III. KERANGKA TEORI. perekonomian untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA TEORI. perekonomian untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan"

Transkripsi

1 76 III. KERANGKA TEORI 3.. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran kemampuan / kapasitas suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan unsur penting dan menjadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi. Berbagai teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Secara umum, faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dapat dibedakan menjadi () faktor-faktor penentu dan sisi penawaran (supply side) dan () faktor-faktor penentu dari sisi permintaan (demand side). Dan sisi penawaran, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi mencakup: jumlah penduduk (sumberdaya manusia), stok kapital, sumberdaya alam, dan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditentukan atau dipengaruhi antara lain oleh pengeluaran pemerintah (government expenditure), investasi swasta (private investment) dan jumlah uang beredar (money supply). Berikut ini akan dibahas beberapa teori pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah Teori pertumbuhan Harrod-Domar, Teori pertumbuhan Solow dan Teori Pertumbuhan Baru dan Model Human Capital Model Harrod-Domar Teori Harrod-Domar (H-D) pada dasarnya berusaha untuk memadukan pandangan kaum Klasik yang dinilai terlalu menekankan sisi penawaran (ingat Say's law of market) dan pandangan Keynes yang lebih menekankan pada sisi permintaan (demand side). Dalam kaitan ini, Harrod-Domar mengatakan bahwa

2 77 investasi memainkan peran ganda (dual role) yaitu di satu sisi, investasi akan meningkatkan kemampuan produktif (productive capacity) dari perekonomian (Klasik) dan di sisi lain, investasi akan menciptakan atau meningkatkan permintaan (demand creating) di dalam perekonomian (Keynes). Dalam teori H-D, investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dan pertumbuhan ekonomi. Bahkan mereka mengatakan bahwa tabungan dan investasi merupakan kekuatan sentral dibalik pertumbuhan ekonomi (saving and investment is central forces behind economic growth). Secara sederhana, kaitan pertumbuhan ekonomi, tabungan dan investasi dalam versi model H-D dapat dinyatakan sebagai berikut: Misalkan tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau, s, dari pendapatan nasional (Y). Oleh karena itu, kita pun dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang sederhana : S = sy (3.) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakili oleh K, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut : I = K.. (3.) Akan tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output, k, maka: K/Y = k atau K/ Y = k Akhirnya K = k Y. (3.3)

3 78 Yang terakhir, mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama dengan keseluruhan investasi (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut : S = I.. (3.4) Dari persamaan (3.) telah diketahui bahwa S = sy dan dari persamaan (3.) dan (3.3), juga telah diketahui bahwa: I = K = k Y. Dengan demikian, identitas tabungan yang merupakan persamaan modal dalam persamaan (3.4) adalah sebagai berikut : S = sy = k Y = k = I. (3.5) Atau bisa diringkas menjadi sy = k Y. (3.6) Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan (3.6) dibagi mula-mula dengan Y dan kemudian dengan k, maka akan didapat : Y/Y = s/k... (3.7) Dimana : ( Y/Y) = pertumbuhan ekonomi s = tingkat tabungan nasional k = ICOR (incremental capital output rasio, K/ Y atau I/ Y) Y = Output nasional atan GNP, K = stok kapital, I=investasi Persamaan tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ( Y/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s), dan rasio modal output nasional (k). Dengan kata lain, makna secara ekonomi dapat diartikan bahwa agar suatu perekonomian dapat bertumbuh, maka perekonomian yang bersangkutan haruslah menabung dan menginvestasikan sebesar proporsi tertentu dari GNP-nya.

4 79 Dalam arti bahwa semakin besar suatu perekonomian menabung dan menginvestasikan GNP-nya, maka semakin pesat pertumbuhan ekonominya (Todaro, 000; Perkins, et. al, 00) Model Pertumbuhan Solow Teori lain yang juga banyak membahas tentang pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi neoklasik (neoclasical growth thoery) atau sering disebut Teori Pertumbuhan Solow (Solow growth theory). Dalam model Harrod-Domar hanya memfokuskan pada faktor tabungan dan investasi, maka dalam model pertumbuhan Solow, selain faktor kapital, juga menekankan pentingnya faktor tenaga kerja dan teknologi. Model Solow umumnya digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengkaji issue-issue mengenai pertumbuhan. Model pertumbuhan Solow adalah titik awal bagi sebagian besar analisis ekonomi, bahkan untuk model-model yang secara mendasar berbeda dari model Solow. Solow neoclassical growth model merupakan pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik sehingga penggagasnya, Robert Solow, dianugerahi Hadiah Nobel bidang ekonomi. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni teknologi, ke dalam persamaan pertumbuhan. Perbedaannya Harrod- Domar mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut.

5 80 Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi-rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoritisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: Y(t) = F(K(t) α,[ A(t)L(t)] -α... (3.8) dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen, maka model neoklasik Solow terkadang juga disebut sebagai model pertumbuhan eksogen, yang berlawanan dengan pendekatan pertumbuhan endogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau persentase kenaikan GDP yang bersumber dari satu persen penambahan modal fisik dan modal manusia). Hal itu biasanya dihitung secara statistik sebagai pangsa modal dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara. Karena diasumsikan kurang dari satu dan modal swasta diasumsikan dibayar berdasarkan produk marjinalnya sehingga tidak ada ekonomi eksternal, maka formulasi teori pertumbuhan neoklasik ini memunculkan skala hasil modal dan tenaga kerja yang semakin menurun (diminishing returns). Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (traditional neoclassical growth theory), pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga

6 8 faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup (closed economy), yakni tidak menjalin hubungan dengan pihak-pihak luar, yang tingkat tabungannya rendah (dalam kondisi cateris paribus) dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat jika dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita (semua perekonomian tertutup akan sama-sama mengalami penurunan pendapatan per kapita). Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau pihak-pihak luar, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras dan negara-negara kaya ke negara-negara miskin di mana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjanjikan imbalan atau tingkat keuntungan investasi (returns on investments) yang lebih tinggi. Model pertumbuhan neoklasik Solow, yang membuat Robert Solow dari Massachusetts Institute of Technology menerima Hadiah Nobel, mungkin merupakan model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal, meskipun dalam hal tertentu model Solow menggambarkan perekonomian negara maju secara lebih baik daripada kemampuannya dalam menjelaskan perekonomian negara berkembang, model ini tetap menjadi titik acuan dasar dalam kepustakaan mengenai pertumbuhan dan pembangunan. Model ini menyatakan bahwa secara

7 8 kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Modifikasi penting dari model pertumbuhan Harrod- Domar (atau model pertumbuhan AK), adalah bahwa model Solow membolehkan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Karena adanya skala hasil yang konstan, jika semua input dinaikkan dengan jumlah yang sama, maka output akan naik dengan jumlah yang sama. Notasinya adalah: γy = F ( γk, γl)... (3.9) Dimana γ > 0. Karena γ dapat berupa angka riil positif berapa pun, secara matematis agar bermanfaat dalam menganalisis implikasi model tersebut adalah dengan menetapkan nilai γ = / L, sehingga: atau Y/L = F(K/L, )... (3.0) y = f(k)... (3.) Penyederhanaan ini membuat kita hanya berurusan dengan satu variabel dalam fungsi produksi. Misalnya, dalam kasus fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = Ak α... (3.) Hal ini mencerminkan sebuah cara alternatif mengenai fungsi produksi, di mana segala sesuatu dihitung dalam kuantitas per tenaga kerja. Persamaan di atas menyatakan bahwa output per pekerja adalah fungsi yang tergantung pada jumlah modal per tenaga kerja. Semakin banyak jumlah modal yang harus ditangani masing-masing pekerja, maka semakin banyak pula output yang dapat dihasilkan per pekerja.

8 Model Pertumbuhan Baru Kinerja teori neoklasik yang tidak memuaskan dalam menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang telah menyebabkan kekecewaan yang meluas terhadap teori pertumbuhan tradisional. Bahkan, menurut teori tradisional, tidak terdapat karakteristik intrinsik dari perekonomian yang dapat menyebabkannya tumbuh dalam jangka panjang. Sebaliknya, literatur tersebut malah membahas proses dinamis yang membuat rasio modal-tenaga kerja mendekati tingkat keseimbangan jangka panjang. Jika tidak ada guncangan eksternal atau perubahan teknologi, yang tidak dijelaskan dalam model neoklasik, semua perekonomian akan menuju kepada pertumbuhan nol. Oleh karena itu, peningkatan GNP per kapita dianggap merupakan fenomena sementara saja, yang bersumber dari perubahan teknologi atau proses penyeimbangan jangka pendek selama perekonomian mendekati keseimbangan jangka panjangnya. Tidak mengherankan, teori ini gagal memberikan penjelasan yang memuaskan atas terjadinya pertumbuhan ekonomi yang berlangsung dengan kecepatan yang luar biasa konsisten di seluruh dunia. Setiap peningkatan GNP yang bukan berasal dari penyesuaian jangka pendek dalam cadangan tenaga kerja maupun modal, dianggap bersumber dari kategori ketiga, yaitu yang biasa disebut sebagai residu Solow (Solow residual). Residu ini, tidak seperti namanya, bertanggung jawab atas sekitar 50 persen pertumbuhan yang terjadi di banyak negara industri. Dengan kata lain, teori neoklasik menyebutkan bahwa sebagian besar sumber pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau proses yang sama sekali independen dari kemajuan teknologi (Todaro dan Smith, 004).

9 84 Meskipun hal ini mungkin terjadi, pendekatan ini paling tidak mempunyai dua kelemahan. Pertama, dengan menggunakan kerangka neoklasik, adalah tidak mungkin untuk menganalisis penentu kemajuan teknologi karena kemajuan tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan keputusan yang dibuat oleh berbagai lembaga ekonomi. Dan kedua, teori tersebut gagal menjelaskan besarnya perbedaan residu yang terdapat di antara negara yang mempunyai teknologi yang serupa. Dengan kata lain, keyakinan yang besar ditempatkan pada proses eksternal yang kurang dipahami, dan kurang didukung oleh teori maupun bukti empiris. Menurut teori neoklasik, rasio modal-tenaga kerja yang rendah pada negara-negara berkembang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang luar biasa tinggi, bahkan setelah menerapkan liberalisasi dalam perdagangan dan pasar domestik, banyak negara berkembang yang tidak tumbuh atau hanya tumbuh sedikit dan gagal menarik investasi asing, atau gagal mencegah larinya modal domestik ke luar negeri. Perilaku aliran modal negara-negara berkembang yang aneh (dari negara miskin ke negara kaya) turut memicu munculnya konsep pertumbuhan endogen (endogenous growth) yang lebih sederhana kita kenal dengan teori pertumbuhan baru (new growth theory). Teori pertumbuhan baru tersebut memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persisten, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem. Berlawanan dengan teori neoklasik tradisional, model-model ini menganggap bahwa pertumbuhan GNP merupakan konsekuensi alamiah dari keseimbangan jangka panjang.

10 85 Motivasi utama dari teori pertumbuhan baru ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antarnegara maupun faktor-faktor yang memberi proporsi lebih besar dalam pertumbuhan yang diobservasi. Teori pertumbuhan endogen berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan GDP yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel eksogen dalam perhitungan teori pertumbuhan neoklasik Solow (residual Solow). Model pertumbuhan endogen mempunyai kemiripan struktural dengan model neoklasik, namun sangat berbeda dalam hal asumsi yang mendasarinya dan kesimpulan yang ditarik darinya. Perbedaan teoritis yang paling signifikan berasal dari dikeluarkannya asumsi neoklasik tentang hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi modal, memberikan peluang terjadinya skala hasil yang semakin meningkat (increasing returns to scale) dalam produksi agregat, dan sering kali berfokus pada peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi modal. Dengan mengasumsikan bahwa investasi sektor publik dan swasta dalam sumberdaya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang membalikkan kecenderungan hasil yang semakin menurun yang alamiah, teori pertumbuhan endogen berupaya menjelaskan keberadaan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antarnegara. Dan karena teknologi masih memainkan peran penting dalam model-model ini, tidak ada perlunya lagi untuk menjelaskan pertumbuhan jangka panjang. Dalam membandingkan teori pertumbuhan (endogen) yang baru dengan teori neoklasik tradisional, sangat bermanfaat jika kita mengetahui bahwa banyak teori pertumbuhan endogen yang dapat dinyatakan oleh persamaan sederhana,

11 86 yaitu Y = AK, seperti yang terdapat dalam model Harrod-Domar. Dalam formulasi ini, A dianggap mewakili semua faktor yang mempengaruhi teknologi, dan K mencerminkan modal fisik dan sumberdaya manusia. Namun perhatikan bahwa dalam rumus ini tidak terdapat hasil yang semakin menurun atas modal; sehingga terdapat kemungkinan bahwa investasi dalam modal fisik dan sumberdaya manusia dapat menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang melebihi keuntungan pribadi dalam jumlah yang cukup untuk membalikkan efek hasil yang semakin berkurang. Hasil akhirnya adalah pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan, sebuah hasil yang ditabukan oleh teori pertumbuhan neoklasik tradisional. Sehingga meskipun teori pertumbuhan baru tersebut menekankan kembali pentingnya tabungan dan investasi modal manusia untuk mempercepat pertumbuhan, teori ini juga membawa beberapa implikasi pertumbuhan yang sama sekali berlawanan dengan teori tradisional. Pertama, tidak terdapat kekuatan yang mengarahkan terciptanya persamaan tingkat pertumbuhan antarnegara yang perekonomiannya tertutup; tingkat pertumbuhan nasional tetap konstan dan berbeda antarnegara tergantung pada tingkat tabungan nasional dan tingkat teknologinya. Selanjutnya, tidak terdapat kecenderungan bahwa tingkat pendapatan per kapita di negaranegara yang miskin modal akan menyamai tingkat pendapatan per kapita di negara-negara kaya meskipun tingkat pertumbuhan tabungan dan tingkat pertumbuhan populasinya serupa. Konsekuensi serius dari fakta ini adalah bahwa resesi yang berlangsung sementara atau lama di sebuah negara dapat menyebabkan semakin melebarnya jurang pendapatan yang permanen di dalam negara tersebut dan dengan negara-

12 87 negara lain yang lebih kaya. Namun mungkin aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen adalah bahwa model tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang. Potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi yang ditawarkan oleh negara berkembang yang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah berkurang dengan cepat dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer (complementary investments) dalam sumberdaya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan (R&D). Pada gilirannya, negaranegara miskin kurang mendapat manfaat dari luasnya keuntungan sosial yang terkait dengan setiap alternatif bentuk pengeluaran modal ini. Karena para individu tidak menerima keuntungan pribadi dari eksternalitas positif yang tercipta dari investasi mereka sendiri, pasar bebas menyebabkan akumulasi modal komplementer menjadi lebih sedikit daripada tingkat optimalnya (Todaro and Smith, 004). Karena investasi komplementer menghasilkan manfaat sosial maupun pribadi, pemerintah dapat memperbaiki efisiensi alokasi sumberdayanya. Pemerintah dapat melakukannya dengan menyediakan barang-barang publik atau mendorong investasi swasta dalam industri-industri yang padat pengetahuan (knowledge-intensive industries) di mana sumberdaya manusia dapat diakumulasikan dan akhirnya diperoleh skala hasil yang semakin meningkat. Tidak seperti model Solow, model teori pertumbuhan baru menganggap perubahan teknologi sebagai sebuah hasil endogen dari investasi publik dan swasta dalam sumberdaya manusia dan industri padat pengetahuan. Sehingga,

13 88 berlawanan dengan contoh teori kontra revolusi neoklasik, model pertumbuhan endogen mendorong peran aktif kebijakan publik dalam merangsang pembangunan ekonomi melalui investasi langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sumberdaya manusia dan mendorong investasi swasta asing dalam berbagai industri padat pengetahuan seperti industri perangkat lunak komputer dan telekomunikasi Model Human Capital dan Pertumbuhan Model ini merupakan pegembangan dari model Solow. Dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui bahwa output merupakan fungsi dari kapital (K), stok human capital (H), dan jumlah tenaga kerja (L). Fungsi produksi tersebut adalah (Romer, 996): Y(t) = K(t) α H (t) β [A(t)L(t)] - α - β,... (3.3) Dimana α > 0, β > 0 dan α + β <. H adalah stok human capital, L merupakan jumlah pekerja, sehingga keahlian tenaga kerja disediakan dari unit L dan beberapa jumlah H. Persamaan di atas mengimplikasikan bahwa constant return to scale terhadap K, H dan L secara bersama-sama. Dengan membuat asumsi tentang dinamika K dan L, maka : K& ( t) = s Y ( t)... (3.4) K dan L & ( t) = nl( t)... (3.5) Dimana s K adalah fraksi dari output dari physical capital accumulation, untuk penyederhaan diasumsikan tidak ada depresiasi. Selanjutnya model Solow diasumsikan constant dan kemajuan teknologi eksogen, maka :

14 89 A & ( t) = ga( t)... (3.6) Dan persamaan yang terakhir untuk penyederhaan, human capital accumulation di modelkan dengan cara yang sama dengan physical capital accumulation, sebagai berikut : H& ( t) = s Y ( t)... (3.7) H Dimana s H adalah fraksi sumberdaya dari human capital accumulation. Model ini dapat digeneralisasi dalam beberapa cara tanpa mempengaruhi maknanya. Fungsi Cobb-Douglas dapat digantikan dengan fungsi produksi umum sebagai berikut : Y = F (K, H, AL)... (3.8) Persamaan diatas menyatakan bahwa output suatu perekonomian merupakan fungsi dari kapital, human capital, produktivitas tenaga kerja. Menurut Park (995), human capital dapat diartikan sebagai spesialisasi keahlian yang disediakan oleh tenaga kerja yang dapat diperoleh dengan mengalokasikan pendapatan untuk pendidikan dan kesehatan. Alokasi pendapatan dalam hal ini adalah pengeluaran pemerintah untuk investasi pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan dapat digunakan sebagai instrumen dalam meningkatkan human capital. 3.. Konsep Keseimbangan Umum Dalam suatu perekonomian terdapat berbagai macam pasar saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga perubahan pada satu pasar akan mempengaruhi pasar lainnya. Keseimbangan umum akan tercapai bila permintaan dan penawaran masing-masing pasar berada dalam keseimbangan.

15 90 Pembentukan model ekonomi yang menggambarkan suatu perekonomian dimana semua pasarnya berada dalam keseimbangan disebut dengan pendekatan Computable General Euilibrium (CGE). Dalam model CGE terdapat sekumpulan fungsi permintaan dan penawaran, yang mencakup pasar komoditi maupun faktor produksi (Horrison, 997). Disamping itu model CGE juga terdapat himpunan persamaan yang menentukan arus pendapatan dari setip pelaku di dalam perekonomian. Model keseimbangan umum dipelopori dan dikembangkan oleh sejumlah tokoh ahli ekonomi antara lain Leontif, Manne, Johansen, Adelman, Shoven dan Whalley (Dixon, et el., 99). Mereka menyebutkan bahwa model ekonomi keseimbangan umum dapat digunakan untuk menganalisis dampak dari suatu kebijakan secara kuantitatif. Kebijakan yang dianalisis dapat berupa kebijakan pajak, hambatan perdagangan, perubahan pengeluaran pemerintah, harga komoditi, teknologi dan kebijakan di bidang lingkungan. Efek dari kebijakan tersebut dapat dianalisis pada tingkat industri, jenis pekerjaan, rumah tangga, pemerintah dan wilayah dan berbagai variabel makroekonomi lainnya seperti tingkat pertumbuhan tingkat inflasi, neraca perdagangan, investasi dan sebagainya. Dixon, et al (99) menyatakan bahwa model keseimbangan ekonomi umum memandang perekonomian sebagai suatu sistem yang lengkap. Model ini tidak hanya dapat dibangun pada tingkat agregat, tetapi dapat pula dibangun dengan mempertimbangkan level mikro secara lebih detail, dimana terdapat ketergantungan yang eksplisit diantara komponen-komponen ekonomi: antar industri, rumah tangga, investor, pemerintah, importir, dan eksportir dan antara

16 9 pasar yang berbeda. Keseimbangan umum akan tercapai apabila perekonomian diasumsikan berada pada kondisi pasar persaingan sempurna (PPS), dimana tidak ada skala pengembalian yang meningkat (increasing return to scale). Lebih lanjut Gilig dan Carl (00) menyatakan bahwa disamping asumsi tersebut, terdapat beberapa asumsi lain dari suatu model CGE, yaitu: () pada pasar komoditi dan pasar input, total permintaan sama dengan total penawaran, () pada tingkat harga keseimbangan keuntungan perusahaan sama dengan nol, (3) pendapatan rumah tangga sama dengan pengeluaran rumah tangga, dan (4) penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah. Pada model keseimbangan umum berlaku hukum Walras (Henderson dan Quant, 980). Walras menyatakan bahwa semua harga dan kuantitas barang di semua pasar ditentukan secara simultan melalui proses interaksi satu dengan yang lainnya. Keseimbangan umum tercapai bila nilai dari excess demand selalu sama dengan nol pada semua vektor harga. Keseimbangan umum dalam struktur pasar persaingan sempurna menjamin tercapainya kondisi efisiensi pareto. Kondisi efisiensi pareto yang tercapai dalam pasar persaingan sempurna juga diperkuat oleh hasil penelitian Ono dan Maeda (00), menyatakan bahwa kondisi pereto optimal hanya akan tercapai jika pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna. Efisiensi Pareto adalah kondisi dimana satu pihak tidak dapat meningkatkan kepuasannya tanpa mengurangi kepuasan pihak-pihak lainnya. Dengan kata lain pareto optimum dapat didefinsiskan sebagai suatu kondisi dimana tidak mungkin membuat salah seorang menjadi lebih baik (better-off) tanpa membuat orang lain menjadi lebih buruk (wose-off) (Just, et al, 98).

17 9 Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi optimal pareto dalam keseimbagan umum, yaitu:. Keseimbangan dalam konsumsi (pertukaran), tercapai jika tingkat substitusi marginal (MRS) untuk kedua barang adalah sama untuk dua individu yang mengkonsumsi barang tersebut. Contoh kasus, dua barang ( dan ) dua individu A dan B, dapat dituliskan sebagai berikut: MRS MRS A = B artinya bahwa tingkat subsitusi marginal individu A dalam mengkonsumsi barang dan harus dengan tingkat substitusi individu B dalam mengkonsumsi barang dan.. Keseimbangan produksi, tercapai jika tingkat subsitusi teknik marginal (MRTS) untuk pasangan input adalah sama bagi produksi dua barang yang menggunakan kedua input tersebut. Contoh kasus, dua input (L dan K) dan dua individu A dan dua barang Q dan Q, dapat dituliskan sebagai berikut: MRTS = MRTS LK LK artinya bahwa tingkat subsitusi teknis marginal input L dan K dalam memproduksi barang Q harus sama dengan tingkat substitusi teknis marginal input L dan K dalam memproduksi barang Q. 3. Kesimbangan secara serentak atau keseimbangan secara simultan di sektor konsumsi dan produksi, terjadi apabila: MRPT MRS A = MRS = B dimana, MRPT adalah marginal rate of product transformation (tingkat transformasi marginal) antara komodit Q dan Q.

18 93 Berikut ini akan dijelaskan masing-masing efisiensi khusus untuk contoh kasus dimana dua konsumen, dua faktor dan dua komoditi dengan menggunakan diagram kotak Edgeworth Bowley Box Keseimbangan Konsumsi Keseimbangan pasar di sektor konsumsi adalah kondisi di mana konsumen mencapai kepuasan maksimum dengan kendala pendapatan. Secara grafis keseimbangan sektor konsumsi dapat dilihat pada Gambar. O B b a A U B U A U B U O A Gambar. Edgeworth Bowley Box pada Kasus Keseimbangan Konsumsi U A menggambarkan kurva indeferen individu A dan U B menggambarkan kurva indeferen individu B. Secara grafis terlihat bahwa semakin jauh dari titik origin individu maka tingkat kepuasan yang diperoleh semakin tinggi. Disepanjang garis O A sampai dengan O B yang dihubungkan oleh titik a dan b disebut contract curve yang dibangun dengan menghubungkan seluruh titik

19 94 tangen antara kurva indifferent individu A dan B. Semua titik pada garis ini, kedua konsumen memiliki kurva indiferen dengan slope yang sama atau dengan kata lain kedua konsumen memiliki marginal rate of substitutional (MRS) untuk barang dan adalah sama. Dalam kasus pertukaran murni (pure exchange) titik pada contract curve disebut pareto optimum. Pareto optimal mengimplikasikan bahwa marginal rate of substitusional (MRS) antar dua barang adalah sama untuk seluruh konsumen. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : A B MRS = MRS Secara teoritis kepuasan maksimum konsumen A atau B tercapai pada saat MRS antar dua komoditi sama dengan harga relatifnya. Asumsikan bahwa p adalah harga komoditi dan p adalah harga, secara matematis kepuasan konsumen dapat dibuktikan sebagai berikut : Fungsi kepuasan U = f (,,) dan I = Pendapatan Maksimumkan U = f (, ) dengan kendala I = p + p γ = f (, ) + λ ( I p p ) γ = MU λ p = 0 atau λ = MU p. (3.9) γ = MU γ = I p λ λ p p = = 0 atau MU λ = p (3.0) 0 (3.) Dari persamaan (3.9) dan (3.0) kita akan menghasilkan: MU p = (3.) MU p

20 95 Dengan melakukan diferensiasi total disepanjang kurva indiferen, dimana kita ketahui bahwa konsumen memaksimum U=f (, ) maka kita akan memperoleh persamaan (3.3) berikut: du U U = d + d = 0 MU MU MU d + MU d = d 0 = = MRS. (3.3) d Dari persamaan (3.) dan (3.3) terbukti bahwa MRS = p p 3... Keseimbangan Produksi Secara teoritis dalam teori produksi dinyatakan bahwa produsen berada dalam keseimbangan jika w w MRTS LK =, dimana w adalah harga faktor L dan w adalah harga faktor K. Asumsi pada kasus dua perusahaan yang menghasilkan produk yang berbeda yaitu dan, untuk melihat keseimbangan yang terjadi dapat dijelaskan melalui Edgeworth Bowley Box seperti yang terlihat pada Gambar. Pada Gambar keseimbangan simultan antara dua produk dan tercapai pada suatu isouant bersinggungan dengan isouant pada berbagai tingkat output. Titik-titik singgung tersebut membentuk kurva yang disebut contract curve (CC). Tingkat output yang diproduksi ditentukan oleh rasio harga faktor. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: MRTS w LK = MRTS LK = (3.4) w

21 96 Formula di atas merupakan keseimbangan umum sektor produksi, yang dicapai pada saat marginal rate of technical substitution (MRTS) untuk semua jenis output adalah sama. Jika harga faktor diketahui maka jumlah output dan yang harus diproduksi agar keuntungan maksimum dapat ditentukan. K O O L Gambar. Edgeworth Bowley Box pada Kasus Keseimbangan Produksi Pada Gambar, tingkat output dan yang diproduksi perusahaan harus sama sesuai dengan permintaan konsumen terhadap barang dan. Permintaan konsumen ditentukan oleh harga relatif p dan p. Untuk menyesuaikan penawaran dan permintaan diperlukan konsep kurva kemungkinan produksi (Production Possibility Curve, PPC). PPC diderivasi dari contract curve yang terbentuk di dalam kotak Edgewotrh. PPC adalah kumpulan titik-titik yang menggambarkan transformasi dari suatu produk menjadi produk lain melalui alokasi faktor produksi. Slope kurva PPC disebut sebagai Maginal Rate of Product Transformation, MRPT. Daerah

22 97 batas PPC memperlihatkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L yang efisien untuk menghasilkan output dan. Slope PPC memperlihatkan bagaimana output dapat tukarkan terhadap output dengan tetap menggunakan sejumlah sumberdaya (input) yang sama Keseimbangan Konsumsi dan Produksi Pareto optimal pada produksi dan sektor konsumsi (mix product) mengimplikasikan bahwa marginal rate of transformation product harus sama dengan marginal rate of substitution untuk semua konsumen, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: A B MRPT MRS = MRS =.. (3.5) MRPT menunjukkan bagaimana suatu produk ditransformasikan menjadi produk lain, dan MRS menunjukkan sejauhmana konsumen bersedia mempertukarkan suatu komoditi dengan komoditi lainnya. Keseimbangan terjadi jika rencana produksi sesuai dengan rencana konsumsi. Keseimbangan ditunjukkan pada Gambar 3. Pengertian ekonomi dari keseimbangan total ini adalah bahwa kombinasi output dan harus optimal baik dari sudut produsen maupun dari sudut konsumen. Sedemikian rupa sehingga keseimbangan secara keseluruhan harus terpenuhi dengan adanya keseimbangan alokasi pada sektor produksi dan konsumsi, yang dilakukan melalui mekanisme harga pasar persaingan sempurna, sehingga akan tercapai efisiensi dalam perekonomian. Keseimbangan ini akan tercapai jika tiga kondisi ini terpenuhi, yaitu: () A B MRS MRS =, () MRTS = MRTS dan (3) LK LK MRT = MRS. A MRS = B

23 98 0Q P E slope * * = p * p * * C * E U * P 0 0Q E * * C U Gambar 3. Keseimbangan Sektor Produksi dan Konsumsi memproduksi Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa rasio harga awal perusahaan akan dan. Kendala anggaran masyarakat ditunjukkan oleh garis C. Dengan kendala anggara tersebut, maka individu meminta sebesar dan sebesar. Pada titik E rasio harga P /P sama besarnya dengan rasio MU /MU sehingga konsumen mencapai utilitas maksimum. Pada titik E belum tercapai keseimbangan umum karena terdapat kelebihan permintaan barang sebesar dan kelebihan penawaran barang sebesar. Kelebihan permintaan pada mengakibatkan harga naik, P naik, sedangkan kelebihan penawaran menyebabkan harganya turun, P turun. Bekerjanya mekanisme pasar tersebut akan menggerakkan rasio harga P /P naik sehingga kurva C bergeser ke C *. Pada tingkat harga ini, kendala anggaran masyarakat menjadi C *. Dengan kendala anggara seperti tersebut, maka jumlah barang yang diminta adalah * dan jumlah barang adalah *. Dalam kondisi tersebut, tidak terjadi kelebihan permintaan maupun kelebihan penawaran, sehingga titik keseimbangan berada titik E *.

24 Kerangka Pemikiran Dalam model Solow (956) dinyatakan bahwa setiap peningkatan GNP yang bukan berasal dari penyesuaian jangka pendek dalam tenaga kerja maupun modal, dianggap bersumber dari kategori ketiga, yaitu yang disebut Solow residual. Teknologi dianggap sebagai sesuatu yang eksogen, sedangkan dalam model pertumbuhan baru, faktor teknologi bersifat endogen. Model pertumbuhan baru yang dipelopori oleh Romer (986) dan Lucas (988) pada dasarnya merupakan pengembangan dari model Solow (956), yang mengungkapkan bahwa peranan kapital, termasuk modal manusia (human capital) lebih besar daripada apa yang diukur oleh pertumbuhan Solow. Ide dasar dari model pertumbuhan baru tersebut adalah bahwa investasi kapital, baik itu dalam mesin maupun dalam manusia, akan menciptakan eksternalitas positif (positive externalities) yang membantu perekonomian menghindar dari diminishing return to capital. Singkatnya, dalam model pertumbuhan baru, inovasi teknologi dan pembentukan modal manusia dilihat sebagai sumber utama dari pertumbuhan produktivitas, dan pertumbuhan produktivitas itu sendiri pada gilirannya merupakan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Salah satu hal yang ditekankan dalam model pertumbuhan baru adalah pentingnya peranan pemerintah, hal mana tidak ditekankan dalam model Solow. Menurut model pertumbuhan baru, kebijakan pemerintah terutama dalam meningkatkan infrastruktur, membangun modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan. Barro (997) konsep modal di dalam model yang baku dapat diperluas meliputi human capital dalam wujud pendidikan, pengalaman, dan kesehatan.

25 00 Persoalannya adalah bagaimana masyarakat miskin akan memperoleh pendidikan dan kesehatan yang baik, tentu saja hal ini diperlukan kebijakan pemerintah seperti yang ditekankan dalam model pertumbuhan baru. Pada dasarnya pemerintah dapat mempengaruhi distribusi pendapatan dan kemiskinan melalui instrumen kebijakan fiskal. Berikut akan diuraikan bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia Peranan Pemerintah dalam Menurunkan Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan persoalan yang krusial bagi setiap negara, sehingga pemerintah di masing-masing negara berusaha untuk mengurangi persoalan tersebut melalui intrumen fiskal pemerintah. Skema instrumen fiskal yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah Indonesia ditampilkan pada Gambar 4. Dari sisi penerimaan, anggaran pemerintah untuk pembiayaan publik dapat dihasilkan dari dua sumber, yaitu domestik dan pinjaman luar negeri. Penerimaan dari dalam negeri, dapat diperoleh dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan pajak produksi, sedangkan dari luar negeri, pinjaman dapat dari berbagai bentuk, tetapi dalam hal ini hanya dibatasi pada pinjaman luar negeri untuk publik. Sedangkan dari sisi pengeluaran, penurunan kemiskinan dan redistribusi pendapatan diimplementasikan melalui tiga instrumen alokasi anggaran pemerintah, yaitu () subsidi langsung atau subsidi individu yang ditargetkan pada rumahtangga berpendapatan rendah, () subsidi harga, subsidi yang dialokasikan untuk komoditi yang digunakan oleh rumahtangga menjadi lebih murah terutama untuk kebutuhan pokok, dan (3) pengeluaran langsung pemerintah terhadap

26 0 pelayanan publik dan infrastruktur, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan, yang diutamakan bagi kelompok rumahtangga yang berpendapatan rendah. Growth lambat: penyesuaian Work-leisure Preferences switch Pajak Pendapatan Pajak Produksi Anggaran Pemerintah Pajak Penjualan Pinjaman Luar Transfer Susbsidi Tekanan pada Inflasi Penyesuaian Pendapatan Penyesuaian Harga Penyesuaian di dalam Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran Pembangunan Terutama untuk Kesehatan dan pendidikan Distribusi Pendapatan Kemiskinan Gambar 4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Dengan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Romer dan Lucas, maka fokus kajian ini lebih ditekankan pada pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan. Dalam penelitian ini, instrumen pengeluaran pemerintah untuk investasi pendidikan dan kesehatan yang akan mewakili investasi di dalam modal manusia. Untuk mengetahui apakah investasi sumberdaya manusia efektif dalam mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan, instrumen transfer pendapatan ke rumahtangga oleh pemerintah juga akan dianalisis sebagai pembanding.

27 Kerangka Operasional Untuk menjawab tujuan penelitian ini, digunakan sebuah model CGE yang diadopsi dari model INDOF (Oktaviani, (000), selanjutnya model INDOF dimodifikasi dengan menambah persamaan fiskal yang diadopsi dari model CGE WAYANG (Wittwer, 999). Model CGE dikombinasikan dengan metode pengukuran Beta Distribution Function (Decaluwe, 999); Agenor, et.al (003) dan metode Foster-Greer-Thorbecke seperti yang dilakukan Cockburn (00). Karena di dalam model INDOF dan WAYANG, investasi sumberdaya manusia tidak dinyatakan secara eksplisit dan pengeluaran pemerintah tidak didisagregasi berdasarkan sektor, maka digunakan pendekatan ekonometrik dengan tujuan untuk menduga pengaruh investasi sumberdaya manusia terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja diproxy oleh output per effective labor. Secara ringkas, kerangka operasional penelitian disajikan pada pada Gambar 5. Model Ekonometrika Investasi Sumberdaya Manusia Perubahan produktivitas Tenaga kerja sektoral Perubahan Pendapatan RT Model INDOF dan WAYANG Foster-Greer- Thorbecke (FGT) Beta Distributin Function Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Distribusi Pendapatan Rumahtangga Gambar 5. Kerangkan Operasional Penelitian

28 03 Hasil simulasi perubahan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan dari model ekonometrik, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam model CGE. Salah satu yang dihasilkan dari model CGE adalah perubahan tingkat pendapatan rumahtangga. Perubahan tingkat pendapatan rumahtangga tersebut selanjutnya dijadikan sebagai input untuk mengevaluasi ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan dengan menggunakan metode Beta Distribution Function Foster- Greer-Thorbecke. Acuan dasar dalam memilih metode dan ukuran dari penelitian tersebut lebih berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan penelitian ini. Contoh seperti Decaluwe (999) dan Agenor, (003) telah memasukkan unsur beta distribution atau beta density distribution function sebagai suatu proxy ketimpangan pendapatan, Cockburn, (00) memasukkan metode pengukuran FGT sebagai ukuran kemiskinan, model WAYANG telah memasukkan unsur persamaan fiskal, sedangkan model INDOF telah mengembangkan model CGE menjadi yang bersifat semi dinamis.

2. KERANGKA TEORI. Tinjauan Teori Teori Dasar Subsidi

2. KERANGKA TEORI. Tinjauan Teori Teori Dasar Subsidi 2. KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Dasar Subsidi Menurut Pindyck (2003), subsidi merupakan pembayaran yang mengurangi harga pembeli di bawah harga penjual dan dapat disebut sebagai pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

menguasai tehnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Unutk

menguasai tehnologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Unutk TEORI HUMAN CAPITAL Secara teoritis pembangunan mensyaratkan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai faktor produksi tenaga kerja yang dapat menguasai tehnologi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan produk nasional (GNP) karena ada peningkatan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAA 21 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional Pendapatan nasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir, yakni meningkatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teori Berikut ini akan diuraikan kerangka teori yang digunakan sehubungan dengan pengembangan model keterkaitan wilayah. Kerangka teori diawali dengan teori pertumbuhan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan standar hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan

Lebih terperinci

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan Ekonomi Mikro. program pascasarjana Unlam 2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan KELANGKAAN, PILIHAN, DAN BIAYA OPORTUNITAS 1 Kebutuhan manusia bersifat tak terbatas, namun sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan tetapi bukan merupakan satu-satunya. Pembangunan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adaah pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Infrastruktur Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya dan Studi empiris yang dibahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori Konsep Infrastruktur

II. KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori Konsep Infrastruktur II. KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Konsep Infrastruktur Konsep infrastruktur memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut sudut pandang dan kepentingannya. Tidak ada kesamaan pandangan antar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct Investment (FDI) dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modal manusia memiliki peran sentral dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka peran modal manusia merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Analisis Untuk menjawab semua permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan. Pada tahap pertama, penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan

Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan BAGIAN 1 Prinsip & Konsep Pertemuan 7-8 Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan Berdasarkan pengalaman selama lebih dari setengah abad dengan mencoba mendorong pembangunan modern, kita telah

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 224 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan secara ringkas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sebelumnya. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 GARIS-GARIS BESAR

Lebih terperinci

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3 Soal kasus 5.1 Suatu proses produksi menggunakan input L dan input K untuk menghasilkan produk tertentu. Dalam proses produksi tersebut, input L sebagai input variabel dan input K sebagao input tetap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. dengan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering

III. KERANGKA TEORI. dengan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering III. KERANGKA TEORI 3.1. Modal Manusia Investasi pendidikan dan kesehatan menyatu dalam pendekatan modal manusia. Nilai pendidikan merupakan aset moral dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan serta merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. kemiskinan. Beberapa ukuran yang sering digunakan dalam studi empirik

III. KERANGKA TEORITIS. kemiskinan. Beberapa ukuran yang sering digunakan dalam studi empirik III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Pengukuran Kemiskinan Banyak ukuran yang sering digunakan dalam studi empirik mengenai kemiskinan. Beberapa ukuran yang sering digunakan dalam studi empirik kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20 Keseimbangan Umum Rus an Nasrudin Kuliah XII-2 Mei 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei 2013 1 / 20 Outline 1 Pendahuluan 2 Konsep Keseimbangan Umum 3 Permintaan dan Penawaran dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Pada bagian ini akan dirumuskan model pertumbuhan ekonomi yang mengoptimalkan utilitas dari konsumen dengan asumsi: 1. Terdapat tiga sektor dalam perekonomian:

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG 25 BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG 3.1 Asumsi dan Notasi Dalam proses pertukaran dan pembagian kerja, uang memainkan peranan penting di dalam ekonomi modern. Fungsi produksi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan juga hasil hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI. Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI

PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI. Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 39 44. PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN Minggu Pokok Bahasan dan TIU ke 1 Pasar komoditi dan kurva IS Menjelaskan bagaimana perubahan variabel aggregatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

teori distribusi neoklasik

teori distribusi neoklasik BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw Model ini sangat sederhana namun kuat, dibangun antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

Materi 2 Ekonomi Mikro

Materi 2 Ekonomi Mikro Materi 2 Ekonomi Mikro Hubungan Pelaku Ekonomi Dalam Perekonomian Abstract Hubungan pelaku ekonomi dalam perekonomian dengan mempelajari sumberdaya aktivitas ekonomi yang saling berkaitan dalam kegiatan

Lebih terperinci

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Para ekonom membedakan antara pembangunan ekonomi (Economic Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 09Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Bentuk Organisasi Perusahaan, Fungsi Produksi dan Input 2 Variabel Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TUJUAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan indikator bahwa negara tersebut berkategori miskin, berkembang atau maju, sehingga setiap negara akan berusaha

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N.

Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Tugas Ekonomi Pengantar 2 (Drs. Ari Sudarman, M.Ec.) Makroekonomi (N. Gregory Mankiw) Priciples of Economics (Asian Edition) (N. Gregory Mankiw) Bab 1 1. Jelaskan perbedaan antara makroekonomi dan mikro

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN P r o s i d i n g 24 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN M. Rizal Taufikurahman (1) (1) Program Studi Agribisnis Universitas Trilogi Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 7 Pertumbuhan Ekonomi I. Chapter Seven 1

BAB 7 Pertumbuhan Ekonomi I. Chapter Seven 1 BAB 7 Pertumbuhan Ekonomi I Chapter Seven 1 Model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model) dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input 2 II LANDASAN EORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan dalam karya ilmiah ini. 2.1 Istilah Ekonomi Definisi 1 (Pertumbuhan Ekonomi) Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) SEKO H NO MI KO LA SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) GGI ILMU TIN E SERANG Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Program Studi Kredit Semester Semester PENGANTAR EKONOMI MAKRO EK12.B110 MANAJEMEN 3 SKS II (DUA) Buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tidak ada gading yang tak retak, kepada para pembaca kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini kedepan.

KATA PENGANTAR. Tidak ada gading yang tak retak, kepada para pembaca kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini kedepan. i KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penulisan buku Pengantar Teori Ekonomi. Buku ini bukanlah karya tulis asli dari penulis tetapi kumpulan materi kuliah

Lebih terperinci

A. Kapasitas Produksi Nasional 1. Pengertian Kapasitas Produksi Nasional Besar kecilnya jumlah barang dan jasa jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu

A. Kapasitas Produksi Nasional 1. Pengertian Kapasitas Produksi Nasional Besar kecilnya jumlah barang dan jasa jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu A. Kapasitas Produksi Nasional 1. Pengertian Kapasitas Produksi Nasional Besar kecilnya jumlah barang dan jasa jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu perekonomian tergantung kepada besar kecilnya kapasitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Hampir semua negara bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi hanya menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan, namun perlu dipahami

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang diinginkan dapat

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia

Lebih terperinci