II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Jarak Pagar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Jarak Pagar"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Jarak Pagar Tanaman jarak pagar berasal dari Amerika Tengah dan saat ini menyebar di seluruh daerah tropik di dunia. Dalam klasifikasinya, tanaman jarak pagar termasuk divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, klas Dicotyledonae, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, genus Jatropha, dan spesies Jatropha curcas L. (Wiesenhutter, 2003; Hariyadi, 2005; Dwary dan Pramanick, 2006; Prihandana dan Hendroko, 2006). Tanaman perdu dengan tinggi mencapai 5 m (Heller, 1996; Wiesenhutter, 2003; Ginwal, 2004). Pada kondisi kandungan air tanah yang baik perkecambahan membutuhkan waktu 10 hari dengan memunculkan radikula dan empat akar peripheral (Heller, 1996). Percabangan jarak pagar tidak teratur, batangnya berkayu, silindris dan bila terluka mengeluarkan getah (Dwary dan Pramanick, 2006). Menurut Heller (1996) dan Wiesenhutter (2003) jarak pagar termasuk tanaman sukulen yang menggugurkan daunnya selama musim kering sehingga tanaman ini adaptif pada lahan arid dan semi-arid. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3-5, tulang daun menjari dengan 5 7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan permukaan bagian atas), panjang tangkai daun antara 4-15 cm. (Tim Jarak Pagar, 2006). Hasnam (2006) mengemukakan bahwa bunga jarak pagar berupa bunga majemuk tersusun dalam rangkaian (inflorescence) berumah satu, bunga berwarna kuning kehijauan, persentase bunga betina 5 10 % dari 100 bunga atau lebih, muncul di ujung batang, masa berbunga bunga betina 3-4 hari, bunga betina membuka 1-2 hari sebelum bunga jantan, lama pembungaan inflorecence hari, bunga menyerbuk dengan bantuan serangga. Buah disebut buah kapsul, berbentuk bulat telur, panjang buah 2.5 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning setelah matang, terdapat 420 buah dan 1580 biji per kg (Dwary dan Pramanick, 2006). Buah jarak terbagi menjadi 2-4 ruang yang masing-masing berisi 1 biji yang bentuknya bulat lonjong berwarna coklat kehitaman (Tim Jarak Pagar, 2006). Biji jarak pagar dari buah

2 kuning mengandung rendemen minyak sekitar 30 40% (Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan, 2006); 36 % % (Tim Peneliti, 2006); % (Dwary dan Pramanick, 2006) Pembentukan buah membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang (Heller, 1996). Menurut Wiesenhutter (2003) di Cape Verde produksi mencapai 780 sampai 2,250 kg biji per ha, di India produksi tanpa kulit biji di atas 12 ton per ha yang dicapai dengan irigasi pada tahun ke enam, di Mali produksi sekitar ton per ha. Menurut Heller (1996) jarak pagar beradaptasi baik pada lahan marginal dengan lahan miskin hara dan curah hujan rendah. Di daerah Amazone jarak pagar tumbuh baik pada daerah kering dengan rata-rata curah hujan antara mm per tahun dan juga dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan yang lebih tinggi dengan aerasi baik. Wiesenhutter (2003) mengemukakan bahwa tanaman jarak pagar membutuhkan curah hujan mm per tahun dan di Cape Verde juga tumbuh baik pada curah hujan 250 mm per tahun dengan kelembaban yang tinggi dan kondisi kering dapat meningkatkan kandungan minyak pada biji. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah dataran rendah bahkan pinggir pantai sampai ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut (dpl), bahkan menurut Heller (1996) di Fogo, Afrika jarak pagar ditemukan pada ketinggian 1700 m dpl. Daerah yang optimum untuk pengembangan jarak pagar adalah daerah dengan ketinggian m dpl, tanaman ini adaptif dengan suhu tinggi dan daerah yang menjadi pusat koleksi berbagai provenan di Cape Verde mempunyai rata-rata suhu tahunan C. Berdasarkan informasi tersebut jarak pagar memiliki daya adaptasi yang cukup luas akan tetapi untuk memperoleh pertumbuhan yang baik disertai produksi dan mutu yang tinggi, kecukupan air dan unsur hara tanah harus diperhatikan bila jarak pagar harus ditanam di daerah yang relatif kering dengan intensitas radiasi yang tinggi karena kondisi kering dapat menyebabkan daun tanaman gugur dan produktivitasnya menurun. Demikian pula halnya bila jarak pagar ditanam pada daerah yang curah hujannya tinggi, pembuatan drainase perlu diperhatikan karena akar tanaman jarak pagar tidak tahan genangan, jika hal ini tidak diperhatikan maka akar tanaman akan segera busuk.

3 Fisiologi Pemangkasan Syarat mutlak sebagai dasar untuk melakukan pemangkasan adalah harus memahami aspek fisiologi pertumbuhan tanaman. Ada dua cara tanaman tumbuh (1) pertumbuhan primer, yaitu peningkatan panjang pucuk (length of shoots) dan akar yang menyebabkan peningkatan tinggi dan lebar kanopi, (2) pertumbuhan sekunder, yaitu peningkatan ukuran (thickness) batang dan akar. Kedua tipe pertumbuhan tersebut membutuhkan pembelahan sel yang diikuti pembesaran dan diferensiasi sel (Marini, 2003) Meristem adalah daerah sel membelah. Menurut Marini (2003) ada dua tipe meristem tanaman (1) meristem apikal, terletak di ujung setiap pucuk (shoot) dan akar (root) (Gambar 2). Pucuk dan akar memanjang seperti sel yang tertumpuk satu dengan yang lainnya. Di belakang daerah pembelahan sel terdapat daerah pembesaran dan diferensiasi sel untuk membentuk berbagai jaringan. (2) meristem apikal kecil (small apical meristem) disebut axillary meristem (meristem ketiak) yang membentuk axillary bud (kuncup/tunas ketiak) yang selalu dorman sampai sebuah daun yang berhadapan dengannya berkembang penuh. Sebuah tunas ketiak dapat dorman atau berkembang menjadi cabang lateral (lateral branch) atau bunga (flower). Pada saat tunas vegetatif diiris secara membujur tampak bahwa, meristem apikal berada di ujung, primordia daun menjadi daun, meristem ketiak berkembang menjadi tunas ketiak, dan jaringan prokambial berkembang menjadi kambium. Primordia daun Meristem apikal Tunas ketiak Gambar 2. Irisan membujur ujung pucuk tampak meristem apikal, primordia daun dan primordia tunas samping (Marini, 2003).

4 Tunas sangat penting untuk menunjang pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan reproduktif pohon. Pemangkasan dan pelatihan pohon buah melibatkan manipulasi tunas. Memproduksi buah menggunakan berbagai teknik, termasuk pruning untuk memanipulasi pertumbuhan dan pembungaan. Sering teknik ini mempengaruhi dormansi tunas sehingga pengetahuan tentang tunas dan dormansi tunas esensial untuk diketahui untuk memahami bagaimana pruning mempengaruhi pertumbuhan. Selain itu juga penting untuk mengidentifikasi berbagai tipe tunas pada pohon, terutama tunas bunga dan tunas vegetatif. Marini (2003) menyatakan bahwa tunas diklasifikasikan dalam empat tipe (1) klasifikasi berdasarkan kandungan (isi), dikenal tunas vegetatif yang hanya berkembang menjadi pucuk vegetatif daun dan tunas bunga hanya memproduksi bunga. Pohon buah batu (apricot dan cherry) menghasilkan tunas vegetatif dan tunas bunga. Pohon apel dan pear memproduksi tunas vegetatif dan tunas campuran (mixed bud). Pucuk daun dan bunga muncul dari tunas campuran. (2) klasifikasi berdasarkan lokasi, tunas terminal terletak pada ujung pucuk. Pada pohon buah batu (stone) tunas terminal adalah tunas vegetatif. Tunas terminal apel dan pear selalu vegetatif, walaupun beberapa varietas seperti Rome Beauty secara terminal memproduksi tunas campuran. Tunas lateral dibentuk dari ketiak daun yang sering disebut tunas ketiak. Pohon buah stone (batu) tunas lateral dapat membentuk vegetatif atau bunga. Buku (node) pada tajuk yang berumur satu tahun mempunyai satu sampai tiga tunas, sebagian dapat membentuk bunga dan yang lainnya membentuk tunas vegetatif. Tunas bunga berkarakter lebih besar dengan ujung yang relatif bulat, sedangkan tunas vegetatif lebih kecil. (3) klasifikasi berdasarkan struktur tunas pada batang, struktur tunas mempengaruhi struktur cabang pohon buah dan bentuk pohon. Buku terdapat pada batang di mana daun melekat (Gambar 3a). Pada tanaman apel hanya ada satu daun yang melekat pada buku, sedangkan pada tanaman peach terdapat tiga daun. Tunas opposite, ketika dua tunas/cabang, menempati tempat yang berlawanan pada buku sama. Tunas alternate, ketika hanya ada satu tunas/cabang dari setiap buku dan tidak ada tunas yang menempati tempat yang sama pada batang, seperti yang satu di atas atau di bawah (Gambar 3b). Posisi daun pada batang disebut phyllotaxy.

5 (4) Klasifikasi berdasarkan aktivitas, tunas akan dorman ketika tunas tersebut tidak nyata tumbuh. Ketika ada pemangkasan, tunas yang dorman akan tumbuh. Tunas terminal node internode node Tunas lateral Tunas bunga telah gugur (a) (b) (c) Gambar 3. Bagian sebuah dahan yang menunjukkan buku dan beberapa tipe tunas (a), struktur tunas alternate (b), dan struktur tunas opposite (c) (Marini, 2003). Hormon Hormon adalah zat yang diproduksi dalam jumlah sangat kecil pada satu bagian tanaman, ditranspor ke bagian lain (Wattimena, 1988, Coombs et al., 1992, dan Marini, 2003), dan mempunyai efek fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan. Tanaman memproduksi sejumlah hormon yang mengontrol berbagai aspek pertumbuhan seperti, panjang batang, dormansi tunas dan benih, pembungaan, fruit set, pertumbuhan dan pemasakan buah, dan respon terhadap cahaya dan gravitasi. Menurut Marini (2003) hormon promotor adalah giberelin dan sitokinin dan hormon penghambat adalah auksin dan asam absisik. Hormon promotor secara umum menyebabkan pertumbuhan tunas, pembelahan dan perpanjangan sel, dan pertumbuhan batang. Hormon penghambat (inhibitor) selalu diasosiasikan dengan dormansi, menghambat perkembangan pucuk biji dan tunas, tetapi dilibatkan dalam induksi tunas bunga. Rasio promotor dan inhibitor lebih menentukan pertumbuhan tanaman dibandingkan konsentrasi mutlaknya. Produksi hormon tanaman selalu dikontrol oleh kondisi lingkungan seperti suhu dan panjang hari. Selanjutnya, dinyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif

6 selalu diasosiasikan dengan rendahnya rasio inhibitor terhadap promotor dan dormansi selalu diasosiasikan dengan tingginya rasio inhibitor terhadap promotor. Dormansi Dormansi adalah suatu kondisi yang dicirikan dengan berhentinya pertumbuhan yang sifatnya sementara dan metabolismenya tertekan atau tertahan. Pada musim dingin pohon tampak tidak tumbuh, tetapi jaringannya tetap hidup atau aktif, terjadi aktifitas metabolik dan sel berkembang dan berdiferensiasi secara lambat (Marini, 2003). Selanjutnya Marini (2003) menyatakan para ahli fisiologi saat ini mendiskripsikan dormansi dalam empat tipe, (1) para-dormansi terjadi pada dipertengahan dan akhir musim panas ketika tunas tidak tumbuh sebab inhibitor diproduksi di daun dan tunas terminal menghambat pertumbuhan tunas ketiak. Para-dormansi dapat diatasi dengan cara menghilangkan daun (leaf stripping) sepanjang bagian pucuk sehingga tunas ketiak berkembang menjadi pucuk. Para penangkar bibit (nursery) selalu menggunakan teknik ini untuk memproduksi pohon dengan cabang lateral. Heading cut dilakukan untuk menghilangkan sebagian pucuk terminal dan membiarkan beberapa tunas ketiak tumbuh dan berkembang. (2) ecto-dormansi, terjadi di awal musim gugur sebelum daun gugur, tanaman tidak tumbuh disebabkan oleh kondisi lingkungan tidak kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan akan terlihat jika suhu dan panjang hari cocok (suitable). (3) endo-dormansi terjadi selama musim dingin sebab tingginya level inhibitor (absisic acid) di dalam tunas. Selama fase dormansi, pohon tidak akan tumbuh bila kondisi untuk pertumbuhan ideal tidak terjadi. (4) Eco-dormansi, terjadi di akhir musim dingin pada pertengahan Januari, setelah persyaratan suhu dingin (chilling) terpenuhi. Pada saat tersebut pohon tidak tumbuh sebab kondisi tidak mendukung untuk pertumbuhan. Pertumbuhan akan mulai ketika pohon terekspos pada suhu panas. Dominansi Apikal Menurut Cline (2000), dominansi apikal didefinisikan sebagai kendali yang dilakukan oleh ujung pucuk (shoot apex) terhadap pertumbuhan tunas ketiak (axillary bud). Konsekuensi morfologinya adalah terhambatnya tunas ketiak selama musim pertumbuhan yang sering dinyatakan dengan istilah bud

7 dormancy. Dominansi apikal berhubungan dengan mekanisme yang dimediasi oleh auxin dan sitokinin (Cline, 2000) dan status nutrisi pada axillary buds (Champagnat, 1989). Dominansi apikal telah dipelajari lebih dari 80 tahun, tetapi mekanismenya belum dipahami secara jelas, tetapi tampaknya dikontrol oleh konsentrasi relatif hormon inhibitor dan promotor. Menurut Coombs (1992) dan Marini (2003), pertumbuhan tunas ketiak dihambat oleh tingginya konsentrasi auksin yang diproduksi oleh tunas terminal. Auksin bergerak ke bawah pucuk dari sel ke sel dengan polar, sehingga konsentrasi paling tinggi dekat ujung pucuk. Promotor diproduksi di akar dan ditransport ke bagian atas pohon. Pertumbuhan tunas ketiak dapat terjadi pada bagian dasar dari pucuk, di mana konsentrasi hormon inhibitor secara relatif rendah dan konsentrasi hormon promotor relatif tinggi. Dominansi apikal dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan ujung pucuk yang berfungsi sebagai sumber auksin (Gambar 4) (Coombs et al., 1992 dan Marini, 2003). Tiga atau empat tunas segera tumbuh di bawah heading cut selalu berkembang menjadi pucuk. Pinching (memetik pucuk) merupakan sebuah bentuk dari heading yang akan menginduksi percabangan. Kadang-kandang dominansi apikal dapat pula dihilangkan dengan penyemprotan pucuk dengan promotor (giberelin atau sitokinin) sebelum waktu berbunga. Pada iklim temperate, penelitian proses percabangan pohon buah difokuskan pada pucuk yang berumur satu tahun (one-year-old shoot) pada periode musim dingin, karena dominansi apikal dan dormansi tunas (bud dormansi) terjadi pada periode waktu ini. (a) (b) (c) Gambar 4. Apikal dominansi (a), pucuk yang tidak dipangkas (b), pucuk yang dipangkas (c) (Marini, 2003).

8 Pembentukan Arsitektur Tajuk Melalui Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk membentuk pohon kokoh dan tegar, memperbanyak percabangan (munculnya daun pada ketiak daun dan pucuk cabang atau batang), menghindari terjadinya dominasi apikal (penekanan pertumbuhan calon tunas ketiak daun (lateral) oleh ujung ranting yang aktif tumbuh akibatnya tanaman memanjang), pemilihan tunas baru yang teratur dan berpola serta meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman yang berbunga terminal sehingga membentuk kerangka pohon yang dapat mendukung pembungaan dan pertumbuhan buah (Widodo, 1995). Pemangkasan dan pelatihan bertujuan untuk mengoptimalkan penangkapan cahaya untuk mencapai produksi biomassa yang tinggi (Jackson, 1980), membuka ruang kanopi untuk menangkap cahaya (Lakso, 1994) sehingga memperbaiki distribusi cahaya di antara struktur pembuahan (Lakso dan Corelli- Grappadelli 1992; Wunsche dan Lakso, 2000) dan memperkecil variasi kualitas buah, mengoptimalkan biomassa yang dipartisikan ke pucuk buah, seperti pada apel (Lespinasse dan Delort, 1993), alpokat (Thorp and Stowell, 2001), dan mengurangi ketidakseimbangan antara organ sink, serta menstimulasi pertumbuhan pada kiwi (Miller et al., 2000). Secara umum, ada 2 konsep untuk mendefisinikan sistem percabangan. Pertama konsep Organized plan menjelaskan level hierarchic antara susunan cabang pada pohon (Costes et al., 2006). Pola hierarchic diperkenalkan untuk mengindikasikan sebuah hierarchy antara pucuk utama (main shoot) dan lateralnya secara berturut-turut. Kedua konsep excurrent (cabang lateral) versus decurrent (batang utama tidak dapat dibedakan dengan cabang yang paling tinggi) telah diperkenalkan dalam hubungannya dengan dominansi apikal pada tanaman pohon hutan (Brown et al. 1967). Pola ini merujuk definisi batang utama menghasilkan cabang lateral atau batang utama yang terbentang tidak dapat dibedakan dengan cabang yang paling atas (decurrent). Berdasarkan intensitas pemangkasan dikenal beberapa istilah pemangkasan diantaranya : Tipping/pinching (memangkas atau memetik pucuk ranting), cutting back (memangkas sebagian cabang), stubbing (memangkas cabang dekat pangkalnya menyisakan 2-5 ruas sehingga menyerupai puntung

9 cerutu ), dan thinning (penjarangan cabang dengan cara memotong tepat pada pangkalnya) (Widodo, 1995). Menurut Widodo (1995) berdasarkan intensitas untuk tujuan pelatihan tajuk (training) jenis pangkasan di bagi dua, yaitu heading back (pemotongan batang, cabang atau ranting) dan thinning out (pembuangan cabang untuk menjarangkan percabangan yang rapat). Pada prinsipnya perlu ada penghematan bahan fotosintat sewaktu pohon aktif memproduksi fotosintat, perlu efisiensi sistem jaringan dalam tubuh tanaman agar hasil asimilasi (fotosintat) yang ada setelah digunakan untuk perawatan tanaman itu sendiri cukup untuk membentukan bunga dan buah. Efisiensi pada tanaman ini tidak dengan cara mengurangi fotosintat melainkan dengan menekan pemborosannya. Caranya dengan memangkas bagian yang bersifat negatif (hanya menyerap dan tidak menyumbangkan fotosintat sama sekali) atau dengan mengurangi (memangkas) bagian pengguna fotosintat, seperti daun-daun yang ternaungi, cabang-cabang yang tidak produktif dan cabang-cabang yang saling tumpang tindih. Jumlah cabang primer dan sekunder akan menentukan jumlah bunga, buah dan biji jarak pagar. Oleh karena itu pemangkasan tajuk yang teratur dan berpola dengan merujuk pada jumlah cabang primer dan sekunder akan membentuk tajuk dan cabang yang ideal untuk meningkatkan produktivitas tanaman jarak pagar. Bunga terminal, seperti jarak pagar, membutuhkan penyiapan tempat berbunga (bearing unit) yang sebanyak-banyaknya dan diikuti dengan perakaran pohon yang baik agar dapat menyangga buah yang lebat. Pembentukan tajuk jarak pagar diperlukan untuk per tanaman agar tajuk tempat keluarnya bunga dan buah dapat terbentuk, tetapi dengan percabangan yang kompak. Umumnya rumus pangkas bentuk memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman berbunga terminal. Setelah tipe tajuk yang cocok untuk menyediakan tempat pembungan banyak terbentuk, maka pemangkasan selanjutnya hanya berupa pemeliharaan bentuk dan kebersihan tajuk. Ranting membawa bunga pada pohon yang berbunga pada terminal perlu dipangkas setelah pemanenan. Pola tajuk membuka (open center) dapat meningkatkan pemerataan intersepsi cahaya sehingga laju fotosintesis netto dan produksi per satuan luas

10 maksimum. Fotosintesis netto merupakan ukuran produksi asimilat yang dimanifestasikan sebagai pertambahan bobot bahan kering total atau laju tumbuh absolut (LTA), laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih atau LAB (net assimilation rate, NAR) merupakan komponen fisiologi khususnya daun yang menyumbangkan pertambahan bobot kering dan merefleksikan fungsi bentuk tajuk dalam proses asimilasi (Lambers, 1987). Analisis pertumbuhan LAB dapat disederhanakan sebagai pertambahan bobot bahan kering (dry weight basis) per satuan luas daun sebagaimana tinjauan Wilson (1981). Pengertian LAB yang sesungguhnya menyatakan hasil CO 2 netto (Sitompul dan Guritno, 1995). Intersepsi cahaya berperan penting terhadap pertambahan asimilat total dan partisi asimilat ke arah sink (Gifford et al., 1984). Pada tanaman perkebunan, kakao dan kopi (Ramaiah dan Venkataramanan, 1987 dan zaitun (Stuttle dan Martin, 1986) partisi bahan kering ke cabang lateral relatif tinggi. Secara teoritis menurut tinjauan Ryugo (1988) partisi demikian terjadi karena cahaya matahari pagi yang kaya infra merah mendorong sintesis sitokinin dan menghambat translokasi karbohidrat dari cabang ke batang karena jaringan kayu cabang-cabang yang memperoleh training meregang sehingga cabang merupakan sink yang lebih kuat dibandingkan batang. Pada masa reproduktif cabang merupakan source yang baik. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Menurut Gardner et al. (1991) laju fotosintesis dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah (1) cahaya, (2) karbondioksida (CO 2 ), (3) suhu, dan (4) status air. Radiasi surya yang diterima daun untuk digunakan dalam fotosintesis hanya fraksi dalam panjang gelombang nm yang dikenal dengan PAR. Intensitas cahaya tinggi mendukung terjadinya konduktansi stomata terhadap CO 2 sehingga mempunyai pengaruh sangat besar terhadap laju fotosintesis maksimum. Pada intensitas cahaya rendah hampir tidak ada penyerapan CO 2 karena laju penyerapan CO 2 melalui fotosintesis lebih rendah dari pada laju evolusi CO 2 dari respirasi mitokondria. Hal ini sejalan dengan pendapat Bauer et al. (1997) menyatakan bahwa intensitas cahaya rendah (PAR 120) sangat mempengaruhi laju penutupan stomata sehingga menurunkan laju

11 pertukaran karbon. Stomata umumnya membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari, hal ini digunakan untuk meningkatkan kinerja fotosintesis. Laju fotosintesis secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh keadaan stomata (Salisbury dan Ross, Mohr dan Schopfer (1995) menyatakan bahwa pembukaan stomata tanaman berkorelasi tinggi dengan laju fotosintesis. Proses pembukaan stomata secara langsung merupakan fungsi cahaya karena sel penjaga memiliki klorofil. Kecepatan pembukaan dipengaruhi oleh jenis cahaya, yaitu cahaya merah dan biru. Berbeda dengan organel fotosintesis yang memerlukan cahaya merah untuk laju optimum, stomata lebih membutuhkan cahaya biru untuk pembukaan stomata. Perbedaan kepekaan antara fotosintesis dengan pembukaan stomata diduga dipengaruhi oleh karakter klorofil sel penjaga (Salisbury dan Ross, 1995). Pada cahaya penuh, faktor tahanan stomata pada sebagian besar tanaman bukan merupakan faktor pembatas laju difusi CO 2, namun lebih dikendalikan oleh reaksi enzimatis dalam kloroplas (Mohr dan Schopfer, 1995). Konduktansi stomata adalah jumlah CO 2 yang dapat masuk melalui hambatan stomata, semakin kecil hambatannya akan semakin besar konduktansinya. Semakin banyak jumlah stomata, konduktansi per satuan luas daun akan semakin tinggi demikian juga semakin lebar bukaannya (Mohr dan Schopfer, 1995). Selanjutnya dinyatakan bahwa stomata merupakan satu-satunya jalan untuk fiksasi CO 2. Santrucek dan Sage (1996) menduga bahwa penurunan konduktansi stomata pada intensitas cahaya rendah kemungkinan disebabkan oleh jumlah stomata per satuan luas daun yang rendah. Secara umum laju fotosintesis meningkat secara linear dengan bertambahnya konsentrasi CO 2 dalam ruang antar sel (C i ) pada tingkat konsentrasi CO 2 interseluler yang rendah, sebab RUBP (ribulase bisphosphate) tidak menjadi pembatas. Pada tingkat konsentrasi CO 2 interseluler tinggi, laju fotosintesis mulai menurun sesuai dengan penurunan kemampuan memproduksi RUBP yang tidak sebanding dengan meningkatnya penyediaan CO 2. Laju pertukaran karbon dapat digunakan untuk menghitung akumulasi bahan kering tanaman. Nilai laju pertukaran karbon dapat dihitung berdasarkan pada laju konsumsi CO 2 yang melewati stomata. Semakin tinggi laju konsumsi CO 2 maka nilai laju pertukaran

12 karbon akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu nilai laju pertukaran karbon yang tinggi pada tanaman ditandai dengan hasil asimilat karbon yang relatif lebih tinggi. Suhu lingkungan yang bertambah akan meningkatkan laju fotosintesis karena peningkatan aktivitas enzim yang mempertinggi kapasitas pemanfaatan CO 2. Fiksasi CO 2 merupakan reaksi yang dikendalikan oleh enzim, dan fiksasi CO 2 ini meningkat seiring dengan peningkatan aktifitas enzim akibat meningkatnya temperatur hingga mencapai temperatur yang menyebabkan terjadinya denaturasi enzim-enzimnya Keadaan stress air akan mendorong penutupan stomata sehingga mengurangi difusi CO 2 dan konsentrasi Ci yang pada gilirannya menurunkan laju fotosintesis. Hanya sekitar 0.1 % dari jumlah air total digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Transpirasi meliputi 99 % dari seluruh air yang digunakan oleh tumbuhan; kira-kira hanya 1 % yang digunakan untuk membasahi tumbuhan, mempertahankan tekanan turgor, dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan. Pengaruh utama kekurangan air terhadap laju pertukaran karbon, yaitu pada peningkatan tahanan stomata karena tertutupnya stomata. Bila kekurangan air semakin parah, tahanan mesofil juga akan meningkat karena adanya kerusakan permanen pada peralatan fotosintesis (Gardner et al., 1991). Pertumbuhan merupakan resultante dari integrasi berbagai proses fisiologi dalam tubuh tanaman bersama dengan faktor luar (Sitompul dan Guritno, 1991). Menurut Fisher (1984) pertumbuhan merupakan proses total yang mengubah bahan mentah (CO 2, zat-zat mineral, air, dan radiasi matahari) secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman. Manifestasi pertumbuhan dinyatakan dalam peningkatan ukuran secara permanen (Taiz dan Zeiger, 2002). Menurut Sinclair (1994), ketersediaan cahaya matahari menentukan batas maksimal hasil tanaman karena radiasi yang diintersepsi menyediakan energi untuk fotosintesis. Laju perolehan massa pada tanaman tergantung jumlah energi cahaya yang diabsorpsi oleh tanaman dan efisiensi penggunaannya untuk menggunakan gas CO 2 di atmosfir untuk proses fotosintesis dalam memproduksi bahan kering. Menurut Charles-Edward et al. (1986) jumlah energi cahaya yang diabsorpsi oleh tanaman bergantung pada jumlah energi cahaya yang datang dan

13 proporsi cahaya datang yang diabsorpsi, yang merupakan fungsi sederhana dari indeks luas daun dan intersepsi cahaya oleh kanopi yang tergantung dari beberapa faktor seperti arsitektur kanopi daun, inklinasi dan orientasi komponen daun. Proporsi energi cahaya terintersepsi diabsorpsi oleh sel-sel di dalam daun yang mengandung organel fotosintesis aktif, yaitu kloroplas. Charles-Edward et al. (1986) mengemukakan bahwa proporsi energi cahaya yang diabsorpsi untuk digunakan pada fotosintesis secara nyata juga dipengaruhi oleh kerapatan dan distribusi sel-sel kloroplas di dalam volume daun. Selanjutnya Salisbury dan Ross (1995) dan Jones (1992) mengemukakan bahwa naungan menyebabkan terjadinya perubahan kandungan klorofil daun. Daun yang ternaungi akan memiliki kandungan klorofil yang lebih tinggi, terutama klorofil b. Menurut Elfarisna (2000) peningkatan kandungan klorofil a, klorofil b dan penurunan rasio klorofil a dan b merupakan salah satu mekanisme adaptasi tanaman yang mengalami cekaman naungan. Sebagian besar klorofil terdistribusi dalam daun akan tetapi penyebarannya tidak merata, banyaknya klorofil pada pangkal daun akan berbeda dengan ujung, tengah serta kedua tepi daun. Rupp dan Traenkle (1995) mengemukakan bahwa besarnya kandungan klorofil dipengaruhi oleh umur daun, kandungan klorofil akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur daun. Peningkatan tersebut terjadi karena selama pertumbuhan daun dari awal pembentukannya sampai pada umur tertentu, daun tanaman melakukan biosintesis klorofil. Akan tetapi peningkatan ini akan terhenti pada saat daun tanaman mengalami penuaan (Mohr dan Schopfer, 1995) karena penuaan daun akan menyebabkan degradasi klorofil. Norman dan Arkerbauer (1991) mengemukakan bahwa akumulasi pertumbuhan tergantung dari total karbon yang difiksasi oleh fotosintesis. Fraksi dari karbon tersebut dapat dikonversi ke dalam bobot kering walaupun hanya sebagian karbon yang difiksasi untuk fotosintesis ada pada bobot kering tanaman dan sebagian lagi karbon hilang melalui respirasi tanaman. Charles-Edward (1982) dan Hale dan Orcutt (1987) mengemukakan bahwa secara umum daun-daun yang tumbuh pada lingkungan dengan tingkat cahaya datang rendah lebih tipis dan memiliki luas permukaan yang lebih lebar

14 dibandingkan daun yang tumbuh pada tingkat cahaya yang lebih tinggi. Menurut Taiz dan Zeiger (2002) dan Salisbury dan Ross (1995) hal ini disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel-sel mesofil pada daun. Selanjutnya Hale dan Orcutt (1987) mengemukakan bahwa cara ini untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan yang direfleksikan. Jika daun terlalu banyak, daun-daun bagian bawah tidak menerima cahaya yang cukup untuk fotosintesis bersih sehingga daun-daun tersebut hanya berfungsi sebagai sink. Jika indeks luas daun kumulatif mencapai level yang sangat tinggi, respirasi daun-daun bagian bawah akan seimbang dengan fotosintesis daun-daun bagian atas, akibatnya laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman menurun sampai nol. Sitompul dan Guritno (1995) mengemukakan bahwa semakin tinggi kerapatan di antara daun akan menyebabkan semakin sedikit cahaya yang sampai ke lapisan daun bawah. Nilai indeks luas daun (ILD) > 1 menggambarkan adanya saling menaungi di antara daun pada lapisan bawah tajuk serta mendapat cahaya yang kurang sehingga menyebabkan laju fotosintesis yang lebih rendah dibandingkan yang tidak ternaungi. Akan tetapi nilai ILD < 1 tidak berarti tanpa naungan karena tergantung pada posisi dan bentuk daun. Pada prinsipnya tanaman secara fisiologis dan morfologis mampu beradaptasi pada kondisi intensitas cahaya rendah. Kemampuan adaptasi tanaman ini secara indigenus karena adanya mekanisme di dalam tanaman akibat pengaruh lingkungan. Tanaman yang ternaungi mengandung klorofil a dan b empat sampai lima kali lebih banyak per unit volume kloroplas dan mempunyai rasio klorofil b/a yang lebih besar dibandingkan tanaman cahaya penuh (Lawlor, 1987). Individu daun dan kanopi daun tanaman berfungsi sebagai penangkap cahaya, mengabsorbsi cahaya yang datang dan mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia yang stabil dan dapat disimpan. Energi cahaya yang dapat diserap ini digunakan untuk fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Jika karbohidrat ini hanya disimpan di jaringan daun maka struktur tanaman non fotosintetik atau struktur yang fotosintesis rendah seperti akar, batang, dan bunga tidak dapat berkembang atau berkembang sangat lambat. Oleh karena itu, karbohidrat harus dapat dipindahkan dari daun dan diangkut ke bagian-bagian lain untuk

15 metabolisme sehingga terjadi proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Wright (1989) mengemukakan bahwa fotosintat hasil fotosintesis kanopi merupakan sumber karbohidrat yang akan ditranslokasikan ke organ buah, batang, daun, dan akar. Jumlah alokasi karbohidrat ke masing-masing organ tersebut tergantung dari aktivitas organ spesifik. Pada tanaman, biji merupakan sink paling kuat, diikuti daging buah, pucuk dan daun yang sedang tumbuh, kemudian kambium, akar dan organ penyimpanan lainnya. Oleh karena itu pada saat pertumbuhan buah akan terjadi peralihan arah pergerakan hasil fotosintesis. Selanjutnya Cline (1997) mengemukakan bahwa pada tanaman pohon, batang pun merupakan sink terhadap asimilat yang dihasilkan cabang lateral dan kekuatan ini dikendalikan oleh suatu mekanisme pengendalian apikal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

Bab XI. Pengendalian Pertumbuhan. Winarso D Widodo 2009

Bab XI. Pengendalian Pertumbuhan. Winarso D Widodo 2009 Bab XI. Pengendalian Pertumbuhan Winarso D Widodo 2009 Nama Lengkap : Winarso Drajad Widodo Pendidikan : 1. Sarjana Pertanian (Ir) IPB, 1986 2. Magister Sain (MS) IPB, 1993 3. PhD. - Pomology (Okayama

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman yang banyak

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman yang banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman yang banyak mengandung karbohidrat. Oleh karena itu ubi kayu dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat di samping

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan komoditas kacang-kacangan kedua yang ditanam secara luas di Indonesia setelah kedelai. Produktivitas kacang tanah di Indonesia tahun 1986 tercatat

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN CAHAYA Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

III. ANALISIS PERCABANGAN DAN MODEL TAJUK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PENDAHULUAN

III. ANALISIS PERCABANGAN DAN MODEL TAJUK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PENDAHULUAN III. ANALISIS PERCABANGAN DAN MODEL TAJUK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Analysis of branches and shoot model of Jatropha curcas L. Abstract The objective of this research was to analyze pattern of branching,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

BAB VII PERANAN AIR BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB VII PERANAN AIR BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN BAB VII PERANAN AIR BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN Peranan air dalam pertumbuhan tanamanan Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG Pengairan dilakukan untuk membuat keadaan kandungan air dalam tanah pada kapasitas lapang, yaitu tetap lembab tetapi tidak becek.

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubi kayu: Taksonomi dan Morfologi Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ARSITEKTUR TAJUK DENGAN FOTOSINTESIS, PRODUKSI DAN KANDUNGAN MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) INCE RADEN

HUBUNGAN ARSITEKTUR TAJUK DENGAN FOTOSINTESIS, PRODUKSI DAN KANDUNGAN MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) INCE RADEN HUBUNGAN ARSITEKTUR TAJUK DENGAN FOTOSINTESIS, PRODUKSI DAN KANDUNGAN MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) INCE RADEN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Kentang Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 39 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya 55 5 DISKUSI UMUM Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas fotosintesis dan translokasi fotosintat

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah buku, dan panjang tangkai bunga. Hasil

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Jati Tanaman selama masa hidupnya menghasilkan biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Perubahan akumulasi biomassa akan terjadi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin KALIN merangsang pembentukan organ Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Kompetensi Dasar KD 3.1 Menganalisis hubungan antar faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (1989) tanaman kacang hijau termasuk suku (family) Leguminosae. Kedudukan tanamn kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili: I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea L.

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea L. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau

TINJAUAN PUSTAKA. pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau TINJAUAN PUSTAKA Stum Mata Tidur Karet Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat setiap tahunnya justru semakin memperparah permasalahan di bidang pertanian. Bukan hanya dari tingkat kebutuhan beras yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran: 1. Mengidentifikasi faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan 2. Merancang percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan 3. Menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

Fotosintesis menghasilkan O 2

Fotosintesis menghasilkan O 2 Cahaya Faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi Fotosintesis : sebagai sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kerontokan Bunga dan Buah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kerontokan Bunga dan Buah 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kerontokan Bunga dan Buah Kerontokan bunga dan buah sejak terbentuknya bunga sampai perkembangan buah sangat mengurangi produksi buah belimbing. Absisi atau kerontokan bunga dan

Lebih terperinci