INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI SMK PGRI LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI SMK PGRI LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016"

Transkripsi

1 INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS XI SMK PGRI LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sumartono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Peristiwa interferensi terjadi pada tuturan dwibahasawan sebagai akibat kemampuannya dalam berbahasa lain.tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar interferensi morfologi dan sintaksis dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang Tahun Pelajaran 2015/2016. Tujuan khusus untuk mengetahui seberapa besar interferensi bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang Tahun Pelajaran 2015/2016. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat. Sumber data berjumlah 4 karangan siswa dari 25 karangan yang dipilih secara acak ( random) dan purposive sampling. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode deskriptif kualitatif dan metode padan dengan teknik dasar (pilah) dan teknik lanjutan (banding). Peneliti menggunakan desain yaitu: (1) menentukan fokus penelitian; (2) menentukan kesesuaian paradigm pada fokus; ( 3) menentukan kesesuaian paradigma penelitian pada teori substantif yang dipilih untuk membimbing penelitian; (4) menentukan dari mana dan kata siapa data itu akan dikumpulkan; (5) menentukan tahapan-tahapan penelitian; (6) menentukan instrumen penelitian; (7) merencanakan model-model pengumpulan dan perekaman data; (8) merencanakan prosedur analisis data; (9) merencanakan logistik; (10) merencanakan keterpercayaan. Lincoln dan Guba, (1985:226) Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, Interferensi sistem dan wujud morfologi bahasa Jawa pada morfologi bahasa Indonesia karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang adalah pembentukan konfiks {ke-/-an}, prefiks {ke-}, prefiks nasal {N-} beralomorf /ng/ dan /ny/, serta pembentukan prefiks zero, dan sufiks {-an}. Kedua, Interferensi sistem dan wujud sintaksis bahasa Jawa (termasuk frasa atau kelompok kata) pada pengkalimatan bahasa Indonesia karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang adalah penggunaan akhiran {-nya}, penggunaan kata sapaan kekerabatan, dan pembentukan frasa. Kata-kata kunci: Interferensi morfologi, sintaksis, dan bahasa Jawa NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 303

2 PENDAHULUAN Keraf (19:2000) bahasa dapat diartikan alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dilakukan oleh alat ucap manusia. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa tidak dapat lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang mereka gunakan dapat berupa bahasa nasional dan bahasa daerah. Bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi antar suku, sedangkan bahasa daerah digunakan sebagai alat komunikasi untuk warga sesuku. Bahasa daerah sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, maka kedua bahasa tersebut mengalami kontak bahasa sehingga pengaruh bahasa daerah masuk ke dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa daerah yang mengalami kontak bahasa tersebut adalah bahasa yang dipakai oleh sebagian besar masyarakat di provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur yaitu bahasa Jawa. Sebagai akibat adanya kontak bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, tidak menutup kemungkinan secara tidak disadari kata-kata dari bahasa Jawa masuk ke dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Masuknya Bahasa Jawa kedalam Bahasa Indonesia dapat disebabkan karena penutur Bahasa Indonesia adalah masyarakat dengan Bahasa Jawa sebagai Bahasa ibu. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa, biasa digunakan pada lingkungan informal baik di keluarga maupun di lingkungan masyarakat secara luas. Tidak dapat dihindari, apabila tanpa disadari bahasa Jawa kemudian terbawa dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi formal seperti dalam proses belajar mengajar. Kedwibahasaan dapat terjadi pada setiap masyarakat yang mengenal dua bahasa. Tidak dapat dipungkiri apabila bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang dikuasai dalam masyarakat Indonesia setelah bahasa daerah. Hal ini terjadi pula pada masyarakat Jawa Timur. Sebagian besar masyarakat Jawa Timur dapat menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Fenomena kedwibahasaan dapat terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, baik sekolah yang berada di daerah perkotaan, pinggiran kota, maupun sekolah yang berada di daerah pedesaan. Kedwibahasaan dapat ditemukan dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, termasuk juga pelajaran bahasa Indonesia. Chaer (65:2003) menyatakan bahwa bilingualisme dan multilingualisme sebagai akibat dari kontak bahasa, dapat tampak dalam kasus yang muncul dalam pemakaian bahasa seperti interferensi, integrasi, alih kode, dan campur kode. Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang sedang digunakan tersebut. Integrasi adalah masuknya unsur bahasa lain ke dalam suatu bahasa yang unsur-unsur dari bahasa lain tersebut, telah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Alih kode yaitu beralihnya penggunaan suatu kode, berupa NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 304

3 bahasa atau pun ragam bahasa tertentu, ke dalam kode lain (bahasa atau ragam lain). Sementara itu, campur kode adalah peristiwa beralihnya penggunaan suatu kode ke dalam kode yang lain yang terjadi tanpa alasan dan biasanya terjadi dalam situasi santai Suwito (55:1983) menjelaskan, bahwa interferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi, tata kalimat, tata kata, dan tata makna. Disamping itu, Weinrich (14:1953) juga membagi bentuk-bentuk interferensi atas tiga bagian, yaitu interferensi fonologi, interferensi leksikal, dan interferensi gramatikal. Interferensi fonologi adalah pengaruh bunyi bahasa satu ke bunyi bahasa lain. Interferensi gramatikal adalah pengaruh tata bahasa yang satu ke dalam tata bahasa atau struktur bahasa yang lain. Interferensi gramatikal dibedakan atas interferensi morfologis dan interferensi sintaksis. Interferensi morfologi terjadi pada sistem pembentukan kata. Interferensi sintaksis terjadi pada struktur frase, klausa dan kalimat. Interferensi leksikal adalah pengaruh kata dari bahasa satu ke bahasa lain, Interferensi leksikal bisa disebut dengan intereferensi serpihan kata. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK PGRI Lumajang) tersebut terletak di Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang. Masyarakat Kecamatan Lumajang, dan sekitarnya adalah penutur asli bahasa Jawa, sehingga dalam komunikasi seharihari bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Kontak bahasa yang terjadi antara siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah juga dilakukan dengan bahasa Jawa. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap penguasaan bahasa Indonesia siswa. Bentuk pengaruh tersebut dapat diketahui dari adanya unsur-unsur bahasa Jawa yang masuk dalam bahasa Indonesia pada tulisan siswa. Penggunaan bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi sebagai berikut: (1) menjaga dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa sehingga menjadi faktor penting untuk peneguhan jati diri daerah; (2) menyelaraskan fungsi bahasa, sastra, dan aksara Jawa dalam kehidupan masyarakat sejalan dengan arah pembinaan bahasa Indonesia; (3) mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral dan spiritual yang terkandung dalam budaya Jawa untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional; dan (4) mendayagunakan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana untuk pembangunan karakter dan budi pekerti. Semi (2003:12) menyatakan bahwa untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik, penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu sebagai (1) keterampilan berbahasa, (2) keterampilan penyajian, dan (3) keterampilan perwajahan. Keterampilan berbahasa sangat diperlukan sebab dalam keterampilan ini penulis harus dapat menggunakan ejaan, tanda baca, pemilihan kata, pembentukan kata, penggunaan kalimat yang efektif, serta penyusunan paragraf yang baik. Penulis diharapkan mampu menyusun NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 305

4 tulisan secara sistematis dalam menyajikan sebuah keterampilan menulis. Adapun keterampilan perwajahan yang meliputi penyusunan format, pemilihan ukuran kertas, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain ini diperlukan untuk mendukung kesempurnaan serta kerapian tulisan. Penguasaan tiga ketrampilan dasar dalam menulis tersebut diharapkan akan lebih mudah mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Hasil tulisan yang baik akan memudahkan orang lain untuk memperoleh informasi yang disajikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar interferensi morfologi dan sintaksis dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang Tahun Pelajaran 2015/2016 dan untuk mengetahui seberapa besar interferensi bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti interferensi bahasa jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang Tahun Pelajaran 2015/2016. MANFAAT PENELITIAN Secara teoritis hasil penelitian ini menambah khasanah teori buku teks dan pengembangan model bahan ajar Interferensi bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa berikutnya. Selain itu dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hasil penelitian dan pengembangannya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan model penulisan bahan ajar Interferensi bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa yang berbasis teks oleh para penulis buku. Secara praktis, hasil penelitian dan pengembangan ini dapat dimanfaatkan untuk (1) memberi informasi pada guru sejauh mana siswa telah menguasai bahasa Indonesia di kelas sehingga seorang guru dapat mengambil simpulan halhal mana yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, (2) memberi pengetahuan tentang jenis-jenis interferensi dan kemungkinan timbulnya interferensi yang berguna untuk menetapkan strategi pengajaran, (3) mengetahui seberapa jauh kemampuan dan pengetahuan siswa tentang bahasa Indonesia khususnya bahasa Jawa sehingga dapat dibuat suatu perencanaan menyeluruh mengenai pengajaran bahasa Indonesia, (4) memperoleh informasi mengenai jenis-jenis interferensi serta untuk mengetahui cara untuk mencegah terjadinya interferensi tersebut, (5) mendorong para guru untuk mengembangkan lebih lanjut bahan ajar interferensi bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan siswa. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini berkaitan dengan datadata yang tidak berupa angka-angka, tetapi berupa bentuk-bentuk verbal NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 306

5 yang berwujud tuturan (Muhadjir 1996:26). Subroto (2007:9) berpendapat bahwa penelitian kualitatif pada umumnya berusaha membentuk atau membangun teori melalui data yang terkumpul. Ia juga berpendapat, secara umum dinyatakan bahwa metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Unsur-unsur dalam desain penelitian kualitatif menurut Lincoln dan Guba, (1985:226) sebagai berikut. (1) menentukan fokus penelitian; (2) menentukan kesesuaian paradigm pada fokus; (3) menentukan kesesuaian paradigma penelitian pada teori substantif yang dipilih untuk membimbing penelitian; (4) menentukan dari mana dan kata siapa data itu akan dikumpulkan; (5) menentukan tahapan-tahapan penelitian; (6) menentukan instrumen penelitian; ( 7) merencanakan modelmodel pengumpulan dan perekaman data; ( 8) merencanakan prosedur analisis data; (9) merenca nakan logistik; (10) merencanakan keterpercayaan. Dua hal pokok yang harus ada dalam sumber penelitian adalah data dan sumber data. Sudaryanto (1993:3) menyatakan bahwa data adalah informasi atau bahan yang disediakan oleh alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data penelitian adalah karangan bahasa Indonesia siswa kelas XI SMK PGRI Lumajang. Sumber data yang diambil berjumlah 4 karangan murid dari 25 karangan yang dipilih secara acak (random) dan purposive sampling. Data pada penelitian ini adalah kata, frasa dan kalimat yang tidak sesuai dengan sistem morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia baku. Penetapan siswa kelas XI dengan pertimbangan bahwa sebagian besar siswa kelas XI menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya, pengaruh mata pelajaran mulok bahasa Jawa, dan kemanpuan menulis siswa. Pertimbangan lain, jika diambil siswa kelas X, mereka baru dalam taraf penyesuaian memasuki sekolah lanjutan dari sekolah menengah pertama, sedangkan untuk siswa kelas XII dipersiapkan untuk memasuki ujian akhir sehingga bila mereka dipilih sebagai objek penelitian akan menganggu proses belajar mengajar mereka. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak dengan membaca sumber data tertulis, kemudian dilakukan inventarisasi dengan teknik catat, yaitu mencatat data-data yang terkumpul. Data yang terkumpul dan tercatat adalah data yang berupa kata, frasa dan kalimat yang mengandung interferensi. Data yang telah dicatat, kemudian diklasifikasikan berdasarkan bentuknya morfologi dan sintaksis. Penelitian ini menggunakan metode padan untuk menentukan adanya interferensi morfologi dan sintaksis. Sudaryanto (1993:13) menyatakan bahwa objek sasaran penelitian ini berdasarkan keselarasan, kesesuaian, kecocokan, atau kesamaan dengan penentu yang NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 307

6 sekaligus menjadi standar atau pembakunya. Sudaryanto (1993:21) mengemukakan dua teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data ini, yaitu teknik dasar (pilah) dan teknik lanjutan (banding). Sudaryanto (1993:23) membedakan teknik dasar (pilah) unsur penentu dibagi menjadi lima, yaitu referen, organ wicara, tulisan, mitra wicara, dan language yang lain. Sedangkan teknik lanjutan (banding) dibedakan menjadi tiga, yaitu hubung banding menyamakan, hubung banding memperbedakan, dan hubung banding menyamakan hal pokok. Dalam penelitian ini hanya digunakan tiga teknik, yaitu teknik pilah referen, teknik hubung banding menyamakan, dan teknik hubung banding memperbedakan. Setelah analisis dilakukan maka dilanjutkan dengan teknik penyajian. Sudaryanto (1993:144) menyatakan bahwa penulisan hasil analisis tentu saja memprasyaratkan kelayakan baca demi pemanfaatan yang terikat pada tujuan tertentu. Untuk itulah dimanfaatkan cara-cara penyajian kaidah yang bersifat informal dan formal. Pada penelitian ini, digunakan teknik penyajian informal dan formal. Teknik penyajian informal dilakukan dengan perumusan dengan kata-kata. Sudaryanto (1993:145) menyatakan bahwa teknik penyajian formal adalah teknik penyajian dengan perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda yang digunakan pada penelitian ini adalah tanda tambah (+) yang menyatakan penambahan antara bagian satu dengan lainya, tanda panah ( ) menyatakan perubahan bentuk menjadi bentuk lain, tanda kurung biasa (()) untuk memisahkan morfem, frasa atau yang lain, tanda kurung kurawal ({}) untuk menyatakan imbuhan yang dimaksud, tanda kurung dengan garis miring (/ /) untuk menyatakan pemisahan dalam proses perubahan bentuk kata. HASIL PENELITIAN Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1985). Lebih lanjut Ramlan mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) Afiksasi (proses pembubuhan afiks), (2) proses pengulangan, dan (3) proses pemajemukan, Sedangkan Kridalaksana (1996), mengatakan bahwa proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) komposisi, (4) abreviasi, (5) derivasi zero, dan (6) derevasi balik. Kata yang dibentuk dari satuan lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti berjalan, bersepeda, bertiga, ancaman, gerigi, berdatangan terdiri atas enam bentuk dasar jalan, sepeda, tiga, ancam, gigi, dan datang yang masing-masing dilekati bentuk yang berwujud ber-, ber-, ber-, -an, -er-, ber-an. Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Ramlan (1985), mengatakan bahwa afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata baru. Afiks yang yang dilekatkan di bagian muka suatu bentuk dasar disebut prefiks, seperti ber- pada kata NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 308

7 berjalan, bersepeda, dan bertiga. Satuan atau morfem terikat, seperti ber-, meng-, peng-, per- adalah prefiks atau awalan. Apabila satuan gramatik (morfem terikat), dilekatkan di bagian belakang kata, maka namanya sufiks atau akhiran, seperti - an pada kata ancaman, -kan pada kata dapatkan, -i pada kata dinamai. Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah bentuk dasar. Satuan seperti -er- dan -elpada kata gerigi dan geletar adalah infiks atau sisipan. Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu satuan disebut konfiks. Ramlan (1789:21) mengatakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frasa. Selanjutnya Muliono (1988:101) menegaskan bahwa sintaksis studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar; frasa dan kalimat. Batasan ini mengemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frasa dan kalimat dengan kata sebagai satuan dasarnya. Bergayut dari batasan-batasan yang dikemukakan para ahli bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan tentang kaidah penggabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya. Pola pembentukan kata dengan konfiks {ke-/-an} merupakan peristiwa interferensi morfologi yang menyatakan makna ketidaksengajaan. Berikut ini wujud interferensi morfologi BJ ke dalam BI sebagai akibat penggunaan konfiks {ke-/-an}. 1) Di perjalanan aku dan adikku bernyanyi-nyanyi sampai-sampai aku dan adikku ketiduran. (DI 1) (neng dalan aku karo adiku nyanyi-nyanyi nganthi aku karo adiku keturon) 2) Ayah ketiduran di sofa karena ayah kecapekan. (DI 2) (bapak keturon ning sofa sebab kekeselen) Bentuk ketiduran pada penggalan kalimat di atas merupakan interferensi yang terjadi pada BI dari KD + konfiks {ke-/-an}. Bentuk ini memiliki kata asal adalah tidur, kemudian interferensi yang terjadi adalah ketiduran, namun dalam bahasa Indonesia telah terdapat bentukan untuk makna ketidaksengajaan ini, yaitu tertidur. Bentuk ini merupakan wujud interferensi BJ yang terjadi pada BI karena pada pembentukannya dipengaruhi oleh sistem morfologi BJ dari KD turu mendapat konfiks {ke-/- an}. Sebagai berikut. /tertidur/ (BI) /ketiduran/ (BJ) /turu/ + {ke-/-an} /ke-turu-an/ /keturon/ Pola pembentukan kata dengan prefiks {ke-} BJ ke dalam pembentukan kata BI baku merupakan interferensi morfologi. Hal ini disebabkan imbuhan yang digunakan {ke-} berasal dari BJ. Adapun bentuk baku pada pembentukan BI adalah {ter-} atau {ber-}. NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 309

8 Pada penelitian ini terdapat data interferensi morfologi sebagai akibat diterapkannya prefiks {ke-} dari BJ ke dalam BI, sebagai berikut: 1) Dan akhirnya aku solat bersamasama di Masjid ketemu kawankawanku. (DI 6) (lan akhire aku solat barengbareng ning masjid kepethuk kanca-kancaku) 2) Saya sangat senang bisa ketemu nenek. (DI 7) (aku seneng banget isa kepethuk simbah) Bentuk ketemu pada penggalan kalimat di atas merupakan wujud interferensi yang berasal dari prefiks {ke} + morfem dasar temu atau prefiks {ke}+morfem dasar. Bentuk interferensi dengan prefiks {ke-} tidak mengalami perubahan karena morfem dasar yang ditemui diawali dengan konsonan, yaitu morfem /t/. Pembentukan ini dipengaruhi oleh sistem morfologi pembentukan BJ, yaitu kepethuk. Pembentukan ini memiliki pola yang sama dengan ketemu, yaitu KD + {ke-} /ke-kd/ Temu {ke-} + /KD/ {ke- } + /temu/ /ketemu/ pethuk {ke-} + /KD/ {ke} + /pethuk/ /kepethuk/ Pembentukan kata tersebut berpengaruh terhadap BI yang digunakan siswa, sehingga salah atau tidak baku. Bentukan ketemu sebenarnya telah ada padanannya dalam BI baku. Menurut bahasa Indonesia baku, kata temu + prefiks {ber-} menjadi bertemu. Jadi pembentukan kata yang benar pada kalimat tersebut adalah : Dan akhirnya aku bertemu kawankawanku saat solat bersama-sama di Masjid., Saya sangat senang bisa bertemu nenek. Pembentukan kata dengan prefiks {N} beralomorf dalam bahasa Jawa berpengaruh terhadap pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Pada pola pembentukan prefiks nasal {N-} juga terjadi proses luluh. Menurut Soedjito, (1981:97), peluluhan adalah proses hilangnya fenomena hambat tak bersuara /p,t,t,c,k/ fonem dasar tak bersuara dan semi vocal /w/ akibat digabungkannya dengan awalan {N-}. Fonem-fonem tersebut luluh menjadi nasal yang sealat. Awalan {N-} kemudian direalisasikan menjadi /m-, n-, ň-, ŋ-/ dalam kondisi tertentu. Pembentukan kata dengan prefiks {N} beralomorf /ng/ dapat diperhatikan pada data berikut ini: 1) Meskipun rasa ngantuk masih meliputi diri saya, namun harus lekas bangun dan pergi ke kamar mandi. (DI 12) (Aku isih ngantuk, nanging aku kudu cepet tangi lan lunga menyang kolah) 2) Aku diundang untuk hadir di ulang tahunnya aku ngasih kado. (DI 13) (Aku diundang teka ning ulang tahune aku ngekei kado) Dalam morfologi BI tidak terdapat pembentukan kata yang menambahkan afiks nasal pada kata dasar seperti itu. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa bentukan kata ngantuk, ngasih merupakan bentuk yang terinterferensi BJ. Kata ngantuk dan ngasih merupakan hasil pembentukan dari KD berfonem /k/. Berikut proses pembentukannya: NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 310

9 KD (fonem k,h, dan vokal) + {N} luluh /ŋ/ kantuk /k/ + {N-} {N}+/kantuk/ /ŋantuk/ kasih /k/ + {N-} {N}+/kasih/ /ŋasih/ Pembentukan kata dengan prefiks zero merupakan salah satu wujud interferensi morfologi BJ ke dalam BI. Pembentukan kata dengan pembubuhan prefiks {ber-} berpengaruh terhadap pembentukan yang berkaitan dengan perubahan peristiwa pada suatu kalimat dalam bahasa Indonesia. Tidak munculnya prefiks {ber-} karena dalam bahasa Jawa tidak memiliki prefiks {ber}. Prefiks {ber-} memiliki tiga macam bentuk, yaitu {ber-}, {be-} dan {bel-} (Dendy Sugono, 1994:38). Namun Prefiks {ber-} pada data ini hanya dipisah menjadi dua macam, yaitu {ber-} dan {be-}. {ber- } digunakan secara umum, yaitu yang tidak digunakan {be-} atau {bel-}. {be-} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /r/, seperti pada beramai-ramai. Pembentukan kata dengan prefiks zero dapat diperhatikan sebagai berikut: 1) Acara yg dimulai dengan doa bersama, yang mendoakan agar aku tambah pintar, cantik, menurut pada orang tua. (DI 42) (Acara sing diwiwiti donga bereng-bareng dongane aku tambah pinter, ayu, nurut wong tua) 2) Semoga di hari ulang tahunku aku di beri umur panjang, sehat selalu, tambah pandai. (DI 43) (Moga-moga ing dina ulang tahunku aku diparingi umur panjang, waras pinter) terus, tambah Bentuk kata tambah merupakan bentuk BJ yang berpengaruh terhadap BI yang digunakan siswa, sehingga pemakaian bentuk kata tersebut tidak benar atau tidak baku. Tidak adanya pembubuhan prefiks {ber-} pada morfem tambah menjadikan perubahan peristiwa yang sebenarnya ingin ditampilkan pada kalimat tersebut tidak terbentuk. Menurut bahasa Indonesia baku, kata tambah seharusnya ditambah prefiks {ber-} sehingga berubah menjadi bertambah. Setelah morfem dasar dibubuhkan prefiks {ber-} maka perubahan situasi bertambah pandai akan membuat kalimat tersebut dapat dengan tepat dipahami pembaca. Jadi, kalimat yang benar adalah : Acara dimulai dengan doa bersama, yang mendoakan agar aku bertambah pintar, cantik, menurut pada orang tua....aku diberi umur panjang, sehat selalu,dan bertambah pandai. Sufiks {-an} tidak memiliki variasi bentuk. Jadi, untuk situasi dan kondisi apapun bentuknya sama saja. Bentuk ini berfungsi untuk membentuk kata benda yang dapat menduduki fungsi subjek maupun objek. Bentukkan kata dengan sufiks {an} merupakan bentukan yang terpengaruh oleh BJ. Meskipun BJ dan BI memiliki sufiks {-an} dengan bentuk dan fungsi yang hampir sama tetapi penerapannya tidak selamanya sama. Salah satu fungsi bentuk sufiks {-an} adalah menyatakan tempat. Misalnya pada kata benda dalam NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 311

10 bahasa Indonesia tidak menggunakan sufiks {-an}. Berikut wujud interferensi morfologi BJ ke dalam BI sebagai akibat penggunaan sufiks {-an}. 1) Setelah di sekolahan, aku dan teman-temanku main dihalaman. (DI54) (sak wise tekan sekolahan, aku karo kanca-kancaku main ning latar) 2) Pada suatu hari di sekolahan ku... (DI 55) (Sak wijining dina ing sekolahanku.) Bentuk kata sekolahan pada kalimat tersebut merupakan bentuk kata BI dari KD sekolah dan mengalami perubahan bentuk untuk menyatakan kata benda yaitu menyatakan tempat. /sekolah/ + sufiks {-an} /sekolahan/ Namun pembentukan tersebut dipengaruhi pola BJ. Penambahan {- an} untuk menyatakan tempat merupakan pola pembentukan BJ. Penggunaan kata sekolahan pada kalimat tersebut menjadi salah. Jadi, kalimat yang benar adalah: Pada suatu hari di sekolah ku... dan Setelah di sekolah, aku dan temantemanku bermain di halaman. Interferensi sintaksis terjadi apabila struktur bahasa lain (bahasa daerah) digunakan dalam pembentukan kalimat bahasa yang digunakan. Penyerapan unsur kalimatnya dapat berupa kata, frasa, dan klausa. Suwito (1988:56) mengemukakan bahwa interferensi sintaksis terjadi karena di dalam diri penutur terjadi kontak antara bahasa yang sedang diucapkan (BI) dengan bahasa lain yang dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa asing). Pola akhiran {-nya} tidak memiliki variasi bentuk seperti sufiks {-an}. Jadi, untuk situasi dan kondisi apapun bentuknya sama saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikanya di belakang kata yang diimbuhinya. Penggunaan bentuk { nya} merupakan interferensi bahasa Jawa berasal dari bentuk klitika { e} yang menyatakan hubungan makna pemilikan. Hubungan makna pemilikan menurut Sudaryanto (1992:185) ialah hubungan makna sebagai yang dimiliki dan yang memiliki antar ruas yang satu dengan ruas yang lain.dalam bahasa Indonesia, hubungan pemilikan dinyatakan oleh hubungan dua kata benda yang dinyatakan sehingga tidak perlu ditambah bentuk lain. Dengan adanya perbedaan bentuk dan makna pemilikan tersebut, maka penerapan sistem BJ ke dalam BI menimbulkan interferensi. Wujud interferensi sintaksis bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan tipe pembentukan kata dengan bentuk - nya sesuai deskripsi data penelitian sebagai berikut: 1) Dan aku kerumahnya Lili untuk mengerjakan PR Matematika. (DI58) (Lan aku nang omahe Lili nggo garap PR matematika) 2) Rumahnya Lili bagus sekali (DI59) (Omahe Lili apik banget) Kata kerumahnya berasal dari bentukan kata BJ omahe. Bentuk { e} menyatakan makna NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 312

11 kepemilikan atau kontruksi posesif, yang dalam konteks kalimat tersebut adalah milik Lili. Dalam bahasa Indonesia baku hubungan yang menyatakan milik dinyatakan oleh hubungan dua kata benda, namun tidak ditambah bentuk { nya} atau dipilih salah satu saja sebagai petunjuk milik. Kalimat yang benar adalah : Dan aku kerumah Lili untuk mengerjakan PR Matematika. ; Rumah Lili bagus sekali. Dalam srtuktur klausa BI, unsur yang diterangkan (D) lazimnya ditempatkan sebelum unsur-unsur yang menerangkan (M). Demikian pula dengan struktur frasa ( Takdir dalam Mustakim, 1994: 71). Dalam BJ, makna kepemilikan biasa dinyatakan dengan menambahkan klitika {-e}, yang dalam BI dapat dipadankan dengan {- nya}. Namun pada kenyataannya akan terjadi interferensi jika pola BJ tersebut mempengaruhi pembentukan BI. Pola penggunaan kata sapaan kekerabatan. 1) Setelah sampai di rumah nenek, ternyata di situ ada pakde dan bude. (DI 68) (Sak wise tekan omahe simbah, jebule neng kana ana pakde karo budhe) 2) Setelah selesai memanen saya dan pakde bude mencuci tangan dan istirahat. (DI 69) (Sak wise rampung manen aku karo pakde budhe ngumbah lan leren) Pola pakde, bude diatas adalah salah satu bentuk interferensi sintaksis yang menyatakan istilah kekerabatan. Pada data yang ada merupakan istilah kekerabatan yang dipakai pada masyarakat Jawa. Padahal istilah kekerabatan yang digunakan telah ada padanannya dalam bahasa Indonesia baku, yaitu paman dan bibi. 1) Ulang tahunnya Siti Novia Ningrum ditutup bersama-sama dengan mas Ipan dan tantenya. (DI 73) (Ulang tahune Siti Novia Ningrum ditutup bareng-bareng karo mas Ipan lan budhene) 2)...karena masku juga ulang tahun. (DI 74) ( amargo masku ya ulang tahun) Istilah kekerabatan mas pada data di atas adalah salah satu bentuk interferensi sintaksis yang menyatakan istilah kekerabatan. Namun pada data yang ada merupakan istilah kekerabatan yang dipakai pada kekerabatan masyarakat Jawa. Padahal istilah kekerabatan yang digunakan telah ada padanannya dalam bahasa Indonesia baku, yaitu kakak. Pola pembentukan Frasa sebagai berikut. 1)...andai aku bisa mendapat juara aku akan dikasih hadiah sama ayah dan ibundaku. (DI 76) (...yen aku isa entuk juara aku bakal diparingi hadiah karo bapak lan ibuku. ) (BJ) 2) Di saat itu aku di beri hadiah sama ayahku playstation dua. (DI 77) ( Wektu kuwi aku diparingi hadiah karo bapakku playstation loro. ) (BJ) NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 313

12 Kata sama pada kalimat BI adalah salah. Untuk menyatakan hubungan seperti itu sebaiknya digunakan kata oleh. Bentuk sama adalah pengaruh dari BJ, yaitu berasal dari bentukan kata karo. Dalam bahasa Indonesia baku, kata ini berpadanan dengan kata oleh. Jadi kalimat yang benar atau baku adalah : 1)...andai aku bisa mendapat juara aku akan diberi hadiah oleh ayah dan ibundaku. 2) Saat itu aku diberi hadiah playstation dua oleh ayahku. SIMPULAN Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan masalah, maka didapat simpulan sebagai berikut. 1. Interferensi sistem morfologi bahasa Jawa pada morfologi bahasa Indonesia karangan siswa kelas XI di SMK PGRI Lumajang adalah pembentukan konfiks {ke-/- an} yang dalam BJ terdapat proses persandian antara /u/ dan /a/ bersandingan /o/, prefiks {ke-} yang dalam BI berpadanan dengan {ter-}, prefiks nasal {N-} menjadi / ň-, ŋ-/, pembentukan prefiks zero karena dalam bahasa Jawa tidak memiliki prefiks {ber-}, dan sufiks {-an} untuk membentuk kata benda dalam BI tidak perlu. Wujud interferensi itu sebagai berikut. a) Pola pembentukan konfiks {ke-/-an} b) Pola pembentukan prefiks {ke-} Pembentukan dengan prefiks {ke-} pada umumnya menyatakan makna ketidaksengajaan. c) Pola pembentukan prefiks nasal {N-} beralomorf /ng-/ dan /ny-/ atau /ŋ,ň/ d) Pola pembentukan prefiks zero Tidak munculnya prefiks {ber- } pada BJ dikarenakan dalam BJ tidak memiliki prefiks {ber-}. 2. Interferensi sistem sintaksis bahasa Jawa (termasuk frasa atau kelompok kata) pada pengkalimatan bahasa Indonesia karangan siswa kelas XI di SMK PGRI Lumajang adalah penggunaan akhiran {-nya}, penggunaan kata sapaan kekerabatan, dan pembentukan frasa. Penggunaan akhiran {-nya} merupakan interferensi yang terjadi akibat penerapan sistem BJ bentuk klitika { e} atau { ne} yang menyatakan hubungan makna kepemilikan. Wujud interferensi itu. a) Pola penggunaan akhiran {- nya} b) Pola penggunaan kata sapaan kekerabatan c) Pola pembentukan frasa SARAN Guru pelajaran bahasa Indonesia disarankan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tanpa adanya interferensi bahasa Jawa yang masuk dalam penggunaan bahasa Indonesia. Meskipun telah diketahui wujud interferensi pada penelitian ini, tetapi hal ini masih perlu diulas lebih rinci lagi sehingga kesalahan ataupun penyimpangan bahasa yang ada bisa diminimalisasi lagi. NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 314

13 Pembaca hasil penelitian ini hendaknya lebih teliti memilih dan menyesuaikan kebutuhan dalam berbahasa. DAFTAR RUJUKAN Busri, Hasan. dkk Linguistik Indonesia. Malang: Worldwide Readers Aslinda. dkk Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama Ramlan, M Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: UP Karyono Atar, Semi Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Atmazaki Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Citra Budaya. Oktavianus Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press. Chaer,Abdul Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Widyanto, Asul Terampil Menulis. Jakarta : Grasindo Edi Subroto Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press. Syarif, Elina. dkk Pembelajaran Menulis. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa. Sudarmanto Kamus Lengkap Bahasa jawa. Semarang: Widya Karya Kurikulum mata pelajaran muatan lokal (bahasa Jawa) untuk jenjang SMA/SMALB/SMK/MA Negeri dan Swasta Di Provinsi Jawa Tengah Semarang. Sugiarto,Eko.2012.Master EYD. Yogyakarta: Khitah Publising NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016 Halaman 315

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR. Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR. Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto Email: dewisrirezki@ymail.com ABSTRACT This study aimed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo

Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo Oleh : Febry Puspita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrypuspita08@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA DIALEK SOLO DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA TULIS MURID KELAS V SEKOLAH DASAR SURAKARTA

INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA DIALEK SOLO DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA TULIS MURID KELAS V SEKOLAH DASAR SURAKARTA INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA DIALEK SOLO DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA TULIS MURID KELAS V SEKOLAH DASAR SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL Leli Triana Masuad Edy Santoso Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS I MTS YASIN NGLANGAK, KWANGEN, GEMOLONG, SRAGEN SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS I MTS YASIN NGLANGAK, KWANGEN, GEMOLONG, SRAGEN SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS I MTS YASIN NGLANGAK, KWANGEN, GEMOLONG, SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 54 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang interferensi gramatikal bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI Problem in Preparing Sentence Morphological Class of 10 High School Students Wahidiyah Kediri Oleh: FITRIANA HARIYANTI

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011 BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011 Oleh: Dwi Cahyaningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cuwy_cahyu79@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN ORTOGRAFI PADA KARANGAN BERBAHASA JAWA RAGAM KRAMA SISWA KELAS X TKR A SMK YPT PURWOREJO

ANALISIS KESALAHAN ORTOGRAFI PADA KARANGAN BERBAHASA JAWA RAGAM KRAMA SISWA KELAS X TKR A SMK YPT PURWOREJO ANALISIS KESALAHAN ORTOGRAFI PADA KARANGAN BERBAHASA JAWA RAGAM KRAMA SISWA KELAS X TKR A SMK YPT PURWOREJO Oleh : Afiani Dwi Lestari program pendidikan bahasa dan sastra jawa Afiani.dwi.lestari@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMP Negeri 2 Polanharjo merupakan sekolahan yang letaknya di pinggiran Kabupaten Klaten tepatnya di Jalan Raya Tegalgondo-Janti km 3, Sidowayah, Polanharjo,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK 1 2 Hubungan Penguasaan Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks dengan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG Oleh : Siti Masitoh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cungkringaja83@yahoo.com

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG 1 ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG Jurnal Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan 191 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu dalam kehidupan tidak terlepas melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Komunikasi diperlukan adanya sarana supaya komunikasi tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut dihuni oleh beragam suku dengan bahasa yang beragam pula, bahkan tidak sedikit satu pulau didiami

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015

Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015 Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh : Mujilestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa moedjilestari09@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, maka penliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran. BAB 4 PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dan sebagai langkah akhir pada Bab 4 ini, dikemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran. Berikut ini diuraikan secara

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Jawa di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Indonesia lainnya.

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang Oleh: Amelinda Putri Widya Sony Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Prof.Madya Dr. Zaitul Azma Binti Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia 43400

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas menulis tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari di berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan bentuk kesalahan dalam

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 POLANHARJO

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 POLANHARJO INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 POLANHARJO Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar JURNAL INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI YAA BUNAYYA DANDONG SRENGAT KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015-2016 Javanese Language Interferance in Language Essay of

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN JURNAL ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN JURNAL ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN JURNAL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah UTAMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusia serta cara menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, bahasa juga terlibat

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN DALAM SURAT DINAS DI KANTOR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 DAN 2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA DALAM RANGKA PEMBELAJARAN MENULIS SURAT

Lebih terperinci