METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September sampai Desember Rancangan Penelitian Tahapan analisis yang dilakukan untuk mencapai optimasi penggunaan lahan dibagi pada beberapa tahap, yaitu (1) penetapan komoditas unggulan, (2) menentukan potensi komoditas hortikultura berdasarkan peruntukan dan kesesuaian lahannya, (3) menyusun pola tanam, dan (4) mengoptimasi pola tanam komoditas unggulan. Tahap pertama adalah menetapkan prioritas komoditas unggulan. Prioritas komoditas unggulan ditetapkan dengan terlebih dulu melakukan identifikasi komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, menentukan komoditas unggulan, melihat faktor yang mempengaruhinya, dan menentukan komoditas unggulan yang diprioritaskan petani berdasarkan preferensi. Identifikasi komoditas yang dibudidayakan bertujuan untuk menginventarisasi tanaman hortikultura yang dibudidayakan yang dapat diterima oleh petani dan secara statistik terekam melalui Badan Pusat Satistik (BPS). Hasil inventarisasi ini kemudian dipakai sebagai bahan untuk penentuan komoditas unggulan melalui data produksi komoditas hortikultura. Penentuan komoditas unggulan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), dan karakteristik komoditas unggulan dilakukan analisis Localization Index (LI) serta analisis Specialization Indeks (SI). Langkah selanjutnya adalah melihat prioritas dan faktor yang mempengaruhi dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan Expert Choice 11. Sedangkan dari sisi sosial penetapkan prioritas komoditas unggulan dipilih berdasarkan preferensi petani. Tahap kedua bertujuan untuk mengetahui sebaran lokasi potensi komoditas unggulan menurut peruntukan dan kesesuaian lahannya. Beberapa kegiatan untuk mencapai hal tersebut adalah 1) mengetahui sebaran kawasan budidaya terhadap

2 18 rencana kabupaten, yaitu dengan melakukan overlay peta penggunaan lahan terhadap RTRW Kabupaten, dan 2) menganalisis kesesuaian lahan pada lokasi pada sebaran luasan kawasan budidaya yang telah diperoleh sebelumnya, hasil yang diperoleh adalah peta potensi komoditas hortikultura menurut peruntukan dan kesesuaiannya. Tahap ketiga dilakukan penyusunan pola tanam dan menilai kelayakan finansial dari pola tanam yang telah disusun. Pola tanam yang layak secara finansial akan diteruskan untuk kemudian disusun alternatif pola tanam yang memungkinkan berdasarkan hasil wawancara kepada petani. Pola tanam ini sebagai landasan perhitungan optimasi. Tahap keempat adalah merancang pola distribusi luas tanam tiap komoditas menurut satuan waktu (bulan dan musim tanam) dengan mempertimbangkan harga pada tahun sebelumnya agar didapatkan suatu pola tanam yang dapat memenuhi kebutuhan produksi suatu komoditas ditiap satuan waktu dan suatu satuan harga yang tidak fluktuatif. Untuk melihat dampak dari implementasi rancangan pola tanam ini dilakukan perhitungan optimasi pola tanam dengan alternatif-alternatif yang telah disiapkan dengan metode Linear Programming. Metode analisis data untuk mencapai tujuan pada penelitian ini secara singkat untuk menjawab beberapa tahapan analisis penelitian data dapat disajikan pada Gambar 2.

3 19 Identifikasi Tanaman Ground Check Evaluasi Kesesuaian Lahan Penyusunan Perencanaan Pola Tanam Penyusunan Optimasi Penggunaan Lahan Data yang digunakan : Data Produksi Komoditas - Penggunaan Lahan - RTRW - Analisis Location Quation (LQ) - Analisis Localization Index (LI) - Analisis Spezialitation Index (SI) Komoditas Unggulan Analisis Faktor dan Prioritas Komoditas Unggulan (AHP) Preferensi Komoditas Unggulan Kawasan Budidaya Komoditas Hortikultura Data yang digunakan: - Peta Tanah - Kriteria Kesesuaian Lahan Wawancara Responden Pola Tanam Penyusunan mempertimbangkan : - Kestabilan harga - Waktu tanam Penyusunan meliputi : - Fungsi tujuan : mengoptimalkan pendapatan petani - Fungsi kendala : ketersedian luas areal budidaya, batas minimum luas areal suatu komoditas per bulan per musim, batas maksimum luas areal suatu komoditas per bulan per musim Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Finansial Potensi Kawasan Budidaya Pola Tanam Optimal Kawasan Agropolitan Gambar 2 Diagram alir tahapan analisis 19

4 20 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pengumpulan data sekunder yang diperlukan. Tahap kedua adalah survei lapangan yaitu pengumpulan data primer; biofisik kawasan agropolitan, sosial ekonomi masyarakat dan karakteristik kawasan. Data Sekunder Persiapan yang dilakukan meliputi studi literatur, hasil-hasil penelitian terdahulu dan sumber-sumber yang relevan dan terlibat. Tahap persiapan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum daerah penelitian dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Jenis data sekunder dalam penelitian ini secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data sekunder Jenis Data Sekunder Ket Data Sumber Data - Peta Administrasi 1 : Bappeda Kabupaten, BPS Kabupaten - Peta Tanah 1 : Puslitan - Peta Penggunaan Lahan Resolusi Spasial 10m Citra SPOT 5 - Peta Rupa Bumi 1 : Bakorsurtanal - Data Iklim (Suhu, CH, Kelembaban) 1 : Land System Kabupaten Rejang Lebong - Data Kependudukan Bengkulu Dalam Angka 2008 BPS Kabupaten - Data Produksi dan Pendukung Agropolitan Angka Tetap 2008 Dinas Pertanian Kababupaten - Pustaka - Laporan Hasil Penelitian Terdahulu dan Pustaka Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan di lapangan. Wawancara dilakukan untuk pengumpulan data tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat, dukungan kelembagaan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kawasan agroplitan terhadap petani dan pihak terkait direkam melalui kuesioner. Pengamatan lapangan dilakukan sebagai pendukung data hasil wawancara tentang kebenaran yang ada di lapangan seperti pengamatan

5 21 komoditas yang dibudidaya, identifikasi pola tanam, pengamatan aktivitas pasar dan harga. Jenis data primer yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan sumber data primer Jenis Data Sumber Data Data Sosial Ekonomi Petani - Identifikasi komoditas terbudidaya Wawancara dan Pengamatan - Identifikasi pola tanam Wawancara dan Pengamatan - Identifikasi karakteristik agropolitan Wawancara dan Pengamatan - Kelayakan usaha tani Wawancara dan Pengamatan - Status kepemilikan lahan Wawancara dan Pengamatan - Tingkat kontinuitas produksi Wawancara dan Pengamatan - Kestabilan harga Wawancara dan Pengamatan - Akses pasar Wawancara dan Pengamatan Data Kelembagaan - Pengetahuan petani Wawancara - Kemudahan pembiayaan Wawancara dan Pengamatan - Kebijakan Wawancara dan Pengamatan - Ketersediaan Informasi Wawancara dan Pengamatan Data Kondisi Biofisik dan Sarana Prasarana Pendukung - Ground Check penggunaan lahan Pengamatan - Jasa infrastruktur/pendukung Wawancara dan Pengamatan Tabel 3. Jumlah dan karakteristik responden No Kriteria Pekerjaan Asal Instansi Jumlah (orang) 1 Pelaku terlibat langsung Petani Pelaku tidak terlibat Tokoh - 2 langsung Masyarakat 3 Petugas terlibat langsung Penyuluh Dinas Pertanian Kab 2 Pertanian Rejang Lebong 4 Pengambil kebijakan Pegawai Dinas Dinas Pertanian Kab 2 Rejang Lebong Jumlah 29 Pemilihan responden dalam pengumpulan data primer menggunakan metode Purposive Sampling, sesuai dengan tujuan dan kelompok sasaran yang menjadi obyek penelitian. Responden kuesioner pola usahatani diambil dari sampel petani yang mengusahakan komoditi terpilih di lokasi penelitian dengan jumlah sampel tertentu. Responden diambil menurut batas administrasi desa dan petani komoditi hortikultura di kawasan agropolitan, sedangkan beberapa instansi yang diwawancara berasal dari unsur pemerintah daerah; Dinas Pertanian, Pengelola

6 22 Kawasan Agropolitan, dan Balai Penyuluh Pertanian di Kawasan Agropolitan. Jumlah dan karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 3. Alat Analisis Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat komputer dengan software utama Microsoft Word, Microsoft Excel, Expert Choice 11, ERDAS 9.1, ArcGIS Versi 9.3 dan program pendukung lain. Software Microsoft Word digunakan untuk penulisan dan Microsoft Excel digunakan pengolahan sebagian data sekunder dan primer serta sebagai alat optimasi dengan aplikasi Solver. Expert Choice 11 untuk mengetahui faktor dan prioritas pemilihan komoditi unggulan. ERDAS 9.1 membantu menginterpretasi peta citra menjadi peta penggunaan dan tutupan lahan, sedangkan ArcGIS digunakan untuk melakukan overlay berbagai peta dan sebagai visualisasi keluaran analisis. Metode Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan. Analisis yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah 1) analisis komoditas unggulan, 2) analisis faktor dan preferensi yang mempengaruhi komoditas unggulan, 3) analisis penggunaan lahan dan kesesuaian lahan, 4) analisis kelayakan finansial 5) analisis penyusunan pola tanam 6) optimasi penggunaan lahan. Analisis Komoditas Unggulan Penilaian komoditas unggulan dilakukan melalui pendekatan keunggulan komparatif produksi suatu komoditas terhadap komoditas yang sama pada wilayah agregat yang selanjutnya dianalisis karakteristik komoditas tersebut. Komoditas unggulan yang diketahui melalui keunggulan komparatif selanjutnya akan dievaluasi apakah sesuai dengan kondisi yang ada melalui wawancara terhadap petani. Data yang digunakan adalah data produksi tanaman sayuran dan buah semusim tahun 2008 di Kabupaten Rejang Lebong. Analisis komoditas unggulan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

7 23 berikut, yaitu: 1. Identifikasi komoditas pertanian sayuran dan buah semusim yang dibudidayakan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang. Beberapa kriteria umum yang ditetapkan yaitu (a) merupakan tanaman yang lazim di budidayakan (bukan tanaman baru), (b) dapat diterima petani, (c) menguntungkan secara ekonomi, dan (d) tercatat dalam pencacatan statistik kabupaten. 2. Komoditas yang telah tercatat akan dianalisis kuantitatif dengan parameter supply side, analisis lokasi dan kekhasan komoditas dengan menggunakan Location Quotient (LQ), Localization Index (LI) dan Specialization Index (SI). Koefisien LQ memberikan indikasi kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas tersebut pada wilayah yang lebih luas. Hasil analisis LQ perlu didukung oleh analisis koefisien lokalisasi (α), dan koefisien Speslialisasi (β) yang memperlihatkan keunggulan komparatif masing-masing komoditas setiap wilayah. Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah. Dalam penelitian ini, LQ merupakan rasio persentase dari total produksi suatu komoditas pada kawasan agropolitan terhadap persentase produksi total komoditas terhadap wilayah kabupaten. Secara komparatif komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai LQ>1. Persamaan dari LQ ini adalah sebagai berikut : Xij LQij = Xi. X. j X.. keterangan : X ij X i. : derajat aktivitas produksi komoditas tertentu dalam kawasan agropolitan : total aktivitas produksi komoditas dalam kawasan agropolitan X. j : total aktivitas produksi suatu komoditas pada wilayah kabupaten X.. : derajat aktivitas produksi total wilayah kabupaten

8 24 Interpretasi hasil analisis Location Quotient adalah sebagai berikut : - Jika nilai LQ ij > I, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi aktivitas produksi suatu komoditas di kawasan agropolitan secara relatif dibandingkan dengan wilayah kabupaten atau terjadi pemusatan produksi komoditas di kawasan agropolitan. - Jika nilai LQ ij = 1, maka dalam kawasan agropolitan tersebut mempunyai pangsa aktivitas produksi setara dengan pangsa total dalam kabupaten atau konsentrasai aktivitas produksi di kawasan agropolitan sama dengan rata-rata total wilayah kabupaten. - Jika nilai LQ ij < 1, maka dalam kawasan agropolitan tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas produksi yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah. Localization Index merupakan salah satu indeks yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktivitas produksi dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Indeks ini dipergunakan untuk mengetahui persen distribusi suatu aktivitas tertentu di dalam wilayah dan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index ini adalah sebagai berikut : LI j 1 = Interpretasi hasil analisis Localization Index tersebut adalah : - Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu komoditas pada kawasan agropolitan cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah kabupaten. Tingkat perkembangan aktivitas akan relatif indifferent di seluruh lokasi atau aktivitas tersebut mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi. - Jika nilainya mendekati 1 berarti aktivitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di kawasan agropolitan. Specialization Index merupakan salah indeks yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada. Lokasi tertentu

9 25 menjadi pusat bagi aktivitas yang dilakukan. Persamaan Specialization Index ini adalah sebagai berikut : SI j 1 = Interpretasi hasil analisis Specialization Index tersebut adalah : - Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya dalam kawasan agropolitan tidak memiliki aktivitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan kawasan lain. - Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya dalam kawasan agropolitan memiliki aktivitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan kawasan lain. Dengan pemilihan melalui proses ini kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang paling menonjol sebagai tanaman yang memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah sekitarnya. 3. Analytical Hierarchy Proccess (AHP) selain untuk menentukan komoditas mana yang diutamakan dapat juga untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan komoditas tersebut. AHP merupakan alat pengambilan keputusan dengan memilih suatu alternatif yang terbaik. AHP juga dapat memperlihatkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan. AHP digunakan untuk mengetahui urutan prioritas dari tanaman yang ingin dibudidayakan. Kriteria penilaian diambil dari tiga aspek (fisik, ekonomi dan sosial budaya), kriteria tersebut yaitu; a. Aspek Fisik (kemampuan tanam sepanjang tahun dan tanam musim tertentu) b. Aspek Ekonomi (permodalan, peluang pasar, stabilitas harga dan keuntungan produksi) c. Aspek Sosial Budaya (tradisi, hasil pertanian, dukungan pemerintah, orientasi produksi, kemudahan bahan tanam, pengetahuan budidaya, tingkat keberhasilan, kemudahan pemeliharaan, dan ketersedian tenaga kerja)

10 26 Hirarki disusun berdasarkan kriteria dan alternatif yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan prioritas komoditas unggulan sebagai tujuan (Gambar 3). Prioritas Komoditas Unggulan Aspek Fisik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya Cabe Merah Wortel Stroberi Buncis Bw Daun Kembang Kol Gambar 3 Susunan hirarki prioritas komoditas unggulan Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty (1991) mulai dari nilai bobot 1 sampai dengan 9. Nilai bobot 1 menggambarkan sama penting, ini berarti bahwa atribut yang sama skalanya, nilai bobotnya 1, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang penting absolut dibandingkan yang lainnya. Tabel skala banding secara berpasangan menurut Saaty (1991) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Skala perbandingan berpasangan (Saaty 1991) Tingkat Definisi Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari Elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari Elemen yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari Elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari Elemen yang lain 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Reciprocals

11 27 4. Bagian terakhir dari penentuan komoditas unggulan ini adalah dengan melakukan wawancara terhadap petani. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanaman unggulan mana yang sering dibudidayakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini penting agar pemilihan tananaman unggulan tidak hanya berdasarkan atas keunggulan komparatif suatu komoditas namun juga secara umum dapat diterima dan dapat diaplikasikan. Analisis Penggunaan/Tutupan Lahan dan Kesesuaian Lahan Analisis penggunaan/tutupan lahan dan kesesuaian lahan merupakan metode untuk menghasilkan gambaran umum tentang kondisi potensi komoditas unggulan pada satuan lahan di kawasan budidaya. Komponen utama metode ini adalah penerapan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam mendeliniasi kawasan menurut peruntukan dan kesesuaian lahan terhadap komoditi unggulan yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa tahapan dalam analisis ini sebagai berikut : 1. Identifikasi sebaran kawasan budidaya eksisting dan RTRW, keluaran yang dihasilkan adalah daerah kawasan budidaya berdasarkan penggunaannya dan RTRW. Metode dilakukan dengan overlay peta penggunaan dan tutupan lahan dengan peta RTRW kabupaten. Penggunaan dan tutupan lahan diperoleh dengan menginterpretasi citra yang diklasifikasi dengan klasifikasi terbimbing (supervised clasification). Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan software ERDAS Imagine. Citra yang digunakan adalah citra SPOT 5 tahun Hasil interpretasi diperkuat melalui survei lapangan (ground check). Peta penggunaan dan tutupan lahan selanjutnya di-overlay (tumpang tindih) dengan peta RTRW kabupaten agar penetapan kawasan tidak berseberangan dengan kebijakan yang diambil pemerintah daerah. 2. Analisis kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan yang terpilih, hal ini untuk mengetahui kesesuaian komoditas terhadap karakteristik lahan yang ada. Metode yang dilakukan adalah metode matching antara kriteria fisik dan kimia tanaman dengan karaktersitik lahan. Overlay peta satuan tanah dan peta iklim menjadi satuan lahan. Analisis kesesuaian lahan yang dihasilkan adalah analisis kesesuaian lahan aktual yang diasumsikan dilakukan usaha perbaikan

12 28 tehadap faktor pembatas sehingga keluarannya adalah analisis kesesuaian lahan potensial. Faktor pembatas sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu : (1) faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk perbaiki, dan (2) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan masukan teknologi yang tepat. Secara umum jika melihat dari kriteria lahan usaha perbaikan yang bisa dilakukan sebagai berikut : a. Ketersediaan air (w), dapat dilakukan usaha perbaikan dengan melakukan irigasi atau pengaturan pengairan. b. Media perakaran (r), usaha yang dilakukan beragam, ada yang mungkin dilakukan usaha perbaikan dan ada yang tidak mungkin dilakukan usaha perbaikan. Contoh yang tidak mungkin dilakukan usaha perbaikan adalah tekstur dan kedalaman efektif, karena apabila dilakukan usaha perbaikan akan tidak ekonomis, sedangkan contoh yang bisa dilakukan perbaikan adalah jika faktor pembatasnya drainase bisa dilakukan dengan pembuatan saluran drainase. c. Retensi hara (f), usaha yang lazim dilakukan adalah penambahan bahan organik dan pengapuran. Jika pembatasnya PH dimungkinkan dilakukan pengapuran, namun jika pembatasnya adalah KTK (Kapasitas Tukar Kation) dapat dilakukan penambahan bahan organik. d. Bahaya erosi (e), usaha yang dilakukan adalah pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman penutup tanah. e. Toksisitas (x), hampir sama dengan retensi hara, dalam hal ini dengan melakukan pengapuran atau penambahan bahan organik. f. Suhu (t), faktor pembatas ini merupakan salah satu faktor pembatas yang tidak mungkin dilakukan perbaikan oleh petani, namun bisa saja dilakukan perbaikan dengan mengeluarkan varietas yang mampu beradaptasi pada suhu tertentu. 3. Selanjutnya adalah overlay peta sebaran kawasan budidaya menurut penggunaan dan tutupan lahan dengan peta kesesuaian lahan. Sehingga

13 29 didapatkan sebaran peta menurut peruntukan dan kesesuaiannya dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Kawasan Non Budidaya - Badan Air - Kawasan Non Budidaya - Kawasan Pemukiman b. Kawasan Budidaya - Kawasan pertanian eksisting yang sesuai RTRW, mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan - Kawasan pertanian berdasarkan RTRW, mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan - Kawasan pertanian eksisting yang tidak sesuai RTRW, tidak mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan - Kawasan pertanian eksisting yang tidak sesuai RTRW, tidak mendukung untuk dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan - Kawasan pertanian berdasarkan RTRW, tidak mendukung untuk dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan - Kawasan pertanian eksisting yang sesuai RTRW, tidak mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan Analisis Penyusunan Pola Tanam Penyusunan pola tanam didasarkan atas pemilihan komoditas unggulan berdasarkan preferensi petani di lingkungan Kawasan Agropolitan Selupu Rejang. Teknik yang dilakukan melalui wawancara kepada petani, dengan memberikan alternatif-alternatif pola tanam. Pola tanam ini merupakan awal pelaksanaan optimasi penggunaan lahan. Pada tahap awal akan disusun pola tanam dalam satu musim, dalam tahap ini hal utama yang dilakukan adalah menentukan kecenderungan sistem budidaya tanaman dari komoditas unggulan yang telah dipilih, dengan komoditas unggulan sebagai tanaman utama. Selanjutnya pola tanam tersebut akan dinilai analisis finansialnya jika layak maka akan disusun pola pertanaman antar musim.

14 30 Penyusunan perencanaan pola tanam dilakukan dengan menerapkan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Prinsip perencanaan pola tanam menganut sistem monokultur dan polikutur (tumpang sari). 2. Tanaman unggulan menjadi tanaman utama dan setiap musim tanam komoditas unggulan harus ada. 3. Dalam satu tahun perencanaan pola tanam diasumsikan menjadi dua musim tanam. Musim tanam I dimulai pada bulan Oktober Maret, sedangkan musim Tanam II dimulai pada bulan April-September. 4. Menghindari tanaman yang sama pada pola tanam di musim berikutnya. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pola tanam yang disusun secara ekonomis layak atau tidak layak diusahakan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung kelayakan usaha adalah berdasarkan kajian ekonomi yaitu melalui analisis finansial usaha tani. Penilaian suatu usaha layak atau tidak layak adalah dengan menghitung Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Net B/C merupakan evaluasi usaha dengan membandingkan nilai seluruh hasil yang diperoleh sekarang dengan nilai seluruh biaya usaha sekarang. Jika hasil perhitungan Net B/C > 1 maka pengusahaan pola tanam tersebut layak untuk dilanjutkan untuk dioptimasi, namun jika nilai Net B/C < 1 maka tidak layak. Rumus matematis Net B/C (Net BCR) adalah B t = manfaat (Rp.) yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha pada (tahun, bulan, minggu, dan sebagainya) ke-t C t = biaya (Rp.) yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usaha pada waktu ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya) i = tingkat suku bunga (%) t = periode (1,2,3,...,n) NetBCR= n + t (Bt Ct )/(1 i) t = 1

15 31 Optimasi Pola Tanam Perhitungan optimasi alternatif-alternatif pola tanam yang telah disiapkan dengan menggunakan metode Linear Programming, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan minimal produk pertanian unggulan dan mempertimbangkan pergerakan harga sehingga tetap menjaga keuntungan ekonomi bagi petani. Penyusunan optimasi ini menggunakan program solver pada Microsoft Excel Sebelum melakukan optimasi ditentukan dulu batas minimum dan batas maksimum untuk luasan lahan suatu komoditas pada tiap bulan ditiap musimnya. Batas minimum adalah sebaran luasan minimum bulanan dan musim yang tercatat pada musim tertentu di tahun sebelumnya, sedangkan batas maksimum adalah batas yang ditoleransi yang dinilai dari pergerakan maksimum luas lahan dari tahun sebelumnya. Batasan maksimum ini penting agar tidak terjadi over supply. Secara lengkap rumus perhitungan batas maksimum adalah sebagai berikut : Luas maksimum per musim : =% Luas maksimum per bulan: = dengan ; 6 % = % Pergesaran luas maksimum per bulan: % = ( h ) h 100% dimana; LT = Luas Tanam Komoditi X = Cabe Merah, Wortel, Kembang Kol, Bawang Daun Bulan Y = Januari, Februari,..., Desember Musim M = Musim I, Musim II Musim I = Oktober - Maret Musim II = April - September

16 32 Optimasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan nilai ekonomi atas sebidang lahan usaha dengan tetap menjamin produktivitas secara lestari. Penelitian ini diarahkan untuk menemukan suatu kombinasi jenis tanaman yang secara agregat menghasilkan nilai ekonomi optimal dan kebutuhan produksi yang dibutuhkan dan dapat diaplikasikan oleh petani setempat. Metode yang digunakan adalah analisis program linear dengan menggunakan aplikasi Solver pada MS Excel Susunan model optimasi adalah sebagai berikut : a) Fungsi Tujuan Fungsi tujuan adalah menentukan keuntungan maksimum pada setiap lahan menurut pola dan musin tanam tertentu. Secara matematis fungsi ini dirumuskan sebagai :. = b) Fungsi Kendala : Luas Lahan Luas baku lahan pola tanam tertentu yang tidak boleh melebihi luas baku areal yang digunakan saat ini, secara matematis dapat diumumkan sebagai berikut : = Luas kebutuhan minimum dan maksimum komoditas utama merupakan kendala yang digunakan selanjutnya. c) Fungsi Kendala : Pengeluaran untuk Usaha Tani Pengeluaran yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha tani pola tanam tertentu tidak boleh melebihi batas biaya rata-rata untuk usahatani pola tanam tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Syarat non negatifitas = 0 dimana : Z = Variabel tujuan, yaitu nilai total pendapatan dari usahatani tanaman X di wilayah penelitian (Rp/tahun), yang dicari nilai maksimumnya.

17 33 A pb L pb Y kb H kb B kb dengan : b k = Variabel keputusan, yaitu luas lahan pada tiap pola tanam p di musim m (1,2) di wilayah penelitian. = Total luas lahan tersedia pada pola tanam p dimusim m (1,2) di wilayah penelitian. = Perkiraan produktvitas (yield) komoditas k di musim m (1,2) di wilayah penelitian. = Harga satuan komoditas k di musim m (1,2) di wilayah penelitian. = Perkiraan biaya yang komoditas k pada musim m di wilayah penelitian. = 1,2,...,12 (Januari, Februari,..., Desember) = cabe merah, wortel, kembang kol, bawang daun, petsai/sawi

HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan Identifikasi komoditas pertanian hortikultura yang dibudidayakan merupakan pijakan untuk menentukan tanaman komoditas unggulan. Identifikasi tanaman yang dibudidayakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 11 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas unggulan, keragaman (diversitas), tingkat konsentrasi, dan tingkat spesialisasi komoditas tanaman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelas Kesesuaian Lahan 5.1.1 Satuan Lahan Satuan lahan yang tersebar di wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan yaitu satuan lahan 1, 2, 3, 4 dan satuan lahan 5. Untuk lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Perencanaan pembangunan wilayah harus mengedepankan pemanfaatan sumberdaya lokal yang diyakini akan lebih menghidupkan aktivitas ekonomi daerah sehingga mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian 21 3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan diantaranya sampel tanah

Lebih terperinci

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural.

7 REKAYASA SISTEM. Intelijensi Mesin inferensi Penalaran /Inference. Pengendalian/Control. Supervisor. Penghubung bahasa natural. 7 REKAYASA SISTEM 7.1 Konfigurasi Sistem Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer Visual Basic versi 6.0

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Diiringi dengan: 1. Jumlah penduduk semakin meningkat 2. Konversi lahan meningkat 3. Pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi Pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan Persepsi masyarakat

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Bolango dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Dinas Kehutahan Provinsi Gorontalo. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2006. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 14 kabupaten/kota. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penetapan Komoditas Unggulan 5.1.1 Penentuan Komoditas Basis Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan pangsa aktivitas produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS 22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdesaan (rural) didefenisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kuntum Nurseries adalah salah satu objek wisata yang bergerak di bidang agrowisata. Sebagai objek wisata yang baru berdiri, Kuntum Nurseries perlu merumuskan

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja,

Lebih terperinci

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG 79 VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG 6.1. Pendahuluan Tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran merupakan tanaman komoditas unggulan di Kabupaten

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sebanyak 85% perdagangan kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ekologi. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA The Evaluation of Land Suitability Onion (Allium ascalonicum L.) in Muara Subdistrict

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Contoh Dokumen Penilaian Kinerja Karyawan L.39

Contoh Dokumen Penilaian Kinerja Karyawan L.39 Contoh Dokumen Penilaian Kinerja Karyawan L.39 L.40 L.41 Lampiran 12 Contoh Dokumen Evaluasi Pemasok L.42 Lampiran 13 Wawancara dengan Pihak Manajemen Terkait P: Untuk tujuan strategis kapabilitas SI pada

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian 20 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat (Gambar 2). Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas 3.887,77 km 2 dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang C502 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau sebagai bahan baku rokok kretek merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci