BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baru ada 33 dokter umum untuk 100 ribu penduduk (Tempo.co, 2013).
|
|
- Liana Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi dokter merupakan salah satu profesi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan jumlah dokter umum di Indonesia masih belum sesuai dengan ketentuan rasio dari World Health Organization (WHO). Berdasarkan WHO seharusnya ada 40 dokter umum di setiap 100 ribu penduduk, tetapi saat ini di Indonesia baru ada 33 dokter umum untuk 100 ribu penduduk (Tempo.co, 2013). Ketidakmerataan dan kurangnya jumlah dokter di Indonesia menjadi salah satu alasan diadakannya Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) sejak tahun PIDI adalah program pelatihan keprofesian pra registrasi yang bertujuan meningkatkan keprofesian dan kemandirian dokter muda (coass) yang telah dilantik menjadi dokter umum secara resmi. Pada PIDI, para dokter disebar ke berbagai daerah di 32 provinsi di Indonesia untuk mengabdi kepada masyarakat. PIDI juga merupakan sarana untuk penyetaraan berstandar pendidikan dokter Indonesia sesuai acuan World Federation Medical Association. Para dokter diwajibkan mengikuti PIDI untuk mendapatkan Surat Izin Praktik (Depkes, 2014). Ketika menjalani program internsip para dokter harus beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan bagi para dokter karena tidak hanya proses adaptasi dengan lingkungan, tetapi juga tanggung jawab mereka yang semakin besar setelah dilantik sebagai dokter. 1
2 2 Sen dkk. (2010) melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada gejala depresi pada dokter selama masa internsip. Dalam penelitian tersebut terdapat peningkatan dari 3,9% menjadi 27,1%, 23,3%, 25,7%, dan 26,6% partisipan yang mengalami depresi mayor pada masing-masing bulan ke-3, 6, 9, dan 12 masa internsip. Hal ini disebabkan oleh jam kerja yang besar dan medical errors yang terjadi. Penelitian lain juga mengungkap bahwa internsip berperan besar dalam peningkatan depresi dan kecemasan pada dokter pada 3 bulan pertama dan kosisten hingga akhir masa internsip (Chen, Lin, Li, Huang, & Lin, 2015). Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI), Dr. Abdul Halik Malik mengatakan bahwa setiap tahunnya ada 7000 dokter baru yang harus mengikuti program internsip, tetapi secara mental mereka belum siap untuk ditugaskan, terutama di daerah terpencil (detik.com, 2015). Berdasarkan wawancara dengan beberapa dokter, mereka mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan peran yang baru. Subjek A yang menjalankan internsip di Maluku mengaku bahwa beban kerja seorang dokter semasa internsip sangat berat jika dibandingkan semasa menjadi coass pada saat rotasi klinik. Kalo berat emang berat sih. Apalagi kalo dibanding jaman koas, soalnya segala tindakan ke pasien sekarang udah bener- bener tanggung jawab kita gitu. Tapi ya namanya udah kerja beda sama masa pendidikan kan ya. Working hours lebih cape emang, terutama pas lagi jaga IGD kalo di tempatku sih. Tiap hari masuk jam 8 sampe jam 2 siang. Terus di luar itu tergantung dapet giliran jaganya kapan. Seminggu 2 kali jaga, shift jaga siang 7 jam kalo jaga malem 11 jam. Eh tapi pas jaga koas tuh lebih sering, cuman gimana ya, karena tanggung jawabnya ga besar jadi kerasa lebih berat pas internsip aja. Soalnya kalo koas kalo salah-salah selalu ada dokternya kan ya, terus yang tanda tangan di rekam medis tuh selalu dokter atasannya jadi kayak ga terlalu mikir kenapa-kenapa kalo salah. Kalo di internsip ya harus tanggung jawab sama setiap tindakan kita.
3 3 Wawancara lainnya dengan subjek B yang sedang internsip di Jawa Barat terungkap bahwa subjek mengalami kendala di lingkungan internship yang baru hingga mengalami insomnia dan kelelahan. Aku disini alumni UGM sendiri, jadi agak takut sebenernya. Karena pindah dari jawa tengah ke jawa barat kan, jadi takut beda ilmunya, karena sebagian besar dokter internsipnya dari jawa barat semua pasti kurikulumnya ngacu ke Unpad. Terus kendala bahasa, dari yang terbiasa dengan bahasa jawa, terus sekarang bahasa sunda Ada plus minusnya sih, kita jadi dihargain tapi juga jadi tempat bergantung Kita bisa jadi tempat konsul buat perawat-perawat kalo ada kasus yg misalnya agak bingungin buat mereka. Awalnya pasti masih nervous kalo dijadiin tempat konsul gitu, tp yaa mau ga mau kali yah mil. Kan harusnya emang udah kompetensi kita, mgkn emg awal2 belom pede Hmmm kebetulan nih mila, aku sama sekali ga pernah ada gangguan tidur mau dimanapun hehe tapi semenjak internsip ini jadi ada gangguan tidur. Aku jadi late insomnia gitu. Kebangun jam 2 atau 3 gitu terus susah tidur lagi, entah panik atau apa kali yah. Skrg aku ngontrak Cuma berdua, kadang jd sendirian pas temenku jaga. Jd ngerasa insecure aja, trus tiap pagi harus nyiapin sarapan sendiri, disini ga semudah di jogja hehe, dan hrs brgkt stgh jam sebelum apel puskes nunggu angkot lama bgt. Kalo di jogja kan bangun jam brp aja bs mepet2. Aku di puskesmas ga ada jaga, tapi itu aja ngerasanya jadi capek padahal cuma jam 7 sampe jam 2 doang, karena kurang tidur juga kali ya. Komponen yang dimiliki oleh seorang dokter, seperti dedikasi, komitmen, kompetisi, dan sifat altruisme berperan dalam stres yang dialami dokter (Canadian Medical Association, 1998). Seorang dokter juga harus dihadapkan pada berbagai stressor seperti pekerjaan yang sangat banyak, jam kerja yang berlebihan, kekurangan tidur, paparan situasi emosional yang berulang-ulang, dan berhadapan dengan berbagai karakteristik pasien (Kakunje, 2011). Dokter memiliki beberapa karakteristik, di antaranya perfeksionis karena dalam profesi dokter kesalahan tidak dapat ditoleransi, kompulsif dimana dokter tidak dapat berhenti sampai pekerjaannya selesai, selalu mementingkan pasien di atas kepentingannya sendiri, dan tidak mentoleransi adanya kelemahan (Adshead dalam Wessely & Gerada, 2013). Beberapa karakteristik tersebut
4 4 mendukung dokter dalam memberikan pelayanan yang maksimal untuk pasien, tetapi juga dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mentalnya. Selain jam kerja yang melelahkan dan kecemasan akibat tanggung jawab yang semakin besar, dokter juga dihadapkan pada situasi emosional seperti ketika pasien yang sedang ditangani meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan Firth-Cozens (1987) bahwa dokter dalam masa internsip memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dan lebih kecil kemungkinannya untuk menyalahkan penyebab-penyebab di luar dirinya apabila sesuatu berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Subjek C yang sedang internsip di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami hal tersebut. Iyaa memang besar sih tanggung jawab dan tekanannya. Aku pernah nyesel dan bersalah banget waktu pasienku gak tertolong, sampe nangis, sedih banget sih soalnya kayak itu kan tanggung jawab kita Yaa soalnya mungkin aku ngerasa belum maksimal aja kali ya effortnya, yaa gatau sih suka kepikiran aja gitu haha Hmm yaa itu sih dukanya kadang kepikiran sama keadaan pasien kita dan kadang suka ga terima aja kalo sampe ga ketolong jadi ya lumayan beban sih. Perasaan bersalah, sedih, dan cemas yang dialami oleh dokter, dari hasil wawancara yang dilakukan, merupakan penilaian subjektif seseorang mengenai pengalaman hidupnya atau disebut juga sebagai subjective well-being yang terdiri dari penilaian afeksi dan kognisi (Diener, 1984). Penilaian afeksi meliputi afek positif dan afek negatif, sedangkan penilaian kognisi meliputi evaluasi seseorang mengenai kualitas hidupnya secara keseluruhan. Adaptasi terhadap perubahan hidup, baik itu perubahan peran atau keadaan lingkungan yang berubah dapat mempengaruhi subjective well-being, terutama terhadap evaluasi kognitif (Luhmann dkk, 2012). Subjective well-being seorang dokter menjadi sangat krusial dalam iklim pelayanan kesehatan dan menjadi perhatian khusus selama beberapa tahun ini (Shannon, 2013). Hal ini dikarenakan subjective well-being dokter dapat
5 5 mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada pasien. Dokter yang tidak bahagia, lelah, ataupun cemas tidak menghasilkan pelayanan yang berkualitas (Firth-Cozens dalam Firth-Cozens, 2003). Selain itu, dokter yang stress melakukan lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan dokter yang memiliki well-being yang tinggi (Jones dkk dalam Firth-Cozens, 2003). Well-being yang rendah pada dokter juga dapat berakibat pada penurunan konsentrasi, empati, dan profesionalisme, sehingga berujung pada medical error dan ketidakpuasan pada pasien (Casalino & Crosson, 2015). Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi subjective well-being seorang individu, di antaranya strategi coping, kepribadian, dan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, dan lain-lain (Diener, 1986). Namun demikian, dari hasil wawancara ditemukan bahwa segala tekanan yang dialami oleh dokter diakibatkan oleh perenungan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lalu, maupun kejadian di masa depan yang belum terjadi. Seperti subjek B yang takut akan tantangan yang ada dalam internsip seperti ilmu dan budaya yang berbeda di daerahnya yang baru dan munculnya rasa takut, lelah, dan panik di lingkungan tempat tinggal yang baru. Selain itu, subjek C juga merenungkan kejadian ketika pasien yang ditanganinya tidak dapat tertolong, sehingga timbul rasa sedih. Hal ini dapat menyebabkan seseorang tidak menikmati pengalaman pada masa sekarang karena terlalu memikirkan masa depan yang menyebabkan ketakutan ataupun kekhawatiran dan masa lalu yang menyebabkan perasaan bersalah ataupun kesedihan. Orang yang memiliki subjective well-being yang tinggi lebih berfokus pada masa sekarang, dibandingkan dengan masa lampau ataupun masa depan (Baumeister, Vohs, Aaker, & Garbinsky, 2012). Kebahagiaan tidak bisa didapatkan melalui kontemplasi dengan masa depan maupun masa lalu. Dalam penelitiannya terhadap 397 orang dewasa mengenai kebahagiaan, Baumeister dkk
6 6 (2012) menemukan bahwa semakin berfokus pada masa sekarang, semakin bahagia seseorang, walaupun memiliki korelasi yang rendah. Berbeda dengan subjek B dan C, subjek A dapat lebih menerima sebuah pengalaman, sehingga tidak menyebabkan dirinya terbebani dalam menjalani pekerjaannya. Pernah mil, lama2 kalo jaga igd ya jd lumayan sering juga nanganin pasien ga tertolong akhirnya meninggal. Awal2 dpt kejadian kaya gt ya kepikiran dikit, jadi mikir harusnya pasien tadi sempet ga sih diginiin, atau kalo dikasih obat apa bakal jd tertolong ga sih, gitu2, tp ya kejadian kedua ketiga ya udah biasa. Paling kalo udah kayak gitu diem bentar tarik nafas dalem terus buang gt menenangkan diri.. Subjek A dapat dengan segera mengetahui dan menyadari adanya stressor dan dapat melihat suatu pengalaman sebagai sebuah kejadian hidup yang terus mengalir, sehingga ia dapat menerima sebuah pengalaman dengan bijaksana dan tidak terbawa oleh emosi negatif yang muncul dari stressor yang dihadapi. Hal yang dilakukan subjek A merupakan kapasitas pemusatan atensi yang dinamakan mindfulness. Mindfulness didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang memfokuskan pikiran dan raga pada pengalaman saat ini dengan meregulasi atensi terhadap perubahan pikiran, perasaan, dan sensasi dari waktu ke waktu (Bishop dkk, 2004). Konsep mindfulness mengarah pada peningkatan kemampuan dalam awareness dan attention yang merupakan bagian dari consciousness. Awareness dan attention yang tinggi terhadap sebuah pengalaman yang terjadi pada waktu saat ini membantu seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan dengan pikiran yang lebih terbuka karena mereka memiliki kontrol yang penuh terhadap perilaku dan emosinya, sehingga dapat mencegah afek negatif yang secara otomatis muncul ketika dihadapkan pada stressor. Menurut Epstein (1999) dokter diharuskan menerapkan mindful practice, yaitu
7 7 praktik yang didasarkan pada atensi dan kesadaran yang tinggi. Dokter diharuskan memiliki awareness yang tinggi, tidak hanya kesadaran terhadap segala sesuatu yang sedang terjadi di sekitarnya, tetapi juga kesadaran penuh terhadap pengalaman yang terjadi dalam diri. Peningkatan kesadaran ini dapat meningkatkan atensi seseorang terhadap kehadiran stress dan hubungan antara diri seseorang dengan sumber stress, sehingga mampu untuk menghadapinya dengan lebih baik (Epstein, 1999). Mindfulness menjadi hal yang krusial dalam iklim pelayanan kesehatan untuk meningkatkan well-being seorang dokter karena dokter terus-menerus dihadapkan pada situasi emosional dan penuh stressor, sehingga mengharuskan dirinya untuk selalu siaga dan tidak terganggu dengan emosi atau pengalaman negatif ketika sedang berhadapan dengan pasien. Berdasarkan penelitian Krasner dkk. (2009), yang menerapkan mindful practice pada dokter berupa mindful communication, menunjukkan bahwa tingkat mindfulness yang tinggi pada dokter berkorelasi negatif dengan gangguan mood, terutama penurunan ketegangan, depresi, dan kelelahan, serta berkorelasi negatif dengan kelelahan emosional akibat burnout. Menjadi seorang dokter ataupun profesi yang bertugas untuk menolong individu lainnya merupakan tugas yang melelahkan secara emosional. Kebutuhan diri sendiri menjadi prioritas terbelakang setelah keselamatan orang lain. Oleh karena itu, dokter diharuskan memiliki keterampilan tersebut guna mengatasi tekanan emosi dalam pekerjaan, sehingga tidak menurunkan tingkat well-being yang dapat mengganggu layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Mindfulness mengajarkan untuk menyadari momen saat ini dengan pikiran yang sadar dan hati yang penuh dengan keterbukaan. Ketika mindfulness diterapkan sampai kepada intinya, didapatkan dua hal yang esensial, yaitu kesadaran yang penuh
8 8 dan kapasitas untuk menerima dan menghargai sebuah pengalaman (Ameli, 2014). Dengan kesadaran penuh seseorang dapat menyaksikan setiap momen layaknya sesuatu yang terus mengalir, momen saat ini tidak terhubung dengan momen sebelumnya maupun sesudahnya. Berdasarkan berbagai penelitian mengenai mindfulness, baik itu melalui praktik meditasi maupun kuesioner self-report, diketahui bahwa mindfulness berdampak positif terhadap well-being seorang individu. Holzel (2011) menyebutkan bahwa kecenderungan untuk merespon masalah secara mindful dapat menurunkan aktivitas amigdala, sehingga ketika dihadapkan pada suatu permasalahan respon emosi negatif tidak berlebihan (Holzel, 2011). Aktivitas amigdala yang tinggi berasosiasi dengan borderline personality dan depresi. Mindfulness juga dapat menurunkan burnout dan meningkatkan kesejahteraan mental pada dokter, perawat, psikolog, dan pekerja sosial melalui intervensi mindfulness based stress reduction (MBSR) (Goodman & Schorling, 2012). Trait Mindfulness yang diungkap dengan Mindful Awareness Attention Scale juga berkorelasi positif terhadap subjective well-being, kepuasan hidup, afek positif dan optimisme, serta berkorelasi negatif dengan neuroticism (Brown & Ryan, 2003). Mindfulness bersifat inherent atau dapat diartikan bahwa setiap individu memiliki kapasitas untuk mindful dalam kehidupan sehari-harinya (Brown & Ryan, 2003). Namun demikian, di Indonesia penelitian mengenai mindfulness melalui kuesioner self-report untuk mengungkap trait mindfulness dalam diri seorang individu masih jarang dilakukan karena kebanyakan dari peneliti menggunakan metode eksperimen berupa meditasi dalam mengungkap pengaruh mindfulness terhadap wellbeing. Penelitian mengenai hubungan antara mindfulness dan subjective well-being juga belum pernah dilakukan (sejauh yang peneliti dapat temukan). Oleh karena itu,
9 9 pengembangan penelitian terkait hal tersebut masih harus terus dilakukan guna meningkatkan well-being dokter dan menciptakan lingkungan medis dan pelayanan terhadap pasien yang lebih baik dengan cara yang sederhana, yaitu dengan memiliki atensi dan kesadaran penuh dalam aktivitas sehari-hari. Kebutuhan yang besar untuk meningkatkan kesiapan mental para dokter internsip juga merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan topik ini. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah Apakah trait mindfulness memiliki hubungan yang positif dengan subjective well-being pada dokter yang sedang menjalani internsip? B. Tujuan Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara mindfulness dan subjective well-being dokter yang sedang menjalani internsip. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi positif, terutama terkait dengan subjective wellbeing dan mindfulness pada dokter internsip. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter, khususnya dokter yang sedang menjalani internsip. Dengan demikian, dokter dapat meningkatkan subjective well-being demi pelayanan yang lebih baik terhadap pasien. Selain bermanfaat bagi dokter, penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong instansi
10 10 kesehatan dan pemerintah untuk lebih mempersiapkan program internsip secara lebih matang dengan mengedepankan kesejahteraan dokter.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pernikahan, kehadiran seorang anak pada umumnya sangat didambadambakan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam pernikahan, kehadiran seorang anak pada umumnya sangat didambadambakan karena dipercaya mampu meningkatkan kualitas dalam sebuah keluarga, yang bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan stroke sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau)
BAB II A. PROFIL INFORMAN 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau) WE adalah mahasiswa perempuan asal Riau. WE menempuh pendidikannya di kota Yogyakarta sejak tahun 2013. WE memilih berkuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker tulang merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering dijumpai di Indonesia. Berbeda dengan kanker mulut rahim atau kanker payudara, informasi tentang gejala
Lebih terperinciLEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)
LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pada perkembangan jaman modern dengan globalisasi yang terus semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Alkitab, 2007). Setiap manusia memiliki keunikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa SD kelas IV hingga VI umumnya berada pada masa kanakkanak akhir yang berusia 6-12 tahun. Masa kanak-kanak akhir merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama manusia. Pada pasal 28 H UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama manusia. Pada pasal 28 H UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami fase perkembangan, dimulai dari fase bayi, fase anak, fase remaja, fase dewasa dan perubahan yang signifikan dalam tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (www.bppk.kemenkeu.go.id).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia (2005). Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi (kamus besar Bahasa Indonesia (2005). Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terjadi karena mulai maraknya junk food menjadi bagian dalam gaya hidup mereka.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini semakin banyak orang yang mengalami obesitas di Indonesia, hal ini terjadi karena mulai maraknya junk food menjadi bagian dalam gaya hidup mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinci1. Bagaimana kondisi lampu taman menurut pendapat anda? (Menunjuk satu bagian lampu taman yang tidak berfungsi).
LEMBAR WAWANCARA STUDI EVALUASI KUALITAS ELEMEN PENDUKUNG TAMAN PADA TAMAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA Hari/Tanggal/Bulan : Resi Hari Murti Adjie
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmhg selama beberapa minggu dan dalam jangka waktu yang lama (Sarafino,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia menginginkan apa yang disebut dengan kebahagiaan dan berusaha menghindari penderitaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Seligman, 2011: 27) berpendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh
Lebih terperinciLAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC
LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC 106 107 VERBATIM WAWANCARA HASIL WAWANCARA SUBJEK 2 (IC) Hari : Selasa Tanggal : 13 Oktober 2015 Jam : 09.00-12.00 Tempat : Ruang tamu Kostan responden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Infodatin (2015), kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Infodatin juga menyatakan bahwa pada tahun 2012, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dapat memilih untuk menjadi sejahtera atau wellbeing, akan tetapi subjective well-being itu sendiri belum tentu dapat diperoleh dengan mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah
BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Semua tatanan hidup termasuk budi pekerti dan perilaku dapat diperoleh melalui
Lebih terperinciLAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)
LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan suatu bagian dari seluruh proses pelayanan yang mempunyai peran sangat besar dalam rumah sakit. Tugas perawat secara umum adalah memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berasal dari kata bahasa inggis move yang artinya pindah. Moving diartikan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moving family merupakan realitas yang terjadi di masyarakat. Moving berasal dari kata bahasa inggis move yang artinya pindah. Moving diartikan dalam bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan ketidakseimbangan regulasi proliferasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah berstandar internasional dan menjadi contoh bagi sekolah dasar negeri lainnya, guru lebih
Lebih terperinciRumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?
Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa lulus dari mata kuliah tersebut. selalu menilai negatif, tidak mengikuti ujian, belum mengambil mata kuliah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2014 pasal 17 ayat 3b menyatakan bahwa mahasiswa yang mengambil program sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya oleh masyarakat maupun pemerintahan Indonesia. Indonesia mewajibkan anak-anak bangsanya untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).
BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). Seseorang mengalami kecemasan ketika mereka menjadi waspada terhadap keberadaan atau adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menempuh perguruan tinggi. Masa perguruan tinggi dengan masa SMA sangatlah berbeda, saat duduk dibangku perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 18.118.699 jiwa (BPS, 2010). Badan Pusat Statistik memprediksikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana individu dituntut untuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian baru yang bertujuan untuk menghadapi kehidupan di masa depan. Remaja yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Dikti tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia mengalami peningkatan, baik perguruan tinggi negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Monopoli ( ), Persaingan Terbatas ( ) dan Persaingan Bebas (2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri ritel BBM di Indonesia yang telah berubah dari Era Monopoli (1971-2005), Persaingan Terbatas (2005-2007) dan Persaingan Bebas (2008) telah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek
Lebih terperinciANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ
1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua:3 Ya, kalo aku sih ya diem aja dirumah soalnya dirumah juga kan ada ibu punya took jadi bisa bantu-bantu (D,P,Aktif, Jalan-jalan:5 Kalo traveling, mungkin naik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pelayanan jasa yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan di bidang kesehatan. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Dalam hal
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Kuantitatif 1. Karakteristik Responden Pengumpulan data kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner SRSSDL menggunakan kuesioner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini dapat terwujud dengan adanya partisipasi dan dukungan perangkat yang baik. Salah satu perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini, tentunya seseorang pasti pernah mengalami beberapa masalah. Sesuatu dirasakan atau dinilai sebagai suatu masalah ketika kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?
LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode adalah tata cara atau prosedur yang mempunyai langkahlangkah sistematis digunakan untuk mengetahui sesuatu (Setyorini & Wibhowo, 2008,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.
Lebih terperinciLampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)
131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Lebih terperinciGURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.
INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini
Lebih terperinci1. Kegiatan selama liburan
1. Kegiatan selama liburan Dari 21 responden Surabaya, ternyata paling banyak mengisi waktu liburan dengan menghabiskan waktu dirumah. 5 orang jalan-jalan, dan 4 orang organisasi. Bantu orang tua: 1 Jalan-jalan:
Lebih terperinciLAMPIRAN I UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS ALAT UKUR
LAMPIRAN I UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS ALAT UKUR L - 1 L - 2 HASIL UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS TINGKAT STRES Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan, salah satunya adalah agama. Setiap agama di Indonesia memiliki pemuka agama. Peranan pemuka agama dalam
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN 71
LAMPIRAN LAMPIRAN 71 Lampiran 1 72 Lampiran 2 Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI PARTISIPAN Judul Penelitian Nama Peneliti : Respon Kedukaan Pasien saat Terdiagnosa HIV
Lebih terperinciMungkin banyak yang berpikir, Ah kalo cuma kenalan doang, gue juga bisa.
Berikut ini adalah artikel yang tidak akan Anda lewatkan begitu saja. Anda ingin mencari tehnik yang praktis, ini adalah hari keberuntungan Anda. Saya akan membeberkan sedikit tentang teknik dan cara-cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.
Lebih terperinciSUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Ibnu Firmansyah, Erlina Listyanti Widuri Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan psycho_ibnu@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah Institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan Menurut data Kementerian Kesehatan, tren terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam beberapa tahun terakhir semakin tinggi, salah satunya dipicu oleh perilaku dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam spesialisasi dengan ruang lingkup yang sangat luas (Bittaye et
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan kedokteran mengharuskan mahasiswanya mempelajari berbagai macam spesialisasi dengan ruang lingkup yang sangat luas (Bittaye et al., 2012). Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik di tingkat perguruan tinggi yang akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pengembangan kemampuan ini khususnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi dalem ini telah dilakukan selama belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Kehidupan Keraton
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan
Lebih terperinci