BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat
|
|
- Ari Hadi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hal yang paling mendasar bagi semua orang, terlebih pada saat persaingan yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan sulitnya mencapai tujuan yang diharapkan. Sekolah dasar mempunyai tugas dan fungsi untuk melayani publik. Selain itu, sekolah juga dipandang sebagai sebuah sistem sosial karena terdiri dari seperangkat elemen dan aktivitas yang saling berinteraksi antara yang satu dengan lainnya dan membentuk suatu intensitas sosial (Hasanah, 2010). Elemen-elemen itu dapat dikelompokkan atas tiga aspek, yaitu, birokrasi, kelompok dan individu (Hasanah, 2010). Birokrasi tersebut mencakup struktur format organisasi dimana semua peranan yang menjadi tuntutan organisasi atau aturan-aturan sekolah tersebut dirumuskan. Salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru yang belum mampu menunjukkan kinerja yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai (Danim, 2002; 2010). Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang komprehensif untuk meningkatkan kompetensi guru. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, diantaranya dengan mengikutsertakan guru-guru dalam program pendidikan dan pelatihan (diklat) serta menciptakan iklim kerja yang kondusif di lingkungan sekolah tersebut (Hasanah, 2010). Dengan mempunyai wawasan yang bertambah baik dan didukung oleh lingkungan atau iklim kerja yang mendukung diharapkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya akan bertambah baik. 1
2 Hapsari (2012) menyebutkan bahwa sekolah sebagai organisasi dikatakan berhasil jika mampu mendorong, mengatur, dan mengarahkan seluruh unsur-unsur di dalamnya untuk mencapai tujuan organisasi, yaitu tujuan sekolah dan pendidikan nasional. Untuk itu, dibutuhkan pengajar yang memiliki etos kerja dan pengabdian yang tinggi, serta wajib menjalani berbagai diklat yang diadakan oleh Dinas Pendidikan. Raymond et al., (2008) mengartikan pelatihan sebagai upaya yang direncanakan untuk mempermudah pembelajaran para karyawan tentang pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. Dibutuhkan motivasi dari masing-masing karyawan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Menurut teori Maslow dalam Robbins dan Judge (2007), terdapat lima kebutuhan dasar manusia, yaitu: (1) kebutuhan fisiologis, kebutuhan fisiologis ini meliputi kebutuhan rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang sangat mendasar untuk dipenuhi; (2) kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa aman ini meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional; (3) kebutuhan sosial, kebutuhan sosial ini meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan; (4) kebutuhan penghargaan, kebutuhan penghargaan ini meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, dan pencapaian. Selain penghargaan internal, juga terdapat penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian; dan (5) kebutuhan aktualisasi diri, yaitu dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya, yang meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri. Teori Maslow ini mengasumsikan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (aktualisasi diri). Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini adalah kebutuhan yang belum terpenuhi akan memberi motivasi. Apabila seseorang telah mendapatkan atau 2
3 menerima uang yang cukup dari pekerjaan atau organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi, sehingga apabila suatu kebutuhan telah mencapai puncaknya atau tercukupi, maka kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Selanjutnya, kebutuhan kedua akan mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku individu, hanya saja intensitasnya yang lebih kecil. Wahjosumidjo (2001) mengungkapkan bahwa menjadi guru tanpa motivasi kerja akan cepat merasa jenuh karena tidak adanya unsur pendorong. Motivasi merupakan pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan berdampak positif, yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah, maka perlu diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor-faktor itu meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, dan kepemimpinan (Robbins dan Judge, 2007). Selain karena faktor internal dan eksternal yang dimiliki individu, motivasi juga dapat muncul karena adanya keinginan yang ingin dicapai dalam pekerjaan, seperti karir. Mondy (1993) mendefinisikan pengembangan karir (career development) sebagai aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan. Terdapat beberapa prinsip pengembangan karir yang diungkapkan oleh Mondy (1993) diantaranya adalah pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar 3
4 terhadap pengembangan karir. Apabila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang dipelajari pada pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas rencana pengembangan formal. Bentuk pengembangan keterampilan yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yang spesifik. Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi pengawas guru akan berbeda dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi guru. Pengembangan akan terjadi jika seorang individu belum memperoleh keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Apabila keterampilan tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu, maka individu tersebut dapat memenuhi keterampilan yang dituntut pekerjaan dan dapat menempati pekerjaan yang baru. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi atau dikurangi dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan yang rasional. Selain motivasi pelatihan dan pengembangan karir persepsian, Bertolino et al. (2011) juga menemukan bahwa intensi berperilaku dalam pelatihan (training behavioral intentions) juga mempengaruhi kepribadian proaktif. Intensi berperilaku dalam pelatihan dapat dipahami sebagai maksud dari mengikuti pelatihan oleh seseorang. Yank et al. (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa intensi untuk mengikuti pelatihan mempengaruhi kepribadian proaktif. Selanjutnya, Remesh et al. (2011) menyatakan bahwa intensi berperilaku secara signifikan mempengaruhi kepribadian proaktif dan memotivasi untuk mengikuti pelatihan. Selain itu, Bertolino et al. (2011) juga menemukan bahwa intensi berperilaku dalam pelatihan berpengaruhi kepribadian proaktif. Selain itu, Bertolino et al. (2011) juga menemukan terdapatnya hubungan antara intensi berperilaku dalam pelatihan terhadap kepribadian proaktif ini dimoderasi oleh usia. 4
5 Covey (1995) mengartikan kepribadian proaktif sebagai kepribadian yang memiliki suatu sikap mental dan tindakan seseorang yang didefinisikan sesuai dengan ciri-ciri : a) memiliki sikap bertanggungjawab atas sikap dan perilakunya; b) memusatkan energi dengan berfokus dan bekerja pada lingkaran pengaruh (influence circle); c) menggunakan pendekatan dari dalam ke-luar (in side out-approach); d) mendahulukan prinsip atau values di atas suasana hati, kondisi atau tekanan sosial; e) mengembangkan dan menggunakan empat anugerah unik manusia (four unique human gifts). Covey menyebutkan four unique human gifts itu adalah: self awareness (kesadaran diri), conscience (hati nurani), creative imagination (imajinasi kreatif) dan independent will (kehendak yang bebas). Seorang individu yang proaktif adalah orang yang relatif tidak terpengaruh oleh kekuatan situasi di sekitarnya, bahkan orang tersebut mampu mempengaruhi munculnya perubahan di lingkungannya (Bateman & Crant, 1993) dalam Bertolino et al. (2011). Individu dengan proaktifitas tinggi, mampu mengidentifikasi kesempatan dan mengambil tindakan yang tepat untuk memanfaatkan kesempatan tersebut, menampakkan inisiatif dan mempertahankannya sampai perubahan yang bermakna terjadi (Parker dan Sprigg, 1999 dalam Major et al., 2006). Individu proaktif dalam organisasi dapat mentransformasikan misi organisasi, menemukan masalah dan mampu memecahkannya, serta selalu berusaha untuk melakukan perubahan positif pada lingkungan sekitarnya. Lawan dari sikap proaktif adalah sikap pasif atau reaktif, yaitu orang yang sekedar untuk beradaptasi atau berkompromi dengan keadaan, daripada berusaha mengubah dirinya untuk memberikan pengaruh positif pada situasi sekitarnya (Seibert et al., 1999 dalam Bertolino et al., 2011). Ciri-ciri kepribadian proaktif tersebut dapat terwujud jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi (Covey, 1995). Dalam hal ini, seorang guru yang memiliki motivasi tinggi akan 5
6 mempengaruhi kepribadiannya untuk menjadi lebih proaktif. Di atas telah diuraikan bahwa guru yang lebih muda cenderung memiliki keinginan yang lebih banyak, sehingga akan muncul motivasi yang tinggi, dan dari motivasi yang tinggi tersebut akan muncul kepribadian proaktif untuk dapat mencapai keinginan-keinginannya tersebut. Kepribadian proaktif harus dimiliki oleh para guru, selain untuk menciptakan semangat mengajar, juga untuk mencapai tujuan-tujuan lain dalam mendukung pengembangan karir dalam dunia pendidikan, seperti untuk mendapatkan status guru tetap dan tujuan sertifikasi. Sertifikasi merupakan bukti kemampuan mengajar yang menunjukkan bahwa pemegangnya memiliki kompetensi mengajar dalam mata pelajaran, jenjang, dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang diterangkan dalam setifikat kompetensi tersebut (P3TK Depdiknas, 2003). Suprapto (2011) dalam tulisannya mengartikan sertifikasi guru secara konkret adalah tanda bukti kewenangan mengajar, sedangkan tujuan sertifikasi guru adalah agar guru menjadi profesional dalam bidangnya. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi individu profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Selain profesional, kualitas kerja juga merupakan aspek penting dalam profesi. Menurut Suprapto (2011), profesional merupakan ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Pada tahun 2012, di Kabupaten Purworejo, tercatat sebanyak 345 orang guru SD mendapat sertifikasi setelah menerima pembekalan bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Sanata Dharma. Pembekalan bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi guru sertifikasi agar memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi. Selain itu juga untuk meningkatkan kinerja guru guna meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Kabupaten Purworejo (Warta Daerah-Central Java, 2012). 6
7 Gillet et al. (2011) mendefinisikan usia sebagai bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun akhir seseorang melakukan aktifitas. Sedangkan, Hardiwinoto (2011) mendefinisinisikan usia sebagai satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Dengan melihat asumsi teori Maslow yang menyatakan bahwa motivasi akan muncul apabila ada sesuatu yang ingin dicapai atau belum terpenuhi kebutuhannya, apabila dikaitkan dengan usia seseorang, maka kebutuhan setiap individu akan berbeda berdasarkan usia mereka. Seseorang yang lebih muda memiliki keinginan yang lebih banyak untuk dicapai dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih tua dan merasa telah tercukupi kebutuhannya, seperti yang dikatakan oleh Ebner et al. (2006) dalam Bertolino et al. (2011) bahwa seseorang yang lebih muda akan lebih fokus pada pencapaian tujuan, sedangkan mereka yang lebih tua akan lebih fokus pada pemeliharaan dari apa yang telah mereka capai. Selain itu, Freund (2006) dalam Bertolino et al. (2011) juga mengatakan bahwa yang lebih muda akan lebih mengoptimalkan kinerja, sedangkan yang lebih tua akan meminimalkan kerugian. Berdasarkan usia, jumlah guru SD di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Jumlah Guru SD Berdasarkan Kelompok Usia di Kabupaten Purworejo Pada Tahun 2012 Usia Total Jumlah Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 (diolah) Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah guru yang berusia 30 tahun berjumlah 289 orang, lebih banyak jika dibandingkan guru yang berusia tahun dan tahun. Peneliti menduga bahwa pada usia 30 tahun, seseorang lebih bersemangat atau termotivasi 7
8 untuk mencapai suatu tujuan pada usia yang relatif lebih muda, mereka masih memiliki banyak hal yang ingin dicapai, seperti yang disebutkan dalam teori Maslow, bahwa motivasi akan muncul saat tujuan masih belum tercapai. Guru-guru yang berusia 30 tahun banyak ditemui masih berstatus guru honorer, dimana perlakuan dan fasilitas yang didapatkan tidak sama dengan guru-guru yang sudah berstatus guru tetap. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan peneliti melakukan penelitian terhadap guru dari realita yang ada dimana pada usia yang lebih tua memungkinkan seorang guru sudah terpenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka motivasi yang muncul tidak sebesar guru-guru berusia lebih muda, seperti yang disebutkan oleh Ebner et al., (2006) dalam Bertolino et al. (2011) yang menyatakan bahwa individu yang berusia lebih tua akan berfokus untuk memelihara apa yang telah dicapainya dan Freund (2006) dalam Bertolino et al. (2011) yang mengatakan bahwa mereka yang lebih tua memilih untuk meminimalkan kerugian. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa usia berpengaruh terhadap motivasi seseorang, walaupun mungkin masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi seseorang, seperti minat, bakat, kepuasaan, dan penghargaan yang dijanjikan. Seorang guru, tentunya perlu mengikuti diklat-diklat yang diadakan dengan tujuan tertentu seperti yang telah diungkapkan oleh Danim (2010). Untuk mengikuti diklat-diklat ini, tentu diperlukan motivasi dari masing-masing individu. Dan seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa usia akan mempengaruhi motivasi karena adanya tujuan yang belum tercapai. Dengan demikian, maka usia dapat dikaitkan dengan hubungan antara motivasi dan kepribadian proaktif. Bertolino et al., (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian proaktif terhadap motivasi pelatihan. 8
9 Selain adanya motivasi yang kuat, kepribadian proaktif harus dimiliki oleh para guru, selain untuk menciptakan semangat mengajar juga untuk mencapai tujuan-tujuan lain dalam mendukung pengembangan karir dalam dunia pendidikan. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang mampu mengungkapkan apakah terdapat hubungan antara usia, motivasi pelatihan, dan kepribadian proaktif. Akan tetapi, peneliti juga memasukkan variabel independen lain ke dalam model analisis untuk menganalisis pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu kepribadian proaktif. Peneliti ingin melihat hubungan-hubungan tersebut pada guru SD yang ada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sekaligus ingin membuktikan asumsi-asumsi yang dibuat peneliti yang dirumuskan dalam hipotesis. Berdasarkan, variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka peneliti mengambil judul Analisis Pengaruh Motivasi Pelatihan, Pengembangan Karir Persepsian dari Pelatihan, dan Intensi Berperilaku dalam Pelatihan terhadap Kepribadian Proaktif dengan Usia sebagai Variabel Pemoderasi 1.2 Rumusan Masalah Kepribadian proaktif memiliki pengaruh yang besar pada kinerja karyawan pada organisasi tempat karyawan tersebut bekerja. Seibert et al. (1999) dalam Major et al. (2006) menyatakan bahwa kepribadian proaktif telah dikaitkan dengan indikator obyektif dan subyektif dari kesuksesan karir, setelah memperhitungkan prediktor lain, seperti demografi, sumber daya manusia, motivasi, jenis organisasi, dan jenis industri. Selain itu, kepribadian proaktif positif terkait dengan inovasi, pengetahuan politik, dan inisiatif karir, yang kesemuanya tersebut, memiliki hubungan positif dengan kemajuan karir dan kepuasan karir (Seibert et al., 2001 dalam Major et al., 2006). Dengan mendasar pada penjelasan Bertolino et al. (2011) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa terdapatnya pengaruh antara motivasi 9
10 pelatihan, pengembangan karir persepsian, dan intensi berperilaku dalam pelatihan terhadap kepribadian proaktif yang dimoderasi oleh usia, maka penulis tertarik untuk melakukakan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Motivasi Pelatihan, Pengembangan Karir Persepsian dari Pelatihan, dan Intensi Berperilaku terhadap Kepribadian Proaktif dengan Usia sebagai Variabel Pemoderasi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka pertanyaan penelitian pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut: a. Apakah usia memoderasi pengaruh motivasi pelatihan terhadap kepribadian proaktif? b. Apakah usia memoderasi pengaruh pengembangan karir persepsian dari pelatihan, terhadap kepribadian proaktif? c. Apakah usia memoderasi pengaruh antara intensi berperilaku dalam pelatihan terhadap kepribadian proaktif? 1.4 Tujuan Penelitian Penggunaan konstruk dalam penelitian ini secara khusus mempunyai tujuan sesuai dengan pertanyaan penelitan di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut : a. Untuk menganalisis apakah usia memoderasi pengaruh motivasi pelatihan terhadap kepribadian proaktif. b. Untuk menganalisis apakah usia memoderasi pengaruh pengembangan karir persepsian dari pelatihan terhadap kepribadian proaktif. 10
11 c. Untuk menganalisis apakah usia memoderasi pengaruh intensi berperilaku dalam pelatihan terhadap kepribadian proaktif. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi banyak pihak, diantaranya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akademisi, dan pembaca. a. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang bagaimana usia mempengaruhi motivasi pelatihan, pengembangan karir persepsian dari pelatihan, dan intensi berperilaku dalam pelatihan yang kemudian tergambar pada kepribadian proaktif yang ditunjukkan oleh guru SD yang menjadi sampel dalam penelitian ini. b. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan hubungan antara motivasi pelatihan, pengembangan karir persepsian, dan intensi berperilaku dalam pelatihan terhadap kepribadian proaktif dengan usia sebagai pemoderasi. c. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan, masukan, dan inspirasi untuk penelitian selanjutnya dalam permasalahan SDM yang berkaitan dengan motivasi pelatihan, pengembangan karir persepsian, intensi berperilaku dalam pelatihan, dan kepribadian proaktif. 11
BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karir menjadi salah satu penghubung utama bagi individu dengan organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. Di masa lalu tidak terpikirkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budaya organisasi adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai bersama yang diyakini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Demografi Intent to Leave Intent to leave adalah minat untuk mengundurkan diri permanen secara sukarela ataupun tidak dari suatu organisasi (Robbins, 2001). Tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan faktor penunjang utama dalam maju atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan merupakan faktor penunjang utama dalam maju atau terbelakangnya suatu Negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan memiliki sumber daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran pendidikan, apapun bentuk dan jenisnya, sebagai wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah manusia berperadaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan dunia usaha saat ini. Hal ini menyebabkan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB 6 P E M B A H A S A N. Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, maka telah dilakukan
BAB 6 P E M B A H A S A N Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, maka telah dilakukan pengujian dengan proses pengolahan data menggunakan analisis regresi. Dari hasil pengolahan data tersebut
Lebih terperinciI. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia
I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia kebutuhan konsumen merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Reformasi keuangan di Indonesia ditandai dengan lahirnya tiga paket undang-undang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi keuangan di Indonesia ditandai dengan lahirnya tiga paket undang-undang (UU) tentang keuangan negara, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Handoko (1996) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para pekerja memandang
Lebih terperinciPeran Mentor Dalam Proses Percepatan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Aparatur Sipil Negara di BMKG
Peran Mentor Dalam Proses Percepatan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Aparatur Sipil Negara di BMKG DR. Hendar Gunawan MSc, Kapusdiklat BMKG. 1. Pendahuluan Peran Mentor lebih dari orang tua, pelatih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal, terdapat dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat manusia. Pendidikan harus selalu progresif,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR Oleh ASTRID WIANGGA DEWI H24103086 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Setiap perusahaan atau organisasi memiliki visi dan misi tertentu. PD Pasar Jaya memiliki visi untuk memajukan perusahaan. Sebagai pedoman
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya. perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Berdasarkan pendapat Hasibuan (2002:10), manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional merupakan rasa untuk tetap mempertahankan keanggotaannya di dalam organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan
Lebih terperinciMENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)
MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah proses seseorang untuk mendorong mereka melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan yang timbul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Proaktif Setiap manusia pasti memiliki kepribadian di mana dengan kepribadian inilah ia bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain serta lingkungan sekitarnya.
Lebih terperinci2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran menurut Weiss (1990 ) dalam Robbins dan Judge (2008)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembelajaran (Learning Theory) Pembelajaran menurut Weiss (1990 ) dalam Robbins dan Judge (2008) adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai
Lebih terperinciPokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi
Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di
I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Dosen 1.1 Definisi Dosen Menurut Undang-undang Nomor 14 (2005 dalam Dikti, 2010) mengenai Guru dan Dosen dijelaskan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah yang mulai diberlakukan sejak tahun 2001 telah memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengurus keuangannya sendiri dan sejalan dengan kewenangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru 2.1.1. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. satu periode. Menurut Gunawan dalam Haruman dan Sri (2007: 3), anggaran
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Fungsi Anggaran 1. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan serangkaian perencanaan yang dijadikan pedoman untuk mengukur kinerja. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun
Lebih terperinciPROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Bagaimana pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara TESIS Disusun Oleh: Joko Purnomo P.100030083 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen pegawai merupakan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Karir 2.1.1. Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memilki pengadaan yang berbeda tentang pekerjaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi isu yang sering dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan dianggap tidak mampu bersaing karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karyawan untuk mendapatkan kinerja terbaik. memikirkan bagaimana cara perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi berkepentingan terhadap kinerja terbaik yang mampu dihasilkan oleh rangkaian sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut. Manajemen Sumber Daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah memberikan kewenangan yang besar kepada Pemerintah Daerah dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Salah satu kewenangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang
Lebih terperinciTEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI
PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggarakan pendidikan secara baik, tertata dan sistimatis hingga proses yang terjadi didalamnya dapat menjadi suatu sumbangan besar bagi kehidupan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah suatu hal yang fundamental di dalam suatu organisasi. Kepemimipinan dilaksanakan untuk membangkitkan, melibatkan dan memotivasi pengikutnya (Bass & Avolio,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) dari karyawannya. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi Pendidikan dan pengajaran diakui oleh masyarakat sebagai sarana pencerahan bangsa dan berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program sertifikasi guru yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ternyata tidak memberi dampak perbaikan terhadap mutu pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,
BAB I PENDAHULUAN Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan
ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membahas pendidikan melibatkan banyak hal yang harus direnungkan, sebab pendidikan meliputi seluruh tingkah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA.1
16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional yang telah dibangun selama tiga dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan dan tantangan nasional
Lebih terperinciPENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya kapasitas intelektual bagi generasi penerus. Oleh sebab itu, peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Self-Efficacy Self-Efficacy merupakan penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi persaingan bisnis khususnya di perusahaan jasa berlombalomba
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi persaingan bisnis khususnya di perusahaan jasa berlombalomba untuk memberikan layanan terbaik, yang mampu mempertahankan eksistensinya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2001:155). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan, hasil belajar menjadi isu yang memiliki daya tarik untuk diteliti. Hasil belajar yang menjadi soroton dari semua jenjang sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset penting untuk menunjang keberhasilan suatu organisasi. Sumber daya manusia adalah pelaksana seluruh kebijakan organisasi sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek dengan sumber daya tertentu untuk
Lebih terperinciModul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi
Modul ke: 12Fakultas Addys EKONOMI DAN BISNIS MOTIVASI SUKSES Aldizar, LSQ, MA Program Studi Akuntansi Pengertian Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan orang melakukan sesuatu atau dorongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow meliputi kebutuhan fisiologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan satu atap memberikan tanggungjawab dan tantangan bagi Mahkamah Agung (MA), karena selain mempunyai posisi dan peran strategis di bidang kekuasaan kehakiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting yang menentukan dan mempengaruhi berjalan tidaknya, maju mundurnya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melaju dengan pesat. Untuk menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi tersebut, dunia pendidikan harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan
Lebih terperinciSejarah dan Aliran-Aliran Psikologi
Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Psikologi Modern Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Psikologi Modern Teori-teori kepribadian modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan populasi di dunia yang sangat cepat, peluang bisnis yang terbuka juga semakin luas. Banyaknya bisnis-bisnis baru yang bermunculan memaksa perusahaan
Lebih terperinciPendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena. dengan adanya pendidikan manusia dapat belajar memahami dan mengerti segala
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalab Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan manusia dapat belajar memahami dan mengerti segala sesuatu yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu
Lebih terperinciA. PERLUNYA PERUBAHAN ORGANISASI
PENDAHULUAN v Pengembangan organisasi merupakan perubahan perubahan yang terjadi dalam organisasi melalui upaya perbaikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. v Organisasi yang sehat merupakan suatu
Lebih terperinciPENINGKATAN POTENSI PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK DALAM DIKLAT
PENINGKATAN POTENSI PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK DALAM DIKLAT Oleh Samsul Hidayat, M.Ed (Widyaiswara Madya BKD & DIKLAT Provinsi NTB) ABSTRAKSI Peserta didik dalam menempuh pendidikan Pelatihan sangat ditentukan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi
16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan
Lebih terperinci