BAB IV ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Deskripsi hasil penelitian dalam Bab IV ini merupakan analisis data dan pembahasan tentang bentuk antonimi dalam bahasa Jawa, tipe antonimi dalam bahasa Jawa, dan kelas kata antonimi dalam bahasa Jawa. 1. Bentuk Antonimi dalam Bahasa Jawa Penentuan keberlawanan antonimi dalam bahasa Jawa, menggunakan metode padan dengan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP), teknik lanjutannya berupa teknik hubung banding memperbedakan (HBB). Alat penentunya referen berupa hal-hal, keadaan atau suasana di luar unsur kebahasaan. Hal ini untuk mengkaji referen yang ada di luar kebahasaan. Kajian bentuk antonimi digunakan metode distribusional (agih). Metode distribusional (agih) yaitu metode analisis data yang alat penentunya unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik dasarnya berupa bagi unsur langsung (BUL). Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur (Sudaryanto, 1993: 31). Teknik lanjutannya adalah teknik perluas sebagai pertimbangan untuk mengkaji suatu bentukan antonimi sehingga bisa dicari atas unsur langsung-unsur langsungnya. Bentuk antonimi dalam bahasa Jawa ada tiga, yaitu. a. Bentuk Tunggal (Morfem Tunggal) Bentuk tunggal yaitu bentuk yang tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi dan sudah mampu berdiri sendiri atau bentuk yang tidak bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bentuk yang seperti itu, lazimnya sudah mempunyai arti 25

2 digilib.uns.ac.id 26 sendiri sehingga mampu berdiri sendiri dalam ujaran. Jadi, bentuk tunggal sekaligus merupakan bentuk bebas, (Soepomo Poedjosoedarmo, 1979: 6). Antonimi-antonimi yang termasuk bentuk tunggal: 1) Data 1 (KBJP: halaman 84) Abot berat >< entheng ringan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Gawananku abot Bawaan saya berat >< Gawananku entheng Bawaan saya ringan. Abot berat mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan berat, sedang entheng ringan suatu hal yang menunjukkan keadaan ringan. Antonimi abot berat sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya entheng ringan. Dengan demikian, antonimi abot berat berlawanan dengan entheng ringan merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 2) Data 2 (PBJ: halaman 71) Adoh jauh >< cedhak dekat Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahe Joko adoh Rumah Joko jauh >< Omahe Joko cedhak Rumah Joko dekat. Adoh jauh mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan jauh, sedang cedhak dekat suatu hal yang menunjukkan keadaan dekat. Antonimi adoh jauh sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya cedhak dekat. Dengan demikian, antonimi adoh jauh berlawanan dengan cedhak dekat merupakan bentuk tunggal sekaligus

3 digilib.uns.ac.id 27 bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 3) Data 3 (SBJP: halaman 49) Banter cepat >< alon pelan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Bocah kae nek numpak pit mesthi banter Anak itu kalau naik sepeda selalu cepat >< Bocah kae nek numpak pit mesthi alon Anak itu kalau naik sepeda selalu cepat. Banter cepat mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan cepat, sedang alon pelan suatu hal yang menunjukkan keadaan pelan. Antonimi banter cepat sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya alon pelan. Dengan demikian, antonimi banter cepat berlawanan dengan alon pelan merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 4) Data 4 (PBJ: halaman 73) Bathi untung >< rugi rugi Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Dina iki dagangane Bapakku bathi Hari ini jualan Bapak saya untung >< Dina iki dagangane Bapakku rugi Hari ini jualan Bapak saya rugi. Bathi untung mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan mendapat laba, sedang rugi rugi suatu hal yang menunjukkan keadaan tidak mendapat laba. Antonimi bathi untung sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya rugi rugi. Dengan demikian, antonimi bathi untung berlawanan dengan rugi rugi merupakan bentuk tunggal sekaligus

4 digilib.uns.ac.id 28 bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 5) Data 5 (PBJ: halaman 71) Bungah senang >< susah susah Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Atiku bungah nek enek kancaku dolan ning ngomah Hati saya senang bila teman saya main ke rumah >< Atiku susah nek enek kancaku dolan ning ngomah Hati saya senang bila teman saya main ke rumah. Bungah senang mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan tanpa rasa susah, sedang susah susah suatu hal yang menunjukkan keadaan rasa tidak senang. Antonimi bungah senang sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya susah susah. Dengan demikian, antonimi bungah senang berlawanan dengan susah susah merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 6) Data 6 (PBJ: halaman 74) Dawa panjang >< cendhak pendek Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Rambute Sinta dawa Rambut Sinta panjang >< Rambute Sinta cendhak Rambut Sinta pendek. Dawa panjang mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan yang panjang, sedang cendhak pendek suatu hal yang menunjukkan keadaan yang pendek. Antonimi dawa panjang sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya cendhak pendek. Dengan demikian, antonimi dawa panjang berlawanan dengan cendhak pendek

5 digilib.uns.ac.id 29 merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 7) Data 7 (PBJ: halaman 74) Dhuwur tinggi >< endhek pendek Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Popi luwih dhuwur saka Dian Popi lebih tinggi dari Dian >< Popi luwih endhek saka Dian Popi lebih pendek dari Dian. Dhuwur tinggi mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan yang tinggi, sedang endhek pendek suatu hal yang menunjukkan keadaan yang pendek. Antonimi dhuwur tinggi sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya endhek pendek. Dengan demikian, antonimi dhuwur tinggi berlawanan dengan endhek pendek merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 8) Data 8 (SBJP: halaman 50) Gedhe besar >< cilik kecil Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahe Pak Joyo luwih gedhe timbang omahe Pak Sarto Rumah Pak Joyo lebih besar daripada rumahnya Pak Sarto >< Omahe Pak Joyo luwih cilik timbang omahe Pak Sarto Rumah Pak Joyo lebih kecil daripada rumahnya Pak Sarto. Gedhe besar mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan lebih dari ukuran sedang, sedang cilik kecil suatu hal yang menunjukkan keadaan yang sempit. Antonimi gedhe besar sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya cilik kecil. Dengan demikian,

6 digilib.uns.ac.id 30 antonimi gedhe besar berlawanan dengan cilik kecil merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 9) Data 9 (PBJ: halaman 74) Lali lupa >< eling ingat Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku lali yen ana tugas sekolah Saya lupa jika ada tugas sekolah >< Aku eling yen ana tugas sekolah Saya ingat jika ada tugas sekolah. Lali lupa mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan tidak dalam pikiran, sedang eling ingat suatu hal yang menunjukkan keadaan berada dalam pikiran. Antonimi lali lupa sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya eling ingat. Dengan demikian, antonimi lali lupa berlawanan dengan eling ingat merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 10) Data 10 (PBJ: halaman 75) Padha sama >< beda beda Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Klambiku padha karo kancaku Baju saya sama dengan teman saya >< Klambiku beda karo kancaku Baju saya beda dengan teman saya. Padha sama mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan yang sama, sedang beda beda suatu hal yang menunjukkan keadaan yang berbeda. Antonimi padha sama sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya beda beda. Dengan demikian, antonimi padha

7 digilib.uns.ac.id 31 sama berlawanan dengan beda beda merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 11) Data 11 (PBJ: halaman 73) Rampung selesai >< wiwit mulai Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wayangane lagi rampung jam sewelas wengi Wayangannya baru selesai pukul sebelas malam >< Wayangane lagi wiwit jam sewelas wengi Wayangannya baru mulai jam sebelas malam. Rampung selesai mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan sudah selesai, sedang wiwit mulai suatu hal yang menunjukkan keadaan baru dimulai. Antonimi rampung selesai sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya wiwit mulai. Dengan demikian, antonimi rampung selesai berlawanan dengan wiwit mulai merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 12) Data 12 (PBJ: halaman 73) Resik bersih >< reged kotor Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kamarku resik banget Kamar saya bersih sekali >< Kamarku reged banget Kamar saya kotor sekali. Resik bersih mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan yang bebas dari kotoran, sedang reged kotor suatu hal yang menunjukkan keadaan yang kotor atau tidak bersih. Antonimi resik bersih sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya reged kotor. Dengan

8 digilib.uns.ac.id 32 demikian, antonimi resik bersih berlawanan dengan reged kotor merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 13) Data 13 (PBJ: halaman 74) Teka datang >< lunga pergi Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku kudu teka jam pitu esuk Saya harus datang pukul tujuh pagi >< Aku kudu lunga jam pitu esuk Saya harus pergi pukul tujuh pagi. Teka datang mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan tiba di tempat yang di tuju, sedang lunga pergi suatu hal yang menunjukkan keadaan meninggalkan suatu tempat. Antonimi teka datang sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya lunga pergi. Dengan demikian, antonimi teka datang berlawanan dengan lunga pergi merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 14) Data 14 (PBJ: halaman 76) Tuku beli >< adol jual Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Ida tuku klambi ning pasar Ida beli baju di pasar >< Ida adol klambi ning pasar Ida jual baju di pasar. Tuku beli mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan memperoleh sesuatu melalui penukaran atau pembayaran, sedang adol jual suatu hal yang menunjukkan keadaan menjual sesuatu. Antonimi tuku beli sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya adol jual. Dengan demikian, antonimi tuku beli berlawanan dengan adol jual

9 digilib.uns.ac.id 33 merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. 15) Data 15 (KBJP: halaman 88) Tutup tutup >< bukak buka Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Tokone Pak Rahmad tutup ing dina Minggu Toko Pak Rahmad tutup di hari Minggu >< Tokone Pak Rahmad bukak ing dina Minggu Toko Pak Rahmad buka di hari Minggu. Tutup tutup mempunyai referen suatu hal yang menunjukkan keadaan tutup atau tidak berjualan, sedang bukak buka suatu hal yang menunjukkan keadaan bejualan. Antonimi tutup tutup sudah tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi, demikian halnya bukak buka. Dengan demikian, antonimi tutup tutup berlawanan dengan bukak buka merupakan bentuk tunggal sekaligus bentuk bebas karena masing-masing sudah mempunyai arti dan mampu berdiri sendiri dalam ujaran. b. Bentuk Kompleks (Morfem Kompleks) Bentuk kompleks (morfem kompleks) yaitu suatu bentuk kata yang sudah mengalami perubahan bentuk yang disebabkan melekatnya imbuhan atau afiksasi (Soepomo Poedjosoedarmo, 1979: 6). Contoh keberlawanan antonimi yang berbentuk kompleks (morfem kompleks): 1) Data 16 (PBJ: halaman 75) Nangis menangis >< ngguyu tertawa Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Angger kelingan awakmu, aku mesthi nangis Setiap teringat dirimu, saya selalu menangis >< Angger

10 digilib.uns.ac.id 34 kelingan awakmu, aku mesthi ngguyu Setiap teringat dirimu, saya selalu tertawa. Antonimi nangis menangis mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan menangisi suatu hal, sedang ngguyu tertawa menggambarkan aktivitas menertawakan suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi nangis menangis bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (n) dan tangis tangis. Ternyata antonimi nangis menangis mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nangis menangis adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi ngguyu tertawa bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ng-) dan guyu tawa. Ternyata antonimi ngguyu tertawa mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngguyu tertawa adalah antonimi berbentuk kompleks. 2) Data 17 (PBJ: halaman 75) Ngajeni menghargai >< ngina menghina Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Darmo senenge ngajeni wong liya Darno sukanya menghargai orang lain >< Darmo senenge ngina wong liya Darmo sukanya menghina orang lain. Antonimi ngajeni menghargai mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan menghargai suatu hal, sedang ngina menghina menggambarkan aktivitas menghina suatu hal.

11 digilib.uns.ac.id 35 Dari segi bentuk, antonimi ngajeni menghargai bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah ngaji dan (i) dengan prefiks nasal (ng-) dan aji harga. Ternyata antonimi ngajeni menghargai mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngajeni menghargai adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi ngina menghina bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ng-) dan ina hina. Ternyata antonimi ngina menghina mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngina menghina adalah antonimi berbentuk kompleks. 3) Data 18 (PBJ: halaman 75) Ngakoni mengakui >< nyelaki menyangkal Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Bagas ngakoni salahe Bagas mengakui kesalahannya >< Bagas nyelaki salahe Bagas menyangkal kesalahannya. Antonimi ngakoni mengakui mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan mengakui suatu hal, sedang nyelaki menyangkal menggambarkan aktivitas menyangkal suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi ngakoni mengakui bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah ngaku ngaku dan (i), ngaku ngaku prefiks nasal (ng-) dan aku aku. Ternyata antonimi ngakoni mengakui mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari

12 digilib.uns.ac.id 36 bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngakoni mengakui adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi nyelaki menyangkal bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ny-) dan selak sangkal dan sufiks (i). Ternyata antonimi nyelaki menyangkal mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyelaki menyangkal adalah antonimi berbentuk kompleks. 4) Data 19 (PBJ: halaman 75) Ngebreh pemborosan >< ngirit menghemat Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Pak Hasan senengane ngebreh duwit Pak Hasan kesukaannya pemborosan uang >< Pak Hasan senengane ngirit duwit Pak Hasan kesukaannya menghemat uang. Antonimi ngebreh pemborosan mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan pemborosan suatu hal, sedang ngirit menghemat menggambarkan aktivitas menghemat suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi ngebreh pemborosan bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah perfiks nasal (ng-) dan ebreh boros. Ternyata antonimi ngebreh pemborosan mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngebreh pemborosan adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi ngirit menghemat bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ng-) dan irit hemat. Ternyata antonimi ngirit menghemat mempunyai bawahan unsur

13 digilib.uns.ac.id 37 langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngirit menghemat adalah antonimi berbentuk kompleks. 5) Data 20 (KBJP: halaman 87) Nggeret menarik >< nyurung mendorong Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Nggeret kanthi rosa Menarik dengan kuat >< Nyurung kanthi rosa Mendorong dengan kuat. Antonimi nggeret menarik mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan menarik suatu hal, sedang nyurung mengdorong menggambarkan aktivitas mendorong suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi nggeret menarik bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah perfiks nasal (ng-) dan geret tarik. Ternyata antonimi nggeret menarik mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nggeret menarik adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi nyurung mendorong bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ny-) dan surung dorong. Ternyata antonimi nyurung mendorong mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyurung mendorong adalah antonimi berbentuk kompleks. 6) Data 21 (PBJ: halaman 75) Nugel mematahkan >< nyambung menyambungkan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku nugel garisan Saya mematahkan penggaris >< Aku nyambung garisan Saya menyambungkan penggaris.

14 digilib.uns.ac.id 38 Antonimi nugel mematahkan mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan mematahkan suatu hal, sedang nyambung menyambungkan menggambarkan aktivitas menyambungkan suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi nugel mematahkan bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah perfiks nasal (n) dan tugel patah. Ternyata antonimi nugel mematahkan mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nugel mematahkan adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi nyambung menyambung bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ny-) dan sambung sambung. Ternyata antonimi nyambung menyambung mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyambung menyambung adalah antonimi berbentuk kompleks. 7) Data 22 (PBJ: halaman 75) Nyacad mencela >< ngelem memuji Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Dadi wong kok senenge nyacad tanggane Jadi orang kok sukanya mencela tetangganya >< Dadi wong kok senenge ngelem tanggane Jadi orang kok sukanya memuji tetangganya. Antonimi nyacad mencela mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan mencela suatu hal, sedang ngelem memuji menggambarkan aktivitas memuji suatu benda atau hal. Dari segi bentuk, antonimi nyacad mencela bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ny-) dan

15 digilib.uns.ac.id 39 cacad cela. Ternyata antonimi nyacad mencela mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyacad mencela adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi ngelem memuji bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ng-) dan alem puji. Ternyata antonimi ngelem memuji mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, ngelem memuji adalah antonimi berbentuk kompleks. 8) Data 23 (PBJ: halaman 75) Nyedhak mendekat >< ngadoh menjauh Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku ora gelem nyedhak karo wong lara Saya tidak mau mendekat dengan orang sakit >< Aku ora gelem ngadoh karo wong lara Saya tidak mau menjauh dengan orang sakit. Antonimi nyedhak mendekat mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan mendekat pada suatu hal, sedang ngadoh menjauh menggambarkan aktivitas menjauh pada suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi nyedhak mendekat bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah perfiks nasal (ny-) dan cedhak dekat. Ternyata antonimi nyedhak mendekat mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyedhak mendekat adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi nyambung menyambungkan bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (ny-) dan sambung sambung. Ternyata antonimi nyambung

16 digilib.uns.ac.id 40 menyambungkan mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyambung menyambungkan adalah antonimi berbentuk kompleks. 9) Data 24 (PBJ: halaman 75) Nyusahake menyusahkan >< mbungahake menyenangkan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wong kuwi senengane nyusahake aku Orang itu sukanya menyusahkan saya >< Wong kuwi senengane mbungahake aku Orang itu sukanya menyenangkan saya. Antonimi nyusahake menyusahkan mencerminkan adanya aktivitas yang menggambarkan kesusahan pada suatu hal, sedang mbungahake menyenangkan menggambarkan aktivitas yang menyenangkan pada suatu hal. Dari segi bentuk, antonimi nyusahake menyusahkan bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah perfiks nasal (ny-) dan sufiks ake nya bergabung bersama-sama dengan susah susah. Ternyata antonimi nyusahake menyusahkan mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan demikian, nyusahake menyusahkan adalah antonimi berbentuk kompleks. Demikian juga antonimi mbungahake menyenangkan bisa dicari bawahan unsur langsungnya. Bawahan unsur langsungnya adalah prefiks nasal (m) dan sufiks ake nya bergabung bersama-sama dengan bungah senang. Ternyata antonimi mbungahake menyenangkan mempunyai bawahan unsur langsung atau bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi. Dengan

17 digilib.uns.ac.id 41 demikian, mbungahake menyenangkan adalah antonimi berbentuk kompleks. c. Bentuk ulang Sesuai dengan pengamatan, antonimi yang merupakan bentuk ulang di dominasi oleh antonimi yang merupakan kelas kata ajektiva (sifat). Antonimi-antonimi yang dimaksud adalah: 1) Data 25 (M: M) Abot-abot berat-berat >< entheng-entheng ringan-ringan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Nggawa barang aja abot-abot Membawa barang jangan berat-berat >< Nggawa barang sing enthengentheng wae Membawa barang yang ringan-ringan saja. Antonimi abot-abot berat-berat menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas berat. Begitu pula dengan entheng-entheng ringanringan menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas ringan. Abot-abot berat-berat merupakan bentuk ulang dari abot berat, sedangkan entheng-entheng ringan-ringan merupakan bentuk ulang dari entheng ringan. 2) Data 26 (C: SMP) Adoh-adoh jauh-jauh >< cedhak-cedhak dekat-dekat Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Yen lunga aja adoh-adoh Kalau pergi jangan jauh-jauh >< Yen lunga sing cedhak-cedhak wae Kalau pergi yang dekat-dekat saja.

18 digilib.uns.ac.id 42 Antonimi adoh-adoh jauh-jauh menunjukkan suatu hal yang menyatakan keadaan yang jauh. Begitu pula dengan cedhak-cedhak dekatdekat menunjukkan suatu hal yang menyatakan keadaan yang dekat. Adoh-adoh jauh-jauh merupakan bentuk ulang dari adoh jauh, sedangkan cedhak-cedhak dekat-dekat merupakan bentuk ulang dari cedhak dekat. 3) Data 27 (C: SMP) Angel-angel sulit-sulit >< gampang-gampang mudah-mudah Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku mau nggarap soal sing angelangel Saya tadi mengerjakan soal yang sulit-sulit >< Aku mau nggarap soal sing gampang-gampang Saya tadi mengerjakan soal yang mudah-mudah. Antonimi angel-angel sulit-sulit menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas sukar atau sulit. Begitu pula dengan gampang-gampang mudah-mudah menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas mudah. Angel-angel sulit-sulit merupakan bentuk ulang dari angel sulit, sedangkan gampang-gampang mudah-mudah merupakan bentuk ulang dari gampang mudah. 4) Data 28 (R: SMP) Cepet-cepet cepat-cepat >< alon-alon pelan-pelan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Mlakune aja cepet-cepet Jalannya jangan cepat-cepat >< Mlakune aja alon-alon Jalannya jangan pelan-pelan. Antonimi cepet-cepet cepat-cepat menunjukkan aktivitas yang menyatakan kualitas cepat. Begitu pula dengan alon-alon pelan-pelan menunjukkan aktivitas yang menyatakan kualitas pelan.

19 digilib.uns.ac.id 43 Cepet-cepet cepat-cepat merupakan bentuk ulang dari cepet cepat, sedangkan alon-alon pelan-pelan merupakan bentuk ulang dari alon pelan. 5) Data 29 (R: SMP) Cethek-cethek dangkal-dangkal >< jero-jero dalam-dalam Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Ndhudhuk lemah sing cethekcethek wae Menggali tanah yang dangkal-dangkal saja >< Ndhudhuk lemah aja jero-jero Menggali tanah jangan dalam-dalam. Antonimi cethek-cethek dangkal-dangkal menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas dangkal. Begitu pula dengan jero-jero dalam-dalam menunjukkan suatu keadaan yang menyatakan kualitas dalam. Cethek-cethek dangkal-dangkal merupakan bentuk ulang dari cethek dangkal, sedangkan jero-jero dalam-dalam merupakan bentuk ulang dari jero dangkal. 6) Data 30 (C: SMP) Dawa-dawa panjang-panjang >< cendhak-cendhak pendek-pendek Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Ucup tuku tali sing dawa-dawa Ucup beli tali yang panjang-panjang >< Ucup tuku tali sing cendhakcendhak Ucup beli tali yang pendek-pendek. Antonimi dawa-dawa panjang-panjang menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas panjang. Begitu pula dengan cendhak-cendhak pendekpendek menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas pendek. Dawa-dawa panjang-panjang merupakan bentuk ulang dari dawa panjang, sedangkan cendhak-cendhak pendek-pendek merupakan bentuk ulang dari cendhak pendek.

20 digilib.uns.ac.id 44 7) Data 31 (C: SMP) Dhuwur-dhuwur tinggi-tinggi >< endhek-endhek pendek-pendek Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wit jatine wis dhuwur-dhuwur Pohon jatinya sudah tinggi-tinggi >< Wit jatine isih endhek-endhek Pohon jatinya masih pendek-pendek. Antonimi dhuwur-dhuwur tinggi-tinggi menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas tinggi. Begitu pula dengan endhek-endhek pendekpendek menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas pendek. Dhuwur-dhuwur tinggi-tinggi merupakan bentuk ulang dari dhuwur tinggi, sedangkan endhek-endhek pendek-pendek merupakan bentuk ulang dari endhek pendek. 8) Data 32 (C: SMP) Kuru-kuru kurus-kurus >< lemu-lemu lemu-lemu Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wedhuse tanggaku kuru-kuru Kambingnya tetangga saya kurus-kurus >< Wedhuse tanggaku lemu-lemu Kambingnya tetangga saya gemuk-gemuk. Antonimi kuru-kuru kurus-kurus menunjukkan suatu keadaan yang menyatakan kualitas kurus. Begitu pula dengan lemu-lemu lemulemu menunjukkan suatu keadaan yang menyatakan kualitas gemuk. Kuru-kuru kurus-kurus merupakan bentuk ulang dari kuru kurus, sedangkan lemu-lemu lemu-lemu merupakan bentuk ulang dari lemu gemuk. 9) Data 33 (C: SMP) Pinter-pinter pintar-pintar >< bodho-bodho bodoh-bodoh

21 digilib.uns.ac.id 45 Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Sekolahanku muride pinter-pinter Sekolahan saya muridnya pintar-pintar >< Sekolahanku muride bodhobodho Sekolahan saya muridnya bodoh-bodoh. Antonimi pinter-pinter pintar-pintar menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas pintar. Begitu pula dengan bodho-bodho bodoh-bodoh menunjukkan suatu hal yang menyatakan kualitas bodoh. Pinter-pinter pintar-pintar merupakan bentuk ulang dari pinter pintar, sedangkan bodho-bodho bodoh-bodoh merupakan bentuk ulang dari bodho bodoh. 2. Tipe Antonimi dalam Bahasa Jawa a. Keberlawanan Arti Tipe Komplementer 1) Data 34 (KBJP: halaman 84) Babu pembantu >< bandara majikan Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi: Babu sing sregep Pembantu yang rajin >< Bandara sing sregep Majikan yang rajin. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada babu agak babu >< rada bandara agak majikan. Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi babu pembantu >< bandara majikan merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: babu pembantu berarti bukan bandara majikan, demikan juga sebaliknya bandara majikan berarti bukan babu pembantu. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina.

22 digilib.uns.ac.id 46 2) Data 35 (SBJP: halaman 50) Jago jantan >< babon betina Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi: Aku duwe pitik jago Aku punya ayam jantan >< Aku duwe pitik babon Aku punya ayam betina. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada jago agak jantan >< rada babon agak betina. Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi jago jantan >< babon betina merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: jago jantan berarti bukan babon betina, demikan juga sebaliknya babon betina berarti bukan jago jantan. Antonimi jago jantan >< babon betina hanya untuk hewan, bukan untuk manusia. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina. 3) Data 36 (SBJP: halaman 50) Lanang laki-laki >< wadon perempuan Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi: Bocah lanang kuwi sregep Anak laki-laki itu rajin >< Bocah wadon kuwi sregep Anak perempuan itu rajin. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada lanang agak laki-laki >< rada wadon agak perempuan.

23 digilib.uns.ac.id 47 Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi lanang laki-laki >< wadon perempuan merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: lanang laki-laki berarti bukan wadon perempuan, demikan juga sebaliknya wadon perempuan berarti bukan lanang laki-laki. Antonimi lanang laki-laki >< wadon perempuan hanya untuk manusia remaja dan dewasa. Di sisi lain ada antonimi lanang laki-laki >< wedok perempuan, antonimi itu kecuali untuk manusia, juga berlaku untuk hewan. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina. 4) Data 37 (KBJP: halaman 86) Mati mati >< urip hidup Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi: Tandurane wis mati Tanamannya sudah mati >< Tandurane wis urip Tanamannya sudah hidup. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada mati agak mati >< rada urip agak hidup. Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi mati mati >< urip hidup merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: mati mati berarti bukan urip hidup, demikan juga sebaliknya urip hidup berarti bukan mati mati. Antonimi mati mati >< urip hidup untuk tingkat tutur ngoko, yang dapat digunakan untuk manusia, hewan dan tumbuhan. Di sisi lain, dalam ragam yang berbeda ditemukan adanya antonimi pejah mati >< gesang hidup yang berlaku untuk manusia, hewan

24 digilib.uns.ac.id 48 dan tumbuhan, sedangkan seda meninggal >< sugeng hidup hanya untuk manusia yang mengandung nilai hormat. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina. 5) Data 38 (SBJP: halaman 50) Mungsuh lawan >< bala kawan Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi: Aja golek mungsuh Jangan mencari musuh >< Aja golek bala Jangan mencari teman. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada mungsuh agak lawan >< rada bala agak kawan. Selain itu, tipe antonimi ini juga tipe memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, pada antonimi mungsuh lawan >< bala kawan merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: mungsuh lawan >< berarti bukan >< bala kawan, demikan juga sebaliknya bala kawan berarti bukan mungsuh lawan. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina. b. Keberlawanan Arti dapat Dipertatarkan atau Gradability Maksudnya, antara pasangan yang berlawanan itu dapat dibuat tataran. Misalnya: 1) Data 1 (KBJP: halaman 84) Abot berat >< entheng ringan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Gawananku abot Bawaan saya berat >< Gawananku entheng Bawaan saya ringan.

25 digilib.uns.ac.id 49 Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Gawananku rada abot Bawaan saya agak berat >< Gawananku rada entheng Bawaan saya agak ringan. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi abot berat >< entheng ringan juga dapat dibuat tataran menjadi: abot banget berat sekali >< entheng banget ringan sekali. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 2) Data 2 (PBJ: halaman 71) Adoh jauh >< cedhak dekat Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahe Joko adoh Rumah Joko jauh >< Omahe Joko cedhak Rumah Joko dekat. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Omahe Joko adoh banget Rumah Joko jauh sekali >< Omahe Joko cedhak banget Rumah Joko dekat sekali. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi adoh jauh >< cedhak dekat juga dapat dibuat tataran menjadi: rada adoh agak jauh >< rada cedhak agak dekat. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 3) Data 6 (PBJ: halaman 74) Dawa panjang >< cendhak pendek Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Rambute Sinta dawa Rambut Sinta panjang >< Rambute Sinta cendhak Rambut Sinta pendek. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Rambute Sinta dawa banget Rambut Sinta panjang sekali >< Rambute Sinta cendhak banget Rambut

26 digilib.uns.ac.id 50 Sinta pendek sekali. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi dawa panjang >< cendhak pendek juga dapat dibuat tataran menjadi: rada dawa agak panjang >< rada cendhak agak pendek. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 4) Data 7 (PBJ: halaman 74) Dhuwur tinggi >< endhek pendek Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wit jatine dhuwur Pohon jatinya tinggi >< Wit jatine endhek Pohon jatinya pendek. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Wit jatine dhuwur banget Pohon jatinya tinggi sekali >< Wit jatine endhek banget Pohon jatinya pendek sekali. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi dhuwur tinggi >< endhek pendek pendek juga dapat dibuat tataran menjadi: rada dhuwur agak tinggi >< rada endhek agak pendek. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 5) Data 8 (SBJP: halaman 50) Gedhe besar >< cilik kecil Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahe Pak Joyo gedhe Rumah Pak Joyo besar >< Omahe Pak Joyo cilik Rumah Pak Joyo kecil. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Omahe Pak Joyo gedhe banget Rumah Pak Joyo besar >< Omahe Pak Joyo cilik banget Rumah Pak Joyo kecil. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi gedhe besar >< cilik kecil juga dapat

27 digilib.uns.ac.id 51 dibuat tataran menjadi: rada gedhe agak besar >< rada cilik agak kecil. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 6) Data 39 (SBJP: halaman 50) Jembar luas >< ciyut sempit Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Dalan ngarep omahku jembar Jalan depan rumahku luas >< Dalan ngarep omahku ciyut Jalan depan rumahku sempit. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Dalan ngarep omahku rada jembar Jalan depan rumahku agak luas >< Dalan ngarep omahku rada ciyut Jalan depan rumahku agak sempit. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi jembar luas >< ciyut sempit juga dapat dibuat tataran menjadi: jembar banget luas sekali >< ciyut banget sempit sekali. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 7) Data 40 (PBJ: halaman 72) Jero dalam >< cethek dangkal Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kalen ngarep omahku jero Selokan depan rumah saya dalam >< Kalen ngarep omahku cethek Selokan depan rumah saya dangkal. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Kalen ngarep omahku rada jero Selokan depan rumah saya agak dalam >< Kalen ngarep omahku rada cethek Selokan depan rumah saya agak dangkal. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi

28 digilib.uns.ac.id 52 jero dalam >< cethek dangkal juga dapat dibuat tataran menjadi: jero banget dalam sekali >< cethek banget dangkal sekali. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 8) Data 41 (PBJ: halaman 73) Padhang terang >< peteng gelap Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Langite sore iki ketok padhang Langit sore ini terlihat terang >< Langite sore iki ketok peteng Langit sore ini terlihat gelap. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Langit sore iki ketok rada padhang Langit sore ini terlihat agak terang >< Langit sore iki ketok rada peteng Langit sore ini terlihat agak gelap. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi padhang terang >< peteng gelap juga dapat dibuat tataran menjadi: padhang banget terang banget >< peteng banget gelap sekali. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 9) Data 12 (PBJ: halaman 73) Resik bersih >< reged kotor Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kamarku wis resik Kamar saya sudah bersih >< Kamarku wis reged Kamar saya sudah kotor. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Kamarku wis rada resik Kamar saya sudah agak bersih >< Kamarku wis rada reged Kamar saya sudah agak kotor. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi resik bersih >< reged kotor juga dapat dibuat tataran menjadi: resik banget agak bersih sekali >< reged

29 digilib.uns.ac.id 53 banget agak kotor sekali. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 10) Data 42 (PBJ: halaman 74) Wareg kenyang >< luwe lapar Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wetengku krasa wareg Perut saya terasa kenyang >< Wetengku krasa luwe Perut saya terasa lapar. Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Wetengku krasa wareg banget Perut saya terasa kenyang sekali >< Wetengku krasa luwe banget Perut saya terasa lapar sekali. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi wareg kenyang >< luwe lapar juga dapat dibuat tataran menjadi: rada wareg agak kenyang >< rada luwe agak lapar. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. c. Keberlawanan Arti Berbalikan (Converseness Relation) Relasi berbalikan adalah relasi antara dua hal (atau orang) di mana ada relasi yang berlawanan namun penyebutannya mempersyaratkan bahwa yang satu harus disebutkan lebih dulu daripada yang lain atau dalam urutan yang berbalikan. Contoh: 1) Data 14 (PBJ: halaman 76) Adol jual >< tuku beli Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku adol klambi neng pasar Saya menjual baju di pasar >< Aku tuku klambi neng pasar Saya membeli baju di pasar.

30 digilib.uns.ac.id 54 Contoh: X nuku klambi saka Y X membeli baju dari Y >< Y ngedol klambi marang X Y menjual baju kepada X. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah nuku membeli >< ngedol menjual dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan nuku membeli >< ngedol menjual termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas. 2) Data 43 (KBJP: halaman 86) Mabur terbang >< mencok hinggap Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kinjenge wis mabur saka wit gedhang Capungnya sudah terbang dari pohon pisang >< Kinjenge wis mencok neng wit gedhang Capungnya sudah hinggap di pohon pisang. Contoh: X mabur saka Y X terbang dari Y >< Y mencok neng X Y hinggap di X. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah mabur terbang >< mencok hinggap dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan mabur terbang >< mencok hinggap termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas. 3) Data 44 (KBJP: halaman 87) Mlebu masuk >< metu keluar Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku mlebu kelas jam sewelas Saya masuk kelas pukul sebelas >< Aku metu saka kelas jam sewelas Saya keluar dari kelas pukul sebelas.

31 digilib.uns.ac.id 55 Contoh: X mlebu neng Y X masuk di Y >< Y metu saka X Y keluar dari X. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah mlebu masuk >< metu keluar dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan mlebu masuk >< metu keluar termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas. 4) Data 13 (PBJ: halaman 74) Teka datang >< lunga pergi Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Bayu teka jam wolu Bayu datang jam delapan >< Bayu lunga jam wolu Bayu pergi jam delapan. Contoh: X teka neng Y X datang di Y >< Y lunga saka X Y pergi dari X. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah teka datang >< lunga pergi dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan teka datang >< lunga pergi termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas. d. Keberlawanan Arti Direksional (Keberlawanan Arti Tipe Arah) Keberlawanan arti direksional yaitu apabila antonimi itu menyatakan arti bergerak ke arah yang berlawanan. Data yang termasuk antonimi direksional adalah. 1) Data 43 (KBJP: halaman 86) Mabur terbang >< mencok hinggap

32 digilib.uns.ac.id 56 Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kinjenge wis mabur saka wit gedhang Capungnya sudah terbang dari pohon pisang >< Kinjenge wis mencok neng wit gedhang Capungnya sudah hinggap di pohon pisang. Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti tipe arah yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yaitu mabur terbang >< mencok hinggap yang artinya bergerak ke arah berlawanan. Antonimi mabur terbang berarti menjauhi dari benda atau hal yang dihinggapi >< mencok hinggap berarti mendekati benda atau hal yang dihinggapi. Data tersebut menyatakan suatu aktivitas, sehingga termasuk kata kerja. 2) Data 44 (KBJP: halaman 87) Mlebu masuk >< metu keluar Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku mlebu kelas jam sewelas Saya masuk kelas pukul sebelas >< Aku metu saka kelas jam sewelas Saya keluar dari kelas pukul sebelas. Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti tipe arah yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yaitu mlebu masuk >< metu keluar yang artinya bergerak ke arah berlawanan. Antonimi mlebu masuk berarti mendatangi suatu tempat >< metu keluar berarti meninggalkan suatu tempat. Data tersebut menyatakan suatu aktivitas, sehingga termasuk kata kerja. 3) Data 13 (PBJ: halaman 74) Teka datang >< lunga pergi Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Bayu teka jam wolu Bayu datang jam delapan >< Bayu lunga jam wolu Bayu pergi jam delapan.

33 digilib.uns.ac.id 57 Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti tipe arah yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yaitu teka datang >< lunga pergi yang artinya bergerak ke arah berlawanan. Antonimi teka datang berarti mendatangi atau tiba di suatu tempat >< lunga pergi berarti meninggalkan suatu tempat. Data tersebut menyatakan suatu aktivitas, sehingga termasuk kata kerja. e. Keberlawanan Arti Berkeanggotaan Ganda atau Banyak Contoh antonimi: 1) Data 45 (C: SMP) Abang merah >< ireng hitam >< putih putih >< biru biru >< ijo hijau. Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku tuku klambi werna abang Saya beli baju warna merah >< Aku tuku klambi werna ireng Saya beli baju warna hitam >< Aku tuku klambi werna putih Saya beli baju warna putih >< Aku tuku klambi werna biru Saya beli baju warna biru >< Aku tuku klambi werna ijo Saya beli baju warna hijau. Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota ganda yaitu abang merah >< ireng hitam >< putih putih. Abang merah merupakan warna bukan ireng hitam >< ireng hitam merupakan warna bukan putih putih >< putih putih merupakan warna bukan abang merah >< biru biru merupakan warna bukan ijo hijau >< ijo hijau merupakan warna bukan biru biru. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

34 digilib.uns.ac.id 58 2) Data 46 (C: SMP) Ngisor bawah >< tengah tengah >< dhuwur atas Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku turu neng kamar ngisor Saya tidur di kamar bawah >< Aku turu neng kamar tengah Saya tidur di kamar tengah >< Aku turu neng kamar dhuwur Saya tidur di kamar atas. Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota ganda yaitu ngisor bawah >< tengah tengah >< dhuwur dhuwur. Ngisor bawah menunjukkan letak tingkat rendah >< tengah tengah menunjukkan letak tingkat menengah >< dhuwur dhuwur menunjukkan letak ketinggian tingkat atas. Antonimi tersebut merupakan kelas kata tugas, karena menyatakan suatu keterangan. 3) Data 47 (C: SMP) Panas panas >< anget hangat >< adhem dingin Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku gawe teh rada panas Saya membuat teh agak panas >< Aku gawe teh rada anget Saya membuat teh agak hangat >< Aku gawe teh rada adhem Saya membuat teh agak dingin. Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota ganda yaitu panas panas >< anget hangat >< adhem dingin. Panas panas menunjukkan suhu yang tinggi >< anget hangat menunjukkan tingkat suhu sedang >< adhem dingin menunjukkan suhu yang rendah. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

35 digilib.uns.ac.id 59 4) Data 48 (DA: Mahasiswa) Senin Senin >< Selasa Selasa >< Rabu Rebo >< Kamis Kemis >< Jumat Jumat >< Sabtu Setu >< Minggu Minggu Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku olah raga saben dina Senin Saya olah raga setiap hari Senin >< Aku olah raga saben dina Selasa Saya olah raga setiap hari Selasa >< Aku olah raga saben dina Rebo Saya olah raga setiap hari Rabu >< Aku olah raga saben dina Kemis Saya olah raga setiap hari Kamis >< Aku olah raga saben dina Jumat Saya olah raga setiap hari Jumat >< Aku olah raga saben dina Setu Saya olah raga setiap hari Sabtu >< Aku olah raga saben dina Minggu Saya olah raga setiap hari Minggu. Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota banyak yaitu Senin Senin >< Selasa Selasa >< Rebo Rabu >< Kamis Kemis >< Jumat Jumat >< Sabtu Setu >< Minggu Minggu. Senin Senin merupakan nama hari yang mana bukan hari Minggu Minggu >< Selasa Selasa merupakan nama hari yang mana bukan hari Senin Senin >< Rebo Rabu merupakan nama hari yang mana bukan hari Selasa Selasa >< Kemis Kamis merupakan nama hari yang mana bukan hari Rebo Rabu >< Jumat Jumat merupakan nama hari yang mana bukan hari Kemis Kamis >< Setu Sabtu merupakan nama hari yang mana bukan hari Jumat Jumat >< Minggu Minggu merupakan nama hari yang mana bukan hari Setu Sabtu. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

36 digilib.uns.ac.id 60 f. Keberlawanan Arti Antipodal, Orthogonal Berkaitan dengan Arah Angin Tipe jenis ini berkaitan dengan arah angin (barat, timur, utara, selatan). Tipe antipodal bersifat keberlawanan kutub. Contoh: 1) Data 49 (D: Mahasiswa) Etan timur >< Kulon barat Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Neng etan omahku ana kali Di timur rumah saya ada sungai >< Neng kulon omahku ana kali Di barat rumah saya ada sungai. Secara antipodal, orang dapat menyatakan bahwa etan timur adalah lawan kulon barat. Pandangan lain adalah yang bersifat orthogonal yaitu yang menyatakan bahwa etan timur itu bukan kulon barat, bukan lor utara, bukan juga kidul selatan. Antonimi tersebut merupakan kelas kata tugas, karena menyatakan suatu keterangan. 2) Data 50 (S: Mahasiswa) Lor utara >< kidul selatan Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahku madhep ngalor Rumah saya menghadap utara >< Omahku madhep ngidul Rumah saya menghadap selatan. Secara antipodal, orang dapat menyatakan bahwa lor utara adalah lawan kidul selatan. Pandangan lain adalah yang bersifat orthogonal yaitu yang menyatakan bahwa lor utara bukan kidul selatan, bukan etan

37 digilib.uns.ac.id 61 timur itu bukan juga kulon barat. Antonimi tersebut merupakan kelas kata tugas, karena menyatakan suatu keterangan. 3) Data 51 (H: Mahasiswa) Lor etan timur laut >< kidul kulon barat daya Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Neng lor etan omahku ana kebon Di timur laut rumah saya ada kebun >< Neng kidul kulon omahku ana kebon Di barat daya rumah saya ada kebun. Secara antipodal, orang dapat menyatakan bahwa lor etan timur laut adalah lawan kidul kulon barat daya. Pandangan lain adalah yang bersifat orthogonal yaitu yang menyatakan bahwa lor etan timur laut bukan kidul kulon barat daya, bukan lor kulon barat laut itu bukan juga kidul etan tenggara. Antonimi tersebut merupakan kelas kata tugas, karena menyatakan suatu keterangan. 4) Data 52 (H: Mahasiswa) Lor kulon barat laut >< kidul etan tenggara Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Saben esuk aku mlaku-mlaku ana ing lor kulone sawah Setiap pagi saya jalan-jalan di barat lautnya sawah >< Saben esuk aku mlaku-mlaku ana ing kidul etane sawah Setiap pagi saya jalan-jalan di tenggaranya sawah. Secara antipodal, orang dapat menyatakan bahwa lor kulon barat laut adalah lawan kidul etan tenggara. Pandangan lain adalah yang bersifat orthogonal yaitu yang menyatakan bahwa lor kulon barat laut bukan kidul etan tenggara, bukan lor etan timur laut bukan juga kidul kulon barat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015

Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015 Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015 Oleh: Khilyatus Shiyam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa khilyashiyam@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

Oleh:Nur Aini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh:Nur Aini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Afiksasi, Reduplikasi, dan Komposisi Bahasa Jawa dalam Cerbung Getih Sri Panggung karya Kukuh S. Wibowo pada Majalah Panjebar Semangat Edisi 12 Bulan Maret Sampai Edisi 26 Bulan Juni Tahun 2013 Oleh:Nur

Lebih terperinci

ANTONIMI DALAM BAHASA JAWA (Suatu Kajian Semantik)

ANTONIMI DALAM BAHASA JAWA (Suatu Kajian Semantik) ANTONIMI DALAM BAHASA JAWA (Suatu Kajian Semantik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan bab tema makanan dan kesehatan satuan pengukuran waktu setiap pagi bayu selalu sarapan pagi ini ia menikmati sarapan dengan lahap ia makan nasi sayur dan lauk tidak lupa ia minum segelas susu jam menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 3 ANALISIS 3.1 engantar Dalam bab ini dilakukan analisis sintaksis terhadap kalimat yang memiliki verba berprefiks di- dalam bahasa Jawa. Bagaimana pola kalimat yang terbentuk melalui verba berprefiks

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

METODE DAN TEKNIK ANALISIS AFIKS -AN DALAM BAHASA JAWA

METODE DAN TEKNIK ANALISIS AFIKS -AN DALAM BAHASA JAWA METODE DAN TEKNIK ANALISIS AFIKS -AN DALAM BAHASA JAWA Nanik Herawati* Abstrak : Kegiatan penelitian bahasa terbagi menjadi dua kurus proses besar, yakni pencarian masalah dan pemecahan masalah. Kurun

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com bab 3 pengukuran q belajar matematika kalian telah belajar penjumlahan dan pengurangan pada bab ini kalian akan belajar tentang pengukuran penjumlahan dan pengurangan bilangan sangat membantu dalam pengukuran

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM ACARA BERITA BERBAHASA JAWA KUTHANE DHEWE DI TV BOROBUDUR SEMARANG

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM ACARA BERITA BERBAHASA JAWA KUTHANE DHEWE DI TV BOROBUDUR SEMARANG INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM ACARA BERITA BERBAHASA JAWA KUTHANE DHEWE DI TV BOROBUDUR SEMARANG Joko Sukoyo Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Manusia melakukan proses interaksi dengan sesamanya,

Lebih terperinci

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE Cakrik omah panggang pe iki minangka cakrik omah jawa kang prasaja dhewe yen katandhingake karo cakrik-cakrik liyane. Dumadi saka papat utawa enem saka. Saka kang separo rada endhek

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3

NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3 NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3 Oleh:Fitriani Syarifah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anncil@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Mari berhitung 1 sampai 10. Perhatikan jari tangan di bawah ini! 1 2 3 4 5 satu dua tiga empat lima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

DAYA PRAGMATIK (PRAGMATIK FORCE) PADA PERBANDINGAN ANTONIM BAHASA JAWA DAN BAHASA INDONESIA SERTA KORELASI BUDAYA MASYARAKAT PENUTURNYA

DAYA PRAGMATIK (PRAGMATIK FORCE) PADA PERBANDINGAN ANTONIM BAHASA JAWA DAN BAHASA INDONESIA SERTA KORELASI BUDAYA MASYARAKAT PENUTURNYA DAYA PRAGMATIK (PRAGMATIK FORCE) PADA PERBANDINGAN ANTONIM BAHASA JAWA DAN BAHASA INDONESIA SERTA KORELASI BUDAYA MASYARAKAT PENUTURNYA Paramita Ida Safitri 1, Rosika Herwin Puspitasari 2 S2 Pendidikan

Lebih terperinci

kegiatan sehari hari pelajaran 2

kegiatan sehari hari pelajaran 2 pelajaran 2 kegiatan sehari hari semua anak senang bermain anak anak bermain setiap hari bermain membuat hati senang bermain boleh saja asal jangan lupa belajar kegiatan sehari hari 17 mengenal tanda baca

Lebih terperinci

BILANGAN SAMPAI DENGAN 10

BILANGAN SAMPAI DENGAN 10 Materi pelajaran matematika kelas 1 SD BILANGAN SAMPAI DENGAN 10 1. Menghitung dan Mengurutkan Benda Sampai Dengan 5 a. Membilang atau menghitung secara urut b. Menyebutkan banyak benda c. Membandingkan

Lebih terperinci

Analisis Sosiologi Sastradalam Naskah Layang Sri Juwita karya Mas Sasra Sudirja

Analisis Sosiologi Sastradalam Naskah Layang Sri Juwita karya Mas Sasra Sudirja Analisis Sosiologi Sastradalam Naskah Layang Sri Juwita karya Mas Sasra Sudirja Oleh: Nur Alfatun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nur.alfatun2@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Oleh: Siti Mudrikah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sitimudrikah645@gmail.com

Lebih terperinci

FRASA VERBAL TIPE VERBA ADJEKTIF DALAM BAHASA JAWA

FRASA VERBAL TIPE VERBA ADJEKTIF DALAM BAHASA JAWA FRASA VERBAL TIPE VERBA ADJEKTIF DALAM BAHASA JAWA Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Dua Dunia SAUSAN SYAHIN

Dua Dunia SAUSAN SYAHIN Dua Dunia Sya seperti menjalani hidup di dua dunia. Bahasa yang digunakan anak-anak Asrama Kodim bahasa Indonesia tetapi dengan teman-teman sekolah ia mesti berbahasa daerah Minang. Teman-teman di sekolah

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1 Pelaksanaan Pendampingan Keluarga 4.1.1 Kunjungan 1 Hari/Tanggal : Jumat, 29 Juli 2016 Jenis Kegiatan : Perkenalan dan sosialisasi dengan

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Oleh: Desy Anindita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa desyanindita22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOFONEMIK PADA CERITA BERSAMBUNG PAK GURU DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2012 KARYA SUHINDRIYO

ANALISIS MORFOFONEMIK PADA CERITA BERSAMBUNG PAK GURU DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2012 KARYA SUHINDRIYO ANALISIS MORFOFONEMIK PADA CERITA BERSAMBUNG PAK GURU DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2012 KARYA SUHINDRIYO Oleh: Heru Tafiyanto program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Heruponyoel@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangannya selama hidup dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat manusia

BAB I PENDAHULUAN. pandangannya selama hidup dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Humor adalah sesuatu yang lucu dan menyenangkan. Keberadaan humor bermanfaat bagi manusia untuk terbebas dari belenggu kesengsaraan, kecemasan, dan kekejaman

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan sesuai dengan permasalahan. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO Oleh : Novyta Kumayroh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Novyta_kumayroh@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat SARJANA S-1. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat SARJANA S-1. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat SARJANA S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

NOMINA KOSMIS DALAM BAHASA JAWA

NOMINA KOSMIS DALAM BAHASA JAWA NOMINA KOSMIS DALAM BAHASA JAWA Oleh: Ashari Hidayat Jurusan Ilmu Budaya FISIP Universitas Jenderal Soedirman Jl. Kampus Lapangan Grendeng Purwokerto e-mail: asharisatu@yahoo.com Abstract Cosmic nouns

Lebih terperinci

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini.

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini. Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini. (a) Tarif dasar listrik naik. (b) 10 = 50 5 (c) Celana Dono berwarna hitam. (d) Semua jenis ikan bertelur. (e)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

Lebih terperinci

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X Oleh: Hana Pebri Ristiadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. GPdI HALELUYA CIMAHI. Jalan Kolonel Masturi 67 Telepon: (022) No: 02/ V/ RH/ Pelnap/ 2008

PELAYANAN ANAK. GPdI HALELUYA CIMAHI. Jalan Kolonel Masturi 67 Telepon: (022) No: 02/ V/ RH/ Pelnap/ 2008 PELAYANAN ANAK GPdI HALELUYA CIMAHI Jalan Kolonel Masturi 67 Telepon: (022) 6650757 No: 02/ V/ RH/ Pelnap/ 2008 2 Bagaimana cara membaca renungan ini? 1. Adik adik siapkan dulu Alkitab, buku renungan dan

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dewi Larasati NIM : 2102408087 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Profil Taman Mataram Kota Pekalongan Lapangan Mataram terletak di Kelurahan Podosugih, Kota Pekalongan,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI INDUSTRIALISASI PEDESAAN DAN TARAF HIDUP RUMAHTANGGA

IMPLEMENTASI INDUSTRIALISASI PEDESAAN DAN TARAF HIDUP RUMAHTANGGA 105 IMPLEMENTASI INDUSTRIALISASI PEDESAAN DAN TARAF HIDUP RUMAHTANGGA Bab sebelumnya telah menguraikan strategi nafkah yang dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik dengan adanya implementasi industrialisasi

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. homonimi. Homonimi (dari bahasa Latin homo yang berarti sama dan nomos yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. homonimi. Homonimi (dari bahasa Latin homo yang berarti sama dan nomos yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud bermacam-macam. Dalam setiap bahasa termasuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. A. Kompetensi Inti KI1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. A. Kompetensi Inti KI1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan Alokasi Waktu : SMP Negeri 3 Jetis : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Pengalaman Pribadhi : ke-3 : 2 x

Lebih terperinci

BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)

BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK) BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK) SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anggun Setyorini

Lebih terperinci

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript 2014 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Beginners (Section I Listening) Transcript Familiarisation Text Sudah pindah rumah, Sri? Sudah Joko. Bagaimana rumah barumu? Bagus Joko. Aku punya

Lebih terperinci

PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1. oleh: Sri Hertanti Wulan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY

PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1. oleh: Sri Hertanti Wulan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1 oleh: Sri Hertanti Wulan hertanti_wulan@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY Aksara nglegena yang digunakan dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya

Lebih terperinci

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Oleh: Dwi Septi Purwaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa dwisepti216@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Humor Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Jusuf, 1984: 5), kata humor berasal dari bahasa Yunani, yang berarti getah. Dalam kehidupan sehari-hari humor dapat diartikan

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK DiyahAgustiyan. 2012. Analisis Deiksisdalam Novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana vital dalam berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama manusia. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan dan memahami pesan atau maksud

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI SMK PGRI LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI SMK PGRI LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI SMK PGRI LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sumartono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Peristiwa

Lebih terperinci

BAB HUBUNGAN ANTARSATUAN

BAB HUBUNGAN ANTARSATUAN BAB 6 HUBUNGAN ANTARSATUAN Tata pergi ke rumah nenek. Ia berangkat pada hari Sabtu. Empat hari kemudian, Dio berangkat juga ke tempat yang sama. Pada hari apakah Dio berangkat? Setelah 3 hari Dio di rumah

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 1. Bacaan untuk soal nomor 2-4 Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba

Lebih terperinci

Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Jawa sebagai anugerah Tuhan Yang Mahaesa sebagai sarana menyampaikan informasi lisan dan tulis

Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Jawa sebagai anugerah Tuhan Yang Mahaesa sebagai sarana menyampaikan informasi lisan dan tulis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 2 Ngemplak Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Parikan Pertemuan : 1 x pertemuan A. Kompetensi Inti 1. Menghargai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALAT PERELATIF SING DAN KANG/INGKANG SERTA STRATEGI PERELATIFAN DALAM BAHASA JAWA

KARAKTERISTIK ALAT PERELATIF SING DAN KANG/INGKANG SERTA STRATEGI PERELATIFAN DALAM BAHASA JAWA KARAKTERISTIK ALAT PERELATIF SING DAN KANG/INGKANG SERTA STRATEGI PERELATIFAN DALAM BAHASA JAWA Yunus Sulistyono Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Hasil survei ini merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi sesungguhnya dari wilayah Mergangsan Kidul, Kelurahan Wirogunan. Hasil survei ini

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN ANALISIS MORFOLOGI BENTUK PASIF BAHASA JAWA BANYUMAS

E-ISSN Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN ANALISIS MORFOLOGI BENTUK PASIF BAHASA JAWA BANYUMAS E-ISSN 2503-0329 Volume 1, No. 1, Februari 2016 ISSN 2502-5864 73 ANALISIS MORFOLOGI BENTUK PASIF BAHASA JAWA BANYUMAS Siti Maryam FKIP, Universitas Muhammadiyah Jember sitimaryam1402@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu : SMP N 1 BERBAH. : Bahasa Jawa : VIII/ Ganjil : 2 X 40 menit A. Standar Kompetensi : 4. Mengungkapkan gagasan

Lebih terperinci

41 A. Menyampaikan Pesan Pendek

41 A. Menyampaikan Pesan Pendek 41 A. Menyampaikan Pesan Pendek Siapa yang belum sarapan? Lho, mengapa belum sarapan? Sebelum berangkat sekolah, kamu harus sarapan! Kebiasaan ini sangat baik. Jika tidak, konsentrasi belajarmu akan terganggu

Lebih terperinci

Tema 1. Keluarga yang Rukun

Tema 1. Keluarga yang Rukun Tema 1 Keluarga yang Rukun Manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia memerlukan bantuan orang lain. Manusia disebut makhluk sosial. Manusia saling bekerja sama. Mereka hidup bersama. Kalian mempunyai keluarga?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat

Lebih terperinci

SOAL FINAL LOGIKA ILPC 2011

SOAL FINAL LOGIKA ILPC 2011 SOAL FINAL LOGIKA ILPC 2011 1. Jika diketahui bahwa dua dari tiga hari di Surabaya terjadi hujan, maka berapa probabilitas terjadi setidaknya 4 hari cerah dari 5 hari yang dipilih? (*) 2. Seorang laki

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM SING LUCU PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT EDISI FEBRUARI-JUNI TAHUN 2012

ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM SING LUCU PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT EDISI FEBRUARI-JUNI TAHUN 2012 ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM SING LUCU PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT EDISI FEBRUARI-JUNI TAHUN 2012 Oleh: Hidayatul Mukaromah program studi pendidikan bahasa

Lebih terperinci

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Oleh : Widaningsih Dwi Indrawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Widaningsihdi72@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih

Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih bersekolah dasar kelas 6 yang ingin menunggu pengumuman

Lebih terperinci

1. Hasil : =. A B C D

1. Hasil : =. A B C D 1. Hasil 24.272 + 7.696 : 37 16 1.515 =. A. 11.985 B. 12.75 C. 12.85 D. 12.95 2. Toko alat tulis Teladan memiliki persediaan buku 8 pak. Setiap pak berisi buku dengan harga Rp24.,. Jika laba yang diperoleh

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

bangun ruang bab 3 kejadian sehari hari belanja di swalayan hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan

bangun ruang bab 3 kejadian sehari hari belanja di swalayan hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan bab 3 bangun ruang tema 5 kejadian sehari hari belanja di swalayan tema 6 hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan tujuan pembelajaran pembelajaran ini bertujuan agar kamu mampu: mengelompokkan berbagai

Lebih terperinci

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur.

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur. Peta konsep Geometri dan pengukuran Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah Alat Ukur Satuan Ukur Waktu Berat Waktu : Jam Berat : Neraca Jam Detik bulan Menit Hari tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan dan analisis data tentang konsep perlawanan makna dalam epigram berbahasa Inggris, kesimpulan yang bisa diperoleh akan disampaikan dalam bab ini. Selain itu,

Lebih terperinci

Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014

Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014 Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014 Oleh: Menik Marisawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa menik_marisawati@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA digilib.uns.ac.id 25 BAB II ANALISIS DATA Deskripsi hasil penelitian dalam Bab II ini merupakan analisis data dan pembahasan tentang bentuk dan kelas kata homonimi, kelompok homonimi, jenis homonimi dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan Alokasi Waktu : SMP N 3 Sewon : VII/Gasal : Bahasa Jawa : Parikan : ke-6 : 2 x 40 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara Oleh: Ani Rahayu program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anirahayu758@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. ( Section I Listening) Transcript

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. ( Section I Listening) Transcript 2016 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Beginners ( Section I Listening) Transcript Familiarisation Text Kamu membeli apa untuk Rini? Untuk Rini? Mengapa? Untuk hari ulang tahunnya minggu

Lebih terperinci

NASKAH FILM DESA YANG SEJUK TUGAS FILM KARTUN

NASKAH FILM DESA YANG SEJUK TUGAS FILM KARTUN NASKAH FILM DESA YANG SEJUK TUGAS FILM KARTUN Disusun oleh : Ahmad Bukhori Masruri 09.12.3850 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Desa Yang

Lebih terperinci

RAHASIA DOKUMEN NEGARA SIMULASI 3 NASKAH SOAL MATEMATIKA

RAHASIA DOKUMEN NEGARA SIMULASI 3 NASKAH SOAL MATEMATIKA RAHASIA DOKUMEN NEGARA SIMULASI 3 NASKAH SOAL MATEMATIKA SOAL MATEMATIKA 1. Hasil 24.272 + 7.696 : 37 16 1.515 =. A. 11.985 B. 12.075 C. 12.085 D. 12.095 2. Toko alat tulis Teladan memiliki persediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini, disampaikan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Setelah mengadakan penelitian terhadap objek yang dipilih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan hiburan sangat penting bagi manusia dan sudah mengambil tempat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan hiburan sangat penting bagi manusia dan sudah mengambil tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hiburan sangat penting bagi manusia dan sudah mengambil tempat sebagai salah satu dari kebutuhan-kebutuhan hidup. Pada saat ini industri hiburan sudah memiliki

Lebih terperinci

BAB IV. moment dan analisis regresi linear, peneliti melakukan analisis deskriptif yaitu. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket

BAB IV. moment dan analisis regresi linear, peneliti melakukan analisis deskriptif yaitu. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket BAB IV PERUBAHAN SOSIAL PEKERJAAN PETANI KE PEKERJAAN NON SKILL DALAM ANALISIS TEORI PERUBAHAN SOSIAL MENURUT EMILE DURKHEIM: PEMBAGIAN KERJA DAN SOLIDARITAS SOSIAL A. Analisis Deskriptif Peneliti dalam

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.14

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.14 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.14 1. Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/!1(5).jpg Sumber: manfaat.co.id (diakses 16

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Struktur Cerita Anak Karya Dyah Saptorini. menggunakan teori yang dikemukakan oleh Robert Stanton dalam bukunya

BAB IV PEMBAHASAN. A. Struktur Cerita Anak Karya Dyah Saptorini. menggunakan teori yang dikemukakan oleh Robert Stanton dalam bukunya digilib.uns.ac.id 34 BAB IV PEMBAHASAN A. Struktur Cerita Anak Karya Dyah Saptorini Struktur merupakan unsur struktural yang membangun sebuah karya sastra. Dalam sajian data penelitian cerita anak karya

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA 25 BAB II ANALISIS DATA Deskripsi hasil penelitian dalam Bab II ini merupakan analisis data dan pembahasan tentang bentuk dan kelas kata homonimi, kelompok homonimi, jenis homonimi dalam bahasa Jawa. 1.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS

PEMBAHASAN SOAL SINTAKSIS PEMHSN SOL SINTKSIS 1. Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk Frasa adalah frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

Lebih terperinci

Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita...

Di Rusun Mereka Dimanja, di Perahu Mereka Menderita... Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita... http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/21/10481831/di.rusun.mereka.dimanja.di.perahu.mereka.menderita KOMPAS/RADITYA HELABUMIRumah Susun Rawa

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO Oleh : Ari Rahmawati Soimah pendidikan bahasa dan sastra jawa Mitathegaul@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS PEROLEHAN BAHASAA JAWA ANAK PLAYGROUP AULIYAA KENDAL USIA 3-4 TAHUN SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama NIM : Elok Wahyuni : 2102407065 Program studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Oleh: Imroati Hasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION INDONESIAN 2 UNIT Z LISTENING SKILLS TRANSCRIPT

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION INDONESIAN 2 UNIT Z LISTENING SKILLS TRANSCRIPT HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION 1999 INDONESIAN 2 UNIT Z LISTENING SKILLS TRANSCRIPT 2 ITEM 1 Ayo lekas bangun. Hari ini kamu harus naik bus sekolah. Mobil bapak mogok. Ayo bangun! Bus sekolah berangkat

Lebih terperinci

BIMBEL ONLINE ROAD TO SBMPTN 2018 TPA

BIMBEL ONLINE ROAD TO SBMPTN 2018 TPA BIMBEL ONLINE ROAD TO SBMPTN 018 TPA Sabtu, 5 Mei 018; Pkl. 16.00 17.30 WIB online.sonysugemacollege.com oleh: Muammar Hardian, S.T. Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor 5 pilihlah satu di antara lima

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA dan MATEMATIKA

BAHASA INDONESIA dan MATEMATIKA Kode ART Lembar Soal A dan C BAHASA INDONESIA dan MATEMATIKA Usia 7-12 Tahun Nama : Kelas : Umur : Nama Sekolah : PETUNJUK SOAL: Tulislah jawaban pada lembar jawaban yang tersedia. Waktu yang tersed ia

Lebih terperinci

Kajian Moral Dalam Novel Katresnan Kang Angker Karya Pĕni

Kajian Moral Dalam Novel Katresnan Kang Angker Karya Pĕni Kajian Moral Dalam Novel Katresnan Kang Angker Karya Pĕni Oleh: Khoirul Makhin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Khoirulmahin@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk

Lebih terperinci