BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini, disampaikan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Setelah mengadakan penelitian terhadap objek yang dipilih, maka datadata hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang ditentukan. Hasil penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut Deiksis Eksternal Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab I yaitu, Apa sajakah jenis deiksis eksternal bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?. Rumusan masalah dalam deiksis eksternal terdiri dari lima permasalahan yakni, (1) Apa sajakah jenis deiksis persona pertama bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (2) Apa sajakah jenis deiksis persona kedua bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (3) Apa sajakah jenis deiksis persona ketiga bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (4) Apa sajakah jenis deiksis persona ruang/tempat bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (5) Apa sajakah jenis deiksis persona waktu bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?. Ke lima jenis deiksis eksternal yang ada pada rumusan masalah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2 Jenis Deiksis Persona Pertama Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Ada dua bentuk kata ganti persona pertama dalam bahasa Jawa yaitu, aku (saya) dan kulo (saya). Dari perbedaan bentuk persona masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaiannya. Kata aku (saya) hanya dapat dipakai dalam situasi informal sedangkan kata kulo (saya) dapat digunakan dalam situasi formal. Perbedaan kata aku (saya) dan kulo (saya) yaitu: kata aku (saya) dapat dipakai dalam percakapan yang terjadi antara pembicara dan lawan bicara sudah saling mengenal atau sudah akrab hubungannya, sedangkan kata kulo (saya) dapat dipakai dalam situasi formal. Jadi kata kulo (saya) digunakan agar menimbulkan kesan yang lebih sopan. Namun, pada data yang peneliti ambil deiksis persona pertama tidak ditemukan dalam percakapan. Mengingat persona pertama adalah orang yang berada di dalam tuturan, maka kata ganti persona pertama tidak mengacu pada kata ganti orang di luar tuturan, sehingga deiksis persona pertama yang mengacu pada kata ganti orang di luar tuturan tidak ditemukan pada data yang ada dilampiran Jenis Deiksis Persona Kedua Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Bentuk persona kedua terbagi menjadi empat yaitu: kuwe (kamu), awakmu (kamu), sampean (anda), njenengan (anda). Bentuk persona kuwe (kamu) dan awakmu (kamu) hanya dapat digunakan diantara peserta ujaran yang sudah memiliki hubungan yang akrab, atau dipakai oleh seseorang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi untuk menyapa orang yang memiliki status sosial yang

3 lebih rendah. Bentuk persona sampean (anda) dan njenengan (anda) dapat digunakan dalam interaksi yang terjadi jika pembicara dan lawan bicara belum saling mengenal atau digunakan saat percakapan terjadi dengan orang tua sehingga menimbulkan kesan yang sopan. Berikut adalah contoh bentuk persona kedua dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 14 : Gak iso aku nek sesok. Jajal tekon Kariati. Ti, Kariati mreneo te di ke i duwek mbak Ndar gelem po gak? (Mt 14, Tt 4) (Tidak bisa saya kalau besok. Coba Tanya Kariati. Ti, Kariati kemari dulu mau dikasih uang kak Ndar mau atau tidak?) Mt 15 : Enek opo to mbak? (Mt 15, Tt 1) (Ada apa ya kak?) Pn 4 : Iso tandor awakmu sesok? (Pn 4, Tt 5) (Bisa tanam padi kamu besok?) Mt 15 : Aku gelem ae tapi oleh po gak karo pa e Yoga. (Mt 15, Tt 2) (Saya mau saja tapi diperbolehkan atau tidak oleh bapaknya Yoga) Pn 4 : Yo tekon disek, cepet yo. Pa e Yoga, oleh po gak bojomu melok tandor sesok? (Pn 4, Tt 6) (Ya tanya dulu, cepat ya. Bapaknya Yoga, boleh atau tidak istrimu ikut tanam padi besok?) (sumber, data 4) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata ganti persona kedua. Kata mu (kamu) yang dituturkan oleh (Pn 4, Tt 6) adalah kata yang merujuk pada kata yang dituturkan oleh (Mt 14, Tt 4). Kata mu (kamu) yang dituturkan oleh (Pn 4, Tt 6) merujuk pada nama orang yang sedang dibicarakan yaitu Ibu Kariati. Kata mu (kamu) yang dituturkan oleh (Pn 4, Tt 6) bersifat deiksis, karena kata ganti orang kedua yang berada di luar tuturan Jenis Deiksis Persona Ketiga Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Selain bentuk persona pertama dan kedua terdapat juga bentuk persona ketiga. Bentuk persona ketiga yaitu de e (dia), are e (dia), bocahe (dia), lareke

4 (dia), dan sira (dia). Bentuk persona de e (dia), areke (dia), dan bocahe (dia) hanya dapat digunakan dalam pembicaraan dimana pembicara dan lawan bicara sudah saling mengenal. Sedangkan bentuk persona lareke (dia) dan sira (dia) hanya dapat digunakan dalam pembicaraan dengan orang yang lebih tua dan orang yang belum dikenal karena kata lareke (dia) memiliki kesan yang lebih sopan dibandingkan dengan yang lain. Berikut adalah contoh bentuk persona ketiga dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 1 : Sopo seng te kuliah nek Gorontalo? (Mt 1, Tt 1) (Siapa yang hendak kuliah di Gorontalo?) Mt 4 : Tonggone Kamim, te mlebu penjas. (Mt 4, Tt 2) (Tetangganya Kamim, mau masuk penjas). Mt 2 : Nek endi omahe arek iku? (Mt 2, Tt 1) (dimana rumahnya dia itu?) Mt 3 : Nek lorong bengkele cak Pek seng nek pingger jembatan. Poko e mlebu ngiwo teros-teros sampek petok perempatan menggok nengen omah ke telu. Te nyapo awakmu tekon omahe? (Mt 3, Tt 2) (Di lorong bengkelnya kak Pek yang di pinggir jembatan. Pokoknya masuk sebelah kiri terus-terus sampai dapat perrempatan belok kanan rumah ke tiga. Mau apa kamu Tanya rumahnya?) Mt 2 : Aku te nitep barang nek de e budal nek Gorontalo. (Mt 2, Tt 2) (Saya mau titip barang kalau dia berangkat ke Gorontalo). (sumber, data 1) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata ganti persona ketiga. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Mt 2, Tt 2) merupakan kata yang merujuk pada kalimat yang dituturkan oleh (Mt 4, Tt 2). Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Mt 2, Tt 2) merupakan kata yang acuannya berada di luar tuturan, karena yang sedang dibicarakan adalah orang yang tidak berada dalam tuturan. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Mt 2, Tt 2) mengacu pada kata yang dituturkan oleh (Mt 4, Tt 2) yaitu tetangganya Kamim orang yang sedang

5 dibicarakan, sehingga kata de e (dia) merupakan deiksis persona ketiga. Lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. Mt 20 : Rodiah kapan balek? (Mt 20, Tt 1) (Rodiah kapan pulang?) Pn 5 : Ulan ngarep paleng. (Pn 5, Tt 2) (Bulan depan, mungkin). Mt 21 : Jarene de e wes gak betah. (Mt 21, Tt 1) (Katanya dia sudah tidak tahan). Pn 5 : Tapi pas makku balek de e tak tekoni kapan balek? Jarene de e ulan ngarep. (Pn 5, Tt 3) (Tapi, waktu Ibuku pulang saya tanya dia, kapan pulang? Dia bilang bulan depan). (sumber, data 5) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata yang mengacu pada deiksis persona ketiga. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) adalah kata yang memiliki hubungan dengan kalimat yang dituturkan oleh (Mt 20, Tt 1). Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) merupakan kata yang mengacu pada orang yang sedang dibicarakan yaitu Rodiah. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) bersifat deiksis karena orang yang diacu berada di luar tuturan Jenis Deiksis Ruang/Tempat Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Deiksis ruang adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu dan dapat berupa adjektiva, adverbia atau verba, (Kaswanti 1984: 37). Dalam bahasa Jawa deiksis ruang yang merupakan pronomina penunjuk tempat terdiri atas kene (sini), kunu (situ), kono (sana), koyok iki (seperti ini), koyok kuwi (seperti itu), kiwo (kiri), dan tengen (kanan). Kata penunjuk pada bahasa Jawa seperti kene (sini),

6 kunu (situ), kono (sana) tidak dapat berdiri sendiri kata tersebut harus mendapat tambahan kata seperti dari, di,dan ke untuk memperjelas makna yang dimaksud. Berikut adalah contoh deiksis ruang/tempat dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 26 : Omahe Rohman nek sebelah endi yo? (Mt 26, Tt 3) (Rumahnya Rohman disebelah mana ya?) Mt 24 : Nek sebelah tengene omahe lek Roji un. (Mt 24, Tt 7) (Disebelah kanan rumahnya kak Roji un). Pn 6 : Yo gak to. Nek sebelah kiwone to. Poko e nek wes teko kompleks pasar tekok nek uwong wes. (Pn 6, Tt 5) (Bukan. Disebelah kirinya). (pokoknya, kalau sudah sampai di kompleks pasar tanya saja sama orang). (sumber, data 6) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata yang digunakan sebagai penunjuk keberadaan suatu tempat. Kata kiwone (kirinya) yang dituturkan oleh (Pn 6, Tt 5) merupakan kata yang berhubungan dengan kalimat yang dituturkan oleh (Mt 26, Tt 3) yatu mengacu pada keberadaan tempat. Kata kiwone (kirinya) yang dituturkan oleh (Pn 6, Tt 5) adalah kata yang mengacu pada kediaman orang yang sedang dibicarakan yaitu kediaman Rohman Jenis Deiksis Persona Waktu Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat, baik pagi, siang, sore, dan malam (Kaswanti 1984: 58). Dalam bahasa Jawa deiksis waktu meliputi ngarep (depan), nguri (belakang), sak iki (sekarang), dek mau (tadi), dek ingi (kemarin), sesok (besok), dek nane (kemarin dulu), dek mbiyen (tahun lalu), taon iki/ngarep (tahun ini/depan), sok emben (tahun depan), minggu iki/ngarep

7 (minggu ini/depan), ulan iki/ngarep (bulan ini/depan) dan lain-lan. Berikut adalah contoh deiksis waktu dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 2 : Aku te nitep barang nek de e budal nek Gorontalo. (Mt 2, Tt 2) (Saya mau titip barang kalau dia berangkat ke Gorontalo). Pn 1 : Adekmu kapan budal nek gorontalo? Jarene te ndaftar. (Pn 1, Tt 3) (Adikmu kapan berangkat ke Gorontalo? Katanya mau mendaftar). Mt 1 : Sesok paleng, soale Bapakku wes ringkes-ringkes klambi. (Mt 1, Tt 2) (Besok mungkin, karena ayahku sudah atur-atur baju). (sumber, data 1) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata yang dipakai untuk menunjukkan waktu dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Kata sesok (besok) yang dituturkan oleh (Mt 1, Tt 2) adalah kata yang merujuk pada kalimat yang dituturkan oleh (Pn 1, Tt3) yaitu keberangkatan orang yang sedang dibicarakan. Kata sesok (besok) yang dituturkan oleh (Mt 1, Tt 2) merupakan kata yang menunjukkan waktu yaitu satu hari lagi jika dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. Mt 20 : Rodiah kapan balek? (Mt 20, Tt 1) (Rodiah kapan pulang?) Pn 5 : Ulan ngarep paleng. (Pn 5, Tt 2) (Bulan depan, mungkin). Mt 21 : Jarene de e wes gak betah. (Mt 21, Tt 1) (Katanya dia sudah tidak tahan). Pn 5 : Tapi pas makku balek de e tak tekoni kapan balek? Jarene de e ulan ngarep. (Pn 5, Tt 3) (Tapi, waktu Ibuku pulang saya tanyadia, kapan pulang? Dia bilang bulan depan). (sumber, data 5) Kata ulan ngarep (bulan depan) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) adalah kata yang merujuk pada kalimat yang dituturkan oleh (Mt 20, Tt 1) yaitu kepulangan seseorang yang sedang dibicarakan. Kata ulan ngarep (bulan depan)

8 yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) merupakan kata yang mengacu pada satu bulan yang akan datang jika dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Kata ulan ngarep (bulan depan) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) merupakan kata yang bersifat deiksis waktu karena kata ulan ngarep (bulan depan) mengacu pada orang yang berada di luar tuturan. 4.2 Pembahasan Deiksis dalam bahasa Jawa pada dasarnya sama dengan deiksis dalam bahasa Indonesia. Deiksis tersebut adalah sama-sama mengacu pada kata yang dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan saat dan tempat dituturkannya pembicaraan. Kata ganti yang digunakan oleh masyarakat Desa Mopuya dalam berkomunikasi bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam menunjukkan identitas baik si penutur, mitra tutur, maupun orang yang sedang diacu dalam pembicaraan. Kata ganti yang sering dipakai merupakan bukti bahwa dalam penuturan atau komunikasi yang terjadi, identitas yang ditunjukkan lebih efektif. Dalam kata ganti terdapat beberapa kata ganti dalam penuturan yaitu adalah kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga yang disebut dengan deiksis leksikal pronominal. Deiksis leksikal pronominal adalah suatu pemberian bentuk pada persona yang mengacu pada kelas kata diri. Deiksis leksikal pronominal ada yang bersifat pronomina persona, pronominal posesif, dan pronominal demonstrativ. Kata ganti tersebut adalah kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga. Kata ganti pronominal dalam penelitian ini merujuk pada kata ganti yang ada di luar tuturan.

9 Kata ganti yang terdapat dalam penelitian ini membahas tentang kata ganti diri baik kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga yang acuannya berada di luar tuturan atau yang tidak terlibat dalam peristiwa tutur. Kata ganti persona berkaitan dengan peran peserta yang terlibat dalam peristiwa berbahasa atau dalam suatu pembicaraan. Melihat data yang ada dalam penelitian ini, sedikit kata yang mengacu pada deiksis eksternal persona pertama. Melihat kapasitas persona pertama adalah orang yang berperan penting dalam sebuah percakapan maka persona pertama adalah orang yang berada dalam tuturan karena lebih menekankan arti diri yang sedang berada dalam percakapan. Melihat pengertian deiksis eksternal adalah acuannya yang berada di luar tuturan maka kata ganti yang dituju adalah orang yang berada di luar tuturan namun menggunakan kata ganti persona pertama dalam peristiwa tutur. Kata ganti yang dimaksud hanya dapat diwakili oleh orang lain dalam penuturannya. Selain kata ganti persona pertama terdapat juga kata ganti persona kedua dan kata ganti persona ketiga yang acuannya sama dengan kata ganti persona pertama yaitu mengacu pada kata ganti diri yang berada di luar tuturan. Selain kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga terdapat pula kata ganti ruang/tempat dan kata ganti waktu dalam penelitian ini disebut deiksis. Deiksis ruang/tempat adalah pemberian bentuk dalam menyatakan tempat. Kata ganti yang digunakan dalam menyatakan tempat, dalam bahasa Jawa hanya menggunakan kata penunjuk dalam penuturannya. Kata penunjuk tempat yang dimaksudkan adalah kata penunjuk yang berada di luar tuturan maksudnya mengacu pada objek yang tidak berada dalam tuturan. Melihat permasalahan

10 dalam penelitian ini adalah deiksis eksternal yang berarti kata ganti di luar tuturan. Kata ganti itu dapat berupa kata ganti persona, kata ganti ruang/tempat, dan kata gani waktu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai kata ganti baik yang mengacu pada kata ganti persona maupun kata ganti ruang/tempat, terdapat pula kata ganti yang mengacu pada waktu. Kata ganti waktu merupakan kata ganti yang menunjukkan waktu dipandang dari lokasi dituturkannya kata itu. Kata ganti waktu dipakai karena dianggap lebih mudah untuk menunjukkan kejadian yang terjadi, misalnya kata kemarin menunjukkan waktu satu hari yang telah berlalu jika dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Kata ganti yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kata ganti waktu yang berada diluar tuturan, maksudnya kata ganti itu digunakan untuk menyatakan waktu dari objek yang sedang dibicarakan, dalam arti objek itu berada di luar tuturan karena objek itu tidak termasuk dalam proses tuturan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kata ganti yang digunakan dalam tuturan oleh masyarakat baik masyarakat Jawa, Batak, Manado maupun Gorontalo hanya mengacu pada pemakaian kata yang dianggap lebih mudah untuk menunjukkan identitas diri, baik penutur maupun mitra tutur. Data yang terlampir merupakan gambaran dari bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan pelajar. Penggunaan kata ganti sering digunakan baik kata ganti persona, kata ganti ruang, dan kata ganti waktu. Kata ganti yang

11 digunakan sangat memudahkan dalam berkomunikasi dan merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan dalam berinteraksi antarsesama.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK DiyahAgustiyan. 2012. Analisis Deiksisdalam Novel

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kesantunan Berbahasa dengan Menggunakan Tuturan Tidak Langsung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kesantunan Berbahasa dengan Menggunakan Tuturan Tidak Langsung BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kesantunan Berbahasa dengan Menggunakan Tuturan Tidak Langsung Data 01 Tempat : Kec. Toili Barat di lingkungan keluarga Konteks : Seorang adik yang sedang memasak

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PENELITIAN. Lokasi Pertambangan. Kondisi tanah yang ditambang

DOKUMENTASI PENELITIAN. Lokasi Pertambangan. Kondisi tanah yang ditambang DOKUMENTASI PENELITIAN Lokasi Pertambangan Kondisi tanah yang ditambang Peneliti saat mengukur kedalaman taah yang ditambang Peneliti saat di lokasi pertambangan Wawancara dengan salah satu petani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri khas manusia yang membedakan dari makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat mengemukakan segala pengetahuan, perasaan, pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARSESAMA REMAJA DI KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARSESAMA REMAJA DI KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER 1 ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARSESAMA REMAJA DI KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER (The Analysis Of Directive Speech Act Amongst Adolescents in Rambipuji Subdistrict of Jember Regency) Karomatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik sebenarnya adalah ilmu yang memperhatikan pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya menguasai dari segi kata atau kalimatnya saja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Oleh: Siyam Thohiroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa siyam_thohiroh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV. moment dan analisis regresi linear, peneliti melakukan analisis deskriptif yaitu. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket

BAB IV. moment dan analisis regresi linear, peneliti melakukan analisis deskriptif yaitu. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket BAB IV PERUBAHAN SOSIAL PEKERJAAN PETANI KE PEKERJAAN NON SKILL DALAM ANALISIS TEORI PERUBAHAN SOSIAL MENURUT EMILE DURKHEIM: PEMBAGIAN KERJA DAN SOLIDARITAS SOSIAL A. Analisis Deskriptif Peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rusydie Anwar belum ada yang meneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek 1. Subjek pertama Adalah DK seorang anak perempuan yang berusia 14 tahun. DK mempunyai bentuk tubuh yang sedikit gemuk dengan tinggi badan 146

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG DAN DESKRIPSI PEMAHAMAN PARA PELAKU AKAD MENGENAI PERTUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA

BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG DAN DESKRIPSI PEMAHAMAN PARA PELAKU AKAD MENGENAI PERTUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG DAN DESKRIPSI PEMAHAMAN PARA PELAKU AKAD MENGENAI PERTUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA Hasil Penelitian Sebelum masuk pada penelitian tentang permasalahan yang dikaji,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis merupakan istilah dari bahasa Yunani Kuno yang digunakan untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjuk melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deiksis merupakan suatu kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan. Menurut Verhaar (2001: 397) deiksis adalah sebagai pronomina

Lebih terperinci

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mendeskripsikan subjek penelitian terlebih dahulu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mendeskripsikan subjek penelitian terlebih dahulu. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek 1. Deskripsi Subjek Penelitian Sebelum memasuki pembahasan hasil penelitian, peneliti akan mendeskripsikan subjek penelitian terlebih dahulu.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai tanggal 10 Oktober

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai tanggal 10 Oktober BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai tanggal 10 Oktober 2013 sampai dengan 13 Januari 2014. Dalam waktu tiga bulan ini sudah

Lebih terperinci

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR ABSTRACT Akhyaruddin * FKIP Universitas Jambi This research is pleased with form and context of space and time usage deiksis found in

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten Mojeokerto Dalam praktek jual-beli galian tanah di desa Randuharjo Kabupaten Mojokerto memiliki keunikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik lisan maupun tulisan. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa mempunyai peranan penting untuk menyampaikan

Lebih terperinci

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN ARTIKEL PENELITIAN OLEH YOSEFHA ELLA NIM F11112001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

PRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT

PRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT 1 PRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT Sri Suharti 1, Charlina 2, Mangatur Sinaga 3 srisuharti2525@gmail.com, charlinahadi@yahoo.com, sinaga.mangatur83162@gmail.com Hp: 085375625225 Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA, PENUNJUK, DAN WAKTU DALAM NOVEL SUNSET BERSAMA ROSIE KARYA TERE-LIYE ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM 110388201128 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pendapat, perasaan, keinginan dan harapannya. Komunikasi yang terjalin diharapkan dapat dipahami maknanya oleh orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pendapat, perasaan, keinginan dan harapannya. Komunikasi yang terjalin diharapkan dapat dipahami maknanya oleh orang-orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bahasa digunakan oleh manusia di dalam sebuah interaksi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif bagi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Seorang suami yang bertanya kepada istrinya. : Anak-anak di mana mak? Belum ada satu pun yang di. Belum pulang pak dari tadi.

LAMPIRAN. : Seorang suami yang bertanya kepada istrinya. : Anak-anak di mana mak? Belum ada satu pun yang di. Belum pulang pak dari tadi. LAMPIRAN Bentuk Campur Kode berupa Penyisipan Kata Data I Suami : Seorang suami yang bertanya kepada istrinya : Anak-anak di mana mak? Belum ada satu pun yang di rumah? (sambil meletakkan tas di atas kursi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebagai : Subyek 1. Pendidikan Terakhir : SMP Kelas 2 : 2 dari 4 Bersaudara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebagai : Subyek 1. Pendidikan Terakhir : SMP Kelas 2 : 2 dari 4 Bersaudara BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan 1. Profil Subyek 1 Sebagai : Subyek 1 Nama : AN Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat saat ini : Sidoarjo Agama : Islam Usia : 18 Tahun Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

DEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG

DEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG DEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG Nurul Masfufah Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Jalan Batu Cermin Nomor 25 Sempaja, Samarinda Pos-el: mashfufahnurul@yahoo.com Abstrak Kajian

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH Yeni Mulyani Supriatin Balai Bahasa Bandung PENGANTAR Sopan santun dapat ditunjukkan tidak hanya dalam bentuk tindakan, tetapi juga dalam bentuk tuturan.

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI POLITIK UANG DALAM PRESPEKTIF PERTUKARAN SOSIAL. 1. Kondisi Geografis Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten

BAB III IMPLEMENTASI POLITIK UANG DALAM PRESPEKTIF PERTUKARAN SOSIAL. 1. Kondisi Geografis Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten BAB III IMPLEMENTASI POLITIK UANG DALAM PRESPEKTIF PERTUKARAN SOSIAL A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember Secara geografis, Desa Sukoreno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat tumbuh, berkembang dan melakukan interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P Rini Damayanti Universitas Wijaya Kusuma Surabaya just_arinda@yahoo.com Abstract This research aims to determine the use of form semantic

Lebih terperinci

BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI

BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI A. Hasil Proses Pendampingan Bersama Kelompok Tani Pada dasarnya pemberdayaan merupakan wujud dari perubahan sosial. Perubahan dari masyarakat yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam masyarakat pasti terjadi proses komunikasi dan interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam komunikasi dibutuhkan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu ujaran kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil

Lebih terperinci

BAB III PERJUANGAN EKONOMI MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA DI DESA KARANGWUNGU LOR. 1. Kondisi Geografis Desa Karangwungu Lor

BAB III PERJUANGAN EKONOMI MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA DI DESA KARANGWUNGU LOR. 1. Kondisi Geografis Desa Karangwungu Lor 54 BAB III PERJUANGAN EKONOMI MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA DI DESA KARANGWUNGU LOR A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Geografis Desa Karangwungu Lor Wilayah Desa Karangwungu Lor menurut geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM BAHASA DAYAK DEAH. Isna Kasmilawati STKIP PGRI Banjarmasin. Abstrak

DEIKSIS DALAM BAHASA DAYAK DEAH. Isna Kasmilawati STKIP PGRI Banjarmasin. Abstrak 126 DEIKSIS DALAM BAHASA DAYAK DEAH Isna Kasmilawati STKIP PGRI Banjarmasin Abstrak Deiksis merupakan bentuk bahasa yang tidak memiliki acuan yang tetap sehingga maknanya sangat bergantung pada konteks

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, tidak saja pada ahli bahasa tetapi juga ahli-ahli di bidang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, tidak saja pada ahli bahasa tetapi juga ahli-ahli di bidang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana komunikasi yang paling penting pada masyarakat adalah bahasa. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA KETEGAN DAN DESKRIPSI LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP. empat perdukuhan antara lain:

BAB III GAMBARAN UMUM DESA KETEGAN DAN DESKRIPSI LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP. empat perdukuhan antara lain: BAB III GAMBARAN UMUM DESA KETEGAN DAN DESKRIPSI LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP A. Gambaran Umum Desa Ketegan 1. Data wilayah a. Letak wilayah dan batas wilayah Desa Ketegan adalah merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MEMAHAMI DAN MEMECAHKAN MASALAH A. PEMBUANGAN YANG TIDAK PADA TEMPATNYA

BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MEMAHAMI DAN MEMECAHKAN MASALAH A. PEMBUANGAN YANG TIDAK PADA TEMPATNYA 82 BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MEMAHAMI DAN MEMECAHKAN MASALAH A. PEMBUANGAN YANG TIDAK PADA TEMPATNYA Buanglah sampah pada tempatnya begitulah kiranya seruan yang tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai

Lebih terperinci

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa Anam Rufisa Catatan Anak Kelinci Penerbit Ana Monica Rufisa Catatan Anak Kelinci Oleh: Anam Rufisa Copyright 2010 by Anam Rufisa Penerbit Ana Monica Rufisa Website: http://anamrufisa.tumblr.com/ Email:

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB III KASUS ANAK MENGHALANGI AYAH MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRI DIDESA JEGULO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB III KASUS ANAK MENGHALANGI AYAH MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRI DIDESA JEGULO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN 49 BAB III KASUS ANAK MENGHALANGI AYAH MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRI DIDESA JEGULO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN A. Deskripsi Umum Desa Jegulo 1. Karakteristik wilayah 1 Desa Jegulo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah

Lebih terperinci

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013 K-13 Kelas X bahasa indonesia MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013 Standar Kompetensi 13. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan bahasa nasional. Fungsi dan peran tersebut di ataranya, yaitu: (a) sebagai lambang kebaggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan aleh para anggota kelompok tertentu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari 19 Mei 2014 sampai dengan 10 Juli 2014 yang dilaksanakan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari 19 Mei 2014 sampai dengan 10 Juli 2014 yang dilaksanakan di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan mulai dari 19 Mei 2014 sampai dengan 10 Juli 2014 yang dilaksanakan di Surabaya. Waktu

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan 8 Hemat Energi Bertelepon dan bermain drama hampir sama. Dalam dua kegiatan tersebut terdapat percakapan. Tahukah kamu bagaimana berbicara di telepon? Apa pula yang dinamakan drama itu? Belajar Apa di

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau

Lebih terperinci

kata, dan tata bahasa (Moeljono. dkk., 1986:1). Perubahan bahasa akan berdampak pada pergeseran bahasa yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu

kata, dan tata bahasa (Moeljono. dkk., 1986:1). Perubahan bahasa akan berdampak pada pergeseran bahasa yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu 1 kata, dan tata bahasa (Moeljono. dkk., 1986:1). Perubahan bahasa akan berdampak pada pergeseran bahasa yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain. Pergeseran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam bab IV ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu, (1) deiksis persona atau orang, (2) deiksis tempat, (3)

Lebih terperinci

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Profil Taman Mataram Kota Pekalongan Lapangan Mataram terletak di Kelurahan Podosugih, Kota Pekalongan,

Lebih terperinci

BAB IV PERKEMBANGAN KORBAN TSUNAMI ACEH DAN PERANG SAMPIT DI PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN YATIM

BAB IV PERKEMBANGAN KORBAN TSUNAMI ACEH DAN PERANG SAMPIT DI PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN YATIM 70 BAB IV PERKEMBANGAN KORBAN TSUNAMI ACEH DAN PERANG SAMPIT DI PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA A. Pondok sebagai Sarana Perubahan Mental

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA BAGI SINGLE MOTHER. 2. Kapankah perpisahan anda dengan pasangan anda terjadi?

PEDOMAN WAWANCARA BAGI SINGLE MOTHER. 2. Kapankah perpisahan anda dengan pasangan anda terjadi? Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA BAGI SINGLE MOTHER 1. Apakah yang menyebabkan anda menjadi single mother? 2. Kapankah perpisahan anda dengan pasangan anda terjadi? 3. Pada usia berapakah perpisahan yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

KISAH DUA SAUDARA ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY

KISAH DUA SAUDARA ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY KISAH DUA SAUDARA By ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY Adang Suteja Hadiyanto Adang Suteja Hadiyanto (09.11.3525) jl mancasan kidul Depok Sleman Yogyakarta. INT.PAGI HARI Di sebuah kota besar yaitu kota

Lebih terperinci

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom. STMIK CIC CIREBON - 2016 Nurul Bahiyah, M. Kom. PENGERTIAN Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Drajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SAPAAN DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

SAPAAN DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SAPAAN DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci