TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza Tipe A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza Tipe A"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza Tipe A Penyakit Avian Influensa (AI) disebabkan oleh virus influensa tipe A yang merupakan virus RNA dari famili Orthomyxoviridae dengan genus Orthomyxovirus. Berbentuk spheris atau longitudinal, asam nukleatnya berantai tunggal dengan kutub negatif, sepanjang kurang lebih nukleotida yang tersusun dalam 8 segmen gen yang mengkode sekitar 10 jenis protein, yakni HA (Hemaglutinin), NA (Neuraminidase), NP (Protein Nukleokapsid), M1 dan M2 (Protein matriks), NS1 dan NS2 (Protein nonstruktural), PA (Polimerase protein A), PB1 dan PB2 (Polimerase protein B1 dan B2) (Ghedin et al. 2005). Daerah eksternal Hemaglutinin terdiri dari oligosakharida yang menyalurkan derivat neuroaminic, berbentuk seperti tombol dan berkaitan dengan kemampuannya melekat pada reseptor sel (Watowich et al. 1994). Neuraminidase berperan untuk menghidrolisis ikatan antara galaktosa dan N acetylneraminic pada rantai ujung oligosakharida glikoprotein. Fungsi NA ini harus berada dalam keseimbangan dengan HA. Hal ini agar aktivitas enzimatik dalam melepaskan asam sialat dari sel yang terinfeksi tidak menyebabkan penurunan efisiensi infeksi sel berikutnya. Fungsi lain dari NA adalah untuk melepaskan partikel virus yang sudah selesai replikasi dalam sel, mencegah virion yang sudah terbentuk tersebut menempel kembali pada reseptor asam sialat melalui tonjolan HA. Oleh karena itu efisiensi replikasi virus AI sangat tergantung pada kerjasama protein HA dan NA dari virus (Suzuki et al. 2000). Polimerase RNA-RNA aktif, yang bertanggung jawab untuk replikasi dan transkripsi, dibentuk dari PB2, PB1, dan PA. Polimerase tersebut memiliki aktivitas endonuklease dan diikat ke RNP. Protein NS1 dan NS2 memiliki fungsi pengaturan untuk mendorong sintesis komponen-komponen virus dalam sel terinfeksi. (Gurtler 2006) Protein matriks mempunyai peran dalam penyusunan virion virus AI. Bersama dengan protein HA dan NA protein M2 menyusun struktur amplop virus dan berperan sebagai saluran ion. Protein M1 tidak hanya sebagai komponen

2 5 struktural virus, tetapi juga berperan pada awal infeksi dalam pemisahan protein M1 dari RNP untuk masuk ke dalam sitoplasma sel tropisma (Reid et al. 2002). Virus influensa memiliki 2 antigen utama yaitu Hemaglutinin (HA atau H) dan Neuraminidase (NA atau N) (Horimoto & Kawaoka 2005). Subtipe virus influensa tipe A dinamai berdasarkan kedua antigen utama tersebut (HA dan NA). Berdasarkan sifat antigenisitas dari glikoprotein, virus influensa A telah teridentifikasi ada 16 subtipe HA (H1-H16) dan 9 subtipe NA (N1-N9). (CDC 2008). Klasifikasi tersebut ditetapkan melalui analisis filogenetik terhadap nukleotida dan penetapan urutan (sequences) gen-gen HA dan NA melalui cara deduksi asam amino (Fouchier et al. 2005). Virus AI juga bersifat dinamis dan dapat berkembang secara terus menerus. Variasi antigenik pada virus AI dapat terjadi melalui 2 cara yakni drift dan shift Pada antigenic drift, prosesnya terjadi secara berlahan-lahan dengan menghasilkan sedikit perubahan pada struktur antigen permukaan HA dan atau NA, sehingga dihasilkan virus strain baru (CDC 2005b). Determinan antigenik dari glikoprotein permukaan HA dan NA dipengaruhi oleh mekanisme yang dipicu oleh kekebalan (Fergusson et al 2003). Mutasi yang menonjol di tempat antigenik menurunkan atau menghambat ikatan antibodi-antibodi penawar (neutralising antibody), dengan demikan memudahkan subtipe baru untuk menyebar dalam populasi yang tidak punya kekebalan. Antigenic shift menunjukkan adanya perubahan mendadak dan mendalam dalam determinan antigenik, yaitu pertukaran subtipe HA dan atau NA, di dalam satu siklus tunggal replikasi. Hal ini terjadi dalam sebuah sel yang secara bersamaan terinfeksi oleh dua atau lebih virus influensa A dari subtipe yang berbeda. Karena distribusi segmen genomik virus yang sudah tereplikasi ke dalam progeni yang baru tumbuh berlangsung tanpa tergantung kepada subtipe asal dari tiap segmen itu, dapat muncul progeni yang berkemampuan untuk bereplikasi yang membawa informasi genetik dari virus induk yang berbeda-beda (WHO 2005b). Antigenic shift dapat timbul melalui tranmisi secara langsung dari unggas ke manusia atau melalui percampuran antara gen virus influensa tipe A pada

3 6 manusia dan gen virus influensa tipe A pada hewan untuk membentuk virus subtipe A melalui sebuah proses yang disebut genetic reabsorbment (CDC 2005a). Virus Influensa A mempunyai selubung yang mengandung glikoprotein dan dilapisi oleh lapisan lemak ganda. Virus ini tetap hidup dalam air pada suhu 20 0 C selama 4 hari, pada suhu 0 0 C dapat bertahan hidup lebih dari 30 hari dan masih tetap infektif dalam feses pada suhu 4 0 C selama jam serta mampu hidup selama 7 hari pada suhu 20 0 C. Virus AI sensitif pada panas dan mati pada temperatur 56 0 C selama tiga jam atau pada temperatur 60 0 C selama 30 menit atau lebih. Virus tahan pada kondisi ph asam, kondisi lingkungan yang kering atau pada kondisi yang nonisotonik. Selubung virus dapat dirusak oleh deterjen dan infektivitasnya mampu dirusak dengan cepat oleh formalin, beta-propiolakton, agen yang bersifat oksidan, asam encer, eter, Na-deoksikolat, hidroksilamin, Nadedoksisulfat dan ion-ion ammonium serta senyawa iodium (Tabbu 2000). Virus Influenza A Subtipe H5N1 Semua virus AI yang ada pada burung, virus H5N1 yang paling menjadi perhatian karena pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dengan dua alasan; pertama, virus H5N1 sampai sejauh ini adalah penyebab paling banyak kasus kesakitan yang sangat parah dengan sejumlah kematian yang cukup besar. Virus ini telah menembus batas spesies untuk menginfeksi manusia; yang kedua adalah dampak selanjutnya terhadap kesehatan manusia, dimana jika virus H5N1 diberi kesempatan yang cukup maka akan mengembangkan karakter yang diperlukannya untuk menyebabkan pandemi influensa (WHO 2006). Virus H5N1 adalah subtipe dari spesies virus influensa A. Strain virus HPAI A (H5N1) yang pertama kali diketahui telah membunuh dua flok ayam di peternakan Skotlandia tahun 1959, tetapi strain virus tersebut sangat berbeda dengan strain virus HPAI A yang ada saat ini. Studi AI H5N1 sejak tahun 1997 menunjukkan bahwa virus ini terus berkembang dengan mengalami perubahan pada antigenisitas dan susunan gen internalnya sehingga terjadi peningkatan patogenisitas dengan kemampuannya menginfeksi, menyebabkan terjadi perluasan jenis induk semang seperti pada spesies burung, tikus dan cerpelai serta bangsa

4 7 kucing dengan mengakibatkan infeksi sistemik dan virus ini juga dapat menjadi lebih stabil dilingkungannya (Perdue & Swayne 2005). Penemuan lain menunjukkan virus H5N1 menginfeksi babi di Cina dan Vietnam, menginfeksi kucing (pada percobaan infeksi pada kucing rumah) di Netherland, diisolasi dari kucing rumah di Jerman, Thailand, Irak dan Rusia, menginfeksi anjing (isolasi virus H5N1 pada anjing mati di Thailand), isolasi virus H5N1 pada harimau dan leopard di kebun binatang Thailand. Selanjutnya virus H5N1 juga menginfeksi sejenis cerpelai di Jerman serta pada kucing liar di Vietnam. Strain virus H5N1 terus berkembang dan dapat beradaptasi, sehingga mamalia lain juga dapat terinfeksi (CDC 2008b). Virus H5N1 telah bermutasi ke dalam berbagai strain dengan profil patogenik yang berbeda. Beberapa bersifat patogen terhadap spesies tertentu, tetapi yang lain tidak. Setiap variasi genetik spesifik yang diketahui dapat dilacak dengan isolat virus dari kasus infeksi tertentu. Strain virus HPAI A yang dominan pada tahun 2004, berkembang dari virus tahun 1999 sampai 2002 untuk menciptakan genotip Z (Perdue & Swayne 2005). Genotip Z muncul tahun 2002 melalui pengelompokan dari genotip awal virus HPAI H5N1 (Li et al. 2004) yang menginfeksi burung di china tahun 1996, dan pertama menginfeksi manusia di Hongkong tahun 1997 (WHO 2006). Genotip Z endemik pada burung-burung di Asia Tenggara dimana telah membentuk sedikitnya dua clades yang dapat menginfeksi manusia dan telah menyebar di dunia pada populasi burung. Mutasi yang terjadi diantara genotip ini telah meningkatkan patogenitasnya (Chen et al 2004). Isolat virus H5N1 yang diperoleh dari Hongkong tahun 1997 sampai 2001 menunjukkan bahwa virus ini tidak menyebabkan gejala penyakit yang nyata pada burung. Namun pada tahun 2002 isolat baru virus H5N1 yang muncul pada populasi burung di Hongkong, virus ini menyebabkan penyakit akut, termasuk disfungsi neurologis dan kematian pada itik (Sturm-Ramirez et al. 2004). Penelitian terhadap virus H5N1 yang diisolasi dari manusia yang terinfeksi pada tahun 1997, menunjukkan bahwa mutasi genetik pada posisi 627 dari gen PB2 yang mengkode ekspresi polymesase basic protein (Glu627Lys) telah menghasilkan highly cleavable hemagglutininglycoprotein yang merupakan faktor

5 8 virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya (Hatta et al. 2001). Mutasi dari virus H5N1 kemungkinan besar dapat menghasilkan varian virus H5N1 baru yang dapat mengenali reseptor spesifik yang ada pada sel manusia (natural human α 2-6 glycan), sehingga bila ini terjadi maka penularan virus H5N1 dari manusia ke manusia dapat terjadi dengan mudah (Stevens et al. 2006). Tabel 1. Jumlah kumulatif kasus Avian Influensa A (H5N1) pada manusia yang dilaporkan dan dikonfirmasi ke WHO Negara Total kasus mati kasus mati kasus Mati kasus mati kasus mati kasus mati kasus mati Azerbaijan Cambodia China Djibouti Egypt Indonesia Iraq Lao People's 0 Democratic Republic Myanmar Nigeria Pakistan Thailand Turkey Viet Nam Total Sumber : WHO 2008 Virus H5N1 memungkinkan untuk menyebabkan lebih dari satu pandemi influenza karena diduga terus bermutasi pada burung tanpa peduli apakah manusia mampu mengembangkan imunitas turunan terhadap strain-strain virus yang baru tersebut. Analisa genetik virus H5N1 menunjukkan bahwa keturunan genetiknya

6 9 dapat dengan mudah menjadi jauh lebih mematikan (Webster & Govorkova 2006). Patogenesis Virus AI terbagi atas dua grup berdasarkan pathogenitasnya yang terdiri atas virus influenza unggas berpatogenitas rendah (Low Pathogenic Avian Influenza, LPAI), menyebabkan penyakit yang ringan yang mungkin tidak terdapat atau tidak menunjukkan gejala pada beberapa spesies burung ; dan yang kedua adalah virus influensa unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic Avian Influenza, HPAI) menyebar dengan cepat dapat menyebabkan serangan penyakit yang serius dengan tingkat kematian yang tinggi (mencapai 90 sampai 100%) (Swayne & Suarez 2003). Patogenesis virus AI dipengaruhi antara lain oleh tropisme (reaksi ke arah atau menjauhi stimulus), efektivitas replikasi dan mekanisme penghindaran imunitas. Selain itu faktor spesifik pada tiap spesies berperan juga terhadap hasil suatu infeksi, yang terjadi setelah penularan antar spesies (Swayne & Suarez 2000). Patogenesis dan virulensi virus AI ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi (Behrens & Stoll 2006): a. Faktor hospes : Keberadaan reseptor target pada sel hospes Ketersediaan enzim-enzim pada sel hospes yang penting untuk masuknya virus dan replikasi Keadaan kekuatan sistem imun pada hospes individu Imunitas spesifik terhadap epitope virus tertentu pada hospes individu dan populasi target Kemampuan sistem imun untuk mengendalikan replikasi virus yang efektif tanpa menimbulkan kerusakan kolateral yang serius karena respons inflamasi bagi hospes b. Faktor virus Kemampuan untuk berikatan dengan sel hospes Kemampuan pelepasan virus

7 10 Restriksi efek sitopatogenik untuk memberikan keseimbangan yang cocok antara replikasi virus dan pengendalian oleh hospes Melepaskan diri dari pengawasan sistem imun dengan evolusi antigen yang bervariasi yang digerakkan oleh tekanan selektif respon imun. Melepaskan diri dari pengawasan sistem imun lewat cara rekombinasi dengan jenis virus berbeda dari penyakit zoonotik Modulasi respons imun untuk melemahkan mekanisme pertahanan hospes yang efektif. Biasanya virus-virus H5 dan H7 bertahan stabil dalam bentuk yang berpatogenitas rendah dalam reservoir alaminya. Selanjutnya virus ditularkan melalui berbagai jalan ke peternakan unggas, mengalami masa sirkulasi yang bervariasi dan mengalami adaptasi dalam populasi unggas yang rentan seperti ayam dan kalkun. Selanjutnya spesies unggas tersebut menjadi sebab dari terjadinya beberapa siklus penularan. Virus influenza A subtipe H5 dan H7 dapat pula berubah melalui mutasi insersi menjadi bentuk yang sangat patogen (Rohm et al. 1995). Bentuk AI yang sangat patogen sampai saat ini secara eksklusif ditimbulkan oleh subtipe H5 dan H7, mampu menimbulkan penyakit sistemik yang ganas dan mematikan secara cepat, virus jenis HPAI tersebut dapat muncul secara tidak terduga dan sebagai tipe yang sama sekali baru dalam unggas yang terinfeksi (Perdue & Suarez 2000). Infeksi virus H5N1 dimulai pada saat virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion virus influenza A, kemudian terjadi interaksi antara glikoprotein Hemaglutinin dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya. Setelah berhasil melekat pada reseptor yang sesuai, virion masuk dan menyatu ke dalam sebuah ruang endosom. Dalam ruang ini virus tersebut mengalami degradasi dengan cara menyatukan membran virus dengan membran endosom: dimediasi oleh pemindahan proton melalui terowongan protein dari matriks 2 virus, pada ph di endosom sekitar 5,0. Selanjutnya akan terjadi serangkaian penataan ulang protein matriks 1 dan komplek glikoprotein homotrimerik HA, terbukalah sebuah bidang yang sangat lipofilik dan fusogenik dari setiap monomer HA yang masuk ke dalam membran endolisomal, dimulailah terjadinya fusi antara membran virus dengan membran

8 11 lisomal (Wagner 2005). Berikutnya kedelapan segmen RNA genomik dari virus yang terbungkus dalam lapisan pelindung dari protein nukleokapsid dilepaskan ke dalam sitoplasma yang selanjutnya disalurkan ke nukleus untuk melakukan transkripsi mrna virus dan replikasi RNA genomik melalui proses yang rumit yang diatur oleh faktor virus dan faktor sel (Whitaker et al. 1996). Sesungguhnya ada perbedaan antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada unggas. Virus AI dapat mengenali dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yaitu oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminic acid α-2,3-galactose (SA α-2,3- Gal). Sedangkan reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA α- 2,6- galactose (SA α-2,6-gal), sehingga sebenarnya virus AI yang menyerang unggas tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Tetapi bila terjadi perubahan pada 1 asam amino saja pada konfigurasi reseptornya maka reseptor yang ada pada manusia dapat dikenali oleh virus HPAI-H5N1 (Stevens et al. 2006). Mutasi genetik virus AI seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri akan tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya (Hatta et al. 2001). Virus H5N1 diketahui telah mampu menembus barier spesies. Diawali pada kasus yang terjadi pada tahun 1997 di Hongkong yang menyebabkan 18 orang terinfeksi dan 6 diantaranya meninggal. Tindakan cepat dengan memusnahkan semua ayam di wilayah Hongkong berhasil menghentikan penyebaran virus tersebut secara sementara. Rekombinasi genetik dapat terjadi melalui hewan perantara, seperti babi atau di dalam diri manusia sendiri ketika terinfeksi oleh keduanya pada saat bersamaan. Akibat proses rekombinasi tersebut bisa muncul subtipe baru yang telah berubah sifat antigeniknya sehingga mampu dengan mudah menginfeksi manusia (Sturm-Raminez et al. 2004). Penularan dan Penyebaran Penyakit Penularan atau tranmisi virus AI secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung, atau pun kontak tidak langsung (Bridges et al. 2003).

9 12 Menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), penyakit AI dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain dan dari peternakan ke peternkan lainnya dengan cara : - kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka, - melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata, - melalui kotoran (feses) unggas yang terserang AI, - melalui manusia lewat sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus, - melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi, - melalui udara karena memiliki peran penting pada penularan dalam satu kandang tetapi memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang, - melalui unggas air, yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus yang terdapat dalam saluran intestinal dan dilepaskan lewat kotorannya. Virus H5N1 mudah berpindah diantara burung yang memfasilitasi potensi penyebaran global virus H5N1. Sementara virus ini bermutasi dan mengelompok kembali, menciptakan variasi yang menginfeksi spesies yang belum jelas diketahui sebagai pembawa virus (Shinya et al. 2006). Burung dapat menyebarkan virus untuk waktu yang lama sebelum ia mati, hal ini memungkinkan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menularkan virus (Chen et al. 2004). Sekali virus menginfeksi kawanan unggas, virus LPAI tidak harus mengalami suatu fase adaptasi pada spesies unggas tersebut sebelum dikeluarkan lagi dalam jumlah yang cukup besar untuk dapat menular secara horisontal ke unggas lain, baik dalam kawanan sendiri ataupun ke kawanan yang lain. Demikian pula sekali virus HPAI berkembang dari kawanan unggas yang terinfeksi virus LPAI, ia dapat menular dengan cara yang sama. Pasar unggas yang menjual unggas dalam jumlah besar dan unggas yang ditempatkan secara saling berdesakan, merupakan multiplikator penyebaran penularan (Bulaga et al. 2003). Avian Influenza pada burung kadang kala juga memanifestasikan gejala penyakit yang ringan dan tidak mematikan, sehingga itik liar dapat membawa virus dalam jarak yang jauh, dan membuang virus tersebut melaui kotorannya. Unggas yang terinfeksi oleh influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya.

10 13 Melalui perdagangan internasional unggas hidup, virus AI dapat menyebar dari satu negara ke negara lain. Jenis burung kelana, termasuk unggas air liar, unggas laut dan unggas darat, mereka dapat membawa virus dalam jarak jauh. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita AI. Penularan AI melalui feses ke oral adalah cara penularan yang paling sering terjadi (CDC 2008a) Resiko Penularan dari burung liar ke unggas peliharaan terutama terjadi kalau unggas peliharaan tersebut dibiarkan bebas berkeliaran, menggunakan air yang juga digunakan oleh burung liar, atau makan dan minum dari sumber yang tercemar kotoran burung liar pembawa virus (Henzler et al. 2003). Burung-burung peliharaan dapat terinfeksi dengan virus AI melalui kontak langsung dengan unggas air terinfeksi atau unggas terinfeksi lainnya melalui kontak dengan permukaan seperti tanah, peralatan atau kandang atau bahan-bahan (seperti air atau makanan yang terkontaminasi oleh virus). Manusia dan kendaraan dapat menjadi vektor dari penyebaran virus AI dari satu peternkan ke peternakan lainnya (CDC 2008a). Kebanyakan sumber utama infeksi virus H5N1 pada manusia adalah melalui kontak langsung dengan burung sakit yang mati, termasuk pada kegiatan penyembelihan, penghilangan bulu, penjagalan dan proses pengolahan untuk konsumsi dari burung yang terinfeksi. Pada sedikit kasus, kontak dengan feses unggas disaat anak-anak bermain di area peternakan unggas merupakan salah satu penyebab infeksi. Berenang ditempat dimana burung mati dibuang atau airnya telah terkontaminasi feses burung atau unggas terinfeksi juga salah satu sumber dari penularan. Pada beberapa kasus infeksi, sumber penularan belum dapat diidentifikasi, mungkin melibatkan faktor lingkungan yang belum diketahui. Burung peliharaan seperti merpati, kotoran unggas yang masih mentah yang digunakan sebagai pupuk juga berperan (WHO 2006) Virus AI dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia, cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga

11 14 terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Kekhawatiran yang muncul di kalangan para ahli genetika adalah bila terjadi rekombinasi genetik (genetic reassortment) diantara virus Influenza burung dan virus influenza manusia, sehingga dapat menular antara manusia ke manusia. Menurut Herman & Strock (2005). Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan subtipe baru dari H5N1 yang dapat menular antara manusia ke manusia, yaitu : 1. virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia, atau virus burung tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat bereplikasi secara efektif di dalam sel manusia. Subtipe baru virus H5N1 ini bermutasi sedemikian rupa untuk membuat protein tertentu yang dapat mengenali reseptor yang ada pada manusia, untuk jalan masuknya ke dalam sel manusia. 2. Kedua jenis virus, baik virus avian maupun human influenza tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia, sehingga terjadi mix atau rekombinasi genetik, sehingga menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara memberi makan binatang seperti kucing, macan, ataupun macan tutul dengan unggas yang terinfeksi dengan H5N1 terbukti bahwa binatang pemakan daging tersebut dapat mengalami kelainan paru berupa pneumonia, severe diffuse alveolar damage, dan menyebabkan kematian (Keawcharoen et al. 2004) Virus AI Pada Unggas Air Burung-burung air liar, terutama yang termasuk dalam golongan Anseriformis (itik dan angsa) dan Charadiformis (burung camar dan burungburung pantai), adalah pembawa (carrier) seluruh varietas subtipe dari virus influensa A, dan menjadi sangat mungkin merupakan reservoir alami untuk semua jenis virus influensa (Krauss et al. 2004). Beberapa jenis burung khususnya unggas air berperan sebagai reservoir alami untuk virus AI dengan membawa virus tersebut dalam intestinumnya dan

12 15 mengeluarkannya melalui fesesnya namun kebanyakan dari burung-burung liar tersebut tidak menunjukkan sakit sehingga mereka dapat menyebarkan virus AI pada burung-burung lainnya (CDC 2008a). Dalam banyak kejadian itik piara dan itik liar (wild waterfowl) sering kali ditemukan tahan terhadap virus tersebut sehingga justru menjadi pembawa (carrier) yang menyebarkan virus ke ayam atau menyebarkan virus AI melintasi benua (Chen et al. 2005). Cara pemeliharaan unggas air di Indonesia dan dibeberapa negara Asia Tenggara umumnya serupa, yakni : (a) dibiarkan berkeliaran di halaman bercampur dengan unggas lain apabila jumlahnya tidak banyak, (b) dikandangkan sementara dan dibawa ke sawah ketika musim panen padi usai, umumnya dalam jumlah puluhan sampai ratusan, (c) terus-menerus dikandangkan dan diberi makanan khusus, terutama untuk jenis itik unggul dalam jumlah banyak. Tipe pemeliharaan (a) dan (b) yang mempunyai potensi tinggi untuk menyebarkan virus AI ke daerah yang lebih luas. Di Indonesia itik piara tipe (b) kadang-kadang dibawa dengan kendaraan roda empat ke daerah yang cukup jauh untuk mengais sisa-sisa panen padi di sawah. Apabila diantara itik tadi membawa virus H5N1, tinja itik dapat mencemari saluran air, petani yang memanfaatkan saluran air tersebut untuk keperluan sehari-hari menjadi kelompok orang yang rawan tertular virus AI. Untuk itik piara tipe (a) karena tidak dikandangkan, tinjanya dapat mencemari kolam air di sekitar rumah dan halaman (Anonim 2002). Dilaporkan pertama kali virus H5N1 ditemukan pada angsa terjadi di Guangdong China tahun 1996, yang menyebar pada itik-itik di Provinsi Coastall China Selatan dan di pasar-pasar unggas hidup di Hongkong. Dari kasus tersebut selanjutnya dilaporkan sekitar 18 orang terinfeksi dan 6 diantaranya meninggal (CDC 1998). 22 Desember 2003, virus AI menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus AI yang pertama di Korsel ini, ditemukan di peternakan itik dekat Kota Eumseong Korea Selatan Di Jepang virus HPAI H5N1 diisolasi dari daging itik yang diimpor dari Provinsi Shandong China Utara (Mase et al. 2005).Tahun 2001 virus HPAI H5N1 diisolasi dari daging itik yang diimpor Korea dari China. Dari hasil penelitian mengenai karakteristik dan pathogenitas dari virus AI H5N1 yang diisolasi dari daging itik tersebut ternyata virus ini menyebabkan kematian pada ayam dan juga

13 16 pada tikus. Sedangkan percobaan yang dilakukan pada itik tidak ada kematian namun titer virus relatif tinggi ditemukan pada otot kerangka dan jaringan otak pada itik (Tumpey et al. 2002). Berdasarkan penelitian, itik piara yang ditulari virus H5N1 hasil isolasi tahun 2004 terbukti mengeluarkan atau mengekspresikan lebih banyak virus, dan dalam tempo lebih lama lewat tinja dibandingkan dengan itik yang ditulari dengan isolat virus tahun Disebutkan jumlah virus AI yang dikeluarkan itik piara tersebut mendekati jumlah virus yang dikeluarkan oleh ayam yang sedang terserang parah atau hampir mati oleh AI. Namun itik yang ditulari secara buatan tersebut tidak menunjukkan gejala klinik (Anonim 2008b). Penemuain ini menunjukkan bahwa adanya jalur penyebaran penyakit kepada hewan lain dan juga ke manusia (CDC 2008a) Pada akhir tahun 2002 dilaporkan adanya wabah yang disebabkan oleh virus HPAI H5N1 yang menyebabkan kematian diantara burung-burung migrasi liar dan unggas air yang menetap di suaka margasatwa Hongkong. Menyebabkan infeksi sistemik pada itik dengan titer virus tinggi dan pathologi pada berbagai macam organ khususnya pada otak, itik mengalami penyakit yang akut termasuk menderita disfungsi neurologis. Virus juga diisolasi dalam titer yang tinggi pada air minum dan juga dari peralatan yang berkontak (Sturm-Ramirez et al. 2004). Laporan kejadian AI di Thailand pada tahun 2005, diawali dengan penggembalaan itik sekitar itik di area pertanian, walaupun tidak ada kontak antara itik yang digembalakan dan ayam peliharaan, namun dua minggu setelah kedatangan itik-itik tersebut, ayam di area tersebut banyak yang mati dan manusia yang berkontak langsung dengan ayam yang mati, meninggal terinfeksi virus H5N1 (Songserm et al. 2006). Vaksinasi AI Vaksinasi dalam dunia kedokteran hewan ditujukan untuk mencapai : perlindungan terhadap timbulnya penyakit secara klinis, perlindungan terhadap serangan virus yang virulen, perlindungan terhadap ekskresi virus, pembedaan secara serologik antara hewan yang terinfeksi dari hewan yang divaksinasi

14 17 (dikenal sebagai differentiantion of infected from infected from vaccinated animals, atau prinsip DIVA) (Lee & Suarez 2005). Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menjalankan program vaksinasi AI (Indartono & Slamet 2005) : Mencegah dan menghindari terjadinya kerugian ekonomi akibat penyakit tersebut, yakni kerugian akibat terjadinya kematian, penurunan produksi, penurunan berat badan dan keterlambatan replacement Menurunkan dan menekan jumlah virus AI yang dapat disebarkan oleh hewan terinfeksi AI Menurunkan virulensi virus AI yang patogen di lapangan, menjadi lebih rendah tingkat keganasannya Mencegah dan menghindari timbulnya varian-varian baru akibat mutasi yang dapat membahayakan kesehatan manusia Untuk kepentingan praktikal, beberapa persyaratan harus dipenuhi pada vaksin AI (Lee & Suarez 2004): Karena berpotensi menimbulkan perubahan struktur genetis, juga pada kasus subtipe H5 dan H7, resiko mutasi spontan yang mengakibatkan peningkatan patogenik, vaksin tidak boleh diubah dengan replikasi kompeten virus influenza. Oleh karena itu penggunaan vaksin dengan virus hidup tidak dipakai lagi Perlindungan terhadap HPAI pada unggas terutama tergantung kepada antibodi yang spesifik untuk HA tertentu. Oleh karena itu virus untuk vaksin harus berasal dari subtipe HA yang sama dengan virus liar yang ada di sana. Kecocokan ideal antara vaksin dan badan virus yang disyaratkan bagi vaksin untuk manusia, tidak menjadi keharusan bagi vaksin unggas. Pembangkitan imunitas reaktif-silang homosubtipik pada unggas mungkin sudah menjadi perlindungan yang memadai karena pada saat ini jarang dijumpai adanya pembentukan antigen yang dipicu vaksin pada virus influenza unggas, akibat tidak adanya upaya vaksinasi yang meluas. Strategi penandaan (DIVA) harus digunakan (Suarez 2005) atau sebagai gantinya, digunakan unggas yang tidak divaksinasi sebagai penanda untuk monitoring

15 18 Resiko hewan yang divaksinasi untuk terkena infeksi virus virulen dan mengeksresikannya biasanya dapat diturunkan namun tidak sepenuhnya mencegah. Hal ini dapat menimbulkan masalah epidemiologik yang signifikant di daerah endemik yang sudah mendapat vaksinasi secara luas, unggas yang sudah divaksinasi yang terlihat sehat dapat juga terkena infeksi dan mengeluarkan virus liar dibalik perlindungan vaksin (Lee & Suarez 2004). Prinsip dasar pemakaian vaksin AI adalah virus vaksin harus homolog dengan sub tipe H atau subtipe H dan N virus asal lapang. Menurut regulasi OIE, vaksin harus mempunyai komposisi genetik yang stabil, proses inaktivasi sempurna (uji laboratorik), bebas pencemaran agen infeksius lainnya, mengandung konsentrasi antigen yang tinggi, menggunakan adjuvant berkualitas tinggi dan mempunyai tingkat keamanan, potensi serta efektifitas yang tinggi (uji laboratorik dan uji lapang) (Suarez 2005) Vaksinansi dengan strain virus homolog telah terbukti menurunkan angka kematian dan memperpendek viral shedding. Utamanya ditujukan pada gen H yang menyandi antigen yang menginduksi pembentukan antibodi netralisasi (Asmara 2006). Imunohistokimia Imunohistokimia (IHC) telah ada sejak tahun 1930-an tetapi pada tahun 1940 studi tentang IHC baru dilaporkan (Anonim 2008a). Nama IHC berasal dari kata immuno dalam hubungannya dengan antibodi yang digunakan dalam prosedur, dan histo yang berarti jaringan. IHC adalah proses memisahkan protein pada sel dalam suatu jaringan dengan menggunakan prinsip ikatan spesifik antibodi pada antigen pada jaringan biologik, IHC dilakukan untuk membantu mendiagnosa agen etiologi dari proses infeksi. Keberadaan reaksi warna (jika itu spesifik berdasarkan pemakaian kontrol menunjukkan adanya komponen agen infektius yang diuji (Ramos-Vara 2005). Pada reaksi imunohistokimia ini sifatnya adalah spesifik karena bahan yang dideteksi akan direaksikan dengan antibodi spesifik yang dilabel dengan suatu enzym. Enzym yang digunakan untuk melabel antibodi tersebut dapat berupa enzym : peroksidase, alkali fosfatase dan b-galaktosidase. Untuk menandai

16 19 adanya suatu reaksi enzimatik maka digunakan suatu indikator warna (chromogen) (Sudiana 2005). Antibodi yang digunakan untuk deteksi spesifik dapat berupa poliklonal atau monoklonal. Antibodi monoklonal umumnya dianggap dapat menunjukkan lebih terperinci. Antibodi monoklonal, adalah antibodi yang memiliki idiotipe dan isotipe yang sama. Idiotipe adalah bagian antibodi yang menentukan spesifisitasnya (antigen binding surface), sedangkan isotipe adalah bagian antibodi yang menentukan kelas-sub kelas dari antibodi maupun yang menentukan tipe-subtipe dari suatu antibodi. Dapat dikatakan bahwa antibodi monoklonal adalah suatu antibodi yang memiliki antigen binding surface yang sama, kelassub kelas maupun tipe-sub tipe yang sama (Sudiana 2005). Antibodi poliklonal dibuat dengan menginjeksi hewan dengan antigen peptida, dan setelah respon imun sekunder dirangsang selanjutnya diisolasi antibodinya dari keseluruhan serum. Jadi antibodi poliklonal adalah pencampuran dari berbagai antibodi yang mengenal sejumlah epitopes. Imunohistokimia adalah metode alternatif yang sangat baik disamping spesifik dan sensitif, relatif cepat, tidak mahal dan sedikit menggunakan laboratorium. IHC telah menjadi metode baik dan terpercaya untuk diagnosa rutin dan aktifitas penelitian (Ramos-Vara et al. 1999). Imunohistokimia telah menjadi tehnik yang sangat penting dan secara luas dipakai pada laboratorium penelitian medis dan juga diagnosa klinika. Banyak sekali metode IHC yg bisa digunakan untuk melokalisasi antigen. Pemilihan metode yang sesuai harus didasari parameter-parameter seperti tipe spesimen yg diselidiki, dan tingkat sensitifitas yang dibutuhkan (Anonim 2008a). Terdapat dua metode dasar IHC untuk mengetahui adanya antigen pada jaringan, yaitu : pertama, metode langsung adalah metode dengan satu tahap pewarnaan. Melibatkan antibodi berlabel yang bereaksi dengan antigen dalam bagian jaringan. Tehnik ini hanya menggunakan satu macam antibodi, sehingga prosedurnya pendek dan cepat. Walaupun demikian metode ini tidak sensitif karena hanya sedikit signal yang ditampilkan ; kedua, metode tidak langsung melibatkan antibodi primer tidak berlabel ( lapisan 1) yang bereaksi dengan antigen jaringan, dan antibodi sekunder berlabel (lapisan 2) yang bereaksi dengan

17 20 antibodi primer. (Antibodi sekunder harus melawan IgG spesies hewan dimana antibodi primer berasal). Pada metode tidak langsung selain lebih sensitif juga relatif lebih sedikit jumlah antibodi sekunder yang diperlukan sebagai ukuran konjugasi yang perlu dihasilkan (Anonim 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Virus Influenza Tipe A Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari genus Orthomyxovirus yang menyebabkan penyakit avian influenza. Virus ini merupakan

Lebih terperinci

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi

Lebih terperinci

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

Lebih terperinci

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran : !!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

Pertanyaan Seputar Flu Burung (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in

Lebih terperinci

Tinjauan Mengenai Flu Burung

Tinjauan Mengenai Flu Burung Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekologi Avian Influenza

TINJAUAN PUSTAKA. Ekologi Avian Influenza 4 TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Avian Influenza Virus influenza adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat panjang, merupakan genom RNA rantai tunggal dengan 8 segmen, serta berpolaritas negatif.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Btetapi banyak juga ditemukan isolat asal burung dari subtipe H5 dan H7B Byang

TINJAUAN PUSTAKA. Btetapi banyak juga ditemukan isolat asal burung dari subtipe H5 dan H7B Byang TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza Virus influenza terdiri dari beberapa tipe yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Virus tipe A menyerang hewan, tetapi dapat menyebabkan epidemik pada manusia. Sementara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Virus influenza diklasifikasi menjadi tipe A, B dan C karena nukleoprotein dan matriks proteinnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza H5N1 Morfologi Virus Avian Influenza H5N1 merupakan salah satu penyebab penyakit unggas yang bersifat zoonosis. Virus ini menyebabkan penyakit flu pada unggas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengobatan tidak menjamin manusia akan bebas dari penyakit. Hal ini disebabkan karena penyakit dan virus juga

Lebih terperinci

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C 16 TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza A, B dan C Virus influenza merupakan virus RNA memiliki amplop (envelope) yang termasuk anggota dari famili Orthomyxoviridae. Genomnya terdiri dari negative single strand

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND)

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) pertama kali ditemukan di Newcastle Inggris pada tahun 1926. Virus ini menyerang berbagai macam spesies burung dan unggas. Tingkat kematian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi 1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Avian Influenza Avian Influenza (AI) yang popular disebut flu burung merupakan penyakit infeksius pada unggas. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Virus Virus adalah suatu partikel yang mengandung bahan genetik berupa DNA atau RNA yang diselubungi oleh protein yang disebut kapsid dan pada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza

TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza Avian Influenza (AI) merupakan penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan virus infuenza. Virus avian influenza, virus RNA yang termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibodi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibodi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibodi Respon imun akan terjadi dalam tubuh hewan yang terpapar oleh suatu antigen. Respon humoral tubuh yang terinfeksi akan menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan suatu molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Newcastle Disease (ND) atau penyakit tetelo disebabkan oleh strain virulen avian Paramyxovirus serotipe tipe 1 (AMPV-1) dari genus Avulavirus yang termasuk dalam subfamily

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV). HBV ditemukan pada tahun 1966 oleh Dr. Baruch Blumberg berdasarkan identifikasi Australia antigen yang sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hog cholera 2.1.1 Epizootiologi Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan di Bali. Hampir setiap keluarga di daerah pedesaan memelihara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY : Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :

Lebih terperinci

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA:

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA: Virus Ebola menyebabkan demam hemorrhagic. Semenjak dikenal tahun 1976, Virus Ebola menyebabkan penyakit yang fatal pada manusia maupun binatang primata (monyet, gorila dan simpanse). Dinamakan Virus Ebola

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH 29-211 Sri Handayani Irianingsih *, Rama Dharmawan * Dessie Eri Waluyati ** dan Didik Arif Zubaidi *** * Medik Veteriner pada Laboratorium

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Virus Influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam famili orthomyxoviridae, yang dapat menginfeksi unggas, mamalia dan manusia (Nidom, 2005). Berbeda dengan virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang yang mendasari penelitian. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pada bab ini juga dijelaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

AKABANE A. PENDAHULUAN

AKABANE A. PENDAHULUAN AKABANE Sinonim : Arthrogryposis Hydranencephaly A. PENDAHULUAN Akabane adalah penyakit menular non contagious yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur putih termasuk dalam jenis ayam petelur ringan. Ayam ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu spesies ikan yang cukup luas dibudidayakan dan dipelihara di Indonesia adalah ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si. PERMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG (MATHEMATICAL MODEL AND STABILITY ANALYSIS THE SPREAD OF AVIAN INFLUENZA) Oleh : Dinita Rahmalia NRP 1206100011 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

OLeh: Bella Swandayani Sutrisno KeLas B

OLeh: Bella Swandayani Sutrisno KeLas B OLeh: Bella Swandayani Sutrisno 07-8114-058 KeLas B SEJARAH Orthomyxoviruses pertama kali ditemukan di babi oleh Richard Schope di 1931. Ini ditemukan pertama kali diikuti oleh isolasi virus dari manusia

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Sebanyak 173 dan 62 contoh serum sapi dan kambing potong sejumlah berasal dari di provinsi Jawa Timur, Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Barat, Jakarta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun kasus dengue di dunia meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Etiologi Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). HBV merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia.

Lebih terperinci

STRUKTUR, MORFOLOGI, DAN KLASIFIKASI VIRUS. Morfologi dan komponen virus

STRUKTUR, MORFOLOGI, DAN KLASIFIKASI VIRUS. Morfologi dan komponen virus STRUKTUR, MORFOLOGI, DAN KLASIFIKASI VIRUS Morfologi dan komponen virus Virus merupakan mikroorganisme terkecil yang pernah dikenal. Umumnya tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, kecuali poxvirus.

Lebih terperinci

TINJAUAN STRUKTUR GENETIK SERTA TINGKAT KEGANASAN VIRUS INFLUENZA H1N1

TINJAUAN STRUKTUR GENETIK SERTA TINGKAT KEGANASAN VIRUS INFLUENZA H1N1 Andrijanto H. Angi, Tinjauan Struktur Genetik serta Tingkat Keganasan 181 TINJAUAN STRUKTUR GENETIK SERTA TINGKAT KEGANASAN VIRUS INFLUENZA H1N1 Andrijanto Hauferson Angi Program Studi Kesehatan Hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infectious Bursal Disease Infectious Bursal Disease (IBD) merupakan penyakit viral pada ayam dan terutama menyerang ayam muda (Jordan 1990). Infectious Bursal Disease pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maternal Antibodi pada Anak Babi (Piglet) Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau kekebalan turunan dari induk pada anak babi yang induknya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan di Indonesia. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level

Lebih terperinci