PENGARUH PASOKAN KARBONDIOKSIDA TERHADAP KELIMPAHAN SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp HAKIKI RIFATUDIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PASOKAN KARBONDIOKSIDA TERHADAP KELIMPAHAN SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp HAKIKI RIFATUDIN"

Transkripsi

1 PENGARUH PASOKAN KARBONDIOKSIDA TERHADAP KELIMPAHAN SEL MIKROALGA JENIS Nannochloropsis sp HAKIKI RIFATUDIN DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Nannochloropsis sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Hakiki Rifatudin NIM C

4

5 ABSTRAK HAKIKI RIFATUDIN Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Mikroalga Jenis Nannochlorosis sp. Dibimbing oleh TRI PRARTONO dan MUKJIZAT KAWAROE Efek pemanfaatan bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor dan industri menyebabkan karbondioksida di udara meningkat. Kultivasi mikroalga merupakan salah satu upaya memanfaatkan CO 2 melalui proses fotosintesis disamping itu, pemanfaatan CO 2 dapat meningkatkan kelimpahan sel. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2013 bertempat di LPPM Kultivasi Mikroalga di pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan yaitu Kontrol, P1 (injeksi karbondioksida sebesar 1,5 ml/menit), dan P2 (injeksi karbondioksida sebesar 2 ml/menit). Selain itu, dilakukan pengambilan data kelimpahan sel, karbondioksida terlarut, karbondioksida tersisa, dan parameter kualitas perairan. Serta dilakukan perhitungan laju pertumbuhan spesifik dan analis statistik (uji T dan uji BNT). Nilai kelimpahan sel tertinggi sebesar 5,7 x 10 6 sel/ml, dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar 0,6. Sementara nilai tertinggi karbondioksida terlarut 97,9 mg/l dengan nilai karbondioksida tersisa 7%. Pemberian Karbondioksida sebesar 2 ml/menit memberikan pengaruh positif bagi kelimpahan sel mikroalga. Kata kunci: Nannochloropsis sp, Kultivasi, CO 2, dan Microalgae ABSTRACT HAKIKI RIFATUDIN. Carbon Dioxide Effects Of Abundance Cells Microalgae Nannochloropsis sp type.supervised by TRI PRARTONO and MUKJIZAT KAWAROE Fossil fuel utilization of motorized vehicles and industry brings about effects which can make carbon dioxide in the air increase. Microalgae cultivation is one of the ways to utilize CO2 through the photosynthesis process because microalgae cells can improve their abundance by utilizing the increased CO2. This study was conducted in August and September 2013 held at SBRC Microalgae Cultivation in Surfactant and Bioenergy Research center (SBRC), Bogor Agricultural University. This study uses three treatments ie control, P1 (carbon dioxide injection of 1.5 ml / min), and P2 (carbon dioxide injection at 2 ml / min). In addition, the data retrieval is done cell abundance, dissolved carbon dioxide, carbon dioxide remaining, and water quality parameters. As well as the calculation of the specific growth rate and statistical analyst (T test and LSD test). The highest cell abundance value of 5.7 x 106sel / ml, with a specific growth rate of 0.6. While the highest values of dissolved carbon dioxide 97.9 mg / l with the value of the remaining 7% carbon dioxide. Provision of Carbon dioxide at 2 ml / min a positive influence on the abundance of microalgae cells.

6

7 PENGARUH PASOKAN KARBONDIOKSIDA TERHADAP KELIMPAHAN SEL MIKROALGA JENIS NANNOCHLOROPSIS sp HAKIKI RIFATUDIN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Mikroalga Jenis Nannochloropsis sp Nama : Hakiki Rifatudin NIM : C Disetujui oleh Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc Dr. Ir. Mukjizat Kawaroe, M.Si Pembimbing I Pembimbing 2 Diketahui oleh Dr Ir I Wayan Nurjaya MSc Ketua Departemen Tanggal Ujian: 17 Juli 2014

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan skripsi dengan lancar. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah logam berat, dengan judul Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Mikroalga Jenis Nannochloropsis sp Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tri Prartono, MSc dan Ibu Dr. Ir Mukjizat Kawaroe, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan motivasi, semangat dan doa selama menempuh pendidikan di IPB. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga segala bentuk kritik dan saran penulis harapkan untuk menjadi bahan evaluasi diri. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor,September 2014 Hakiki Rifatudin

11 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 METODE PENELITIAN... 2 Waktu dan Lokasi Penelitian... 2 Alat dan Bahan... 2 Persiapan Penelitian... 2 Sterilisasi... 2 Persiapan Inokulan Nannochloropsis sp... 3 Persiapan Pupuk 3 Rancangan Penelitian 3 Prosedur Penelitian 4 Pengamatan Kelimpahan Sel.. 5 Pengukuran Parameter Kualitas Perairan.. 5 Pengukuran Gas CO 2 Tidak Terserap... 6 Pengukuran Karbondioksida Terlarut... 7 Perhitungan Kelimpahan Sel... 7 Perhitungan Karbondioksida Terlarut... 8 Analisis Statistik... 8 HASIL DAN PEMBAHASAN... 8 Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik... 9 Karbondioksida Terlarut Karbondioksida Tidak Terlarut Parameter Kualitas Perairan Suhu Salinitas ph SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 18

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global di bumi disebabkan oleh emisi industri dan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Proses pembakaran ini akan meningkatkan CO 2 di udara yang membentuk lapisan atmosfer dan menahan radiasi bumi ke udara dan menyebabkan pencemaran udara. Usaha mengurangi CO 2 dan efisiensi pemakaian bahan bakar dapat dilakukan.dengan memanfaatkan aktivitas mikroalga melalui proses fotosintesis. Fotosintesis mikroalga dapat memanfaatkan CO 2 sebagai pertumbuhannya melalui kloroplas. Namun, karbondioksida dalam organel utama mikroalga berbentuk bikarbonat, sehingga harus dikonversi terlebih dahulu menjadi karbondioksida dengan bantuan enzim anhidrase (Boney 1989). Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang paling primitif yang berukuran renik, dan hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut. Mikroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan karena memiliki klorofil dan mempunyai suatu jaringan sel menyerupai tumbuhan tingkat tinggi (Diharmi 2001) Salah satu jenis mikroalga yang dapat memanfaatkan karbondioksida melalui fotosintesis adalah Nannochloropsis sp. Nannochloropsis sp merupakan organisme akuatik yang berwarna hijau, tidak memiliki motil, dan tidak mempunyai flagel. Selnya berbentuk bola, berukuran kecil dengan diamater 4-6 mm. (Anon et al 2008). Nannochloropsis sp memiliki kloroplas dan nucleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya.ciri khas dari Nannochloropsis sp adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa. Selain dapat memanfaatkan CO 2 dari atmosfer, Nannochloropsis sp sangat penting kehidupan. Nannochloropsis sp dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai jenis bahan bakar hayati atau biofuel. Nannochloropsis sp memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga berpotensi mengasilkan biofuel sebagai salah satu upaya menangani krisis kelangkaan minyak (Kawaroe 2010). Selain itu Nannochloropsis sp dapat menjadi bioremediasi. Bioremediasi adalah Pemulihan kondisi lingkungan dari pencemaran logam berat yang dimanfaatkan pertumbuhanya oleh makhluk hidup (Zahooret et al.2009). Riset skala laboratorium merupakan suatu lan/gkah awal untuk menunjukan tingkat pemanfaatan CO 2 oleh mikroalga seperti pertumbuhan melalui kelimpahanya. Disamping itu penelitian ini dilakukan selama 10 hari dengan pemberian konsentrasi CO 2 yang berbeda dan pemberian pupuk Walne sebagai sumber nutrien bagi mikroalga. Selain itu dilakukan pengambilan data indeks kelimpahan mikroalga, karbondioksida terlarut, karbondioksida tidak terlarut, dan, serta perhitungan statistik.

14 2 Tujuan Mengkaji pengaruh karbondioksida terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp dan membandingkan kelimpahan sel mikroalga berdasarkan pemberian konsentrasi gas karbondioksida yang berbeda METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan September 2013 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan alat seperti stoples 10 liter yang berfungsi sebagai wadah kultur, tabung gas CO2 murni yang berfungsi sebagai injeksi gas CO2, selang air yang berfungsi untuk mengisi air kedalam stoples, Mixing Chamber yang berfungsi untuk menggabungkan CO 2 dan O 2, serta kompresor yang berfungsi untuk mengisi O 2 pada Mixing Chamber. Selain itu penelitian ini menggunakan bahan seperti inokulan Nannochloropsis sp yang berfungsi sebagai bibit kultur fitoplankton, air laut yang berfungsi sebagai media tumbuh fitoplankton, dan pupuk walne yang berfungsi untuk meningkatkan kadar nutrien. Persiapan Penelitian Tahap persiapan penelitian meliputi sterillisasi alat dan bahan, persiapan inokulan Nannochloropsis sp. Sterillisasi Alat dan Bahan Sebelum melakukan kultivasi mikroalga dilakukan terlebih dahulu kegiatan sterilisasi terhadap alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan kultivasi. Tujuan dari kegiatan sterilisasi ini adalah untuk membunuh mikroorganisme yang dapat mengancam keberlangsungan hidup mikroalga selama proses kultivasi. Pada penelitian ini kegiatan sterilisasi terbagi menjadi dua yaitu sterilisasi alat dan sterilisasi bahan. Proses sterilisasi alat kultivasi seperti erlenmeyer, pipet tetes dan alat kaca lainya dilakukan dengan menggunakan klorin 150 mg/l selama jam, kemudian dinetralkan dengan menggunakan NaOH mg/l dan selanjutnya dibilas dengan menggunakan air tawar (Isnansetyo dan Kurniastuty.1995). Setelah dibilas dengan menggunakan air tawar peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu disemprot dengan menggunakan alkohol 70%.

15 3 Sterilisasi bahan dilakukan terhadap air laut sebagai media kultur. Air laut terlebih dahulu disaring dengan menggunakan sikat ukuran mata jaring, kemudian air hasil saringan disterilkan dengan menggunakan klorin sebesar 60 ppm. Media air laut diaerasi selama 24 jam, sebelum dinetralkan menggunakan natrium thiosulfat sebesar 20 ppm (Isnansetyo dan Kurniastuty.1995). Persiapan Inokulan Nannochloropsis sp Inokulan Nannochloropsis sp yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan inokulan yang telah dikultur di laboratorium mikroalga Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kampus IPB Baranangsiang. Inokulan diperbanyak dengan cara kultivasi sebagai inokulan penelitian utama. Inokulan yang digunakan pada masing-masing ulangan dalam setiap perlakuan sebanyak 10 liter sebanyak 9 stoples. Persiapan Pupuk Pemberian pupuk dilakukan selama kultivasi, dengan kadar sebanyak 7 tetes yang diberikan setiap seminggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Walne yang telah di komposisikan di laboratorium mikroalga Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kampus IPB Baranangsiang. Pupuk Walne sangat bermanfaat bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp karena pupuk walne mengandung vitamin B12 dan B1 serta unsur kelumit dengan komposisi ZnCl 2, CaCl 2, (NH 4 ) 6, CuSO 4 (Hutagulung et al, 1997). Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan uji hipotesis T yang terdiri atas 3 perlakuan sebanyak 3 kali ulangan, dengan rincian sebagai berikut : 1. Kontrol (K) : Perlakuan dengan memberikan aerasi ke dalam media kultivasi Nannochloropsis sp selama 24 jam. 2. Perlakuan 1 (P1) : Perlakuan dengan memberikan gas karbondioksida ke dalam media kultivasi Nannochloropsis sp dengan konsentrasi 1,5 ml x 100 per menit selama 60 menit setiap hari. 3. Perlakuan 2 (P2) : Perlakuan dengan memberikan gas karbondioksida ke dalam media kultivasi Nannochloropsis sp dengan konsentrasi sebesar 2ml x 100 per menit selama 60 menit setiap hari

16 4 Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 1 Kultivasi Kontrol (tanpa injeksi CO 2 ) Injeksi CO 2 dengan konsentrasi 1,5 ml x 60/menit Injeksi CO 2 dengan konsentrasi 2 x 60/menit Pengukuran Suhu, Salinitas, dan ph Pengukuran kelimpahan sel Pengukuran karbondioksida terlarut Pengukurangas CO 2 tersisa Gambar 1. Skema Metode Penelitian Perlakuan dilakukan untuk membedakan pengaruh injeksi CO 2 terhadap laju pertumbuhan spesifik, parameter kualitas air seperti suhu, salinitas, dan ph, konsentrasi karbondioksida terlarut dan karbondioksida tidak terlarut. Parameter kualitas air yang diamati terdiri dari suhu, salinitas dan ph. Pengambilan data salinitas dilakukan menggunakan hand refraktometer, pengambilan data suhu dilakukan menggunakan thermometer dan ph dilakukan dengan menggunakan ph meter. Pengamatan parameter kualitas air dilakukan setiap hari selama penelitian. Pengukuran gas CO2 yang berada di dalam stoples sampel diukur dengan menggunakan alat bantu bernama orsat. Sementara pengukuran karbondioksida terlarut menggunakan metode titrasi dan menggunakan alat bantu buret. Sampel yang digunakan sebanyak 50 ml. Setelah itu dilihat bagaimana keterkaitannya terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian menggunakan alat seperti akuades yang berfungsi untuk membersihkan alat, klorin yang berfungsi untuk menghilangkan HCl, HCl yang berfungsi untuk membunuh bakteri pathogen, NatriumTiosulfat yang

17 5 berfungsi untuk menghilangkan klorin, NaOH yang berfungsi untuk menentukan karbondioksida terlarut, alkohol 70% yang berfungsi untuk membersihkan sisasisa cairan kimia pada alat-alat, penoptelin yang berfungsi sebagai Indikator karbondioksida terlarut. Prosedur penelitian ini bahan seperti gelas Erlenmeyer 500 ml yang berfungsi sebagai wadah sample, Orsat yang berfungsi sebagai pengukur gas CO 2, Haemocytometer yang berfungsi untuk megukur kelimpahan sel, Pipet tetes yang berfungsi untuk meletakkan sampel pada kaca, kompor gas yang berfungsi untuk sterilisasi air laut, mikroskop yang berfungsi untuk menghitung kelimpahan fitoplankton, ph meter yang berfungsi untuk pengukuran ph, tabung reaksi yang berfungsi sebagai wadah pengukuran CO 2 terlarut, refraktometer yang berfungsi untuk pengukuran salinitas, buret yang berfungsi untuk titrasi karbondioksida terlarut, Thermometer yang berfungsi untuk pengukuran suhu, Mixing Chamber yang berfungsi untuk menggabungkan CO 2 dan O 2. Pengamatan kelimpahan sel Pengamatan kelimpahan sel mikroalga dari masing-masing stoples pada penelitian pendahuluan dan penelitian utama dilakukan setiap hari.perhitungan kelimpahan sel menggunakan Haemocytometer dan mikroskop selama 24 jam sekali untuk masing-masing stoples. Perhitungan kelimpahan sel dapat dilihat pada Gambar 2 Gambar 2. Daerah pengamatan kelimpahan sel yang diamati oleh mikroskop Sumber: Bidang pengamatan dibagi menjadi 5 bagian yaitu kotak 1, 2, 3, 4, dan 5, dimana setiap kotak terdiri dari 16 kotak kecil. Setiap sel yang bearada dalam kotak 1, 2,3, 4, dan 5 dihitung. Namun, apabila sel tersebut terlihat di batas wilayah luar kotak, maka sel tidak dihitung.

18 6 Pengukuran parameter kualitas perairan Pengukuran parameter kualitas perairan terdiri dari pengukuran suhu, ph dan salinitas yang dilakukan selama 10 hari selama kultivasi. Pengukuran parameter kualitas perairan bertujuan untuk mengontrol kualitas air pada media sampel agar tingkat kematian kelimpahan sel bias dikurangi. Pengukuran gas CO 2 tersisa Setiap stoples dihubungkan dengan selang yang telah terhubung ke dalam kantong plastik. Kantong plastik ini berfungsi sebagai tempat menampung gas yang tidak digunakan dalam proses kultivasi mikroalga. Gas karbondioksida yang ada di dalam kantong plastik tersebut selanjutnya dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu bernama orsat. Terdapat gas karbondioksida yang tersisa dalam bentuk persen sesuai dengan angka yang karbondioksida ditunjukan pada skala dalam salah satu tabung yang terdapat pada orsat. Petunjuk pengoprasian Orsat dapat dilihat pada Lampiran 11. Gambar 3.Alat untuk mengukur karbondioksida tersisa (Orsat) Pengukuran karbondioksida terlarut Kandungan karbondioksida terlarut didalam air dapat dihitung dengan menggunakan metode titrasi (Boyd 1988). Sebanyak 50 ml sampel air mikroalga diberi indicator penoptalein untuk menentukan adanya gas karbondioksida yang terlarut. Sampel air dikatakan mengandung gas karbondioksida terlarut, jika setelah ditetesi penoptalein tidak mengalami perubahan warna. Selanjutnya sampel air yang mengandung karbondioksida terlarut dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,0227 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda, lalu catat banyak titran yang digunakan.

19 7 Perhitungan Kelimpahan Sel Kelimpahan sel mikroalga dari masing-masing stoples pada penelitian pendahuluan dan penelitian utama dilakukan setiap hari. Perhitungan kelimpahan sel menggunakan Haemocytometer dan mikroskop. Kelimpahan mikroalga dihitung dengan menggunakan formula Improved Neubaeur Haemocytometer sebagai berikut: Kelimpahan sel (ind/ml) = (1) Dimana: N = jumlah sel mikroalga yang teramati(ind/ml) 25 = jumlah kotak kecil pada haemacytometer 5 = jumlah daerah pengamatan Perhitungan kelimpahan sel mikroalga disajikan pada Lampiran 1. Selain menghitung kelimpahan sel mikroalga, juga dilakukan penghitungan laju pertumbuhan spesifik (µ) (Krichnavaruk et al, 2004). Contoh perhitungan laju pertumbuhan kelimpahan spesifik dapat dilihat pada Lampiran 2. Rumus laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan menggunakan rumus: o Di mana, µ = laju pertumbuhan spesifik Nt = kelimpahan populasi pada waktu t N 0 = kelimpahan populasi sel pada waktu 0 T 0 = waktu pengamatan pada hari N 0 Tt = waktu pengamatan pada hari N t Perhitungan Karbondioksida Terlarut... (2) Nilai konsentrasi karbondioksida terlarut dihitung dengan rumus (Boyd,1982) Di mana... (3) CO 2 = Konsentrasi CO 2 terlarut dalam air mikroalga (mg/l) m = Volume titran NaOH yang terpakai (ml) N = Nilai konstanta (0,0227) N V = Volume air 50ml p = Molaritas CO 2 (44) l = ml per liter air (1000)

20 8 Sementara contoh perhitungan karbondioksida terlarut dapat dilihat pada Lampiran 3. Sementara contoh perhitungan karbondioksida terlarut dapat dilihat pada lampiran 3. Analisis Statistik Uji statistik ini dilakukan pada hasil kelimpahan sel untuk melihat perbedaan dari tiga perlakuan (kontrol, injeksi CO 2 1,5 ml/menit dan injeksi CO 2 2 ml/ menit). Rancangan percobaan menggunakan metode uji T dengan taraf nyata 5%. uji T yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh karbondioksida sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Selain itu uji lanjut dilakukan dengan menggunakan uji BNT yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingginya karbondioksida terhadap Rancangan percobaan menggunakan metode uji T. Hasil analisis uji T dan uji BNT dapat dilihat pada Lampiran 10. (4) Keterangan: x 1 : Rata-rata perlakuan 1 x 2 : Rata-rata perlakuan 2 s 1 : Simpangan baku perlakuan 1 s 2 : Simpangan baku perlakuan 2 2 s 1 : Varians perlakuan 1 2 s 2 : Varians perlakuan 2 n 1 : Jumlah perlakuan 1 n 2 : Jumlah perlakuan 2 Untuk Uji BNT menggunakan rumus: Keterangan: t α,dfe = t tabel MS E = Rata-rata kuadrat eror r = Jumlah perlakuan (3). (5)

21 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik Kelimpahan sel dan laju pertumbuhan pada setiap perlakuan memiliki nilai yang berbeda. Pada hari pertama nilai rata-rata Kontrol kelimpahan sel sebesar 1,5 x P1 memiliki nilai rata-rata kelimpahan awal sebesar 1,9 x 10 6 sel/ml. Sementara untuk perlakuan P2 memiliki nilai kelimpahan awal sebesar 2,2 x 10 6 sel/ml. Perbedaan kelimpahan sel pada awal kultivasi dalam setiap perlakuan disebabkan inokulan yang dimasukan ke dalam setiap perlakuan berasal dari kultur inokulan yang berbeda. Data kelimpahan sel dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kelimpahan Sel (10 6 sel/ml ) K P1 P2 Hari ke Gambar 4. Kelimpahan Sel (10 6 sel/ml) selama kultivasi Gambar 4 menunjukan bahwa kelimpahan sel Nannochloropsis sp pada perlakuan kontrol meningkat hingga hari ke-6 dengan nilai sebesar 5,1 x 10 6 sel/ml. Untuk P1, memiliki nilai kelimpahan sel sebesar 5,6x10 6 sel/ml pada hari ke-6. P2 meningkat hingga hari ke-6 dengan nilai kelimpahan rata-rata sebesar 5,7 x 10 6 sel/ml. Selain itu pada perlakuan kontrol mengalami penurunan kelimpahan sel pada hari ke-7 dengan nilai 3,9 x 10 6 sel/ml. Pada P1 mengalami penurunan kelimpahan sel sebesar 4,2 x 10 6 sel/ml pada hari ke-7. Sementara P2 mengalami penurunan kelimpahan sel menjadi 4,5 x 10 6 sel/ml. Sementara itu, kontrol memiliki laju pertumbuhan spesifik yang paling tinggi pada hari ke-5 dengan nilai 0,6 dan paling rendah pada hari ke-1 dengan nilai -0,26. Sementara P1 memiliki nilai memiliki laju pertumbuhan spesifik yang paling tinggi pada hari ke-5 dengan nilai 0,44 dan paling terendah dengan nilai - 0,28. Untuk P2 memiliki nilai memiliki laju pertumbuhan spesifik yang paling tinggi pada hari ke-2 dengan nilai 0,26, dan paling terendah sebesar -0,1 pada hari ke-6.

22 10 Nilai kelimpahan sel pada perlakuan kontrol meningkat hingga hari ke-6 pada fase deklinasi. Hal ini disebabkan karena nutrien diberikan pada awal kultur, sehingga pembelahan sel dengan laju pertumbuhan meningkat secara intensif. Pada hari ke-7 hingga hari ke-9 memasuki fase kematian, dimana kelimpahan sel menurun. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan metabolisme akibat usia mikroalga (Kawaroe et al. 2010) 0.8 Laju Pertumbuhan Spesifik (10 6 sel/ml) Kontrol P1 P2-0.4 Hari ke- Gambar 5. Laju Pertumbuhan Sel Nannochloropsis sp Selama Kultivasi Nilai kelimpahan pada perlakuan P1 meningkat hingga hari ke-6 dengan nilai kelimpahan sel sebesar 5,5 x 10 6 sel/ml. Pada hari ke-6 terjadi fase deklinasi, dimana terjadi peningkatan kelimpahan sel. Pada hari ke-7 hingga hari ke-9 mengalami penurunan kelimpahan sel. Rata-rata kelimpahan sel perlakuan P1 lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Hal tersebut ditunjukan dengan uji T dimana adanya pengaruh pemberian karbondioksida terhadap pertumbuhan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. Hal ini ditunjukan dengan hasil analisis statistik, dimana F hitung lebih besar dibandingkan F tabel atau tolak H 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelimpahan sel Nannochloropsis sp. Perlakuan P2 terjadi fase lag hingga hari ke-2 dengan nilai kelimpahan sel sebesar 1,7 x Mikrolaga memasuki fase eksponensial hingga hari ke-6 dengan nilai kelimpahan sel 4,9 x Setelah hari ke-7 mikroalga mengalami fase deklinasi dengan nilai 3,9 x Pada fase ini terjadi pengurangan laju pertumbuhan sel sebesar -0,1. Hari ke-8 memasuki fase stasioner dengan nilai kelimpahan 3,8 x Fase stasioner terjadi akibat dari keseimbangan katabolisme dan anabolisme didalam sel. Rata-rata kelimpahan sel perlakuan P2 lebih besar dibandingkan perlakuan P1. Semakin tinggi karbondioksida yang diberikan, maka akan semakin tinggi kelimpahan sel. Hal ini ditunjukan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) yaitu P2 > P1. Selain itu, penyerapan nutrisi oleh mikroalga juga mempengaruhi kelimpahan sel. Nutrien yang dipakai adalah pupuk Walne. Penurunan

23 11 kelimpahan sel disebabkan karena pupuk yang diberikan ke setiap stoples mulai berkurang karena diserap oleh mikroalga tersebut (Fogg 1975). Karbondioksida Terlarut Karbondioksida larut di dalam air, namun belum dimanfaatkan oleh mikroalga. Karbondioksida tersebut membentuk asam karbonat karena memiliki ph asam. Namun karbondioksida yang masuk ke badan perairan membentuk reaksi kesetimbangan sehingga ph menurun dan membentuk ion karbonat, hingga akhirnya membentuk ion bikarbonat. Nilai karbondioksida terlarut dapat dilihat pada Gambar 6 : Karbondioksida Terlarut (mg/l) p1 p2 Hari Ke Gambar 6. Nilai karbondioksida terlarut (mg/l) perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi Berdasarkan grafik di atas menilai karbondioksida pada perlakuan P1 memiliki kisaran nilai 20,5 mg/l-96,21 mg/l. Nilai tersebut memiliki kenaikan hingga hari ke 5 dengan nilai 96,21 mg/l, nilai tersebut tidak dapat ditolerir bagi pertumbuhan organisme akuatik, karena bersifat toksik. Pada hari ke-5, terjadi penurunan nilai karbondioksida terlarut menjadi 87.4 mg/l, hal tersebut terjadi akibat mulai adanya penyerapan karbondioksida terlarut oleh mikroalga. Sementara pada P2 memiliki nilai 29,3 mg/l-97,9 mg/l, nilai tersebut tidak dapat ditolerir bagi pertumbuhan organisme akuatik, karena bersifat toksik. Nilai karbondioksida terlarut yang dapat diterima oleh organisme akuatik adalah 60nunjukan mg/l. Nilai karbondioksida yang melebihi batas, diakibatkan kurangnya prodktivitas sel Nannochloropsis sp dalam penyerapan karbondioksida yang telah diberikan atau dalam kata lain gas karbondioksida yang diberikan tidak termanfaatkan dengan baik pada proses fotosintesis. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhnya yang relatif kecil (Tomas1997). Selain ditampilkan pada grafik diatas, nilai karbondioksida terlarut dapat dilihat pada Lampiran 8.

24 12 Karbondioksida Tersisa Karbondioksida yang diberikan tidak semua larut dalam air, namun karbondioksida yang larut dalam air kembali ke udara dan berada di dalam stoples. Hal tersebut terjadi karena adanya proses respirasi oleh mikroalga. Dekomposisi bahan organik menghasilkan karbondioksida yang dikembalikan ke udara. Pemberian karbondioksida dilakukan setiap hari selama 60 menit dengan konsentrasi karbondioksida sebesar 2 bar dan O 2 sebesar 2 bar yang di campur dengan menggunakan Mixing Chamber. Konsentrasi karbondioksida tidak terserap ini di ukur dengan menggunakan orsat dan dapat dilihat pada Gambar 7. Karbon Tersisa (%) Hari ke P1 P2 Gambar 7. Konsentrasi karbondioksida tidak larut (%)perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi Konsentrasi pada perlakuan P1 menunjukan kisaran nilai 2%-7% dari total konsentrasi gas karbondioksida yang diberikan pada kultivasi mkroalga. Sementara Konsentrasi pada perlakuan P2 menunjukan kisaran nilai 1%-8% dari total konsentrasi gas karbondioksida yang diberikan pada kultivasi mkroalga. Semakin tinggi nilai karbondioksida yang tidak terserap, maka akan semakin rendah nilai karbondioksida terlarut. Konsentrasi karbondioksida tidak terserap dipengaruhi oleh suhu, kondisi fisiologis organisme dan jumlah substrat yang dapat teroksidasi.pada perlakuan P1, suhu rata-rata berkisar 27.5 C lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata P2. Hal tersebut menyebabkan respirasi pada perlakuan P1 lebih besardibandingkan P2. Gambar 2 menunjukan perlakuan P1 memiliki gas karbondioksida tidak terserap yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan P2.Pada perlakuan P2 memiliki nilai rata-rata 4,8% dimana gas karbondioksida lebih besar dibandingkan pada perlakuan P1 selama kultivasi yaitu sebesar 4,4%. Hal tersebut dikarenakan rendahnya proses respirasi P2 dibandingkan P1. Dilihat dengan lebih rendahnya suhu P2 yaitu sebesar 26,5 C

25 13 dibandingkan rata-rata suhu P1 yaitu sebesar 27.5 C. Selain ditampilkan pada grafik diatas, nilai karondioksida tersisa dapat dilihat pada Lampiran 9. Parameter Kualitas Perairan Suhu Pengukuran suhu dilakukan setiap hari selama 10 hari dengan menggunakan thermometer di setiap perlakuan. Pada penelitian ini suhu ruangan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk ke ruangan dan pendingin ruangan, sehingga suhu ruangan tidak terjadi perubahan yang signifikan. Suhu berperan mengendalikan kondisi mikroalga yang terdapat dalam stoples. Penurunan suhu menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (Haslam 1995). Perubahan suhu dapat dilihat pada Gambar 8: Suhu ( C) Hari ke Kontrol p1 p2 Gambar 8. Perubahan suhu ( C) perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi Grafik diatas menjelaskan perubahan suhu dimana suhu pada saat kultivasi berkisar 24 C - 29 C. Dimana tidak ada perubahan yang signifikan terjadi pada kedua perlakuan, karena penelitian dilakukan di dalam ruangan, sehingga faktor lingkungan seperti suhu lingkungan dan cahaya matahari tidak terlalu berpengaruh pada perubahan suhu. Organisme akuatik dapat hidup pada suhu berkisar antara 20 C- 30 C (Effendi 2003).Selain itu perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme perairan, dan selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu pada perairan maka, semakin tinggi metabolisme dan respirasi organisme. Selain ditampilkan pada grafik diatas, nilai suhu dapat dilihat pada Lampiran 5. Salinitas Pengambilan data salinitas dilakukan setiap hari selama 10 hari, dengan menggunakan refraktometer. Secara umum, kisaran salinitas selama kultivasi mikroalga pada setiap perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan. Salinitas kultivasi masing-masing perlakuan semakin meningkat setiap harinya selama kultivasi, perubahan rata-rata salinitas pada kultur Nannochloropsis sp.selama penelitian, besarnya salinitas berkisar antara Nannochloropsis sp. dapat

26 14 berkembang dengan baik pada salinitas 31 dan dapat terus menerus berkembang pada kisaran salinitas (Hu dan Gao, 2006). Berikut perubahan nilai salinitas selama kultivasi. Salinitas ( ) Hari Ke Kontrol p1 p2 Gambar 9.Perubahan salinitas ( ) perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi Secara umum Gambar 9 menunjukan bahwa niali salinitas yang fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengendapan garam yang terdapat pada media kultivasi yaitu air laut. Selain itu kondisi metabolisme sel mikroalga mempengaruhi nilai salinitas. Selain ditampilkan pada grafik diatas, nilai suhu dapat dilihat pada Lampiran 6. Derajat Keasaman (ph) Pengambilan data ph dilakukan setiap hari, selama kultivasi dengan menggunakan ph meter. Pada perlakuan kontrol nilai ph tertinggi berkisar antara 5,3-7 Untuk perlakuan P1 nilai ph berkisar antara 5,3-6,5. Dan nilai untuk perlakuan P2 berkisar antara 4,9-6,5. Berikut perubahan nilai ph selama kultivasi. 8 Konsentrasi ph Hari ke Kontrol p1 p2 Gambar 10. Perubahan ph perlakuan P1 dan P2 selama kultivasi Nilai ph setelah diberikan gas karbondioksida terdapat pada rentang 4,9-7, dimana selama kultivasi nilai ph semakin asam yang diakibatkan karbondioksida yang diberikan.selain itu pemberian karbondioksida mempengaruhi nilai ph pada setiap perlakuan, dimana ph pada perlakuan P2

27 15 lebih besar dibandingkan pada perlakuan P1. Selain ditampilkan pada grafik diatas, nilai ph dapat dilihat pada Lampiran 7. KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian gas karbondioksida pada tingkat ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga jenis Nannochloropsis sp, dimana rata-rata kelimpahan P2 yang diberikan 2 ml/menit selama 60 menit/hari lebih besar dibandingkan kelimpahan pertumbuhan P1 yang diberikan gas karbondioksida sebesar 1,5 ml/menit selama 60 menit/hari.pemberian gas karbondioksida sampai pada kondisi 2 ml/menit selama 60 menit/hari mampu meningkatkan pertumbuhan mikroalga jenis Nannocholoropsis sp mencapai 2,2 X 10 6 sel/ml. Saran untuk penelitian ini adalah perlu memperlakukan sterilisasi media kultur untuk mendapatkan kondisi yang optimum (salinitas dan ph). DAFTAR PUSTAKA Anon, S MAT, Kocer MTAlp, dan H Erbas Studies on Growth Marine Microalgae in Batch Cultures: III. Nannochloropsis oculata. Departement of Basic Aquatic Sciences, Faculty of Aquaculture, Firat University, Elazig, Turkey. Asian Plant Sci 4(6) : Becker EW Microalgae Biotechnology and Microbiology. New York (USA):Cambridge University Press. Boney, A.D Phytoplankton. Second edition. Edward Arnold, London. 118p Borowitzka MA dan Borowitzka LJ Microalgae Biotechnology. New York (USA): Cambridge University Press Boyd CE Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Print-ing. Alabama Diharmi A Pengaruh Pencahayan Terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif Mikroalga Spirulina Platensis Strain Local (Ink), Tesis Magister, IPB, Bogor. Chiu SY, Ya Kao C, Ta Tsai M, Cin Ong S, Hsun Chen C dan Sheng Lin C Lipid Accumulation and CO 2 Utilization of Nannocholoropsis sp in Response to CO 2 Aeration. Biore Tech. 100: Effendi H Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Yogyakarta: Kanisius Fogg GE Algal Culture and Phytoplankton Ecology. London (UK): The University of Wisconsin Press Haslam River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 253 p. Hu,H and Gao K Response of Growth and Fatty Acid Compositions of Nannochloropsis sp. to Environmental Factors Under Elevated CO 2 Concentration, Biotech Lett. 28:

28 16 Hutagalung, H. P., D. Setiapermana, S. H. Riyono Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 181 h. Isnansetyo A, Kurniastuty Teknik Kultur Pytoplankton dan Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta (ID): Kanisius. Kawaroe M, Pratono T, Sunuddin A, Sari DW, Agustine D Mikroalga: Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. Bogor (ID): IPB Press. Krichnavaruk S, Worapanne, Sorawit, dan Prasert Optimal Growth Conditions and the Cultivation of Chaetoceros calcitrans in Airlift Photobioreactor. Chem Eng. 105: Li, Y., Mark H, Nan W, Christoper Q. Lan dan Nathalie DC Biofuels from microalgae. Biotech Progr (24) Mattjik AA. dan Sumertajaya Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press Rocha JMS, Garcia JEC, Henriques MHF Growth Aspects of the Marine Microalga Nannochloropsis gaditana. Biomolec Eng. 20 (4-6) : Spolaore P, Claire J, Elie D, Arsene I Commercial Aplication of Microalgae. Journ of Bioscie and Bioengin. 101 (2) : Zahoor M, Wazir A, Mohammad, Muhammad SF Ethno Botanically Important Plants of Skirts Hilly Areas, District Karak,Pakistan. Pak. J. Pl. Sci.,15 (1):39-43

29 LAMPIRAN 17

30 18 Lampiran 1.Perhitungan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. Kelimpahan sel (ind x10 6 /ml) = Contoh : Pengamatan Nannochloropsis sp pada perlakuan P2di hari ke 0ulangan 3 diperoleh N =112 Kelimpahan sel (ind x10 6 /ml) = = 43 x 5 x 10 4 = 215 x 10 4 = 2,15 x 10 6 Jadi kelimpahan sel Nannochloropsis sp sebesar = 2,15 x 10 6 sel/ml

31 19 Lampiran 2. Perhitungan laju pertumbuhan spesifik (μ) kelimpahan sel 1.Laju Pertumbuhan Spesifik Kelimpahan Sel (μ) Mikroalga Laju pertumbuhan spesifik kelimpahan sel Nannochloropsis sp dihitung dengan menggunakan persamaan berikut μ = Dimana : μ= Laju pertumbuhan spesifik kelimpahan sel (sel /ml/hari) N 0 = Kelimpahan sel Nannocloropsis sp awal (sel/ml) Nt= Kelimpahan sel Nannocloropsis sp akhir (sel/ml) t= Selang waktu dari N 0 ke Nt(hari) Laju pertumbuhan spesifik maksimum dihitung dari kelimpahan pada saat awal kultur hingga puncak kelimpahan maksimum Contoh : Nannochloropsis sp pada perlakuan P1 memiliki kelimpahan pada hari ke-3= 2,8 x 10 6 sel/ml, kelimpahan pada hari ke-4 = 3,4 x10 6 sel/ml, Laju pertumbuhan spesifik (μ) kelimpahan sel pada hari ke-3adalah : μ= ln (3,4 x 10 6 ) ln (2,8 x 10 6 ) / (1-0) = 0,19

32 20 Lampiran 3. Contoh perhitungan karbondioksida terarut Nilai konsentrasi karbondioksida terlarut dihitung dengan rumus (Boyd,1982). CO 2 = Konsentrasi CO 2 terlarut dalam air mikroalga (mg/l) m = Volume titran NaOH yang terpakai (ml) N = Nilai konstanta (0,0227) N V = Volume air 50ml Contoh: Karbondioksida terlarut pada hari ke-4 perlakuan P2 ulangan ke-3 adalah 5,7 = 5,7 x 0,0227 x 44 x = 5693,16 50 = 100,32 mg/l

33 21 Lampiran 4.Tabel Kelimpahan sel dan laju pertumbuhan kelimpahan sel Nannochloropsis sp K P1 P2 Hari Ke x10 6 sel/ml µ x10 6 sel/ml µ x10 6 sel/ml µ 0 0.5± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± Keterangan: K: Perlakuan Kontrol dengan aerasi P1: Perlakuan gas karbondioksida sebesar 1,5ml/ menit selama 60 menit P2: Perlakuan gas karbondioksida sebesar 2 ml/ menit selama 60 menit µ : Laju pertumbuhan pada perlakuan

34 22 Lampiran 5. Parameter suhu selama kultivasi Hari ke Perlakuan Ulangan Ke Rata

35 23 Lampiran 6. Parameter Salinitas Hari ke Perlakuan Rata-rata Ulangan ke

36 24 Lampiran 7. Parameter ph selama kultivasi Hari ke Perlakuan Ulangan Rata-rata

37 25 Lampiran 8.Kandungan karbondioksida terlarut dalam kultivasi Nannochloropsis sp pada perlakuan P1 dan P2 Hari ke Perlakuan Ulangan Ke rata-rata

38 26 Lampiran 9. Kandungan karbondioksida tidak terlarut dalam kultivasi Nannochloropsis sppada perlakuan P1 dan P2 Hari ke Perlakuan Ulangan Ke Rata-rata

39 27 Lampiran 10. Hasil uji t dan Uji lanjut BNT pada kelimpahan sel Uji t t-test: Paired Two Sample for Means Variable Variable 1 2 Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference 0 Df 56 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Hasil uji t pada table diatas menunjukan bahwa t hitung sebesar lebih besar dibandingkan t table sebesar Sehingga dapat disimpulkan Tolak H 0 atau pemberian karbondioksida dapat mempengaruhi kelimpahan sel. Uji lanjut BNT Sebelum Uji lanjut BNT, dilakukan uji annova. Berikut hasil uji annova Anova: Single Faktor SUMMARY Groups Count Sum Average Variance Column Column Column ANOVA Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups Within Groups Total

40 28 Lanjutan Lampiran 10 Mse Ta A 0.05 Dfe 87 R 3 BNt α = (t α, dfe ). =1.98 = 0,33 P1= rata-rata p1 + nilai BNT = 3,51+ 0,33 = 3,84 P2= rata-rata p1 + nilai BNT = 3,765+ 0, = 4,09 Dari Hasil Uji lanjut BNT di atas, didapatkan P2 > P1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tolak H 0 atau kelimpahan sel yang diberikan injeksi karbondioksida sebesar 2 ml/menit lebih tinggi dibandingkan kelimpahan sel yang diberikan injeksi karbondioksida sebesar 1,5 ml/menit.

41 29 Lampiran 11. Foto-foto kegiatan a. Inokulan Nannochloropsis sp b. Mixing Chamber c. Orsat analyzer d. Kompresor

42 30 e. Buret f. Sampel yang akan di analisis f. NaoH

43 31 Lampiran 11 Petunjuk Pengoprasian orsat Skema pengukuran karbondioksida tersisa (orsat) Sumber: Keterangan Gambar : A : Gas Sempel yang akan di ukur dan dianalisis kandunganya B: Larutan pendorong gas berisi larutan NaCl C : Three-way Valve D : Larutan KOH yang berfungsi selbagai penyerap gas yang akan di analisis E : Tabung Absorbsi F1 : Valve yang dihubungkan ke tabung D F2 : Valve yang dihubungkan ke tabung D F3: Valve yang dihubungkan dengan tempat penampungan gas sampel Keterangan Bahan Larutan KOH 50% : Diisikan ke dalam tabung D Fungsinya sebagai larutan penyerap gas yang akan dianalisis Larutan NaCl 3% : Diisikan ke dalam tabung B fungsinya sebagai larutan pendorong gas yangakan dianalisis Air: Diisikan ke bagian selubung luar tabung E fungsinya sebagai pembias untuk memudahkan visualisasi/pembacaan skala. Persiapan Awal 1. Buka penutup tabung B

44 32 2. Pastikan level cairan pada tabung D (depan & belakang) berada pada posisi setara. Jika level cairan tidak setara, atur dengan membuka Valve F1 dan F3, jika perlu naik turunkan tabung B. Setelah level cairan setara, kembalikan Valve F ke posisi tertutup. 3. Buanglah udara atau sisa gas sebelumnya dari tabung A sehingga tidak mengganggu atau menginterferensi analisis yang akan dilakukan. Untuk melakukannya pastikan Valve F1 dalam keadaan tertutup. 4.Kemudian buka Valve F3, dan dengan perlahan angkat tabung B. Perhatikan level cairan dalam tabung A, level cairan dalam tabung E akan naik dan udara atau gas di atasnya akan terusir keluar. Pengisian Gas 1. Pastikan semua kriteria tahapan awal telah telah terpenuhi. 2. Hubungkan kontainer gas ke Valve F3. 3. Buka Valve F3, pindahkan gas dengan cara memberikan tekanan pada kontainer gas, atau dengan menurunkan Tabung B. 4. Perhatikan level cairan pada tabung A, level cairan akhir harus berada pada skala seratus atau nol pada bagian bawah tabung. 5. Setelah level cairan dalam tabung A berada pada skala seratus atau nol pada bagian bawah tabung, tutup Valve F3. 6. Peralatan ORSAT siap digunakan untuk keperluan analisis. Tahap Analisis Gas 1. Pastikan peralatan ORSAT telah siap digunakan untuk analisis. 2. Buka Valve F1. 3. Angkat perlahan tabung B, sehingga gas akan pindah dari tabung A ke tabung absorpsi (tabung D). Perhatikan level cairan pada tabung D. 4. Angkat terus tabung B hingga level cairan dalam tabung B mencapai pipa horizontal. Jika jumlah udara atau gas yang terusir keluar sudah dirasa cukup, tutup Valve F3 merupakan dua tabung kembar yang saling terhubung, level cairan di salah satu tabung akan naik. 5. Setelah level cairan pada salah satu tabung D hampir habis, turunkan kembali tabung B. 6. Saat menurunkan tabung B, perhatikan level cairan pada Tabung A. Hentikan menurunkan tabung B pada saat level cairan pada tabung A mencapai skala seratus atau nol pada bagian bawah. 7. Ulangi langkah ke-3 hingga langkah ke-6 beberapa kali 8. Perhatikan bacaan skala pada tabung E, saat level cairan pada tabung D berada dalam keadaan setara. 9. Naik turunkan tabung B satu kali lagi, kemudian kembali perhatikan bacaan skala pada tabung A, saat level cairan pada tabung D berada dalam keadaan setara. Bandingkan bacaan skala saat ini dengan bacaan sebelumnya

45 10.Jika terdapat perbedaan bacaan skala yang signifikan, ulangi langkah 7 dan langkah 8. Analisis dapat dihentikan setelah bacaan skala cenderung konstan selama beberapa kali pengulangan. 11. Untuk menghentikan analisis, perhatikan level cairan dalam tabung D. Saat level cairan dalam tabung D sudah setara, segera tutup Valve F1. Kemudian baca skala dengan melihat level cairan dalam tabung A. 12. Pastikan level cairan dalam tabung D berada dalam keadaan setara, sebelum membaca skala. 13. Skala dibaca dengan melihat level cairan pada tabung A. Pada prinsipnya, jumlah gas yang terabsorpsi akan sama dengan jumlah cairan yang mengisi tabung E pada saat akhir analisis 33

46 34 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, 14 September 1990 merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ayah Fathin Djohari dan Ibu Sri Mulyati. Pada tahun penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Lembang. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) tahun dan aktif mengikuti kegiatan Marine Goes to School.. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pasokan Karbondioksida Terhadap Kelimpahan Sel Jenis Nannochloropsis sp"

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 11 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kelimpahan sel Nannochloropsis sp.

Lampiran 1. Perhitungan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. L A M P I R A N 40 41 Lampiran 1. Perhitungan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. Kelimpahan sel (ind x10 6 /ml) = n x 25 5 x104 Contoh : Pengamatan Nannochloropsis sp. pada perlakuan aerasi di hari ke

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 2010 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) PADA KULTIVASI OUTDOOR MIKROALGA Nannochloropsis sp.

PEMANFAATAN GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) PADA KULTIVASI OUTDOOR MIKROALGA Nannochloropsis sp. PEMANFAATAN GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) PADA KULTIVASI OUTDOOR MIKROALGA Nannochloropsis sp. ADITYA HIKMAT NUGRAHA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi kontrol, kultivasi menggunakan aerasi (P1) dan kultivasi menggunakan karbondioksida

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1)

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1) PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1) 1) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung dan uji proksimat di Politeknik Lampung 2012. B. Materi

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium Fitoplankton Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. 3.2. Materi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroalga Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan mikroorganisme prokariotik atau eukariotik yang dapat berfotosintesis dan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat hidup dalam kondisi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

Studi Kultur Semi-Massal Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau (Di Desa Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab.

Studi Kultur Semi-Massal Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau (Di Desa Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab. Studi Kultur Semi-Massal Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau (Di Desa Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab. Lamongan) Study on Cultivation Semi-Mass of Microalgae Chlorella sp on Ponds

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Penghitungan kelimpahan diatom Formulasi :... (1) Dimana N adalah jumlah sel mikroalga yang teramati Bidang Pengamatan pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Dalam 100 g bayam mengandung 426 mg nitrat dan 557 mg fosfor dan konsentrasi nitrat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,9-3,5

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) UNTUK KULTIVASI MIKROALGA Nannochloropsis sp. SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL

PEMANFAATAN KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) UNTUK KULTIVASI MIKROALGA Nannochloropsis sp. SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL PEMANFAATAN KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) UNTUK KULTIVASI MIKROALGA Nannochloropsis sp. SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL FEMI ZUMARITHA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

pemeliharaan Gelidium latifolium berlangsung dari bulan Juni sampai Juli Rangkaian penelitian dilakukan di Laboratorium Mikroalga, Surfactant

pemeliharaan Gelidium latifolium berlangsung dari bulan Juni sampai Juli Rangkaian penelitian dilakukan di Laboratorium Mikroalga, Surfactant 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2012. Waktu pemeliharaan Gelidium latifolium berlangsung dari bulan Juni sampai Juli 2012. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan November 2012. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Biota uji Biota uji yang

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades, 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biakan murni Spirulina platensis yang diambil

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Meytia Eka Safitri *, Rara Diantari,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PERCOBAAN 1. Variabel Penyerapan CO 2 memerlukan suatu kondisi optimal. Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa variasi untuk mencari kondisi ideal dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu BAB III METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENAMBAHAN NUTRISI MAGNESIUM DARI MAGNESIUM SULFAT (MgSO 4.7H 2 O) DAN NUTRISI KALSIUM DARI KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA KULTIVASI TETRASELMIS CHUII UNTUK MENDAPATKAN KANDUNGAN LIPID MAKSIMUM Dora Kurniasih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroalga merupakan organisme air fotoautropik uniseluler atau multiseluler (Biondi and Tredici, 2011). Mikroalga hidup dengan berkoloni, berfilamen atau helaian pada

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri Tani Pemuka (Japfa), Unit Hatchery Udang Vannamei, Jalan Raya Gilimanuk km

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung dan Uji Proksimat dilaksanakan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata, IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. Nindri Yarti *, Moh.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei Juni 2014, di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK Chlorella sp. DAN Dunaliella sp. BERDASARKAN PERBEDAAN NUTRIEN DAN FOTOPERIODE 1

LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK Chlorella sp. DAN Dunaliella sp. BERDASARKAN PERBEDAAN NUTRIEN DAN FOTOPERIODE 1 LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK Chlorella sp. DAN Dunaliella sp. BERDASARKAN PERBEDAAN NUTRIEN DAN FOTOPERIODE 1 ABSTRAK (Specific Growth Rate of Chlorella sp. And Dunaliella sp. According to Different Concentration

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK ejurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 013 ISSN: 303600 PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp Leonardo Bambang Diwi Dayanto *, Rara Diantari dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) PADA KULTIVASI MIKROALGA Porphyridium cruentum DAN KONVERSINYA MENJADI MINYAK MENTAH

PEMANFAATAN GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) PADA KULTIVASI MIKROALGA Porphyridium cruentum DAN KONVERSINYA MENJADI MINYAK MENTAH PEMANFAATAN GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) PADA KULTIVASI MIKROALGA Porphyridium cruentum DAN KONVERSINYA MENJADI MINYAK MENTAH RIZKY HERMAWAN SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 TUGAS AKHIR SB 091358 PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI MEDIA EKSTRAK TAUGE (MET) DENGAN PUPUK UREA TERHADAP KADAR PROTEIN Spirulina sp. PADA MEDIA DASAR AIR LAUT Dwi Riesya Amanatin (1509100063) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat Terhadap Pertumbuhan Mikroalga (Nannochloropsis oculata)

Pengaruh Pemberian Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat Terhadap Pertumbuhan Mikroalga (Nannochloropsis oculata) Pengaruh Pemberian Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat Terhadap Pertumbuhan Mikroalga (Nannochloropsis oculata) Hismarto Bahua.*, Yusuf Hendrawan, Rini Yulianingsih Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Uji protein dilaksanakan

Lebih terperinci

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung. III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental di lapang dengan menggunakan fotobioreaktor rancangan Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) (Lampiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar. Spirulina

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta PERTUMBUHAN KULTUR Chlorella spp SKALA LABORATORIUM PADA BEBERAPA TINGKAT KEPADATAN INOKULUM The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum Lady Diana Tetelepta Jurusan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

The Recirculation Batch System of Photobioreactor Against Growth Rate of Chlorella vulgaris Microalgae, Chlorella sp. and Nannochloropsis oculata

The Recirculation Batch System of Photobioreactor Against Growth Rate of Chlorella vulgaris Microalgae, Chlorella sp. and Nannochloropsis oculata Penggunaan Fotobioreaktor Sistem Batch Tersirkulasi terhadap Tingkat Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis oculata Tri Nurhayati, Mochamad Bagus Hermanto, dan Musthofa

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON CRYSOPHYTA (Paheodactylum sp., Chaetoceros sp., DAN Pavlova sp.) PADA BERBAGAI TINGKAT KANDUNGAN UNSUR HARA NITROGEN, FOSFOR DAN SILIKAT (Composition and Abundance

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

]BIOFIKSASI CO 2 OLEH MIKROALGA Chlamydomonas sp UNTUK PEMURNIAN BIOGAS

]BIOFIKSASI CO 2 OLEH MIKROALGA Chlamydomonas sp UNTUK PEMURNIAN BIOGAS ]BIOFIKSASI CO 2 OLEH MIKROALGA Chlamydomonas sp UNTUK PEMURNIAN BIOGAS TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Magister Teknik Kimia Rufaida Nur Rostika L4C009012 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Limbah cair usaha kegiatan peternakan dari MT Farm Ciampea b. Air Danau LSI IPB. c.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu input penting dalam budidaya ikan. Pakan menghabiskan lebih dari setengah biaya produksi dalam kegiatan budidaya ikan. Dalam kegiatan budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan penting dalam pembentukan biomolekul, namun demikian apabila organisme sedang kekurangan energi,

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2007 di Laboratorium Ekologi Hewan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TERHADAP KONSENTRASI BIOMASSA. DAN KANDUNGAN PROTEIN MIKROALGA Chaetoceros calcitrans SKRIPSI

PENGARUH JENIS MEDIA TERHADAP KONSENTRASI BIOMASSA. DAN KANDUNGAN PROTEIN MIKROALGA Chaetoceros calcitrans SKRIPSI PENGARUH JENIS MEDIA TERHADAP KONSENTRASI BIOMASSA DAN KANDUNGAN PROTEIN MIKROALGA Chaetoceros calcitrans SKRIPSI Oleh : I KOMANG TRIKUTI NIM : 1111205037 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK Pakan alami yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp. 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Mikroalga diartikan berbeda dengan tumbuhan yang biasa dikenal walaupun secara struktur tubuh keduanya memiliki klorofil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini dibandingkan beberapa parameter polutan dalam limbah cair tapioka yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT Pemberian Jurnal Akuakultur zat pengatur Indonesia, tumbuh 6(1): kepada 37 42 Chlorella (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 37 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGOPERASIAN FOTOBIOREAKTOR SKALA LABORATORIUM MENGGUNAKAN MIKROALGAUNTUK PENYERAPAN EMISI CO2

DASAR-DASAR PENGOPERASIAN FOTOBIOREAKTOR SKALA LABORATORIUM MENGGUNAKAN MIKROALGAUNTUK PENYERAPAN EMISI CO2 J. Tek. Ling Vol.11 No.3 Hal. 475-480 Jakarta, September 2010 ISSN 1441-318X DASAR-DASAR PENGOPERASIAN FOTOBIOREAKTOR SKALA LABORATORIUM MENGGUNAKAN MIKROALGAUNTUK PENYERAPAN EMISI CO2 Hendra Tjahjono

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2011 di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido terletak pada koordinat posisi 106 48 26-106 48

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar fosil saat ini semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya persediaan bahan

Lebih terperinci

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 1 No. 3, Oktober 2013,

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 1 No. 3, Oktober 2013, Pengaruh Penambahan Plant-Growth Promoting Bacteria (Azospirillum Sp.) Terhadap Laju Pertumbuhan Mikroalga (Chlorella Sp.) Pada Media Limbah Cair Tahu Sintetis Tiara Ika Susanti, Musthofa Lutfi, dan Wahyunanto

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TEMPE SEBAGAI NUTRIEN KULTIVASI Chlorella sp. MIKROALGA PENGHASIL BIOENERGI LAPORAN AKHIR PKMP

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TEMPE SEBAGAI NUTRIEN KULTIVASI Chlorella sp. MIKROALGA PENGHASIL BIOENERGI LAPORAN AKHIR PKMP PROGRAM KREATIITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TEMPE SEBAGAI NUTRIEN KULTIASI Chlorella sp. MIKROALGA PENGHASIL BIOENERGI LAPORAN AKHIR PKMP Disusun oleh: Prayuga Deka Rusyana F34100072 Angkatan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kepadatan Sel Kepadatan sel Spirulina fusiformis yang dikultivasi selama 23 hari dengan berbagai perlakuan cahaya menunjukkan bahwa kepadatan sel tertinggi terdapat

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan TINJAUAN PUSTAKA Fitoplankton Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan sering hanya disebut alga. Alga merupakan organisme yang tersedia melimpah di alam dan dibedakan menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL

PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL PERTUMBUHAN FITOPLANKTON Tetraselmis sp DI WADAH TERKONTROL DENGAN PERLAKUAN CAHAYA LAMPU TL Anita Padang, Sinta La Djen, Tahir Tuasikal Staf Pengajar UNIDAR-Ambon, e-mail : - ABSTRAK Tetraselmis sp merupakan

Lebih terperinci

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 19-23. April 2016. ISSN : 2460-9226 AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS Disusun oleh Nama : Muhammad Darussalam Teguh NIM : 12696 Golongan : B4 Asisten Koreksi :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan. Peningkatan benih berkualitas mampu didapatkan dengan pengontrolan panti benih dan pakan

Lebih terperinci

Kultur Nannochloropsis

Kultur Nannochloropsis Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 588-595 Kultur Nannochloropsis sp. Dan Pembuatan PastA Nannochloropsis Sp. Dengan Menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING (Bekas Cacing) TERHADAP KELIMPAHAN Nannochloropsis sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING (Bekas Cacing) TERHADAP KELIMPAHAN Nannochloropsis sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING (Bekas Cacing) TERHADAP KELIMPAHAN Nannochloropsis sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI RINA MARITO DAULAY 090302067 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO Hasrianti 1, Nurasia 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 hasriantychemyst@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN Percobaan yang akan dilakukan adalah fermentasi minyak kelapa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim protease dan menganalisis kualitas minyak yang dihasilkan.

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci