3. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu Bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Pengambilan data primer yaitu pada Bulan April 2011 dan dilaksanakan studi banding ke tempat budidaya kerapu sistem KJA di Kabupaten Belitung pada Bulan Maret 2010 dan Kota Batam pada Bulan November Uraian kegiatan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tahapan Kegiatan Penelitian No Keterangan Bulan ke Persiapan (termasuk studi literatur) 2 Pengumpulan data primer (termasuk survey lapangan dan analisis laboratorium) 3 Kompilasi data 4 Analisis data 5 Penyusunan laporan (termasuk pembimbingan) Tempat penelitian yaitu di Pulau Pongok (Gambar 2) dimana Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bangka Selatan sebagai kawasan budidaya laut dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan No. 13 tahun Batasan wilayah studi yaitu di perairan Pulau Pongok dan sekitarnya sampai pada kedalaman perairan sekitar 40 m. Hal ini disesuaikan dengan kelayakan untuk budidaya keramba jaring apung berdasarkan kedalaman perairan Peralatan Penelitian Peralatan penelitian yang digunakan terdiri dari peralatan pengukuran di lapangan dan untuk analisis data. Beberapa peralatan yang digunakan antara lain: Perahu/kapal motor Peta Lingkungan Perairan Indonesia dari DISHIDROS dan citra landsat 7ETM GPS (Global Positioning System), kompas, stopwatch, dan kamera digital Botol nensen untuk mengambil sampel air

2 24 Peralatan pengukuran arah dan kecepatan arus (layang-layang arus) Peralatan pengukuran hidro-oseanografi (phmeter, hand-refraktometer, sechi disk, tiang berskala, grab sampler, dan termometer) Alat tulis dan seperangkat komputer (ArcGis 9.2. dan ArcView GIS 3.2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Pulau Pongok 3.3. Pendekatan dan Metodologi Pendekatan Pendekatan biofisik dan ekonomi diperlukan dengan mengidentifikasi komponen-komponen yang mendukung terhadap keberlanjutan sumberdaya agar pemanfaatannya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Parameter lingkungan atau variabel biofisik diperlukan untuk mengetahui kawasan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya laut seperti suhu, salinitas, kecepatan dan arah arus, substrat, keterlindungan, tinggi gelombang, tunggang pasut, kecerahan, kedalaman, dan derajat keasaman. Parameter lingkungan digambarkan dalam bentuk peta tematik yang selanjutnya dianalisis dengan melakukan pendekatan Sistem Informasi Geografis dengan metode overlay atau tumpang

3 25 susun sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan. Perhitungan ekonomi diperlukan untuk mengetahui komponen biaya apa saja yang harus ditanggung serta perhitungan nilai produksi sehingga dapat diketahui nilai manfaat dari suatu usaha budidaya laut tersebut. Pendekatan ekonomi ini dapat memberikan pertimbangan jenis usaha apa sehubungan dengan keterbatasan dana yang dimiliki sehingga nantinya akan menjadi skala prioritas usaha untuk dijalankan. Pengembangan usaha budidaya kerapu akan berhasil jika ditunjang oleh faktor keterlibatan masyarakat atau usaha kelompok masyarakat dan dukungan dari pemerintah setempat serta adanya entrepreneur yang dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat. Peluang keberhasilan budidaya laut di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat dari beberapa alasan : a. Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laut cukup tinggi b. Masyarakat lokal lebih memahami permasalahan di sekitarnya c. Pengelolaan berbasis masyarakat dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya laut d. Pengawasan dan kontrol oleh masyarakat terhadap sumberdaya akan lebih efektif Metodologi 1) Persiapan Tahap ini meliputi persiapan administrasi kepada instansi dalam pengumpulan data sekunder yang mendukung penelitian. Instansi ini seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Badan Statistik Pusat dan daerah, Universitas Bangka Belitung, Kementerian Kelautan Perikanan, Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI dan instansi lainnya guna mengumpulkan data pendukung. 2) Pengumpulan data primer Pengumpulan data primer ini meliputi survey lapangan untuk melengkapi data sekunder yang sudah diperoleh. Data ini termasuk data parameter lingkungan perairan, wawancara dengan pengusaha KJA dan nelayan untuk memperoleh gambaran komponen biaya untuk suatu usaha KJA. Selanjutnya diskusi dan wawancara dengan masyarakat setempat untuk memperoleh informasi tambahan

4 26 mengenai penangkapan ikan kerapu sunuk serta potensi konflik pemanfaatan wilayah pesisir. Tabel 3. Parameter, Metode dan Alat Pengukuran No. Parameter Metode Alat 1 Suhu ( o C) insitu Thermometer 2 Salinitas ( o /oo) insitu Handrefractometer 3 Kecepatan (m/s) dan arah arus ( o U) insitu Layang-layang arus 4 Substrat insitu Grab sampler 5 Keterlindungan insitu Visual 6 Tinggi gelombang (m) insitu Tiang berskala 7 Tunggang pasut (m) Sensor, BOST Center Kalesto, tiang berskala 8 Kecerahan (% dan m) insitu Sechi disk 9 Kedalaman (m) insitu Tali dan peta LPI 10 Derajat keasaman / ph insitu ph meter 11 DO (mg/l) insitu DO meter 12 Posisi koordinat insitu GPS Garmin 13 Unsur kimia lainnya : Ammonia (NH 3 -N), Nitrit (NO 2 - N), Nitrat (NO 3 -N), Orthophospat (PO 4 -P), Timbal (Pb) (mg/l) Laboratorium Proling MSP IPB 14 Timbal (Pb) pada kerapu (mg/l) Laboratorium Proling MSP IPB Keterangan : BOST (Bangka Belitung Ocean Science and Technology) Proling (Produktifitas dan Lingkungan Perairan) 3) Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder ini meliputi pencarian literatur-literatur terkait yang diperoleh dari perpustakaan IPB, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Daerah (BPS dan BPPPMD) Kabupaten Bangka Selatan, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bangka Belitung, Universitas Bangka Belitung, Kementerian Kelautan Perikanan, dan Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI Jakarta. 4) Kompilasi data Kompilasi data merupakan penyusunan data-data primer dan sekunder yang berguna yang akan dipakai, serta pemisahan terhadap data-data yang tidak berguna yang tidak perlu dilibatkan dalam tahap analisis selanjutnya.

5 Analisis Data Analisis data yang dilakukan ini meliputi analisis kesesuaian kawasan, analisis daya dukung lingkungan, dan analisis ekonomi. Analisis data ini harus dilakukan secara berurutan karena memiliki keterkaitan, hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : Analisis Kesesuaian Kawasan Analisis kesesuaian kawasan ini dengan menggunakan parameter lingkungan sehingga kesesuaian kawasannya berdasarkan aspek bioteknis. Datadata yang diperoleh berupa parameter lingkungan dari setiap titik koordinat yang kemudian didigitasi. Hasilnya dalam bentuk spasial yang diolah untuk masingmasing parameter atau tema kesesuaian kawasan seperti tema suhu, salinitas, dan sebagainya dengan software ArcGis 9.2. Untuk parameter substrat diperoleh dari interpretasi citra Landsat 7ETM dan ground check (pengecekan langsung) di lapangan untuk memperoleh informasi yang aktual di lapangan. Hasil pengolahan dan analisis data selanjutnya diinterpretasikan untuk mendapatkan deskripsi secara faktual dan jelas tentang lokasi untuk budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan. Dalam analisisnya, perlu mempertimbangkan peranan dan bobot pengaruh masing-masing parameter terhadap keberhasilan usaha budidaya. Ada parameter yang sangat berpengaruh, tetapi ada juga yang kurang berpengaruh. Dalam kondisi ini, pemberian bobot yang berbeda sesuai dengan derajat kepentingannya atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisis ini dan hasilnya diharapkan lebih mendekatkan pada kondisi sebenarnya. Penyusunan basis data, baik data spasial maupun data atribut, merupakan tahap pertama dalam SIG. Data yang berbentuk peta analog dikonversi ke bentuk digital melalui proses digitasi. Untuk jenis data tabular dikompilasikan dengan perangkat lunak Microsoft excel. Setelah basis data terbentuk, dilakukan operasi penggabungan (union) atau tumpang susun (overlay operations) dengan software ArcGis 9.2 terhadap parameter-parameter kesesuaian budidaya kerapu dengan KJA. Operasi tumpang susun ini ditetapkan urutan dari setiap layer yang dilibatkan sesuai dengan tingkat kepentingannya (Tabel 4). Operasi tumpang

6 28 susun dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan. Untuk data tabular, indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter di bawah. Dari nilai indeks ini maka dapat diperoleh tabel kesesuaian dengan kriteria Sangat sesuai (S1), Cukup sesuai (S2), dan Tidak sesuai (S3). Tabel 4. Parameter Lingkungan dengan Bobot dan Skor No Parameter bobot S1 S2 S3 Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor 1 Keterlindungan 25 Sangat terlindung 5 terlindung 3 terbuka 1 2 Kecepatan arus 0,1 - <0,2 atau <0,1 atau 25 0,2-0,3 5 3 (m/s) >0,3-0,4 >0,4 1 3 Kedalaman 6 - <15 atau <6 atau (m) >25-40 > Substrat 15 Pasir Pasir 5 berkarang berlumpur 3 lumpur 1 5 Kecerahan (%) <85 3 < Salinitas ( o /oo) atau >33 - <29 atau 3 35 > Suhu ( o C) <27 atau <24 atau 3 >30-34 > Oksigen 5 - <7 atau >8 <5 atau terlarut (mg/l) - 10 > ph 10 7, <7,5 atau <7 atau 3 >8-8,5 >8,5 1 Total Bobot x Score Sumber: Modifikasi dari Ali (2003), Hartami (2008), Tiensongrusmee et al (1986) di dalam Sunyoto (1997) Tabel 5. Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan No Analisis kesesuaian Kriteria Kelas 1 Sangat sesuai (S1) >80% > Cukup sesuai (S2) 40% 80% Tidak sesuai (S3) <40% <260 Setelah menyelesaikan proses dalam tabel di atas maka selanjutnya dibuat peta arahan di ArcView GIS 3.2 berdasarkan poligon-poligon dengan kriteria Sangat sesuai, Cukup sesuai, dan Tidak sesuai. Selanjutnya peta arahan kesesuaian kawasan disajikan mengikuti aturan pemetaan.

7 29 Keluaran dari proses ini berupa peta arahan kesesuaian kawasan untuk budidaya kerapu yaitu kesesuaian lahan perairan aktual atau kesesuaian pada saat ini, dimana kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan hanya didasarkan informasi parameter lingkungan perairan dan belum mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor penghambat yang ada. Dalam mencari luasan dari kesesuaian kawasan yang digunakan adalah metode pendekatan matematis melalui cara perkalian dan penjumlahan parameter, sedangkan penilaian kelas kesesuaian dilakukan pada tingkat kelas. Pada tingkat kelas, kawasan perairan dibedakan menjadi kelas S1 (Sangat sesuai), S2 (Cukup sesuai), S3 (Tidak sesuai) sehingga diperoleh luasan berdasarkan kriteria di atas dalam satuan hekto are (ha). Kelas S1 yaitu tingkat Sangat sesuai, dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkelanjutan. Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai, dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi optimum. Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai, dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat. Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu Analisis Daya Dukung Lingkungan Daya dukung lingkungan dapat dilakukan dengan dua pendekatan di bawah ini : 1) Pendekatan baku mutu lingkungan Perhitungan daya dukung lingkungan mengenai konsentrasi unsur kimia dan logam berat dapat mengacu pada baku mutu air laut untuk biota laut (KepmenLH No. 51 tahun 2004) sehingga diperoleh nilai parameter lingkungan dari hasil uji laboratorium apakah sudah melewati atau belum melewati daya dukung lingkungan perairan laut. Jika nilainya sudah melewati ambang batas baku mutu maka perairan tersebut sudah melebihi daya dukung lingkungan dan jika nilainya

8 30 di bawah ambang batas baku mutu maka perairan tersebut masih aman dan memenuhi kriteria daya dukung lingkungan. 2) Pendekatan fisik kawasan Daya dukung lingkungan perairan untuk pengelolaan budidaya ikan kerapu dengan KJA dilakukan dengan pendekatan fisik kawasan sehingga selanjutnya disebut daya dukung kawaasan (DDK) yaitu dengan menghitung luas kawasan budidaya yang sesuai (kelas S1 dan S2). Selanjutnya perlu mengetahui kondisi unsur kimia di sekitar KJA eksisting, berapa luas maksimum yang masih memenuhi daya dukung lingkungan untuk dijadikan acuan dalam menentukan luasan KJA yang masih aman dari pencemaran. Berdasarkan informasi dari salah satu narasumber, KJA sebaiknya dibuat berdasarkan kelompok masyarakat atau pokmas. Alasan dibuat pengelompokan adalah untuk memperkuat tali jangkar KJA dan memudahkan kontrol dari gangguan keamanan. Satu kelompok masyarakat pembudidaya ikan kerapu terdiri dari 10 unit KJA, dan setiap unit KJA dapat menghidupi 1 kepala keluarga. Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10 m x 10 m = 100 m 2. Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m = 27 m 3. Desain KJA per kelompok dengan panjang sebanyak 5 unit KJA atau 60 m dan lebar sebanyak 2 unit KJA atau 30 m termasuk ruang kosong antar unit KJA, serta terdapat ruang kosong dari KJA terluar sejauh 50 m maka panjang total adalah 160 m dan lebar total adalah 130 m (Gambar 3 dan 4). 60 m m Ruang kosong (60 x 10 m) Gambar 3. Desain 10 Unit KJA

9 31 Asumsi ini dengan mempertimbangkan sirkulasi air setiap unit KJA agar tidak terjadi pencemaran, pada gambar di atas terdapat 10 unit KJA untuk 10 anggota kelompok masyarakat. Luas per pokmas = panjang x lebar = 160 m x 130 m = m 2 atau 2,08 ha 160 m Ruang kosong 50 m dari KJA terluar 130 m 10 unit KJA (5x2) 50 m 50 m Gambar 4. Desain Satu Kelompok Masyarakat Pembudidaya Persamaannya adalah : DDKpokmas = LKS / 2,08 pokmas.. (1) atau DDKu = DDKpokmas x 10 unit KJA. (2) atau DDKl = DDKu x 4 lobang KJA. (3) atau DDKi = DDKl x 240 ekor ikan.. (4)

10 32 Dimana : DDKpokmas = daya dukung kawasan per kelompok masyarakat LKS = luas kawasan yang sesuai (ha) DDKu = daya dukung kawasan untuk seluruh unit KJA = daya dukung kawasan untuk seluruh kepala keluarga DDKl = daya dukung kawasan untuk seluruh lobang KJA DDKi = daya dukung kawasan untuk seluruh ikan kerapu budidaya jika diisi 240 ekor/lobang KJA (setiap ekor ikan kerapu dengan ukuran berat antara g, dan panjang sekitar 25 cm) Analisis Ekonomi Analisis ekonomi untuk menilai kelayakan suatu investasi mencakup pada perhitungan penentuan biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan. Analisis usaha pada usaha perikanan umumnya dihitung untuk periode satu tahun, seperti pada usaha budidaya pembesaran atau usaha penangkapan. Menurut Umar (2009), Effendi dan Oktariza (2006), dan Sugiarto et al. (2002), beberapa metode yang biasa dipertimbangkan dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi yaitu Revenue Cost Ratio (R/C), Payback Period (PP), Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Dalam menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang jauh dari kenyataannya. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Perlu untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksirantaksiran yang menyesatkan atau yang tidak tepat karena variabel-variabel yang mendasarinya bisa jadi saling berhubungan. Rumus untuk perhitungan atau analisis ekonomi tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini : 1) Revenue Cost Ratio (R/C) Analisis ini digunakan untuk melihat layak atau tidaknya suatu usaha yang dilakukan dengan membandingkan penerimaan dengan biaya produksi selama periode waktu tertentu (satu musim tanam). Kegiatan usaha yang paling

11 33 menguntungkan mempunyai R/C paling besar. Secara matematis R/C dapat dituliskan: R/C = (5) Dimana: TR = total revenue (total penerimaan) TC = total cost (total pengeluaran) Kriteria usaha: R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas R/C < 1, usaha merugi 2) Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain Payback Period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Persamaan : PP = x 1 tahun. (6) 3) Break Even Point (BEP) BEP atau analisis pulang pokok merupakan alat analisis untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Apabila perusahaan sampai pada keadaan produksi di bawah titik pulang pokok (BEP) yang mengakibatkan perusahaan menderita kerugian, maka dapat dipertimbangkan untuk menutup usaha. Pemisahan biayabiaya seperti biaya tetap dan biaya variabel, atau memisahkan antara biaya-biaya yang harus dibayarkan secara tunai dan biaya-biaya yang tidak dibayarkan dapat menjadi masukan dalam mempertimbangkan penutupan usaha. Keadaan pulang pokok merupakan keadaan di mana penerimaan pendapatan perusahaan (total revenue = TR) adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya (total cost = TC).

12 34 TR merupakan perkalian antara jumlah unit barang terjual dengan harga satuannya, sedangkan TC merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabelnya dengan persamaan : TR = TC atau Q.P = a + b.x (7) Di mana : Q = tingkat produksi (unit) P = harga jual per unit X = luas produksi a = biaya tetap b = biaya variabel atau BEP dapat dituliskan dalam bentuk produksi dan harga dengan persamaan : BEP produksi =.. (8) atau BEP harga =. (9) 4) Net present value (NPV) NPV merupakan nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh dimasa yang akan datang. NPV merupakan selisih antara present value dari manfaat dengan present value dari biaya. Secara matematis NPV dapat dituliskan: NPV = B n t t 1 1 r C t t... (10) Dimana: Bt = Manfaat pada tahun ke t Ct = Biaya pada tahun ke t r = tingkat bunga diskonto (discount rate) n = umur ekonomis t = tahun ke

13 35 Kriteria usaha: NPV > 0, usaha layak untuk dilaksanakan NPV = 0, pengembalian persis sebesar opportunity cost modal NPV < 0, usaha tidak layak dilakukan 5) Net B/C Net B/C merupakan perbandingan nilai sekarang (PV = present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan pada awal usaha. Untuk menghitung nilai Net B/C dapat digunakan persamaan : Net B/C = [ ]... (11) Dimana: PV Kas Masuk PV Kas Keluar = Jumlah Present Value kas masuk yang bernilai positif = Jumlah Present Value kas keluar yang bernilai negatif Kriteria usaha: Net B/C > 1, maka usulan proyek dinyatakan menguntungkan Net B/C < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan 6) Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang dengan nilai investasi awal. Caranya yaitu menghitung nilai sekarang dari arus kas dengan menggunakan suku bunga yang wajar, lalu bandingkan dengan biaya investasi jika dengan suku bunga tadi nilai investasi lebih besar maka coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan nilai investasi yang sama besar dengan nilai sekarang. Jika IRR yang dihitung ternyata lebih besar dari IRR yang ditentukan maka investasi dapat diterima, dengan persamaan : IRR = PVP D f P D f N D f P.. (12) PVP PVN

14 36 Dimana: D f P = Discount factor (discount rate) yang menghasilkan PV positif D f N = Discount factor yang menghasilkan PV negatif PVP = Present value positif. PVN = Present value negatif Keriteria usaha : Jika nilai IRR > r, maka investasi layak untuk dilaksanakan dan Jika nilai IRR < r, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) dengan sistem KJA dan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan sistem Long

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

Rofizar. A 1, Yales Veva Jaya 2, Henky Irawan 2 1

Rofizar. A 1, Yales Veva Jaya 2, Henky Irawan 2 1 Aplikasi SIG untuk pemetaan kesesuaian kawasan budididaya ikan kerapu menggunakan keramba di perairan laut Desa Genting Pulur Kabupaten Kepulauan Anambas Rofizar. A, Yales Veva Jaya, Henky Irawan Alumni

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara 123 123 Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara 124 124 125 125 Lampiran.2. Sarana Input Produksi Budidaya Ikan Kerapu dan Rumput Laut di Kawasan Teluk Levun Unit Budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012)

Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012) 17 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian difokuskan pada kawasan minawana di Desa Jayamukti, Blanakan dan Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah Imam Soehadi 1, Sulistiono 2, Bambang Widigdo 2 1) Program Studi Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

5 IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN KUPANG

5 IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN KUPANG 5 IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN KUPANG Abstrak Dalam pengembangan kawasan minapolitan, pendekatan potensi kelautan yang ada di perairan Kabupaten Kupang sangat diperlukan untuk nantinya dikembangkan

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 27 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini didahului dengan penelitian awal dan survei lapangan di PPN Kejawanan, Kota Cirebon, Jawa Barat pada awal bulan Maret 2012. Selanjutnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Dinas Kehutahan Provinsi Gorontalo. Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bangka Barat yang meliputi desa-desa pesisir di Kecamatan Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, Kecamatan Kelapa, Kecamatan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT. Indolakto Sukabumi dan pelaksanaan analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI Bahan dan Alat yang Digunakan Data Data Relevan

BAB IV METODOLOGI Bahan dan Alat yang Digunakan Data Data Relevan 4.1. Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang digunakan sebagai referensi: 1. Citra Landsat 7 ETM dan untuk wilayah Kabupaten Tanah laut. 2. Peta RTRW Kabupaten Tanah Laut. Data lokasi Potensi Sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 0 sampai dengan bulan Februari 0. Penelitian terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan survei di lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 5.1 Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut Keberhasilan suatu kegiatan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh faktor lahan perairan, oleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

Materi 7 Metode Penilaian Investasi

Materi 7 Metode Penilaian Investasi Pendahuluan Materi 7 Metode Penilaian Investasi Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai 1 2 Metode Penilaian 1.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci