Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 3 Peta lokasi penelitian"

Transkripsi

1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian mengenai kajian penentuan rute kereta api yang berwawasan lingkungan sebagai alat transportasi batubara di Propinsi Kalimantan Selatan ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Agustus Lokasi penelitian ini yaitu bertempat di Propinsi Kalimantan Selatan yang terdiri atas 13 kabupaten/kota. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 4.2. Data dan Bahan Pendukung Sumber data dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 11. Perangkat GIS serta perangkat lunak pendukung yang digunakan untuk membuat database spasial dan analisis data adalah Arc View GIS

2 Tabel 11 Daftar jenis, sumber data dan output yang diharapkan No Jenis Data Sumber Output yang diharapkan 1. Peta Landcover dan Bakosurtanal Informasi penggunaan lahan Landuse berupa hutan, perkebunan, sawah, semak belukar, pemukiman, lahan kosong 2. Peta Topografi Bakosurtanal Informasi kelerengan 3. Peta Tanah dan geologi Bakosurtanal Informasi jenis dan tingkat kepekaan tanah thd erosi 4. Peta Sebaran Dinas Informasi lokasi tambang Produksi Batubara Pertambangan batubara 5. Peta Rupa Bumi Bakosurtanal Informasi jaringan, jalan, sungai, tata batas dll. 6. Peta TGHK Dinas Kehutanan Informasi tata guna hutan 4.3. Rancangan Penelitian Jenis Data Jenis data yang dibutuhkan didalam penelitian penentuan rute kereta api ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui quesioner dan wawancara secara mendalam (Deep Interview). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber yang relevan seperti laporan tahunan, laporan hasil survei, publikasi lainnya (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, BPS dll) serta analisis peta. Peta yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas : a) Peta Rupa Bumi Indonesia digital Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 2003 (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan nasional). b) Peta Tutupan Lahan digital Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 2005 (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan nasional). c) Peta Tanah Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 2000 (LPT Tanah). d) Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 1998 (Departemen Kehutanan dan Perkebunan) Tahapan Penelitian Penelitian ini terdiri atas 5 tahap yaitu : pra-penelitian, pengumpulan data dan informasi, pembuatan database spasial, pengolahan dan analisis data, dan sintesis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 4. 49

3 Mulai PRA PENELITIAN Penentuan lokasi studi, perumusan masalah dan tujuan Penentuan kriteria jalan rel kereta api berwawasan lingkungan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI Pengumpulan Data Spasial dan Non Spasial PEMBUATAN DATABASE SPASIAL Pembuatan Database Spasial : - Peta Topografi - Peta Geologi dan Tanah - Peta Hidrologi - Peta Jaringan Jalan - Peta Landcover - Peta Tata Batas Administrasi Wilayah - Peta Perusahaan Penghasil Batubara Peta Alternatif Rute Kereta Api PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Kriteria Evaluasi yang akan Digunakan Penghitungan Bobot dan Skor menggunakan metode rangking Pendekatan Expert Judgement (Nilai Ekstrem Terendah) Pendekatan Expert Judgement (Nilai Ekstrem Tertinggi) Pendekatan Expert Judgement Pendekatan Empiris Pendekatan Proporsional Total skor rute kereta api Total skor rute kereta api Total skor rute kereta api Total skor rute kereta api Total skor rute kereta api SINTESIS Verifikasi Alternatif Rute Rekomendasi Rute Kereta Api Berwawasan Lingkungan Gambar 4 Bagan alir kerja penelitian 50

4 a) Pra Penelitian Pada tahap ini dilakukan penentukan lokasi studi. Lokasi studi ditentukan berdasarkan kebutuhan suatu wilayah terkait dengan moda transportasi kereta api. Penentuan lokasi ini juga diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh BPPT (2006), dan juga dilengkapi dengan hasil penelusuran pustaka berupa data statistika, maupun data dokumen dan laporan dari berbagai instansi sehingga dapat dirumuskan masalah. Selanjutnya ditentukan tujuan penelitian untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka kemudian ditentukan kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk pembuatan jalan rel kereta api. Kumpulan kriteria ini kemudian dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu : Kardinal negatif dan Kardinal positif. Kardinal negatif merupakan kumpulan kriteria/faktor yang semaksimal mungkin harus dihindari didalam penentuan jalan rel kereta api. Sedangkan kardinal positip merupakan kumpulan kriteria/faktor yang semaksimal mungkin harus didekati/dilewati didalam penentuan jalan rel kereta api Kumpulan kriteria didalam penentuan jalan rel kereta api yang masuk kategori kardinal negatif adalah sebagai berikut : 1) Land Cover/Land Use 2) Jenis Tanah 3) Topografi/Slope 4) Sungai Sedangkan kumpulan kriteria didalam penentuan jalan rel kereta api yang masuk kategori kardinal positif adalah sebagai berikut : 1) Jumlah perusahaan penghasil batubara 2) Proximity dengan jaringan jalan utama Kemudian kumpulan kriteria yang sudah ditentukan diperkuat juga dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia, diantaranya : Undangundang No. 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, Kepmen Perhubungan nomor 52 tahun 2000 tentang jalur kereta api, Peraturan Pemerintah nomor 69 Tahun 1998 tentang sarana dan prasarana kereta api, dan lain-lain. Jika merujuk kepada Kepmen perhubungan No. 52/2000 dan Undang-undang No. 23/2007, pada dasarnya kriteria penentuan jalan rel masih menitik beratkan kepada faktor teknis 51

5 dan operasional. Meskipun tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, tetapi tidak dijelaskan secara terperinci mengenai aspek tersebut. Dalam penelitian ini, aspek kelestarian lingkungan didalam penentuan jalan rel kereta api menjadi fokus kajian utama, dengan merinci aspek lingkungan tadi kedalam beberapa faktor berdasarkan beberapa literatur serta membandingkan dengan hasil studi yang lain. b) Pengumpulan Data dan Informasi Pada tahap ini, sebagian data/informasi yang telah diperoleh dari tahap pra penelitian kemudian dilengkapi dengan data spasial digital yang diperoleh dari berbagai sumber serta diperkuat dengan quesioner dan wawancara secara mendalam (Deep Interview). Data spasial yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Peta Rupa Bumi Indonesia digital Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 2003 (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan nasional). 2) Peta Tutupan Lahan digital Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 2005 (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan nasional). 3) Peta Tanah Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 2000 (LPT Tanah). 4) Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Propinsi Kalimantan Selatan skala 1 : tahun 1998 (Departemen Kehutanan dan Perkebunan) c) Pembuatan Data Base Spasial Pada tahap ini, data yang berupa peta spasial digital kemudian diolah dengan menggunakan perangkat Arc View GIS 3.2. Sehingga diperoleh data spasial lainnya yaitu : Peta Topografi, Peta Tanah, Peta Hidrologi, Peta Jaringan Jalan, Peta Landcover, Peta Tata Batas Administrasi Wilayah dan Peta Sebaran Produksi Batubara. Kumpulan kriteria-kriteria jalan rel yang berupa peta digital tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan skoring dan dimasukkan kedalam program GIS (overlay) sehingga menghasilkan output berupa peta kesesuaian lahan untuk pembuatan jalan rel. Kemudian dibuatlah beberapa alternatif rute kereta api berdasarkan peta kesesuaian lahan tersebut secara semi manual. 52

6 d) Pengolahan dan Analisis Data Ada beberapa tahapan pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya: d.1. Klasifikasi /reklasifikasi Klasifikasi/reklasifikasi diperlukan untuk mengekstraksi informasi dengan lebih baik dari data asli dengan pengelompokan informasi sesuai kebutuhan secara lebih homogen, sehingga persepsi kita menjadi lebih mudah dibandingkan dengan melihat objek detail. Misalnya klasifikasi terhadap beberapa kriteria dalam kardinal negatif, yaitu klasifikasi kriteria jenis tanah berdasarkan tingkat kepekaannya terhadap erosi, klasifikasi kemiringan (slope), klasifikasi lahan berdasarkan landcover. d.1.1. Klasifikasi Jenis Tanah Pengklasifikasian jenis tanah terdiri atas lima kelompok berdasarkan kepekaannya terhadap erosi. Skor untuk jenis tanah mulai dari nilai 20 untuk jenis tanah yang peka terhadap erosi sampai dengan skor 100 untuk jenis tanah yang sangat tidak peka terhadap erosi. Klasifikasi jenis tanah dilakukan berdasarkan SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980 yang telah dimodifikasi, yang dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Klasifikasi kelas tanah dan skornya Kelas Jenis tanah Kepekaan terhadap erosi Skor 1 Aluvial, tanah glei planosol, hidromorf Sangat rendah 100 kelabu, laterit air tanah. 2 Latosol Rendah 80 3 Brown forest soil, non calcis brown, Sedang 60 mediteran 4 Andosol, laterit, grumosol, podsol, Tinggi 40 podsolik 5 Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat tinggi 20 Sumber : Diolah dari SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980 d.1.2. Klasifikasi Kelerengan/Slope Kelerengan terdiri atas beberapa kelas dengan skor seperti ditunjukkan dalam Tabel 13. Klasifikasi kelas kelerengan dilakukan berdasarkan SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980 yang telah dimodifikasi. 53

7 Tabel 13 Klasifikasi slope dan skornya Kelas Lereng (K L ) Lereng (%) Keterangan Skor > 45 Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam Sumber : Diolah dari SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980 d.1.3. Klasifikasi Penutupan Lahan/Landcover Kelas penutupan lahan menurut Asdak (2002) dibagi kedalam 14 kelas. Peringkatan kelas didasarkan pada besarnya nilai faktor tanaman (C) dan pengelolaan lahan (P) pada persamaan USLE. Besaran CP mengacu pada penelitian yang dilakukan dibeberapa DAS di Indonesia. Nilai ini ditentukan berdasarkan perbandingan relative nilai C dan P masing-masing kelas penutupan dan penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14 Nilai CP dan peringkat untuk tiap kelas penutupan lahan. No Kelas penutupan dan Nilai faktor tanaman dan Nilai penggunaan lahan pengelolaan (C & P) peringkat 1 Tambak Daerah terbangun Air Tidak ada data Hutan Alam 0, Hutan Magrove 0, Hutan Tanaman 0, Kebun Campuran 0, Sawah 0, Belukar 0, Rumput/Alang 0, Upland 0, Bareland 0, Tanah Timbul 0,95 95 Sumber : Asdak (2002) Dalam penelitian ini, kelas penutupan lahan dibagi hanya kedalam 5 kelas sesuai dengan kebutuhan penelitian dan didasarkan pada hasil penelitian dari Asdak (2002) yang telah dimodifikasi, yaitu dapat dilihat dalam Tabel

8 Tabel 15 Klasifikasi kelas penutupan lahan dan skornya No Kelas penutupan lahan Belukar dan Kebun Ladang dan Sawah Pemukiman Badan Air dan rawa Hutan Nilai faktor tanaman dan pengelolaan (C & P) 0,12 0, ,01 Skor d.1.4. Klasifikasi Sungai Klasifikasi sungai dalam penelitian ini merupakan jumlah sungai yang mungkin dilewati oleh jalan rel kereta api. Penentuan klasifikasi sungai ini didasarkan pada personal judgement. Semakin banyak jumlah sungai yang dilalui oleh rute kereta api, semakin kecil skor atau semakin tidak diprioritaskan dalam penentuan rute kereta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 16. Tabel 16 Klasifikasi sungai yang mungkin dilewati jalan rel dan skornya No Jumlah sungai yg dilewati Skor > d.1.5. Klasifikasi Perusahaan Penghasil Batu Bara Klasifikasi perusahaan penghasil batubara dalam penelitian ini merupakan jumlah lokasi produksi batu bara yang mungkin dilewati oleh jalan rel kereta api. Penentuan klasifikasi perusahaan penghasil batubara (Tabel 17) ini didasarkan pada personal judgement. Semakin banyak jumlah titik produksi batubara yang dapat dilalui oleh rute kereta api, semakin besar skor atau semakin diprioritaskan dalam penentuan rute kereta api. Tabel 17 Klasifikasi jumlah perusahaan yang mungkin dilewati jalan rel dan skornya No Jumlah Perusahaan Skor

9 5 > d.1.6. Klasifikasi Proximity dengan Jaringan Jalan Utama Klasifikasi proximity dengan jalan utama/arteri dalam penelitian ini merupakan jarak rata-rata antara jalan utama/arteri dengan jalan rel kereta api yang akan dibangun. Penentuan klasifikasi ini didasarkan pada personal judgement (Tabel 18). Kedekatan dengan jalan utama ini akan memberikan pengaruh pada saat pelaksanaan pembangunan jalan rel kaitannya dengan penyaluran bahan baku pembuatan jalan rel maupun ketersediaan tenaga kerja. Semakin dekat jalan rel dengan jaringan jalan, semakin besar skor atau semakin diprioritaskan dalam penentuan rute kereta api. Tabel 18 Klasifikasi proximity dengan jalan utama dan skornya No Proximity dengan Jalan Utama (Km) Skor > d.2. Pembuatan sempadan (buffering) Buffering merupakan proses untuk membuat sempadan (buffer) yang merupakan wilayah (zone) dari suatu jarak tertentu di sekitar identitas fisik seperti garis, titik dan poligon (Jaya, 2002). Dalam penelitian ini akan dibuat buffer jalan arteri untuk mengetahui jarak rata-rata setiap alternatif rute kereta api terhadap jalan arteri di Propinsi Kalimantan Selatan. d.3. Pemodelan Spasial Pemodelan spasial dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara konvensional dan dengan menggunakan model builder. Jaya (2002) menggunakan teknik pemodelan konvensional dan model builder untuk pemodelan spasial tata guna hutan, kesesuaian lahan dan kerawanan kebakaran hutan. Model builder maupun pemodelan dengan konvensional menggunakan skor dan bobot yang dimiliki oleh tiap peubah untuk menampilkan model secara spasial yang direpresentasikan dalam bentuk peta berdasarkan poligon yang terbentuk beratribut skor total. Dengan menggunakan SIG akan lebih mudah dan 56

10 cepat dapat melakukan analisis keruangan. Analisis spasial dapat dilakukan dengan teknik spatial overlay modeling (Setiawan dan Alikodra 2001). d.4. Pembobotan (weighting) Dalam penelitian ini, pembobotan masing-masing kriteria yang berpengaruh pada penentuan jalan rel kereta api ditentukan dengan menggunakan 5 (lima) pendekatan, yaitu : Pendekatan expert judgement rata-rata, pendekatan expert judgement nilai ekstrem terendah, pendekatan expert judgement nilai ekstrem tertinggi, pendekatan empiris (pengalaman dari studi lain) dan pendekatan Equal weight (seluruh kriteria dianggap sama penting). d.4.1. Pendekatan Expert Judgement (Penilaian Ahli) Dalam pendekatan ini, penentuan bobot dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh masing-masing peubah terhadap penentuan rute kereta api. Penentuan bobot secara kualitatif ini dilakukan berdasarkan penilaian ahli (expert judgement) yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam bidang ekologi dan lingkungan hidup, ekonomi, dan teknologi pengembangan transportasi kereta api. Bobot masing-masing peubah diperoleh dari hasil wawancara. Dalam penelitian ini, penentuan bobot menggunakan Metode Rangking (Ranking Method), dimana setiap peubah dinilai berdasarkan tingkat kepentingan atau tingkat pengaruhnya terhadap penentuan rute kereta api. Metode rangking dilakukan untuk menentukan bobot secara kualitatif berdasarkan penilaian ahli (expert judgement) yang dipilih sebanyak 5 orang pada setiap indikator yang digunakan. Setiap indikator diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya terkait dengan kesesuaian indikator yang digunakan dalam analisis dan dinyatakan dengan nilai tingkat kardinal (cardinal rank). Indikator tersebut akan diberi nilai 1, 3, 5, 7 dan 9. Nilai 1 menyatakan kurang penting (weakly important), nilai 3 menyatakan cukup penting (moderately important), nilai 5 menyatakan penting (important), nilai 7 menyatakan sangat penting (very important), dan nilai 9 menyatakan sangat penting sekali (extreemely important). Menurut Jaya (2007), tingkat kepentingan relatif dari masing-masing kriteria dihitung berdasarkan rangking dari setiap indikator yang diberikan oleh 57

11 penilai/ahli (k). Secara matematis, penentuan bobot secara kualitatif dengan metode rangking dapat diformulasikan sebagai berikut: w ij = m i n k r n k ijk r ijk Dimana: w ij r ijk m n = bobot dari indikator ke-i dan kriteria ke-j = rangking dari indikator ke-i, kriteria ke-j untuk ahli ke-k = jumlah indikator = jumlah ahli Dalam Tabel 19 menjabarkan kriteria dan indikator yang akan digunakan dalam pembobotan dari beberapa expert. Hasil pembobotan ini kemudian digunakan lebih lanjut dalam penentuan alternatif rute kereta api yang paling sesuai. Tabel 19 Rancangan kriteria yang digunakan dalam pembobotan No Kriteria (j) Rangking /Tingkat kepentingan (r ijk ) Bobot Ahli Ahli Ahli Ahli Ahli ke-n Jumlah (w nij ) (k 1 ) (k 2 ) (k 3 ) (k 4 ) (k i ) 1 Land Cover Jenis Tanah Slope Sungai Jumlah perusahaan penghasil batubara Proximity Jalan Jumlah Hasil dari pembobotan yang dilakukan oleh Expert, kemudian dipilah menjadi 2 bagian, yaitu bobot untuk kriteria yang masuk kategori kardinal negatif dan bobot untuk kriteria yang masuk kategori kardinal positif. d.4.2. Pendekatan Expert Judgement dengan Nilai Ekstrem Terendah Dalam pendekatan ini, penentuan bobot dilakukan dengan cara memilih hasil penilaian ahli (expert) terhadap indikator/kriteria yang mayoritas memberikan penilaian yang paling rendah terhadap kriteria/indikator. Langkah- 58

12 langkah pembobotannya hampir sama dengan pendekatan yang pertama. Bedanya pada pendekatan ini, hanya expert yang memberikan nilai rangking yang mayoritas paling rendah saja yang dipakai untuk pembobotan. Hasil dari pembobotan yang dilakukan oleh Expert, kemudian dipilah menjadi 2 bagian, yaitu bobot untuk kriteria yang masuk kategori kardinal negatif dan bobot untuk kriteria yang masuk kategori kardinal positif. d.4.3. Pendekatan Expert Judgement dengan Nilai Ekstrem Tertinggi Dalam pendekatan ini, penentuan bobot dilakukan dengan cara memilih hasil penilaian ahli (expert) terhadap indikator/kriteria yang mayoritas memberikan penilaian yang paling tinggi terhadap kriteria/indikator. Langkahlangkah pembobotannya hampir sama dengan pendekatan yang kedua. Bedanya pada pendekatan ini, hanya expert yang memberikan nilai rangking yang mayoritas paling tinggi saja yang dipakai untuk pembobotan. Hasil dari pembobotan yang dilakukan oleh Expert, kemudian dipilah menjadi 2 bagian, yaitu bobot untuk kriteria yang masuk kategori kardinal negatif dan bobot untuk kriteria yang masuk kategori kardinal positif. d.4.4. Pendekatan Empiris (Pengalaman dari studi lain) Dalam pendekatan ini, bobot masing-masing kriteria ditentukan berdasarkan metode yang digunakan oleh departemen kehutanan dalam menetapkan kawasan lindung (SK Mentan nomor 837/Kpts/II/1980 tentang kriteria dan tata cara penetapan kawasan lindung) yang dimodifikasi karena ketidaklengkapan data (Prasetyo dan Setiawan, 2001). Dalam metode yang dimodifikasi oleh Prasetyo dan Setiawan (2001) dalam Prasetyo (2004) ini, kriteria yang masuk kategori kardinal negatif yaitu : Slope diberi bobot 0,4, kriteria land cover diberi bobot 0,3, kriteria jenis tanah diberi bobot 0,2, sedangkan kriteria sungai didekati dengan faktor curah hujan dan diberi bobot 0,1. Adapun kriteria yang masuk kategori kardinal positif (Jumlah perusahaan penghasil batu bara dan proximity jalan) dianggap sama pentingnya karena tidak adanya data yang mendukung, yaitu masing-masing diberi bobot 0,5. 59

13 d.4.5. Pendekatan Equal Weight Dalam pendekatan ini, pembobotan dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa semua kriteria sama pentingnya didalam penentuan rute kereta api. Hal ini dilakukan karena tidak adanya data yang mendukung yang dapat dijadikan acuan secara lengkap didalam pemberian bobot untuk semua kriteria penentuan jalan rel kereta api. Dalam hal ini, semua kriteria yang masuk kategori kardinal negatif masing-masing diberi bobot 0,25. Sedangkan semua kriteria yang masuk kategori kardinal positif diberikan bobot masing-masing 0,5. d.5. Klasifikasi Alternatif Rute Kereta Api Setelah dilakukan skoring dan pembobotan seluruh kriteria serta dilakukan analisis dengan perangkat GIS, maka akan didapat beberapa alternatif rute kereta api beserta total skor masing-masing. Karakteristik masing-masing alternatif rute tersebut kemudian ditabulasikan untuk membuat suatu perbandingan antar 1 alternatif dengan alternatif yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 20. Tabel 20 Rancangan tabel skor alternatif rute kereta api Alternatif rute Jenis Jumlah Jumlah Proximity Total Landcover Slope KA tanah sungai perusahaan jalan skor Lintas Timur A B C Lintas Barat D E Penentuan kelas rute kereta api yang terbaik ditentukan berdasarkan hasil klasifikasi nilai skor dari masing-masing alternatif rute kereta api. Klasifikasi nilai skor ini dibuat dengan cara : Skor Max Skor Min X = Jumlah Kelas yang diinginkan Nilai (X) merupakan nilai selang yang digunakan untuk membuat klasifikasi nilai skor kedalam 4 (empat) kelas, yaitu : Sangat baik, baik, cukup, dan buruk. 60

14 e) Sintesis Pada tahap ini, karakteristik seluruh alternatif rute kereta api dilakukan verifikasi. Verifikasi terhadap masing-masing alternatif rute ini dilakukan dengan cara mengkonversi kriteria yang dilewati oleh masing-masing rute kereta api dengan nilai sumberdaya yang hilang (ekonomi lingkungan) akibat pembangunan jalan rel. Rute kereta api dengan nilai ekonomi lingkungan yang paling kecil dan nilai skor yang paling tinggi yang akan direkomendasikan sebagai rute kereta api terbaik yang berwawasan lingkungan di Propinsi Kalimantan Selatan. 61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Transportasi Kereta Api dan Potensi Batubara di Kalimatan Selatan Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2007, perkeretaapian merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana,

Lebih terperinci

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN RUTE KERETA API BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI BATUBARA DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN AANG KUVAINI

KAJIAN PENENTUAN RUTE KERETA API BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI BATUBARA DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN AANG KUVAINI KAJIAN PENENTUAN RUTE KERETA API BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI BATUBARA DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN AANG KUVAINI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 1 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) S k o r i n g 56 10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS Oleh : SYAHRUL 45 07 042 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 45 MAKASSAR

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013 ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Lebih terperinci

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR 1 PENDEKATAN & JENIS PENELITIAN 2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3 METODA (pengumpulan data/analisis) 4 5 6 METODA SAMPLING METODA PENELITIAN TERKAIT KONSEP PENGEMBANGAN TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ALDILA DEA AYU PERMATA - 3509 100 022 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian 16 III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Ruang lingkup dan batasan-batasan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wilayah kajian adalah wilayah administratif Kabupaten b.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS 1) Moh Arif Bakhtiar E 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas MerdekaMadiun Abstract Watershed management becomes an important effort for development

Lebih terperinci

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG Sidang Ujian PW 09-1333 ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG IKA RACHMAWATI SURATNO 3606100051 DOSEN PEMBIMBING Ir. SARDJITO, MT 1 Latar belakang Luasnya lahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani PROGRAM STUDI KARTOGRAFI PENGINDERAAN JAUH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 TEM PEMBUATAN PETA TEMATIK KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013 SEMINAR Prosiding NASIONAL ISBN: 978-979-8278-89-1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat Menuju Hutan Aceh Berkelanjutan Keynote Speaker Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan RI) Pengantar Zaini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR Oleh: HEBY RAKASIWI L2D 005 362 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 ABSTRAK Lahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A714 Pembuatan Peta Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Metode Fuzzy logic (Studi Kasus: Kabupaten Probolinggo) Arief Yusuf Effendi, dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial

Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial AY 13 Multiple Criteria Evaluation (MCE) According to Smith (1980), multiple criteria evaluation (MCE) is defined as: "The weighting of independent criteria

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78 Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dr. Ir. M. Taufik, Akbar Kurniawan, Alfi Rohmah Putri Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana ekologis seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan setiap saat melanda Negara Indonesia. Bencana tersebut menimbulkan kerugian baik harta benda bahkan

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 11 BAB BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Studi mengenai perencanaan lanskap pasca bencana ini dilakukan di kawasan Situ Gintung dengan luas areal 305,7 ha, yang terletak di Kecamatan Ciputat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI TEORI DAN APLIKASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI TEORI DAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI TEORI DAN APLIKASI Oleh : Lili Somantri, S.Pd.,M.Si Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia MANFAAT PJ/SIG untuk pembangunan PJ/SIG untuk Pembangunan Basisdata

Lebih terperinci

HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE (Studi Kasus: Banten Waterfront City)

HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE (Studi Kasus: Banten Waterfront City) HASIL PENILAIAN ECO-DEGREE (Studi Kasus: Banten Waterfront City) A. PEMILIHAN LOKASI Lokasi terpilih untuk penilaian eco-degree yaitu Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penilaian

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³ KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG BERAPI DI KOTA TOMOHON Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³ ¹Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha Luas DAS Konaweha adalah 697.841 hektar, yang mencakup 4 (empat) wilayah administrasi yaitu Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan

Lebih terperinci

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan IV.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Bagan alir metodologi penelitian seperti yang terlihat pada Gambar IV.1. Bagan Alir Metodologi Penelitian menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Januari 2013 sampai Juli 2014. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di: 1) Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Latar Belakang Masalah sampah akan berdampak besar jika tidak dikelola dengan baik, oleh karena itu diperlukan adanya tempat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder. Data-data yang diperlukan antara lain, data hujan, peta daerah tangkapan air, peta

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan DAS Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Tengah ABSTRAK

Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan DAS Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Tengah ABSTRAK Analisa Lahan Kritis Sub DAS Riam Kanan DAS Barito Kabupaten Banjar Kalimantan Tengah Sismanto Staf pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Email : sismantosis@ce.its.ac.id ABSTRAK Fenomena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016 ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI KAWASAN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

ANALISIS FUNGSI KAWASAN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT ANALISIS FUNGSI KAWASAN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT Irnawati 1 dan Muhammad Sumaryono 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Al-Amin Sorong. 2 Laboratorium

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P. PROYEK Terima RENCANA Kasih TATA GUNA LAHAN KOLABORATIF (CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram Yves Laumonier, Danan P. Hadi Tiga komponen

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN BENCANATANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG

ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN BENCANATANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN Rohmad Abidin 1, Sri Yulianto J.P 2 1,2 Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Menurut Arikunto (1988:151), metode penelitian atau metode

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR Oleh : AJENG DHIOS YAYUNG PERMATA SUCI L2D 005 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Kurnia Darmawan, Hani ah, Andri Suprayogi *) Program Studi Teknik Geodesi

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aronoff, S Geograpich Information System : A Management Perspective. Ottawa, Canada.

DAFTAR PUSTAKA. Aronoff, S Geograpich Information System : A Management Perspective. Ottawa, Canada. DAFTAR PUSTAKA Anwar, A dan Tiro. 1996. Sistem Transportasi di Kawasan Metropolitan dan Implikasinya kepada Kesejahteraan Golongan Masyarakat Kecil. Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mantap dan tertibnya tata cara penetapan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci