PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana individu dituntut untuk memiliki
|
|
- Hadi Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian baru yang bertujuan untuk menghadapi kehidupan di masa depan. Remaja yang memiliki kelemahan atau menderita penyakit kronis akan menghadapi beberapa masalah spesifik yang akan muncul daripada yang dapat diatasi oleh remaja yang sehat. Kelainan darah merupakan salah satu masalah kesehatan pada remaja yang dapat menyebabkan beberapa kosekuensi, seperti anemia pada anak-anak dan remaja (WHO, 2003 dalam Pramita, 2008). Menurut Papalia (dalam Pramita, 2008), remaja sangat mempertimbangkan keadaan fisiknya. Remaja yang sehat dan berkembang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi orang dewasa yang sehat, bertanggung jawab, dan produktif. Sebaliknya, remaja yang memiliki kekurangan akan menghadapi berbagai permasalahan yang berdampak terhadap kemampuan mereka menghadapi kehidupan di masa depan. Seperti halnya dengan penyakit thalassemia mayor, dijelaskan bahwa remaja yang menderita thalassemia mayor memiliki berbagai permasalahan yang meliputi keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan, prestasi dalam pelajaran, efek psikologis dan perilaku (kurang perhatian dan mudah lelah), dan penurunan aktivitas fisik (Faith Foundation, 2005). 1
2 Thalassemia mayor adalah salah satu penyakit kelainan darah yang diturunkan dan merupakan penyakit kronis yang mengharuskan pasien menjalani transfusi darah seumur hidup sehingga dapat menimbulkan masalah bagi penderitanya (Soelaeman, 2010). Hingga saat ini tercatat pasien di Indonesia, sedangkan di Pusat Thalassemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sampai dengan akhir tahun 2008 terdaftar pasien penderita thalassemia (Yayasan Pusat Thalassemia Indonesia, 2010). Peningkatan jumlah penderita Thalassemia ini tentunya sangat memprihatinkan. Apalagi ditambah dengan kualitas hidup penderita Thalassemia yang rendah dibandingkan dengan individu normal lainnya karena penyakit Thalassemia itu sendiri memberikan efek negatif baik itu terhadap fungsi fisis yang menggambarkan aspek kesehatan maupun fungsi psikologis yang menggambarkan kondisi respon sosial serta emosional (Pediatri, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Moorjani & Isaac (dalam Pramita, 2008) menunjukkan bahwa thalassemia mayor merupakan salah satu kelainan hemoglobin secara genetik dan merupakan salah satu bentuk penyakit kronis di dunia. Gambaran thalassemia mayor secara klinis menunjukkan beberapa masalah yang cukup besar. Untuk bertahan hidup, anak harus melakukan transfusi darah setidaknya 2-4 minggu secara teratur seumur hidupnya agar fungsi tubuh tidak terganggu. Selain itu biasanya anak akan kehilangan beberapa hari dalam sebulan untuk sekolah karena harus melakukan transfusi secara teratur, dan orangtua mereka akan kehilangan 2
3 waktu bekerja (Catlin, 2003 dalam Pramita, 2008). Oleh sebab itu, penderita thalassemia mayor tidak hanya mengalami permasalahan dalam kondisi fisik tetapi juga masalah psikologis. Permasalahan psikologis yang dialami oleh penderita thalassemia mayor berupa permasalahan yang berkaitan dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa, terisolasi, penolakan terhadap diri sendiri, perilaku ketidakpatuhan, dan berbagai masalah mengenai harapan masa depan (Northern California Compherehensive Thalassemia Center, 2005 dalam Pramita, 2008). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nia, Kusnandi, & Dany(2012), pasien rentan mengalami gangguan psikologis yang diakibatkan oleh adanya gejala yang menetap, pengobatan yang terlalu lama dan keterbatasan aktifitas. Penelitian Savari et al(2007) melaporkan masalah psikologis seperti depresi dan kecemasan pada anak thalassemia mencapai 80%, sedangkan penelitian Shaligram et al(2007) menunjukkan sekitar 44% pasien thalassemia mayor mengalami masalah psikologis dan 74% diantaranya memiliki kualitas hidup yang rendah (dalam Nia, Kusnandi& Dany, 2012). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dengan beberapa penderita thalassemia mayor yang juga menunjukkan hal yang sama yaitu pasien mengalami keterpurukan psikologis akibat penyakit yang dideritanya, seperti yang terlihat dalam petikan wawancara berikut ini subjek X, perempuan 21 tahun : X : aku kena thalassemiaumur 10bulan, tapi mulai transfusinya umur 2thn. Dulu mah 1bulan sekali, nah pas aku sekolah capek, trus limpa aku membesarnya cepet banget. Nah transfusinya jadi 3 minggu sekali, terus jadi maju 2 minggu sampe 1minggu sekali karena limpa aku udah 3
4 besar. Tapi aku sekarang udah gak punyalimpa, jadi bisa 2bulansekali atau 1bulan setengah. kalo transfusi mah aku nurut mamaaja,tapi kalo pasang desferal (obat untuk membuang zat besi yang berlebih) sesuka aku kalo lagi cape sama males aku gak pasang. Aku sih tau semua orang pasti punya masalah sendiri-sendiri. Tapi aku sempet kepikiran kalo aku lagi ada masalahkok pengennya mengakhiri hidup apalagi kalo ada masalah sama pacar aku. (wawancara pribadi, 10 Januari 2014) Berdasarkan hasil wawancara terhadap X, bahwa subjek memiliki perilaku ketidakpatuhan yaitu tidak memasang desferal secara rutin dan juga pernah mengalami perasaan depresi hingga muncul pikiran untuk bunuh diri, merasa terpuruk dan hampir menyerah atas kondisinya. Sementara Y, laki-laki, 21 tahun mengatakan : Y : Saya umur 6tahun sudah mulai transfusi.jadwal transfusinya tergantung, kadang 1bulan atau 5mingguan, tergantung fisiknya apa udah lemah, lesu, letih, lunglai, lemas. karena 5L itu mungkin kesehariannya di forsir terus jadi cepet lemes atau bisa jadi perkembangan limpanya dah rusak jadi gak bisa kuat sampai 1bulan. Kalo sekarang ya masih kuat untuk 1bulan lebih. Pernah sih kepikiran capek, bahkan kontrol jadi sering telat hb drop sampai 6 akhirnya diceramahin sama dokternyasuruh jaga kondisi. semuanya pernah ngalamin pasti yakalo pas lagi merenung dan pasti juga merasa putus asa sama kondisi yang dirasain. (wawancara pribadi, 10 januari 2014) Berdasarkan hasil wawancara terhadap Y bahwa subjek juga pernah merasakan perasaan putus asa terhadap penyakit yang dideritanya. Pengobatan rutin yang harus dijalani nya pun membuatnya lelah sehingga berakibat pada keadaan tubuhnya yang menurun. Namun terdapat kondisi lain yang menunjukkan bahwa tidak semua penderita thalassemia mayor mengalami keterpurukan psikologis seperti yang dijelaskan sebelumnya. Beberapa dari mereka bisa menerima kondisi nya dengan ikhlas, tabah, 4
5 dan optimis dalam menyusun rencana-rencana dalam hidup mereka. Seperti yang dikemukakan oleh subjek Z, laki-laki, 20 tahun berikut ini : Z : Masih banyak diluar sana orang-orang yang tidak beruntung dibandingkan saya, saya malu kalo inget itu. Dibuang jauh-jauh pikiran-pikiran yang malah bikin kesehatanjadi ngedrop ntar jadwal transfusinya malah jadi maju. Kunci nya sih positif thinkingselagi bisa ngeraih apa yang kita pengen dapetin yaa tunjukkin kalo kita mampu. Cukup buktiin sama diri sendiri dulu aja sih gak usah dengerin apa kata orang yang kadangkadang malah bikin kita minder. Ada orangtua sama sahabat yang dukungmaka nya saya gak pernah ngerasa sendiri. Selalu inget juga kalo Allah selalubersama orang-orang yang bertawakal kepada-nya bikin kita ikhlas ngejalaninnya.serahin semua nya sama Allah (wawancara pribadi, 10 Februari 2015). Dari ketiga wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek X mengalami perasaan depresi hingga muncul pikiran untuk bunuh diri, merasa terpuruk dan hampir menyerah atas kondisinya. Hal serupa juga dirasakan oleh subjek Y bahwa ia juga pernah merasakan perasaan putus asa terhadap penyakit yang dideritanya dan merasa lelah terhadap pengobatan rutin yang dijalaninya. Dengan kata lain kondisi yang dirasakan dari kedua subjek X dan Y adalah kondisi-kondisi yang mengarah kepada perasaan negatif dan ketidakberdayaan subjek menjalani kehidupannya sehingga hal tersebut mengarah kepada subjective well-being yang rendah.lain halnya dengan subjek Z yang mampu menerima kondisinya dengan ikhlas, tabah dan tetap optimis untuk meraih cita-cita dan impiannya. Dengan kata lain subjek Z memiliki subjective well-being tinggi karena masih bisa merasakan makna dalam perjalanan kehidupannya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiartini (2014) tentang kehidupan penderita thalassemia mayor yang menyatakan bahwa dengan 5
6 segala keterbatasan fisik yang dimilikinya, penderita thalassemia mayor mampu menerima kondisinya dengan ikhlas, sabar dan tanpa penyesalan, memiliki hubungan baik dengan orang lain, mampu hidup mandiri secara finansial, mampu mengatur waktu antara transfusi darah dan pekerjaan, serta memiliki tujuan hidup dan potensi. Sikap positif seperti ketabahan dan penerimaan diri, serta hubungan yang positif dengan orang lain yang ditunjukkan oleh penderita thalassemia mayor tersebut mengarah kepada terwujudnya kesejahteraan subjektif (subjective wellbeing) dalam diri individu. Yaitu suatu bentuk evaluasi mengenai kehidupan individu yang bersangkutan yang mengandung prinsip kesenangan yaitu sejauh mana seseorang merasa hidupnya menyenangkan, bebas stres, bebas dari rasa cemas, dan tidak depresi yang pada intinya individu mengalami perasaan-perasaan menyenangkan dan bebas dari perasaan tidak menyenangkan (Diener, 2002 dalam Nisfiannor, 2004). Individu yang merasa hidupnya baik adalah mereka yang memiliki level subjective well-being yang tinggi (Diener, 2000 dalam Nisfiannor, 2004). Individu ini akan lebih mampu mengontrol emosinya dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan lebih baik. Subjective well-being ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah agama atau tingkat religiusitas (Seligman, 2005 dalam Nisfiannor). Seperti yang dikemukakan oleh Myers (2000, dalam Nisfiannor), berdasarkan survey yang diambil dari berbagai bangsa, orang yang aktif secara religius mengakui memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Artinya, kebahagiaan seseorang sangat bergantung pada keyakinan terhadap Tuhan. 6
7 Sebuah penelitian yang berjudul Kualitas hidup pada penderita kanker serviks yang menjalani pengobatan radioterapi menyatakan bahwa seseorang yang sedang sakit kanker atau menderita penyakit kronis masih bisa merasakan kebahagiaan dan tidak terpuruk, Hal inibisa terjadi karena adanya dukungan dari orang terdekat dan peran religiusitas yang besar (Fitriana dan Ambarini, 2012).Hasil penelitian lain oleh Widiana (2013) yang berjudul hubungan antara religiusitas dengan kesehatan mental menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kesehatan mental, artinya religiusitas sangat dibutuhkan saat individu dalam keadaan terpuruk.karena dengan adanya religiusitas individu mampu berpasrah diri terhadap ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT, sehingga individu menampilkan prilaku yang tergolong sehat mental yang diantaranya adalah tidak depresif dan tidak terpuruk. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut bahwa mereka yang menderita penyakit kronis masih bisa menjalani kehidupannya dengan ikhlas dan memiliki harapan tentang masa depan. Dan hal tersebut tidak terlepas dari peran religiusitas yang dimiliki oleh individu. Hal ini juga sejalan dengan yang telah dikemukakan oleh subjek Z bahwaberserah diri atas apa yang sudah Tuhan berikan mampu membuat perasaannya tenang dan selalu berfikir positif. Dengan kata lain, penderita thalassemia mayor yang merasa dekat dengan Tuhan dan pasrah terhadap takdir Tuhan akan mampu menerima kondisi diri nya dalam keadaan apapun dan selalu bersyukur atas apa yang terjadi didalam hidupnya. Maka diduga bahwa religiusitas 7
8 menjadi salah satu faktor yang dapat membantu individu mempertahankan kesehatan mental pada masa-masa sulit. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas, membuat peneliti ingin meneliti tentang religiusitas dengan subjective well-being remaja akhir (studi pada penderita thalassemia mayor di UDD PMI DKI Jakarta). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan bahwa thalassemiaadalah penyakit yang sulit disembuhkan. Mereka yang menderita thalassemiaharus menjalani transfusi darah seumur hidup sehinggabeberapa dari mereka tidak mampu menerima dirinya, Selain fisik yang terganggu yaitu lemah, letih, lesu, lunglai dan lemas, kondisi psikologis mereka pun ikut mengalami penurunan. Selain itu jugaadanya reaksi psikologisyang ditimbulkan seperti antara lain perasaan rendah diri terhadap masa depannya sehingga menyebabkan kualitas hidup penderita thalassemiamenjadi rendah. Pada awalnya penderita thalassemiamerasakan keterpurukan psikologis yaitu diantaranya perasaan lelah, putus asa, depresi hingga memiliki keinginan untuk bunuh diri.namun ada juga beberapa dari mereka yang tegar dan bangkit atas penyakit yang diderita. Mereka mampu menerima dengan ikhlas, selalu berdoa kepada Tuhan meminta kekuatan agar diberikan kepasrahan, dan bisa memaknai atas semua yang diberikan kepadanya. Artinya mereka yang memiliki religiusitas seperti adanya perasaan yang selalu ingat kepada Tuhan dan percaya terhadap takdir Tuhan cenderung dapat 8
9 merasakan penerimaan diri bahwa Tuhan memberikan penyakit karena sebagai bukti kasih sayang terhadap hamba Nya. Selain itu juga diusia yang sedang memasuki masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, mereka berjuang untuk bisa tetap beraktifitas dan bersosialisasi seperti remaja pada umumnya. Mereka yang mampu bangkit itu adalah mereka yang memiliki religiusitas, yaitu rasa keyakinan dan keterikatan individu terhadap tuhan. Namun, tidak semua penderita thalassemiamampu untuk menerima dirinya dan percaya bahwa Tuhan membantu dirinya, maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat hubungan religiusitas dansubjective well-beingpada remaja akhir penderita thalassemia mayor(studi pada penderita thalassemiamayor di UDD PMI DKI Jakarta). C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan Religiusitas dengan Subjective well-beingremaja akhir penderita thalassemiamayor 2. Mengetahui tinggi rendahnya tingkat Religiusitas dansubjective wellbeingremaja akhir penderita thalassemiamayor 3. Mengetahui hubungan antarasubjective well-beingremaja akhir penderita thalassemiamayor dengan data penunjang 9
10 D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan dan psikologi kesehatan mental yang berkaitan dengan pentingnya prilaku religiusitas dan subjective well-being pada penderita thalassemia mayor. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat melengkapi literatur mengenai permasalahan yang dihadapi oleh para penderita thalassemiamayor yang berkaitan dengan subjective well-beingdan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective wellbeing pada penderita Thalassemia mayor selain religiusitas. 2. Manfaat praktis: a. Bagi penderita thalassemia, diakhir penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan religiusitas agar mempunyai subjective well-being yang baik. b. Bagi keluarga penderita thalassemia, dapat memberikan informasi tentang dampak psikologis yang mungkin terjadi pada penderita thalassemiaini terutama yang berhubungan dengan religiusitas dan subjective well-being. c. Bagi praktisi bidang kesehatan dalam hal ini dokter dan perawat yang menangani penderita thalassemia, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pengetahuan sehingga diharapkan mereka dapat memberikan dukungan moral terhadap kehidupan penderita thalassemia. 10
11 d. Bagi masyarakat dapat menambah pemahaman mengenai thalassemiadan ikut berperan dalam memberikan dukungan moral dan pencegahan terhadap penyakit genetik ini. E. Kerangka berfikir Thalassemiamayor adalah penyakit yang ditandai dengan adanya anemia berat karena gangguan pembentukan hemoglobin dan gangguan pembentukan sel darah merah sehingga thalassemiamerupakan penyakit yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu, mereka yang menderita thalassemiamayor harus menjalani transfusi darah seumur hidupnya. Remaja yang menderita thalassemia mayor akan mengalami keterpurukan, karena pada usia ini remaja sedang mencari jati diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, memiliki tuntutan perkembangan peran sosial, dimana pada usia ini remaja belum bisa sepenuhnya untuk bersikap seperti orang dewasa sehingga akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupannya baik fisik, psikologis maupun sosial. Dari segi fisik, remaja penderita thalassemia mayor akan mudah merasa lelah, mudah sakit, dan mengalami hambatan dalam perkembangan fisik seperti ukuran tubuh pendek, perut buncit, kulit berwarna hitam. Selain itu, kondisi psikologis yang juga terganggu sehingga menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran negatif dan membuat perasaan menjadi putus asa, depresi hingga keinginan untuk bunuh diri. Di sisi yang lain, adanya dampak sosial yang dialami oleh remaja 11
12 thalassemiamayor seperti menjadi tertutup saat bersama orang lain dan timbul perasaan penolakan untuk bergaul. Keterpurukan yang dialami remaja thalassemiamayor merupakan beban berat yang harus dihadapi. Namun, beberapa dari mereka mampu untuk melewatinya. Mereka adalah yang memiliki hubungan yang baik dengan ketuhanannya yaitu bisa berpasrah diri, yakin bahwa usaha dan doa-doa nya dikabulkan oleh Tuhan. Remaja thalassemiayang religius cenderung akan memiliki keyakinan dan kepasrahan terhadap takdir Tuhan atas penyakit yang dideritanya. Mereka bisa mendapatkan makna dibalik penyakitnya, mampu bangkit dan tabah atas penyakit yang dideritanya. Dengan demikian remaja thalassemiayang religius akan mampu berfikir positif dan optimis. Artinya mereka bisa merasakan Subjective well-being. yaitu ketika mereka bisa menerima apa yang sudah Tuhan berikan dan memiliki emosiemosi positif atas perjalanan kehidupannya yang diantaranya adalah bebas dari keterpurukan psikologi. Maka mereka akan mampu untuk mengontrol emosi dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan lebih baik.berdasarkan penjelasan tersebut didapatkan bagan kerangka berfikir seperti yang tercantum dibawah ini: 12
13 Permasalahan Remaja thalassemia mayor - Permasalahan Fisik - Permasalahan Psikologis - Permasalahan Sosial Religiusitas : - Keyakinan - Ritual - Pengalaman - Pengetahuan - Konsekuensial Subjective Well being - Penerimaan diri - Relasi positif dengan orang lain - Otonomi - Penguasaan lingkungan - Tujuan hidup - Pengembangan diri Gambar 1.1Kerangka Berpikir F. Hipotesa penelitian Ha : Terdapat hubungan positifantara Religiusitas dan Subjective wellbeingremaja akhir pada thalassemiamayor di UDD PMI DKI Jakarta. 13
1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian baru yang bertujuan untuk menghadapi kehidupan di masa depan. Remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh fenomena transisi kependudukan di Indonesia. Fenomena ini memang sebagai konsekuensi pembangunan,
Lebih terperincibersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Frankl (2008), ada tiga serangkai tragedi dalam kehidupan, yaitu penderitaan, rasa bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan.
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah
BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah satunya yaitu thalassemia. Thalassemia adalah penyakit darah bawaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang menderita penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu misteri yang dijalani seseorang. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada tiga orang wanita yang mengalami penyakit kanker payudara yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya biaya kehidupan dan kesehatan di era modern ini diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keempat subyek memiliki karakteristik individu yang memiliki harapan tinggi. Namun, karakteristik yang muncul
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmhg selama beberapa minggu dan dalam jangka waktu yang lama (Sarafino,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap terakhir dari tahapan perkembangan manusia. Didalam masyarakat, masa lansia sering diidentikkan dengan masa penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ekonomi yang terus meningkat, berubah pula perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi, orang cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh yang diinginkan oleh kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang mematikan di dunia. Kanker menjadi salah satu penyakit yang menakutkan bagi setiap orang. Setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?
LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Thalassaemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Thalassaemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan berkurang atau tidak terbentuknya hemoglobin pada tubuh yang berakibat sel darah merah mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks menempati terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi penyebab kanker terbanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang dan masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. Namun, pada saat ini banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker merupakan penyakit yang mematikan dan jumlah penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun 2012 yang dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Alkitab, 2007). Setiap manusia memiliki keunikannya
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara fisik. Sebagian orang harus menderita penyakit yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup sehat adalah impian semua orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat melakukan aktivitasnya dengan bebas tanpa terbatasi oleh suatu penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi dalam konteks kesehatan adalah suatu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual dan romantik terhadap orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Homoseksual yang berjenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman sekarang ini banyak mengalami perubahan, terutama meningkatnya jumlah kasus penyakit menular langsung di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang mulai dicanangkan pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi kesehatan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang mulai dicanangkan pada tahun 1999. Namun, sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif dengan menerapkan psikologi positif dalam pendidikan. Psikologi positif yang dikontribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada masa sekarang, kebahagiaan menjadi hal penting untuk dimiliki oleh seorang individu. Setiap orang memiliki kebutuhan untuk bahagia dalam hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Amyadin (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangatlah penting bagi setiap individu. Jika individu tidak memiliki kesehatan baik secara fisik, maupun mental menyebabkan kehidupan individu tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Infodatin (2015), kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Infodatin juga menyatakan bahwa pada tahun 2012, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kulit yang menjadi perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam istilah medisnya disebut acne vulgaris, merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini, tentunya seseorang pasti pernah mengalami beberapa masalah. Sesuatu dirasakan atau dinilai sebagai suatu masalah ketika kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan 31 Desember 2015 merupakan bentuk integrasi ekonomi regional. Dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup
59 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 2. Variabel Tergantung : Kesejahteraan subjektif B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibangun oleh suami dan istri. Ketika anak lahir ada perasaan senang, bahagia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah hadiah yang diberikan Tuhan kepada sebuah keluarga yang dibangun oleh suami dan istri. Ketika anak lahir ada perasaan senang, bahagia karena mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 18.118.699 jiwa (BPS, 2010). Badan Pusat Statistik memprediksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok masih
Lebih terperinciPengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan untuk setiap orang merupakan sesuatu yang dianggap palingutama, karena kebahagiaan merupakan sesuatu yang penting untuk kehidupan seseorang. Setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai umur dan lapisan masyarakat. Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan individu dan merupakan suatu kondisi yang sangat ingin dicapai oleh semua orang dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan stroke sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.uji asumsi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat diambil kesimpulan
Lebih terperinciHUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan
Lebih terperinciGAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH
PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH Disusun Oleh Nama : Auliya Karimah NPM : 10507030 Pembimbing : Wahyu Rahardjo, S.Psi., M.si Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam
Lebih terperinci