METODE PENELITIAN. Kerangka Pendekatan Studi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Kerangka Pendekatan Studi"

Transkripsi

1 62 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur, dengan garis pantai sepanjang ± 152 km, yang meliputi 5 kecamatan pantai yaitu Kecamatan Sangatta, Kecamatan Bengalon, Kecamatan Sangkulirang, Kecamatan Kaliorang, dan Kecamatan Sandaran (Gambar 1). Batas penelitian ke arah darat, untuk peruntukan budidaya tambak, dibatasi sejauh 4 km dari garis pantai. Sedangkan batas penelitian ke arah laut dibatasi sejauh 4 mil laut yang merupakan batas kewenangan pengelolaan pesisir oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur berdasarkan UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Waktu penelitian kurang lebih 7 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2006 Pebruari Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan bulan Agustus-Oktober 2006 (2) tahap penelitian lapangan bulan November 2006-Januari 2007 (3) tahap analisis data bulan Pebruari Kerangka Pendekatan Studi Pengembangan budidaya perikanan laut di kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur didasarkan pada kondisi potensi supply, demand, dan existing. Potensi supply adalah kondisi sumberdaya alam kawasan pesisir baik secara fisik, kimia maupun biologi yang mempunyai interaksi satu sama lain, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan potensi demand meliputi kondisi sosial ekonomi masyarakat serta stakeholders lain yang dalam perkembangannya membutuhkan pasokan sumberdaya alam yang memadai serta pengaturan pemanfaatan agar dapat terjamin kelestariannya. Kondisi existing adalah kondisi pemanfataan saat ini yang meliputi budidaya tambak, budidaya karamba sistem fixed net cage, dan budidaya rumput laut long line. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap ketiga komponen tersebut untuk menetapkan zonasi dan arahan pengembangan kawasan, yang sesuai dengan kondisi (potensi dan status) sumberdaya alam dan prioritas kebutuhan masyarakat.

2 17 Gambar 1. Wilayah Administrasi dan Stasiun Sampling di Lokasi Penelitian 26

3 64 Untuk mengkaji pemanfaatan lahan digunakan pendekatan analisis spasial, analisis konflik, dan analisis arahan pengembangan. Analisis spasial untuk mengetahui kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Sedangkan analisis konflik pemanfaatan lahan dilakukan dengan pendekatan Proses Hierarki Analitik/PHA (Analysis Hierarchy Proces). Dengan analisis tersebut akan dapat ditentukan prioritas kegiatan pemanfaatan ruang yang optimal. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan karakteristik kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur dengan berdasarkan pada kondisi biogeofisik yang ada. Karakteristik kawasan merupakan salah satu acuan dalam Sistim Informasi Geografis (SIG) untuk menentukan kesesuaian lahan agar sesuai dengan peruntukannya. Kelemahan analisis spasial (SIG) dalam menganalisis sebuah model multi kriteria dalam konteks proses pembuatan keputusan (spatial decision) untuk pemecahan konflik pemanfaatan lahan, dijembatani dengan cara menggabungkan bobot yang diperoleh dari PHA dengan matriks atribut yang diperoleh pada analisis spasial (SIG). Komponen dalam analisis PHA didasarkan pada tujuan pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur yang berkelanjutan (sustainable development), yang dibangun oleh tiga dimensi, yang merupakan pilar dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dan dimensi kelestarian lingkungan. Pembobotan dalam PHA menggunakan metode participatory yang merupakan gabungan pendapat dari seluruh responden dengan menggunakan rata-rata geometrik (geometric mean). Penghitungan nilai Location Quotient (LQ) untuk setiap sektor usaha dilakukan untuk mengetahui usaha budidaya yang merupakan sektor basis, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan kawasan budidaya. Selanjutnya dilakukan analisis SWOT untuk memperoleh strategi arahan pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur. Analisis SWOT dilakukan untuk memperoleh rencana pengembangan kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur berdasarkan faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman) yang ada di daerah tersebut. Kerangka pendekatan studi yang digunakan disajikan dalam Gambar 2 berikut ini.

4 65 SISI SUPLAI KONDISI DAN POTENSI WILAYAH PESISIR KAB. KUTAI TIMUR SISI PERMINTAAN BIOFISIK: Jenis Tanah Curah Hujan Topografi Kemiringan Lahan Penggunaan Lahan Jarak dari laut Dan lain lain Analisis Kesesuaian Lahan (SIG) Kriteria Kesesuaian Lahan PEMANFAATAN SAAT INI: - budidaya tambak - budidaya karamba - budidaya rumput laut Analisis Konflik Pemanfaatan Lahan (PHA) Rancangan PHA Pembangunan Berkelanjutan: dimensi Lingkungan dimensi Ekonomi dimensi Sosial Proses Analisis Kesesuaian Lahan Proses PHA PETA KESESUAIAN LAHAN Untuk KEGIATAN PERIKANAN PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR Matriks Atribut Penggabungan Matriks Atribut dan Matriks Bobot Matriks Bobot - Analisis LQ - Analisis SWOT PETA KOMPOSIT KESESUAIAN LAHAN - Analisis Kelayakan Usaha - Analisis Spasial STRATEGI DAN ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR KAB. KUTAI TIMUR Gambar 2. Kerangka Pendekatan Penelitian

5 66 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (i) data fisik-geografi kawasan pesisir, (ii) data aspirasi masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur meliputi masalah sosial-ekonomi-budaya. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan pada wilayah penelitian dan melalui hasil wawancara semi terstruktur dengan pengguna (stakeholders) yang terkait di wilayah tersebut. Metode penentuan titik stasiun untuk observasi lapangan dilakukan secara purposive sampling, dimana penentuan titik stasiun dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang diambil antara lain berupa daerah lokasi budidaya yang ada saat ini, cakupan lokasi penelitian yang cukup jauh, transportasi, keselamatan peneliti, waktu dan biaya. Data sekunder meliputi literatur-literatur penunjang dan data pendukung lainnya. Data sekunder yang dibutuhkan ditelusuri dari data BPS, hasil penelitian terdahulu, Bappeda Kabupaten Kutai Timur, dan data dari instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk memberikan masukan ke dalam sistem informasi geografik, baik itu data spasial maupun data atribut. Rincian jenis data dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Teknik Pengambilan Responden Untuk memperoleh data primer berupa aspirasi stakeholders digunakan teknik Stakeholders Analysis (Analisis Stakeholders). Analisis stakeholders adalah suatu sistem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, serta kondisi yang memungkinkan terjadinya trade off (Budiharsono, 2006). Langkah-langkah dalam melakukan analisis stakeholders adalah: (i) Identifikasi stakeholders; (ii) Membuat tabel stakeholders; (iii) Menganalisis pengaruh dan kepentingan stakeholders; (iv) Membuat stakeholders grid; (v) Menyepakati hasil analisis dengan stakeholders utama.

6 67 Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan dalam Analisis Kesesuaian Lahan dan Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan di Pesisir Kab. Kutai Timur NO PARAMETER BENTUK SUMBER DATA A. DATA BIO-FISIK 1. Geomorfologi pantai, meliputi: Topografi/elevasi pantai Keterlindungan Perairan Material dasar perairan Batimetri 2. Hidro-oseanografi, meliputi: Pasang surut tahun 2006 Gelombang Salinitas Suhu permukaan laut Kecerahan perairan Kecepatan arus Sedimentasi Curah Hujan 3. Tanah, meliputi: Penggunaan lahan Kelerengan Struktur dan tekstur tanah 4. Ekosistem pesisir, meliputi: Mangrove Padang lamun Terumbu karang Pantai berpasir B. Data Sosial-Ekonomi-Budaya 1. Ekonomi, meliputi: Perekonomian wilayah Pendapatan Produksi perikanan Ketenagakerjaan 2. Sosial Budaya, meliputi: Jumlah penduduk Lama tinggal Pendidikan Adat istiadat/kesukuan 3. Sarana Prasarana Jalan Pasar Telekomunikasi Pelabuhan Kelembagaan (koperasi dll) Peta/laporan Peta/laporan Peta/laporan Peta/laporan Tabular Tabular Tabular Tabular Tabular Tabular Tabular Tabular Peta Peta Peta Laporan Laporan Laporan Laporan Statistik Statistik Kuisioner Statistik Statistik Wawancara Wawancara Wawancara Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Bappeda Kutim Proses Citra Satelit Proses Citra Satelit Dishidros TNI AL Dishidros TNI AL Observasi MCRMP Kutim/P2O LIPI MCRMP Kutim/P2O LIPI MCRMP Kutim/P2O LIPI Observasi/Dishidros AL Proses Citra satelit Puslit Tanag Proses Citra /Bakosurtanal Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslit Tanag) Proses Citra satelit dan observasi BPS BPS BPS/Statistik DKP Kutim BPS/ Statistik DKP Kutim BPS Responden BPS Responden BPS BPS BPS BPS BPS

7 68 Teknik pengambilan responden dalam rangka menggali informasi/ pendapat stakeholders adalah metode expert judgement (Pendapat Pakar). Pakar ditentukan secara purposive sampling. Pakar responden berjumlah 12 orang, yang merupakan key persons (tokoh kunci) yang mewakili kelompok-kelompok stakeholders yang diperoleh pada saat identifikasi stakeholders. Kelompok stakeholders ini meliputi setiap unsur yang terkait dengan pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur, yaitu dari unsur birokrasi, akademisi, pelaku usaha, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli pada pengelolaan pesisir. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dalam 5 (lima) tahap berurutan, yaitu : i) analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis, ii) analisis konflik pemanfaatan lahan dilakukan dengan menggunakan metode PHA, iii) analisis LQ dan analisis spasial peta komposit dilakukan untuk menentukan arahan pengembangan kawasan untuk budidaya, iv) kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya dilakukan dengan analisis kelayakan usaha, dan v) strategi pengembangan kawasan pesisir dilakukan dengan metode SWOT. Masing-masing analisis tersebut dijelaskan pada bagian berikut ini. i) Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan di kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur meliputi kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya tambak, budidaya karamba, dan budidaya rumput laut. Analisis dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: (i) penyusunan matriks kesesuaian setiap kegiatan yang dilakukan, (ii) pembobotan dan pengharkatan, (iii) analisis proximity (pendekatan), yaitu membuat buffer berupa zona penyangga di sekeliling feature (informasi) dari coverage (tematik) input (titik, dan garis) untuk membuat suatu coverage baru, dan (iv) analisis overlay (tumpang susun), yaitu proses penampakan coverage, dilakukan untuk menganalisis dan mengidentifikasi hubungan spasial antara feature-feature dari coverage. Analisis dilakukan dengan menggunakan software Arc View 3.2. Alur kerja analisis kesesuaian lahan disajikan pada gambar 3.

8 69 KONDISI DAN POTENSI WILAYAH PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER PETA CITRA DATA SEKUNDER PETA TEMATIK I VEKTORIZED PETA TEMATIK -n BASIS DATA PEMANFAATAN SAAT INI KRITERIA KESE- SUAIAN LAHAN ANALISIS SPASIAL PETA KOMPOSIT Gambar 3. Alur Kerja Analisa Spasial untuk Kesesuaian Lahan Penyusunan Matriks Kesesuaian PETA KESESUAIAN LAHAN PESISIR KAB. KUTAI TIMUR Penyusunan matriks kesesuaian dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria kesesuaian, masing-masing untuk kegiatan: (i) budidaya tambak, (ii) budidaya karamba, dan (iii) budidaya rumput laut. Kriteria kesesuaian disusun berdasarkan parameter biofisik yang relevan dengan setiap kegiatan, dan dibuat dengan mengacu pada matriks kriteria kesesuaian dari berbagai studi pustaka seperti FAO (1976) yang diacu dalam Hardjowigeno et al (1996), BPPT (2004), dan dari beberapa penelitian terdahulu, yang dimodifikasi oleh peneliti. Pembobotan (Weighting) dan Pengharkatan (Scoring) Pemberian bobot didasari oleh tingkat kepentingan masing-masing parameter secara berurutan, mulai dari yang terpenting sampai yang kurang penting. Selain itu setiap tema akan dibagi menjadi beberapa kelas yang diberi

9 70 skor berdasarkan tingkat kesesuaiannya. Sehingga pada hasil akhir akan diperoleh nilai akhir atau matriks atribut yang merupakan hasil perkalian antara bobot dengan skor kelas. Setiap kriteria dan parameter, pemberian bobot, dan skor kelas ditentukan berdasarkan studi kepustakaan, dan justifikasi dari tenaga ahli yang berkompeten di bidang perikanan, baik secara tertulis maupun secara lisan. Proses pemberian bobot dan skor dilakukan melalui pendekatan index overlay model (Bonham-Carter, 1994 dalam Vincentius, 2003) dengan persamaan matematis sebagai berikut: S n i = n i S ij W W i i Dimana: S = Indeks terbobot dari area atau poligon terpilih S ij = Skor kelas ke-j dari layer ke-i W i = Bobot untuk input layer ke-i n = Jumlah layer Kelas Kesesuaian Pembagian kelas kesesuaian dilakukan menurut klasifikasi FAO (1976) yang diacu oleh Hardjowigeno (2001), yang membagi kesesuaian lahan menjadi 2 ordo, yaitu ordo S (suitable/sesuai) dan ordo N (not suitable/tidak sesuai). Selanjutnya ordo ini dibedakan lagi menjadi kelas-kelas yaitu: Sangat Sesuai (S1), Sesuai (S2), dan Tidak Sesuai Permanen (N). i) Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable), yaitu: lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah masukan dari pengusahaan lahan tersebut. Nilai scoring untuk kelas S1 sebesar 3. ii) Kelas S2: sesuai (suitable), yaitu: lahan yang mempunyai pembatas yang agak berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh, serta

10 71 meningkatkan masukan untuk mengusahakan lahan tersebut. Nilai scoring untuk kelas S2 sebesar 2. iii) Kelas N: tidak sesuai permanen (permanent not suitable), yaitu: lahan yang mempunyai pembatas sangat berat/permanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. Nilai scoring untuk kelas N sebesar 1. Pelaksanaan operasi tumpang susun (overlay) untuk setiap peruntukan dimulai dari parameter yang paling penting (bobotnya terbesar), berurutan hingga parameter yang kurang penting. Pada kegiatan ini diperoleh range nilai kesesuaian lahan antara Range ini selanjutnya di bagi dalam 3 kelas, sehingga tersusun pembagian nilai kesesuaian sebagai berikut: Nilai (N) = tidak sesuai Nilai (S2) = cukup sesuai Nilai (S1) = sangat sesuai Matriks kesesuaian untuk setiap peruntukan ditampilkan pada Tabel 2-4 berikut ini. Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tambak Tradisional No. Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian (Skor) S1 (3) S2 (2) N(1) 1 Tekstur Tanah 20 halus sedang kasar 2 Jenis Tanah 20 Aluvial Mediteran, Regosol, Latosol Grumosol 3 Curah Hujan (mm/tahun) 15 < > Topografi 15 Datar Berombak Berbukit 5 Kemiringan Lahan (%) >2-8 >8 6 Penggunaan Lahan 10 Semak, alang-alang, rawa, tambak Pengembangan Pelabuhan, Sawah, kebun campuran Pemukiman, Hutan lindung 7 Jarak dari Sungai (m) 5 < > Jarak dari laut (m) 5 < > 4000 Sumber: modifikasi dari Hardjowigeno (2001) dan Wibowo (2004)

11 72 Tabel 3. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Karamba Jaring Tancap (Fixed net cage) No. Parameter/Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian (Skor) S1 (3) S2 (2) N(1) 1 Keterlindungan Sangat 20 Perairan terlindung Terlindung Terbuka 2 Kecepatan Arus 11 - <20 atau < 11 atau (cm/dtk) >30-45 >45 3 Kedalaman Perairan 1 - <2 atau <1 atau (m) >3-5 >5 4 Material Dasar Pasir Pasir 10 Perairan berkarang berlumpur Lumpur 5 Pencemaran 10 Tidak ada Tidak ada Tinggi 6 Kecerahan (%) <85 <70 7 Salinitas (ppm) <29 atau <27 atau >30-35 >35 8 Suhu ( C) <27 atau <24 atau >30-34 <34 9 DO (ppm) 5 >7 5-7 <5 Sumber: modifikasi dari Subandar (2005) dan Soebagio (2004) Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Rumput Laut Sistem Long Line No. Parameter/Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian (Skor) S1 (3) S2 (2) N(1) 1 Keterlindungan 20 Sangat terlindung Terlindung Terbuka 2 Kedalaman Perairan 2-3 atau <1 atau (m) >15-40 >40 3 Material Dasar Karang Pasir- Pasir 15 Perairan berpasir berlumpur Lumpur 4 Arus (cm/dt) <21 atau <11 atau >30-45 >45 5 Kecerahan (%) <80 <60 6 Salinitas (ppm) <30 atau <25 atau >32-35 >35 7 Suhu ( C) <28 atau <25 atau >30-33 >33 8 DO (ppm) 5 >7 3-7 <3 Sumber: modifikasi dari Dirjen Perikanan Budidaya (2004), Besweni (2002), Syahputra (2005), dan Subagio (2004)

12 73 ii) Analisis Konflik Pemanfaatan Lahan Dalam menganalisis konflik pemanfaatan lahan dalam pengembangan kawasan budidaya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur digunakan pendekatan Proses Hierarki Analitik/PHA. Proses Hierarki Analitik adalah suatu pendekatan yang biasanya digunakan untuk menganalisis kebijakan dalam pemanfaatan ruang agar dapat tepat dan sesuai dengan peruntukannya dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan. Langkah paling awal dalam PHA adalah merinci permasalahan ke dalam komponen-komponennya (tujuan, kriteria, sub kriteria, dan alternatif kegiatan), kemudian mengatur bagian dari komponen-komponen tersebut ke dalam bentuk hierarki. Tahapan-tahapan dalam Proses Hierarki Analitik adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan/konflik pemanfaatan ruang dan menentukan variabel yang berpengaruh serta solusi yang diinginkan. 2) Penyusunan Struktur Hierarki Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh dari level puncak sampai ke level dimana dimungkinkan campur tangan untuk dapat memecahkan persoalan. 3) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan Dilakukan untuk menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing kriteria/kepentingan yang berada satu tingkat di atasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan berdasarkan pendapat dari para pakar atau bukan, namun memahami permasalahan. 4) Menghitung Matriks Pendapat Individu Dilakukan dengan cara menghimpun semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks pada langkah ke 3 menjadi matriks pendapat individu. 5) Menghitung Matriks Pendapat Gabungan

13 74 Untuk membentuk suatu matriks yang mewakili matriks-matriks pendapat individu yang ada. Untuk memadukan matriks pendapat individu yang berasal dari 12 orang responden tersebut menjadi vektor prioritas gabungan, digunakan rata-rata geometrik (GEOMETRIC MEAN) dengan formulasi sebagai berikut: m m RG i = π B 1 ij Dimana: RG i = rata-rata geometrik baris ke-i m = responden (1-12) B ij = vektor prioritas baris ke-i kolom ke-j 6) Pengolahan Horisontal Pengolahan horisontal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. 7) Revisi Pendapat Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai CR (Consistensy Ratio) cukup tinggi yaitu 0,1 dengan mencari Root Mean Square (RMS) dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar. Pengumpulan pendapat responden dilakukan dengan menggunakan teknik RRA, sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software Expert Choice version 2000 dan Microsoft Excell Dari analisis ini dapat dihasilkan prioritas pengembangan kawasan pesisir Kutai Timur untuk kegiatan-kegiatan: (i) budidaya tambak, (ii) budidaya karamba, dan (iii) budidaya rumput laut. Tujuan prioritas pengembangan perikanan di kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur yang berkelanjutan (sustainable development) dibangun oleh beberapa kriteria, yang merupakan tiga pilar dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar ekonomi, pilar sosial budaya, dan pilar kelestarian lingkungan. Struktur hierarki berbagai kriteria dalam mencapai tujuan untuk arahan pengembangan kawasan budidaya perikanan laut di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat dalam gambar 4.

14 75 Level 1 : Tujuan Prioritas Pengembangan kawasan Budidaya Perikanan Di Wilayah Pesisir Kab. Kutai Timur Level 2 : Kriteria Peningkatan Ekonomi Penurunan Konflik Sosial Kelestarian SDA dan Lingkungan Level 3 : Sub Kriteria Peningkatan PAD Peningkatan Pendapatn Penyerapan TK dan Kesempatan Berusaha Konflik Antar Pelaku Konflik Antar Ruang SDA Pulih SDA Tidak Pulih Jasa Lingkungan Level 4: Alternatif Kegiatan Kawasan Bd Tambak Kawasan Bd Karamba Kawasan Bd Rumput Laut Gambar 4. Diagram Hierarki Analisis Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

15 iii) Analisis Location Quotient untuk Penentuan Sektor Basis Metode location quotient (LQ) merupakan perbandingan antara produksi sektor i pada tingkat kecamatan terhadap produksi total kecamatan, dengan pangsa relatif produksi sektor i pada tingkat kabupaten terhadap produksi total kabupaten. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: vi LQ i = vt / Vi Vt Dimana: v i = pendapatan/tenaga kerja/produksi sektor i pada tingkat kecamatan v t = pendapatan/tenaga kerja/produksi total kecamatan V i = pendapatan/tenaga kerja/produksi sektor i pada tingkat kabupaten V t = pendapatan/tenaga kerja/produksi total kabupaten Berdasarkan nilai LQ akan diketahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau sektor non-basis. Sektor basis akan menjadi sektor strategis dalam pengembangan perikanan budidaya. iv) Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha mencakup pada perhitungan penentuan biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan. Analisis ini menggunakan kriteria Revenue Cost Ratio (R/C), Net Benefit (π), Net Present Value (NPV), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Revenue Cost Ratio (R/C) Analisis ini digunakan untuk melihat layak atau tidaknya suatu usaha yang dilakukan dengan membandingkan penerimaan dengan biaya produksi selama periode waktu tertentu (satu musim tanam). Secara matematis R/C dapat dituliskan: R/C = TR/TC Dimana: TR = total penerimaan (Total Revenue) TC = total pengeluaran (Total Cost) Kriteria Usaha: R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas R/C < 1, usaha merugikan

16 46 Net Present Value (NPV) Net Present Value (nilai saat ini) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh di masa yang akan datang. NPV merupakan selisih antara present value dari manfaat dengan present value dari biaya. Secara matematis NPV dapat dituliskan: n ( Bt Ct ) NPV = t (1 r t= 0 + ) Dimana : B t = Manfaat pada tahun ke-t C t r n t Kriteria Usaha: = Biaya pada tahun ke-t = Tingkat bunga diskonto (discount rate) = umur ekonomis = 0, 1, 2, 3... tahun ke-n NPV > 1, usaha layak untuk dilaksanakan NPV = 1, pengembalian persis sebesar opportunity cost modal NPV < 1, usaha tidak layak dilakukan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan nilai sekarang dari keuntungan suatu usaha dengan biaya investasi pada awal usaha. Untuk menghitung nilai net B/C digunakan persamaan berikut: NetB / C = n t = 0 n t = 1 ( Bt Ct ) ( B t t (1 + i) ( Ct Bt ) ( B t t (1 + i) Ct ) > 0 C ) < 0 Dimana : B t = Manfaat pada tahun ke-t C t = Biaya pada tahun ke-t r = Tingkat bunga diskonto (discount rate) n = umur ekonomis t = 0, 1, 2, 3... tahun ke-n Kriteria Usaha: Net B/C > 1, usaha layak untuk dilaksanakan Net B/C = 1, usaha perlu ditinjau kembali Net B/C < 1, usaha tidak layak dilakukan t

17 47 v) Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya di Pesisir Kab. Kutai Timur Analisis strategi pengembangan budidaya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Analisis ini dilakukan dengan menerapkan kriteria kesesuaian dengan data kuantitatif dan deskripsi keadaan (faktor internal dan eksternal) yang diperoleh dengan teknik RRA. Pembobotan dan skoring dalam analisis SWOT ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan teknik RRA tersebut, yang kemudian dijustifikasi oleh peneliti dalam bentuk bobot dan skor. Berdasarkan Rangkuti (2002) langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal. Data eksternal berasal dari lingkungan luar (peluang dan ancaman), sedangkan data internal berasal dari dalam sistem pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur, mencakup ketersediaan sumberdaya alam, kondisi sumberdaya manusia dan pengembangan kawasan yang sedang dijalankan (kekuatan dan kelemahan). Dalam tahap ini digunakan dua model matriks yaitu: (i) matriks faktor strategi eksternal, dan (ii) matriks faktor strategi internal. Matriks faktor strategi eksternal disusun dengan langkah-langkah: Pada kolom 1 disusun peluang-peluang dan ancaman-ancaman Selanjutnya pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor peluang dan ancaman, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk semua faktor peluang dan ancaman sama dengan 1,0. Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (nilai 4=sangat besar, 3=besar, 2=sedang,

18 48 dan 1=kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk ancaman bersifat negatif (nilai 4=kecil, 3=sedang, 2=besar, dan 1=sangat besar). Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut. Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Tabel 5. External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar Peluang: O1 O2 O Ancaman: T1 T2 T3... TOTAL 1, Matriks faktor strategi internal disusun dengan langkah-langkah: Pada kolom 1 disusun kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan. Pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk semua faktor kekuatan dan kelemahan sama dengan 1,0. Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (nilai 4 = sangat besar, 3 = besar, 2 =

19 49 sedang, dan 1 = kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk kelemahan bersifat negatif ((nilai 4 = kecil, 3 = sedang, 2 = besar, dan 1 = sangat besar). Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut. Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Tabel 6. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar Peluang: S1 S2 S Ancaman: W1 W2 W3... TOTAL 1, Tahap analisis Pada tahap analisis digunakan Model Matriks TOWS, dimana terdapat 4 strategi yang dapat dihasilkan, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT (tabel berikut). Setelah diperoleh matriks TOWS, selanjutnya disusun rangking semua strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor penyusun strategi tersebut.

20 50 Tabel 7. Model Matriks TOWS Hasil Analisis SWOT EFAS IFAS OPPORTUNITIES (O) THREATS (T) STRENGTH (S) SO1 SO2 SO3.... SOn ST1 ST2 ST3.... STn WEAKNESSES (W) WO1 WO2 WO3.... WOn WT1 WT2 WT3.... WTn

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bangka Barat yang meliputi desa-desa pesisir di Kecamatan Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, Kecamatan Kelapa, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 15 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki kompleksitas yang sangat tinggi, baik karakteristik, dinamika dan potensi. Pembangunan yang semakin meningkat di wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUTAI TIMUR

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUTAI TIMUR 17 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUTAI TIMUR NIRMALASARI IDHA WIJAYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 26 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 5.1 Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut Keberhasilan suatu kegiatan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh faktor lahan perairan, oleh

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3) 135 STRATEGI USAHA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR JUMIANG DI KELOMPOK USAHA BERSAMA MITRA BAHARI DESA TANJUNG KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Diiringi dengan: 1. Jumlah penduduk semakin meningkat 2. Konversi lahan meningkat 3. Pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi Pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan Persepsi masyarakat

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian 23 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Weh (Provinsi Aceh) dengan fokus utama pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Beurawang yang merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU GILI GENTING, MADURA

KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU GILI GENTING, MADURA KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU GILI GENTING, MADURA Nur Asyiah Agustina 1, Nirmalasari Idha Wijaya 2, Viv Djanat Prasita 2 1) Mahasiswa Jurusan Oseanografi, Universitas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012)

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012) 17 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian difokuskan pada kawasan minawana di Desa Jayamukti, Blanakan dan Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV ISU-ISU UTAMA Arahan Pengembangan Perikanan di Kabupaten Banyuasin

BAB IV ISU-ISU UTAMA Arahan Pengembangan Perikanan di Kabupaten Banyuasin BAB IV ISU-ISU UTAMA 4.1. Arahan Pengembangan Perikanan di Kabupaten Banyuasin Merupakan suatu upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam yang optimal dan berkelanjutan yang dilakukan melalui perencanaan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak 69 HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak Kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur diperoleh dari hasil analisis terhadap parameter-parameter: jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan Indonesia termasuk dalam kategori terbesar di dunia karena memiliki wilayah yang sebagian besar berupa perairan. Indonesia memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Lokasi Penelitian di Perairan TWAL Gili Indah.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Lokasi Penelitian di Perairan TWAL Gili Indah. METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan TWAL Gili Indah Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input ANALISIS SWOT Dalam menyusun suatu strategi pengembangan wilayah, sebelumnya perlu dilakukan suatu analisa yang mendalam. Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan Analisis

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT Lampiran II. ANALISA SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PESISIR DI KABUPATEN BREBES UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PESISIR DI KABUPATEN BREBES UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PESISIR DI KABUPATEN BREBES UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG Suwarsito dan Anang Widhi Nirwansyah Prodi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September sampai Desember

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu Bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. Pengambilan data primer yaitu pada

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUTAI TIMUR

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUTAI TIMUR 17 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUTAI TIMUR NIRMALASARI IDHA WIJAYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 26 PERNYATAAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Grobogan, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Gambar 3 Peta lokasi penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian mengenai kajian penentuan rute kereta api yang berwawasan lingkungan sebagai alat transportasi batubara di Propinsi Kalimantan Selatan ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel pemerintah kabupaten/kota, secara purposif yaitu Kota Bogor yang mewakili kota kecil dan Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI 14 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Rencana Pengembangan Lanskap Pantai Tanjung Baru sebagai Kawasan Wisata Berbasis Ekologis ini dilaksanakan di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Lokasi Penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Lokasi Penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Dabong Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 3). Adapun waktu penelitian selama 4

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Program PUGAR merupakan salah satu strategi pencapaian swasembada garam nasional oleh pemerintah dengan visi pencapaian target produksi garam 304.000 ton dan misi

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kendal, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 152 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini dilaksanakan di Pengolahan Ikan Asap UKM Petikan Cita Halus yang berada di Jl. Akar Wangi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus 39 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus Penelitian, untuk memahami beberapa istilah tersebut, berikut

Lebih terperinci