadi ruang kepemilikan bagi anggota yang selama ini militan menghidupi PDI Perjuangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa PDI Perjuangan telah berupaya membawa kembali ideologisasi dalam proses kandidasi anggota legislatif. Sebuah langkah konkrit yang layak diapresiasi meski masih memiliki serangkaian catatan bagi perbaikan proses kandidasi tersebut. Langkah perbaikan kelembagaan PDI Perjuangan telah dilakukan dan menjanjikan sebuah perubahan yang layak diapresiasi. Upaya ini menjadi titik balik PDI Perjuangan menata kembali rekrutmen, kaderisasi hingga kandidasi berbasis ideologi. Jika konsisten dilakukan tentu akan menjadi
10 132 modal menyongsong pemilu Hal ini akan membantu PDI Perjuangan untuk mengembalikan kejayaan telah sempat surut. Sebagaimana 5 (lima) nilai penting rekrutmen anggota yang disebutkan Susan Scarrow (Scarrow 2005, h ). Pada PDI Perjuangan anggota juga merupakan basis legitimasi partai. Anggota juga menjadi penghubung partai dengan masyarakat khususnya mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan PDI Perjuangan. Dalam konteks pembiayaan PDI Perjuangan, anggota juga menjadi sumber pembiayaan dalam setiap agenda partai. Demikian pula dalam setiap agenda berkala dan sehari-hari, anggota partai juga menjadi tenaga sukarela yang bertugas mengelola organisasi kepartaian. Sedangkan dalam proses pengisian jabatan publik, anggota menjadi sumber daya berpengalaman yang dapat dicalonkan dalam kompetisi kekuasaan antar partai. Ibarat bandul, transformasi partai tengah berlangsung. Semoga kondisi partai yang kesulitan memperoleh kepercayaan publik segera terkoreksi dengan bergulirnya upaya perbaikan kaderisasi partai. Agar perbaikan ini tak terhenti pasca pemilihan umum 2014, Misalnya strategi canvassing membangun hubungan dan menjaring aspirasi dengan konstituen. Jika hal ini konsisten dilakukan, menjelang pemilihan umum 2019 PDI Perjuangan tidak perlu lagi menyediakan quota 20 (dua puluh) persen bagi calon anggota legislatif dari eksternal partai karena telah tersedia kader yang siap berkompetisi memenangkan pemilihan umum. Oleh karena itu, PDI Perjuangan perlu terus mengembangkan konten kaderisasi, menyusun tools untuk menerjemahkan ideologi dan visi misi partai, dan melembagakan proses kaderisasi yang telah digagas secara konsisten dan berkesinambungan.
BAB I PENDAHULUAN. diantaranya: Pertama, partai yang belum mengakar. Kedua, kegagalan meyakinkan
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di Indonesia mengalami fluktuasi dalam perolehan suara dalam pemilihan umum. Penurunan jumlah pemilih suatu partai bisa disebabkan banyak hal. diantaranya:
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian studi kasus yang di lakukan di DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ditemukan bahwa model
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu
Lebih terperinciPANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK
PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi
66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Fungsi rekruitmen politik ini menjadi fungsi eksklusif partai politik dan tidak
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, upaya membangun demokrasi yang berkeadilan dan berkesetaraan bukan masalah sederhana. Esensi demokrasi adalah membangun sistem
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data
88 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data mengenai pola kaderisasi partai politik (studi kasus di DPD PDIP Jawa Barat). Secara keseluruhan,
Lebih terperinciBAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang
BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan
Lebih terperinciAnggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1
BAB I Pasal 1 ATRIBUT 1. PAKAR INDONESIA mempunyai atribut yang terdiri Lambang, Bendera, Panji, Gordon, Hymne, dan Mars Partai; 2. Ketentuan lebih lanjut tentang Panji, Gordon, Hymne, Mars dan penggunaan
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan
Lebih terperinciPANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK
PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang
Lebih terperinci2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba
No.1892, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Bawaslu Provinsi. Bawaslu Kab/Kota. Panwaslu Kecamatan. Panwaslu Kelurahan/Desa. Panwaslu LN. Pengawas TPS. Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH
77 BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH SIYA>SAH A. Analisis Mekanisme Rekrutmen Bakal Calon
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan konsep sumber daya, maka peneliti dapat mendeskripsikan kesimpulan sebagai berikut : sumber daya yang menjadi faktor kekalahan dari caleg perempuan adalah informasi
Lebih terperinciSelanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.
FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DPR RI MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Hj.
Lebih terperinciH. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN PADA MASA RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2015-2016 DAERAH PEMILIHAN JAWA TIMUR V ----------- H. TOTOK DARYANTO, SE A-489
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORITIS. A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi. manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses
II. KERANGKA TEORITIS A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi Pengertian kader adalah: Sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada dalam bingkai interaksi politik dalam wujud organisasi negara. Hubungan negara dan rakyat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN
BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, BADAN PEMILIHAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciPEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keinginan dan tuntutan adanya pemilihan langsung sebenarnya diilhami praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek politik
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Kesimpulan umum BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulanbahwa partai politik masih kekurangan kader partai yang berkualitas, karena pemahaman elite partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sumber daya manusia (man), sumber daya pembiayaan (money), sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang perlu dicapai melalui pelaksanaan kebijakan dan kegiatan organisasi secara terpola, terpadu
Lebih terperinci2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciDUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK
DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK Pemkot Magelang memberikan bantuan keuangan kepada sembilan partai politik tahun 2016, senilai total Rp560.702.300. Namun yang dapat dicairkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebijakan affirmative action merupakan kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan tindakan diskriminasi yang telah terjadi sejak lama melalui tindakan aktif
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU
ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin
Lebih terperinciADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU
ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
DAFTAR ISI Persembahan.................................... i Abstrak.................................... ii Ringkasan Eksekutif.................................... iii Lembar Pengesahan........................................
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
BAB V Kesimpulan Pembahasan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana Strategi Marketing Politik Partai Amanat Nasional Kabupaten Banjarnegara dalam memenangkan pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eksekutif.Dengan diaturnya partai politik sebagai satu-satunya tempat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan salah satu wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat.partai politik merupakan tempat untuk memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan jabatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom
No.1190, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Anggota. Seleksi dan Penetapan. Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12). PERATURAN KOMISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007
Lebih terperincimelaksanakan sejumlah peranan dalam sistem-sistem politik pada
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Rekrutmen Politik 1. Pengertian Rekrutmen Politik Kajian mengenai rekrutmen politik merupakan suatu studi yang luas dan banyak faktor yang mempengaruhi proses
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab V, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Berdasarkan berbagai upaya analisis yang telah peneliti paparkan pada Bab V, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pencalonan M.Shadiq
Lebih terperinciBAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan
BAB 7 PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dalam bab ini, saya akan akan mengambarkan ikhtisar temuan-temuan dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan ini dari sudut metodologi
Lebih terperinciPemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan
Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinciKONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK OLEH DRS. SYAMSUDDIN, M.Si DIREKTORAT POLITIK DALAM NEGERI DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM 1 UU NO
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. cendrung lebih longgar. Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Rekrutmen politik dalam tubuh partai disadari memiliki peranan penting dalam nentukan kualitas organisasi kepartaian, dan pada dasarnya rekrutmen politik yang dijalankan oleh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 5 TAHUN 2009 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 83 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN.
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008 atas Pengujian Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Lebih terperinciVisi & Misi Kepemimpinan Nasional dalam Pembangunan
Visi & Misi Kepemimpinan Nasional dalam Pembangunan 2015-2019 Rancangan Teknokratik RPJ 2015-2019, Bappenas Oleh Partai Kebangkitan Bangsa Mukaddimah Kepemimpinan nasional menjadi salah satu faktor strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin
Lebih terperinciPEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan
PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) yang terjadwal dan berkala. Amandemen UUD 1945 yakni Pasal 1 ayat (2), menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem politik Indonesia apalagi dalam proses pelaksanaan demokrasi khususnya demokrasi perwakilan. Partai
Lebih terperinciPARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA)
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA) Oleh : Sandy Brian Randang ABSTRAKSI Partisipasi politik merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pembahasan dalam bab sebelumnya (Bab IV) telah diuraikan beberapa ketentuan pokok dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD 2009 dan 2014
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi partai dalam rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi dalam mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah satu fungsi partai
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30%
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Data serta argumentasi yang dibangun dalam penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini
Lebih terperinciDibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta
Lebih terperinciMENDENGARKAN HATI NURANI
Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah : 1. Warga Negara Indonesia.
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK http://www.rumahpemilu.com/ Saat ini, administrasi atas bantuan keuangan kepada partai politik (parpol) belum tertib. Banyak parpol
Lebih terperinci