ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN PADA ATLET REMAJA UMBARA NUNGGAL PASKINDRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN PADA ATLET REMAJA UMBARA NUNGGAL PASKINDRA"

Transkripsi

1 ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN PADA ATLET REMAJA UMBARA NUNGGAL PASKINDRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Umbara Nunggal Paskindra NIM I

4

5 ABSTRAK UMBARA NUNGGAL PASKINDRA. Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan IKEU EKAYANTI. Pada aktivitas fisik spesifik yang sangat keras seperti latihan intensif, atlet harus mampu membuat strategi konsumsi cairan yang tepat untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, sehingga terhindar dari dehidrasi. Dehidrasi dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh, meninkatkan resiko dari exertional heat injury dan menghambat laju produksi energi yang secara negatif dapat mengganggu performa olahraga. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja. Penelitian dilakukan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013 dengan menggunakan desain cross sectional study. Berdasarkan persentase perubahan berat badan pada saat latihan, 56,1% dari total contoh terhidrasi dengan baik pada saat latihan dan 43,9% dari contoh mengalami dehidrasi tingkat ringan. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan status dehidrasi latihan adalah jenis kelamin, persentase lemak tubuh total, tingkat kecukupan air harian latihan, dan laju keringat pada saat latihan. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja adalah jenis kelamin, tingkat kecukupan air harian latihan, dan laju keluarnya keringat. Kata kunci: atlet, dehidrasi, detrminan, faktor resiko ABSTRACT UMBARA NUNGGAL PASKINDRA. Determinant Analysis of Exercise Dehydration Status in Young Athlete. Supervised by HIDAYAT SYARIEF and IKEU EKAYANTI. During intensive exercise, athlete must able to make right strategy of fluid consumption to replace body water loss to prevent dehydration. Dehydration can compromise physiologic function, increase the risk of exertional injury, blocked the rate of energy production, and negatively influence performance. The main purpose of this study is to analysis of determinant of exercise dehydration status in young athlete. The research has been done at PPLP DKI in August to October 2013 by using cross sectional study design. Based on the percentage of body weight change in exercise, 56,1% of subject catagorized as well dehydrated and 43,9% of subject catagorized as dehydration (minimal dehydration) in exercise. The results of correlation analysis showed that significant relationship between gender, percentage of total body fat, sufficient level of fluid in exercise period, and sweat rate in exercise with exercise dehydration status. The results of multiple linier regression showed that the determinant of exercise dehydration status in young athlete are gender, sufficient level of fluid in exercise period, and sweat rate in exercise. Key word: ahlete, dehydration, determinant, risk factor.

6

7 ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN PADA ATLET REMAJA UMBARA NUNGGAL PASKINDRA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja Nama : Umbara Nunggal Paskindra NIM : I Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS Pembimbing I Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah gizi olahraga, dengan judul Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS dan Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS selaku dosen pembimbing pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh mata kuliah. 3. dr. Naufal Muharam Nurdin selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi. 4. Bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dorongan, serta semangat tiada henti kepada penulis. Adikku Dera dan Putri Anggraeni yang juga senantiasa memberikan dukungan serta keceriaan kepada penulis. 5. Pihak PPLP DKI Jakarta, coach Wardoyo, coach Narto, Anita Maya yang telah memberikan izin meneliti dan menerima penulis dengan baik selama pengambilan data. 6. Desty Sri Kurnia atas doa, semangat, dukungan, dan senantiasa memberi banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Nurayu Annisa dan teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 45 dan Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan bermanfaat dan daya guna, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Amin. Bogor, Februari 2014 Umbara Nunggal Paskindra

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 KERANGKA BERFIKIR 3 METODE 5 Desain, Tempat, dan Waktu 5 Cara Pengambilan contoh 5 Jenis dan Cara Pengambilan Data 5 Prosedur Pengolahan dan Analisis Data 6 Definisi Operasional 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Karakteristik Individu 11 Komposisi Tubuh 13 Tingkat Aktivitas Fisik 14 Tingkat Kecukupan Air Harian 15 Laju Keringat Latihan 15 Status Dehidrasi Latihan 16 Hubungan antar faktor pada status dehidrasi latihan 17 Determinan status dehidrasi latihan 23 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 25 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 28 RIWAYAT HIDUP 38

14 DAFTAR TABEL 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data 6 2 Klasifikasi IMT/U berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010 untuk usia 5-18 tahun 7 3 Nilai komposisi tubuh ideal pada atlet 7 4 Indeks status hidrasi menurut NATA tahun Sebaran contoh berdasarkan karakteristik 11 6 Sebaran contoh berdasarkan komposisi tubuh 13 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik 14 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan air 15 9 Sebaran contoh berdasarkan laju keringat latihan Sebaran contoh berdasarkan status dehidrasi Sebaran karakteristik contoh berdasarkan status dehidrasi latinan Sebaran komposisi tubuh contoh berdasarkan status dehidrasi latihan Sebaran tingkat aktivitas fisik contoh hari latihan bedasarkan status dehidrasi latihan Sebaran tingkat kecukupan air harian contoh pada hari latihan berdasarkan status dehidrasi latihan Sebaran laju keringat latihan berdasarkan status dehidrasi latihan Hasil regresi linier berganda determinan status dehidrasi latihan pada atlet remaja 23 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka berfikir determinan dan faktor resiko status dehidrasi latihan pada atlet remaja 4 DAFTAR GAMBAR 1 Jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per satuan waktu tertentu (PAR) 28 2 Perhitungan kebutuhan energi 29 3 Kuesioner penelitian 30 4 Form food recall konsumsi pangan 1x24 jam (Libur/latihan) 34 5 Form recall aktivitas fisik 1x24 jam (libur/latihan) 35 6 Form laju keringat latihan dan status dehidrasi latihan 36 7 Hasil analisis regresi linier berganda determinan status dehidrasi 37

15

16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan ilmu dan teknologi dalam dunia olahraga atau lebih dikenal sport science dalam dua dekade terakhir menghasilkan pemahaman yang sangat komprehensif bagi atlet profesional dalam menampilkan performa dan prestasi terbaiknya. Di negara negara maju, keterlibatan sport science sudah diterapkan sejak lama, sementara di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan. Walaupun sudah menjadi wacana sejak lama, namun aplikasinya terlihat stagnan bahkan nyaris tidak terlihat. Secara umum, sport science memiliki lima cabang, yaitu fisiologi, psikologi, biomekanik, sport medichine, dan sport nutrition yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan gizi olahraga. Bagi atlet, mutu gizi asupan pangan yang terkait dengan olahraga (sport nutrition) mempunyai arti penting selain untuk mempertahankan kebugaran juga untuk meningkatkan prestasi atlet. Selain itu, menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh sebelum, selama, dan setelah latihan atau pertandingan melalui strategi konsumsi cairan yang tepat merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang atlet. Tidak sesuainya asupan makanan terhadap kebutuhan gizi dan konsumsi cairan yang tidak mencukupi hingga mengakibatkan dehidrasi merupakan dua penyebab terjadinya penurunan kebugaran dan performa olahraga seorang atlet. Selama latihan atau olahraga, penguapan berupa keringat merupakan mekanisme yang utama dalam pembuangan panas, dengan demikian air atau cairan menjadi salah satu kunci penting selama berolahraga. Atlet yang mengeluarkan keringat melebihi asupan cairan akan mengalami dehidrasi selama latihan atau pertandingan. Menurut National Athletic Trainers Association (2000), dehidrasi akibat berkurangnya 1-2% berat badan akan mulai menggangu fungsi fisiologis tubuh dan secara negatif akan mempengaruhi terhadap performa, bahkan berkurangnya berat badan melebihi 3% lebih lanjut sudah mengganggu fungsi fisiologis tubuh dan meningkatkan resiko exertional heat ilness seperti heat cramps, heat exhaustion, atau heat stroke. Selain itu, menurut Irawan (2007) berkurangnya 1-2% berat badan akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan performa olahraga hingga sebesar 10%, berkurang 5% berat badan dapat menurunkan performa sebesar 30%. Khusus untuk olahraga dengan intensitas tinggi dan olahraga yang bersifat ketahanan, berkurangnya 2.5% berat badan akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan performa olahraga hingga 45%. Seorang atlet dengan laju pengeluaran keringat tinggi yang melakukan latihan intensif dalam kondisi lingkungan yang panas atau lembab dapat dengan cepat mengalami dehidrasi. Latihan pada kondisi daerah yang panas dapat mengalami dehidrasi dengan laju sebesar 1-2 liter per jam, tidak hanya itu, atlet olahraga endurance seperti sepakbola yang melakukan pertandingan pada suhu 10 o C juga tercatat mengalami pengurangan cairan tubuh sebesar 2 liter dalam 90 menit pertandingan. Laju keluarnya keringat terbesar dalam dunia olahraga tercatat pernah dialami oleh atlet maraton pada olimpiade 1984 dengan laju sebesar 3.7 liter/jam (Kraemer et al. 2012). Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) (2009) mengungkap bahwa 46,1% subjek yang diteliti mengalami dehidrasi ringan. Ironisnya, sekitar 60% dari subjek yang diteliti tidak mengetahui

18 2 bahwa diperlukan asupan cairan yang lebih banyak bagi orang kelompok khusus seperti orang yang berkeringat atau olahragawan. Air sebagai salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh sering terlupakan pemenuhannya. Tubuh tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan tubuh akan air. Oleh karena itu, air perlu dipenuhi manusia khususnya atlet yang mempunyai aktivitas spesifik yang berat melalui asupan air yang cukup. Berdasarkan data mengenai tingginya kecenderungan dehidrasi serta dampak negatif yang ditimbulkan dari kondisi dehidrasi pada atlet, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai faktor yang berpengaruh terhadap status dehidrasi pada atlet remaja. Atlet remaja masih berada dalam usia pertumbuhan yang sangat sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan zat gizi. Usia remaja tersebut memerlukan asupan gizi dan air yang cukup sesuai dengan aktivitas spesifik yang dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fator-faktor yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, adalah (1) mengetahui karakteristik atlet remaja, (2) menganalisis persentase total komposisi tubuh atlet remaja, (3) menganalisis tingkat aktivitas fisik harian atlet remaja, (4) menganalisis tingkat kecukupan air harian atlet remaja, (5) menganalisis faktor yang berhubungan dengar status dehidrasi latihan pada atlet remaja, (6) menganalisis determinan status dehidrasi latihan yang meliputi karaktersistik, komposisi tubuh, tingkat aktivitas harian, tingkat asupan air harian, serta laju keringat latihan pada atlet remaja. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menyediakan informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh terhadap status hidrasi latihan pada atlet remaja. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh atlet dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan strategi hidrasi dan rehidrasi yang tepat sesuai dengan karakteristik masing-maing atlet guna meningkatkan performa dan menunjang prestasi olahraga Indonesia.

19 3 KERANGKA BERFIKIR Untuk mencapai prestasi yang optimal, pembinaan prestasi olahraga perlu disusun perencanaan gizi yang berjangka, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Perencanaan gizi atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan program latihan yang meliputi periode persiapan/latihan, pertandingan, dan transisi. Pada periode latihan, baik sebelum, selama, ataupun setelah latihan, menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh melalui strategi konsumsi cairan yang tepat merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang atlet supaya terhindar dari dehidrasi. Dehidrasi pada atlet ketika menjalani program latihan akan mengganggu kinerja atletik yang berkaitan dengan performa, membahayakan fungsi fisiologis tubuh, meningkatkan resiko heat exertional ilness, penurunan kemampuan konsentrasi, kecepatan reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan menghambat laju produksi energi. Atlet dengan laju keringat tinggi yang melakukan program latihan intensif dalam kondisi lingkungan yang panas dapat dengan cepat mengalami dehidrasi. Selain itu, kurangnya konsumsi air harian, terbatasnya kesempatan konsumsi cairan saat latihan atau pertandingan, serta tidak mengkonsumsi cairan dengan volume yang sesuai dengan pengeluaran keringat dapat juga menyebabkan atlet mengalami dehidrasi. Konsumsi air sangat berkaitan dengan kebutuhan. Setiap individu memiliki kebutuhan air yang bervariasi satu sama lain. Besarnya kebutuhan akan air dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin. Selain itu, kebutuhan air juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik. Dalam tubuh manusia, air diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme (air metabolik). Air yang berasal dari minuman merupakan jumlah terbesar yang diperoleh tubuh, yaitu sekitar dua per tiga (65-75%) dari total asupan air. Jumlah air dari makanan yang diperoleh tubuh tergantung pada pola konsumsi makan. Bila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, maka sumber air dari makanan akan lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya. Proses metabolisme di dalam tubuh menghasilkan air tetapi jumlahnya relatif sedikit. Semakin banyak produksi energi dari makanan berkarbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan tubuh. Kontribusi asupan air dari air yang berasal dari makanan dan air metabolik hanya sekitar sepertiga total asupan air (35%) (Santoso et al. 2011).

20 4 Jenis Kelamin % Lemak tubuh total % Air tubuh total % Otot tubuh total Karakteristik Atlet Usia Status gizi DEHIDRASI Laju Keringat Tingkat Kecukupan Air Harian Aktivitas Fisik Jenis olahraga Jenis latihan Durasi latihan Asupan Air Asupan air latihan Asupan air recovery Kebutuhan Air Kebutuhan air latihan Keterangan gambar : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka berfikir faktor resiko dehidrasi latihan pada atlet remaja

21 5 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study dengan metode observasional. Penelitian dilakukan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pada bulan Agustus sampai dengan Oktober Pemilihan tempat secara purposive dengan pertimbangan bahwa PPLP DKI Jakarta merupakan pusat diklat atlet remaja provinsi DKI Jakarta yang telah berkontribusi dalam melahirkan atlet-atlet terbaik Indonesia baik di tingkat nasional maupun internasional. Cara Pengambilan Contoh Contoh pada penelitian ini adalah anggota populasi (atlet remaja provinsi DKI Jakarta yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan di PPLP DKI Jakarta) sebanyak 41 orang. Cara pengambilan dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 1. Kriteria inklusi : a. Usia tahun, dimana usia tersebut merupakan rentang usia untuk remaja (WHO 2011) b. Sedang menjalani pendidikan dan latihan di PPLP DKI Jakarta c. Terdaftar sebagai atlet dari tiga cabang olahraga yang berbeda (endurance, sprint, strength) d. Dapat diajak berinteraksi e. Bersedia berpartisipasi f. Tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi pendidikan dan latihan 2. Kriteria ekslusi : a. Tidak berada di pusat diklat ketika pengambilan data b. Tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan secara penuh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data dekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, antropometri, aktivitas fisik, konsumsi pangan, laju keringat, dan status dehidrasi. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner, pengamatan langsung, dan pengukuran langsung kepada contoh. Pengukuran dalam penelitian merupakan pengukuran antropometri yaitu terhadap dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan) dan komposisi tubuh. Metode pengukuran antropometri memiliki prosedur yang sederhana akan tetapi secara ilmiah diakui kebenarannya (Supariasa et al. 2001). Secara lengkap, data primer yang dikumpulkan disajikan pada tabel 1. Data sekunder digunakan sebagai pertimbangan awal dalam pemilihan lokasi dan pengambilan contoh penelitian. Data sekunder diperoleh dari data administrasi di sekretatiat PPLP DKI Jakarta, yang meliputi : 1. Data mengenai keadaan umum serta fasilitas latihan dan pendidikan di PPLP DKI Jakarta 2. Data mengenai cabang olahraga, jumlah atlet dan staf pelatih, serta prestasi atlet di PPLP DKI Jakarta

22 6 Tabel 1 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik contoh 3 Komposisi tubuh 4 Tingkat Aktivitas fisik 5 Tingkat kecukupan air 6 Laju keringat latihan 7 Status dehidrasi latihan Umur Jenis kelamin Cabang olahraga Status gizi Berat badan Tinggi badan Persen lemak tubuh Persen air tubuh Persen otot tubuh Jenis Durasi Frekuensi Konsumsi Pangan Jenis Jumlah Frekuensi BB pre-post latihan Konsumsi air latihan Durasi latihan BB pre-post latihan Tanda dan gejala dehidrasi Prosedur Pengolahan dan Analisis Data Wawancara langsung kepada contoh dengan menggunakan kuisioner Berat badan ditimbang dengan menggunakan timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dengan ketelitian 50 g) Tinggi badan diukur dengan alat ukur tinggi badan microtoise (kapasitas ukur 2 m dengan ketelitian 0,1) Diukur dengan menggunakan body composition analizer merk Transtek tipe GBF 385 dengan four high precision G sensor Wawancara langsung kepada contoh dengan menggunakan kuisioner recall aktivitas fisik Wawancara langsung kepada contoh dengan menggunakan metode recall 1x24 jam pada hari libur dan latihan Ditimbang dengan timbangan berat badan digital Pengamatan secara langsung Ditimbang dengan timbangan berat badan digital Wawancara langsung kepada contoh dengan kuisioner Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara statistik. Pengolahan data dimulai dengan pengkodean (coding), pemasukan data (entry), dan pengecekan ulang (cleaning). Tahap pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Tahap selanjutnya yaitu data dientri ke dalam tabel yang sudah tersedia. Kemudian dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam mengentri data. Setelah itu, tahapan terakhir yang dilakukan yaitu pengolahan data dengan menggunakan program Microsoft Excell Hasil pengolahan data kemudian dianalisis dengan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 20.0 for windows. Karakteristik Contoh Data karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, cabang olahraga, dan status gizi. Pertimbangan utama dalam pemilihan contoh adalah atlet junior dan masih berusia remaja yang belum banyak dilibatkan dalam event-event besar

23 sehingga dimungkinkan lebih mudah dalam pengumpulan data. Pengukuran antropometri penting dilakukan pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan gizi. WHO (2011) menyatakan bahwa usia remaja adalah tahun. Contoh dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok usia, yaitu kelompok usia remaja awal (early adolescence) dengan rentang usia tahun, remaja pertengahan (middle adolescence) dengan rentang usia tahun dan remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia tahun. Contoh dikelompokkan ke dalam tiga jenis cabang olahraga, yaitu bulutangkis, atletik, dan angkat besi. Status gizi dihitung berdasarkan standar penilaian status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Rumus perhitungan IMT sebagai berikut. BB (kg) IMT = TB (m)x TB(m) Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada usia 5 hingga 19 tahun, dalam hal ini atlet usia remaja sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) karena seiring dengan perubahan umur yang terjadi pada masa remaja terjadi pula perubahan pada komposisi tubuh dan densitas tubuh. Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi IMT menurut umur berdasarkan Kemenkes RI 2010 untuk usia 5-18 tahun Nilai Z-Score Klasifikasi z-skor +2 Obesitas (overweight) +1 < z-skor < +2 Gemuk (overweight) -2 < z-skor < +1 Normal -3 < z-skor < -2 Kurus z-skor < -3 Sangat Kurus Komposisi Tubuh Komposisi tubuh yang di amati dalam penelitian meliputi persentase lemak tubuh total, persentase air tubuh total, dan persentase massa otot tubuh total. Persentase lemak tubuh total dan persentase air tubuh total dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu kurang, normal, dan berlebih, sedangkan persentase massa otot tubuh total dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kurang dan normal. Pengelompokkan untuk komposisi tubuh mengacu pada tabel 3. Tabel 3 Nilai komposisi tubuh ideal pada atlet Komposisi tubuh Laki-laki Perempuan % Lemak tubuh 6% - 13% 14% 20% % Air tubuh 65% - 70% 50% -60% % massa otot tubuh >40% >34% Tingkat Aktivitas Fisik Pengukuran tingkat aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis dan durasi waktu aktivitas fisik dan latihan olahraga yang dilakukan contoh dalam 24 jam pada hari libur dan latihan. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan selama 24 jam dinyatakan 7

24 8 dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (WHO/FAO 2001). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : (PARi x Wi) PAL = 24 jam Keterangan : PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PARi : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam) Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Kategori tingkat aktivitas berdasarkan nilai PAL yaitu ringan bila nilai PAL berada pada kisaran , sedang bila nilai PAL berada pada kisaran , dan berat bila nilai PAL berada pada kisaran Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO (2004) disajikan pada lampiran 1. Kebutuhan Air Dalam penelitian ini, kebutuhan air harian contoh dihitung berdasarkan metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) yang telah dimodifikasi (ditambah dengan laju keringat latihan yang telah dikalikan dengan durasi latihan). Metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin membandingkan antara Adequate Intake (AI) air dengan Estimated Energy Requirement (EER) pada remaja. Metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin (2010) adalah sebagai berikut : Kebutuhan air untuk laki-laki Kebutuhan air untuk perempuan = 1.18 ml/kkal kebutuhan energi = 1.15 ml/kkal kebutuhan energi Estimated Energy Requirement (EER) atau kebutuhan energi pada remaja dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (2002) dalam Mahan dan Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation. Penentuan Estimated Energy Requirement (EER) disajikan pada lampiran 2. Asupan Air Air yang berasal dari minuman dan makanan diperoleh berdasarkan data food recall 1x24 jam pada hari libur dan hari latihan. Air yang berasal dari minuman dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu air putih dan bukan air putih (teh, kopi, susu kental manis, sirup, susu, jus, minuman karbonasi dan lainnya). Berat bukan air putih yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya. Konsumsi air yang berasal dari bukan air putih dan berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan DKBM (2008), Energy and Nutrition Composition of Food Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan : Kgi j : kandungan air dalam bahan makanan j Bj : berat makanan j yang dikonsumsi (g)

25 Gij BDDj : kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak, dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 ml, 1.07 ml, dan 0.40 ml air. Air metabolik (ml) = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 ml) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 ml) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 ml) Estimasi Asupan Air Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh contoh jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%, persentase ini diambil berdasarkan penelitian Fauzi (2011). Estimasi asupan air dari minuman (ml) = 7/3 x [asupan air dari makanan (ml) + air metabolik (ml)] Tingkat Kecukupan Air Harian Tingkat kecukupan air harian menggambarkan seberapa besar asupan air memenuhi kebutuhan air harian. Berikut adalah perhitungan tingkat kecukupan air : Tingkat Kecukupan Air (%) = Asupan air Kebutuhan air x 100% Cut off point tingkat kecukupan air mengacu pada cut off point tingkat kecukupan energi Depkes (2004) yaitu defisit tingkat berat jika (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), serta berlebih (>120%). Kategori ini sesuai dengan pengklasifikasian tingkat kecukupan energi menurut Gibson (2005). Laju Keringat Latihan Laju keringat contoh pada saat latihan dipengaruhi oleh asupan cairan, volume urin, kondisi lingkungan, dan durasi latihan. Laju keringat pada saat latihan dihitung dengan formula berikut : Laju keringat (L/jam) = [(berat badan sebelum latihan berat badan setelah latihan) + intake cairan volume urin] / durasi latihan Status Dehidrasi Latihan Status dehidrasi selama latihan diperkirakan melalui perbedaan perentase berat badan sebelum dan setelah latihan. Persentase perubahan berat badan diperoleh dengan formula dibawah ini : % perubahan berat badan = [(berat badan sebelum latihan berat badan setelah latihan)/berat badan setelah latihan] x 100 9

26 10 Tabel 4 Indeks status hidrasi menurut National Athletic Trainers Association (NATA) tahun 2000 % perubahan berat badan Kondisi Kategori +1 sampai -1 Well hydrated Tidak dehidrasi -1 sampai -3 Minimal dehydration -3 sampai -5 Significant dehydration Dehidrasi >5 Serious dehydration Analisis Data Hasil pengolahan data kemudian dianalisis secara statistik yang terdiri dari uji normalitas data, uji beda, uji hubungan dan pengaruh. Analisis explore dan One Sample Kolmogorov Smirnov digunakan untuk uji normalitas data, dimana uji ini berguna untuk menentukan apakah uji selanjutnya (uji beda, uji hubungan) menggunakan analisis paramertrik atau analisis nonparametrik. Uji beda dalam penelitian ini menggunakan Independent Samples T Test (perbedaan rata-rata status gizi, persentase air tubuh total, persentase otot tubuh total, tingkat aktivitas fisik hari latihan, dan tingkat kecukupan air hari latihan pada contoh dehidrasi dan tidak dehidrasi), Two Independent Samples Test (perbedaan rata-rata usia, persentase lemak tubuh total, dan laju keringat latihan pada contoh dehidrasi dan tidak dehidrasi), Paired Sample T Test (perbedaan rata-rata tingkat aktivitas fisik dan tingkat kecukupan air pada hari libur dan latihan), dan analisis Chi Square (perbedaan rata-rata jenis kelamin dan cabang olahraga pada contoh dehidrasi dan tidak dehidrasi). Uji hubungan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson (hubungan antara status gizi, persentase air tubuh total, persentase otot tubuh total, tingkat aktivitas fisik hari latihan, dan tingkat kecukupan air hari latihan dengan status dehidrasi latihan), korelasi Spearman (hubungan antara usia, persentase lemak tubuh total, dan laju keringat dengan status dehidrasi latihan), dan analisis Chi Square (hubungan antara jenis kelamin dan cabang olahraga dengan status dehidrasi latihan). Dalam penelitian ini, determinan status dehidrasi pada saat latihan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (pengaruh jenis kelamin, persentase lemak tubuh total, tingkat kecukupan air hari latihan, dan laju keringat latihan terhadap status dehidrasi latihan). Definisi Operasional Contoh adalah altet remaja yang merupakan atlet di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar DKI Jakarta Karakteristik contoh adalah ciri khusus yang dimiliki oleh contoh yang dapat mempengaruhi status dehidrasi, yaitu jenis kelamin, umur, cabang olahraga, dan status gisi. Status dehidrasi latihan adalah kekurangan air tubuh contoh yang ditandai dengan penurunan berat badan atlet remaja pada saat latihan Determinasi status dehidrasi latihan adalah faktor yang berpengaruh terhadap kejadian dehidrasi pada atlet remaja pada sesi latihan. Aktivitas fisik adalah adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik yang dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level). PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.

27 Latihan atau exercise adalah suatu proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinu dimana beban dan intensitas latihan semakin bertambah yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama sama (Harsono 1983). Kebutuhan air adalah jumlah air harian yang dibutuhkan oleh tubuh contoh Asupan air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu atlet remaja yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme Air dari minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang di konsumsi yang memberikan kontribusi asupan air atlet remaja Air dari makanan adalah air yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang memberikan kontribusi asupan air atlet remaja Air metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh yang memberikan kontribusi asupan air atlet remaja Tingkat kecukupan air adalah persentase yang menggambarkan seberapa besar asupan air harian dapat memenuhi kebutuhan air harian contoh pada hari/periode libur/tidak ada program latihan dari pelatih. 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh yang diteliti pada penelitian meliputi jenis kelamin, usia, cabang olahraga, dan status gizi. Total contoh yang terlibat dalam penelitian berjumlah 41 atlet. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik Variabel n % Jenis kelamin Laki-laki Wanita Total Usia Remaja awal Remaja pertengahan Remaja akhir Total Cabang Olahraga Bulutangkis Atletik Angkat Besi Total Status gizi Sangat kurus Kurus Normal overweight Total ,46 58,54 100,00 2,44 56,10 41,46 100,00 31,71 39,02 29,27 100,00 2,44 0,00 70,73 26,

28 12 Jenis kelamin Berdasarkan Tabel 5, pada variabel jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebagian besar atlet yang dijadikan sebagai contoh pada penelitian adalah berjenis kelamin wanita dengan persentase sebesar 58.54%, sedangkan contoh yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 41.46%. Tingginya persentase atlet yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan atlet yang berjenis kelamin laki-laki tidak memiliki pengaruh dalam perencanaan program latihan, semua atlet memiliki porsi latihan yang sama sesuai dengan program latihan masing-masing atlet. Usia Pada variabel usia, atlet yang menjadi contoh penelitian memiliki usia berkisar antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun dengan usia rata-rata adalah 15,2±1,28 tahun. Omran dan Al-Hafez (2001) menyatakan bahwa usia remaja di klasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu early adolescent (remaja awal usia tahun), middle adolescent (remaja pertengahan uisa tahun), dan late adolescent (remaja akhir usia tahun). Berdasarkan tabel 5, sebagian besar contoh termasuk kedalam kategori remaja pertengahan dengan persentase mencapai 56,1%, sedangkan untuk contoh yang berada pada kategori remaja awal dan remaja akhir berturut-turut adalah 2,44% dan 41,46%. Remaja pertengahan dikenal dengan istilah pubertas. Pada masa pubertas pertumbuhan dan kematangan fisik berlangsung cepat, perubahan berat badan dan tinggi badan berada pada puncaknya, serta mulai terjadi perubahan-perubahan karakteristik secondary sex, fisik, sosial, emosional, dan mental. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada remaja sangat dipengaruhi oleh asupan gizi baik itu jumlah dan jenisnya. Pengaturan yang tepat terhadap kebutuhan gizi pada atlet remaja sangat penting dan menjadi salah satu kunci untuk mendukung pertumbuhan dan kematangan optimal serta mendukung aktivitas fisik spesifik yang menjadi rutinitas yang dilakukan oleh atlet remaja. Cabang olahraga Pada variabel cabang olahraga, cabang olahraga yang dipilih dalam penelitian mengacu pada tiga jenis olahraga yang dikemukaan oleh Mougios (2006) yaitu olahraga endurance (daya tahan), sprint (kecepatan), dan resistance (kekuatan). Contoh dalam penelitian berasal dari tiga cabang olahraga yang berbeda yaitu bulutangkis (endurance), atletik jarak pendek-menengah (sprint), dan angkat besi (strength). Berdasarkan tabel 5, jumlah contoh pada setiap cabang olahraga memiliki persentase yang hampir sama, 31,71% untuk cabang olahraga bulutangkis, 39,02% untuk cabang olahraga atletik, dan 29,27% untuk cabang olahraga angkat besi. Status Gizi Berdasarkan tabel 5, sekitar 70,73% contoh memiliki status gizi yang normal, sekitar dan sekitar 26,83% tergolong pada kategori overweight. Dari seluruh contoh yang memiliki status gizi overweight, sebayak 55,54% berasal dari cabang olahraga angkat besi. Cabang olahraga angkat besi diperlombakan berdasarkan kelas berat badan tertentu, sehingga untuk olahraga angkat besi mempergunakan kriteria IMT tersendiri tergantung kelas yang diikuti (Abidin 2013). Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan, serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto 2006). Pengukuran antropometri sangat penting pada masa remaja untuk mengetahui

29 perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor hormonal. Selain itu, menurut Riyadi (2003), pengukuran antropometri penting dilakukan pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan gizi. Komposisi Tubuh Tubuh manusia termasuk remaja terdiri atas dua bagian utama yaitu jaringan adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Jaringan bebas lemak terdiri atas tulang, otot, air ekstraselular, jaringan syaraf, serta semua jaringan lain selain jaringan lemak. Terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh (Supariasa et al. 2001). Komposisi tubuh yang diamati dalam penelitian meliputi persentase lemak tubuh total, persentase air tubuh total, dan persentase otot tubuh total. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan komposisi tubuh Variabel n % % Lemak tubuh total Kurang Normal Berlebih Total % Air Tubuh Total Kurang Normal Berlebih Total % Otot tubuh total Kurang Normal Total ,07 51,22 31,71 100,00 4,88 34,15 60,98 100, ,00 100,00 Persentase Lemak Tubuh Total Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa sebagian besar contoh yaitu sekitar 51,22% memiliki persentase lemak tubuh kategori normal, hanya sekitar 17,07% contoh memiliki persentase total lemak tubuh yang kurang dan sekitar 31,71% memiliki persentase lemak tubuh yang tergolong kategori berlebih. Proporsi lemak tubuh bagi seorang atlet bergantung pada jenis olahraga, namun demikian kisaran lemak tubuh optimal bagi seorang atlet berkisar antara 6% - 13% untuk atlet lakilaki dan 14% 20% untuk atlet perempuan. Pada masa remaja, kadar lemak tubuh pada perempuan terus meningkat namun menurun pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen yang menstimulasi penumpukan lemak subkutan (lemak bawah kulit) pada perempuan. Persentase Air Tubuh Total Berbeda dengan persentase total lemak tubuh yang sebagian besar contoh tergolong pada kategori normal, pada persentase total air tubuh sebagian besar contoh atau sekitar 60,98% tergolong pada kategori berlebih, sekitar 34,15% contoh tergolong pada kategori normal, dan hanya sekitar 4,88% tergolong pada kategori kurang. Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Sekitar 50-70% dari total berat badan seseorang terdiri dari air. Untuk tubuh yang terlatih dan 13

30 14 terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet. Persentase Otot Tubuh Total Persentase total otot tubuh, semua contoh yang yang termasuk dalam penelitian memiliki persentase total otot tubuh yang tergolong pada kategori normal. Ketika usia anak mulai memasuki usia remaja, perubahan proporsi jaringan bebas lemak pun dimulai. Laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mendorong terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan berat, serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan. Bagi seorang atlet, proporsi massa otot tubuh optimal bisa lebih besar tergantung dari jenis olahraga yang menjadi spesifikasi dari atlet. Tingkat Aktivitas Fisik Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (FKM-UI 2007). Physical activity level atau yang lebih dikenal dengan tingkat aktivitas fisik merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Tingkat aktivitas fisik pada atlet tentunya berbeda di setiap perencanaan program. Periode istirahat/libur, periode persiapan/latihan, priode pertandingan, dan periode transisi akan memiliki aktivitas fisik yang berbeda. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik Variabel n % Tingkat aktivitas fisik libur Ringan Sedang Berat Total Tingkat aktivitas fisik latihan Ringan Sedang Berat Total ,98 29,27 9,76 100, ,46 58,54 100,00 Tabel 7 menunjukkan tingkat aktivitas fisik contoh pada periode libur dan periode latihan. Pada periode libur, sebagian besar contoh atau sekitar 60,98% memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan dan hanya 9,76% dari contoh memiliki tingkat aktivitas fisik yang berat. Berbeda dengan pada periode libur, tingkat aktivitas fisik pada periode latihan sebagian besar contoh atau sekitar 58,54% berada pada kategori berat, 41,46% dari contoh memiliki tingkat aktivitas fisik tingkat sedang, dan tidak ada contoh yang memiliki tingkat aktivitas tingkat ringan. Berdasarkan analisis paired sample t test, terdapat perbedaan rata-rata tingkat aktivitas fisik yang dilakukan oleh contoh antara periode libur dengan periode latihan (p<0,05). Hasil penelitian juga menemukan bahwa pada periode libur, ratarata sekitar 54,79% dari kegiatan harian contoh dialokasikan untuk istirahat termasuk tidur dan rata-rata hanya 5,42% dari kegiatan harian contoh dialokasikan untuk kegiatan latihan, sedangkan pada periode latihan, rata-rata waktu yang dialokasikan untuk latihan oleh contoh mencapai 14,29% dari kegiatan harian

31 contoh dan rata-rata waktu yang dialokasikan untuk istirahat sekitar 48,48% dari kegiatan harian contoh. Tingkat Kecukupan Air Harian Pada atlet, kebutuhan akan cairan akan lebih besar mengingat aktvivitas fisik spesifik atlet pada periode latihan atau pertandingan sangat berat dan juga keringat yang dikeluarkan pada periode latihan atau pertandingan akan lebih banyak. Dalam penelitian ini, kebutuhan air untuk atlet remaja diestimasikan menurut Popkin et al (2010) yang telah dimodifikasi. Kebutuhan air harian menurut Popkin et al (2010) ditambah dengan laju keringat latihan total yang telah dikali dengan durasi latihan masing-masing atlet. Pada penelitian ini, pengukuran tingkat kecukupan air dilakukan pada periode libur dan periode latihan. Pada periode libur hampir sebagian besar contoh atau sekitar 48,78% memiliki tingkat kecukupan air yang berlebih, tingkat kecukupan air contoh yang cukup dan defisit tingkat ringan memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 14,63%, contoh dengan tingkat kecukupan air defisit tingkat berat memiliki persentase yang cukup besar yaitu sekitar 19,51%. Pada periode libur, tingkat aktivitas contoh relatif tersebar pada tingkat yang ringan sehingga kebutuhan akan air relatif kecil, akan tetapi dengan kebiasaan contoh mengkonsumsi cairan pada periode latihan menyebabkan asupan air dari minuman relatif besar. Hal ini menyebabkan tingkat kecukupan air contoh pada periode libur tersebar pada kategori berlebih. Berdasarkan analisis paired sample t test, terdapat perbedaan rata-rata terdapat perbedaan tingkat kecukupan air yang dikonsumsi oleh contoh antara periode libur dengan periode latihan (p<0,05). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan air Variabel n % Tingkat kecukupan air libur Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Cukup berlebih Total Tingkat kecukupan air latihan Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Cukup berlebih Total Laju Keringat Latihan 19,51 2,44 14,63 14,63 48,78 100,00 14,63 14,63 7,32 51,22 12,20 100,00 Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik, berolahraga ataupun latihan, sumber energi yang tedapat di dalam tubuh seperti lemak atau karbohidrat akan terkonversi menjadi air, karbon dioksida, dan energi. Energi yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi tubuh ini dapat terbagi menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk kerja dan panas. 80% dari total energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi merupakan energi dalam bentuk panas. Selama berolahraga, panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme energi ini akan meningkat 10 kali 15

32 16 lipat untuk individu yang sehat dan meningkat sebesar 20 kali lipat untuk atlet yang terlatih. Ketika terjadi peningkatan panas di dalam tubuh baik hasil dari metabolisme energi ataupun hasil dari kontraksi otot saat berolahraga, air yang berada di dalam sirkulasi aliran darah (darah mengandung 83% air) akan menyerap panas dan mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat (Irawan 2007). Laju keluarnya keringat pada saat latihan dipengaruhi oleh asupan cairan, volume urin, kondisi lingkungan, dan durasi latihan. Laju keringat latihan contoh dalam penelitian dihitung dengan formula yang dikeluarkan oleh National Athletic Trainers Association (NATA) pada tahun 2000 dengan mempertimbangkan berat badan sebelum dan setelah latihan, asupan air pada saat latihan, volume urin, serta durasi latihan. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan laju keringat latihan Laju Keringat (L/jam) Terendah Tertinggi Rata-rata ± SD Laki-laki 0,52 1,25 0,85 ± 0,19 Wanita 0,27 1,25 0,78 ± 0,22 Total 0,27 1,25 0,81 ± 0,27 Hasil penelitian menemukan bahwa bahwa laju keringat contoh pada saat latihan rata-rata 0,81 ± 0,21 L/jam. Rata-rata tingkat berkeringat seorang atlet dari berbagai literatur ilmiah bervariasi mulai dari 0,5 L/jam sampai dengan lebih dari 2,5 L/jam. Seorang atlet yang melakukan latihan pada kondisi daerah yang panas dapat mengalami dehidrasi dengan laju sebesar 1-2 L/jam. Tidak hanya olahraga pada daerah yang panas, pemain sepakbola yang melakukan pertandingan pada suhu 10 o C juga tercatat mengalami pengurangan cairan tubuh sebesar 2 L dalam 90 menit pertandingan. Laju keluar keringat terbesar dalam dunia olahraga tercatat pernah dialami dengan laju sebesar 3.7 L /jam. Status Dehidrasi Latihan Dehidrasi pada saat latihan dapat terjadi akibat kehilangan air yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun akibat kedua hal tersebut (Gavin 2006). Pengukuran status dehidrasi latihan pada penelitian diketahui dengan cara mengetahui perubahan berat badan sebelum dan setelah latihan. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status dehidrasi Variabel n % Status Dehidrasi latihan Well hydrated Minimal dehidration Significant dehydration Serious dehydration Total ,10 43,90 0,00 0,00 100,00 Contoh dikelompokkan ke dalam dua kategori, contoh dengan status dehidrasi well hydrated dikategorikan sebagai contoh yang terhidrasi dengan baik atau tidak dehidrasi pada saat latihan, sedangkan contoh dengan status dehidrasi minimal dehydration, significant dehydration, dan serious dehydration dikategorikan sebagai contoh yang mengalami dehidrasi pada saat latihan. Berdasarkan tabel 10, sebagian besar contoh atau sekitar 56.1% terhidrasi dengan

33 baik pada saat latihan, sedangkan 43,9% dari contoh mengalami dehidrasi pada saat latihan. Pada saat melakukan latihan dehidrasi menyebabkan penurunan kemampuan konsentrasi, kecepatan reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan menghambat laju produksi energi. Menurut National Athletic Trainers Association (2000), atlet yang mengalami dehidrasi ringan (minimal dehydrated) yaitu berkurangnya 1-2% berat tubuh akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat akan mengalami penurunan performa olahraga hingga sebesar 10% dan tentunya akan membahayakan fungsi fisiologis tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,9% dari contoh sudah mengalami penurunan performa sebesar 10% dan berpotensi untuk membahayakan fungsi fisiologis tubuh. Hubungan Antar Faktor pada Status Dehidrasi Latihan Karakteristik dan Status Dehidrasi Jenis Kelamin Sebaran jenis kelamin contoh berdasarkan status dehidrasi menunjukkan bahwa persentase dehidrasi pada contoh wanita lebih tinggi dibandingkan contoh laki-laki. Contoh wanita yang mengalami dehidrasi pada saat latihan yaitu sebanyak 34,15% jauh lebih besar dari pada contoh laki-laki yang hanya sebesar 9,76%, bahkan lebih besar pula dari contoh wanita yang tidak mengalami dehidrasi. Tabel 11 Sebaran karakteristik contoh berdasarkan status dehidrasi pada saat latihan Variabel Jenis Kelamin * Laki-laki Perempuan Total Usia Remaja awal Remaja pertengahan Remaja akhir Total Cabang Olahraga Bulutangkis Atletik Angkat Besi Total Status Gizi Sangat Kurus Kurus Normal Overweight Dehidrasi Tidak Dehidrasi Total n % n % n % ,76 34,15 43,90 0,00 26,83 17,07 43,90 17,07 19,51 7,32 43, ,27 14,63 43, ,71 24,39 56,10 2,44 29,27 24,39 56,10 14,63 19,51 21,95 56,10 2, ,46 12,19 56, ,46 58,54 100,00 2,44 56,10 41,46 100,00 31,71 39,02 29,27 100,00 2, ,73 26,83 100,00 Total *berhubungan secara signifikan (p<0,05) Berdasarkan uji chi-square dalam analisis crosstabs, nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,027<0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata jenis kelamin pada contoh yang mengalami dehidrasi dan tidak mengalami dehidrasi. Selain itu, hasil chi-square juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara jenis kelamin dengan status dehidrasi atlet pada saat latihan. Status dehidrasi

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Kajian Karakteristik dan Asupan Cairan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon

Kajian Karakteristik dan Asupan Cairan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon Nutrisia, Volume 15 Nomor 2, September 2013, halaman 76-81 Kajian Karakteristik dan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon Fani Indrawati 1, Weni Kurdanti 2, Isti Suryani 3 1,2,3 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa

Lebih terperinci

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C HYDRATION & EXERCISE 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C 2 Status Hidrasi Meningkatkan Exercise Performance Status hidrasi yang baik meningkatkan daya tahan/endurance pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bolabasket banyak digemari oleh masyarakat seluruh dunia termasuk di Indonesia. Olahraga ini pertama kali dikenalkan di negara Amerika Serikat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Melihat tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan faktor-faktor lainnya dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci