IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA i MIKOLEHI FIRDAUS A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN MIKOLEHI FIRDAUS. Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan ADE WACHJAR). Magang yang telah dilaksanakan bertujuan untuk mempelajari tahapan dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan. Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama empat bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal l5 Juli Penulis melakukan identifikasi karakter vegetatif dan generatif/analisis tandan kelapa sawit pada tanaman yang sama di kebun uji Sei Dadap. Penulis juga melakukan kegiatan penelusuran tetua kelapa sawit yang menurunkan sifat penyakit tajuk. Pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Hasil pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap menunjukkan bahwa tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu cm. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98, yaitu m. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Leaf area terluas terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu m 2. Total leaf area (TLA) terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu m 2. Leaf area index (LAI) di kebun uji Sei Dadap berkisar antara LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu Di kebun uji Sei Dadap terdapat beragam persilangan yang dilakukan oleh pemulia PPKS. Persilangan terbaik dapat diketahui dari berbagai peubah tandan yaitu bobot tandan, % buah/tandan, % inti/buah, % daging/buah, i

3 % minyak/daging, dan % minyak/tandan. Peubah-peubah tersebut diperlukan untuk mengetahui potensi produksi minyak yang akan dihasilkan oleh kelapa sawit. Dari berbagai persilangan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap tersebut, persilangan terbaik dapat diketahui berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter tersebut yaitu buah/tandan (X 1 ), daging/buah (X 2 ), inti/buah (X 3 ), minyak/daging (X 4 ), dan bobot tandan (X 5 ). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan karakter yang paling berpengaruh/berkontribusi besar terhadap minyak/tandan. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga peubah X 1, X 2, dan X 4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Melalui tiga peubah tersebut didapatkan persamaan yang digunakan untuk melihat nilai Y terbaik. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik yaitu sebesar persen. Pada penelusuran tetua penyakit tajuk, dilakukan penelusuran berdasarkan tetua yang digunakan sebagai pohon betina (female) dan tetua yang digunakan sebagai pohon jantan (male). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon induk didapatkan melalui persentase parent female (PF) dan grandparent female (GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon jantan didapatkan melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terkena penyakit tajuk dengan berbagai persilangan pada tetua induk atau tetua bapak tertentu. Persentase GPF dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut banyak menurunkan penyakit tajuk pada keturunannya. Dari penelusuran yang dilakukan diperoleh orijin betina yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk, yaitu DS155D DS155D, PA131D PA131D, TI221D GB30D, dan BJ169D BJ169D. Orijin jantan yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk yaitu: DS155D DS155D, dan TI221D GB30D. ii

4 IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA i Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Mikolehi Firdaus A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul : IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA Nama : MIKOLEHI FIRDAUS NIM : A ii Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Ir. Abdul Qadir, M.S. NIP: Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. NIP: Mengetahui Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP: Tanggal Lulus:

6 iii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Tirto, Provinsi Lampung pada tanggal 9 Mei Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak H. Jimin dan Ibu Hj. Siti Maryami. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri Sidoasih, Ketapang- Lampung Selatan pada tahun 2000, SLTP Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2003 dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun Penulis kemudian melanjutkan studi ke pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB pada tahun Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus. Penulis pernah sebagai staf Departemen Kebijakan Publik BEM KM IPB Kabinet IPB Bersatu ( ). Penulis pernah menjabat ketua umum Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) periode Selain itu, penulis juga dipercaya sebagai wakil ketua panitia Masa Pengenalan Departemen (MPD) pada tahun Penulis menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dengan menyelesaikan skripsi berjudul: Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara dibawah bimbingan Bapak Ir. Abdul Qadir, MS. dan Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.

7 iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul : Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. Skripsi ini ditulis berdasarkan kegiatan yang dilakukan penulis di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS Marihat selama empat bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Ir Abdul Qadir, MSi dan Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi. 2. Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian studi selama perkuliahan. 3. Bapak Dr Muhammad Syukur, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi. 4. Ayahanda H. Jimin A.Ma dan ibunda Hj. Siti Maryami tercinta atas pemberian motivasi, dukungan dan doanya pada setiap waktu. 5. Bapak Dr Ir Iman Yani Harahap selaku Kepala Unit Usaha PPKS Marihat yang telah bersedia menerima penulis melakukan kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat. 6. Bapak Edy Suprianto, SP, MSc selaku manajer Breeding and Research Development (BRD) yang telah membimbing penulis selama kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat. 7. Bapak Nanang Supena, SP selaku pembimbing lapangan yang mengarahkan penulis dalam setiap kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat.

8 8. Teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura Angkatan 43, kalian mutiara sangat berharga bagi saya. 9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. v Bogor, Januari 2011 Penulis

9 vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Kelapa Sawit... 3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit... 5 Varietas Tanaman Kelapa Sawit... 6 Penyerbukan Kelapa Sawit... 7 Pemuliaan Kelapa Sawit... 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Lokasi dan Letak Geografis PPKS Keadaan Tanaman dan Lahan Struktur Organisasi PELAKSANAAN MAGANG Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan PEMBAHASAN Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Analisis Tandan Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 vii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS Marihat Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label Kelas Fruitset pada Tandan Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Korelasi pada Karakter Analisis Tandan Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi Orijin dan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk Orijin dan Tetua sebagai Jantan yang Mewariskan Penyakit Tajuk... 58

11 viii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh Posisi Bunga untuk Pengamatan Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah Dibersihkan, (c) Penomoran Pengukuran Lingkar Batang Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak Daun (c) Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b) Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b) Buah Tenera Hasil Segregasi Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah Pulih Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b) Gejala Serangan Penyakit Tajuk Tanaman Abnormal Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d) Lebar Biji Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan... 54

12 ix DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Daftar Varietas Kelapa Sawit di PPKS Struktur Organisasi PPKS Sidik Ragam Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Generatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Hasil Best Regression dari Minitab Hasil Pengamatan Penyakit Tajuk di Pembibitan Hasil Pengamatan di Blok 2005 Afdeling II Hasil Pengamatan pada Blok 2007 Afdeling I... 74

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat potensial di Indonesia. Kelapa sawit sangat berperan dalam pembangunan nasional yang saat ini terus digalakkan. Hasil olahan minyak sawit digunakan dalam industri rafinasi dan fraksionasi, industri oleokimia, dan industri energi alternatif. Perkebunan kelapa sawit dapat menambah cadangan devisa negara dan lapangan pekerjaan di Indonesia di samping mampu meningkatkan perekonomian. Peta penyebaran kelapa sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi dengan luas areal tanaman pada tahun 2004 sebesar 5.45 juta hektar. Provinsi yang mempunyai luas areal terbesar yaitu Riau dengan luas 1.37 juta hektar atau % dari total areal kelapa sawit nasional. Peringkat kedua dan ketiga yaitu Provinsi Sumatera Utara (17.53 %) dan Sumatera Selatan (9.46 %). Komposisi kepemilikan usaha kelapa sawit yang paling dominan yaitu perkebunan swasta nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan perkebunan negara (Pahan, 2008). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2007), luas lahan kelapa sawit perkebunan besar meningkat sebesar 2.53 % yaitu dari hektar pada tahun 2005 menjadi hektar pada tahun Luas lahan kelapa sawit perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar % yaitu dari hektar pada tahun 2005 menjadi hektar pada tahun Salah satu faktor keberhasilan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah penggunaan bahan tanam yang unggul. Bahan tanam unggul dapat diperoleh melalui proses pemuliaan, sehingga dapat dihasilkan kelapa sawit dengan produksi dan produktivitas yang tinggi. Menurut Latif (2006), dari segi kultur teknis, produktivitas ditentukan oleh materi bahan tanam yang digunakan, kelas kesesuaian lahan, manajemen pengelolaan, dan usia tanaman. Secara umum, produktivitas rata-rata nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia termasuk rendah, yaitu sekitar 3.4 ton CPO/ha/tahun pada tahun Produktivitas tersebut jauh berada di bawah potensi produksi bahan tanam kelapa sawit yang

14 dihasilkan oleh produsen benih yaitu 7-10 ton CPO/ha/tahun. Tidak tercapainya potensi produktivitas tersebut diduga karena banyaknya penggunaan benih palsu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (Latif, 2006). Benih palsu merupakan benih yang dihasilkan bukan dari perusahaan benih kelapa sawit yang telah resmi ditunjuk oleh pemerintah. Benih palsu tidak memiliki asal usul yang jelas sehingga tidak diketahui potensi produksi yang akan dihasilkan oleh benih tersebut. Benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu didapatkan dari persilangan berbagai tanaman yang unggul. Benih yang akan digunakan harus jelas asalusulnya, yaitu berasal dari pusat sumber benih. Perlu diketahui juga varietas yang dianjurkan, riwayat penemuan, potensi produksi, dan tindakan kultur teknis yang perlu dilakukan agar potensi tersebut dapat tercapai. Pemilihan tetua sangat penting karena akan menentukan karakter benih yang nanti akan dihasilkan. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah: 1. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kemampuan kerja, baik secara teknis di lapangan maupun manajerial. 2. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam memahami proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa sawit serta dapat membandingkan teori dan praktik di lapangan. Tujuan secara khusus adalah: 1. Mempelajari tahapan proses dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan. 2. Mengidentifikasi karakteristik vegetatif dan generatif pohon kelapa sawit dan menelusuri tetua yang menurunkan penyakit tajuk. 2

15 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Secara umum, taksonomi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis (2008) adalah: Divisi : Tracheophyita Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Arecaceae/Palmae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Akar kelapa sawit merupakan bagian dari tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah serta dapat menjadi alat respirasi tanaman. Akar terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar sekunder merupakan akar yang terbentuk dari akar primer. Akar sekunder membentuk akar tersier, dan akar tersier membentuk akar kuartener. Akar tersier dan kuartener inilah yang paling aktif dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah. Pada tanaman di lapangan, akar-akar tersebut terutama berada pada m dari pangkal pokok atau di luar piringan yang merupakan daerah sebaran pupuk. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu: a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak (midrib). b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

16 c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang. Menurut Lubis (1992) daun kelapa sawit yang pertama kali muncul pada stadia bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan meyusul pinnate. Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur dan memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar ke kiri atau ke kanan, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Pengenalan arah putaran penting dilakukan untuk mengetahui letak daun ke-17 yang dapat digunakan sebagai pengambilan contoh daun untuk analisis perhitungan dosis pemupukan. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Selama setahun, pelepah daun yang dihasilkan berkisar 20-30, kemudian semakin berkurang sesuai umur menjadi Panjang pelepah bervariasi bergantung pada varietas dan kesuburan tanah. Jumlah anak daun yang dihasilkan oleh setiap pelepah dapat mencapai helai. Luas permukaan daun tanaman kelapa sawit dapat mencapai m 2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Perbedaan umur akan mempengaruhi luas permukaan daun demikian pula varietas pohon induk yang dipakai dalam persilangan. Pada umumnya daun akan mencapai luas maksimum pada umur tahun. Penanaman yang rapat akan lebih mempercepat tercapainya luas permukaan daun maksimum tersebut (Lubis, 1992). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian m. Batang berbentuk silindris dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Batang bagian bawah umumnya lebih besar daripada batang bagian atas yang disebut bongkol batang atau bowl. Kelapa sawit ada yang tumbuh secara cepat dan ada pula yang lambat. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan dalam pemilihan pohon induk karena keterkaitannya dengan masalah panen (Lubis, 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman monoceous (berumah satu), yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama (Pahan, 2008). Bunga jantan dan betina yang berada pada satu tandan terkadang masih dijumpai dan dinamakan bunga hermafrodit. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur bulan, tetapi baru ekonomis dipanen pada umur 4

17 2.5 tahun. Bunga tumbuh di setiap ketiak pelepah yang nantinya akan menghasilkan bunga jantan atau betina. Jenis bunga yang dihasilkan bergantung pada faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah, dan umur tanaman (Hakim, 2007). Bunga jantan tumbuh silindris, terdiri atas tangkai bunga (spikelet) yang berbentuk silinder dengan panjang sekitar cm dengan diameter sekitar cm. Satu rangkaian bunga memiliki spikelet. Setiap spikelet berisi bunga kecil yang nantinya akan menghasilkan tepung sari (Lubis, 1992). Menurut Pahan (2008) bunga jantan mekar mulai dari bagian dasar spikelet dan seluruh bunga sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada kondisi hujan yang mekar setelah empat hari. Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga memiliki spikelet dan setiap spikelet memiliki bunga betina. Bunga betina yang kecil inilah yang akan diserbuki oleh tepung sari. Bunga betina yang terbentuk tidak semuanya akan membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam tandan. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh buah bergantung pada besarnya tandan. Setiap pokok kelapa sawit dapat menghasilkan tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan 8-12 tandan/pokok/tahun pada tanaman dewasa (Lubis, 2008). 5 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl.). Curah hujan yang baik berkisar antara mm/tahun dengan penyebaran hujan merata sepanjang tahun sehingga tidak mengalami defisit air. Suhu harian optimal berkisar antara o C, kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan sangat penting karena berhubungan dengan sifat tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Fluktuasi curah hujan secara langsung berkorelasi erat dengan fluktuasi hasil dari bulan ke bulan. Kelapa sawit juga membutuhkan kondisi tanah yang datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 0-15 % dan memiliki drainase yang baik (Lubis, 2008).

18 Menurut Setyamidjaja (2006), sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit yang baik adalah sebagai berikut: 1. Solum cukup dalam (> 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu. 2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir %, debu %, dan liat %. 3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang memiliki drainase buruk sebaiknya dibuat saluran drainase. 5. Reaksi tanah (ph) optimal yaitu pada Tanah memiliki kandungan unsur hara cukup tinggi. 6 Varietas Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memiliki berbagai varietas berdasarkan tebal tipisnya cangkang (Setyamidjaja, 2006). Vaughan (1970) membagi jenis kelapa sawit tersebut dalam empat varietas, yaitu: (1) varietas Macrocarya dengan ketebalan cangkang %, (2) varietas Dura dengan ketebalan cangkang %, (3) varietas Tenera dengan ketebalan cangkang 5-20 %, dan (4) varietas Pisifera dengan cangkang tipis. Menurut Pahan (2008) varietas Tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocarp-nya lebih tinggi daripada Dura. Varietas Macrocarya akhir-akhir ini sudah tidak dipakai lagi karena tidak merupakan sifat genetik yang signifikan. Jenis tanaman kelapa sawit juga dapat dibedakan dari warna buah. Varietas yang dibedakan dari warna buah (Lubis, 2008) antara lain: 1. Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) setelah matang. 2. Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna merah kuning (orange). 3. Albescens, yaitu buah muda berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.

19 7 Penyerbukan Kelapa Sawit Bunga betina pada tanaman kelapa sawit tidak serentak dalam anthesis. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3-5 hari atau lebih. Bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah sehingga waktu anthesis tidak bersamaan dan terjadi penyerbukan silang. Menurut Pamin dan Tailiez (1976), pada areal tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda (young mature palms) sering terjadi masalah kekurangan tepung sari/polen. Kekurangan tepung sari tersebut akan mengakibatkan pembentukan tandan-tandan yang kurang sempurna dan kadang-kadang menjadi busuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyerbukan buatan (assisted pollination) dengan menaburkan serbuk sari dari pohon berbeda ke bunga-bunga betina yang sedang dalam masa subur. Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang menurut hasil pengamatan Lubis (2008) di Marihat menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Daging buah (mesocarpium). Warna buah hingga 3 bulan setelah anthesis masih putih-kehijauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah masih terdiri atas air, serat, dan klorofil serta minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah terbentuk dengan terbentuknya karoten. 2. Cangkang atau tempurung. Cangkang terbentuk satu bulan setelah penyerbukan, tetapi masih sangat tipis dan lembut. Pengerasan terus berlangsung dan pada umur 3 bulan cangkang sudah mengeras. Warna cangkang berubah dari putih menjadi cokelat muda. 3. Inti (endocarpium atau nucleus seminis). Pada umur 2 bulan terjadi perubahan bentuk dari cairan menjadi agar-agar dan pada umur 3 bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras. 4. Lembaga atau embrio. Lembaga belum terlihat dengan mata sampai 3 bulan setelah penyerbukan. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1.5 mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan telah mencapai 3 mm dan terbentuknya bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur 3.5 bulan panjangnya mencapai 3.5 mm yaitu ukuran normal.

20 8 Pemuliaan Kelapa Sawit Pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individuindividu terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan pohon yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, tangkai buah lebih pendek, serta adaptasi tanaman baik (Lubis, 2008). Pelaksanaan program pemuliaan menggunakan metode yang banyak digunakan, yaitu metode Resiprocal Recurrent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS merupakan skema yang sangat menarik baik bagi program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa sawit. Hal ini disebabkan: (1) pemilihan tetua untuk memproduksi benih hibrida komersil didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya hibrida-hibrida teruji yang disalurkan kepada konsumen, (2) skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat direproduksi dengan menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura dan berbagai persilangan tenera/pisifera diseleksi tenera (Purba, Akiyat, dan Muluk, 1997). Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup A (dura) dan grup B (tenera, pisifera) yang dicirikan dengan: a. Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan sedikit, tetapi ukuran tandan besar. b. Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan banyak tetapi berukuran relatif lebih kecil. Grup tersebut merupakan populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Populasi dasar yang telah diseleksi kemudian dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung khusus dari tetua yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih. Pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua

21 yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan selanjutnya. Penggunaan rekombinasi diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya (Purba et al., 1997). Skema program pemuliaan dengan metode RRS dapat dilihat pada Gambar 1. 9 Populasi Dura Populasi Tenera/Pisifera D1, D2, D3,.. Pengujian P1, P2, P3,T1, T2 Progeny DxP, DxT Dura terpilih Selfing/Crossing Pisifera/Tenera terpilih Selfing/Crossing Produksi Kecambah DxP Introduksi Introduksi Populasi Dura Hasil Rekombinasi Populasi Pisifera/ Tenera Hasil Rekombinasi D1 x D2 D2 x D3 Pengujian Progeny DxP, DxT P1 x P2 P3 x P4, T1 x T2 Gambar 1. Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) (Purba et al., 1997)

22 Menurut Lubis (1993) benih varietas kelapa sawit yang baik dan unggul adalah (1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, (2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, (3) umur genjah, (4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, (5) respon terhadap perlakuan yang diberikan, (6) memiliki umur ekonomis yang cukup panjang (25-30 tahun), (7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan, dan (8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk oleh pemerintah. Pengadaan benih unggul kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah, di antaranya adalah (1) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, (2) PT Socfindo, (3) PT PP London Sumatera, (4) PT Tunggal Yunus, (5) PT Dami Mas, (6) PT Bina Sawit Makmur, dan (7) PT Tania Selatan. Kapasitas produksi total yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut berkisar juta benih pada tahun 2006 (Purba et al., 2006). PPKS Medan sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit telah menghasilkan banyak varietas. Varietas yang dihasilkan PPKS saat ini berjumlah 11 varietas. Varietas tersebut yaitu: Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simangulun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), AVROS, Sungai Pancur 2, Bah Jambi, dan Marihat. Varietas PPKS 540 dan 718 dilepas tahun 2007 (Kurnila, 2009). Daftar varietas kelapa sawit di PPKS terdapat pada Lampiran 1. Karakteristik tanaman induk yang menjadi kriteria seleksi untuk produksi benih adalah: 1. Produksi TBS 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rataan selama 3 tahun produksi. 2. Rendemen pabrik 23 % yang dihitung berdasarkan hasil rendemen laboratorium (faktor koreksi). 3. Pertumbuhan meninggi 80 cm/tahun yang diukur setelah tanaman berumur 6 tahun setelah tanam (Purba et al., 2006). 10

23 11 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara, pada bulan Maret hingga Juli Metode Pelaksanaan Metode yang dilakukan selama pelaksanaan magang di PPKS Marihat yaitu metode umum dan metode khusus: Metode Umum a. Mengikuti kegiatan orientasi perusahaan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap divisi di PPKS Unit Marihat selama satu bulan. b. Mengikuti kegiatan yang dilakukan di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) bagian pemuliaan tanaman selama tiga bulan. c. Pengumpulan data sekunder dari bank data, arsip dan laporan lainnya. d. Wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan magang seperti kelompok peneliti, mandor lapangan, supervisor, bank data, staf dan pegawai pusat penelitian (puslit) lainnya. Metode Khusus Metode khusus digunakan dalam kegiatan pencarian persilangan terbaik di kebun uji Sei Dadap berdasarkan nilai rendemen minyak/tandan tertinggi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan sofrware SAS 6.12 dan Minitab versi 14. Langkah-langkah penentuan hasil persilangan terbaik tersebut, yaitu: a. Penggunaan best regression untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap minyak/tandan dari berbagai karakter yang teramati. b. Peubah yang dominan berpengaruh terhadap minyak/tandan kemudian dicari persamaan regresinya dari keseluruhan data. c. Persamaan regresi kemudian diuji pada setiap persilangan untuk mendapatkan persilangan dengan nilai minyak/tandan yang paling baik.

24 Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk (crown disease) dilakukan dengan mengamati tanaman yang terkena serangan penyakit tajuk secara langsung di lapangan dan melalui data sekunder yang diperoleh dari bank data. Tanaman tersebut diidentifikasi tetua dan grandparents-nya berdasarkan buku crossing plan dan buku Daftar Persilangan Percobaan Pemuliaan dan Rencana Penanaman Tahun Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan. Data primer diperoleh dari setiap kegiatan yang dilakukan selama magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen (bulanan, semesteran, tahunan) yang berkaitan dengan keadaan umum puslit, letak geografis, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, sarana/prasarana pendukung, produksi benih, dan varietas. Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi pustaka, baik berupa buku teks, jurnal maupun sumber pustaka lainnya. Pengambilan data pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, jumlah anak daun satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Pengukuran daun dilakukan pada daun ke-17. Data pertumbuhan vegetatif diambil dari kebun uji Sei Dadap. Pengambilan data perkembangan generatif dari analisis tandan dilakukan di kebun uji Sedi Dadap. Data yang digunakan adalah berat tandan rata-rata (kg), % buah/tandan, % daging buah/buah, % inti/buah, % minyak/daging buah, dan % minyak/tandan. Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Penelusuran tetua dilakukan dengan melihat peta persilangan dan buku crossing plan. Pengamatan penyakit tajuk dilakukan di pembibitan, Afdeling II tahun tanam 2005, dan Adeling II tahun tanam Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan dengan melihat jumlah tanaman yang terserang penyakit pada persilangan tertentu dan jumlah tanaman yang ada. Pengamatan dilakukan berdasarkan kejadian penyakit.

25 13 KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging Van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) dikemudian hari menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan. Hasil-hasil penelitian APA pada saat itu cukup banyak dan sangat berguna bagi pengembangan perkebunan di Sumatera. Setelah Perang Dunia II sebagian besar perkebunan di Sumatera terlantar, sehingga pada tahun 1952 diadakan penyatuan dengan Deli Planters Vereniging. Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi dan mengambil alih perkebunan-perkebunan milik Belanda karena alasan politik dan ekonomi. Pada tahun 1957 AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). APA diganti dengan Balai Penelitian GAPPERSU yang dikenal dengan RISPA (Research Institute of the Sumatera Planters Association). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di bawah Kementerian Pertanian RI yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan. Pada tahun 1968 RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada Direksi PN Perkebunan I - IX sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 353/Kpts/OP/12/1968 tanggal 20 Desember Pada tahun 1971 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan Medan diserahkan kepada Dewan Pembina Balai Penelitian Perkebunan dan mendapat dana dari Cess sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 503/Kpts/OP/12/1971 tanggal 5 Desember Sejak April 1976 RISPA mendapat biaya dari APBN dan mulai 1978 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan diserahkan kepada Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian 133/Kpts/OP/12/1978.

26 Pada bulan November 1987 Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) didirikan di Jakarta. Balai-Balai Penelitian Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI. Dengan perubahan tersebut selanjutnya Balai Penelitian Perkebunan Medan disebut dengan Pusat Penelitian Perkebunan Medan atau disingkat Puslitbun Medan (Lubis, 2008) Sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No. 084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi. Pada tahun 1993 itu juga, melalui rapat anggota, AP3I berubah nama menjadi Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI). Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) dalam suratnya No. 03/RA-APPI/II/1996, Pusat Penelitian Perkebunan lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggung jawab kepada Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan pembinaan dan pengaawasan dari Dewan Pembina Pusat Penelitian Perkebunan (Lubis, 2008). PPKS merupakan satu-satunya lembaga penelitian yang bergerak dalam penelitian semua aspek kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan mulai dari pemuliaan tanaman, bioteknologi tanaman, proteksi tanaman, tanah dan agronomi, pengolahan hasil dan mutu, enjinering dan lingkungan hingga kajian sosial dan ekonomi. Telah begitu banyak hasil yang dicapai dalam menunjang perkembangan industri kelapa sawit nasional. 14 Lokasi dan Letak Geografis PPKS PPKS terletak di Marihat, Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Areal kompleks termasuk dalam konsesi PTPN IV.

27 PPKS Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 184 hari dan kisaran suhu minimum 20 ⁰C dan maksimum 29 ⁰C. Jenis tanah Podzolik dengan ph rata-rata Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas lahan S1. 15 Keadaan Tanaman dan Lahan Kebun produksi yang dimiliki PPKS Marihat bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah ha dengan rincian ha untuk pohon induk dan ha untuk pohon bapak. Jumlah pohon induk yang masih produktif hingga bulan November 2009 adalah pohon dan pohon bapak 153 pohon. Jumlah pohon induk dan pohon bapak yang terdapat di PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1. No. Tabel 1. Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS Marihat Lokasi/Pos Tahun Tanam Jumlah Pohon (pohon) Jumlah Pohon Non Aktif (pohon) 1. Bah Jambi IV Pos Bah Jambi IV Pos Bah Jambi IV Pos Bah Jambi IV Pos Bah Jambi IV Pos Bah Jambi Afdeling III/ Bah Jambi Afdeling II/ Balimbingan Afd. I/ Bah Jambi Afd. IV/ Bah Jambi Afd. VII/ Bah Jambi VIII/2000A Bah Jambi VIII/2000B Marihat Afd. III/44B Pos Marihat Afd. III/44A Pos Total Pohon Induk Benoa VII 83, / Benoa VIII Bah Jambi VIII/ Bah Jambi II/ Total Pohon Bapak Sumber: Laporan Bulanan Pohon Induk PPKS Marihat

28 Pohon induk merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua betina dalam persilangan kelapa sawit. Tetua betina yang digunakan merupakan varietas Dura terpilih hasil seleksi sebelumnya. Pohon bapak merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua jantan dalam persilangan kelapa sawit. Tetua jantan yang digunakan merupakan varietas Pisifera terpilih hasil seleksi pemulia tanaman. PPKS Unit Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Lokasi kebun tersebut tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun komersil yang dimiliki adalah ha, tetapi yang produktif hanya ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat No Sub station Lokasi Luas (ha) Produktif (ha) Keterangan 1 Sijambujambu Sumatera Utara D P 2 Teluk Dalam Sumatera Utara DP 3 Pulau Maria Sumatera Utara DP 4 Pargarutan Sumatera Utara DP 5 Simirik Sumatera Utara DP 6 Padang Madarsyah Riau DP 7 Kalianta Riau Dura, DD,DP 8 Dalu-Dalu Riau DP/DD, DT TT MK Total Sumber : PPKS Marihat 16 Struktur Organisasi PPKS dipimpin oleh seorang direktur yang dibantu oleh kepala bidang penelitian, kepala biro umum/ SDM, kepala bidang usaha dan kepala satuan unit strategis (SUS). Kepala bidang penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian, yaitu Kelompok Penelitian Pemuliaan Tanaman, Kelompok Penelitian Bioteknologi Tanaman, Kelompok Penelitian Proteksi Tanaman, Kelompok Penelitian Ilmu

29 Tanah dan Agronomi, Kelompok Penelitian Pengolahan Hasil dan Mutu, Kelompok Penelitian Engineering dan Lingkungan, serta Kelompok Penelitian Sosial Ekonomi, yang masing-masing diketuai oleh seorang ketua kelompok peneliti dan kepala urusan penelitian. Kepala biro umum/sdm membawahi tiga urusan yaitu urusan SDM dan hukum, urusan akuntansi dan keuangan, dan urusan rumah tangga. Kepala bidang usaha membawahi unit usaha Marihat, unit usaha Medan, urusan pengembangan usaha dan promosi, urusan pelayanan dan konsultasi, serta urusan laboratorium dan pelayanan. Kepala bidang SUS membawahi semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit. Disamping itu, direktur dibantu oleh kepala urusan satuan pengawasan intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Struktur organisasi PPKS dapat dilihat pada Lampiran 2. 17

30 18 PELAKSANAAN MAGANG Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit. Populasi dasar tersebut kemudian dilakukan rekombinasi dan evaluasi. Seleksi dilakukan terhadap pohon kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pohon induk dan pohon bapak. Terhadap pohon induk dan pohon bapak yang terpilih kemudian dilakukan penyerbukan oleh polinator. Tandan yang sudah matang fisiologis (umur bulan) dipanen dan tandan diangkut ke bagian persiapan benih. Proses dari penyerbukan hingga pengangkutan tandan merupakan bagian kegiatan Divisi Pohon Induk. Tandan yang telah diangkut ke persiapan benih kemudian diproses hingga menjadi benih yang siap untuk dikecambahkan. Benih yang telah berkecambah sesuai dengan standar mutu kemudian siap disalurkan kepada konsumen. Proses dari persiapan benih hingga pengecambahan merupakan bagian dari kegiatan produksi benih, sedangkan penyaluran benih kepada konsumen merupakan kegiatan dari pemasaran. Perlu waktu sekitar 9 bulan untuk memperoleh benih mulai dari awal penyerbukan. Divisi Breeding Research Development (BRD) Divisi BRD merupakan salah satu bagian dari Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berada di Marihat. Divisi BRD memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan rendemen minyak. Divisi BRD memiliki beberapa sub divisi, diantaranya Crossing Plan, Pembibitan, Vegetatif, Penimbangan Produksi, dan Analisis Tandan. Kegiatan dari setiap sub divisi tersebut diharapkan dapat mempertahankan Standard Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan, yaitu mengenai kualitas genetik dan fisik benih, dan kebenaran cara pengujian.

31 Sub divisi crossing plan. Crossing Plan merupakan sub divisi yang kegiatannya menjadi tahapan awal sebelum melakukan kegiatan pemuliaan. Crossing Plan berperan dalam merealisasikan matting design yang telah dirancang oleh pemulia dari divisi BRD. Kegiatan yang dilakukan Crossing Plan yaitu penyeleksian tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman betina dan tetua jantan. Crossing Plan juga melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan pohon-pohon rencana seleksi terpilih untuk disilangkan dengan pohon-pohon yang telah ditentukan dalam matting design yang memuat program-program seleksi. Kegiatan yang dilakukan di Crossing Plan meliputi inspeksi bunga jantan dan betina, pembungkusan bunga jantan dan betina, penyerbukan bunga betina, pemanenan bunga jantan dan pemanenan tandan. Jika terjadi kegagalan dalam program maka harus diulang kembali, kegagalan dapat disebabkan oleh pohon tersebut terserang penyakit atau mati. Hasil dari kegiatan sub divisi Crossing Plan kemudian ditanam pada pembibitan. Sub divisi pembibitan. Pembibitan merupakan bagian dari Divisi BRD yang digunakan untuk menampung hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Divisi Pemuliaan. Selain itu, pembibitan juga merupakan tempat untuk menanam benih yang dihasilkan dari Sub Divisi Crossing Plan. Pada pembibitan dilakukan dua kali seleksi bibit kelapa sawit, yaitu seleksi awal saat tanaman berumur 1.5 bulan untuk seleksi bibit yang mati, dan seleksi sebelum penanaman di main nursery (MN). Pada saat seleksi, tanaman yang abnormal di afkir. Seleksi yang kurang ketat akan menyebabkan beberapa bibit abnormal akan tertanam di lapangan. Sub divisi vegetatif. Kegiatan yang dilakukan pada Sub Divisi Vegetatif berupa telling, segregasi, sex ratio, dan pengamatan pertumbuhan vegetatif. Telling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kondisi pohon yang ada di lapangan. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya. Sex ratio dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui jumlah bunga betina dan jumlah bunga jantan/bunga banci. Setiap melakukan kegiatan sex ratio, 19

32 juga dilakukan pengamatan produksi daun. Pada saat pengamatan, daun tombak (daun ke-1) diberi tanda cat merah, pada pengamatan berikutnya dihitung pertambahan daun dan dicatat. Segregasi pohon merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk mempelajari keragaman pohon kelapa sawit. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis dura, pisifera, atau tenera. Segregasi dilakukan setiap satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai dilakukan setelah 3 kali pengamatan. Segregasi dilakukan dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi. Pengukuran pertumbuhan vegetatif memiliki tujuan untuk memperoleh data tentang perkembangan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sejak pembibitan hingga tanaman dewasa untuk mempelajari hubungannya dengan produksi dan daya penurunan sifatnya. Pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain adalah baris, nomor pokok, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengukuran pertumbuhan vegetatif di pembibitan dilakukan dengan mengambil sampel ± 30 % pada tiap persilangan dan dipilih secara acak. Pengukuran dilakukan setiap 3 bulan sampai saat akan dipindah ke lapangan. Pengamatan pertumbuhan vegetatif untuk Rencana Seleksi (RS) dilakukan secara acak. Kegiatan pengukuran pertumbuhan vegetatif dilakukan di kebun uji yang merupakan kebun percobaan PPKS. Kebun uji PPKS ada enam lokasi, yaitu Sei Silau, Sei Dadap, Tanah Raja, Bah Jambi, Marihat, dan Rambutan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif tanaman di lapangan dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak ± 30 % dan pengukuran dilakukan setahun sekali sampai pertumbuhan tinggi pohon konstan. Pengukuran vegetatif pada pohon yang akan dijadikan pohon induk dilakukan pada seluruh pohon persilangan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif juga dilakukan pada pohon yang akan dijadikan pohon bapak. Sub divisi penimbangan produksi. Sub divisi penimbangan produksi melakukan kegiatan penimbangan tandan di kebun-kebun seleksi/kebun uji yang menjadi penelitian pemulia PPKS. Penimbangan tandan bertujuan untuk 20

33 mempertinggi ketelitian dan keseragaman. Petugas yang menimbang terdiri atas seorang kerani yang mencatat pada buku pengamatan dan seorang penimbang. Penimbangan dilakukan dengan menimbang tandan dan semua berondolan yang berada di sekitar pokok dengan menggunakan timbangan. Jika pada satu pokok terdapat lebih dari dua tandan, maka tandan tersebut ditimbang sekaligus jika memungkinkan. Berat tandan adalah berat goni ditambah tandan dikurangi dengan berat goni kosong. Tandan yang telah dipanen harus diletakkan dan ditimbang pada piringan dari tiap-tiap pokok. Pada tiap stalk harus ditulis nomor pokok dan berat tandan menggunakan pensil kopi. Sub divisi analisis tandan. Kegiatan yang dilakukan di Sub Divisi Analisis Tandan adalah pengujian tandan dari berbagai jenis percobaan yang dilakukan oleh pemuliaan tanaman. Tandan yang diterima dari lapangan dilakukan analisis minyak dan bijinya. Adapun hasil analisis tandan adalah berupa informasi mengenai bobot tandan, persentase buah/tandan, persentase daging/buah, persentase inti/buah, persentase minyak/daging, dan persentase minyak/tandan. Proses penerimaan tandan sampai pemilihan buah untuk contoh dapat dilihat pada Gambar Divisi Pohon Induk Divisi Pohon Induk memiliki tujuan memproduksi tandan untuk bahan baku kelapa sawit unggul yang baik dan benar. Ruang lingkup dari Divisi Pohon Induk antara lain: 1) inspeksi pohon sampai pemanenan dan pengangkutan tandan benih, 2) inspeksi pohon sampai pemanenan bunga jantan serta pengelolaannya di laboratorium tepung sari. Pohon kelapa sawit yang berada di PPKS Marihat dibagi menjadi dua, yaitu pohon induk dan pohon bapak. Pohon induk merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai tetua betina dalam persilangan. Tetua betina merupakan kelapa sawit varietas Dura terpilih. Pohon bapak merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai sumber tepung sari yang akan digunakan untuk menyerbuki pohon induk. Tetua jantan merupakan varietas Pisifera terpilih. Pohon induk yang terdapat di dimiliki PPKS Marihat berjumlah pohon yang terdapat pada kebun Bah Jambi, Balimbingan, dan Marihat. Kegiatan pada Divisi Pohon Induk meliputi: inspeksi bunga betina, pembungkusan bunga

34 betina, penyerbukan tandan, inspeksi bunga jantan, pembungkusan bunga jantan, pemanenan bunga jantan, dan laboratorium tepung sari. 22 Tandan dari Kebun Dura Diterminasi, Afkir Pisifera Ditimbang Tenera < 15 Kg 15 Kg Dipreteli Dibagi Dua Buah Ditimbang, Spikelet Dibuang A Ditimbang B Stalk Ditimbang Stalk Dibuang Buah Luar Partitor Contoh A = 30 Buah Contoh B = 30 Buah Buah Tengah Buah Dalam Contoh A dan B Ditimbang, Contoh B Kemudian di Buang Gambar 2. Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh

35 Inspeksi bunga betina. Pohon induk yang telah terpilih dilakukan inspeksi, yaitu pemeriksaan bunga yang ada dalam pohon tersebut. Pengamatan dilakukan untuk mengontrol bunga yang akan dibungkus dan bunga yang akan diserbuki. Jika pada pohon induk terdapat bunga jantan, maka bunga jantan tersebut harus segera dibuang. Pembuangan tersebut dimaksudkan agar tepung sari yang diserbukkan polinator ke pohon induk tidak tercampur dengan tepung sari dari pohon itu sendiri. Pembersihan tandan betina pada pohon induk dilakukan untuk menjaga kebersihan, menghindari serangga, dan agar penyerbukan merata sehingga memudahkan dalam penyerbukan. Pengamatan atau inspeksi bunga yang dilakukan diamati berdasarkan posisi bunga yang terdapat pada pohon tersebut. Pembedaan berbagai posisi tersebut memudahkan untuk melakukan pengamatan. Penentuan arah muka dan belakang berpatokan pada jalan pasar atau pos yang ada di blok tersebut. Posisi bunga pada pohon yang diamati dapat dilihat pada Gambar BKI BKN MKI MKN Jalan Pasar Gambar 3. Posisi Bunga untuk Pengamatan Keterangan: BKI : belakang kiri BKN : belakang kanan MKI : muka kiri MKN : muka kanan Pembungkusan bunga betina. Pembungkusan dilakukan setelah seludang pecah sekitar 25 % atau sekitar 10 hari sebelum bunga anthesis. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembungkusan bunga antara lain: 1) arit, 2) kapas, 3) insektisida cair dan tepung, 4) pembungkus (bagging), 5) tali karet ban, 6) kawat kasa, dan 7) racun tikus/klerat. Pada pembungkusan tandan, pengikatan dilakukan pada pangkal tandan dengan tali. Pangkal tandan diikat dengan tali sebanyak 7 kali putaran menyesuaikan dengan kondisi tandan. Pengikatan diusahakan tidak

36 terlalu kuat agar scapel (tangkai tandan) tidak patah. Jika terjadi gangguan pada scapel maka suplai makanan akan terganggu sehingga bunga yang nanti akan diserbuki tidak akan menjadi biji atau hanya sebagian kecil yang menjadi buah. Pengikatan yang terlalu kendur akan menyebabkan serangga dapat masuk ke dalam bungkusan sehingga mengganggu kemurnian tandan. Pohon induk yang telah memproduksi tandan, tetapi terkena penyakit maka perlu diambil tindakan sebagai berikut: a. Apabila tandan baru dibungkus maka tandan tersebut diafkir di lapangan. b. Apabila tandan < 3 bulan maka tandan diafkir di lapangan. c. Apabila tandan bulan tandan dipanen kemudian diafkir. d. Apabila tandan berumur 4.5 bulan maka tandan masih dapat dipanen. Tandan yang telah dibungkus disebar klerat untuk menekan serangan tikus yang akan menyerang tandan. Polinator, mandor dan kerani memasukkan semua kegiatan dan data di buku harian setelah selesai melakukan pembungkusan. Pengamatan dilakukan secara rutin terhadap tandan untuk mengetahui perkembangan bunga dan waktu penyerbukan yang tepat. Penyerbukan tandan. Penyerbukan dilakukan setelah anthesis yaitu ketika bunga sudah mekar dan berwarna keunguan. Penyerbukan biasanya dilakukan hari setelah bunga dibungkus. Kondisi bunga yang perlu diperhatikan dalam penyerbukan adalah bunga sudah pecah minimal 75 persen. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyerbukan yaitu: 1) satu botol pulper tepung sari, 2) plester plastik dan gunting, 3) kapas, 4) insektisida cair, 5) alkohol, 6) hand sprayer, dan 7) label. Penyerbukan yang dilakukan pada pohon induk kadang kala mengalami gangguan sehingga diperlukan penyerbukan ulang. Penyerbukan ulang dilakukan jika bunga betina yang mekar baru sebagian sehingga tidak dapat seluruhnya diserbuki. Penyerbukan dilakukan keesokan harinya dengan menggunakan polen yang sama. Penyerbukan tunda terjadi pada bunga betina yang siap diserbuk esok hari, tetapi ternyata belum siap sehingga tidak ada penyerbukan. Penyerbukan dilakukan sehari setelahnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi bunga untuk diserbuki adalah iklim dan kondisi bunga. Iklim yang kondusif penyerbukan dapat dilakukan dengan 24

37 baik, tetapi jika kondisi hujan maka penyerbukan tidak dapat dilakukan. Penyerbukan yang dilakukan dapat gagal karena bunga betina yang diserbuki tidak dapat menjadi tandan. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena faktor kondisi tandan yang belum reseptif, iklim/lingkungan, dan sumber daya manusia. Kesalahan dari sumber daya manusia dapat dikenakan denda oleh pihak perusahaan. Pembukaan bungkusan dan panen buah untuk benih. Pembukaan bunga dilakukan 15 hari setelah penyerbukan. Penempelan label dilakukan pada tandan yang telah dilakukan penyerbukan. Label yang digunakan dalam penyerbukan berisi beberapa informasi mengenai pohon yang akan dihasilkan. Pada label terdapat warna yang mencirikan karakter pohon tersebut. Karakter pertumbuhan tinggi tanaman tersebut disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label Warna Label Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm/tahun) Hijau > 80 Kuning Merah Putih < 60 Sumber: PPKS Marihat Panen tandan buah dilakukan setelah masak fisiologis, yaitu 4-5 bulan. Berbeda dengan perusahaan komersil lainnya, yang memanen tandan buah setelah jatuh berondolan. Hal ini disebabkan oleh tujuan pemanenan yang berbeda. Perusahaan komersil buah tandan digunakan untuk diambil minyaknya, sedangkan di PPKS tandan diambil untuk benih. Inspeksi bunga jantan. Kegiatan rutin yang dilakukan pada pohon bapak hampir sama dengan yang dilakukan pada pohon induk. Pohon bapak yang terpilih juga dilakukan inspeksi bunga. Pemeriksaan bunga dilakukan untuk mengetahui bunga jantan yang telah siap untuk dipanen. Pada pohon bapak, bunga yang diharapkan muncul adalah bungan jantan yang akan digunakan untuk menyerbuki tandan betina pada pohon induk. Jika terdapat bunga betina pada pohon bapak, maka bunga betina tersebut harus segera dibuang. 25

38 Pembungkusan bunga jantan. Setelah dilakukan inspeksi bunga, maka kegiatan selanjutnya adalah pengamatan. Pengamatan dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi bunga yang siap untuk dibungkus atau siap panen. Pembungkusan bunga dilakukan 10 hari sebelum bunga anthesis atau saat seludang telah membuka 25 persen. Bungkus yang digunakan untuk membungkus bunga betina berbeda dengan digunakan pada pohon induk. Bungkus yang digunakan pada bunga jantan memiliki struktur yang sedemikian rupa, sehingga polen yang telah masak tidak berhamburan keluar. Pembungkus bunga jantan (stelkolar) ditunjukkan pada Gambar Gambar 4. Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan Pemanenan bunga jantan. Pemanenan bunga jantan dilakukan secara manual dengan memanjat pohon bapak. Bunga jantan dipotong dengan hati-hati agar tidak merusak bunga tersebut. Bunga jantan yang telah dipotong kemudian diturunkan dengan menggunakan tali yang dikerek dari atas. Pemanenan bunga jantan dilakukan 10 hari setelah pembungkusan. Pemanenan sebaiknya dilakukan di bawah jam untuk efisiensi waktu. Hal ini dilakukan karena lokasi pohon bapak yang cukup jauh dari PPKS Marihat. Bunga jantan yang telah dipanen dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama 3 jam dengan suhu < 24 0 C. Tujuan dari pendinginan tersebut adalah untuk pengeringan dan pengurangan kadar air.

39 Laboratorium tepung sari. Bunga jantan yang telah dipanen langsung dibawa ke laboratorium tepung sari. Bunga jantan dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama ± 3-4 jam pada suhu C. Polen dapat diambil dengan memukul-mukul bunga jantan tersebut sehingga polen masuk wadah khusus pada bungkus bunga jantan. Polen yang telah diambil kemudian disaring dengan ukuran 80 mess untuk memisahkan antara polen dengan kotoran-kotoran yang mungkin terbawa. Polen diayak di boks manipulasi, kemudian dimasukkan ke dalam talam. Talam ini terdiri atas tiga bagian, bagian atas sebagai tutup, bagian tengah sebagai tepung sari, dan bagian bawah sebagai tempat silica gel. Hasil ayakan pada talam bagian tengah kemudian diletakkan pada talam bawah yang berisi silica gel kemudian ditutup. Talam tersebut didiamkan selama ± 2 24 jam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar air yang masih ada pada polen dan untuk menjaga agar polen tetap kering. Tahap selanjutnya polen dimasukkan ke dalam botol kecil (vial) sebanyak 0.25 gram melalui boks manipulasi setelah sebelumnya disterilkan dengan alkohol 96 % dan dipanaskan dengan suhu C. Vial kemudian dimasukkan ke dalam botol unit kemudian disimpan pada ruang pendingin dengan suhu -18 ⁰C. Satu botol unit dapat menampung 3-5 vial. Sebelum disimpan, vial dihampakan dengan alat vacuum hingga tekanan 76 cmhg, lalu disegel dengan tutup aluminium. Polen yang sudah disimpan dalam ruang pendingin memiliki viabilitas yang berbeda sebelum polen tersebut disimpan. Uji viabilitas polen perlu dilakukan sebelum dan sesudah simpan. Uji viabilitas dilakukan dengan menumbuhkan pada media menggunakan larutan borax. Alat dan bahan yang digunakan adalah mikroskop, gelas ukur, pipet, aquades, borax (Na 2 B 4 O 7 ) dan sukrosa. Larutan borax + sukrosa diambila menggunakan pipet dan diletakkan ke permukaan preparat. Setelah itu polen diletakkan pada media tersebut. Polen diusahakan merata dan tidak bertumpuk-tumpuk untuk memudahkan pengamatan dibawah mikroskop. Preparat kemudian di oven selama 3 jam pada suhu 40 0 C. setelan itu preparat diamati di bawah mikroskop dengan menghitung polen yang masih hidup dan yang mati. 27

40 28 Persentase viabilitas dihitung dengan rumus: Keterangan: H = Jumlah tepung sari yang hidup M = Jumlah tepung sari yang mati % 100 % Tepung sari yang masih hidup dicirikan dengan bentuk yang memanjang seperti ekor dan bagian kepalanya tidak berwarna hitam. Polen yang sudah mati tidak memiliki ekor dan bagian kepalanya berwarna hitam. Polen yang masih bisa digunakan untuk menyerbuki bunga betina memiliki viabilitas tinggi, yaitu 70 persen. Viabilitas polen yang < 70 % dilakukan uji viabilitas diulangi sebanyak 2 kali. Jika masih viabilitas masih dibawah 70 %, maka polen tersebut tidak digunakan lagi. Tepung sari yang akan digunakan dalam penyerbukan dilakukan pencampuran. Pencampuran dilakukan pada boks manipulasi. Satu botol penicillin dengan berat 0.25 gram dicampur dengan talcum sebanyak 4 gram pada botol pulper. Tepung sari yang telah dicampur kemudian diberi label laminating yang merupakan identitas dari tepung sari tersebut. Label juga memberikan informasi kepada pollinator pada tandan pohon mana tepung sari tersebut digunakan. Divisi Produksi Persiapan benih. Persiapan benih pada Divisi Produksi Benih memiliki fungsi sebagai tempat pengolahan tandan kelapa sawit menjadi benih yang siap untuk diproses (dikecambahkan). Banyaknya jumlah varietas PPKS menyebabkan terbatasnya varietas tertentu karena pemesanan benih varietas tertentu. (1) Penerimaan tandan Pengambilan tandan yang akan diproses di persiapan benih dilakukan pada pohon induk yang telah memiliki tandan siap panen. Tandan siap panen merupakan tandan yang telah matang fisiologis, yaitu umur 4-5 bulan. Tandan selalu disertai dengan label dan selalu dibawa dari proses awal hingga akhir. Tandan yang diterima dari lapangan diperiksa kebenaran jumlahnya dan identitas label harus sesuai dengan advis panen, yaitu nomor penyerbukan, tanggal

41 pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial polinator. Label harus menancap kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah. Tandan harus berkualitas baik/tidak busuk. Pada beberapa pohon dapat ditemui gagal tandan. Gagal tandan ini bisa disebabkan penyerbukan tidak tepat waktu, sehingga fruitset atau buah sempurna yang terbentuk sedikit. Fruitset < 20 % (± 300 berondolan) dimusnahkan dengan cara dibakar. Tandan afkir dihitung jumlahnya dan dimusnahkan dengan cara dibakar serta dilengkapi berita acara (BA) pemusnahan. (2) Pencincangan Tandan dari lapangan ditimbang dan dilakukan penyincangan. Penyincangan dilakukan untuk memisahkan spikelet dari stalk/bonggol tandan. Label dari lapangan selalu dilampirkan pada tandan yang akan diproses. Tandan dengan kelas E harus diafkir. Kelas fruitset atau buah sempurna yang terbentuk pada tandan buah disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas Fruitset pada Tandan Kelas Fruitset Persentase Buah (%) Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E < 20 Sumber: PPKS Marihat (3) Fermentasi dan pemipilan Spikelet yang telah terpisah dari stalk dikumpulkan pada peti yang berukuran 60 cm 60 cm 40 cm untuk dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 4-7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk mempermudah pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Proses fermentasi dilakukan per tandan dan sesuai identitas tandan tersebut. Setelah fermentasi, dilakukan pemipilan untuk memisahkan buah dari spikeletnya. Pemipilan dilakukan secara manual dengan alat bantu sekop besi. Seluruh buah berondolan dipastikan sudah terpisah dari spikelet. Buah berondolan hasil pipilan dimasukkan ke dalam karung goni disertai label identitas tandan. 29

42 (4) Pengupasan Berondolan/buah dimasukkan ke dalam mesin pengupas biji. Mesin yang digunakan ada dua macam, yaitu mesin depericarper berbentuk hexagonal horizontal dan mesin turbo vertikal berbentuk silinder vertikal. Mesin depericarper mampu mengupas 2 tandan dalam waktu 45 menit. Mesin turbo vertikal mampu mengupas satu tandan dalam waktu 5-10 menit. Biji hasil pengupasan direndam dalam larutan Dithane % selama 24 jam kemudian ditimbang dan dituang ke kawat penirisan. (5) Pemilahan benih Pemilahan benih yang dilakukan memiliki kriteria tertentu. Benih baik dan biji afkir dihitung. Benih baik ditimbang dan dicatat jumlahnya. Biji afkir di hitung, di timbang serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi Berita Acara (BA). Kriteria pemilahan benih yang digunakan untuk memilih benih baik dan benih afkir terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit 30 Benih Baik 1. Biji tidak lolos dari kotak kawat seleksi atau bobot biji 0.8 gram. 2. Biji tidak cacat/terluka. 3. Biji berwarna hitam. 4. Biji - biji terseleksi atau benihbenih baik ditimbang dan dihitung jumlahnya. 5. Pelabelan atau label kertas kuning persiapan benih pada setiap kantong benih sesuai dengan data label laminating dari lapangan. Sumber: Divisi Produksi PPKS Marihat Benih Afkir 1. Biji lolos dari kotak seleksi/berat biji < 0.8 gram. 2. Biji cacat/terluka hingga melukai bagian inti. 3. Biji berwarna putih. 4. Biji - biji afkir ditimbang dan dihitung jumlahnya, serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi berita acara pemusnahan. (6) Penyimpanan Benih yang telah diseleksi dipisahkan berdasarkan varietas dan dimasukkan ke dalam ruang stok. Benih yang masuk ruang stok dimasukkan dalam data stok. Benih dari ruang stok kemudian dikecambahkan sesuai dengan permintaan. Jika

43 ada permintaan maka benih dikeluarkan dari ruang stok untuk dilakukan pengecapan dan pengecambahan. Pematahan dormansi. Benih yang dipesan oleh konsumen sebelum dikecambahkan terlebih dahulu dilakukan pematahan dormansi. Pematahan dormansi dilakukan di ruang pemecahan dormansi. Benih diterima dari bagian persiapan benih, kemudian ditimbang. Benih direndam selama 7 hari dalam bak khusus yang menggunakan air mengalir. Gelembung oksigen digunakan untuk sirkulasi udara dan penyediaan oksigen bagi benih. Benih yang telah dilakukan perendaman selama 7 hari kemudian ditiriskan setelah sebelumnya dicelupkan dalam larutan Dithane M persen. Benih kemudian ditiriskan selama 5-24 jam. Benih yang telah ditiriskan diambil sampel untuk diuji kadar airnya. Kadar air yang sesuai adalah 19 persen. Benih dimasukkan ke dalam ruang pemanas menggunakan tray (baki). Satu tray dapat menampung benih. Ruang pemanas diatur suhunya antara C selama 60 hari. Setiap 7 hari tray dibuka selama 3-5 menit untuk mengganti oksigen. Benih yang telah dilakukan pemanasan kemudian direndam kembali selama 3 hari dalam bak mengalir untuk menghindari kontaminan. Benih kemudian dicelupkan dalam larutan Dithane M % selama 2-3 menit dan dikeringanginkan selama ± 8 jam. Perkecambahan. Benih yang telah mengalami proses penganginan dari ruang penganginan dibawa ke ruang perkecambahan dengan suhu C. Kecambah disusun dengan menggunakan tray. Penggunaan tray memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan plastik, di antaranya adalah estetika, persentase tumbuh kecambah lebih tinggi sehingga kecambah siap salur tray lebih tinggi, dan lebih menguntungkan dari segi biaya. Benih berada di ruang perkecambahan selama 14 hari dan disemprot air setiap 3 hari sekali sesuai kondisi benih. Setelah itu dilakukan pemilihan benih yang pertama, yaitu pengambilan benih yang sudah tumbuh normal. Pemilihan benih yang pertama dilakukan setelah 2 minggu sejak masuk ruang perkecambahan. Jika masih ada benih yang belum tumbuh, maka dilakukan pemilihan benih yang kedua, yang dilakukan seminggu sekali dan seterusnya hingga pemilihan ke-6. Pemilihan benih > 7 kali maka benih tersebut diafkir. 31

44 Pemilihan benih harus memperhatikan mutu fisik dari benih tersebut. Adapun beberapa kriteria yang dilihat adalah: a. Keseragaman ukuran benih. Benih yang baik memiliki berat > 0.8 gram dan tidak lolos dari ayakan ukuran 1.3 cm. b. Plumula dan radikula. Plumula dan radikula dapat dibedakan dengan jelas, baik warna maupun bentuk, tumbuh berlawanan arah, memiliki warna putih kekuningan, tidak cacat, dan panjang radikula hingga plumula tidak melebihi 2 cm. c. Tidak tampak ada serangan cendawan pada biji. Pemasaran. Benih yang telah terpilih dikemas dan benih yang tidak sesuai dengan kriteria (abnormal) diafkir dan dimusnahkan. Benih dikemas dalam kantong plastik dengan jumlah 150 butir/kantong. Plastik yang digunakan berukuran 26 cm 30 cm dengan tebal 0.05 cm. Kantong kemasan kecambah digembungkan agar tersedia oksigen yang cukup bagi kecambah. Kantong berisi kecambah tersebut disatukan berdasarkan kelompoknya. Kantong-kantong tersebut kemudian dimasukkan ke dalam boks plastik berisi strerofoam yang berfungsi untuk menahan guncangan dan mengurangi kerusakan pada saat kecambah dikirim ke Medan. Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan salah satu divisi di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT). Laboratorium kultur jaringan berupaya menghasilkan bibit unggul dari proses kultur jaringan. Kultur jaringan mengembangkan Tenera elit yang diuji keunggulannya dibandingkan dengan varietas yang lain. Kultur in vitro tersebut mengambil pucuk (pupus) untuk ditumbuhkan pada media kultur. Pucuk tersebut disebut dengan ortet. Pengambilan atau pemotongan ortet dilakukan di atas titik tumbuh, yaitu > 7 cm dari titik tumbuh. Ortet dipotong kecil-kecil untuk eksplan, kemudian ditumbuhkan menjadi kalus hingga menjadi embrio. Embrio kemudian tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit baru. Bibit kecil tersebut kemudian diaklimatisasi dengan tujuan untuk adaptasi tanaman pada lingkungan yang sesungguhnya. Selama satu bulan bibit ditanam pada media pasir dan kompos, setelah itu 32

45 dipindahkan pada media tanah selama ½ bulan. Bibit yang tumbuh baik kemudian dipindahkan ke Pre Nursery (PN) selama 3 bulan dan seterusnya hingga siap ditanam di lapangan. 33 Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Quality Control (QC) merupakan salah satu divisi yang bertugas dalam melakukan verifikasi, yaitu kesesuaian proses dari divisi yang diawasi. Quality Assurance (QA) memberikan jaminan bahwa seluruh produk benih diproses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. QC ada di semua divisi, kecuali BRD dan Kultur Jaringan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan sumber daya manusia. QC pertama kali dibentuk pada tahun 2002 dengan jumlah anggota 28 orang. QC bertugas secara independent, confident, dan honest. Perekrutan tenaga kerja untuk QC/QA dilakukan secara khusus melalui tes tertulis, praktik, interview dan tes kesehatan. Training awal untuk menjadi pembantu teknisi setelah lulus semua tes. Kelompok Peneliti Agronomi Agronomi merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Kelti Agronomi banyak melakukan kegiatan penelitian di lapangan. Kelti Agronomi melakukan kegiatan penelitian dengan melakukan pengamatan dan pengukuran iklim, fisiologi tanaman, produksi kelapa sawit, Legume Cover Crop (LCC), aspek lingkungan, dan pelayanan agronomi. Proteksi Tanaman Proteksi tanaman merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Proteksi tanaman melakukan penelitian yang berhubungan dengan hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit. Selain itu, proteksi tanaman juga menyediakan berbagai solusi dalam mengatasi serangan hama dan penyakit tertentu.

46 Hama penting yang terdapat pada pembibitan di antaranya adalah kumbang Adoretus dan Apogonia (kumbang malam) serta belalang yang memakan daun kelapa sawit. Pada tanaman belum menghasilkan hama yang sering menyerang adalah kumbang Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk). Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al, 2003). Tikus paling sering muncul di banyak perkebunan kelapa sawit. Tikus menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), bunga dan buah. TBM diserang tikus dengan mengerat pangkal pelepah dan memakan umbut sehingga dapat mematikan tanaman. Tikus juga memakan bunga dan buah sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi pada TM (Jamin, 1989). Pengendalian tikus tersebut dapat dilakukan menggunakan predator dari tikus tersebut. Burung hantu merupakan predator tikus yang mampu menanggulangi serangan tikus tersebut. Burung hantu ditempatkan pada kandang khusus yang disebut gupon. Satu ekor burung hantu dapat menangani hektar. Penyakit yang sering menyerang tanaman saat pembibitan adalah bercak daun (Curvularia), dan Antraknose (jamur). Penyakit yang sering muncul pada TBM dan TM adalah busuk tandan buah yang disebabkan oleh cendawan Marasmius sp. dan biasanya timbul jika keadaan lembab. Cendawan tersebut menyerang pangkal pelepah atau buah yang tidak sempurna penyerbukannya. Pencegahan atau pemberantasannya dapat dilakukan dengan pelaksanaan penyerbukan bantuan buatan, kastrasi, dan penunasan. Buah yang telah terserang dapat diberantas dengan menggunakan fungisida Difolatan 0.2 % (2 ml/liter air) (Lubis, 2008). Serangan yang paling merugikan adalah serangan ganoderma atau busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur. Ganoderma dapat diatasi dengan penggunaan biofungisida Marfu yang diproduksi oleh PPKS. Biofungisida tidak dapat mematikan ganoderma, tatapi lebih bersifat mencegah serangan ganoderma. Aplikasi Marfu dilakukan sebelum penanaman di lapangan. 34

47 35 Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan Penomoran Pohon Penomoran pohon merupakan salah satu sasaran kegiatan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan identitas tanaman kelapa sawit yang berada di kawasan kebun uji tersebut. Penomoran pohon diawali dengan kegiatan pembersihan pohon dan pangkal pelepah yang akan digunakan sebagai tempat penomoran, kemudian dilanjutkan dengan pengecatan. Pengecatan dilakukan setelah pangkal pelepah bersih dengan menggunakan cat dasar warna putih. Cat dasar yang telah mengering kemudian ditulis nomor yang telah disesuaikan peta persilangan varietas. Penomoran pada pohon kelapa sawit berisi informasi tentang nomor baris, nomor pohon, dan jenis persilangan. Penomoran tersebut penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena akan menentukan kejelasan identitas dari kelapa sawit tersebut. Penomoran juga bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya, jika dalam penomoran terjadi kesalahan, maka akan terjadi kesalahan berupa ketidaksesuaian identitas dan mempengaruhi hasil kegiatan selanjutnya seperti analisis tandan dan pengamatan vegetatif. Kegiatan penomoran ditunjukkan pada Gambar 5. (a) (b) (c) Gambar 5. Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah Dibersihkan, (c) Penomoran Pengamatan Vegetatif di Sei Dadap Pengamatan vegetatif dilakukan pada pohon uji yang berada di Sei Dadap, Kabupaten Asahan. Pohon uji ini tersebut merupakan pohon yang digunakan untuk pengujian berbagai percobaan dan perlakuan. Pengamatan vegetatif yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang

48 rachis, lebar dan tebal rachis, jumlah anak daun satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Tinggi tanaman diukur dari duri rudimenter pada daun ke-17 hingga ke permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran atau alat lain yang sudah disesuaikan. Diameter batang diukur 0.5 meter dari tanah menggunakan meteran. Jumlah daun fronds dihitung dari banyaknya pelepah yang belum kering atau masih melakukan fotosintesis. Panjang rachis diukur dari duri rudimenter hingga ujung daun. Lebar dan tebal rachis diukur tepat pada duri rudimenter menggunakan jangka sorong. Jumlah anak daun satu sisi dihitung dari pangkal rachis hingga daun paling ujung. Panjang dan lebar anak daun diukur dengan menggunakan meteran. Lebar anak daun dihitung pada bagian tengah anak daun. Kegiatan pengukuran vegetatif di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar Gambar 6. Pengukuran Lingkar Batang (a) (b) (c) Gambar 7. Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak Daun (c)

49 37 Pengamatan Vegetatif di Pembibitan Pengukuran vegetatif di pembibitan dilakukan pada bibit kelapa sawit asal Kamerun. Pengukuran dilakukan satu bulan sekali sampai dengan tiga kali pengamatan. Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan mengukur dari pangkal akar hingga ujung daun termuda. Diameter batang diukur dari rata-rata pengukuran pada pangkal batang menggunakan caliper/jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada dua tempat dan dilakukan pada posisi tegak lurus (Gambar 8). Jumlah daun dihitung dari semua pelepah daun yang ada dan masih aktif berfotosintesis. Daun muda yang sudah bisa dihitung yaitu daun yang telah membuka > 70 % (Gambar 9). (a) (b) Gambar 8. Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b) (a) (b) Gambar 9. Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b)

50 38 Segregasi Pohon di Tanah Raja Segregasi merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk menentukan jenis pohon kelapa sawit. Segregasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari keragaman buah kelapa sawit dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis Dura, Pisifera, atau Tenera. Segregasi dilakukan satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai setelah 3 kali pengamatan. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi. Hasil segregasi buah jenis tenera diperlihatkan pada Gambar 10. Gambar 10. Buah Tenera Hasil Segregasi Telling di Afdeling II Blok 2005 Telling adalah kegiatan inspeksi pohon kelapa sawit untuk mendapatkan data keadaan tanaman di lapangan. Telling merupakan salah satu kegiatan pengamatan pertumbuhan vegetatif yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pengamatan telling pohon yang sering dilakukan adalah pengamatan gejala serangan berbagai hama dan penyakit pada pohon, seperti crown disease, tanaman mati, serangan Oryctes, ganoderma, gejala kekurangan Boron, tanaman doyong. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya. Hasil kegiatan telling dari Blok 2005 Afdeling II ditunjukkan pada Tabel 6.

51 39 Lokasi Tabel 6. Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II Serangan (pohon) O Dy PB K BR CD GD M AB MA 18 S MA 19 S MA 20 S Keterangan: O = Oryctes Br = Boron M = Mati Dy = Doyong CD = Crown Disease AB = Abnormal PB = Fronds Berputar GD = Ganoderma K = Kerdil Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa MA 18 S banyak terjadi gejala fronds berputar dan diikuti serangan pohon doyong dan Oryctes. Gejala pohon doyong banyak terjadi pada MA 19 S. Selain itu juga terdapat serangan penyakit tajuk (crown disease) dan ganoderma. Tanaman doyong juga terdapat pada MA 20 S tetapi dalam jumlah yang sedikit. Pada MA 20 S juga ditemukan gejala kekurangan Boron dan tanaman abnormal di lapangan. Serangan Oryctes terjadi pada daun yang masih muda. Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al., 2003). Gejala serangan Oryctes dapat dilihat pada Gambar 11. (a) (b) Gambar 11. Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) Tanaman doyong pada tanaman kelapa sawit di lapangan disebabkan oleh penanaman yang tidak tepat. Tanah pada sekitar tanaman tidak dipadatkan

52 sehingga masih terdapat rongga udara. Keadaan tersebut menyebabkan tanah turun pada saat hujan dan tanaman menjadi doyong. Gejala tanaman doyong diperlihatkan pada Gambar Gambar 12. Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong Fronds berputar merupakan gejala yang sering terjadi pada tanaman yang ditanam di lapangan. Fronds berputar dapat menyebabkan penurunan produksi tandan. Hal tersebut disebabkan tandan tidak dapat terbentuk secara sempurna karena terhimpit oleh pelepah daun yang rapat. Gejala tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Perbedaan antara pohon yang masih terkena fronds berputar dan yang sudah sembuh dapat dilihat pada Gambar 13. Gejala kekurangan Boron dapat dilihat pada Gambar 14. (a) (b) Gambar 13. Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah Pulih

53 41 (a) (b) Gambar 14. Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b) Crown disease merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik dari tetuanya. Panyakit tajuk tersebut sering dijumpai pada stadia bibit maupun pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan kadang-kadang juga dijumpai pada saat tanaman telah menghasilkan (TM). Crown disease menyebabkan keragaan tanaman yang kurang baik serta kemungkinan turunnya produksi akibat abnormalitas pertumbuhan tanaman. Tanaman yang telah terkena crown disease tidak dapat digunakan sebagai pohon induk untuk benih. Gejala serangan crown disease dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Gejala Serangan Penyakit Tajuk Definisi tanaman abnormal yang terjadi di lapangan adalah tanaman yang semula ditanam satu bibit kemudian tumbuh menjadi dua tanaman. Tanaman

54 abnormal dapat disebabkan oleh serangan Oryctes pada daerah di sekitar titik tumbuh. Serangan tersebut mengakibatkan titik tumbuh tidak dapat berkembang secara sempurna sehingga mengalami abnormal (tunas menjadi dua). Tanaman abnormal ditunjukkan pada Gambar Gambar 16. Tanaman Abnormal Karakterisasi Tandan Pada karakterisasi tandan, kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran panjang dan lebar tandan, penimbangan stalk, panjang dan lebar stalk, panjang duri, lebar duri, tebal duri, panjang dan lebar biji, panjang dan lebar buah. Karakterisasi tandan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai karakter fisik dari suatu tandan dari varietas atau persilangan tertentu. Karakterisasi tandan juga dilakukan dalam proses pelepasan varietas. Berbagai kegiatan pengukuran tandan dan buah dalam karakterisasi tandan dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.

55 43 (a) (b) (c) Gambar 17. Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal Pengukuran duri spikelet dilakukan dengan menggunakan jangka sorong agar memiliki ketelitian tinggi. Pengukuran buah dan biji juga menggunakan jangka sorong. Buah dan spikelet yang akan diukur berasal dari tandan yang telah dipilih. (a) (b) (c) (d) Gambar 18. Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d) Lebar Biji

56 44 PEMBAHASAN Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengamatan tersebut sebagian digunakan dalam menentukan leaf area index (LAI). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ke duri rudimenter pelepah ke- 17. Jumlah daun dihitung dengan menjumlahkan seluruh daun pada setiap tanaman. Panjang rachis diukur dari ujung daun sampai duri rudimenter pada bagian pangkal pelepah. Luas petiola merupakan perkalian antara lebar dan tebal petiola, sedangkan leaf area dihitung dengan mengalikan jumlah anak daun satu sisi dengan luas anak daun dan faktor koreksi. Faktor koreksi yang digunakan adalah karena tanaman berumur 4-7 tahun. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persilangan dan ulangan (tahun pengamatan) mempengaruhi karakter vegetatif yang diamati. Koefisien keragaman pada setiap karakter pengamatan menunjukkan bahwa keragaman pada setiap persilangan sedikit. Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap Karakter F-hitung P U KK Tinggi ** ** Lingkar Batang ** ** Jumlah Pelepah ** ** Panjang Rachis ** ** Luas Petiola ** ** Leaf Area ** ** Total Leaf Area ** ** Leaf Area Index ** ** Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) KK = Koefisien Keragaman * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** = berpengaruh nyata pada taraf 1 %

57 Pertumbuhan dan pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Tabel 8. Tinggi tanaman pada berbagai persilangan berkisar antara cm. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu cm, dan terendah terdapat pada persilangan 19BA82/99, yaitu cm. Lingkar batang berkisar m. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17 BB5626/98, yaitu 3.29 m dan terendah pada persilangan 5 BB5462/98, yaitu 2.77 m. Jumlah daun fronds (pelepah) berkisar Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit sangat terkait dengan jumlah bunga atau tandan yang dihasilkan (Ikhwan dan Asmono, 1998). Panjang rachis berkisar antara m. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98 dan rachis terpendek terdapat pada persilangan 3BB5036/98. Panjang rachis pada tanaman kelapa sawit akan berhubungan dengan jarak tanam yang akan menentukan densitas tanaman. Rachis yang panjang akan mengakibatkan tanaman saling menaungi dan mengurangi produktivitas tanaman (Ikhwan dan Asmono, 1998). Luas petiola berkisar cm 2. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan korelatif antara luas petiola dengan bobot kering tidak berubah oleh umur, perlakuan, dan keturunan, sehingga diduga luas petiola yang tinggi akan menghasilkan tandan sawit yang lebih berat (Ikhwan dan Asmono, 1998). 45

58 46 Tabel 8. Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan TG (cm) LB (m) JD PR (m) LP (cm 2 ) LA (m 2 ) TLA (m 2 ) LAI 1 BB1058/ bcdef 3.06cde 44.78abc 5.46cdefg 34.57abcde 9.45ab ab 6.05ab 3 BB5036/ b 2.85hij 46.77ab 5.07i 32.61cde 8.51ef abc 5.68abc 4 BB1240/ def 2.92ghi 45.62abc 5.11i 31.87cdef 8.10f bcd 5.29bcd 5 BB5462/ g 2.77j 44.28abcd 5.30gh 30.44def 8.97abcde abc 5.67abc 6 BA95/ bcdef 2.98efg 43.88abcd 5.33fgh 33.44abcde 8.53def bcd 5.33bcd 7 BB1523/ g 2.93fgh 39.41d 5.63bc 30.79def 9.54a bcd 5.36bcd 8 MA1853/ cdef 3.15bc 44.14abcd 5.68b 35.22abcde 9.29ab abc 5.83abc 9 BA3954/ bcdef 2.79j 44.66abc 5.25hi 31.21def 8.49ef bcd 5.37bcd 10 MA1613/ g 2.93gh 39.33d 5.44cdefg 26.86f 8.54def d 4.76d 11 MA1559/ bcd 3.17b 48.29a 5.56bcd 35.96abcd 9.11abcd a 6.26a 12 MA1403/ g 2.83ij 41.71bcd 5.53bcde 31.87cdef 9.55a abc 5.70abc 13 MA3326/ a 2.97efg 44.71abc 5.57bcd 39.06a 9.19abc abc 5.83abc 14 BB1420/ f 3.06cde 42.33bcd 5.54bcd 33.33bcde 9.05abcde abcd 5.45abcd 15 BB1633/ g 2.91ghi 43.16abcd 5.49cdef 29.82ef 8.92bcde abcd 5.49abcd 16 BB1374/ g 2.98efg 41.39cd 5.24hi 38.71ab 8.53def cd 5.02cd 17 BB5626/ ef 3.29a 44.36abcd 5.96a 37.40abc 9.49ab ab 5.99ab 18 BA75/ bcde 3.03def 43.23abcd 5.60bcd 31.74cdef 8.60cdef bcd 5.27bcd 19 BA82/ g 3.04de 43.39abcd 5.44defg 36.94abc 8.96abcde abcd 5.51abcd 20 BJ5652/ bc 3.09bcd 44.90abc 5.35efgh 37.29abc 9.34ab ab 5.98ab Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index 46

59 Luas permukaan daun atau leaf area (LA) erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi, dimana dengan kerapatan tertentu menyebabkan persaingan antar pohon. LA dihitung menggunakan rumus: LA = 2b (n LW) Keterangan: LA = Leaf Area, yaitu luas permukaan satu cabang daun. b = faktor koreksi : umur 1-2 tahun = umur 4-7 tahun = umur 7-8 tahun untuk 2b = 1.1 n = jumlah anak daun satu sisi L = panjang anak daun rata-rata W = lebar anak daun rata-rata 47 Luas permukaan daun pada setiap persilangan berkisar m 2. Leaf area terbesar terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.55 m 2. Selain itu terdapat pada persilangan 7BB1523/99 yang memiliki luas permukaan daun yang hampir sama dengan persilangan 12MA1403/99 yaitu sebesar 9.54 m 2. Total luas permukaan daun (total leaf area) merupakan jumlah seluruh permukaan daun dalam satu pohon dan diperoleh dengan mengalikan luas permukaan daun satu cabang daun dengan jumlah seluruh daun yang ada. Total leaf area (TLA) di kebun uji Sei Dadap berkisar m 2. TLA terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99, yaitu m 2. TLA terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99, yaitu m 2. Index luas permukaan daun (leaf area index) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total leaf area (TLA) dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI (leaf area index) dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman, jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. LAI mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan (Syukur et al., 1981). LAI tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap berkisar antara LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.26, dan terendah terdapat pada persilangan 10 MA1613/99 yaitu 4.76 (Tabel 8). Leaf area index (LAI) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total LA dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman,

60 jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. Angka LAI pada kelapa sawit mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan. Tabel 9 memperlihatkan korelasi antar peubah vegetatif pada setiap pengamatan. Tinggi tanaman memiliki korelasi positif terhadap jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Lingkar batang memiliki korelasi positif terhadap panjang rachis, luas petiola, leaf area, total leaf area, dan leaf area index. Jumlah daun fronds (pelepah) memiliki korelasi negatif terhadap panjang rachis, luas petiola, dan leaf area, namun memiliki korelasi positif terhadap total leaf area dan leaf area index. Panjang rachis memiliki korelasi positif terhadap luas petiola dan leaf area. Luas petiola berkorelasi positif terhadap leaf area. Total leaf area memiliki korelasi positif terhadap leaf area index. 48 Tabel 9. Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif LB JD PR LP LA TLA LAI TG ** 0.447** 0.708** 0.573** LB ** 0.494** 0.367** 0.264* 0.264* JD ** ** ** 0.763** 0.762** PR ** 0.766** LP 0.603** LA TLA 0.999** Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % Keterangan lain sama seperti Tabel 8. ** = berbeda nyata pada taraf 1 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index Analisis Tandan Dari data sekunder yang didapatkan dari laboratorium analisis tandan diperoleh informasi mengenai berbagai peubah yang digunakan dalam analisis tandan suatu pohon. Peubah tersebut yaitu bobot tandan, % buah/tandan, % inti/buah, % daging/buah, % minyak/daging, dan % minyak/tandan. Data analisis

61 tandan berasal dari pengambilan tandan di kebun uji Sei Dadap. Hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 10. Rekapitulasi sidik ragam karakter generatif tanaman kelapa sawit di kebun Uji Sei Dadap secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan Karakter F-hitung P U KK (%) Bobot Tandan ** ** 8.72 Buah/Tandan tn ** 2.19 Daging/Buah ** ** 1.99 Inti/Buah ** ** 7.44 Minyak/Daging ** ** 2.71 Minyak/Tandan ** ** 4.43 Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) KK = Koefisien Keragaman (%) * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % **= berpengaruh nyata pada taraf 1 % Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 10, persilangan yang diamati berpengaruh nyata terhadap nilai bobot tandan, begitu juga dengan daging/buah, inti/buah, minyak/daging, dan minyak/tandan. Persilangan tidak berpengaruh nyata terhadap buah./tandan yang dihasilkan. Ulangan (tahun pengamatan) memiliki pengaruh yang sangat nyata pada setiap karakter yang diamati. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman (KK) menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan. Berbagai karakter yang terdapat pada analisis tandan dibandingkan dengan persilangan yang ada. Nilai rataan karakter tandan pada berbagai persilangan disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi bobot tandan terdapat pada hasil persilangan 11MA1559/99 yaitu kg. Buah/tandan tidak berpengaruh nyata pada setiap persilangan tetapi rataan tertinggi pada persilangan 11MA1559/99 sebesar persen. Daging/buah rataan tertinggi pada persilangan 9BA3954/98 yaitu sebesar persen. Nilai rataan inti/buah tertinggi terdapat pada persilangan 4BB1240/99 sebesar %, sedangkan terendah terdapat pada persilangan 14BB1420/99. Persilangan yang 49

62 memiliki rataan tertinggi pada minyak/daging adalah persilangan 4BB1240/99 sebesar persen. Rataan tertinggi minyak/tandan terdapat pada persilangan 9BA3954/98 sebesar persen. Tabel 11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan BT (%) BPT (%) DPB (%) IPB (%) MPD (%) MPT (%) 1BB1058/ bcde e 10.88a 59.01abcd 26.97bcd 3BB5036/ cde cde 10.18ab 59.83ab 27.72abcd 4BB1240/ defg e 11.30a 62.00a 27.62abcd 5BB5462/ cdef bc 8.97bcd 60.50ab 28.94ab 6BA95/ bcd a 6.36hijk 58.60bcde 29.95a 7BB1523/ efg cde 8.74cde 55.30fg 25.44d 8MA1853/ efg ab 7.71defg 59.28abcd 28.80ab 9BA3954/ defg a 6.11jk 57.86bcdef 30.13a 10MA1613/ g cde 7.21fghij 57.77bcdef 26.75bcd 11MA1559/ a bcd 9.09bc 55.58efg 26.87bcd 12MA1403/ cdef e 8.56cde 57.50bcdefg 25.72cd 13MA3326/ cdef a 6.62ghij 56.21defg 27.96abcd 14BB1420/ defg a 5.18k 51.36hi 25.82cd 15BB1633/ defg a 6.23ijk 55.31fg 27.98abc 16BB1374/ defg de 10.14ab 48.96i 22.34e 17BB5626/ fg ab 7.49efghi 59.58abc 28.98ab 18BA75/ abcd a 7.64efgh 59.52abc a 19BA82/ ab cde 11.13a 54.53gh 25.46cd 20BJ5652/ abc bc 8.29cdef 56.35cdefg 27.10bcd Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % BT = Bobot Tandan BPT = Buah/Tandan DPB = Daging/Buah IPB = Inti/Buah MPD = Minyak/Daging MPT = Minyak/Tandan Keterangan ini berlaku pula untuk tabel-tabel selanjutnya. Karakter-karakter yang terdapat pada analisis tandan memungkinkan memiliki korelasi antar karakter. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah yang lainnya. Tanda negatif atau positif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada satu peubah secara nisbi terhadap peubah yang lainnya. Korelasi antar karakter yang diamati pada analisis tandan ditunjukkan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 karakter bobot tandan, buah/tandan, daging/buah, inti/buah, dan minyak/daging memiliki korelasi yang baik terhadap 50

63 minyak/tandan. Bobot tandan dan inti/buah memiliki korelasi negatif terhadap minyak/tandan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bobot tandan dan inti/buah, maka minyak/tandan yang dihasilkan akan semakin sedikit. Buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging memiliki korelasi positif terhadap minyak/tandan. Korelasi tersebut menandakan bahwa semakin tinggi buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging, maka minyak/tandan yang dihasilkan akan semakin meningkat. Tabel 12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan BPT DPB IPB MPD MPT BT ** * ** ** * BPT ** ** DPB ** ** IPB ** MPD ** MPT Keterangan: * = berkorelasi nyata pada taraf 5 % ** = berkorelasi nyata pada taraf 1 % Dari berbagai persilangan di kebun uji Sei Dadap dapat diketahui persilangan terbaik berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter yang diuji yaitu buah/tandan (X 1 ), daging/buah (X 2 ), inti/buah (X 3 ), minyak/daging (X 4 ), dan bobot tandan (X 5 ). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan karakter yang paling berpengaruh/berkontribusi besar terhadap nilai minyak/tandan. Hasil best regression dapat dilihat pada Lampiran 5. Karakter dominan yang memberikan kontribusi terhadap minyak/tandan dilakukan dengan mencari nilai R 2 pada setiap persilangan. Karakter diurutkan berdasarkan besaran kontribusinya terhadap minyak/tandan. Karakter dominan yang mempengaruhi minyak/tandan setiap persilangan ditunjukkan pada Tabel 13. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga faktor X 1, X 2, dan X 4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Hal ini disebabkan nilai R 2 yang dimiliki ketiga faktor tersebut hampir sama dengan nilai R 2 yang dihasilkan dari kelima faktor, yaitu X 1, X 2, X 3, X 4, dan X 5. Ketiga faktor dominan yaitu X 1, X 2, dan X 4 digunakan dalam penentuan persamaan regresi yang tepat dari 51

64 keseluruhan data yang ada menggunakan bantuan software Minitab 14. Persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y = X X X 4 Keterangan: Y = minyak/tandan setiap persilangan X 1 = buah/tandan X 2 = daging buah/buah X 4 = minyak/daging buah 52 Tabel 13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan Y R 2 Y 1 X 4 X 1 X Y 2 X 4 X 2 X Y 3 X2 X 4 X Y 4 X 4 X 2 X Y 5 X 4 X 2 X Y 6 X 4 X 2 X Y 7 X 4 X 2 X Y 8 X 1 X 4 X Y 9 X 4 X 1 X Y 10 X 4 X 2 X Y 11 X 4 X 2 X Y 12 X 4 X 1 X Y 13 X 4 X 1 X Y 14 X 4 X 1 X Y 15 X 4 X 2 X Y 16 X 4 X 1 X Y 17 X 4 X 2 X Y 18 X 4 X 2 X Y 19 X 4 X 2 X Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X 1 = buah/tandan X 2 = daging buah/buah X 4 = minyak/daging buah Melalui persamaan tersebut nilai persentase minyak dapat diketahui dengan memasukkan nilai rataan X 1, X 2, dan X 4 untuk setiap persilangan. Nilai Y yang tinggi merupakan persilangan dengan rendemen minyak tinggi. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut terdapat pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai persentase yang tinggi dari rendemen minyak/tandan yaitu sebesar persen. Persilangan lainnya dengan rendemen yang baik adalah persilangan 6BA95/99 yaitu sebesar % dan persilangan 18BA75/99 yaitu sebesar 29.7 persen.

65 53 Tabel 14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi Persilangan X 1 X 2 X 4 Y Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X 1 = buah/tandan X 2 = daging buah/buah X 4 = minyak/daging buah Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease Penyakit tajuk (crown disease) atau kroonziekte merupakan penyakit yang biasanya terjadi pada tanaman belum menghasilkan berumur 1-3 tahun, tapi kadang-kadang gejalanya sudah mulai terlihat di pembibitan utama. Penyakit tersebut hanya bersifat sementara dan tidak mematikan karena 2-3 tahun kemudian tanaman sakit pada umumnya pulih sendiri. Tanaman yang sakit menjadi terhambat periode generatifnya (Turner, 1981). Penyakit tersebut disebabkan oleh faktor genetis (bawaan) yang diturunkan dari sifat pohon ibu dan bapak yang digunakan untuk menghasilkan bahan tanam, dan dikontrol oleh gen resesif tunggal (Corley dan Tinker, 2003). Gejala penyakit tajuk umumnya dijumpai pada tanaman yang berumur kurang dari 2 tahun setelah tanam dan akan hilang dari populasi pertanaman setelah tanaman berumur 4 tahun bergantung pada berat ringannya insiden penyakit tajuk tersebut.

66 Kepekaan penyakit tajuk sangat ditentukan oleh orijin zuriat. Zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin La Me dan Yangambi mempunyai tingkat insiden panyakit tajuk yang rendah, sedangkan zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin Bah Jambi, Dolok Sinumbah, dan Marihat lebih peka terhadap penyakit tajuk (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Penyakit tajuk ditandai dengan munculnya pelepah muda yang bengkok kira-kira di pertengahan panjang pelepah, dan daun tidak membuka sempurna. Pada daun tombak yang belum membuka sempurna (pupus) terlihat pembusukan jaringan anak-anak daun, berwarna cokelat, menyebar dari bagian tengah yang menyebabkan anak-anak daun menjadi terputus-putus. Gejala serangan penyakit tajuk pada tanaman dapat dilihat pada Gambar Gambar 19. Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan Pada daun yang tidak membuka seringkali terdapat pembusukan, bercakbercak dan ditumbuhi berbagai jamur saprofitik atau patogenik lemah yang memperberat kerusakan jaringan (Purba, 2009). Beberapa faktor pendorong terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan kondisi fisiologi khususnya beberapa aspek nutrisi (Purba, 2009): a. Tanaman-tanaman yang dipupuk N berat cenderung lebih rentan dan kerusakan lebih berat. b. Pada defisiensi hara Mg, kasusnya lebih berat. c. Serangan beberapa genera jamur seperti Aspergillus, Fusarium, Phytophthora, Colletotrichum, dan Pestalotiopsis ikut memperberat kerusakan pada pelepah sakit.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit 13 KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene

Lebih terperinci

KEADAA UMUM LOKASI MAGA G

KEADAA UMUM LOKASI MAGA G 15 KEADAA UMUM LOKASI MAGA G Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA).

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Algemeene

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap 44 PEMBAHASAN Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat 15 KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat sebelumnya adalah bernama Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah

KEADAAN UMUM Sejarah 30 KEADAAN UMUM Sejarah Cikal bakal dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Marihat adalah perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang diambil alih oleh Negara menjadi Perusahaan Perkebunan Negara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm Lampiran 1. Bagan dan Plot Penelitian 1 2 3 a U b L 1 M 0 L 1 M 2 L 2 M 1 L 3 M 0 L 3 M 2 L 3 M 0 a = 40 cm (jarak antar blok) L 2 M 0 L 2 M 2 L 0 M 2 S b = 20 cm (jarak antar plot) L 0 M 1 L 3 M 0 L 3

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung LAMPIRA 64 65 Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung Anak daun menggulung a. Anak daun menggulung Anak daun normal b. Anak Daun Normal 66 Lampiran 2. Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1.

Lebih terperinci

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH VI.SISTEM PRODUKSI BENIH UNTUK PRODUKSI BENIH MAKA HARUS TERSEDIA POHON INDUK POPULASI DURA TERPILIH POPULASI PISIFERA TERPILIH SISTEM REPRODUKSI TANAMAN POLINASI BUATAN UNTUK PRODUKSI BENIH PERSIAPAN

Lebih terperinci

III.Fisiologi Benih Sawit

III.Fisiologi Benih Sawit III.Fisiologi Benih Sawit Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell), karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit

PELAKSANAAN MAGANG. Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit 18 PELAKSANAAN MAGANG Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit.

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara

Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara Processing of Oil Palm (Elaeis guiinensis Jacq.) Seed Bunch in Pusat Penelitian Kelapa

Lebih terperinci

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman 51 PEMBAHASA Proses Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan Bahan Tanaman Secara Konvensional. Teknik pengadaan bahan tanaman secara konvensional di PPKS melalui penyerbukan bantuan (assisted pollination) oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman industri penghasil minyak masak, minyak industri, bahan baku industri dan bahan bakar. Produktivitas

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit di Afrika diklasifikasikan oleh Jacquin pada tahun 1763 sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KELAPA SAWIT VARIETAS AA-DP TOPAZ 4 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KELAPA SAWIT VARIETAS AA-DP TOPAZ 4 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KELAPA SAWIT VARIETAS AA-DP TOPAZ 4 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah tanaman yang berasal dari hutan tropis di Afrika Barat pada tahun 1911 perkebunan komersial pertama didirikan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KELAPA SAWIT VARIETAS ASIAN AA- DP TOPAZ 2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm, keluar dari pangkal

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

Kemunculan Bunga. pada 8 Varietas Kelapa Sawit di Kebun Demblok PPKS

Kemunculan Bunga. pada 8 Varietas Kelapa Sawit di Kebun Demblok PPKS Kemunculan Bunga pada 8 Varietas Kelapa Sawit di Kebun Demblok PPKS Sujadi, Nanang Supena, Rokhana Faizah, M. Irfan Lubis, dan A. Razak Purba Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Jl. Brigjen Katamso No.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Helmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 59/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN KELAPA SAWIT VARIETAS AA- DP TOPAZ 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 59/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN KELAPA SAWIT VARIETAS AA- DP TOPAZ 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 59/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN KELAPA SAWIT VARIETAS AA- DP TOPAZ 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki

I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari luas areal kelapa sawit yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar

Lebih terperinci

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Helmi Dkk BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH KELAPA SAWIT DALAM PENGADAAN BAHAN TANAMAN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA TOPIK HIDAYAT A

PENYIAPAN BENIH KELAPA SAWIT DALAM PENGADAAN BAHAN TANAMAN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA TOPIK HIDAYAT A PENYIAPAN BENIH KELAPA SAWIT DALAM PENGADAAN BAHAN TANAMAN DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA TOPIK HIDAYAT A24062234 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Elaeis guineensis Jacq. 2.1.1. Botani Elaeis guineensis Jacq termasuk tanaman monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika

Lebih terperinci