PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman
|
|
- Dewi Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 51 PEMBAHASA Proses Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan Bahan Tanaman Secara Konvensional. Teknik pengadaan bahan tanaman secara konvensional di PPKS melalui penyerbukan bantuan (assisted pollination) oleh manusia. Tetua terpilih adalah tetua terbaik yang telah melalui tahapan seleksi sesuai dengan kriteria pemilihan oleh Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman PPKS (Divisi BRD/ Pemuliaan). Secara garis besar proses pengadaan bahan tanaman konvensional di PPKS dilakukan oleh beberapa divisi yang saling terkait, yaitu Divisi BRD/ Pemuliaan, Divisi Pohon Induk, Divisi Produksi, Divisi Pemasaran dan Divisi QC/ QA (Quality Conrol/ Quality Assurance) (Lampiran 4). Divisi BRD/ Pemuliaan mempunyai kewenangan dalam menentukan pohon induk yang akan digunakan, Divisi Pohon Induk meliputi proses penyiapan penyerbukan hingga panen, Divisi Produksi meliputi persiapan benih hingga pengecambahan, Divisi Pemasaran/ Logistik meliputi pembibitan hingga penyaluran bahan tanaman ke konsumen. Sedangkan Divisi QC/ QA bertugas untuk menjaga dan mengawasi pengelolaan bahan tanaman sejak penyiapan penyerbukan oleh Divisi Pohon Induk hingga pemasaran atau penyaluran kepada konsumen oleh Divisi Pemasaran agar mutu bahan tanaman yang dihasilkan terjamin dan berkualitas. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengadaan bahan tanaman secara konvensional antara lain dari penyiapan penyerbukan hingga panen yaitu sekitar enam bulan, persiapan benih satu bulan, pemanasan benih dua bulan, perkecambahan satu bulan, pembibitan awal tiga bulan dan pembibitan lanjutan sembilan bulan. Adapun jangka waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bahan tanam dari pohon hingga menjadi bibit sekitar 22 bulan atau 1.8 tahun. Bahan tanaman yang dihasilkan dari pengadaan secara konvensional berupa kecambah dan bibit. Pengadaan Bahan Tanaman Secara Kultur Jaringan. Kultur in vitro atau kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
2 52 memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali yang disebut planlet. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif (Gunawan, 1988). Divisi Kultur Jaringan PPKS menggunakan individu terbaik sebagai bahan perbanyakan, yang sebelumnya telah ditentukan oleh Kelompok Penelitian Pemuliaan Tanaman (Divisi BRD/ Pemuliaan) sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. PPKS menggunakan ortet (daun muda) sebagai eksplan dalam perbanyakan. Menurut Ginting dan Fatmawati (03) pada kelapa sawit eksplan dapat berasal dari daun muda, ujung akar dan bunga (inflorescence). Sumber eksplan ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Eksplan dari daun muda mempunyai keunggulan yaitu dapat diperoleh dalam jumlah banyak (00 s/d 3000 eksplan per ortet), eksplan relatif steril karena masih terbungkus oleh pelepah daun. Kelemahan eksplan dari daun muda adalah merusak ortet dan pemulihannya membutuhkan waktu lama yaitu: tahun. Eksplan dari bunga keunggulannya tidak terlalu merusak ortet, permukaannya steril karena masih terbungkus pelepah bunga. Kelemahan eksplan dari bunga jumlah eksplan yang diperoleh sedikit (0 s/d 300 eksplan per tandan) dan induksi kalus membutuhkan waktu lama (1 tahun). Eksplan ujung akar keunggulannya tidak merusak ortet. Kelemahan eksplan dari ujung akar kontaminasi mencapai 90-95% dan ada kemungkinan keliru dengan ortet yang terpilih karena akar tanaman simpang siur di dalam tanah. Pengadaan bahan tanaman secara kultur jaringan di PPKS terbagi kedalam dua rangkaian yang terkait yaitu laboratoriun dan lapangan (Lampiran 5). Adapun fasilitas yang mendukung kegiatan di Laboratorium Kultur Jaringan PPKS Marihat meliputi : washery room 1 dan 2, media preparation, sterilization room, transfer room, lighted culture room, dark culture room, meeting room, kasa house. Pemantauan setiap kegiatan dilakukan oleh petugas pendataan (recording data). Pengadaan bahan tanam kultur jaringan dimulai dengan penanaman eksplan didalam ruangan hingga terbentuk kalus dibutuhkan waktu sekitar 4-24
3 53 bulan, penumbuhan dan perbanyakan kalus berlangsung selama 2-12 bulan, induksi embriogenesis dan perbanyakan embrio berlangsung selama 2-12 bulan, induksi dan perbanyakan pupus atau plantula berlangsung selama 2-12 bulan dan induksi perakaran menjadi planlet utuh sekitar dua bulan. Seluruh fase tersebut dilakukan pergantian media setiap dua bulan sekali, sedangkan jangka waktu yang dibutuhkan dilapangan meliputi aklimatisasi hingga ramet selama 2-3 bulan, pre nursery selama 3-4 bulan dan main nursery selama sembilan bulan. Adapun jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses pengadaan bahan tanam secara kultur jaringan dari ortet hingga pembibitan (main nursery) yaitu sekitar bulan atau tahun. Bahan tanaman yang dihasilkan berupa planlet dan bibit. Namun untuk saat ini yang dipasarkan hanya dalam bentuk bibit. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja di PPKS dalam pengadaan bahan tanam secara konvensional (Lampiran 6) cukup besar jika dibandingkan dengan pengadaan bahan tanam secara kultur jaringan (Lampiran 7) sekitar 42.7% dari jumlah tenaga kerja pada perbanyakan secara konvensional, yaitu berturut-turut 103 orang dan 44 orang. Pada perbanyakan secara konvensional, untuk Kebun Marihat, dengan jumlah pohon ibu 75 dan pohon bapak 141, dibutuhkan polinator sekitar 50 orang. Dalam sehari seorang polinator mampu melakukan inspeksi/ pengawasan pohon. Sedangkan pada perbanyakan secara kultur jaringan dengan bahan tanaman sebanyak 00 eksplan dari satu ortet atau sekitar 500 plakon, membutuhkan sekitar 12 orang tenaga kerja dalam sehari. Kebutuhan sumber daya manusia terbesar dalam pengadaan bahan tanaman secara konvensional yaitu pada polinator, mandor dan kerani berurutturut yaitu 50 orang, 14 orang dan 13 orang atau sekitar 48.5%, 13.5%, dan 12.6% dari total jumlah SDM perbanyakan konvensional. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap kebun yang cukup luas. Setiap polinator memiliki hancak tetap pohon untuk pohon bapak, dan pohon untuk pohon induk. Pada perbanyakan kultur jaringan kebutuhan SDM tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan kegiatan hanya dilakukan pada lingkup ruangan. Dalam kegiatan
4 54 transfer bahan tanam seorang pekerja mampu memperbanyak hingga 0 tabung reaksi atau 40 botol per hari, sedangkan seorang pekerja mampu melakukan pengamatan hingga ratusan botol planlet per hari. Pengamatan yang dilakukan yaitu jumlah eksplan yang terkontaminasi. Kebutuhan SDM terbesar pada perbanyakan secara kultur jaringan hanya pada washery/ sterilisasi yaitu 7 orang. Produksi dan Harga Bahan Tanam Kapasitas Produksi. Produksi Kecambah PPKS dari tahun 04 hingga 09 berfluktuatif (Gambar 27). Hal tersebut disesuaikan dengan permintaan dan kemampuan Divisi Pohon Induk dalam menghasilkan benih. Pada tahun 09 produksi kecambah Divisi Pohon Induk PPKS mencapai butir (Lampiran 8). Pada tahun 10, dari 7032 pohon induk, ditargetkan rencana produksi sekitar butir (asumsi tandan, sekitar 6 tandan/ pohon, 1350 benih/ tandan) atau meningkat sekitar 9.4% dari produksi kecambahh tahun 09. Produksi Kecambah (Juta) Tahun Gambar 27. Produksi Kecambah PPKS dari Tahun Divisi Kultur Jaringan PPKS hingga saat ini telah menghasilkan sekitar 740 klon (Marihat klon). Dari wawancara penulis, pada pengadaan bahan tanam secara kultur jaringan, jika diasumsikan pada setiap fase kegagalan akibat kontaminasi 10%, dari satu pohon (ortet) bisa dihasilkan hingga planlet. Jika pada tahap aklimatisasi diharapkan persen daya hidup 70% maka produksi yang bisa diperoleh yaitu sekitar bibit untuk tahap pre nursery. Namun,
5 55 Tidak semua ortet yang dikultur menghasilkan planlet. Hal ini disebabkan respon jaringan terhadap media pada tahap kultur berbeda (Ginting et al., 1994). Laboratorium Kultur Jaringan PPKS Marihat memiliki lima buah lighted culture room (ruang cahaya) dengan kapasitas penyimpanan lebih dari kultur dengan dua ruangan yang saat ini masih dalam tahap renovasi. Kapasitas produksi dari perbanyakan kultur jaringan dari satu pohon (ortet) mampu menghasilkan hingga planlet dalam waktu satu tahun. Sedangkan pada perbanyakan konvensional jika diasumsikan dalam satu tahun mampu menghasilkan sekitar 6 tandan/ pohon, dengan rata-rata menghasilkan 1350 buah/ tandan, maka dalam setahun satu pohon hanya mampu menghasilkan sekitar 8100 butir atau hanya 10.1% dari perbanyakan secara kultur jaringan. Harga Bahan Tanaman. PPKS saat ini masih menjadi produsen tertinggi dalam produksi kecambah kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari rencana dan potensi produksi PPKS untuk tahun 10 yang mencapai butir kecambah (Gambar 28). Disamping kualitas kecambah yang baik, harga kecambah PPKS yang cenderung murah membuat PPKS banyak diminati oleh konsumen (Lampiran 9). Harga kecambah berkisar Rp Rp Harga kecambah disesuaikan dengan jenis varietas. Bahan tanaman hasil perbanyakan konvensional yang telah menjadi bibit dijual dengan harga Rp pada saat pre nursery PPKS PT. Socfin Indonesia PT. London Sumatera PT. Dami Mas Sejahtera PT. Tunggal Yunus Estate 15 PT. Bina Sawit Makmur PT. Bakti Tani Nusantara 18 Potensi Produksi Rencana Produksi Gambar 28. Rencana dan Potensi Produksi Kecambah Kelapa Sawit Dalam Negeri Tahun 10 (Deptan, 10a)
6 56 Bahan tanaman hasil kultur jaringan di PPKS dijual dengan harga Rp untuk bibit umur 3-8 bulan dan Rp untuk bibit siap tanam. Bahan tanaman yang berasal dari kultur jaringan cukup mahal jika dibandingkan dengan harga kecambah maupun bibit hasil perbanyakan konvensional. Hal tersebut disesuaikan dengan kualitas bahan tanaman maupun biaya produksi yang saat ini masih relatif tinggi untuk perbanyakan kultur jaringan. Keunggulan Perbanyakan Bahan Tanaman Bahan tanaman kelapa sawit merupakan investasi bagi perusahaan dan para pengusaha perkebunan. Umumnya perusahaan dan pengusaha perkebunan tidak ingin mengambil resiko kerugian yang tinggi dalam memilih bahan tanaman. Salah satu cara agar mengurangi resiko kerugian adalah dengan memilih bahan tanaman yang baik. Menurut Lubis (1993) bahan tanaman (benih) yang baik adalah bahan tanaman yang menghasilkan tanaman bermutu, berproduksi tinggi dan memiliki sifat skunder yang baik atau unggul serta telah dilepas pemerintah secara resmi. Lubis (1993) menambahkan bahwa varietas bahan tanaman (benih) kelapa sawit yang baik/ unggul adalah : berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, umur genjah, memiliki produksi dan kualitas yang tinggi, respon terhadap perlakuan yang diberikan, memiliki umur ekonomis cukup panjang (25-30 tahun), tahan terhadap hama dan penyakit dan toleran terhadap lingkungan (ekologi). Benih yang baik dihasilkan oleh Pusat Sumber Benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk pemerintah. Saat ini pengadaan bahan tanaman yang banyak digunakan oleh Sumber Penghasil Benih adalah melalui pengadaan bahan tanaman secara konvensional, termasuk PPKS. Walaupun hasil bahan tanaman banyak diminati karena harga yang relatif murah, terjangkau dan memiliki kualitas yang baik, namun perbanyakan secara konvensional tidak semudah seperti tanaman lain dan memiliki hambatan di masa depan, terutama mengenai keterbatasan lahan yang semakin sempit. Pengadaan bahan tanaman secara konvensional membutuhkan
7 57 lahan yang luas dan SDM yang besar untuk produksi. Selain itu, pengadaan bahan tanaman secara konvensional sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan rentan terhadap hama penyakit. PPKS saat ini telah memiliki program dan rencana untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam di masa depan. Salah satu program tersebut adalah dengan perbanyakan secara kultur jaringan. Adapun keuntungan pemanfaatan kultur jaringan yaitu : pengadaan bibit tidak tergantung musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif cepat, bibit yang dihasilkan seragam, bibit yang dihasilkan bebas penyakit, biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah, dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit dan deraan lingkungan lainnya. Menurut Pahan (08) penggunaan teknik kultur jaringan menjanjikan harapan yang sangat besar. Dengan cara ini, akan dihasilkan tanaman kelapa sawit yang mampu berproduksi 30% lebih banyak dari tanaman biasa. Kultur jaringan akan mempercepat proses seleksi tanaman perkebunan yang berumur panjang. Dengan teknik pemuliaan tanaman konvensional, PT. Socfindo menghasilkan kecambah legitim dari 3 siklus RRS (8 tahun per siklus) untuk meningkatkan potensi hasil 15-% per siklus. Beberapa ahli memperkirakan kultur jaringan dapat mempercepat pembiakan dan proses seleksi tanaman kelapa sawit sampai 30 kali lebih cepat. Bahan tanam asal kultur jaringan berpotensi meningkatkan produksi Minyak Kelapa Sawit (MKS) dari 2-5 ton/ ha/ tahun menjadi sampai ton/ ha/ tahun. Pengadaan bahan tanaman dengan kultur jaringan di PPKS masih banyak mengalami kendala, antara lain masalah perakaran planlet. Umumnya tipe perakaran yang paling banyak ditemui adalah tipe B dan C. Ini akan mempengaruhi keberhasilan planlet pada saat aklimatisasi. Menurut Yusnita (03) tahap aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol berkelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahanya lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat
8 58 heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan. Keunggulan bibit Marihat klon dengan bibit yang berasal dari benih adalah tanaman dari Marihat klon lebih seragam pertumbuhannya dan memiliki potensi produksi yang lebih tinggi, berkisar % dibanding tanaman dari bibit pada umumnya. Pahan (08) menyatakan bahwa walaupun teknik kultur jaringan menjanjikan banyak harapan, penerapan teknik kultur jaringan untuk perkebunan skala besar perlu berhati-hati. Perbanyakan dengan kultur jaringan memberikan keragaman genetik yang kecil (bahkan bisa dikatakan seragam). Keadaan ini dapat menimbulkan kerawanan genetik (genetic vulnerability) yang sangat berbahaya terhadap serangan hama dan pennyakit (epidemi). Untuk mengurangi keadaan ini penanaman ramet sebaiknya diambil dari beberapa jenis klon berbeda. Teknik kultur jaringan ternyata juga tidak memberikan jaminan bahwa ortet yang dihasilkan akan selalu sesuai dengan tetuanya (true to type). Hal ini terutama bila proses embriogenesis, yaitu proses pemberntukan embrioid (embrio vegetatif), harus melalui fase kalus. Fenomena timbulnya keragaman ini disebut keragaman somaklonal (somaclonal variation). Selain masalah keragaman somaklonal, penerapan teknik kultur jaringan pada beberapa varietas unggul kelapa sawit juga masih menghadapi masalah penuaan sel sehingga diferensiasi sel dan proses embriogenesis mengalami kegagalan (Pahan, 08). Yusnita (03) menambahkan bahwa teknik kultur jaringan juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu, dibutuhkan biaya awal yang relatif tinggi untuk laboratorium dan bahan kimia, dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya, dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik, dan terbiasa hidup ditempat berkelembaban tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal. Pengujian Perbandingan Bobot Tandan dan Jumlah Biji per Tandan antara Anak Daun ormal dengan Anak Daun Menggulung pada Tanaman Kelapa Sawit Hasil analisis statistik mengenai evaluasi rata-rata jumlah biji per tandan dan rata-rata bobot tandan per tanaman antara anak daun normal dan anak daun menggulung tidak berbeda nyata (Tabel 6). Menurut Pahan (08) ada tiga faktor
9 59 yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sepanjang hidupnya, yaitu (1) innate, faktor yang terkait dengan genetik tanaman. Faktor ini bersifat mutlak dan sudah ada sejak mulai terbentuknya embrio, (2) induce, faktor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang terkait dengan keadaan buatan manusia (artifisial), (3) enforce, faktor lingkungan (alam) yang bisa bersifat merangsang dan/atau menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurunnya produksi diduga akibat beberapa hal, antara lain: faktor genetis (inbreeding depression), sanitasi yang kurang baik, bunga terganggu oleh hama atau penyakit dan penyerbukan yang kurang sempurna (tidak merata). Menurut Lubis (1989) pada penyerbukan bantuan (assisted pollination) umumnya hanya bakal buah yang letaknya dilapisan luar dari tandan bunga yang mendapat tepung sari. Apabila tandan seperti itu sudah matang dan kemudian dipanen akan kelihatan dengan jelas banyak bakal buah yang busuk. Salah satu penyebabnya ialah karena ketiadaan tepung sari sebagai akibat ketidaksempurnaan penyebaran sehingga putik bunga tidak dapat berkembang menjadi buah normal. Rata-rata bobot tandan dan rata-rata jumlah biji per tandan antara anak daun normal dan anak daun menggulung disajikan pada Lampiran 10. Tabel 6. Hasil Uji-t Jumlah Biji per Tandan dan Bobot Tandan antara Anak Daun Normal dan Anak Daun Menggulung No Peubah (n) Jumlah biji per tandan (Butir) tn Rataan Bobot tandan (kg) tn 1 Anak Daun Normal Anak Daun Menggulung Sumber : data panen dari Divisi Produksi Keterangan : tn berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% n adalah jumlah contoh
Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung
LAMPIRA 64 65 Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung Anak daun menggulung a. Anak daun menggulung Anak daun normal b. Anak Daun Normal 66 Lampiran 2. Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1.
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia
57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,
Lebih terperinciTI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit
4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang berguna untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Selain itu, kacang tanah merupakan
Lebih terperinciMETODE MAGANG. Tempat dan Waktu
10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN
BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,
Lebih terperinciTentang Kultur Jaringan
Tentang Kultur Jaringan Kontribusi dari Sani Wednesday, 13 June 2007 Terakhir diperbaharui Wednesday, 13 June 2007 Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin
Lebih terperinciPENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN
0 PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA IN VITRO Oleh Diana Apriliana FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciLampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat
LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai
Lebih terperinciHASIL PELAKSA AA KEGIATA MAGA G
21 HASIL PELAKSA AA KEGIATA MAGA G Kegiatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan magang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) meliputi : (1) mengikuti orientasi mengenai divisi-divisi yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Kopi robusta (Coffea canephora piere ex A. Frohner) merupakan salah satu tanaman andalan dari komoditas perkebunan Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi.
Lebih terperinciKultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang
AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan
Lebih terperinciTujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit
2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik
Lebih terperinciKULTUR JARINGAN TANAMAN
KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting
Lebih terperinciKultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118
Kultur Jaringan Tanaman Kopi Rina Arimarsetiowati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Kultur jaringan merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu
Lebih terperinciPELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.
PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap
TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan
Lebih terperinciTeknologi Kultur Jaringan Tanaman. Bab I : Pendahuluan 3/24/2011
Teknologi Kultur Jaringan Tanaman Sri Sumarsih Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id
Lebih terperinciREGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.
REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI Oleh: RAHADI PURBANTORO NPM : 0825010009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya
TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya Dengan semakin berkembangnya teknologi pertanian penyediaan benih tidak hanya dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di Indonesia yang diusahakan secara komersial terutama di daerah dataran tinggi. Kentang
Lebih terperinciVI.SISTEM PRODUKSI BENIH
VI.SISTEM PRODUKSI BENIH UNTUK PRODUKSI BENIH MAKA HARUS TERSEDIA POHON INDUK POPULASI DURA TERPILIH POPULASI PISIFERA TERPILIH SISTEM REPRODUKSI TANAMAN POLINASI BUATAN UNTUK PRODUKSI BENIH PERSIAPAN
Lebih terperinciTUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan
TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan ANGGOTA KELOMPOK 1: Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PROGRAM
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit. Tabel 13. Produksi Kecambah Kelapa Sawit tahun 2008
PEMBAHASAN Produksi Dan Pemasaran Benih Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil sekaligus penyalur benih kelapa sawit unggul mampu menghasilkan 40 juta kecambah setiap tahunnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. Namun akhir-akhir ini ekosistem hutan luasnya sudah sangat berkurang. Melihat hal ini pemerintah menggalakkan
Lebih terperinciPeluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar. dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan
PENDAHULUAN Latar Belakang Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan salah satu penentu perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber devisa non-migas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa utama di Indonesia setelah kelapa sawit dan karet. Pada tahun 2010, total eksport kopi Indonesia
Lebih terperinciTeknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012
Teknik Kultur In Vitro Tanaman Sri Sumarsih Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id
Lebih terperinciTEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN
TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants Endin Izudin Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Jl. Palagan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai eksport
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vanilla planifolia Andrews atau panili merupakan salah satu tanaman industri yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting peranannya
Lebih terperinciBenih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)
SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI
PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI Oleh : SILTA RESLITA BR GINTING 0925010003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO
PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh: Uswatun Khasanah NIM K4301058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas perkebunan terbesar ke empat di Indonesia setelah karet, kelapa sawit dan cokelat (BPS, 2013). Komoditas tersebut mampu menjadi sumber pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN
BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian kultur jaringan, mampu menguraikan tujuan dan manfaat kultur jaringan, mampu menjelaskan prospek kultur jaringan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua bagian dari pohon yaitu akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell. merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae yang memiliki pertumbuhan cepat (fast growing species). Spesies ini memiliki sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN perbanyakan tanaman secara vegetatif dan perbanyakan tanaman secara
I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan tanaman secara vegetatif dan perbanyakan tanaman secara generatif. Perbanyakan tanaman secara generatif
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya keanekaragaman tanaman khususnya anggrek. Anggrek yang ada di Indonesia dikategorikan terbesar kedua didunia setelah
Lebih terperinciOleh : Erwin Maulana Farda Arifta Nanizza Lidwina Roumauli A.S Ramlah Hardiani
BIOTEKNOLOGI JAGUNG BT DAN KULTUR JARINGAN PISANG Oleh : Erwin Maulana 115100301111050 Farda Arifta Nanizza 115100301111054 Lidwina Roumauli A.S 115100307111008 Ramlah Hardiani 115100307111006 JURUSAN
Lebih terperinciKombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)
Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Perbanyakan tanaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman Pisang merupakan tanaman berbatang basah, biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Tanaman pisang berakar serabut, akar-akar
Lebih terperinciGAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Kuliah 11 KULTUR JARINGAN GAHARU Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi KULTUR JARINGAN Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan? Teknik menumbuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.
Lebih terperinciBenih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)
Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan
TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in vitro yang menggunakan
Lebih terperinciPenyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4
Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciLABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA
LABORATORIUM BIAK SEL DAN MIKROPROPAGASI TANAMAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN BIOINDUSTRI INDONESIA Lokasi Terletak di dalam Kebun Percobaan Ciomas, Jalan Jabaru II No. 21, Ciomas, Bogor 16119, sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor anggrek maupun masyarakat pada umumnya. Anggrek menjadi daya tarik tersendiri karena bunganya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke
Lebih terperinciMateri 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan. Benyamin Lakitan
Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan Benyamin Lakitan Bahan Tanam Bahan tanaman adalah organ utuh atau potongan organ atau tanaman muda yang digunakan sebagai bahan yang ditanam untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop
PENDAHULUAN Latar Belakang Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Salah satu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang mempunyai potensi cukup tinggi untuk dikelola secara intensif dengan berorientasi agribisnis,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio
Lebih terperinciPerbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)
Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sebagai salah satu daerah penghasil kopi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi biji kopi di Indonesia (Ibrahim et al., 2012). Pada tahun 2013, produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari nilai ekspor kopi pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia karena rasanya yang enak, kandungan gizinya tinggi, dan mudah didapat (Satuhu
Lebih terperinciREGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK
MODUL - 3 DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK Oleh: Pangesti Nugrahani Sukendah Makziah RECOGNITION AND MENTORING PROGRAM PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya Brasil (Lingga dkk., 1986 ; Purwono dan Purnamawati, 2007). Ubi kayu yang juga dikenal sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae
Lebih terperinciPedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004
Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman anggrek, sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu anthos yang berarti bunga dan oura yang berarti ekor. Tanaman asli Amerika Selatan ini sekerabat dengan Aglonema dan Keladi.
Lebih terperinciPembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin
Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Nikman Azmin Abstrak; Kultur jaringan menjadi teknologi yang sangat menentukan keberhasilan dalam pemenuhan bibit. Kultur jaringan merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Phalaenopsis
TINJAUAN PUSTAKA Phalaenopsis Keluarga tanaman anggrek terdiri dari 900 marga. Marga tersebut yang telah dikenal sekarang diperkirakan 50 000 jenis, diantaranya kurang lebih 5000 jenis anggrek terdapat
Lebih terperinci