PENELITIAN EKSTRAKSI HEMAT AIR SEBAGAI UPAYA PENEKANAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN MEMODIFIKASI SISTEM IMBIBISI DI UNIT GILINGAN PABRIK GULA
|
|
- Suharto Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENELITIAN EKSTRAKSI HEMAT AIR SEBAGAI UPAYA PENEKANAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN MEMODIFIKASI SISTEM IMBIBISI DI UNIT GILINGAN PABRIK GULA Theresia Hari Sutji W PUSAT PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA Jln. Pahlawan 25 Pasuruan 67126; Telp. (0343) (Hunting System) Fax: (0343) ; isri@telkom.net ABSTRAK Salah satu unit proses di Pabrik Gula (PG) yang memanfaatkan sumber daya alam air yaitu stasiun gilingan. Jumlah air diperlukan rata-rata mencapai 30 persen dari kapasitas gilingnya, yang bervariasi antara 23 sampai 32 persen. Secara umum pemakaian air yang meningkat akan menaikkan efisiensi ekstraksi atau pemerahan gulanya. Mengingat pemakaian jumlah sumber daya alam air dari waktu ke waktu meningkat dan menimbulkan masalah nasional, maka persaingan sangat dirasakan oleh PG pada beberapa tahun terakhir ini, ditunjang dengan musim giling PG jatuh pada saat kemarau. Berbagai upaya penekanan jumlah pemakaian air perlu mendapat perhatian. Salah satunya dengan menekan jumlah pemakaian air di unit gilingan PG, yaitu dengan memodifikasi system imbibisi. Modifikasi berupa sirkulasi imbibisi dengan mempertahankan ekstraksi yang dicapai tetap optimal tanpa menambah jumlah air yang digunakan. Hasil percobaan pendahuluan di beberapa pabrik gula menunjukkan bahwa dengan sirkulasi imbibisi dapat meningkatkan ekstraksi atau HPG direduksi sebesar 0,1 sampai 0,5 persen. Telah dilakukan penelitian modifikasi imbibisi di salah satu PG yang mempunyai lima unit gilingan. Modifikasi sistem imbibisi pada peleitian ini adalah sirkulasi imbibisi pada nira yang keluar dari gilingan IV disirkulasikan kembali ke amas gilingan IV (ampas yang menuju ke gilingan V atau gilingan akhir). Dengan sistem sirkulasi imbibisi ini dapat dapat meningkatkan HPG direduksi sebesar 0,88 point dan menurunkan pol ampas 0.59 point. Jumlah kenaikan angka ekstraksi ini secara ekonomis cukup berarti. Tujuan penelitian ini adalah selain meningkatkan efisiensi pemerahan gula di stasiun gilingan juga sebagai upaya penekanan pemakaian sumber daya alam air. Kata kunci : sumber daya alam, ekstraksi, sirkulasi imbibisi. ABSTRACTION One of the process unit in Sugar Mill which exploiting water natural resource is mill station. The average water consumption up to 30 percentage of capacities sugar mill which its vary between] 23 until 32 percent. In general, more imbibition could improve the efficiency in extraction. Considering the water natural resource consumption increase from time to time and it cause a national problem, it cause a problem in sugar mill supported with the milling season of sugar industry in dry season. Many efforts to reduce the water consumption in sugar mill need attention. One of them is reducing the water consumption in milling unit, that is with modification imbibition system. The modification is circulation imbibition with maintained the extraction still optimal without adding more amount of water. The last experiment showed that with circulation imbibition could increase the reducing extraction 0,1 until 0,5 percent. A modification imbibition system experiment have been conducted at sugar mill which have five unit milling tandems. The imbibition system is by circulate the juice from the fourth mill tandem in to the bagasse from the fourth mill tandem too or the bagasse through the fifth milling tandem. With this system it could increased the extraction 0,88 point and decreased the pol bagasse 0.59 point. The increasing extraction economically is significant. The aim of this experiment is besides improving the efficiency extraction also reducing the water natural resource consumption. Keywords : water natural resource, extraction, circulation imbibition 1
2 PENDAHULUAN Sumberdaya air sebagai bagian dari sumber daya alam semakin dirasakan keterbatasannya oleh Pabrik Gula (PG) sejalan dengan meningkatnya persaingan penggunaan air untuk berbagai keperluan (Kurniawan, 2000). Persaingan tersebut terutama dirasakan oleh PG pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan musim giling PG jatuh pada saat musim kemarau, disamping karena lahan pengairan di Jawa banyak beralih ke tanaman padi. Persaingan dirasakan semakin berat terutama dengan meningkatnya harga air yang ditetapkan oleh Perum Jasa Tirta (Kurniawan,2000). Pabrik Gula termasuk jenis industri yang memerlukan banyak air, yaitu terutama untuk keperluan pengisi ketel dan sebagai bahan pembantu proses antara lain : membantu pemerahan tebu di gilingan ( imbibisi), membantu proses pemisahan stroop dengan kristal gula, membantu proses masakan, sebagai pendingin kondensor evaporator dan lain-lain. Di dalam PG terdapat tiga macam air yang bersirkulasi, yaitu : air kondensat bebas gula berasal dari hasil kondensasi uap dari ketel uap, evaporator, dll. Air ini digunakan sebagi air pengisi ketel. Air kondensat yang masih mengandung gula berasal dari kondensasi penguapan nira, digunakan sebagai pembantu proses misalnya imbibisi gilingan dan pemutaran. Yang ketiga air tawar, berasal dari sungai atau reservoir. Air tawar digunakan untuk pembangkit vakum dan kondensor pada masakan dan penguapan, sebagai pendingin, pencuci, dan lain-lain ( (Sudjito, 1981). Kebutuhan air setiap PG sangat tergantung pada kondisi peralatan yang ada, kualitas masakan, dan keahlian operator. Kenyataan kondisi PG bahwa kebutuhan air pabrik masih banyak disuplesi dari air tawar untuk berbagai keperluan proses. Hal ini berarti menambah biaya produksi. Berbagai usaha untuk menekan biaya produksi atau meningkatkan efisiensi pengolahan telah dilakukan. Salah satu usaha meningkatkan efisiensi pengolahan yaitu di unit pemerahan atau gilingan. Di unit stasiun ini sangat memegang peranan penting dalam mengolah tebu menjadi gula ( Carebet, 1977). Stasiun gilingan fungsinya adalah memerah nira dari tebu dengan memadatkan sabut melalui putaran gilingan. (Partowinoto, 1980). Dalam kegiatan memerah nira dari tebu dikenal dengan istilah ekstraksi, yaitu proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan suatu pelarut. Sebagai pelarut dalam pemerahan nira di stasiun gilingan digunakan air atau dikenal sebagai imbibisi..maksud dari pemberian imbibisi adalah mengencerkan nira dalam ampas tebu agar lebih mudah diperah niranya (Sunantyo, 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi stasiun gilingan antara lain : mutu tebu, pengerjaan pendahuluan, dimensi jumlah rol-rol gilingan, jumlah dan kerataan imbibisi serta setelan gilingan ( Partowinoto, 2001). Imbibisi dan sistemnya akan mempengaruhi pol ekstraksi, sejumlah air imbibisi pada gilingan akhir dan nira imbibisi dari tiap unit gilingan akan mempengaruhi jumlah nira dan gula yang terperah, karena air atau nira yang lebih encer akan melarutkan gula dan mencuci sabut. Menurut Moor ( Partowinoto, 1980 ), pengaruh ekstraksi terhadap air imbibisi sesuai dengan persamaan : E = 0,00985 I dimana I= imbibisi % sabut Imbibisi di stasiun gilingan ada 2 macam, yaitu imbibisi air dan imbibisi nira. Imbibisi air yaitu imbibisi diberikan distasiun gilingan hanya berupa air. Air tersebut berasal dari air kondensat, air sumur atau sungai /air tanah. Yang kedua adalah imbibisi nira yaitu imbibisi berupa nira hasil perahan gilingan sendiri. Cara pemberian imbibisi antara lain : tungal, ganda, triple, campuran ganda dan triple (Sunantyo, 1995). Suhu imbibisi bisa dingin bisa panas ( o C). Imbibisi panas lebih banyak memerah atau melarutkan gula, tetapi zat lain kemungkinan ikut terlarut, disamping itu angka pengawasan dan penimbangan kemungkinan kurang teliti karena terjadi penguapan. Cara pemberian imbibisi dimulai dari rol gilingan paling belakang sepanjang rol atau selebar krepyak disemprotkan merata dengan tekanan kuat agar air dapat merata dengan cepat ke seluruh permukaan partikel ampas (Sunantyo, 1995). Imbibisi dicurahkan di atas ampas sesaat sebelum digiling, maka alirannya akibat gravitasi akan membantu memindahkan nira yang ada dalam ampas pada saat permulaan menggiling dan seterusnya mencuci ampas yang bertekanan tinggi (Carebet,1977). Maserasi umumnya merupakan cara yang lebih efektip untuk menaikkan ekstraksi dari pada menambah beban rol. Besarnya maserasi tidak menambah beban tenaga untuk menggiling, tetapi bisa menimbulkan masalah dengan pengumpanan gilingan (mill feeding) dan keterbatasan kemampuan evaporator. (Carebet,1977). Jumlah imbibisi semakin banyak, maka semakin banyak pula gula yang terperah. Tetapi jumlah imbibisi yang berlebih akan memperberat kerja evaporator karena air yang ditambahkan sebagai imbibisi akan diuapkan kembali di stasiun penguapan. Salah satu usaha meningkatkan pemerahan gula tanpa menambah jumlah air imbibisi adalah dengan sistem sirkulasi imbibisi, Sistem sirkulasi imbibisi mempunyai beberapa keuntungan yaitu : dapat menaikkan faktor ekstraksi di stasiun gilingan, murah dalam biaya investasi, mudah dilaksanakan dalam praktek dan secara keseluruhan memberikan keuntungan ekonomis (Carebet,1977). Menurut Hugot (1986), untuk jumlah air imbibisi yang sama imbibisi majemuk jauh lebih baik dari pada imbibisi sederhana. Imbibisi majemuk menyebabkan ulangan pencurahan nira imbibisi yang lebih banyak dari pada imbibisi sederhana. Cara sirkulasi imbibisi yaitu nira yang keluar dari gilingan akhir sebagian dimasukkan ke gilingan akhir lagi dan sebagian ke gilingan di depannya. Dasar pertimbangan karena brix nira gilingan akhir jauh lebih encer dari pada brix ampas 2
3 gilingan akhir. Kondisi perbedaan brix tersebut yang memungkinkan digunakannya kembali nira perahan gilingan sebagai imbibisi pada ampas yang akan masuk ke gilingan dalam proses ekstraksi dengan sistem sirkulasi. Pemberian imbibisi di atas rol gilingan yang semakin besar akibat sirkulasi imbibisi diharapkan menghasilkan keadaan ampas seperti direndam pada proses maserasi dalam waktu yang relatip lama sesaat sebelum masuk gilingan. Keadaan tersebut mengakibatkan ampas yang masuk ke gilingan terekstraksi lebih baik ( Carebet,1977). Hal yang perlu diperhatikan dalam sirkulasi imbibisi adalah dihindari terjadinya selip gilingan dan kadar air ampas dijaga normal, karena ampas sebagai bahan bakar ketel jika terlalu basah akan memperberat kerja ketel (Sunantyo,1995). Dalam proses ekstraksi di Pabrik Gula, hasil ekstraksi dinyatakan sebagai HPG (Hasil Pemerahan Gula). Menurut Gandana (1977), angka HPG tidak dapat digunakan sebagai pembanding karena tergantung pada kadar sabut tebu yang digiling. Sebagai gantinya digunakan HPG direduksi, yaitu untuk menghilangkan pengaruh kadar sabut terhadap ekstraksi. Yang dimaksud HPG direduksi adalah HPG yang akan dicapai pada keadaan tertentu (pada kadar sabut standar 12,5 %), Hasil penelitian Carebet (1977) menyebutkan dengan sirkulasi imbibisi dihasilkan angka HPG direduksi rata-rata 0,57 lebih tinggi dari pada tanpa sirkulasi imbibisi. Telah diteliti sirkulasi imbibisi pada nira gilingan IV yang disirkulasikan kembali ke gilingan V. Dengan metoda pengawasan gilingan yang umum berlaku di PG, sistem sirkulasi imbibisi ini menghasilkan kenaikan HPG direduksi sebesar 0,88 point. Tujuan penelitian ini adalah selain meningkatkan efisiensi pemerahan gula di stasiun gilingan juga sebagai upaya penekanan pemakaian sumber daya alam air. BAHAN DAN METODA Percobaan sirkulasi imbibisi dilakukan di salah satu PG dengan jumlah gilingan 5 (lima). Nira gilingan IV disirkulasikan kembali sebagian ke gilingan V. Untuk mengetahui hasil ekstraksi gilingan digunakan metoda pengawasan gilingan sesuai standar P3GI (Ananta,1974, Gandana,1978). Pengamatan meliputi : berat tebu digiling, berat nira mentah dan berat imbibisi, analisis pol dan brix nira gilingan I sampai dengan V, anlisis pol dan bahan kering ampas gilingan akhir. Metoda analisis pol secara polarimetris, metoda analisa brix dengan brix weger, bahan kering ampas dengan alat pengering ampas Kortoff kapasitas 1 kg ampas, pol ampas dengan ekstraksi air panas dan polarimetris. Pengambilan contoh nira secara kontinyu dan dianalisa setiap kumpulan contoh selama 15 menit. Pengambilan contoh ampas juga secara kontinyu dan dianalisa setiap kumpulan contoh 1 jam. Dari hasil data pengamatan dan analisis bahan bisa diketahui mutu bahan baku tebu digiling dan hasil pemerahan gulanya. Pengamatan dilakukan terhadap blanko (tanpa sirkulasi) dan terhadap perlakuan sirkulasi imbibisi. Sebagai hasil evaluasi akhir, dibandingkan nilai HPG direduksi dan pol ampas gilingan akhir antara blanko dan perlakuan. Nira Nira Air TEBU NM Gambar sketsa sirkulasi imbibisi 3
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan berat tebu digiling, berat nira mentah dan berat air imbibisi serta analisis mutu : nira gilingan pertama, nira gilingan kedua, nira mentah, dan ampas gilingan akhir selengkapnya terlampir dalam lampiran 1. Dari data tersebut dapat dihitung imbibisi % tebu, mutu tebu ( pol, brix dan sabut) dan pemerahan gula (HPG) di stasiun gilingan. Sebagaimana diketahui bahwa efisiensi gilingan tergantung antara lain pada mutu bahan yang digiling (tebu) dan imbibisi (Partowinoto,2001), maka untuk membandingkan antara blanko dan perlakuan imbibisi telah ditinjau mutu bahan baku dan jumlah imbibisi seperti dalam tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tebu digiling dan imbibisi Tebu Imbibisi Mutu Percobaan ton (%tebu) Pol,% Brix,% Sabut,% Blanko (n=10) 211,17 12,37 15,72 11,93 30,27 Perlakuan (n=6) 244,4 12,10 15,40 11,49 29,93 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kondisi tebu, kapasitas giling dan jumlah air imbibisi adalah sama, berarti jumlah berat pol, berat brix dan sabut serta imbibisi setiap satuan waktu giling yang masuk ke stasiun gilingan adalah relatip sama antara blanko dan perlakuan imbibisi. Ekstraksi yang tinggi dinyatakan dengan angka HPG yang tinggi dan kehilangan gula (pol) dalam ampas yang rendah. Dalam mengolah tebu menjadi gula diharapkan angka HPG setinggi tingginya dan angka pol ampas yang serendah mungkin. Pol dalam ampas berarti masih ada gula tertinggal di dalamnya dimana hal ini merupakan salah satu kerugian atau kehilangan gula di stasiun gilingan. Dalam tabel 2 terlihat secara umu bahwa pemerahan gula dengan menggunakan sistem sirkulasi imbibisi lebih baik dari pada tanpa sirkulasi. Hal itu dibuktikan dengan angka HPG total maupun HPG direduksi yang lebih tinggi pada saat sirkulasi imbibisi. Demikian juga kehilangan gula dalam ampas pada saat sirkulasi imbibisi lebih rendah, berarti pemerahan lebih sempurna. Dalam hal sistem sirkulasi imbibisi ini tidak ada penambahan air, tetapi terbukti dapat meningkatkan efisiensi pemerahan, sehingga tidak ada penambahan biaya produksi dari penambahan harga air. Walaupun dalam percobaan ini belum bisa diditeksi jumlah penambahan air yang mungkin harus diberikan bila tanpa sirkulasi imbibisi untuk mencapai efisiensi yang diinginkan, tetapi sudah terbukti ada peningkatan efisiensi. Tabel 2. Rata-rata hasil pemerahan gula dan pol ampas Percobaan HPG (%) HPG direduksi (%) Pol ampas (%) Blanko (n=10) 87,64 87,12 4,97 Perlakuan (n=6) 89,1 88,0 4,38 Kenaikan HPG direduksi karena perlakuan sirkulasi imbibisi mencapai 0,88 point dan kehilangan dalam pol ampas turun hingga 0,59 point. Angka ini cukup significant untuk menilai tingkat efisiensi pabrik khususnya di stasiun gilingan. Hasil penelitian terdahulu oleh Carebet (1977) menunjukkan peningkatan HPG direduksi sebesar 0,57 point. 4
5 KESIMPULAN Dari hasil penelitian ekstraksi hemat air sebagai upaya penekanan sumberdaya alam dengan modifikasi sistem imbibisi di unit gilingan pabrik gula dapat disimpulkan bahwa : Modifikasi sistem imbibisi adalah dengan sirkulasi imbibisi nira gilingan IV. Dengan sistem ini tidak ada penambahan air tetapi bisa meningkatkan efisiensi pemerahan sebesar 0,88 point dan dapat menurunkan kehilangan pol dalam ampas sebesar 0,57 point. Sistem sirkulasi imbibisi mempunyai beberapa keuntungan yaitu : dapat menaikkan faktor ekstraksi di stasiun gilingan, murah dalam biaya investasi, mudah dilaksanakan dalam praktek dan secara keseluruhan memberikan keuntungan ekonomis. DAFTAR PUSTAKA 1. Ananta, T dan SG Gandana, (1974), Pengawasan Gilingan, BP3G Pasuruan. 2. Carebet, Pada (1977), Penelitian Sirkulasi Imbibisi, Majalah Perusahaan Gula Vol XIII No 2, hal , BP3G Pasuruan. 3. Gandana,SG, (1977), Data Laboratorium Antar Pabrik Gula Periode Setengah Tahunan Masa Giling 1977, Majalah Perusahaan Gula Vol XIII No 3/4, hal , BP3G Pasuruan. 4. Gandana,SG, (1978), Pengawasan Gilingan Cara Hawaii Pada Kondisi Indonesia, Majalah Perusahaan Gula Vol XIV No 2, hal , BP3G Pasuruan. 5. Hugot, (1986), Handbook of Cane Sugar Engieeering, 3 rd ed, Elsevier, Amsterdam-Tokyo-NY 6. Kurniawan,Y, (2000), Sistem Biotray Untuk Efisiensi Penggunaan Air Di Pabrik Gula, Pertemuan Teknis P3GI Surabaya, P3GI 7. Partowinoto,S, (2001), Metode Pengawasan Gilingan Pabrik Gula, Seminar tahap II Penerapan Teknologi Pengawasan Gilingan Sebagai Sarana Untuk Peningkatan Daya Saing Pabrik Gula, P3GI Pasuruan. 8. Sudjito, (1981), Pengontrolan Sirkulasi Air Dalam Pabrik Gula, Majalah Gula Indonesia, Surabaya. 9. Sunantyo,(1995), Meninjau Ulang Tentang Imbibisi Di Stasiun Gilingan Pabrik Gula, Gula Indonesia, Vol XX(4), hal 22-25, P3GI Pasuruan. 10. Soewarno, (1980), Persamaan Matematika Untuk Menguji Kesempurnaan Stelan Gilingan, Majalah Perusahaan Gula Vol XVI No 1, hal 27, P3GI Pasuruan. 5
6 LAMPIRAN 1 HASIL PENGAMATAN TEBU GILING, IMBIBISI DAN ANALISIS MUTU NIRA GILINGAN TON NIRA GIL 1 NIRA GIL 2 NIRA MENTAH AMPAS TEBU NIRA MENTAH IMBIBISI POL BRIX POL BRIX POL BRIX POL BAHAN BLANKO KERING RATA PERLAKUAN RATA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kimia Gula Komposisi kimia dari gula adalah satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Di dalam sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah,
Lebih terperinciRATIH VOL.1 Edisi 1 ISSN
PENGARUH KANDUNGAN AIR PADA AMPAS TEBU TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP DI PABRIK GULA MADU BARU YOGYAKARTA Saptyaji Harnowo 1), Yunaidi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin Politeknik LPP, Yogyakarta, Indonesia
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI SIKLUS HIDUP GULA Siklus hidup gula terjadi pada proses produksi gula di pabrik, yaitu mulai dari tebu digiling hingga menjadi produk gula yang siap untuk dipasarkan.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kegiatan industri gula terdiri dari kegiatan proses produksi dan kegiatan unit-unit operasi. Kegiatan proses produksi berlangsung pada proses penggilingan,
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH PENAMBAHAN AIR IMBIBISI PADA STASIUN GILINGAN TERHADAP KEHILANGAN GULA DALAM AMPAS DI PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II TUGAS AKHIR
PENGARUH JUMLAH PENAMBAHAN AIR IMBIBISI PADA STASIUN GILINGAN TERHADAP KEHILANGAN GULA DALAM AMPAS DI PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II TUGAS AKHIR YENI MARDHIA 052409064 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik
BAB I PENDAHULUAN PT. PG Candi Baru adalah salah satu pabrik gula di Indonesia yang menghasilkan gula kristal putih (GKP) jenis Superior Hooft Suiker IA (SHS IA) sebagai produk utamanya. Hasil samping
Lebih terperinci- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)
1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1964 perusahaan NV My Handle Kian Gwan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang bernama PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: 5203013008 Lovitna Novia Puspitasari NRP: 5203013045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
ANALISIS PENENTUAN HARGA TRANSFER DENGAN METODE COST BASED-TRANSFER PRICING (ATAS DASAR BIAYA) UNTUK MENENTUKAN LABA PADA PG. MERITJAN KEDIRI TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PRAKTIKUM ANALISA GULA
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM ANALISA GULA Penetapan Brix / Pol Nira Oleh : Fransiska Rossa Bastia (15.001.014) POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA JL. LPP NO 1A, Balapan, Yogyakarta 55222 Telp: (0274)555746 fax: (0274)585274
Lebih terperinciAUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA
AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA Nyimas Dewi Sartika 1 ABSTRACT Generally on BUMN sugar factory the rendement is lower than private sugar factory. The audit purpose is to know processing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang/ Sejarah Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu terletak di desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR PRODUKSI PABRIK GULA KEBON AGUNG MALANG (PRODUCTION FACTOR ANALYSIS OF KEBON AGUNG MALANG SUGAR FACTORY)
AGRISE Volume X No. 1 Bulan Januari 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS FAKTOR PRODUKSI PABRIK GULA KEBON AGUNG MALANG (PRODUCTION FACTOR ANALYSIS OF KEBON AGUNG MALANG SUGAR FACTORY) Agustina Shinta 1, Andini
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI STASIUN GILINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA
PRODUKSI BERSIH DI STASIUN GILINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA Puspita Yuliandari 1), Anas M. Fauzi 2), Suprihatin 3),Ono Suparno 4) puspita_yuliandari@yahoo.com Penulis Puspita Yuliandari 1) adalah Dosen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan
Lebih terperinciPENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1
2003 Purwono Posted 7 October, 2003 Science Philosophy (PPs 702) Graduate Program / S3 Institut Pertanian Bogor October 2003 Instructors: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Principal) Prof Dr Ir Zahrial Coto
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI TERMAL PADA KETEL UAP DI PABRIK GULA KEBONAGUNG MALANG. Heni Hendaryati
Heni Hendaryati ANALISIS EFISIENSI TERMAL PADA KETEL UAP DI PABRIK GULA KEBONAGUNG MALANG Heni Hendaryati Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang Email : henihendaryati@yahoo.com
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Penyaringan Nira Kental Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk memisahkan kotoran yang masih ada pada nira kental hasil dari pemurnian
Lebih terperinciPERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU
TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat
Lebih terperinciPertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta November 2008
REKAYASA DAN RANCANGBANGUN CORE SAMPLER SET ALAT SAMPLING & ANALISIS UNTUK MENILAI RENDEMEN TEBU INDIVIDUAL 1 (Design And Construction Of Core Sampler Set A Sampling and Analysis Equipment To Determine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran penting di sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.
Lebih terperinci01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR
LAPORAN PRAKTEK KERJA PABRIK 01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR OLE H : ERN I SWANDAYANI SANDY SUYANTO FRANSISCA IRHANNY (6103001009) (6103001051) (6103001055) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan
Lebih terperinciPERENCANAAN BAHAN BAKU PADA PRODUKSI GULA TEBU (Studi Kasus PTPN XI PG Djatiroto Kabupaten Lumajang)
PERENCANAAN BAHAN BAKU PADA PRODUKSI GULA TEBU (Studi Kasus PTPN XI PG Djatiroto Kabupaten Lumajang) SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembuatan Gula Pabrik gula adalah suatu pabrik yang berperan mengubah bahan baku tebu menjadi kristal produk yang memenuhi syarat. Di dalam proses kristalisasi dilakukan
Lebih terperinciDevelopment of New Rendemen Formula as an Effort to Control the Performance of Sugar Factory
IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 20, No. 1, February 2009 37 Development of New Rendemen Formula as an Effort to Control the Performance of Sugar Factory Bambang Eddy Santoso 1, Toto
Lebih terperinciHASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU
LAMPIRAN 58 Lampiran 1. Hasil Samping Industri Gula Tebu HASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU Tenaga listrik Bahan bakar Arang briket Ampas Gas methane dan Gas air Makanan ternak Pulp & kertas Pucuk dan daun
Lebih terperinciAPLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU
APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU (Saccharum officinarum L) (STUDI KASUS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI (PERSERO) PABRIK GULA OLEAN SITUBONDO)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan gedung dan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti kita ketahui bersama, kebutuhan
Lebih terperinciPRINSIP DASAR KRISTALISASI
PRINSIP DASAR KRISTALISASI Posted on 20.12 by ayu anisa No comments Pengertian Kristalisasi Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur
Lebih terperinciINDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN
INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : YANNY SUSANTO 6103009139 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciPG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017
PG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017 Penerapan Industri Hijau Tahapan yang harus dilakukan: 1. Mengidentifikasi secara rinci alur proses produksi 2. Mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984
BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang
Lebih terperinciPerbandingan Efektivitas Mesin Gilingan Susunan 3 Rol dan 4 Rol dengan Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo
Perbandingan Efektivitas Mesin Gilingan Susunan 3 Rol dan 4 Rol dengan Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo Mayadiana Susilowati Ningsih*, Wahyunanto Agung Nugroho,
Lebih terperinciADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU
ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU Jimmy Prasetya*, Dr.A.Koesdarminta Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas memberikan gambaran pada perusahaan dalam
Lebih terperinciI. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu Pabrik Gula Kwala Madu merupakan pabrik gula ke2 (Dua) di Sumatera Utara sesudah pabrik gula Sei
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords:Fish bone diagrams, control charts, 5S, drops.
ABSTRACT Crystallization station is one unit, which also plays an important role in the processing of sugar production process where the purpose of this work unit is a change in the form of sucrose solution
Lebih terperinciCara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono
Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu Oleh: Khairul Nurcahyono Dalam industri gula dikenal istilah-istilah pol, brix dan HK (hasil bagi kemurnian). Istilah-istilah ini terdapat analisa
Lebih terperinciBAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanis merupakan bahan yang sering digunakan untuk keperluan produk olahan pangan seperti makanan dan minuman baik skala rumah tangga maupun industri. Pemanis yang
Lebih terperinci2 PERMASALAHAN RENDEMEN TEBU
2 PERMASALAHAN RENDEMEN TEBU 2. 1 Definisi-definisi Berdasarkan modul penentuan rendemen tebu (Harisutji, 2001) dan Cane Sugar Handbook (Meade dan Chen, 1977) dapat didefinisikan istilah-istilah yang lazim
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Areal PT PG Rajawali II Unit PG Subang pada tahun 1812-1833 pada awalnya merupakan areal tanaman karet milik swasta asing (Inggris) yang kemudian pada
Lebih terperinciAnalisis Produksi Emisi CO 2 Pada Industri Gula Di PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Tbk. (Studi Kasus Di Pabrik Gula Lestari)
1 Analisis Produksi Emisi CO 2 Pada Industri Gula Di PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Tbk. (Studi Kasus Di Pabrik Gula Lestari) Renda Avista, Ridho Hantoro, dan Nur Laila Hamidah Jurusan Teknik Fisika,
Lebih terperinciANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM
ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI NIRA MENTAH DAN AMPAS TEBU DI PG CANDI BARU SIDOARJO
TUGAS AKHIR ST 0315 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI NIRA MENTAH DAN AMPAS TEBU DI PG CANDI BARU SIDOARJO DIKA RHEZTI WITIANDA NRP 1306 030 010 DOSEN PEMBIMBING Dr. Purhadi, M.Sc.
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI STASIUN GILINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PUSPITA YULIANDARI
KAJIAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI STASIUN GILINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA Studi Kasus di PT. PG. Rajawali II Unit PG. Tersana Baru, Jawa Barat PUSPITA YULIANDARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciNME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA
1 NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA PENYUSUNAN DAN PENYELESAIAN NERACA MASSA KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun berdasarkan hukum kekekalan massa (law conservation of mass), yaitu
Lebih terperinciKata Kunci : evaluasi energi, kehilangan panas, penghematan energi
Evaluasi Sistem Energi pada Pabrik Pengolahan Hasil Perkebunan Sebagai Rancangan Menuju Penghematan Energi Studi Kasus : Unit Evaporasi Pabrik Gula Subang Satriyo Krido Wahono 1), Soleh Iskandar 2) 1)
Lebih terperinciAplikasi Analisis Pinch untuk Menurunkan Konsumsi Steam di Bagian Process House Pabrik Gula
6 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 7, No. 1, 2013 Aplikasi Analisis Pinch untuk Menurunkan Konsumsi Steam di Bagian Process House Pabrik Gula Daniyanto*, Fathurrahman Rifai Politeknik LPP Jl. LPP No.1A. Balapan,
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU
PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,
Lebih terperinciSTRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP
STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP PG PT KEBUN TEBU MAS NGIMBANG LAMONGAN JAWA TIMUR IR. WAYAN SUKASEDANA, M.M. 2016 PT KEBUN TEBU MAS SITUASI PERGULAAN
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-417 Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Anovia D. Riswardani, Ahmad K.
Lebih terperinciUPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING
UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING P. Sunaryo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Lubang-lubang kebocoran tebu dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Nira Setelah diperoleh larutan nira dari hasil proses pengilingan. Dilakukan proses pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang memadai untuk melayani proses yang berlangsung di dalamnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaman sekarang ini merupakan era industri yang memerlukan suatu daya dan kemampuan yang memadai untuk melayani proses yang berlangsung di dalamnya. Industri dan perusahaan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL FALLING FILM EVAPORATOR PADA EVAPORASI NIRA KENTAL
STUDI EKSPERIMENTAL FALLING FILM EVAPORATOR PADA EVAPORASI NIRA KENTAL Medya Ayunda Fitri 1 *, Suhadi2, Ali Altway 3, dan Susianto 4 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas NU Sidoarjo
Lebih terperinciBAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER
BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT
Lebih terperinciSekilas tentang Per-GULA-an Jember
Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http:adamjulian.net Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.net
Lebih terperinciAnalisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-34 Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin Andre Dwiky Kurniawan, Semin, dan Tjoek
Lebih terperinciEKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap
EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya
Lebih terperinciUntuk Daerah Tertinggal
Daya Saing Agroindustri Gula Semut Untuk Daerah Tertinggal Oleh :Edi Mulyadi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur Gula a. Komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake)
Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake) Nurkholis Hamidi, ING Wardana, Handono Sasmito Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciI... INOUII: ~-:2/lf (/I 3
LAPORAN PRAKTEK KERJA PABRIK DI PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JA WA TIMUR OLEH: ' -., I... INOUII: ~-:2/lf (/I 3,.. /
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian
Lebih terperinciTebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer (tebu urai), truk
SEJARAH SINGKAT Pabrik Gula Gunung Madu terletak diujung selatan Pulau Sumatera, tepatnya berada di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, 90 km ke arah utara dari Ibukota Propinsi Lampung (Bandar
Lebih terperinciPERFORMANCE AND DECISION SUPPORT SYSTEM FOR CANE SUGAR PRODUCTION PROCESS CONTROL AT PT. RAJAWALI II, JATITUJUH FACTORY UNIT, MAJALENGKA ABSTRACT
Marimin, Andes Ismayana, dan Annastia Lohjayanti KERAGAAN KINERJA DAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI GULA KRISTAL DI PT. RAJAWALI II UNIT PABRIK GULA JATI TUJUH-MAJALENGKA PERFORMANCE
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara
Lebih terperinciLampiran 1 Daftar Wawancara
LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara 1. Bagaimana proses produksi di Pabrik Gula Pagotan? 2. Dalam proses produksi tersebut menghasilkan limbah apa saja? 3. Tolong jelaskan proses pengolahan limbah tersebut?
Lebih terperinci1. PENGANTAR. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September
Kajian Parameter Suhu dalam Baku Mutu Air Limbah Industri Gula Jenis Air Limbah Kondensor di Jawa Tengah Novarina Irnaning Handayani 1*, Setia Budi Sasongko 1,2 dan Agus Hadiyarto 1,2 1 Magister Ilmu Lingkungan
Lebih terperinciPeneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X
Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma Budi_santoso@staff.gunadarma.ac.id PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan (Poaceae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat
Lebih terperinciTeknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)
Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed) Sub
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).
Lebih terperinciDAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF
DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF Mohammad Mirwan Staf Pengajar Teknik Lingkungan UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT Active charcoal
Lebih terperinciPengujian Pengeringan Garam Briket Skala Laboratorium
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengujian Pengeringan Garam Briket Skala Laboratorium *Berkah Fajar Tamtomo Kiono a, Severianus Sony b a Dosen Departemen Teknik
Lebih terperinciGambar 1 Open Kettle or Pan
JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan
Lebih terperinciMETODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI
MINYAK ATSIRI (2) TEKNOLOGI PROSESING 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI A. Expression
Lebih terperinciPENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN PETAI CINA
LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN PETAI CINA (Implementation of DCS System and Appliance Rotary Dryer for Leucaene Glauca) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia
Lebih terperinciPabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan. keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG.
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG. Kebon Agung terletak di Desa Kebon
Lebih terperinciEKONOMI LOSSES PENGOLAHAN TEBU DAN IMPLIKASI TERHADAP KINERJA DAN EFISIENSI PABRIK GULA Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X
EKONOMI LOSSES PENGOLAHAN TEBU DAN IMPLIKASI TERHADAP KINERJA DAN EFISIENSI PABRIK GULA Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara X Ahmad Zainuddin, Intan Kartika Setyawati, Rudi Wibowo Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan
Lebih terperinciMODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN
MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.
Lebih terperinciKIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd
KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinci