BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Proaktif Setiap manusia pasti memiliki kepribadian di mana dengan kepribadian inilah ia bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain serta lingkungan sekitarnya. Kepribadian inilah yang membedakan setiap individu. Kepribadian merupakan keseluruhan total cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lain (Robbins, 2003: 120). Sedangkan menurut Cuber. Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli. < 15 Mei 2012., kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan perpaduan yang utuh antara sifat, sikap, pola pikir, emosi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan lingkungannya. Adapun faktor penentu kepribadian menurut Robbins (2003: 120), antara lain: keturunan, lingkungan, situasi. Keturunan mengacu kepada faktor yang telah ditentukan sejak lahir seperti jenis kelamin dan fisik, sedangkan faktor lingkungan seperti budaya (culture) di mana kita dibesarkan, norma di tengah keluarga dan teman. Lingkungan di mana kita tampil memainkan satu peran penting dalam membentuk kepribadian kita. Faktor penentu ketiga yang tidak kalah penting yaitu situasi. Situasi merupakan faktor yang mempengaruhi efek dari keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Meskipun kepribadian seseorang cenderung stabil dan konsisten, justru berubah dalam menghadapi situasi-situasi tertentu seperti saat wawancara kerja. Dilihat dari sifatnya, perbedaan kepribadian seseorang disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan berperilaku, pengalaman, dan reaksi yang berbeda diantara satu sama lain. Bila dihubungkan dengan reaksi seseorang terhadap sesuatu, dapat disimpulkan bahwa reaksi manusia terbagi menjadi dua, yaitu proaktif dan reaktif. Menurut Bateman & Crant (1993 dalam Kim dkk, 2009: 94) kepribadian proaktif mengacu kepada 6

2 karakter individu terhadap keterlibatannya dalam orientasi peran aktif, seperti memulai perubahan dan mempengaruhi lingkungannya. Sedangkan menurut Robbins & Judge. Kepribadian. < 18 Mei 2012., kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Kepribadian proaktif juga berkaitan dengan tanggung jawab untuk perubahan yang membangun, atau sejauh mana seseorang merasa bertanggung jawab untuk mendefinisikan kembali kinerja dengan menempatkan upaya untuk memperbaiki situasi, mengembangkan prosedur baru, dan menyelesaikan masalah (Fuller dkk, 2006 dalam Kim dkk, 2009: 95). Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. Proaktif sendiri merupakan perilaku seseorang dimana ia tidak bisa mengendalikan segala yang terjadi, tetapi bisa mengendalikan reaksi diri. Sedangkan reaktif berfokus pada kelemahan orang lain, masalah di lingkungan, dan kondisi yang mereka tidak bisa kendalikan (Covey, 1997: 73). Individu yang proaktif cenderung menyarankan ide-ide baru untuk meningkatkan kinerja, hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut: Individu proaktif sangat efektif dalam mencari cara yang lebih baik melakukan banyak hal pada pekerjaan, ketika ia diberi kesempatan untuk melakukannya. Misalnya, orang proaktif bekerja secara aktif memanipulasi lingkungan dan mencari informasi baru serta mempraktekkan sesuatu untuk meningkatkan kinerja mereka (Bateman & Crant, 1993 dalam Kim dkk, 2009: 95). Dapat disimpulkan dari uraian di atas, bahwa kepribadian proaktif lebih mengacu kepada antisipatif, perilaku yang berorientasi pada perubahan diri dan biasanya dimulai pada tempat kerja. Proaktif disini merupakan sikap dimana seseorang dapat mengendalikan reaksi diri terhadap segala yang terjadi. Hal ini berarti mengambil kendali dan membuat sesuatu terjadi, bukan hanya menyesuaikan diri dengan situasi atau menunggu sesuatu terjadi. Seperti halnya karyawan yang proaktif, mereka tidak perlu diperintah dan tidak memerlukan petunjuk rinci. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka 7

3 menggunakan pendekatan dari dalam ke luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri. Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sangatlah dibutuhkan agar kita mempunyai semangat untuk melakukan perubahan. Tanpa itu, semuanya tinggal mimpi dan cita-cita yang kita harapkan tidak akan tercapai. Orang proaktif bisa menjaga dirinya agar tetap bahagia. Namun, banyak orang yang merasa tidak bahagia terhadap kehidupannya. Mereka kira bahwa ketidakbahagiaan mereka disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Mungkin yang sebenarnya adalah karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi Proaktif Menurut Covey (2001: 22) proaktif mengandung arti bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Orang proaktif relatif tidak dibatasi oleh kekuatan situasional, mereka mengindentifikasi, menggunakan kesempatan, memperlihatkan inisiatif, dan tetap bertahan sampai terjadi perubahan yang berarti (Crant, 2000 dalam Kim dkk, 2009: 94). Kebiasaan bertanggungjawab (proaktif), bukan sekedar menunjukkan sifat agresif dan mengambil inisiatif, tetapi suatu karakter baik yang disertai dengan perilaku yang bertanggungjawab. Tanggung jawab dalam bahasa inggris responsible berasal dari dua kata yaitu respons terbaik terhadap stimulus yang bagaimanapun negatifnya. Orang sukses mengakui tanggung jawab tersebut. Mereka bertanggung jawab bahwa apa pun yang dialami sekarang merupakan akibat dari pilihan sendiri di masa lalu. Mereka tidak menyalahkan kondisi atau pengkondisian atas perilaku mereka. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan empat karunia manusia yang unik, yaitu: kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Itu semua adalah yg menjadi dasar seseorang untuk menjadi proaktif. 8

4 Sumber: Covey (1997: 61) Gambar 2.1 Model Proaktif Covey meringkas definisi tentang sifat proaktif dari para ahli tentang ciri- dengan ciri individu proaktif (1997). Bila ciri-ciri individu proaktif dibandingkan individu reaktif setidaknya ada lima, yaitu: 1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk dari pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati, conditioning, atau tekanan sosial yang diterima. 2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh (mencakup segalaa hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya, mereka dapat melakukan sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat. 3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke luar (in side-out), yaitu berusaha memulai perubahan dengan mengubah dirinya lebih dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya. 9

5 4. Orang proaktif hidup berpusat pada prinsip (principle centered) kemudian ia menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai (values) yang telah dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia mengarahkan pilihan sikap dan perilakunya. 5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan empat anugrah unik manusianya secara optimal. Empat anugrah itu adalah sifat-sifat unik manusia yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Covey menyebutkan four unique himant gifts itu adalah Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Creative Imagination (imajinasi kreatif) dan Independent Will (kebebasan kehendak). Proaktif didasarkan pada nilai, bukan didasarkan pada perasaan. Tindakan dan pola pikir yang proaktif tidak dikendalikan oleh lingkungan disekitarnya. Orang yang proaktif tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, baik fisik, sosial, maupun psikologis. Namun, respons yang dikeluarkan terhadap stimulus tersebut didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasar pada nilai-nilai tertentu seperti kehendak bebas, imajinasi, suara hati, dan kesadaran diri. Eleanor Roosevelt mengemukakan (dalam Covey, 1997: 62) Tak seorangpun dapat menyakiti Anda tanpa persetujuan Anda dan Ghandi (dalam Covey, 1997: 62) Mereka tidak dapat merenggut harga diri kita, jika kita tidak memberikannya kepada mereka. Dapat disimpulkan, bahwa orang proaktif selalu merespon segala sesuatu berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya. Sifat dasar seseorang adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan. Selain memungkinkan untuk memilih jawaban terhadap keadaan tertentu, sifat ini memberikan kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu. Sifat kebalikan dari proaktif adalah reaktif. Menurut Covey (1997: 61), sikap reaktif adalah sikap seseorang yang gagal membuat pilihan respon dikala mendapatkan stimulus. Orang yang reaktif cenderung bertindak secara spontan dan tidak didasarkan kepada nilai-nilai yang dianut, dan membiarkan suasana hatinya dikendalikan oleh lingkungan sosial, tidak ditentukan oleh diri sendiri. Hal tersebut dapat terlihat pada bahasa yang digunakan orang proaktif dan reaktif (Tabel 2.1). 10

6 Tabel 2.1 Perbandingan Bahasa Reaktif dan Bahasa Proaktif Sumber: Covey (1997: 68) Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia (2008: 556), inisiatif adalah usaha yang mula-mula; prakarsa. Inisiatif ini merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan meningkatkan hasil pekerjaan dan menciptakan peluang baru guna menghindari timbulnya masalah. Banyak orang yang menunggu sesuatu terjadi atau menunggu seseorang untuk mengurusnya, tetapi bagi orang proaktif yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa yang diperlukan, konsisten dengan prinsip yang benar. Salah satu cara untuk kita lebih sadar diri sehubungan dengan tingkat proaktivitas adalah dengan melihat dimana kita memfokuskan waktu dan energi kita. Menurut Covey (1997: 71), kita dapat memisahkannya dari hal-hal yang tidak melibatkan secara emosional atau mental dengan menciptakan Lingkungan Kepedulian. 11

7 Sumber: Covey (1997: 73) Gambar 2.2 Fokus Proaktif (Energi positif memperbesar lingkaran pengaruh) Dengan menentukan mana dari kedua lingkaran ini yang merupakan fokus dari sebagian besar waktu dan energi kita, kita dapat menemukan banyak hal tentang tingkat proaktivitas kita. Orang proaktif memfokuskan usaha di dalam lingkaran pengaruhnya. Mereka selalu mengerjakan hal-hal yang terhadapnya, mereka dapat melakukan sesuatu. Sifat energi proaktif adalah positif, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat. Sumber: Covey (1997: 74) Gambar 2.3 Fokus Reaktif (Energi negatif mengurangi lingkaran pengaruh) 12

8 Kebalikan dari orang proaktif, orang reaktif memfokuskan upaya mereka di dalam lingkaran kepedulian. Mereka berfokus pada keadaan yang mereka tidak bisa kendalikan, masalah di lingkungan, dan kelemahan orang lain. Hal tersebut berakibat pada meningkatnya perasaan menjadi korban, sikap menyalahkan orang lain, dan bahasa yang reaktif. Selain merasa jadi korban, orang kreatif menurut Covey (2001: 84) mempunyai cirri seperti: 1) mudah tersinggung, 2) cenderung menyalahkan orang lain, 3) cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka sesali, 4) cenderung merengek dan mengeluh, 5) menunggu segalanya terjadi kepada mereka, dan 6) berubah hanya kalau perlu. Selama kita berada di dalam lingkaran kepedulian, kita memberi kekuasaan kepada hal di dalamnya untuk mengendalikan kita. Kita tidak akan mengambil tindakan proaktif yang perlu guna mengadakan perubahan menuju hal yang positif. 2.2 Kreativitas Semua manusia rasanya ingin menjadi kreatif atau setidaknya menilai kreativitas sebagai sesuatu yang positif. Edison (dalam Kasali dkk, 2010: 48) berpendapat bahwa Kreativitas terdiri dari 1 persen inspirasi dan 99 persen perspirasi. Di sisi lain, masih banyak pihak yang menentang dan memandang sebelah mata aktivitas kreatif itu sendiri. Menurut Robert Epstein, pendidikan formal adalah salah satu faktor pembatas kreativitas manusia sejak dini. Selain itu, pandangan negatif orang tua terhadap prospek pekerjaan di industri kreatif (desain grafis, sastra, film), membuat banyak orang merasa kemampuan kreatif hanya pantas didalami oleh orang-orang tertentu saja. Sebenarnya, hal itu tidak benar. Seperti yang ditekankan John Houtz bahwa kreativitas tidak terbatas pada kreativitas besar (big C ) yang sifatnya mahakarya dan revolusioner, seperti lukisan Da Vinci atau lampu Edison. Ada pula yang disebut kreativitas kecil (little c ), yaitu kelihaian atau kecerdikan yang dapat kita gunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Kreativitas bukanlah bakat yang dianugerahkan sejak lahir, melainkan sesuatu yang harus diusahakan dengan kerja keras. Orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan ketekunan untuk mewujudkan ide-ide mereka. 13

9 Rhodes (dalam Setyawan, 2006: 7) berpendapat bahwa Four P s of Creativity terdiri dari: Person, Press, Process, Product. Keterkaitan dari keempat P tersebut adalah: pribadi kreatif akan mencari dan melibatkan diri dalam proses kreatif yang aman, dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan yang memungkinkan pengembangan kreativitasnya secara optimal dan memungkinkan adanya produk-produk kreatif bermakna. Adapun penjelasan secara lebih rinci mengenai Four P s of Creativity, sebagai berikut: 1. Pribadi. Kreativitas terkait dengan dijumpainya karakteristik kreativitas pada diri individu baik yang bersifat aptitude (kognitif), seperti, keluwesan, keunikan, dan kelancaran, maupun karakteristik yang bersifat non aptitude (afektif) seperti, ingin mencoba hal baru, rasa ingin tahu, berani menghadapi resiko dan tidak takut berbuat salah. 2. Pendorong. Pendorong internal dari dalam individu berupa motivasi yang kuat pada diri sendiri. Sedangkan pendorong eksternal, berasal dari luar diri individu, seperti, didapatkannya berbagai macam pengalaman kerja, lingkungan perusahaan yang cenderung kondusif menghargai berbagai ide dari individu dan sarana dan prasarana di perusahaan yang mendukung pengembangan sikap kreatif. 3. Proses. Kreativitas dari segi proses merupakan aktivitas-aktivitas kreatif dari karyawan. Penekanannya pada bagaimana karyawan melibatkan diri pada kegiatan kreatif dan apa yang dihasilkan proses tersebut melalui gagasangagasan dalam pikiran. 4. Produk. Arti kreativitas mengacu pada kemampuan karyawan untuk menciptakan produk-produk baru dalam hal apapun. Menurut Soegoto (2009: 79), ada beberapa ciri individu yang memiliki sifat kreatif, antara lain: 1. Imajinatif Orang-orang kreatif mempunyai kemampuan dalam berimajinasi dan menggunakannya untuk merealisasikan ide-ide kreatifnya. Orang yang 14

10 mempunyai ciri imajinatif ini, akan mampu membayangkan hal-hal baru yang mungkin belum terpikirkan oleh orang lain. 2. Inisiatif Orang-orang kreatif mempunyai inisiatif dalam melakukan sesuatu. Inisiatif disini berarti mampu mengembangkan dan memberdayakan daya pikir kreatifnya untuk merencanakan ide menjadi sesuatu yang baru dan diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya serta orang lain. Selain itu, orang yang mempunyai inisiatif akan dapat melihat dan memanfaatkan kesempatan yang ada. 3. Minat yang luas (rasa ingin tahunya tinggi) Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Dalam hal ini, orang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal yang ia sukai. 4. Berpikir mandiri Mandiri merupakan keadaan seseorang dimana ia dapat berdiri sendiri. Orang-orang kreatif yang berpikir mandiri cenderung tidak bergantung pada orang lain. 5. Petualang Petualang mengandung pengertian senang mencari pengalaman yang sulit. Jadi orang kreatif lebih menyenangi sesuatu yang berbeda dan dapat menguji mental mereka. 6. Rajin Orang kreatif akan selalu bekerja keras, sungguh-sungguh, dan selalu berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya. 7. Energik Energik berarti bersemangat dalam menjalani hidup. Orang kreatif akan selalu penuh energi dalam menjalani sesuatu. 8. Percaya diri Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Dengan percaya diri, orang-orang kreatif akan mampu mengenal dan 15

11 memahami dirinya. Sementara itu, kurangnya percaya diri pada seseorang akan menghambat pengembangan potensi diri. Dapat disimpulkan orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membandingbandingkan dirinya dengan orang lain. 9. Siap menghadapi risiko (tidak takut gagal atau dikritik) Orang-orang kreatif akan siap menghadapi risiko. Ia akan siap menghadapi segala kemungkinan (bahaya dan hambatan) yang akan terjadi serta siap menghadapi segala akibat yang akan timbul dari sikap atau perbuatannya. 10. Yakin Yakin disini berarti percaya, dalam artian tahu, mengerti, dan sungguhsungguh. Orang-orang kreatif akan selalu yakin kepada segala sesuatu yang dikerjakannya, tanpa melihat apakah hal tersebut berisiko besar atau tidak. 11. Mempunyai pendirian (siap mempertahankannya). Setiap orang yang memiliki sikap kreatif, cenderung memiliki pendirian kuat terhadap sesuatu yang ia yakini, walaupun hal tersebut bertentangan dengan banyak pihak. Ia selalu siap mempertahankan apa yang ia anggap benar. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang harus diusahakan dengan kerja keras karena kreativitas sendiri bukanlah bakat yang dianugerahkan sejak lahir. Orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan mewujudkannya dalam kehidupan nyata Definisi Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta; daya cipta (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, 2008: 760). Menurut Soegoto (2009: 78), kreativitas adalah sifat yang melekat pada diri seseorang yang mampu 16

12 berimajinasi dan memiliki inisiatif dalam menghasilkan sesuatu produk atau jasa yang baru. Kreativitas karyawan mengacu pada penciptaan yang berharga, produk baru yang berguna, jasa, ide, prosedur, atau proses oleh individu yang bekerja bersama-sama dalam suatu sistem sosial yang kompleks (Woodman dkk, 1993 dalam Kim dkk, 2009: 95). Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah aset penting di tempat kerja dan mencirikan keunggulan daya saing serta perkembangan organisasi Tahap-tahap Proses Kreativitas Pada dasarnya kreativitas akan muncul dengan suatu proses. Proses-proses ini akan mengalami beberapa tahap untuk membentuk kreativitas dari seseorang. Menurut Wallas (dalam Satiadarma dan Waruwu, 2003: 112), terdapat empat tahap proses berpikir kreatif, antara lain: 1. Tahap persiapan (preparation) Tahap persiapan merupakan tahap peletakan dasar, berupa pengumpulan informasi, data-data, dan bahan-bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu mempelajari latar belakang masalah, seluk-beluk dan problematikanya. 2. Inkubasi (incubation) Tahap inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tanpa sadar mengerami permasalahan tersebut dalam alam pra sadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu yang tak menentu, bisa lama dan bisa juga hanya sebentar. 3. Iluminasi (illumination) Tahap ini merupakan tahap munculnya pemahaman. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk ide atau gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja serta jawaban baru. 17

13 4. Verifikasi (verification) Tahap verifikasi adalah tahap pengujian ide atau kreasi baru terhadap realitas. Di tahap ini, ide atau kreasi sudah mulai dicocokkan dengan kondisi yang sebenarnya (nyata) Jenis-jenis Kreativitas Kreativitas penting adanya di dalam suatu organisasi ataupun perusahaan karena akan mencirikan perkembangan dari organisasi/perusahaan tersebut. Di dalam kreativitas itu sendiri terdapat jenis-jenis dari produk kreativitas. Menurut Basemer dan Treffinger (dalam Munandar, 1999: 41-42), terdapat tiga kategori produk kreativitas, yaitu: 1. Kebaruan (novelty) Sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah dan proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru, atau dalam hal dampak dari produk kreatif dimasa depan. Produk itu harus orisinal dan dapat menimbulkan gagasan produk orisinal lainnya. 2. Pemecahan (resolution) Sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi yang bermasalah. Produk harus bermakna dan berguna, sehingga dapat diterapkan secara praktis. 3. Kerincian (elaboration) Sejauh mana produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama menjadi keseluruhan yang baru Faktor-faktor Kreativitas Setiap individu ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan diri, potensi, dan dorongan untuk berkembang. Dorongan ini merupakan motivasi yg timbul pada diri seseorang untuk meningkatkan kreativitas. Menurut Hurlock (1978: 10), terdapat dua faktor penting yang dapat membantu meningkatkan kreativitas, yaitu: 18

14 a. Sikap sosial Lingkungan sekitar individu harus dapat memberikan dorongan dan rangsangan agar dapat membantu individu untuk berkreasi. b. Kondisi Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas harus diberikan supaya potensi kreatif dalam diri individu dapat berkembang secara baik. Sedangkan menurut Guilford (dalam Gandadiputra, 1983: 54) terdapat lima faktor penting dalam kreativitas, yaitu : a. Kelancaran Kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. b. Fleksibilitas Kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. c. Originalitas Kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan asli. d. Elaborasi Kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail terperinci. e. Definisi ulang Kemampuan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut lain daripada cara-cara yang lazim. Badawy (dalam Timpe, 1999: 219) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang penting dalam menstimulasi kreativitas adalah: a. Kepuasan Adanya pengakuan dan penghargaan dari perusahaan akan menimbulkan kepuasan bagi individu. b. Kebebasan Memberikan kebebasan bagi individu untuk bekerja di bidang-bidang yang diminatinya akan dapat mendorong individu untuk mengembangkan kreativitasnya. 19

15 c. Dukungan Sangat penting untuk menciptakan hubungan yang baik antar sesama rekan sekerja. Rekan kerja terkadang turut memberikan rangsangan, sehingga individu semakin bersemangat untuk berkreasi. d. Motivasi Adanya keberanian dari dalam diri individu untuk mengambil resiko, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru, unik, dan terkadang keluar dari cara-cara yang biasa digunakan Hambatan Kreativitas Dalam kehidupan, ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, baik hambatan dalam keluarga, diri sendiri, lingkungan atau hambatan lain yang berada disekitar kita. Sebagai makhluk sosial, manusia diciptakan dengan keunikannya masing-masing. Tidak ada di dunia ini, dua orang yang 100% sama, walaupun mereka kembar. Dalam ilmu ekonomi, semua keunikan memiliki nilai ekonomis yang dapat dibentuk menjadi sesuatu yang menghasilkan kesejahteraan. Kesalahan yang banyak dilakukan oleh manusia adalah ketidakmauan dalam memahami keunikan diri sendiri dan ketidakmampuan dalam mengatasi hambatan berkreasi. Sebagai akibatnya, mereka memilih hidup yang biasa-biasa saja. Menurut Bowman, Carol K. 7 Hambatan Kreatif. < 17 Mei 2012., setiap orang memiliki kreativitas, bahkan mereka yang sudah di atas 45 tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif. Kesimpulannya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir dalam diri seseorang. Ada beberapa orang yang menyalahkan pekerjaannya tidak sesuai dengan bakat yang dimilikinya dan merasa sia-sia melakukan apapun. Ada juga yang menyalahkan atasan yang tidak memberikan ruang gerak bagi orang tersebut. Bagaimana pun keadaanya, manusia yang tidak kreatif akan melakukan sesuatu yang sama secara berulang-ulang dan cenderung menghindari risiko. 20

16 Hambatan kreativitas menurut Adams (dalam Kasali dkk, 2010: 40), dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Hambatan Kreativas menurut Adams Sumber: Kasali dkk (2010: 40) Penjelasan hambatan kreativitas menurut Adams (Kasali dkk, 2010: 40), sebagai berikut: a) Hambatan Persepsi Merupakan hambatan yang membuat manusia sulit mempersepsikan masalah atau menangkap informasi yang relevan (berguna secara langsung). Beberapa jenis hambatan kreativitas ini adalah: 1. Pola pikir stereotip. Adalah sesuatu yang membuat Anda tidak bisa mengembangkan pikiran dan stereotip ini mengabaikan pandangan serta membuat Anda tidak kreatif. 21

17 2. Membatasi masalah secara berlebihan. Seringkali kita kesulitan dengan hambatan (batasan) yang kita ciptakan sendiri, sehingga kita selalu berpikir hanya dalam satu kotak saja, tidak out of box. 3. Terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi. Terlalu sedikit informasi akan menyulitkan kita. Hal sama juga akan terjadi jika terlalu banyak informasi. Terlalu banyak informasi akan memperluas masalah (tidak fokus) dan informasi yang banyak serta terlalu detail, dapat membuat kita tidak menangkap gambaran utamanya. b) Hambatan Emosi Hambatan ini dapat menggangu kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan berbagai cara. Beberapa contoh dari hambatan emosi, antara lain: 1. Takut mengambil risiko. Banyak orang tidak diberi kesempatan untuk melakukan kesalahan, sehingga ia merasa takut berbuat salah dan secara otomatis takut mengambil risiko. 2. Berani menghadapi ketidakpastian. Kita harus berani berpindah dari zona nyaman ke zona yang baru agar kita menjadi lebih kreatif, sehingga dapat belajar untuk menghadapi ketidakpastian maupun kekacauan. 3. Lebih suka menilai daripada menghasilkan gagasan baru. Hal ini seringkali muncul ketika berpikir negatif. Banyak orang yang selalu berpikir negatif terhadap apa pun. Sikap ini sangatlah merugikan karena jika penilaian dilakukan terlalu dini, maka akan banyak gagasan hebat yang diabaikan. 4. Kurang tantangan. Seringkali kita memandang sesuatu dengan sebelah mata. Permasalahan yang ada dianggap sangat mudah untuk diselesaikan. Segala sesuatu yang dipandang sebelah mata, membuat kita kurang memiliki tantangan sehingga tidak bergerak untuk menyelesaikannya. 22

18 5. Terburu-buru Sikap ini dapat menghambat kreativitas kita karena untuk menjadi seseorang yang kreatif, seringkali dibutuhkan tahap dimana ia harus memikirkan kembali permasalahan secara lebih mendalam dalam suasana yang lebih tenang. c) Hambatan Kultural Hambatan kultural dapat menghampiri seseorang jika ia dihadapkan pada seperangkat pola kultural di lingkungannya. Salah satu contoh hambatan ini adalah takut mengemukakan pendapat yang mungkin dianggap kontroversial, takut mengambil tindakan, dan takut untuk tampil berbeda dari yang lain. d) Hambatan Lingkungan Merupakan hambatan kultural yang lebih luas. Budaya perusahaan dapat menjadi penghambat atau pemicu kreativitas organisasi/perusahaan di mana dapat mengupayakan lingkungan yang kondusif terhadap kreativitas. Selain itu, nilai-nilai yang dianut manajer, bawahan, pelanggan ataupun anggota kelompok juga dapat memicu atau menghambat kreativitas seseorang. Menurut Adams (dalam Kasali dkk, 2010: 43), ada beberapa elemen penghambat, antara lain: Tidak ada kerja sama dan rasa saling percaya antara tim kerja. Atasan bersikap otoriter, tidak menghargai pendapat orang lain. Gangguan rutin, misalnya telepon, tamu yang tak putus-putus, dan ruang kerja yang gaduh. Kurangnya dukungan untuk mematangkan gagasan. Budaya kebersamaan (solidaritas) atau anti persaingan. e) Hambatan Intelektual Hambatan ini biasanya disebabkan oleh sikap mental yang tidak efisien atau ketidakmauan untuk menggunakan pendekatan baru, misalnya: Kecenderungan yang sangat kuat untuk mempertahankan tradisi, menggunakan metode atau cara yang dulu pernah terbukti efektif. Terlalu mengandalkan logika. 23

19 Tidak mau menggunakan intuisi. Terlalu mengandalkan statistik/perhitungan dan pengalaman masa lalu sehingga gagasan-gagasan baru terlalu cepat diuji secara mental. Fogler & LeBlanc (dalam Kasali dkk, 2010: 43) menambahkan satu faktor hambatan kreativitas yaitu Hambatan Ekspresif, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis. Sebenarnya, mutu gagasan tidak harus selalu dikemukakan secara lisan. Bila kita kurang lancar berbicara, kita dapat mengatasinya dengan membuat ilustrasi, bagan, gambar, atau memanfaatkan bahasa tubuh untuk lebih ekspresif. Kita tidak perlu sungkan untuk menyampaikan gagasan, walaupun menghabiskan waktu. Goman (dalam Kasali dkk, 2010: 44), mengidentifikasikan hambatan kreativitas beserta pendorong untuk keluar dari hambatan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. Sumber: Goman, 2001 (dalam Kasali dkk, 2010: 44). Gambar 2.4 Hambatan kreativitas dan pendorong kreativitas Potensi kreativitas Anda dapat ditingkatkan, bila mampu mengatasi hambatan kreativitas dan menggantinya dengan pendorong kreativitas. 24

20 Menurut Soegoto (2009: 79), pemecahan masalah kreatif dapat dilakukan melalui tahapan: 1. Mengumpulkan fakta. 2. Menemukan masalah. 3. Menemukan gagasan. 4. Menentukan jawaban. 5. Implementasi jawaban Teknik Meningkatkan Kreativitas Latihan memfokuskan pikiran yang bersifat soft skill dapat meningkatkan kreativitas. Pola pikir kreatif dapat ditingkatkan dengan teknik CREATE dan teknik VISUAL. Menurut Kasali dkk (2010: 48), teknik CREATE adalah: Combination : Membuat kombinasi baru. Membuat kombinasi baru ini mencerminkan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengkombinasikan suatu gagasan agar dapat menciptakan sesuatu yang baru. Dalam hal ini, sesuatu yang baru tidak berarti sebelumnya tidak ada, tetapi sesuatu yang dapat berupa hal yang belum dikenal sebelumnya. Random : Menggunakan input yang random. Teknik masukan acak (random input) adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh keterampilan berpikir kreatif. Pada banyak jenis pemecahan masalah, kita cenderung berpikir dengan menggunakan pola-pola yang kita lihat di masa lalu, dan menerapkan solusi yang telah kita lihat berfungsi dalam memecahkan masalah semacam itu. Seringkali, kita terjebak dalam pola-pola ini. Masukan acak adalah teknik untuk menghubungkan pola berpikir lain ke pola berpikir yang biasa kita gunakan. Dengan demikian, ini membantu kita bergerak di luar cara berpikir biasa kita, sehingga kita bisa memperoleh solusi baru untuk memecahkan masalah yang sedang kita hadapi. 25

21 Elimination : Membuat eliminasi. Teknik membuat eliminasi ini dapat diartikan jika kita menghadapi suatu permasalahan, kita tentu akan mempunyai alternatif pemecahannya. Alternatif-alternatif tersebut haruslah kita eliminasi satu per satu dan menyimpulkan yang terbaik dari semuanya, karena tidak semua pemecahan masalah itu baik, terkadang ada pula yang tidak sesuai. Hal ini juga berarti, berani melakukan pengurangan fungsi bila ternyata hal tersebut justru menurunkan efektivitas dan efisiensi kerja. Alternative : Menggunakan alternatif. Dalam pembuatan keputusan ada beberapa hal yang kita lakukan, seperti merumuskan masalah dan membuat alternatif-alternatif. Pengambilan alternatif ini, memudahkan kita dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pembuatan keputusan. Turn Around : Mencoba cara pikir terbalik. Cara berpikir terbalik merupakan cara kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Bila Anda mencoba mempraktekkannya, Anda akan mengetahui betapa makin kaya pemahaman kita atas masalah itu. Mungkin saja kita menemukan hal-hal yang akan terlewatkan bila kita memakai satu sudut pandang. Anda mungkin menemukan segi-segi yang tak terduga. Dengan berpikir pula dari sisi sebaliknya, bisa jadi kita mendapatkan jalan keluar yang lebih tepat. Yang seringkali terjadi ialah kita bersikukuh bahwa sudut pandang tertentu itu yang paling tepat tanpa mencoba terlebih dulu sudut pandang lain, apa lagi yang berseberangan. Padahal, sebelum suatu keputusan diambil, kita semestinya membebaskan diri untuk melihat suatu persoalan dari sudut manapun. Bukan sebaliknya, justru memenjarakan diri dalam satu sudut pandang saja. 26

22 Extreme : Ekstrem kasus. Ekstrem kasus merupakan teknik peningkatan pola pikir kreatif dengan cara mencoba hal-hal yang bersifat ekstrim untuk melatih dan membangun mental kita agar lebih kuat. Adapun teknik VISUAL berkaitan dengan Seeing, Imagining, dan Drawing. Teknik Visual ini berkaitan dengan Seeing, Imagining, dan Drawing, yang mengandung pengertian bahwa dalam peningkatan pola pikir kreatif dapat dilakukan dengan cara amati, tiru, dan modifikasi. Maksudnya jika kita melihat sesuatu, kita haruslah mengamati, meniru, dan memodifikasinya agar tidak sama dengan yang ada sebelumnya, tetapi memiliki keunikan serta kelebihan tersendiri yang membuat orang tertarik. 2.3 Pengaruh Kepribadian Proaktif Terhadap Kreativitas Karyawan Dalam suatu perusahaan, kepribadian proaktif perlu diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kepribadian proaktif biasanya didasarkan pada tujuan motivasi yang diperlihatkan melalui usaha-usaha yang dilakukannya. Proaktif mengacu kepada antisipatif, kepribadian yang berorientasi pada perubahan diri yang banyak dimulai di tempat kerja. Proaktif tidak terbatas pada peran perilaku kinerja. Karyawan dapat proaktif dalam peran yang ditentukan mereka (misalnya dengan mengubah cara mereka melakukan tugas inti untuk lebih efisien). Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Menurut Covey (1997), ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Semua itu merupakan dasar seseorang untuk menjadi proaktif. Pengembangan kreativitas dalam diri individu sebenarnya berasal dan bermuara pada kreativitas itu sendiri. Kreativitas merupakan salah satu aspek dari kepribadian proaktif yang biasanya dianggap sebagai proses yang meliputi 27

23 identifikasi masalah atau peluang, dan timbulnya ide-ide baru atau pendekatan (Amabile, 1997 & Shalley dkk, 2000 dalam Kim dkk, 2009: 95). Orang-orang kreatif selalu berusaha untuk mencari solusi yang baru dan menarik terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapinya. Kreativitas dapat menyebabkan kita diberi tanggung jawab yang lebih oleh perusahaan (misalnya, kenaikan pangkat dan peningkatan karir). Peningkatan tanggung jawab tersebut kemudian menjadi pendorong bagi lahirnya kreativitas-kreativitas baru yang akan mendatangkan tanggung jawab baru. Sekali kita melangkah dengan ide, proses dan hasil yang kreatif, dan didukung oleh lingkungan kondusif, kita tidak akan pernah berhenti untuk terus menjadi kreatif. Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta mampu menghasilkan perubahan yang membangun agar dapat memberi keuntungan pada perusahaan dan konsumen. Woodman dkk (1993 dalam Kim dkk, 2009: 95) menegaskan adanya hubungan positif antara kepribadian proaktif dengan kreativitas karyawan, yang dapat dilihat pada kutipan berikut, Kepribadian proaktif secara positif berhubungan dengan kreativitas karyawan. Kreativitas karyawan mengacu pada penciptaan sesuatu yang bermanfaat, produk baru yang berguna, jasa, ide, serta prosedur atau proses oleh individu yang bekerja bersama dalam suatu sistem sosial yang kompleks". Pendapat yang sama menurut Seibert dkk (2001 dalam Kim dkk, 2009: 95) mengatakan bahwa kepribadian proaktif, positif berhubungan dengan perilaku inovatif individu seperti mengembangkan ide-ide baru dan menunjukkan inovasi-inovasi pada satu bidang pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian proaktif mempunyai hubungan positif dengan kreativitas karyawan. Jika kepribadian proaktif karyawan tinggi maka tingkat kreativitas karyawan akan tinggi, begitupun sebaliknya. Dengan kata lain, kepribadian proaktif dapat meningkatkan kreativitas karyawan. 28

24 2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam mencapai tujuan organisasi. Bila perusahaan memiliki individu-individu dengan kualitas yang sesuai, maka perusahaan dapat bersaing dan unggul dalam hal kualitas, produk, jasa maupun biaya. Selain itu, SDM juga akan mempengaruhi prestasi, dedikasi, dan loyalitas serta kecintaan terhadap pekerjaannya, sehingga peningkatan efisiensi dan produktivitas SDM sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan menerapkan kepribadian proaktif di perusahaan. Proaktif mengandung arti bertanggung jawab atas hidup kita sendiri (Covey, 2001: 22). Menurut Covey (1997), ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Semua itu merupakan dasar seseorang untuk menjadi individu yang proaktif. Proaktivitas berkaitan dengan prestasi individu dan entrepreneurship (atribut psikologis yang kental dengan kreativitas). Pernyataan tersebut diperkuat Woodman dkk (1993 dalam Kim dkk, 2009: 95) bahwa kepribadian proaktif secara positif berhubungan dengan kreativitas karyawan. Pendapat yang sama, menurut Seibert dkk (2001 dalam Kim dkk, 2009: 95) menemukan bahwa kepribadian proaktif, positif berhubungan dengan perilaku inovatif individu seperti mengembangkan ide-ide baru dan menunjukkan inovasi pada suatu bidang pekerjaan. Dengan kata lain, kepribadian proaktif akan dapat meningkatkan kreativitas karyawan. Kreativitas adalah sifat yang melekat pada diri seseorang yang mampu berimajinasi dan memiliki inisiatif dalam menghasilkan sesuatu produk atau jasa yang baru (Soegoto, 2009: 78). Banyak faktor yang dapat memicu kreativitas kita, seperti yang diuraikan Badawy (dalam Timpe, 1999: 219) tentang faktorfaktor yang penting dalam menstimulasi kreativitas, seperti: kepuasan, kebebasan, dukungan, motivasi. Karyawan dengan kreativitas tinggi merupakan karyawan yang percaya dan yakin akan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kepercayaan diri yang rendah dapat menghambat kreativitas pada diri seseorang, karena tantangan akan dirasakan sebagai ancaman, dan perubahan harus dihindari. Untuk 29

25 menggunakan kreativitas, yang terpenting adalah percaya pada kemampuan kreatif kita (West, 2000: 31). Kreativitas juga merupakan kunci bagi pengembangan kemampuan karyawan. Secara umum, kreativitas di tempat kerja didefinisikan sebagai pembuatan gagasan baru yang bermanfaat sebagai solusi dalam pemecahan masalah (Amabile dkk, 1988 dalam Zhou & George, 2003: 547). Setiap perusahaan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan kompetitif, serta mampu mengembangkan perusahaan. Karyawan dituntut memiliki kemampuan untuk dapat bekerja mengembangkan perusahaan dan menghadapi kompetisi dalam dunia kerja saat ini. Untuk bersaing dalam ekonomi global, organisasi membutuhkan karyawan yang melakukan pekerjaan secara proaktif (dengan melalui inisiatif), serta secara aktif memiliki kemauan untuk belajar. Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta mampu menghasilkan perubahan agar dapat memberi keuntungan pada perusahaan dan konsumen. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut: Kepribadian Proaktif Kreativitas Karyawan Gambar 2.5: Model Penelitian 30

26 Hipotesis Penelitian Berdasarkan paparan di atas, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara Kepribadian Proaktif terhadap Kreativitas karyawan. H a : Terdapat pengaruh yang positif antara Kepribadian Proaktif terhadap Kreativitas karyawan. 31

Kamis, 25 Februari Kuliah Kewirausahaan BERPIKIR KREATIF & INOVATIF

Kamis, 25 Februari Kuliah Kewirausahaan BERPIKIR KREATIF & INOVATIF Kamis, 25 Februari 2016 nadiasasmita@uny.ac.id Kuliah Kewirausahaan BERPIKIR KREATIF & INOVATIF KREATIF adalah kemampuan memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Sehingga kata kuncinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat persaingan yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan sulitnya mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Focused Coping Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan fisik,

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi Oleh: ASEP SUPENA Program Pasca Sarjana UNJ 2005-2006 KREATIVITAS Kreativitas berkaitan dengan kemauan dan kemampuan. Kreativitas berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Kreativitas menjadi topik yang hangat dan agenda penting dalam dua dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus terhadap kreativitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

by: AGB Kreativitas dalam Techopreneurship

by: AGB Kreativitas dalam Techopreneurship by: AGB Kreativitas dalam Techopreneurship Kreativitas... Kreativitas (creativity) berasal dari kata to create yang berarti mencipta. Kreativitas dapat juga diartikan sebagai olah otak atau kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

HAMBATAN KREATIVITAS D4 ANIMASI

HAMBATAN KREATIVITAS D4 ANIMASI HAMBATAN KREATIVITAS D4 ANIMASI kreativitas sebagai salah satu dari tiga unsur, yaitu melihat dengan sudut pandang (perspektif) yang baru, menemukan hubungan baru, membentuk kombinasi baru dari obyek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya terletak pada persoalan, pengajar/ dosen, sarana prasarana serta media pembelajaran. Masalah pembelajaran jauh lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna. Mereka diberi kelebihan dalam fungsi kognitifnya berupa akal agar mampu berpikir. Proses kognitif atau proses intelek

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semua perusahaan selalu berupaya untuk menjadi pemenang dalam persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan inovasi di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tentang penerapan sikap dan kepribadian wirausaha dilakukan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MODUL 3 MEMPENGARUHI & MEMBANGUN TEAM A. SUB POKOK BAHASAN Komunikasi Efektif untuk Mempengaruhi dan Membangun Team B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Upaya Orang Tua Dalam Pengembangan Kreativitas Anak---Barkah Lestari UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Oleh : Barkah Lestari (Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A-10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran Matematika Dalam proses pembelajaran, seorang guru akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Menurut Susanti (2008) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Berpikir Kreatif dan Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL. Tingkatan Kreativitas. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL. Tingkatan Kreativitas. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL Tingkatan Kreativitas Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI MARCOMM 43037 & ADVERTISING 03 Abstract Meningkatkan kretivitas kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat diera globalisasi ini. Organisasi yang terbiasa dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat diera globalisasi ini. Organisasi yang terbiasa dengan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman telah membawa banyak perubahan organisasi/perusahaan yang semakin pesat diera globalisasi ini. Organisasi yang terbiasa dengan perubahan yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan perusahaan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak yang tergabung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

14 CREATIVITY & DECISION MAKING. (Modeling Decisions)

14 CREATIVITY & DECISION MAKING. (Modeling Decisions) + 14 CREATIVITY & DECISION MAKING (Modeling Decisions) Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ + Outline 2 +PENGANTAR

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karir menjadi salah satu penghubung utama bagi individu dengan organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. Di masa lalu tidak terpikirkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Deskripsi konseptual a. Berpikir kreatif Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat dilaksanakan sebaik-baiknya karena menjadi landasan bagi pendidikan di tingkat selanjutnya.

Lebih terperinci

Richard Smithson C.C. Sample

Richard Smithson C.C. Sample ProScan Ini Khusus Disusun untuk: undefined Client Platinum Street CPville, CO 80125 719-222-2222 client_platinum@client.com 1984, Rev. 2017 PDP, Inc. USA. All rights reserved. 0000-001.3 HDDX64J9 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan perusahaan, maka diharapkan

I. PENDAHULUAN. adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan perusahaan, maka diharapkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan sesuatu yang pasti ada dalam suatu kelompok manusia atau organisasi. Kebudayaan yang kita miliki, secara sadar atau tidak akan mempengaruhi sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana analisis pengaruh budaya organisasi, kompetensi karyawan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. 2.1.1 Budaya Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan yang ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat membantu perusahaan memperoleh keuntungan dan bahkan bisa mendapatkan keunggulan kompetitif.

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management POLA PIKIR DAN KARAKTER WIRAUSAHA, PERBEDAAN WIRAUSAHA VS MANAJER Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Melalui produk model pembelajaran yang dikembangkan dari hasil Research and Development (R & D), telah memberikan implikasi praktis dan teoritis bagi pengembangan kurikulum/pembelajaran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajrinur (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan suatu perusahaan. Disiplin kerja digunakan untuk memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri /

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri / PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI PROFIL DAN CIRI-CIRI WIRAUSAHA 1. KEPERCAYAAN DIRI a. Keyakinan b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri / individualitas) c. Optimisme (Keyakinan akan

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih kompetitif. Tidak bisa hanya mempertahankan status quo, organisasi harus berubah terus-menerus dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) di dalam perusahaan merupakan faktor yang sangat penting, yaitu memegang peranan penting sebagai penggerak produksi dan roda organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor lain seperti modal, material, metode, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui kreativitas yang dimilikinya, manusia memberikan bobot dan makna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

Lebih terperinci

Most Conceptual. Personal Dewasa

Most Conceptual. Personal Dewasa Most Conceptual Personal Dewasa Instrumen TPPT (True Parenting Personality Test) ini membantu mengidentifikasi tipe kepribadian Anda. TPPT ini diadopsi dari Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yang membagi

Lebih terperinci