Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-417 Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo Anovia D. Riswardani, Ahmad K. Nova, Sugeng Winardi dan Siti Machmudah Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Permintaan gula terdiri dari konsumsi rumah tangga dan bahan baku industri pangan. Konsumsi gula oleh rumah tangga dapat dibedakan atas konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung. Konsumsi gula secara langsung adalah konsumsi gula oleh rumah tangga dalam wujud aslinya guna dijadikan makanan atau minuman, sedangkan konsumsi gula secara tidak langsung adalah konsumsi gula oleh rumah tangga melalui makanan dan minuman yang mengandung gula. Konsumsi gula di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu proses yang terjadi pada industri Gula Kristal Putih (GKP) adalah proses evaporasi. Pada unit evaporasi digunakan evaporator yang bekerja dengan cara multiple effect dengan empat tahap yang disebut quadruple effect evaporator, dengan aliran feed forward dan bleeding. Bleeding adalah menyadap uap nira selain digunakan sebagai media pemanas pada badan evaporasi berikutnya, juga digunakan sebagai media pemanas pada pemanas pemanas nira (juice heaters). Dengan melakukan bleeding, maka terjadi penghematan pemakaian uap (bekas), karena fungsi uap bekas sebagai media pemanas pada juice heaters diganti oleh uap nira. Pada proses evaporasi air yang terkandung dalam nira kental. Kata Kunci Evaporasi, Evaporator, Nira, Vakum. K I. PENDAHULUAN ONDISI geografis Indonesia cukup berpotensi menghasikan tanaman tebu sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen gula terbesar di dunia. Kondisi agro ekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja menjadikan Indonesia sebagai negara produsen gula. Gula merupakan jenis karbohidrat yang merupakan bahan makanan (energi) yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Manfaat gula sebagai sumber kalori bagi masyarakat selain beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan makanan pokok. Dilihat secara visual dan mutunya, gula dapat berbentuk cair, berupa larutan, atau berbentuk padat (kristal), berwarna gelap (coklat), atau putih dan rasanya manis [1]. Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim dan jenis tanaman monokotil yang dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gula karena dalam batangnya terdapat zat gula. Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang di konsumsi dalam kehidupan seharihari masyarakat dan pabrik baik di skala nasional dan internasional. Sehingga permintaan terhadap gula setiap tahunnya terus meningkat namun kondisi yang demikian membuat pabrik-pabrik gula tidak mampu untuk sepenuhnya memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan jumlah pabrik yang memproduksi gula masih cukup terbatas sedangkan permintaan terhadap gula terus meningkat [2]. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 478 ribu ha pada periode , industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang. Dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju inflasi, karena gula merupakan salah satu kebutuhan pokok [3]. Gula yang dikenal masyarakat adalah gula yang berasal dari bahan baku tebu yaitu gula putih atau gula pasir. Di Indonesia, jenis gula dibagi menjadi 3 yaitu gula mentah (raw sugar), gula kristal putih (plantation white sugar), dan gula kristal rafinasi (Refined sugar). Gula yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat umum adalah gula kristal putih. Gula mentah (raw sugar) digunakan sebagai bahan baku untuk produksi gula rafinasi sedangkan gula rafinasi sendiri digunakan sebagai bahan pemanis di industri makanan dan minuman [4]. Semakin meningkatnya konsumsi gula kristal putih di Indonesia, dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,43% setiap tahunnya, maka sangat perlu dibangun dan dikembangkan industri yang memproduksi gula kristal putih untuk meningkatkan kembali produksi gula dalam negeri. Dengan didirikannya pabrik gula baru, diharapkan mampu memenuhi dan mengatasi kebutuhan gula pasir yang terus meningkat, meningkatkan produksi gula dalam negeri, serta berperan serta dalam mencapai Swasembada Gula dalam negeri. Namun perlu dilakukan beberapa hal untuk bisa mencapai target tersebut, misalnya pengembangan teknologi yang diaplikasikan di pabrik gula lama maupun baru, peningkatan rendemen tebu di Indonesia, dan pembangunan pabrik pabrik gula baru. Menurut catatan data Badan Litbang Pertanian, produksi gula nasional tahun 2011 mencapai ton Gula Kristal Putih (GKP) dan meningkat menjadi 2.66 ton pada tahun Sementara itu, dalam roadmap swasembada gula disebutkan bahwa estimasi kebutuhan gula nasional pada 2014 akan mencapai ton GKP. Untuk mewujudkan tujuan ini maka harus dilakukan usaha yang lebih optimal dalam meningkatkan produktivitas gula nasional dengan memperhatikan faktor-faktor penting dalam peningkatan produksi gula dan dengan mengembangkan industri gula lokal yang baru di dukung oleh 62 pabrik gula

2 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-418 (PG). Dimana kondisi PG-PG terutama yang berada di Pulau Jawa yang kurang produktif dikarenakan faktor usia yang sudah tua dan sangat tergantung kepada petani tebu yang luas area tanam tebunya semakin terbatas. Impor yang tinggi serta harga internasional yang murah semakin mempersulit posisi sebagian besar perusahaan gula (PG) untuk bertahan dalam industri gula nasional [5]. Proses pembuatan gula kristal pada pabrik gula terdiri dari beberapa bagian atau yang biasa di sebut unit. A. Unit Penerimaan (Emplacement) dan Persiapan tebu. Di Indonesia tebu ditebang secara manual, setiap batang dipotong dari bonggol (induk akarnya), dibersihkan daun keringnya dan dipotong pucuknya. Hasil tebangan ditumpuk dan dikumpulkan, ada yang diikat tiap batang dengan tali bambu atau daun tebu, kemudian diangkut dengan lori atau truk atau alat angkut lainnya ke pabrik gula untuk digiling atau diperah. Setelah tebu ditebang dan diangkut ke pabrik gula, urutan selanjutnya adalah melalui sarana penerimaan yang biasanya terdiri dari timbangan dan tempat penimbun tebu atau disebut emplacement tebu. Semua tebu yang telah ditebang dan diangkut ke pabrik gula harus ditimbang terlebih dahulu, agar semua tebu yang akan digiling atau diolah menjadi gula diketahui bobotnya terlebih dahulu. Setelah semua tebu yang diangkut dengan lori ditimbang, dikumpulkan terlebih dahulu di emplacemen menunggu giliran untuk di giling dalam pabrik. Timbangan tebu biasanya berupa timbangan jembatan (weight bridge), dapat berupa timbangan jembatan untuk angkutan tebu dengan lori atau truk. Bergantung pada sarana pembongkaran tebunya, apabila diperlukan harus dipasang transloading crane (kran pemindah tebu) sebelum timbangan jembatan yang digunakan untuk memindahkan muatan tebu dari truk (umumnya) ke atas lori terlebih dahulu untuk memudahkan pembongkaran tebu ke atas meja tebu. B. Unit Ekstraksi. Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah ekstraksi tebu di ekstraksi. Tugas utama dari bagian ekstraksi adalah memisahkan atau memerah tebu, agar diperoleh hasil perahan yang berupa nira sebanyakbanyaknya (optimal). Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer shredder atau kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan nira dan ampas. Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian. Ampas yang dihasilkan pada proses ekstraksi ini digunakan untuk berbagai macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar ketel (boiler). Pada tahap ekstraksi, ampas ditambahkan dengan air imbibisi. Air imbibisi yang ditambahkan pada ampas bertujuan untuk menyempurnakan ekstraksi nira dari cacahan tebu dan juga melarutkan kandungan gula dalam ampas sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah mungkin. Air imbibisi yang digunakan berasal dari air kondensat yang mengandung gula dari proses dan bersuhu o C (merupakan suhu optimum air imbibisi). Bila suhunya terlalu tinggi, maka akan dapat merusak alat dan dapat melarutkan getah lilin yang terkandung dalam tebu, sehingga terbentuk zat lilin (menjadi licin). Namun, dengan suhu tinggi dapat melarutkan nira yang ada. Sedangkan pada suhu rendah nira yang terkandung dalam ampas tidak larut. C. Unit Pemurnian. Setelah tebu diekstraksi dan diperoleh nira mentah (raw juice), lalu dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert (glukosa+fruktosa); zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan anorganik, zat warna, lilin, yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga jenis proses, yaitu : 1) Defekasi Pemurnian dengan cara ini merupakan pemurnian yang paling sederhana, bahan pembantunya hanya berupa kapur tohor (CaO). Kapur tohor digunakan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Selain itu, kapur tohor juga berfungsi sebagai pengikat zat-zat bukan gula agar dapat dengan mudah dipisahkan dari zat gulanya. Nira yang telah diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh harga ph sedikit alkalis (ph 7,2). Nira yang telah diberi kapur kemudian dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terbentuk lalu dipisahkan. 2) Sulfitasi Pemurnian nira dengan cara sulfitasi pada prinsipnya hampir sama dengan cara defekasi. Bedanya adalah pada perlakuan terhadap nira mentahnya. Pada cara defekasi hanya menggunakan bahan baku pembantu susu kapur, sedangkan sulfitasi, selain susu kapur, juga digunakan gas belerang (SO 2 = sulphur dioxide). Pada proses sulfitasi diberi kapur yang berlebihan. Kelebihan kapur ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO 2 menyebabkan SO 2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO 3 yang mengendap. SO 2 memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO 2 dalam larutan asam dapat mereduksi ion ferri sehingga menurunkan efek oksidasi. 3) Karbonatasi Proses pemurnian nira cara karbonatasi adalah yang paling baik bila dibandingkan dengan kedua cara sebelumnya (defekasi dan sulfitasi). Penggunaan kapur lebih banyak dari kedua cara tersebut, tapi warna gula yang dihasilkan dapat lebih baik dan jumlah yang dihasilkan dapat sedikit lebih banyak dari cara sulfitasi. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan gas CO 2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO2 yang berguna untuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira akan diikat. Reaksi: Ca(OH) 2 CaCO 3 +H 2 O Karena terbentuknya endapan CaCO3 banyak maka endapan dapat dengan mudah dipisahkan. D. Unit Evaporasi Hasil dari proses pemurnian adalah nira jernih (clear juice). Secara garis besar nira jernih juga masih mengandung bahan-bahan yang sama seperti yang terkandung dalam nira mentah yaitu gula (yang terlarut), bukan gula (terlarut dan tak terlarut), dan air (pelarut). Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses evaporasi. Evaporasi dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari evaporasi

3 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-419 nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya. Pada proses evaporasi menggunakan multiple effect evaporator dengan kondisi vakum. Penggunaan multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap. Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah evaporator atau lebih yang dipasang secara seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan 4 (quadrupple) atau 5 (quintuple) buah evaporator, didasarkan pada persen brix dari nira kental yang diinginkan. Pada sistem multiple effect, selain uap nira dari badan evaporasi (evaporator) digunakan untuk media pemanas pada badan evaporasi berikutnya, Pada rangkaian evaporator dengan sistem ini juga dapat dilakukan bleeding (penyadapan). Penyadapan atau bleeding adalah menyadap uap nira selain digunakan sebagai media pemanas pada badan evaporasi berikutnya, juga digunakan sebagai media pemanas pada pemanas pemanas nira (juice heaters). Dengan melakukan bleeding, maka terjadi penghematan pemakaian uap (bekas), karena fungsi uap bekas sebagai media pemanas pada juice heaters diganti oleh uap nira. Pada proses evaporasi air yang terkandung dalam nira kental. E. Unit Masakan dan Kristalisasi Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Nira yang telah dikentalkan pada unit evaporasi dinamakan nira kental yang memiliki kepekatan sekitar Brix, selanjutnya perlu dimasak agar terjadi pengkristalan untuk membentuk kristal gula di unit masakan. Sacharosa yang terkandung tidak dapat seluruhnya menjadi kristal pada satu proses pemasakan, tapi harus dilakukan dalam beberapa tingkat pemasakan yang biasa disebut masakan A, masakan B, masakan C, dan seterusnya. Tergantung pada mutu tebu yang diolah (kemurnian nira kentalnya), maka memasak gula dapat dilakukan dengan cara : 1. 4 tingkat (A, B, C, D) : untuk nira mentah dengan kemurnian diatas 85% 2. 3 tingkat (A, B, D atau A, C, D) : untuk nira mentah dengan kemurnian antara 74-84% 3. 2 tingkat (A, D) : dilakukan kadang kadang, bila kemurnian nira mentahnya dibawah 73% Setelah pengkristalan dalam pan masakan, terjadilah campuran kental (berupa bubur) yang terdiri dari butir butir kristal gula dan zat cair kental yang disebut dengan sirup atau setrup. Campuran kental yang berupa bubur itu dinamakan massecuite. Pada masakan A diperoleh massecuite A, pada masakan B diperoleh massecuite B, dan seterusnya. Sedangkan pada masakan terakhir, ialah masakan D diperoleh massecuite D yang terdiri dari kristal kristal gula dan zat cair pekat. Zat cair pekat ini merupakan bentuk sirup yang berwarna coklat tua dan biasa disebut tetes, suatu produk yang secara ekonomi boleh dikatakan sebagai waste product. Seperti halnya pada unit evaporasi, untuk menghindari terjadinya perpecahan gula (terutama karamelisasi), proses evaporasi pada pan pan masakan terjadi pada kondisi vakum. Maksudnya adalah agar suhu memasak cukup rendah untuk menghindari terjadinya perpecahan gula, sehingga gula yang dihasilkan tidak berwarna gelap. Cara masak yang banyak digunakan oleh pabrik pabrik gula di Indonesia adalah ACD, karena terbukti pemakaian uapnya lebih hemat dan pada cara ABD. Hal ini juga disebabkan oleh mutu tebu yang digiling, bahkan apabila terdapat mutu tebu sangat rendah, seringkali perlu menerapkan cara masak AD, terutama jika angka kemurnian nira mentahnya berada di bawah 73%. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan. Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan dialirkan ke palung pendingin untuk proses Na Kristalisasi. Tujuan dari palung pendingin ialah melanjutkan proses kristalisasi yang telah terbentuk dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat sirkulasi. F. Unit Pemisahan dan Pengepakan Setelah masakan didinginkan, kemudian perlu diputar pada alat pemutar yang disebut centrifugal untuk memisahkan kristal dan cairan yang pekat. Suatu mesin pemutar gula terutama terdiri dari suatu keranjang (basket) atau drum yang terbuat dari perforated sheet (besi pelat berlubang lubang) yang diputar oleh motor listrik, dimana massecuite dimasukkan kedalamnya. Dengam diputarnya basket, terjadilah gaya sentrifugal mendorong zat cair pekat yang melekat terpisah dari butir-butir kristal gula melalui lubang-lubang saringan yang terpasang dibagian dalam basket. Pada proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes. Gula kristal didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes di transfer ke tangki tetes untuk di jual. Setelah proses kristalisasi, gula produk dikeringkan dan juga diberikan hembusan uap kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin, selanjutnya dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam pengemasan untuk masingmasing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak plastiknya 1 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak plastik mengalami penurunan suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung tidak boleh lebih dari 30 o C/suhu kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin maka boleh dijahit. Jika gula dalam sak plastik dalam keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas gula. II. TINJAUAN PUSTAKA Hasil dari proses pemurnian adalah nira jernih (clear juice). Secara garis besar nira jernih juga masih mengandung

4 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-420 bahan-bahan yang sama seperti yang terkandung dalam nira mentah yaitu gula (yang terlarut), bukan gula (terlarut dan tak terlarut), dan air (pelarut). Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses evaporasi. Evaporasi dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari evaporasi nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya. Pada proses evaporasi menggunakan multiple effect evaporator dengan kondisi vakum. Penggunaan multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap. Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah evaporator atau lebih yang dipasang secara seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan 4 (quadrupple) atau 5 (quintuple) buah evaporator, didasarkan pada persen brix dari nira kental yang diinginkan. Pada sistem multiple effect, selain uap nira dari badan evaporasi (evaporator) digunakan untuk media pemanas pada badan evaporasi berikutnya, Pada rangkaian evaporator dengan sistem ini juga dapat dilakukan bleeding (penyadapan). Penyadapan atau bleeding adalah menyadap uap nira selain digunakan sebagai media pemanas pada badan evaporasi berikutnya, juga digunakan sebagai media pemanas pada pemanas pemanas nira (juice heaters). Dengan melakukan bleeding, maka terjadi penghematan pemakaian uap (bekas), karena fungsi uap bekas sebagai media pemanas pada juice heaters diganti oleh uap nira. Pada proses evaporasi air yang terkandung dalam nira kental Pada unit evaporasi digunakan evaporator yang bekerja dengan cara multiple effect dengan empat tahap yang disebut quadruple effect evaporator, dengan aliran feed forward dan bleeding. Bleeding adalah menyadap uap nira selain digunakan sebagai media pemanas pada badan evaporasi berikutnya, juga digunakan sebagai media pemanas pada pemanas pemanas nira (juice heaters). Dengan melakukan bleeding, maka terjadi penghematan pemakaian uap (bekas), karena fungsi uap bekas sebagai media pemanas pada juice heaters diganti oleh uap nira. Tujuan dari unit evaporasi ini adalah untuk menguapkan air yang ada dalam nira sehingga didapat nira dengan kepekatan yang diharapkan. Panas yang digunakan untuk menguapkan air adalah uap bekas dari turbin uap. Unit evaporasi di dalam pabrik gula bertugas mengolah nira jernih dari unit pemurnian dengan brix antara menjadi nira kental dengankadar brix antara Sistem evaporasi yang dipakai adalah adalah sistem multiple effect, dengan menyusun 4 badan evaporasi (evaporator) secara seri atau biasa disebut quadruple effect, aliran feedforward dengan bleeding. Evaporator pada unit ini dilengkapi dengan barometric condenser dan steam jet ejector untuk membuat tiga badan evaporator terakhir dalam kondisi vakum. Dengan demikian, nira akan mengalir dari badan evaporator satu dan masuk ke badan evaporator berikutnya dengan sendirinya karena nira mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Selain itu, evaporasi dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk menurunkan titik didih dari nira karena nira pada suhu tertentu (>125 o C) akan mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Sistem evaporasi nira adalah dengan memanaskan nira dibawah titik didihnya dan pemakaian evaporator pada tekanan yang berbeda beda. Nira jernih dari clarifier dipompa ke heater nira III yang bertujuan untuk pemanasan awal yang akan mengurangi beban evaporasi pada evaporator badan I. Nira jernih dipanaskan hingga mencapai titik didih air, yaitu sekitar o C, dengan media pemanasnya adalah uap bekas turbin, tujuannya agar dengan mudah dapat segera terjadi evaporasi (flashing) sewaktu masuk ke dalam evaporator. Kemudian nira jernih yang telah dipanaskan sebelumnya dialirkan ke unit evaporasi, berawal dari evaporator I sampai IV tanpa menaikkan suhu. Uap bekas turbin (steam) digunakan sebagai pemanas untuk evaporator badan I, sementara uap nira yang dihasilkan dari evaporator badan I akan digunakan sebagai pemanas untuk evaporator badan II, uap nira dari evaporator badan II digunakan sebagai pemanas evaporator badan III, uap nira dari evaporator badan III digunakan sebagai pemanas evaporator badan IV, dan uap nira dari evaporator badan IV akan dialirkan ke barometric condenser untuk dikondensasikan menjadi kondensat yang bisa digunakan untuk proses di unit lain misal sebagai air imbibisi. Suhu uap bekas yang dipakai sebagai pemanas pada evaporator badan I sebaiknya tidak melebihi kisaran o C, yang berarti tekanan uap tidak boleh lebih dari ± 2,75 kg/cm 2 absolut (uap jenuh). Apabila suhu uap bekas yang dipakai melebihi batasan itu, maka dipastikan akan terjadi perpecahan gula dan karamelisasi yang berlebihan. Suhu di evaporator badan I sampai IV semakin turun hingga mencapai ± 60 o C di badan IV. Kemudian nira kental dari evaporator badan IV dengan kekentalan/brix sekitar ± 65 o Brix tersebut dipompa untuk diproses lebih lanjut di unit masakan (kristalisasi) dan pemisahan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula dengan kapasitas 7500 ton per tahun, diperlukan evaporator type Vertical Short Tube Evaporator, berjumlah 4 unit dengan material SA-240, Grade M, Type 316. Fungsi dari evaporator untuk mengurangi kandungan air pada fine liquor [6]. Evaporator Effect 1 (V 310 A) - Kapasitas : lb/jam - Jumlah tube : 2205 buah - Ukuran tube : 9 ft 1.5 in - Diameter (OD) : 264 in - Tebal silinder : 1 1/8 in - Tebal tutup atas : in - Tebal tutup bawah : in - Tinggi bagian liquida : ft

5 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F Tinggi drum evaporator: ft Evaporator Effect 2 (V 310 B) - Kapasitas : lb/jam - Jumlah tube : 2468 buah - Ukuran tube : 8 ft 1.5 in - Diameter (OD) : 228 in - Tebal silinder : 1 in - Tebal tutup atas : in - Tebal tutup bawah : in - Tinggi bagian liquida : ft - Tinggi drum evaporator: ft [4] Hartanto, Eddy Sapto Peningkatan Mutu Produk Gula Kristal Putih Melalui Teknologi Defekasi Remelt Karbonatasi. [5] Ernawati, L Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor dengan Menggunakan Sistem Dinamik. Jurnal Teknik POMITS Vol. 1 No. 1 [6] Brownell,L.e&Young, E.H Process Equipment Design. New Delhi:Wiley Eastern Limited,. Evaporator Effect 3 (V 310 C) - Kapasitas : lb/jam - Jumlah tube : 2468 buah - Ukuran tube : 7 ft 1.5 in - Diameter (OD) : 228 in - Tebal silinder : 7/8 in - Tebal tutup atas : 5/8 in - Tebal tutup bawah : 5/8 in - Tinggi bagian liquida : ft - Tinggi drum evaporator: ft Evaporator Effect 4 (V 310 D) - Kapasitas : lb/jam - Jumlah tube : 3223 buah - Ukuran tube : 6 ft 1.5 in - Diameter (OD) : 168 in - Tebal silinder : 3/4 in - Tebal tutup atas : 0.5 in - Tebal tutup bawah : 0.5 in - Tinggi bagian liquida : ft - Tinggi drum evaporator: ft Kondisi Operasi : Evaporator Tekanan (atm) Suhu ( 0 C) V 310 A V 310 B V 310 C V 310 D IV. KESIMPULAN Dari data perhitungan, untuk mengurangi kandungan air pada pabrik gula dengan kapasitas 7500 TCD, dibutuhkan evaporator dengan type quadrapple effect. Material yang digunakan uintuk membuat evaporator yaitu SA-240, Grade M, Type 316. DAFTAR PUSTAKA [1] Soemohandojo, Toat Pengantar Injiniring Pabrik Gula. Surabaya. [2] Fitri, Y. F. (2008). Pengaruh Penambahan Susu Kapur (CaOH)2 dan Gas SO2 Terhadap ph Nira Mentah Dalam Pemurnian Nira di Pabrik Gula Kwala Madu PTP Nusantara II Langkat. [3] Islam, M. N Studi Komparatif Pendapatan Usahatani Tebu (Saccharum officinarum Linn) Varietas PS. 864 dengan Sistem Reynoso dan Sistem Lahan Kering di Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Agromedia Vol. 29 No. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Penyaringan Nira Kental Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk memisahkan kotoran yang masih ada pada nira kental hasil dari pemurnian

Lebih terperinci

BAB IX TEKNIK KIMIAWI

BAB IX TEKNIK KIMIAWI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB IX TEKNIK KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1964 perusahaan NV My Handle Kian Gwan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang bernama PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)

Lebih terperinci

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia) 1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembuatan Gula Pabrik gula adalah suatu pabrik yang berperan mengubah bahan baku tebu menjadi kristal produk yang memenuhi syarat. Di dalam proses kristalisasi dilakukan

Lebih terperinci

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA Nyimas Dewi Sartika 1 ABSTRACT Generally on BUMN sugar factory the rendement is lower than private sugar factory. The audit purpose is to know processing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Nira Setelah diperoleh larutan nira dari hasil proses pengilingan. Dilakukan proses pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Bahan baku untuk pengolahan gula putih yang paling umum digunakan adalah batang tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) atau umbi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan

Lebih terperinci

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer (tebu urai), truk

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer (tebu urai), truk SEJARAH SINGKAT Pabrik Gula Gunung Madu terletak diujung selatan Pulau Sumatera, tepatnya berada di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, 90 km ke arah utara dari Ibukota Propinsi Lampung (Bandar

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,

Lebih terperinci

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis yang memiliki kedudukan unik yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR KRISTALISASI

PRINSIP DASAR KRISTALISASI PRINSIP DASAR KRISTALISASI Posted on 20.12 by ayu anisa No comments Pengertian Kristalisasi Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X

Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X Peneliti : Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Univesitas Gunadarma Budi_santoso@staff.gunadarma.ac.id PROSES PEMBUATAN GULA DARI TEBU PADA PG X ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses

Lebih terperinci

Untuk Daerah Tertinggal

Untuk Daerah Tertinggal Daya Saing Agroindustri Gula Semut Untuk Daerah Tertinggal Oleh :Edi Mulyadi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur Gula a. Komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kimia Gula Komposisi kimia dari gula adalah satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Di dalam sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan sistem perekonomian pertanian komersil yang bercorak kolonial. Sistem Perkebunan ini dibawa oleh perusahaan kapitalis asing (pada zaman penjajahan)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI SIKLUS HIDUP GULA Siklus hidup gula terjadi pada proses produksi gula di pabrik, yaitu mulai dari tebu digiling hingga menjadi produk gula yang siap untuk dipasarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang/ Sejarah Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu terletak di desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT PERTEMUAN KE-7 Dr.Krishna Purnawan Candra Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman 2013 PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT Pangan dengan komposisi

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Areal PT PG Rajawali II Unit PG Subang pada tahun 1812-1833 pada awalnya merupakan areal tanaman karet milik swasta asing (Inggris) yang kemudian pada

Lebih terperinci

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM)

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) SIDANG TUGAS AKHIR PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) Oleh : M. Renardo Prathama Abidin 2307 030 049 Ferry Oktafriyanto 2307 030 076 DIPRESENTASIKAN PADA JUMAT, 9 JULI

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu Pabrik Gula Kwala Madu merupakan pabrik gula ke2 (Dua) di Sumatera Utara sesudah pabrik gula Sei

Lebih terperinci

PERENCANAAN UNIT SENTRIFUGASI, PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN PABRIK GULA TEBU SHS 1A DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2000 KUINTAL PER HARI

PERENCANAAN UNIT SENTRIFUGASI, PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN PABRIK GULA TEBU SHS 1A DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2000 KUINTAL PER HARI PERENCANAAN UNIT SENTRIFUGASI, PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN PABRIK GULA TEBU SHS 1A DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2000 KUINTAL PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH : YANNY SUSANTO 6103009139

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP PG PT KEBUN TEBU MAS NGIMBANG LAMONGAN JAWA TIMUR IR. WAYAN SUKASEDANA, M.M. 2016 PT KEBUN TEBU MAS SITUASI PERGULAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik BAB I PENDAHULUAN PT. PG Candi Baru adalah salah satu pabrik gula di Indonesia yang menghasilkan gula kristal putih (GKP) jenis Superior Hooft Suiker IA (SHS IA) sebagai produk utamanya. Hasil samping

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2..1.1. Tinjauan Agronomis Tanaman tebu tidak asing lagi bagi kita, karena telah lama ada di negeri ini. Di lingkungan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan sumber bahan pemanis yang banyak digunakan, baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk bahan baku industri makanan dan minuman. Gula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ubi Kayu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada pra rancangan pabrik ini bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu. Ubi kayu (Manihot Esculenta Crant) termasuk dalam kelas Eupharbiaceace, dapat ditanam pada

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP: LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: 5203013008 Lovitna Novia Puspitasari NRP: 5203013045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN dimana semua negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA PT. PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : YANNY SUSANTO 6103009139 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan. keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG.

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan. keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG. BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan keteknikan pertanian di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG. Kebon Agung terletak di Desa Kebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI IbM USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI Nining Purnamaningsih1) Djunaidi2) 1Fakultas Ekonomi Universitas Kadiri Niningpurnamingsih@gmail.com)

Lebih terperinci

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA PABRIK 01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR OLE H : ERN I SWANDAYANI SANDY SUYANTO FRANSISCA IRHANNY (6103001009) (6103001051) (6103001055) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kegiatan industri gula terdiri dari kegiatan proses produksi dan kegiatan unit-unit operasi. Kegiatan proses produksi berlangsung pada proses penggilingan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai

PENDAHULUAN. Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung batangnya mengandung air gula dengan kadar mencapai 20 persen. Air gula inilah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAFTAR PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.,ManajemenPenelitian, Jakarta : PT. RinekaCipta, 2000. Betrianisdan Robby Suhendra, PengukuranNilai OEE SebagaiDasar Usaha Perbaikan Proses ManufakurPadaLiniProduksi,JurnalTeknikIndustri-Universitas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kecamatan Semboro terdiri dan 6 desa yaitu desa Rejoagung, Semboro, Sidomekar, Sidomulyo, Pondokjoyo, Pondokdalem. Kecamatan Semboro terletak di bagian barat dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 30000 TON PER TAHUN Disusun Oleh : Gita Lokapuspita NIM L2C 008 049 Mirza Hayati

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT 24 Penggunaan Susu Kapur dari Limbah Gas Acetylen Jurnal Penelitian (Sri Risnojatingsih) Ilmu Teknik Vol. 10, No.1 Juni 2010 : 24-28 24 PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh :

PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh : SIDANG TUGAS AKHIR 2013 PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh : Evi Dwi Ertanti 2310 030 011 Fitria

Lebih terperinci

GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA

GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA PELOPOR PRODUSEN GULA TEBU CAIR copyright 2015 www.gulanas.com PT. GULA ENERGY NUSANTARA PRESENTS GULANAS -Export Quality- LPPOM 1522088930713 PT. GULA ENERGY NUSANTARA

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Wawancara

Lampiran 1 Daftar Wawancara LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara 1. Bagaimana proses produksi di Pabrik Gula Pagotan? 2. Dalam proses produksi tersebut menghasilkan limbah apa saja? 3. Tolong jelaskan proses pengolahan limbah tersebut?

Lebih terperinci

V. KONDISI PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI INDONESIA

V. KONDISI PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI INDONESIA V. KONDISI PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI INDONESIA 4.4. Sejarah Perkembangan Industri Gula Rafinasi Industri gula rafinasi mulai berdiri di Indonesia pada tahun 1996. Pabrik gula dalam negeri sebelum

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

Sekilas tentang Per-GULA-an Jember

Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http:adamjulian.net Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.net

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 59 V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 5.1. Perkembangan Kondisi Pergulaan Nasional 5.1.1. Produksi Gula dan Tebu Produksi gula nasional pada tahun 2000 sebesar 1 690

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN 1 PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 25000 TON/TAHUN O l e h : Anita Hadi Saputri NIM. L2C 007 009 Ima Winaningsih NIM. L2C 007 050 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proyek gula PT. Perkebunan Nusantara IX (Proyek Pengembangan Gula) tahun 1975 yang dilakukan di beberapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-34 Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin Andre Dwiky Kurniawan, Semin, dan Tjoek

Lebih terperinci

APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU

APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU APLIKASI METODE REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MENCARI FORMULASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU GULA TEBU (Saccharum officinarum L) (STUDI KASUS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI (PERSERO) PABRIK GULA OLEAN SITUBONDO)

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT

PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT PENGARUH PENAMBAHAN SUSU KAPUR (CaOH) 2 DAN GAS SO 2 TERHADAP ph NIRA MENTAH DALAM PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA KWALA MADU PTP NUSANTARA II LANGKAT KARYA ILMIAH YUSMIYATI FIDIA FITRI 052409074 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang menghasilkan berbagai macam produk baik

Lebih terperinci

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA Agus Budiyanto, Abdullah bin Arif dan Nur Richana Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian n Disampaikan Pada Seminar Ilmiah dan Lokakarya Nasional 2016

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proyek gula PT. Perkebunan Nusantara IX (Proyek Pengembangan Gula) tahun 1975 yang dilakukan di beberapa

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan basis sumberdaya agraris, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan eksportir gula pasir yang terbesar di dunia pada decade 1930-40 an.

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahun konsumsi gula penduduk Indonesia semakin meningkat. Produksi gula tebu dalam negeri tidak

Lebih terperinci

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi

Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Desain Proses Pengelolaan Limbah Vinasse dengan Metode Pemekatan dan Pembakaran pada Pabrik Gula- Alkohol Terintegrasi Disusun oleh : Iqbal Safirul Barqi 2308 100 151 Muhammad Fauzi 2308 100 176 Dosen

Lebih terperinci

Analisis Produksi Emisi CO 2 Pada Industri Gula Di PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Tbk. (Studi Kasus Di Pabrik Gula Lestari)

Analisis Produksi Emisi CO 2 Pada Industri Gula Di PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Tbk. (Studi Kasus Di Pabrik Gula Lestari) 1 Analisis Produksi Emisi CO 2 Pada Industri Gula Di PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Tbk. (Studi Kasus Di Pabrik Gula Lestari) Renda Avista, Ridho Hantoro, dan Nur Laila Hamidah Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci