PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN RANI KURNILA. Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacquin) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh MARYATI SARI dan ENY WIDAJATI). Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 12 Juni 2009 di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk (1) melatih kemampuan teknis dan manajemen mahasiswa untuk bekerja secara profesional di bidang produksi benih kelapa sawit dan mengetahui cara memproduksi benih kelapa sawit, (2) meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari pengendalian mutu produksi benih kelapa sawit, terutama (1) pengaruh kriteria dan panjang kecambah terhadap vigor bibit dan (2) pengaruh umur tanaman induk terhadap produksi dan mutu benih. Metode magang yang digunakan selama mengikuti kegiatan magang di PPKS adalah metode umum dan metode khusus. Metode umum adalah : (1) bekerja secara aktif di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT), (2) mengumpulkan data sekunder yang berguna untuk penulisan skripsi meliputi lokasi, letak geografis kebun, keadaan iklim, luas kebun, luas areal, organisasi serta manajemen kebun produksi benih, dan (3) wawancara dengan berbagai sumber di Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Sedangkan metode khusus adalah melakukan dua evaluasi berkaitan dengan mutu benih yaitu : (1) evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery. Peubah yang diamati adalah persentase hidup bibit, tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang. (2) evaluasi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih yang Dihasilkan. Peubah yang diamati adalah bobot tandan, jumlah calon benih dan jumlah benih baik. Hasil evaluasi pengaruh kriteria dan panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit di pre nursery menunjukkan bahwa panjang kecambah berpengaruh nyata terhadap persentase hidup dan pertumbuhan bibit. Kecambah yang sudah dapat dibedakan plumula dan radikula memiliki persentase hidup dan pertumbuhan bibit di pembibitan lebih baik dibandingkan kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya. Kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya belum siap untuk ditanam di pembibitan. Pengaruh umur tanaman terhadap produksi dan mutu benih yang dihasilkan menunjukkan terdapat kecenderungan peningkatan bobot tandan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Jumlah calon benih dan jumlah benih baik yang dihasilkan meningkat sampai tanaman berumur 16 tahun.

3 PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor RANI KURNILA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

4 Judul : PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA Nama : RANI KURNILA NRP : A Menyetujui Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Maryati Sari, SP. MSi Dr. Ir. Eny Widajati, MS NIP : NIP : Mengetahui Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP : Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Jati, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 24 Juni Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Afdal dan Ibu Amna Yuliati. Tahun 1999 penulis lulus dari SD N 19 Koto Kecil, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP N 4 Ampang Gadang, Kecamatan Guguk, Kabupaten Lima puluh Kota, Sumatera Barat. Selanjutnya penulis lulus dari SMA N 1 Suliki pada tahun Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti kepanitian pada organisasi kampus seperti panitia FESTA 2007, U- CUP 2007 dan Bina Generasi Agronomi dan Hortikultura angkatan 43. Selain itu penulis juga aktif pada Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu IKMP (Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Payakumbuh) yang ada di Bogor.

6 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacquin) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. Sholawat beserta salam tak lupa juga penulis sampaikan kepada tauladan umat, Rasulullah SAW beserta keluarganya. Skripsi ini ditulis berdasarkan kegiatan magang di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat yang penulis laksanakan selama empat bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda Afdal dan Ibunda Amna Yuliati yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil selama penulis menempuh kegiatan perkuliahan di IPB. 2. Maryati Sari, SP. MSi dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing penulis dalam pelaksanaan magang dan penulisan skripsi. 3. Dr. Ir. Sudradjat, MS dan Dr. Ir Munif Ghulamahdi, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh kegiatan perkuliahan di IPB. 4. Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 5. Dr. Ir. A. Razak Purba selaku Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS yang telah memberikan izin kepada penulis melaksanakan magang di PPKS Marihat. 6. Ir. Edy Suprianto, MSc yang telah membimbing penulis selama melaksanakan magang di PPKS Marihat.

7 7. Nanang Supena SP, dan Yabani, SP yang telah banyak membimbing dan menyediakan pustaka kepada penulis selama penulis melaksanakan magang di PPKS Marihat. 8. Seluruf staf dan karyawan PPKS yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan magang di PPKS. 9. Bapak Ruslan dan Ibu Nuria Sumanti sebagai bapak dan ibu mess dua yang telah menjaga penulis selama penulis melaksanakan magang di PPKS Marihat. 10. Weri Candra Kartika, Amd atas doa, perhatian, dukungan kepada penulis selama penulis menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi. 11. Seluruh dosen, staf dan pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang telah memberikan pendidikan dan pelayanan terbaik kepada penulis selama menempuh perkuliahan. 12. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 42 sebagai teman sekelas dan seperjuangan atas dukungan, bantuan dan kebersamaan selama kuliah. 13. Adikku Rizki Kurniawan dan seluruh keluarga besar atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis. 14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini. Pada akhirnya harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan. Bogor, November 2009 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Magang... 3 Tujuan Umum... 3 Tujuan Khusus... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Asal Usul dan Penyebaran Kelapa Sawit... 4 Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit... 4 Morfologi dan Fisiologi Kelapa Sawit... 5 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit... 7 Jenis Tanaman Kelapa Sawit... 8 Pemuliaan Kelapa Sawit... 9 Benih Tanaman Kelapa Sawit Proses Produksi Benih Kelapa Sawit Dormansi dan Pengecambahan Benih Kelapa Sawit Pengolahan Benih METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Metode Umum Metode Khusus Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Visi dan Misi Visi Misi Struktur Organisasi Lokasi dan Letak Geografis Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Sarana Penelitian dan Sumber Daya Manusia Kebun Produksi Produk dan Pelayanan PPKS Posisi PPKS pada Perdagangan Benih Kelapa Sawit di Indonesia Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit Mutu Genetik viii ix x

9 Mutu Fisik dan Fisiologis Seleksi Kecambah Siap Salur Pengemasan, Pengiriman dan Penyaluran Kecambah HASIL PELAKSANAAN MAGANG Pengolahan Tandan Benih untuk Analisis Tandan Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit Pembungkusan, Penyerbukan Bunga, Pemanenan dan Pengangkutan Tandan Benih Pembungkusan dan Pemanenan Bunga Jantan Pengujian Viabilitas Tepung Sari Seleksi Benih Penganginan Benih Seleksi dan Perhitungan Kecambah Siap Salur Pengemasan Kecambah Siap Salur Perhitungan Jumlah Kecambah pada Ruang Stock Opname Evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery Evaluasi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih yang Dihasilkan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Viabilitas Beberapa Tepung Sari Persentase Jumlah Benih Total, Benih Baik dan Benih Afkir Jumlah Kecambah pada Ruang Stock Opname tanggal 7 Mei Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah yang Diamati pada 5 hingga 12 MST Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Persentase Hidup Bibit pada 5 hingga 12 MST Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Tinggi Bibit pada 5 hingga 12 MST Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Jumlah Daun Bibit pada 5 hingga 12 MST Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Diameter Batang Bibit pada 5 hingga 12 MST Potensi Produksi Kelapa Sawit... 54

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Reciprocal Recurrent Selection (RRS) Perlakuan Kecambah untuk Evaluasi Struktur Organisasi PPKS Produksi Kecambah Produsen Benih Kelapa Sawit di Indonesia Konsumen Pusat Penelitian Kelapa Sawit Penjualan Bahan Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit Berdasarkan Varietas yang Dihasilkan Struktur Benih Kelapa Sawit Ruang Perkecambahan Kecambah Kelapa Sawit Pengemasan Kecambah Siap Salur Box Plastik Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit Pembungkusan Bunga Betina Bunga Betina Antesis Benih Afkir Penganginan Benih Perbandingan Kecambah Normal, Kecambah Abnormal, Kecambah Tumbuh Panjang, Benih Tidak Tumbuh dan PTM dengan Menggunakan Tray dan Kantong Plastik sebagai Wadah Pengecambahan Pengemasan Kecambah Siap Salur Hubungan Umur Tanaman Induk dengan Bobot Tandan Tanaman Hubungan Umur Tanaman Induk dengan JCB dan JBB... 54

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Magang Penulis Data Klimatologi Kebun Pembibitan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Produksi Kecambah Produsen Benih Kelapa Sawit di Indonesia Data Produksi Kecambah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Penjualan Kecambah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun 2008 Berdasarkan Pengguna/Konsumen Penjualan Kecambah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun 2008 Berdasarkan Varietas Sidik Ragam Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Persentase Hidup pada 5 hingga 12 MST Sidik Ragam Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Tinggi Bibit pada 5 hingga 12 MST Sidik Ragam Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Jumlah Daun pada 5 hingga 12 MST Sidik Ragam Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Diameter Batang pada 5 hingga 12 MST... 70

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacquin) merupakan penyumbang devisa negara yang cukup penting. Volume ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu menjadi ton dengan nilai ekspor sebesar US$ dibandingkan dengan tahun 2003 sebesar ton dengan nilai ekspor US$ (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Tingginya peranan kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak swasta berlomba-lomba untuk berperan dalam pengembangan kelapa sawit. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Data Departemen Pertanian (2008) menunjukkan terjadi peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit selama 28 tahun dari ha pada tahun 1980 menjadi ha pada tahun Menurut Setyamidjaja (2006) kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan, karena beberapa tahun yang akan datang selain digunakan untuk minyak goreng, mentega, sabun dan kosmetika minyak sawit juga dapat dijadikan sebagai substitusi bahan bakar minyak. Salah satu cara untuk menjamin pengembangan kelapa sawit di Indonesia adalah menjamin ketersediaan benih unggul dan bermutu. Data Direktorat Jenderal Perkebunan (2008a) menunjukkan prakiraan ketersediaan benih dalam negeri pada tahun adalah ± 160 juta benih, sedangkan permintaan terhadap benih kelapa sawit dalam negeri adalah ± 230 juta benih. Oleh karena itu masih terdapat kekurangan benih kelapa sawit sekitar ± juta benih. Pemerintah telah menetapkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai salah satu produsen sekaligus penyalur resmi benih kelapa sawit untuk membantu dan memenuhi kebutuhan benih kelapa sawit dalam negeri. Penetapan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. KB 320/261/KPTS/5/1984. Penetapan PPKS sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit di Indonesia mendorong dan mengharuskan PPKS meningkatkan kapasitas produksi benihnya sehingga kekurangan benih kelapa sawit di dalam negeri dapat diatasi.

14 Salah satu faktor penentu keberhasilan produksi bahan tanaman unggul kelapa sawit adalah pengendalian mutu pada setiap proses produksi. Pengendalian mutu dalam kegiatan produksi benih kelapa sawit di PPKS dimulai dari pengelolaan pohon induk dan pohon bapak sampai pada penyaluran benih atau kecambah kepada konsumen. Meskipun ada konsumen yang membeli dalam bentuk benih, sebagian besar benih disalurkan kepada konsumen dalam bentuk kecambah (germinated seed). Hal ini dikarenakan benih kelapa sawit mengalami dormansi yang cukup lama. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi. Dormansi adalah suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah meskipun benih itu normal dan kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Dengan adanya dormansi pada benih kelapa sawit maka diperlukan pengetahuan khusus mengenai sifat, penyebab serta teknik pemecahannya. Oleh karena itu untuk memudahkan konsumen maka benih kelapa sawit sebagian besar disalurkan dalam bentuk kecambah. Kecambah yang disalurkan kepada konsumen harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk menjamin mutu bibit yang dihasilkan. Kriteria kecambah siap salur yang digunakan PPKS adalah (1) kecambah tumbuh sempurna, (2) plumula dan radikula sudah dapat dibedakan (berbentuk seperti huruf T), (3) plumula dan radikula tumbuh berlainan arah (4) plumula dan radikula tampak segar, (5) kecambah tidak berjamur dan (6) panjang plumula dan radikula maksimum 2 cm. Kepuasan konsumen merupakan prioritas utama PPKS. Oleh karena itu PPKS membentuk Divisi Quality Control/Quality Ansurance (QC/QA) untuk menjamin mutu kecambah yang dihasilkan. Peran QC/QA dimulai dari pengelolaan pohon induk dan pohon bapak hingga pengemasan kecambah. Meskipun QC/QA telah bekerja sebaik mungkin, karena tingginya permintaan kecambah kelapa sawit pada tahun 2008 PPKS meloloskan penyaluran kecambah yang belum berbentuk seperti huruf T kepada konsumen sehingga banyak kecambah yang tidak tumbuh setelah ditanam di pembibitan. Hal tersebut menimbulkan keluhan dari konsumen sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap pengaruh kriteria dan panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit di pre

15 nursery. Evaluasi ini merupakan salah satu kegiatan penulis selama melaksanakan kegiatan magang. Selain itu, penulis juga melakukan evaluasi terhadap produksi dan mutu benih dari varietas Simalungun. Sampel yang digunakan diambil dari data panen bulan Februari Maret tahun Berdasarkan data tersebut, penulis melakukan evaluasi terhadap pengaruh umur tanaman terhadap produksi dan mutu benih kelapa sawit yang dihasilkan. Tujuan Magang Tujuan Umum Melatih kemampuan teknis dan manajemen mahasiswa untuk bekerja secara profesional dibidang produksi benih kelapa sawit dan mengetahui cara memproduksi benih kelapa sawit di PPKS. Meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Tujuan Khusus Mempelajari pengendalian mutu produksi benih kelapa sawit, terutama pengaruh kriteria dan panjang kecambah terhadap vigor bibit, serta pengaruh umur tanaman induk terhadap produksi dan mutu benih yang dihasilkan.

16 TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika tepatnya dari kawasan Nigeria di Afrika Barat. Penyebaran kelapa sawit dari daerah asalnya secara tidak langsung terkait dengan perdagangan budak dari Afrika pada abad pertengahan. Setelah Colombus menemukan benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia, tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan baru oleh usaha-usaha bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda (Setyamidjaja, 2006). Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya dibawa oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan sebagai tanaman koleksi pada tahun Oleh karena itu tanaman kelapa sawit yang ada di Kebun Raya Bogor ini dianggap sebagai nenek moyang tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2006). Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) secara taksonomi kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo : Spadiciflorae (Arecales) Famili : Palmae Sub family : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Nama Elaeis guineensis diberikan olah Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa

17 sawit berasal dari Guinea (Afrika). Jenis-jenis lain dari marga Elaeis antara lain adalah E.madagascariensis Becc dan E. melanococca Gaertn. Morfologi dan Fisiologi Kelapa Sawit Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangnya dapat mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula muncul akar lainnya yang berfungsi mengambil air dan hara lainnya dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada endosperm. Akar ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer (utama) yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) beberapa bulan kemudian. Akar ini tumbuh 45 derajat vertikal ke bawah berfungsi mengambil air dan makanan. Dari akar primer tersebut tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tertier dan kwarter yang berada dekat pada permukaan tanah. Akar tertier dan kwarter inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam tanah (Lubis, 2008). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun (frond base). Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang atau bowl. Sampai umur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas. Karena sifatnya yang phototropi dan heliotropi (menuju arah cahaya matahari) maka pada keadaan terlindung tumbuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameter (tebal) batang akan lebih kecil (Lubis, 2008). Daun kelapa sawit bersirip genap, dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m tergantung pada umur tanaman kelapa sawit. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1.2 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara pasang dan dalam satu pohon terdapat pelepah daun (Setyamidjaja, 2006). Tandan bunga terletak di ketiak daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun.

18 Primordia bakal bunga terbentuk sekitar bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Jika tanaman kelapa sawit tumbuh kerdil, maka pertumbuhan bunganya lebih lambat daripada tanaman yang tumbuh subur (Setyamidjaja, 2006). Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan kelapa sawit termasuk monocious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang bisa ditemukan dalam satu tandan bunga yang bisa disebut dengan bunga banci (hemaprodit). Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk secara silang dan menyerbuk sendiri (Risza, 1994). Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah antara hari sebelum antesis. Antesis bunga betina tidak serentak. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3-5 hari atau lebih. Satu tandan bunga betina memiliki spikelet dan tiap spikelet memiliki bunga betina. Tidak semua bunga betina tersebut akan berhasil membentuk buah sempurna yang matang terutama dibagian dalam. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman tua berkisar antara 8 12 tandan/ pokok/tahun (Lubis, 2008). Tandan bunga jantan (infloressensia) juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan antesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki spikelet yang panjangnya cm dan diameter cm. Tiap spikelet berisi bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Tandan bunga yang sedang antesis berbau amis (khas). Pada tanaman muda jumlah bunga jantan per pokok sedikit dibanding dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman (Lubis, 2008). Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah yang terletak di sebelah dalam tandan berukuran lebih kecil dan bentuknya kurang sempurna dibandingkan dengan yang berada di luar tandan. Pada satu buah terdapat susunan sebagai berikut :

19 1. Kulit buah (exocarp) yang selama 3 bulan setelah penyerbukan warnanya masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3 6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi kuning. 2. Daging buah (pulp, mesocarp) yang pada 3 bulan pertama tersusun dari air, serat, klorofil, dan tiga bulan berikutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten. 3. Cangkang (tempurung) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah berumur 3 bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih menjadi coklat muda kemudian coklat. 4. Inti (endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya padat serta agak keras Cangkang dan inti merupakan biji kelapa sawit. Di dalam biji terdapat embrio yang panjangnya 3 mm dan berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris. Inti merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada pertumbuhan atau perkecambahan, embrio akan keluar melalui lubang yang terdapat pada cangkang (germpore) dengan membentuk akar (radikula) dan batang (plumula) (Setyamidjaja, 2006). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan suhu maksimum 33 ºC dan suhu minimum 22 ºC sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3) dan curah hujan optimal berkisar antara mm. Ketinggian tempat yang optimal untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m di atas permukaan laut (dpl). Apabila ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl maka areal ini tidak disarankan untuk pengembangan kelapa sawit ( Buana et al., 2006). Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0-8 %. Jika suatu wilayah topografinya bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8-30 %) tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik tetapi

20 harus melakukan tindakan pengelolaan tertentu seperti dengan pembuatan teras (Buana et al., 2006). Kondisi tanah yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai liat masif. Beberapa karakteristik tanah yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk kelapa sawit meliputi batuan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah dan tingkat kemasaman tanah (Buana et al., 2006). Tekstur tanah yang paling ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika > 100 cm. Kemasaman ph tanah yang optimal adalah berkisar diantara 5,0 6,0 namun kelapa sawit masih toleran terhadap ph < 5,0 misalnya pada ph 3,5 4,0 (pada tanah gambut) (Buana et al., 2006). Jenis Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang, yaitu dura, pisifera, dan tenera (Setyamidjaja, 2006). 1. Tipe Dura (D) Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesocarp) tipis, cangkang (endocarp) tebal (2 8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah % dengan rendemen minyak %. 2. Tipe Pisifera (P) Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga kelapa sawit tipe Pisifera biasanya sterile. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai "pohon bapak" dalam persilangan dengan tipe Dura. 3. Tipe Tenera (T) Tipe ini merupakan hasil persilangan antara tipe Dura dan Pisifera. Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini

21 mempunyai tebal cangkang mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak seperti Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah %, rendemen %. Bahan tanaman kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan komersial merupakan benih hasil penyerbukan buatan antara pohon induk dura (D) dengan pisifera (P). Berkaitan dengan tingkat produktivitas minyak, kelapa sawit tipe tenera memiliki proporsi kandungan minyak di dalam mesocarp 30 % lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura. Hal ini dapat dipahami karena persentase mesocarp per buah tipe tenera lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura, dan memiliki sifat heterosis (hybrid vigor) hasil persilangan dura x pisifera. Lain halnya dengan kelapa sawit tipe pisifera, meskipun persentase mesocarp per buahnya sangat tinggi, tetapi karena sebagian besar memiliki sifat mandul betina (female sterile), kelapa sawit tipe ini tidak digunakan sebagai bahan tanaman. Selain benih, bahan tanaman kelapa sawit juga dapat diperoleh dari hasil perbanyakan secara vegetatif melalui metode kultur jaringan, dan dikenal sebagai klon kelapa sawit (Latif, 2006). Pemuliaan Kelapa Sawit Pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individu-individu terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan pohon yang pertumbuhan tingginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan baik, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, tangkai tandan buah lebih pendek, serta adaptasi tanaman baik (Lubis, 2008). Dalam melaksanakan program pemuliaan metode yang banyak digunakan adalah metode Reciprocal Reccurent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS adalah suatu skema yang sangat menarik baik untuk program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa sawit. Hal ini dikarenakan : (1) pemilihan tetua untuk memproduksi hibrida komersil didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya hibridahibrida yang telah diuji yang disalurkan kepada konsumen, (2) skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan

22 terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat direproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan dura di seleksi dura dan berbagai persilangan tenera/pisifera di seleksi tenera (Purba et al.,1997). Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup A dan B yang dicirikan dengan : Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit tetapi dengan tandan yang besar. Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran relatif lebih kecil. Dua grup tersebut menjadi populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan suatu tahapan evaluasi melalui pengujian keturunan (progeny test). Tujuan pengujian keturunan adalah untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung khusus dari tetua yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih. Selain itu, pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan selanjutnya. Dengan rekombinasi diharapkan dapat dihasilkan suatu populasi dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya (Purba et al.,1997). Skema program pemuliaan dengan menggunakan metode RRS dapat dilihat pada Gambar 1.

23 Populasi Dura Populasi Tenera/Pisifera D 1,D 2,D 3 Pengujian Progeni DxP, DxT P 1,P 2,P 3,T 1,T 2. Dura terpilih Selfing/crossing Pisifera/Tenera terpilih Selfing/crossing Introduksi Produksi Kecambah D x P Introduksi Populasi Dura hasil Rekombinasi Populasi Pisifera/ Tenera hasil reombinasi D 1 x D 2 D 2 x D 3 Pengujian Progeni D x P, D x T P 1 x P 2 P 3 x P 4, T 1 x T 2 Gambar 1. Skema Reciprocal Reccurent Selection (RRS)

24 Benih Tanaman Kelapa Sawit Benih yang baik adalah benih penghasil tanaman yang bermutu, berproduksi tinggi, memiliki sifat sekunder yang baik atau unggul, serta telah dilepas Pemerintah secara resmi. Pada UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dikatakan bahwa benih bermutu jika varietasnya benar dan murni serta mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu pada kelasnya. Menurut Lubis (1993) pada tanaman kelapa sawit varietas benih yang baik atau unggul adalah (1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, (2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan (3) umur genjah, (4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, (5) respon terhadap perlakuan yang diberikan, (6) memiliki umur ekonomis cukup panjang, (7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan (ekologi), dan (8) benih tersebut dihasilkan oleh Pusat Sumber Benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk Pemerintah. Latif (2006) menyatakan karakteristik tanaman induk yang menjadi standar kriteria seleksi untuk produksi benih adalah : 1. Produksi tandan buah segar (TBS) 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rerata selama 3 tahun produksi. 2. Rendemen pabrik 23 % yang dihitung berdasarkan hasil rendemen laboratorium x 0, Pertumbuhan meninggi 80 cm/tahun, yang diukur setelah tanaman berumur 6 tahun setelah tanam. Proses Produksi Benih Kelapa Sawit Tahapan produksi benih kelapa sawit, dalam hal ini kecambah, adalah mencakup seluruh proses mulai dari pemilihan pohon induk dan pohon bapak sampai pengemasan untuk dikirim ke konsumen. Pada sumber benih kelapa sawit semua tahap tersebut diawasi dengan ketat agar kualitas mutu bahan tanam dapat dijamin (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008b).

25 Pada sub sistem seed garden, pohon induk terpilih adalah pohon-pohon elit yang teruji kemampuannya untuk menghasilkan turunan DxP. Pelaksanaan polinasi terkendali di seed garden merupakan penentu dalam pengelolaan pohon induk. Lembaga riset/produsen benih umumnya sangat menyadari bahwa kontaminasi dura yang tinggi, sebagai akibat polinasi yang kurang terkendali, sangat merugikan pelaku agribisnis kelapa sawit di kemudian hari. Untuk itu, lembaga riset/produsen benih menaruh perhatian yang sangat tinggi dalam pengelolaan pohon induk dan polinasi sehingga bahan tanaman unggul DxP yang diterima pelanggan memiliki kemurnian sangat tinggi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Kepedulian mutu bahan tanaman juga terjaga saat penyiapan benih maupun pada saat pemprosesan kecambah. Identitas bahan tanaman sangat terjaga dan dapat ditelusuri kebenarannya. Kepedulian akan mutu ini tercermin pada implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000 oleh seluruh lembaga riset/produsen benih kelapa sawit Indonesia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007). Dormansi dan Pengecambahan Benih Kelapa Sawit Benih kelapa sawit termasuk benih yang mengalami dormansi cukup lama sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Sementara itu, perkebunan membutuhkan benih yang lebih cepat untuk berkecambah. Pemecahan dormansi dapat dilakukan pada suhu 40 ºC selama 80 hari. Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu perkecambahan jika diberikan selama atau setelah proses pemanasan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Benih kelapa sawit termasuk ke dalam benih rekalsitran sehingga tidak tahan disimpan dalam suhu dingin dibawah 5 ºC dan akan mati apabila kadar airnya berada di bawah 12,5 % (Chin & Robert, 1980). Lubis (2008) menambahkan kadar air yang optimal untuk perkecambahan benih kelapa sawit

26 adalah ± 23 %. Kondisi ini dapat terpenuhi dengan cara menyimpan benih di dalam kantong plastik dan menempatkanya di ruang perkecambahan yang suhunya dapat tetap dikontrol. Pengolahan benih Pengolahan benih sebagai suatu kegiatan diantara kegiatan lainnya dalam teknologi benih, adalah jelas mempunyai arti yang sangat penting. Hasil pengolahan benih menentukan kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitas pertumbuhannya serta meningkatkan produknya, baik kuantitas maupun kualitas. Pengolahan benih yang dilakukan dengan perlakuan-perlakuan yang baik, sesuai dengan ketentuan yang diharuskan, akan dapat memberikan jaminan sebagai berikut : (1) jaminan kepada para peneliti dan mereka yang telah mengusahakan bidang perbenihan, sesuai dengan jerih payahnya untuk menciptakan varietas unggul dan atau peningkatan hasil yang sangat diharapkan, (2) kepuasan pada para pemakai benih, yang selalu mengharapkan diperolehnya benih yang baik, demi usaha taninya dan demi tercapainya peningkatan produk (kuantitas dan kualitas), (3) kelegaan pada masyarakat dan pemerintah karena dengan terciptanya benih-benih varietas unggul, berbagai produk pertanian akan meningkat (kuantitas dan kualitas), yang berarti tersedianya cukup pangan bagi masyarakat, sehingga tidak perlu menggantungkan pada impor (Kartasapoetra, 1992). Pengolahan benih kelapa sawit meliputi sejumlah kegiatan yang dimulai setelah tandan benih dipanen sampai benih menjadi kecambah. Kegiatan tersebut meliputi penerimaan tandan, pencincangan, fermentasi, pengupasan daging buah, penirisan, seleksi benih, perlakuan pemanasan serta pengecambahan benih kelapa sawit (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008b).

27 METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2009 yang bertempat di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan selama mengikuti kegiatan magang adalah metode umum dan metode khusus. Metode Umum Metode umum yang digunakan adalah : (a) bekerja secara aktif di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT). Kegiatan yang dilakukan penulis selama magang dapat dilihat pada Lampiran 1. (b) mengumpulkan data sekunder yang berguna untuk penulisan skripsi meliputi lokasi, letak geografis kebun, keadaan iklim, luas kebun, luas areal, organisasi serta manajemen kebun produksi benih dan, (c) wawancara dengan berbagai sumber di Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Metode Khusus Metode khusus yang digunakan adalah dengan melakukan dua evaluasi yang berkaitan dengan mutu benih yaitu : a. Evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery. Evaluasi ini dijalankan dengan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari empat perlakuan (Gambar 2) yaitu : P0 : kecambah yang belum dapat dibedakan antara plumula dan radikula P1 : panjang kecambah (plumula dan radikula) cm P2 : panjang kecambah (plumula dan radikula) cm P3 : panjang kecambah (plumula dan radikula) 1 2 cm

28 (RAL). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap P0 P1 P2 P3 Gambar 2. Perlakuan Kecambah untuk Evaluasi Evaluasi dilaksanakan di pembibitan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat pada bulan Maret sampai dengan Mei Suhu udara rata-rata adalah o C dengan suhu maksimum berada pada bulan April dan minimum pada bulan Maret. Curah hujan rata-rata mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah pada bulan April (Lampiran 2). Pada pembibitan tersebut terdapat naungan 60 %. Media tanam yang digunakan adalah top soil yang diambil dari daerah sekitar areal penelitian. Tanah yang digunakan diayak agar bebas dari rerumputan, sisa-sisa akar/kayu, dan sampah-sampah lainnya. Media yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polybag yang berukuran 22 cm x 14 cm. Polybag diisi hingga ± 2 cm dari permukaan atau bibir polybag. Seminggu sebelum tanam, pengisian tanah ke polybag telah selesai dilaksanakan. Lubang tanam dibuat di tengah polybag dengan ibu jari/tugal sedalam 2 cm. Kecambah ditanam dengan radikula menghadap ke bawah dan plumula menghadap ke atas. Kecambah yang belum dapat dibedakan antara plumula dan radikulanya ditanam dengan cara kecambah yang sudah muncul sedikit posisinya diletakkan dengan posisi menghadap ke atas. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari tergantung curah hujan yang turun, pagi dan sore hari. Tiap kali penyiraman dibutuhkan air sampai dengan kapasitas lapang. Penyiangan gulma dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di polybag dan di sekitar polybag. Penyiangan dilakukan secara manual dan frekuensinya tergantung kepada kecepatan pertumbuhan gulma di lapangan. Pemupukan pertama dilakukan 5 minggu setelah

29 tanam, kemudian pemberian selanjutnya dengan interval 2 minggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea. Pemberian pupuk dengan penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi 0.20 g (2 g/l air) untuk seratus bibit. Rotasi pemupukan dilakukan dua minggu sekali yang dirangkaikan dengan pengamatan. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Pada pengamatan persentase hidup tanaman setiap ulangan terdiri dari 10 kecambah, sedangkan pada pengamatan tinggi bibit, jumlah daun, dan diameter batang setiap ulangan contoh menggunakan 5 tanaman contoh. b. Evaluasi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih yang Dihasilkan. Evaluasi dijalankan dengan menganalisis tanaman induk yang berumur 9, 13, 14, 16, dan 17 tahun dari varietas Simalungun (SMB). Sampel data diambil sebanyak 20 tandan dari masing-masing perlakuan umur yang dikumpulkan dari Divisi Produksi Benih. Pengamatan dan Pengumpulan Data Peubah yang diamati pada evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery adalah : Persentase Hidup Bibit Persentase hidup bibit dihitung mulai dari 5 MST sampai akhir pengamatan (12 MST) dengan cara membandingkan jumlah bibit yang tumbuh dengan total jumlah bibit yang ditanam. Tinggi Bibit Diukur dari pangkal batang di atas tanah sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan penggaris. Jumlah Daun Di hitung jumlahnya dari daun termuda sampai daun tertua. Daun termuda yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna. Diameter Batang Diukur dari pangkal batang dengan menggunakan caliper (jangka sorong).

30 Evalusi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih yang Dihasilkan peubah yang diamati adalah : Bobot tandan tanaman Jumlah calon benih Jumlah calon benih yang dimaksud adalah jumlah benih total yang dihasilkan (jumlah benih afkir ditambah jumlah benih baik). Jumlah benih baik Jumlah benih baik yang dimaksud adalah jumlah semua benih baik yang diperoleh dari selisih antara jumlah benih total dengan jumlah benih afkir. Analisis Data dan Informasi Evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery dianalisis dengan menggunakan uji F. Jika hasil sidik ragam pada uji F diperoleh pengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Evaluasi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih Tanaman yang Dihasilkan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.

31 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Cikal bakal dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Marihat adalah perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang diambil alih oleh Negara menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Bagian penelitian Marihat ini terus dilanjutkan walaupun telah terjadi reorganisasi yang didasarkan jenis komoditi yang diusahakan sehingga terbentuklah yang disebut PPN Karet, PPN Gula, PPN Tembakau, PPN Serat dan PPN Aneka Tanaman. Pada Aneka Tanaman dimasukkan tanaman kelapa sawit, teh, kina, coklat, pinus, kapuk dan lain-lain. Badan Pengawasan Urusan (BPU) melihat bahwa pekerjaan penelitian yang dilakukan masing-masing PPN dalam lingkup PPN Aneka Tanaman perlu diorganisir dengan baik agar terarah dan mencapai hasil maksimum. Atas prakarsa Ir. H. Suherlan, Direktur Teknik/Produksi BPU Aneka Tanaman maka melalui SE No. 57/III/1007/AT/64 yang dikeluarkan pada tanggal 6 juni 1964 dibentuklah Pusat Penelitian Aneka Tanaman Sumatera disingkat dengan PUPENAS berkantor di Marihat, Pematang Siantar (Sumatera Utara) (Lubis, 2008). Berdasarkan Instruksi Dirjen Perkebunan dan BPU Aneka Tanaman masing-masing bernomor 168/D/1967 tanggal 20 Desember 1967 dan No.26/III/1007/AT/67 tanggal 23 Desember 1967 maka semua pohon-pohon induk material seleksi, kebun/blok pengujian dan usaha-usaha penyediaan material tanaman yang ada di masing-masing unit diserahkan pengawasan dan penguasaannya kepada PUPENAS (Lubis, 2008). Pada tahun 1968 nama PUPENAS diganti menjadi Marihat Research Station dan pembinaannya diserahkan kepada Perseroan Negara Perkebunan (PNP) I, II VI, dan VIII. Pada tahun pembinaannya dilakukan Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP) VI dan PNP VII. Pada tahun 1981 sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Penyantun & Pembina yang didasarkan pada Instruksi Menteri Pertanian, nama Marihat Research Station diganti menjadi Pusat Penelitian Marihat yang disingkat dengan PPM (Pusat Penelitian Marihat, 1983).

32 Sesuai dengan surat keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No. 084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada tanggal 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi (Lubis, 2008). Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) dalam suratnya No.03/RA-APPI/11/1996, Pusat Penelitian Perkebunan lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggungjawab kepada Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan pembinaan dan pengawasan dari Dewan Pembina Pusat Penelitian Perkebunan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit merupakan salah satu unit penelitian dari Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) yang anggotanya terdiri dari PT. Perkebunan Nusantara I XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. Dalam kegiatannya, PPKS dibina oleh Dewan Penyantun Pusat Penelitian Perkebunan yang beranggotakan Direktur-Direktur Utama PTP. Nusantara, Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Kepala Badan Litbang Pertanian, Deputi Menteri BUMN Bidang Agro Industri, Kehutanan, Kertas, Percetakan dan Penerbitan, dan Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, yang mewakili kepentingan pemerintah (Lubis, 2008). Visi & Misi Visi 1. Menjadi world-class institution dalam penelitian kelapa sawit yang memainkan peranan penting pada pembangunan industri kelapa sawit nasional dan menjadi acuan perkelapasawitan internasional. 2. Menjadi center of excellence yang dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan pembangunan dan penanganan perkelapasawitan nasional.

33 3. Menjadi institusi penelitian yang mengacu pada business research (hasil penelitiannya dapat dipasarkan secara bisnis dan mandiri dalam pembiayaan) dan menyediakan paket teknologi kelapa sawit yang bermanfaat. Misi 1. Mengembangkan teknologi unggul perkelapasawitan melalui penelitian yang efektif dan efisien dan melakukan kegiatan pelayanan tepat sasaran. 2. Menunjang pengembangan perkelapasawitan nasional melalui penyediaan produk dan jasa pelayanan, dan konsep/pemikiran penanganan masalah kelapa sawit. 3. Mendorong pengembangan SDM, lapangan kerja dan pelestarian sumber daya alam/lingkungan. 4. Menggali potensi usaha sendiri dalam kerangka institusi nirlaba yang memiliki badan hukum, untuk dapat mandiri dan sejahtera secara berkesinambungan. Struktur Organisasi PPKS dipimpin oleh seorang Direktur yang saat ini dipegang oleh Dr.Ir Witjaksana Darmosarkoro. Dalam pelaksanaan kegiatan Direktur PPKS dibantu oleh Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum/SDM, Kepala Bidang Usaha dan Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT). Kepala Bidang Penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian yang masing-masing diketuai oleh seorang Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala Urusan Penelitian. Kepala Biro Umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu Urusan SDM dan Hukum, Urusan Akuntansi dan Keuangan, dan Urusan Rumah Tangga. Kepala bidang Usaha membawahi Unit Usaha Marihat, Unit Usaha Medan, Urusan Pengembangan Usaha dan Promosi, Urusan Pelayanan dan Konsultasi, serta Urusan Laboratorium dan Pelayanan. Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit. Di samping itu, Direktur dibantu oleh Kepala Urusan Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Direktur. Struktur organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.

34 Direktur Ka. Bidang Penelitian Ka. Biro Umum atau SDM Ka. Bidang Usaha Ka. Satuan Usaha Srategis Bahan Tanaman Ka. Urusan Satuan Pengawasan Intern Pemuliaan Tanaman Bioteknologi Tanaman Tanah & Agronomi Engineering & Lingkungan Proteksi Tanaman Pengolahan Hasil Mutu Sosial Ekonomi Kepala Urusan SDM & Hukum Kepala Urusan Akuntansi & Keuangan Kepala Urusan Rumah Tangga Kepala Unit Usaha Marihat Kepala Unit Usaha Medan Urusan Pengembangan Usaha dan Promosi Urusan Pelayanan dan Konsultasi Urusan Laboratorium dan Pelayanan Manager Divisi BRD Manager Divisi Pohon Induk Manager Divisi Produksi Manager Divisi QC/QA Manager Divisi Pemasaran dan Logistik Gambar 3. Struktur Organisasi PPKS

35 35 Lokasi dan Letak Geografis Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat terletak di Marihat, Pematang Siantar kabupaten Simalungun propinsi Sumatera Utara atau 135 km di sebelah selatan Medan. Areal kompleks termasuk dalam konsesi PTP Nusantara IV. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 184 hari dan kisaran suhu minimum 20 C dan maksimum 29 C. Jenis tanah Podzolik dengan ph rata-rata berkisar antara 5,0 6,0. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas S1. Sarana Penelitian dan Sumber Daya Manusia Sebagai sarana pendukung pelaksanaan program penelitian, PPKS memiliki kebun percobaan, rumah kaca, stasiun klimatologi, pabrik kelapa sawit mini dan supermini, laboratorium kultur jaringan tanaman, laboratorium pemuliaan tanaman dan genetika, laboratorium analisis tanah, daun, dan pupuk, laboratorium proteksi tanaman, laboratorium pengujian mutu hasil perkebunan dan laboratorium penelitian teknologi limbah yang dilengkapi dengan peralatan modern. Sumber daya manusia yang dimiliki Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat adalah 290 orang dengan rincian 27 orang staf dengan pendidikan Diploma - Doktor dan 263 orang karyawan (SD - SMA), sedangkan jumlah karyawan harian lepas dan karyawan kontrak yang dimiliki PPKS marihat adalah 444 orang ( SD Sarjana). Kebun Produksi Kebun produksi yang dimiliki Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah ha dengan rincian ha untuk pohon induk dan ha untuk pohon bapak. Jumlah pohon induk yang masih produktif hingga bulan maret 2009 adalah

36 3 539 pohon dan pohon bapak 153 pohon. Lokasi kebun produksi benih unit marihat adalah Bah Jambi, Balimbingan Benoa dan Dalu-Dalu (Riau). Selain untuk produksi kecambah/benih PPKS Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Lokasi kebun tersebut tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun komersil yang dimiliki adalah ha tetapi yang produktif hanya ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat No Sub station Lokasi Luas (ha) Produktif (ha) Keterangan 1 Sijambu-Jambu Sumatera Utara DxP 2 Teluk Dalam Sumatera Utara DP 3 Pulau Maria Sumatera Utara DP 4 Pargarutan Sumatera Utara DP 5 Simirik Sumatera Utara DP 6 Padang Madarsyah Riau DP 7 Kalianta Riau Dura, DD, DP 8 Dalu-Dalu Riau Total Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat DP/DD, DT TT TP MK Produk dan Pelayanan PPKS Produk PPKS adalah kepakaran, teknologi dan sarana perkebunan. PPKS memiliki tenaga pakar di bidang perkelapasawitan yang dapat memberikan advice teknis maupun strategis baik untuk pelaku bisnis maupun pemerintah. Diantara pemanfaatan kepakaran yang sering dilakukan adalah rekomendasi pemupukan, diagnostik kebun dan pabrik, studi kelayakan, evaluasi lahan, jasa analisis laboratorium dan konsep kebijakan perkelapasawitan baik untuk pemerintah pusat maupun daerah (Lubis, 2008). Kegiatan pelayanan dimaksudkan sebagai upaya menyampaikan hasil-hasil penelitian perkebunan ke pekebun agar dapat diterapkan bagi keberhasilan industri kelapa sawit. Pelayanan yang disediakan olah PPKS antara lain : survey

37 kesesuaian lahan, studi kelayakan, evaluasi produksi, penyusunan rekomendasi pemupukan, evaluasi pabrik kelapa sawit, analisis manajemen dampak lingkungan (amdal), dan lain-lain. Selain itu secara rutin PPKS mengadakan pelatihan budidaya kelapa sawit dan Pertemuan Teknis Kelapa Sawit (PTKS) yang diikuti oleh staf perusahaan, petani perkebunan, perbankan, peneliti lain dan lain-lain (Lubis, 2008). Teknologi yang dihasilkan PPKS meliputi aspek budidaya, pengolahan hasil hulu dan hilir baik untuk usaha skala kecil maupun skala besar. PPKS juga menghasilkan bahan dan alat perkebunan yang merupakan hasil dari kegiatan penelitian pengembangan. PPKS saat ini dalam melaksanakan kegiatan penelitian maupun pengembangan mengandalkan pada penghasilan sendiri, utamanya dari produksi bahan tanaman unggul yang saat ini merupakan yang terbesar di dunia (Lubis, 2008). Menurut Lubis (2008) diantara produk PPKS yang sudah dikenal masyarakat luas adalah : 1. Bahan Tanaman Kelapa Sawit Unggul Terdapat 11 varietas bahan tanaman kelapa sawit unggul yang dihasilkan jenis D x P 1 dan Dy x P 2 dengan produktivitas 7 8 ton CPO/ha/tahun. Akan tetapi semenjak 2009 varietas yang diproduksi berjumlah 9 varietas. 2. Biofungisida Marfu PPKS juga menyediakan biofungisida hasil temuan PPKS untuk penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma). Biofungisida yang diberi nama MARFU sangat diperlukan dalam peremajaan tanaman kelapa sawit. 3. Feromon Feromon berguna untuk pengendalian kumbang tanduk Oryctes rhinoceros yang juga banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit. 4. Frying Shortening Frying shortening digunakan sebagai medium penggoreng terutama pada proses deep frying, untuk menghasilkan produk yang renyah. Frying shortening ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain: bebas kolesterol, bebas asam lemak dan relatif stabil terhadap panas. 1 D x P = Dura x Pisifera 2 Dy x P = Dura dumpy x Pisifera

38 5. Publikasi dan Jasa perpustakaan PPKS secara rutin menerbitkan publikasi ilmiah sebagai sarana penyampaian hasil penelitian kepada pengguna. Publikasi tersebut berupa warta dan jurnal. Penyampaian informasi secara berkala disampaikan dalam bentuk pertemuan teknis, baik yang bersifat lokal maupun internasional. Posisi PPKS pada Perdagangan Benih Kelapa Sawit di Indonesia Pusat Penelitian Kelapa Sawit sebagai penghasil sekaligus penyalur bahan tanaman kelapa sawit unggul mampu menghasilkan ± juta kecambah pada setiap tahunnya. Produksi yang dihasilkan PPKS lebih tinggi dibandingkan dengan produsen penghasil bahan tanaman lain. Perbandingan produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit tahun 2008 dibandingkan dengan produsen lain dapat dilihat pada Gambar 4 sedangkan data perbandingan produksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 4. Produksi Kecambah Produsen Benih Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa produksi kecambah yang dihasilkan PPKS pada tahun 2008 adalah 45 juta kecambah tertinggi dari produsen lainnya. Urutan kedua dan ketiga diduduki oleh PT Lonsum dan PT Bakri Sumatera Plantation dengan total produksi secara berurutan adalah 40 juta kecambah dan 30 juta kecambah. Produksi kecambah terkecil terdapat pada produsen PT Tania Selatan dan PT Bakti Tani dengan total produksi sama-sama 3 juta kecambah.

39 Pada tahun 2009 Produksi PPKS pada periode Januari April adalah sebesar kecambah. Total kecambah yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan pada tahun 2008 dengan periode yang sama yaitu kecambah (Lampiran 4). Penurunan produksi PPKS pada tahun 2009 seiring dengan terjadinya penurunan permintaan terhadap kecambah kelapa sawit sebagai akibat adanya krisis global yang menyebabkan turunnya harga TBS dan CPO. Pengguna kecambah yang dihasilkan PPKS meliputi Perusahaan Swasta, PTPN, Koperasi, Dinas Perkebunan,Waralaba, Perorangan/Petani, CV dan PPKS sendiri. Berdasarkan data penjualan tahun 2008 (Lampiran 5) perusahaan swasta merupakan konsumen tertinggi dalam memesan kecambah kelapa sawit dengan persentase 56.8 % diikuti oleh PTPN 19.2 %, Waralaba 7.6 % dan perorangan sebesar 6.2 %. Jumlah kecambah yang dipesan oleh setiap konsumen pada tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Konsumen Pusat Penelitian Kelapa Sawit Varietas yang dihasilkan PPKS saat ini berjumlah 11 varietas. Varietas tersebut antara lain adalah : Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), Avros, Sungai Pancur 2, Bah Jambi dan Marihat. Varietas PPKS 540 dan PPKS 718 merupakan varietas baru yang dilepas pada tahun Varietas yang dihasilkan ini memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Potensi hasil (CPO) yang dihasilkan berkisar antara 6-9 ton/ha/tahun. Berdasarkan data penjualan tahun 2008 (Lampiran 6) varietas yang banyak diminati oleh konsumen adalah varietas Simalungun (SMB)

40 Yangambi, Dumpy dan Avros. Jumlah penjualan terhadap semua varietas yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Penjualan Bahan Tanaman Berdasarkan Varietas Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa varietas yang banyak diminati oleh konsumen adalah varietas Simalungun (SMB), Yangambi, Dumpy dan Avros dengan total penjualan secara berurutan adalah , , dan kecambah. Tingginya permintaan terhadap kecambah dari varietas Simalungun disebabkan karena varietas Simalungun memiliki beberapa keunggulan dibandingkan varietas lain yaitu: umur dapat dipanen lebih awal yaitu 22 bulan, dan rendemen minyak/tandan mencapai 26,5 %. Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit Pengendalian mutu produksi dimulai sejak pengelolaan tanaman induk dan tanaman bapak, seleksi calon benih, pematahan dormansi, pengecambahan, seleksi kecambah siap salur serta pengemasan dan penyaluran kecambah. Pengendalian mutu produksi pada PPKS merupakan tanggung jawab Divisi Quality Control/Quality Ansurance (QC/QA). Kegiatan Divisi QC/QA dimulai dari pengelolaan tanaman induk dan tanaman bapak sampai penyaluran kecambah kepada konsumen. Pengendalian mutu secara teknis dilakukan dengan cara memeriksa setiap kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dengan cara mengambil sampel sebanyak 32 % pada Divisi Pohon Induk 7.5 % untuk kualitas produk dan 2.5 % untuk kuantitas produk pada Divisi Produksi serta saat penyaluran kecambah kepada konsumen sebanyak 7.5 % dari total kegiatan yang dilakukan

41 oleh karyawan. Jika petugas Quality Control menemukan ada kesalahan yang dilakukan oleh karyawan maka karyawan tersebut akan ditegur sampai 2 kali dan jika kesalahan tersebut terulang untuk ketiga kalinya maka karyawan yang melakukan kesalahan akan dilaporkan kepada divisi terkait dan sanksi yang diberikan diserahkan kepada divisi terkait. Selain pengendalian mutu pada setiap aspek produksi PPKS juga memberikan jaminan mutu kepada konsumen dengan membuat tulisan PPKS pada benih yang dihasilkan PPKS. Tulisan yang bernamakan PPKS ini dibuat sebelum benih dikecambahkan dengan menggunakan suatu alat yang bernama inject print. Alat ini bekerja dengan cara mengeluarkan tinta pada saat benih dimasukkan ke dalam alat tersebut. Tujuan pemberian tulisan PPKS adalah untuk menghindari pemalsuan benih kelapa sawit yang mengatasnamakan PPKS. Dengan dibentuknya Divisi Quality Control ini PPKS mampu menjadi penghasil kecambah terbesar dengan mutu varietas yang unggul di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan tingginya permintaan konsumen terhadap kecambah kelapa sawit yang dihasilkan PPKS. Selain Divisi QC/QA terdapat empat divisi lain yang juga berperan penting dalam produksi benih bermutu kelapa sawit. Divisi tersebut adalah Divisi Breeding Research and Development (BRD), Divisi Pohon Induk, Divisi Produksi, dan Divisi Pemasaran. Kelima Divisi tersebut saling bekerjasama dalam produksi benih bermutu kelapa sawit. Mutu Genetik Saat ini PPKS telah menghasilkan 11 varietas unggul yaitu Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), Avros, Sungai Pancur 2, Bah Jambi dan Marihat. Berdasarkan data penjualan tahun 2008 (Lampiran 6) varietas yang banyak diminati dan diproduksi adalah varietas Simalungun (SMB), Yangambi, Dumpy dan Avros. Mutu genetik yang meliputi kebenaran dan kemurnian genetik bahan tanaman yang dihasilkan merupakan tanggung jawab Divisi Pohon Induk. Divisi Pohon Induk pada SUS-BHT PPKS merupakan divisi yang bertugas menyediakan bahan baku benih unggul kelapa sawit yang baik dan benar. Kegiatan divisi pohon induk dimulai ketika bunga muncul. Selanjutnya memelihara bunga betina agar

42 tidak terkontaminasi dengan polen liar, menyediakan tepung sari sebagai sumber penyerbukan buatan, melakukan penyerbukan buatan dan memeliharanya hingga panen. Pemeliharaan keutuhan bagging (pembungkus) dan kebenaran label merupakan hal yang paling penting dalam rangka menjamin kemurnian dan kebenaran genetik benih yang dihasilkan. Mutu Fisik dan Fisiologis Benih kelapa sawit produksi PPKS hampir seluruhnya disalurkan dalam bentuk kecambah. Hal ini disebabkan adanya dormansi yang sangat kuat pada benih kelapa sawit sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk dapat mengecambahkannya. Kegiatan ini merupakan tanggung jawab Divisi Produksi. Divisi Produksi benih kelapa sawit merupakan divisi yang bertugas mengolah tandan benih sampai benih menjadi kecambah yang siap disalurkan kepada konsumen. Kegiatan pada Divisi Produksi merupakan salah satu perhatian utama penulis dalam melaksanakan magang. Dalam melaksanakan kegiatannya Divisi Produksi dibagi menjadi tiga bagian yaitu : bagian persiapan benih, pemecahan dormansi dan perkecambahan. 1. Bagian Persiapan Benih Tugas utama bagian persiapan benih adalah memproses tandan benih menjadi benih. Kegiatan tersebut meliputi, penerimaan tandan, pencincangan, fermentasi, pemipilan, pengupasan daging buah, penirisan, seleksi benih, dan penyimpanan benih. Pada bagian ini penulis melakukan evaluasi pengaruh umur tanaman induk terhadap produksi dan mutu benih tanaman yang dihasilkan. Hasil evaluasi disajikan pada bagian bab hasil pelaksanaan magang. 2. Bagian Pemecahan Dormansi Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Dormansi adalah suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah meskipun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Oleh karena itu diperlukan teknik khusus untuk mematahkan dormansi tersebut.

43 Menurut Haryani (2005) dormansi benih kelapa sawit disebabkan adanya penghalang berupa struktur penutup di germpore yaitu operculum (Gambar 7). Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan pemecahan dormansi benih kelapa sawit dapat dilakukan pada suhu 40 ºC selama 80 hari. Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu perkecambahan jika diberikan selama atau setelah proses pemanasan. Gambar 7. Struktur Benih Kelapa Sawit Pemecahan dormansi yang digunakan PPKS yaitu pemanasan benih pada suhu 40 C selama 60 hari. Ruangan pemanas dilengkapi dengan kipas angin, thermograph, sinko, dan heater. Fungsi heater adalah untuk menyemburkan panas secara otomatis sedangkan thermograph berfungsi sebagai alat perekam suhu ruangan yang bekerja secara berkesinambungan pada proses pemecahan dormansi. Sinko berfungsi sebagai alat kontrol, apabila suhu lebih dari 40 C maka alat ini akan bekerja mematikan heater dan menghidupkan kipas angin. Hasil penelitian PPKS menunjukkan dormansi benih kelapa sawit sudah dapat dipatahkan dengan pemanasan selama 60 hari, dikombinasikan dengan perendaman dan pengeringan sebelum dan setelah perlakuan pemanasan. Hal ini dibuktikan bahwa dengan perlakuan tersebut persentase daya berkecambah benih kelapa sawit PPKS tahun 2007 adalah 83.4 % (Arif, 2008). Kegiatan pematahan dormansi di PPKS adalah perendaman I selama 7 hari, pengeringan selama 24 jam, dilanjutkan dengan pemanasan selama 60 hari.

44 Setelah dipanaskan selama 60 hari dilakukan perendaman kedua selama 3 hari dan pengeringan selama 5 jam. Perendaman berfungsi untuk mencuci zat-zat yang menghambat dan melunakkan buah atau kulit benih dan pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman untuk diproses lebih lanjut serta terhindar dari serangan hama dan penyakit (Haryani, 2003; Sukarman dan Hasanah, 2003). Perlakuan pemanasan bertujuan untuk mematahkan dormansi benih kelapa sawit. Dengan pemanasan diharapkan operculum menjadi retak sehingga benih dapat berkecambah. Setelah proses pemanasan selesai benih siap dikirim ke ruang pengecambahan. 3. Bagian Pengecambahan Benih Bagian pengecambahan benih bertugas mengecambahkan benih yang diterima dari bagian pemecahan dormansi. Suhu ruangan pengecambahan berkisar antara 28 ºC 30 ºC dan kelembaban berkisar antara 65 C 75 C. Temperatur (suhu) dan kelembaban merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat viabilitas benih selama perkecambahan. Temperatur ruang pengecambahan yang terlalu tinggi (> 35 C) dapat menghambat perkecambahan benih (Elisa, 2006). Pada ruang pengecambahan, benih yang wadahnya terbuat dari kantong plastik benih diletakkan pada rak-rak pengecambahan secara teratur sehingga mudah untuk mengeluarkan dan meletakkan kembali (Gambar 8 a). Benih yang wadahnya terbuat dari tray, benih dimasukkan ke dalam tray plastik dengan kapasitas satu tray ± 1000 benih. Selanjutnya tray ditumpuk dengan tray lainnya ± 21 tumpukan (Gambar 8 b). a. Wadah Plastik b. Wadah Tray Gambar 8. Ruang Perkecambahan

45 Seleksi Kecambah Siap Salur Pemilihan kecambah pertama pada PPKS dilakukan apabila benih telah dikecambahkan selama 7 14 hari. Pemilihan berikutnya dilakukan seminggu sekali pada wadah yang terbuat dari kantong plastik dan 3 4 hari sekali pada wadah yang terbuat dari tray. Benih dipilah menjadi kecambah normal, abnormal dan tumbuh panjang (Gambar 9). Kriteria kecambah normal menurut Chairani (1991) adalah (1) radikula berwarna kekuning-kuningan dan plumula keputihputihan, (2) radikula lebih panjang dari plumula, (3) radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah dan (4) panjang maksimum radikula 5 cm dan plumula 3 cm. Kriteria kecambah normal yang digunakan PPKS adalah (1) kecambah tumbuh sempurna, (2) plumula dan radikula sudah dapat dibedakan, (3) plumula dan radikula tampak segar, (4) kecambah tidak berjamur dan (5) panjang plumula dan radikula maksimum 2 cm. Kriteria kecambah abnormal adalah : (1) tumbuh membengkok, (2) plumula dan radikula tumbuh searah dan (3) layu dan berjamur. Kriteria kecambah panjang yaitu plumula dan radikula lebih dari 2 cm. Hasil penelitian Williyatno (2007) menunjukkan plumula dan radikula panjangnya lebih dari 2 cm terdapat pada selang 5 10 hari setelah benih mulai berkecambah. Oleh karena itu untuk menghindari terdapatnya kecambah tumbuh panjang maka pemilihan kecambah harus dilakukan maksimum 10 hari setelah benih mulai berkecambah. a. Kecambah Normal b. Kecambah Abnormal c. Kecambah Panjang Gambar 9. Kecambah Kelapa Sawit Kecambah normal, abnormal dan tumbuh panjang dipisahkan kemudian dihitung jumlahnya setiap persilangan. Benih yang panjang plumula dan radikula

46 belum memenuhi kriteria kecambah normal atau belum berkecambah dimasukkan kembali ke ruangan perkecambahan. Kegiatan pemilihan kecambah ini dilakukan oleh 4 grup dan setiap grup terdiri dari 8 orang. Setiap orang mendapat 2-4 persilangan kecambah setiap hari untuk kegiatan pemilihan kecambah. Jumlah kecambah yang dipilih tergantung pada jumlah persilangan yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan penulis jumlah kecambah yang dipilih oleh petugas pemilih kecambah berkisar antara kecambah/hari. Pengemasan, Pengiriman dan Penyaluran Kecambah Kecambah normal yang sudah dihitung dimasukkan ke dalam kantong plastik berukuran 26 cm x 30 cm, tebal 0.05 mm, berwarna biru dan berlogo PPKS. Setiap kantong berisi 150 kecambah. Apabila jumlah kecambah normal pada tiap persilangan lebih dari 150 maka kecambah dimasukkan ke dalam kantong lain. Selanjutnya identitas kecambah yang telah dipilih disiapkan serta kecambah yang berasal dari satu persilangan diikat menjadi satu (Gambar 10). Selanjutnya kantong kemasan kecambah dimasukkan ke dalam box plastik berukuran 62 cm x 54 cm x 12 cm yang telah berisi busa styrofoam. Tiap box memuat kecambah atau 34 kantong plastik kecambah (Gambar 11). Tujuan penggunaan busa styrofoam untuk mencegah kecambah dari kerusakan akibat guncangan selama pengiriman ke PPKS Medan. Selanjutnya kecambah siap untuk dikirim ke PPKS Medan dan disalurkan kepada konsumen. Sebelum disalurkan kepada konsumen pada PPKS Medan kecambah disimpan pada ruang stock opname dengan suhu berkisar antara ºC. Penyaluran kecambah kelapa sawit dilakukan setiap hari kerja yaitu dari hari senin sampai hari jumat. Gambar 10. Pengemasan Kecambah Gambar 11. Box Plastik

47 HASIL PELAKSANAAN MAGANG Pada Satuan Usaha Srategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS terdapat lima Divisi yang berperan dalam menghasilkan kecambah kelapa sawit. Kelima Divisi tersebut adalah Divisi BRD, Divisi Pohon Induk, Divisi Produksi, Divisi Pemasaran dan Divisi Quality Control/Quality Ansurance (QC/QA). Kegiatankegiatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan magang di SUS-BHT PPKS adalah (1) mengamati proses pengolahan tandan benih untuk analisis tandan, (2) pengamatan karakter vegetatif tanaman kelapa sawit, (3) mengamati proses pembungkusan, penyerbukan, pemanenan dan pengangkutan tandan benih, (4) mengamati proses pembungkusan dan pemanenan bunga jantan, (5) pengujian viabilitas tepung sari, (6) seleksi benih, (7) penganginan benih, (8) seleksi dan perhitungan kecambah siap salur, (9) pengemasan kecambah siap salur, dan (10) menghitung jumlah kecambah siap salur pada ruang stock opname. Selain itu selama melaksanakan magang penulis juga melakukan evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery dan evaluasi Pengaruh Umur Tanaman Induk terhadap Produksi dan Mutu Benih yang Dihasilkan. Pengolahan Tandan Benih untuk Analisis Tandan Analisis tandan merupakan salah satu kegiatan yang ada pada divisi BRD. Jenis persilangan yang dianalisis adalah DxD/DxT untuk mendapatkan calon tanaman induk dan tanaman bapak yang akan digunakan untuk produksi benih selanjutnya, dan DxP untuk pengujian keturunan sehingga mendapatkan infomasi persilangan yang akan dilepas menjadi varietas baru. Teknis pelaksanaannya adalah tandan diambil dari masing-masing kebun percobaan dengan rentang waktu enam bulan sekali tetapi jika dalam satu pohon pada rentang waktu empat bulan tandannya sudah matang maka sudah bisa dipanen dan tidak harus menunggu sampai enan bulan. Selanjutnya tandan yang sudah diambil ditimbang beratnya, dicincang untuk memisahkan buah dari tangkai buah, kemudian diambil 30 buah yang terdiri dari 10 buah bagian luar, tengah dan buah bagian dalam.

48 Mesocarp buah dipisahkan dari bijinya, mesocarp dicincang sampai halus sedangkan inti difermentasi selama 10 hari. Mesocarp dikeringkan dengan menggunakan oven kemudian dianalisis kandungan minyaknya. Sedangkan biji dipecah setelah difermentasi selama 10 hari untuk melihat banyaknya inti yang terkandung di dalam biji. Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit Pengamatan karakter vegetatif tanaman yang diuji juga dilakukan oleh Divisi BRD. Karakter vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, produksi daun, jumlah daun, panjang pelepah, jumlah anak daun, diameter batang, serta lebar dan panjang petiole. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan egrek yang panjangnya sudah ditandai sebelumnya. Pengukuran tinggi dilakukan pada daun ke Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) bahwa daun ke 17 merupakan daun yang paling sensitif dengan perubahan hara. Pada tanaman yang masih muda (umur 1-2 tahun) dimana daun ke 17 belum terbentuk pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada pelepah daun ke - 4 dan pada tanaman umur 3-4 tahun pada pelepah daun ke 9. Produksi daun tanaman dapat diperoleh dengan menghitung pertambahan jumlah daun dari pengamatan sebelumnya. Sedangkan jumlah daun dihitung dengan cara menghitung jumlah pelepah yang ada saat pengamatan dengan menghitung jumlah spiral daun kelapa sawit kemudian dikalikan dengan delapan. Pengamatan panjang pelepah didapat dengan cara mengukur dari anak daun rudimenter paling bawah sampai ujung daun yang paling atas. Jumlah anak daun diperoleh dengan cara menghitung jumlah anak daun pada salah satu sisi pelepah daun ke 17. Diameter batang diukur dengan menggunakan meteran dimana pengukuran dilakukan satu meter di atas permukaan tanah. Pengukuran panjang dan lebar petiole dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Kegiatan pengukuran beberapa karakter vegetatif tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 12.

49 a. Pengukuran Diameter Batang b. Pengukuran Petiole Gambar 12. Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit Pembungkusan, Penyerbukan Bunga Betina, Pemanenan dan Pengangkutan Tandan Benih Kegiatan pembungkusan, penyerbukan bunga betina, pemanenan dan pengangkutan tandan benih tidak dilakukan penulis secara langsung. Kegiatan tersebut dilakukan oleh polinator PPKS dan penulis hanya mengamati proses pelaksanaan kegiatannya. Pembungkusan Pembungkusan bunga betina bertujuan untuk menjaga bunga betina dari kontaminasi polen liar sehingga kemurnian genetik tandan benih yang dihasilkan tetap terjaga. Pembungkusan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis atau seludang bunga pecah maksimal 25 % (Gambar 13 a). Menurut Lubis (1993) apabila bunga dibungkus terlalu lama akan menyebabkan pembungkus rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sedangkan apabila dibungkus kurang dari 10 hari juga kurang baik karena antesis bunga dalam satu tandan kadangkadang berlangsung lama yang dapat mencapai 5 10 hari sehingga dikhawatirkan adanya tepung sari yang menyerbuki bunga yang lebih dulu reseptif sebelum pembungkusan. Teknis pembungkusan bunga betina adalah : a. Pembungkusan dilakukan 10 hari sebelum bunga antesis. Duri pelepah daun yang mengganggu disingkirkan dan pelepah ditekan ke bawah. Tujuannya adalah untuk memudahkan pelaksanaan pembungkusan (Gambar 13 b).

50 b. Tandan bunga (stalk) ditutupi dengan kapas yang sebelumnya sudah ditaburi insektisida. c. Pembungkus disarungkan dari atas dan dilipat pada pangkal tandan bunga. Selanjutnya diikat dengan menggunakan karet yang terbuat dari ban bekas yang sebelumnya sudah dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Jumlah ikatan adalah 6 7 kali lilitan (Gambar 13 c). d. Untuk menghindari terjadinya serangan organisme pengganggu maka pembungkus ditutupi dengan kawat kasa atau pembungkus yang sudah tidak digunakan lagi. (a) Seludang Bunga Pecah (b) Bunga Siap di Bungkus (c) Bunga Setelah di Bungkus Gambar 13. Pembungkusan Bunga Betina Penyerbukan Bunga Betina Penyerbukan dapat dilakukan apabila tandan bunga betina 70 % telah antesis dengan ciri-ciri kepala putik telah membuka dan berwarna putih kekuningan (Gambar 14). Antesis dimulai dari spikelet yang berada pada dasar tandan dan selesai dalam jangka waktu 2 hari. Jika kepala putik telah berwarna cokelat maka antesis bunga betina sudah lewat sehingga apabila dilakukan penyerbukan maka tandan tidak akan membentuk buah. Teknis kegiatan penyerbukan adalah : a. Kondisi fisik pembungkus diperiksa terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah ada serangga penyerbuk kelapa sawit yang masuk atau tidak. Selanjutnya tepung sari yang sudah dimasukkan ke dalam botol disemprotkan pada jendela bagging yang sebelumnya telah dilubangi. b. Setelah disemprotkan bagging digoyang-goyang dengan tujuan agar tepung sari yang sudah disemprot menyebar rata pada kepala putik. Selanjutnya setelah 15 hari selesai diserbuki bagging dibuka dan pada tandan buah kelapa sawit dimasukkan label. Label berisi identitas persilangan

51 tandan benih, tanggal bungkus dan tanggal penyerbukan. Tujuan pemasangan label adalah menjaga kebenaran genetik tandan benih yang akan dihasilkan. Gambar 14. Bunga Betina Antesis Pemanenan dan pengangkutan tandan benih Panen tandan benih dilakukan 4,5 5 bulan setelah penyerbukan. Kriteria lain yang digunakan untuk panen tandan benih apabila cangkang telah berwarna hitam. Kegiatan panen dilakukan pada pagi hari. Sebelum panen kondisi label diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan label dalam kondisi baik dan benar. Jika ada tandan yang tidak mempunyai label, atau tidak sesuai dengan buku serbukan maka tandan benih tersebut diafkir. Tandan benih yang berlabel baik dan benar dipotong dengan menggunakan parang dan dimasukkan ke dalam kantong panen tandan dan diikat. Selanjutnya tandan-tandan tersebut dimasukkan ke truk pengangkut tandan benih untuk dikirim ke Bagian Persiapan Benih. Setiap tandan benih yang dikirim dilengkapi dengan Surat Pengantar Tandan Bibit. Jumlah tandan yang dipanen saat penulis mengikuti kegiatan ini adalah 25 tandan benih. Pembungkusan dan Pemanenan Bunga Jantan Kegiatan pembungkusan dan pemanenan bunga jantan juga tidak dilakukan penulis secara langsung karena keterbatasan kemampuan penulis dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga penulis hanya mengamati proses pelaksanaannya.

52 Pembungkusan Pembungkusan tandan bunga jantan juga dilakukan 10 hari sebelum bunga antesis. Cara pembungkusan bunga jantan sama dengan cara pembungkusan bunga betina. Pemanenan Pemanenan bunga dilakukan apabila % bunga telah antesis yang dapat diketahui dengan cara melihat bunga dari jendela yang terdapat pada bagging (pembungkus). Ciri-ciri bunga jantan telah antesis adalah bunga telah mengeluarkan tepung sari dan berbau adas wangi. Kegiatan panen dilakukan pada pagi hari berkisar antara pagi. Tandan yang telah dipanen diturunkan dari pohon dengan menggunakan tali. Tandan tersebut selanjutnya diserahkan kepada petugas penerima tandan yang akan memeriksa keadaan bunga. Pemeriksaan meliputi : Kondisi bagging (pembungkus). Jika bagging rusak atau bocor maka tandan diafkir. Kondisi tandan. Jika pada tandan di dalam bagging terdapat serangga penyerbuk kelapa sawit atau tandan dalam keadaan busuk karena terlambat panen maka tandan tersebut juga diafkir dan berita acara dibuat setelah pemeriksaan. Pengujian Viabilitas Tepung Sari Pengujian viabilitas tepung sari merupakan tanggung jawab divisi pohon induk. Tujuan pengujian viabilitas adalah untuk melihat daya tumbuh tepung sari yang akan digunakan di lapangan. Pengujian viabilitas sangat penting dilakukan karena viabilitas tepung sari merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan penyerbukan di lapangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner et al. (1991) kegagalan pembentukan buah dapat disebabkan kurangnya fertilisasi karena kurang viabelnya polen yang digunakan. Bahan yang digunakan adalah media sukrosa sebagai media pengecambahan, larutan borax 15 ppm serta aquades atau air bersih. Cara pengujian viabilitas adalah :

53 Media yang telah dipersiapkan dan tepung sari yang akan diuji diletakkan pada dek gelas. Kemudian dek gelas dan tepung sari tersebut dipanaskan dalam oven dengan suhu 38 ºC selama 3 4 jam. Setelah dipanaskan, preparat (tepung sari) diamati di bawah mikroskop. Pengamatan yang dilakukan meliputi jumlah kecambah tepung sari yang hidup dan yang mati. Viabilitas tepung sari dihitung berdasarkan persentase kecambah tepung sari yang hidup. Tepung sari yang hidup dicirikan dengan adanya ekor sedangkan yang mati yaitu yang terlihat berwarna hitam. Penilaian terhadap viabilitas tepung sari dilakukan dalam dua tahap. Jika pada pemeriksaan pertama diperoleh viabilitas atau daya berkecambah > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan layak digunakan sehingga langsung disimpan. Jika viabilitas < 70 % maka dilakukan pemeriksaan kedua. Apabila hasil rata-rata pada pemeriksaan pertama dan kedua diperoleh hasil > 70 % maka tepung sari dinilai baik dan dapat disimpan sedangkan jika hasilnya < 70 % maka tepung sari langsung diafkir. Pemeriksaan viabilitas awal dilakukan beberapa hari (selesai diproses) setelah panen. Pemeriksaan berikutnya dilakukan apabila tepung sari telah disimpan selama 2 3 bulan di dalam freezer. Apabila hasil pengujian viabilitas setelah disimpan < 70 % maka tepung sari tersebut diafkir, sedangkan jika viabilitasnya > 70 % maka tepung sari masih dapat digunakan. Hasil penelitian Widiastuti (2005) menunjukkan viabilitas tepung sari mulai mengalami penurunan setelah disimpan selama 3 bulan tetapi sampai pada batas penyimpanan 6 bulan viabilitas tepung sari masih dapat dipertahankan diatas 70 %. Hasil pengamatan penulis terhadap viabilitas beberapa tepung sari dapat dilihat pada Tabel 2. Pengamatan ini merupakan pengamatan viabilitas awal yang dilakukan lima dan enam hari setelah tepung sari dipanen.

54 Tabel 2. Viabilitas Beberapa Tepung Sari No No Buku Polen Tanggal Panen Tanggal Pengujian DB (%) 1 BO 104 P BO 713 P BO 323 P BO 484 P BO 408 P Sumber Data : Pengamatan Penulis Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa viabilitas tepung sari yang diuji viabilitasnya cukup tinggi dimana nilai rata-rata dari tiga ulangan yang diuji lebih dari 70 % dimana berkisar antara %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas polen yang dihasikan PPKS Marihat termasuk ke dalam serbuk sari kualitas baik. Widiastuti (2005) menyatakan serbuk sari dikatakan berkualitas baik apabila memiliki daya berkecambah (viabilitas) yang tinggi karena daya berkecambah serbuk sari tersebut menentukan jumlah buah yang akan terbentuk. Semakin kecil daya berkecambah serbuk sari pembentukan buah juga akan semakin kecil. Seleksi Benih Seleksi benih dilakukan setelah benih ditiriskan selama 24 jam. Kegiatan seleksi ini dilakukan oleh Divisi Produksi benih bagian persiapan benih. Seleksi merupakan kegiatan pemilihan benih yang baik untuk dijadikan sebagai kecambah. Benih yang dianggap tidak layak untuk dikecambahkan akan diangap sebagai benih afkir. Adapun yang termasuk ke dalam benih afkir adalah benih pecah, benih kecil dan benih putih (Gambar 15). Benih pecah Benih pecah adalah benih yang terbelah atau terpotong dan mengenai bagian inti. Pecahnya benih-benih tersebut sebagai akibat dari proses pencincangan atau terlambat mematikan mesin pengupas daging buah. Benih kecil Benih yang kecil merupakan benih yang lolos dari kawat seleksi. Ukuran lubang kawat yang digunakan PPKS adalah adalah 1 cm x 1 cm. Benih dipisahkan karena ukurannya yang kecil sehingga tidak disukai oleh konsumen.

55 Benih Putih Benih putih adalah benih yang terbentuk akibat pematangan tandan yang tidak seragam. Benih ini harus dipisahkan karena warnanya yang putih kurang disukai oleh konsumen. (a) Benih pecah (b) Benih kecil (c) Benih putih Gambar 15. Benih Afkir Persentase jumlah benih afkir (pecah, kecil dan putih) berdasarkan hasil pengamatan penulis dapat dilihat pada Tabel 3. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari seleksi benih Divisi Produksi. Sampel data diambil dari tanaman induk yang berumur 9 tahun (tahun tanam 2000) sebanyak 5 tandan. Tandan Tabel 3. Persentase Jumlah Benih Total, Benih Baik dan Benih Afkir Jumlah Benih Pecah Kecil Putih JBA JBB JBT Total % 0.85 % 3.13 % 4.19 % 8.17 % % 100 % Keterangan : JBA : Jumlah Benih Afkir JBB : Jumlah Benih Baik JBT : Jumlah Benih Total Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase benih baik mencapai % dan benih afkir 8.17 %. Persentase benih afkir tertinggi terdapat pada benih putih (4.19 %) diikuti benih kecil (3.13 %) dan benih pecah (0.85 %). Hal ini berarti mutu benih yang dihasilkan PPKS sudah cukup tinggi karena persentase benih baik tergolong tinggi.

56 Benih afkir dipisahkan dari benih baik. Selanjutnya jumlah benih baik dan benih afkir dihitung jumlahnya dan dicatat ke dalam buku seleksi benih. Benih baik dimasukkan ke dalam kantong plastik dimana setiap kantong benih dilengkapi dengan label identitas dari lapangan dan label kertas kuning yang berisi data-data benih dari lapangan serta jumlah benih hasil seleksi. Penganginan Benih Kegiatan penganginan dilakukan satu kali dalam seminggu selama benih berada di dalam ruang pemanas (Gambar 16). Kegiatan ini bertujuan untuk memberi tambahan oksigen atau mengganti oksigen pada benih. Teknis pelaksanaannya adalah : Benih dalam kantong plastik Benih dikeluarkan dari ruang pemanas kemudian karet yang mengikat kantong plastik dibuka dan dibiarkan selama 15 menit. Benih dalam tray Tray dikeluarkan dari ruang pemanas kemudian tray yang sebelumnya ditumpuk dibuka sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tray. Gambar 16. Penganginan Benih

57 Persentase (%) Seleksi dan Perhitungan Kecambah Siap Salur Sewaktu penulis melaksanakan magang di PPKS, PPKS sedang melakukan continual improvement sistem produksi bahan tanaman dengan cara mencoba menggantikan wadah pengecambahan benih yang semula menggunakan kantong plastik dengan tray. Latar belakang digantinya wadah pengecambahan disebabkan oleh rendahnya persentase kecambah yang layak disalurkan kepada konsumen dimana berdasarkan data tahun 2007 dari % daya berkecambah benih hanya % kecambah yang layak disalurkan kepada konsumen. Pada kantong plastik benih-benih dalam satu kantong plastik tertumpuk hingga beberapa lapis sehingga diduga sebagai penyebab tingginya jumlah benih abnormal (Arif, 2008). Oleh karena itu penulis mencoba mengambil sampel perbandingan wadah pengecambahan benih antara kantong plastik dengan tray. Data diambil dari percobaan perbandingan penggunaan tray dengan kantong plastik untuk proses pengecambahan benih. Data yang diambil terdiri dari lima persilangan kelompok tanaman Langkat (LTC) yang tanggal pemanasannya sama. Hasil evalusi dapat dilihat pada Gambar Kecambah Keterangan : PTM : Potensi Tumbuh maksimum TT : Tidak Tumbuh Tray Plastik Gambar 17. Perbandingan, Kecambah Normal, Kecambah Abnormal, Kecambah Tumbuh Panjang, Benih Tidak Tumbuh, dan PTM dengan menggunakan tray dan kantong plastik sebagai wadah pengecambahan.

58 Gambar 17 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah kecambah normal, abnormal, tumbuh panjang, potensi tumbuh maksimum (PTM) serta kecambah yang tidak tumbuh antara tray dengan kantong plastik. Jumlah kecambah normal pada wadah pengecambahan yang menggunakan tray (79.51 %) lebih besar dari wadah pengecambahan dari kantong plastik (74.82 %). Hal ini berarti jumlah kecambah abnormal pada wadah pengecambahan yang terbuat dari kantong plastik lebih besar dari wadah pengecambahan yang terbuat dari tray. Kecambah yang tumbuh panjang pada wadah tray lebih tinggi persentasenya (0,04 %) dari wadah pengecambahan yang terbuat dari kantong plastik (0 %). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Arif (2008) jumlah kecambah yang tumbuh panjang pada wadah tray lebih banyak dari wadah kantong plastik. Hal ini berarti pertumbuhan kecambah pada wadah tray lebih cepat dibandingkan wadah pengecambahan yang terbuat dari kantong plastik. Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 17 dapat disimpulkan bahwa keputusan PPKS mengganti wadah pengecambahan dari kantong plastik dengan tray sudah tepat. Pengemasan Kecambah Siap Salur Kegiatan pengemasan kecambah siap salur dilakukan penulis selama dua hari berada pada Divisi Produksi. Teknis pelaksanaannya adalah kecambah normal yang telah dipilih dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berlabel PPKS. Satu kantong plastik berisi 150 kecambah. Sebelum diikat dengan karet gelang kantong plastik diberi suplai oksigen dengan cara mengembungkan kantong plastik. Setelah itu kantong plastik diikat bersama identitas persilangan kecambah tersebut (Gambar 18). Identitas Persilangan Gambar 18. Pengemasan Kecambah Siap Salur

59 Perhitungan Jumlah Kecambah Siap Salur pada ruang Stock Opname Kecambah yang dihasilkan Divisi Produksi dari Medan dan Marihat yang akan disalurkan kepada konsumen disimpan pada sebuah ruangan AC dengan suhu berkisar antara ºC di PPKS Medan. Pada ruangan stock terdapat rakrak tempat penyimpanan kecambah. Pada rak tersebut kecambah disusun dan dikelompokkan berdasarkan varietas. Satu varietas kecambah disusun sebanyak 34 kantong kecambah dengan rincian setiap kantong berisi 150 kecambah ditambah 125 butir bonus (2.5 %), sehingga totalnya adalah Selanjutnya kecambah yang totalnya sudah tersebut diberi label. Apabila jumlah kantong kecambah varietas yang sama kurang dari 34 kantong maka kecambah tersebut disusun tetapi belum di beri label. Kecambah dapat disimpan pada ruangan stock opname selama seminggu. Apabila lebih dari seminggu maka kecambah akan bertambah panjang plumula dan radikulanya melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 2 cm. Selain itu kecambah juga dapat berjamur, busuk dan mati apabila disimpan terlalu lama. Apabila kecambah tersebut terpaksa disimpan lebih dari seminggu dan ditemukan kecambah yang berjamur, busuk atau mati maka kecambah tersebut dikembalikan ke Divisi Produksi untuk dimusnahkan. Penyaluran kecambah kelapa sawit dilakukan setiap hari kerja yaitu dari hari senin sampai hari jumat. Perhitungan jumlah kecambah pada ruang stock opname dilakukan setelah semua kegiatan penyaluran selesai dilakukan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada malam hari setelah kecambah siap salur dari PPKS marihat sampai di PPKS medan. Hasil perhitungan penulis pada jumlah kecambah yang berada pada ruang stock opname tanggal 7 Mei 2009 dapat dilihat pada Tabel 4. Jumlah kecambah awal yang berada pada ruang stock opname adalah kecambah. Jumlah kecambah siap salur dari PPKS Medan yang masuk keruang stock opname adalah sebesar kecambah dan dari PPKS Marihat sebesar kecambah. Jumlah kecambah total pada ruang stock opname tanggal 7 Mei 2009 adalah sebesar kecambah (Tabel 4).

60 Tabel 4. Jumlah Kecambah pada Ruang Stock Opname periode 7 Mei 2009 No Varietas Stok Awal Penyaluran Sisa Medan Pemasukan Marihat Stok Akhir 1 Dy x P D x P SMB D x P LTC D x P PPKS D x P PPKS D x P Yangambi D x P Avros D x P Lame Total Sumber Data : Pengamatan Penulis Evaluasi Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan Bibit di Pre Nursery Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 10 dan hasil rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 5. Rekapitulasi hasil sidik ragam menunjukkan panjang kecambah mempengaruhi persentase hidup bibit pada 5-12 MST, tinggi bibit pada 5 12 MST, jumlah daun pada 6 dan 7 MST serta diameter batang pada 6 dan 7 MST. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit di pre nursery dapat dilihat pada Tabel 5.

61 Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah yang Diamati pada 5 hingga 12 MST Peubah Periode Pengamatan (MST) P KK Persentase Hidup 5 * * * * * * * * 9.44 Tinggi Bibit 5 ** ** ** * * ** ** ** 7.09 Jumlah Daun 5 tn * ** tn tn tn tn tn Diameter Batang 5 * tn * tn tn tn tn 6.97 Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam P : Panjang Kecambah * : Berpengaruh nyata pada uji F taraf 5 % ** : Berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf 1 % tn : tidak nyata 1. Persentase Hidup Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap persentase hidup bibit menunjukkan perlakuan panjang kecambah mempengaruhi persentase hidup bibit pada 5 MST 12 MST. Perlakuan P3 (panjang plumula dan radikula 1 2 cm) memiliki persentase hidup tertinggi yang stabil dengan nilai 100 % (5 MST 12 MST). Persentase hidup terendah terdapat pada perlakuan P0 (plumula dan radikula belum dapat dibedakan) dengan nilai % pada 5 MST 6 MST dan turun menjadi % pada 7 MST. Pada 5 MST masingmasing mempunyai nilai persentase hidup % (P1) dan % (P2). Pada

62 6 MST keduanya mempunyai nilai persentase hidup yang sama yaitu % hingga akhir pengamatan (Tabel 6). Perlaku an Tabel 6. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Persentase Hidup Bibit pada 5 hingga 12 MST Waktu Pengamatan (MST) persentase hidup (%)... P b b b b b b b b P a a a a a a a a P a a a a a a a a P a a a a a a a a Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %. Perlakuan P0 banyak yang busuk dan berjamur dan akhirnya mati. Hal ini menunjukkan bahwa kecambah yang belum dapat dibedakan antara plumula dan radikulanya (P0) masih terlalu rentan untuk menghadapi kondisi pembibitan yang relatif kurang optimum dibandingkan kondisi di ruang perkecambahan. 2. Tinggi Bibit Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap tinggi bibit menunjukkan tinggi bibit pada perlakuan P0 nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan P1, P2, P3 baik pada awal pengamatan (5 MST) maupun akhir pengamatan (12 MST). Pada 5 MST perlakuan P3 mempunyai tinggi bibit tertinggi (6.60 cm) berbeda nyata dengan P1 dan P2 yang masing-masing bernilai 5.62 cm (P1) dan 5.11 cm (P2). Meskipun pada awalnya P1 dan P2 tertinggal pertumbuhannya dibandingkan dengan P3 tetapi pada 11 MST perlakuan P1, P2, P3 ketiganya tidak berbeda nyata. Demikian pula pada 12 MST perlakuan P1, P2 dan P3 mempunyai tinggi bibit yang tidak berbeda dimana masing-masing bernilai cm (P1), cm (P2) dan cm (P3) (Tabel 7). Tabel 7. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Tinggi Bibit pada 5 hingga 12 MST Perlakuan Waktu Pengamatan (MST) tinggi bibit (cm)... P0 3.82c 5.49c 7.06c 8.45b 9.6b 10.47c 11.22b 12.13b P1 5.62b 7.78b 9.90ab 11.86a 12.98a 13.96a 14.84a 16.55a P2 5.11b 6.95b 8.63cb 10.34b 11.33b 12.05b 13.51a 14.78a P3 6.60a 8.80a 10.86a 12.46a 13.15a 13.70b 14.79a 16.10a Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 %

63 Jaringan penyimpan cadangan makanan pada tanaman kelapa sawit disebut dengan endosperm. Endosperm pada tanaman kelapa sawit tidak pernah keluar dari cangkang, melainkan diserap oleh haustorium sebagai bahan makanan (sumber energi) untuk pertumbuhan perkecambahan (Mangoensoekarjoe dan Semangun, 2005). Cadangan makanan berisi karbohidrat, lemak dan protein (Pahan, 2008). Cepatnya laju tinggi tanaman pada perlakuan P1 - P3 diduga sebagai akibat sudah terbentuknya plumula dan radikula pada ketiga perlakuan tersebut, sedangkan pada perlakuan P0 plumula dan radikula belum terbentuk. Sehingga pada saat ditanam (awal pertumbuhan) kecambah pada perlakuan P0 menggunakan energi yang diperoleh dari endosperm untuk pertumbuhan plumula dan radikula sedangkan ketiga perlakuan lainnya (P0, P1 dan P2) menggunakan energi tersebut untuk pemanjangan plumula dan radikula. Akibatnya pertumbuhan tinggi pada perlakuan P0 lebih lama dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. 3. Jumlah Daun Peubah jumlah daun dipengaruhi oleh perlakuan panjang kecambah hanya saat 6 dan 7 MST. Menurut Lubis (2008) fotosintesis tanaman kelapa sawit dimulai pada umur 1 bulan setelah tanam yaitu ketika daun pertama telah terbentuk. Perlakuan P0 nilai jumlah daunnya lebih rendah dari perlakuan P1, P2 dan P3 dan terlihat perbedaannya saat bibit berumur 6 dan 7 MST (Tabel 8). Berdasarkan jumlah daun dapat diduga laju fotosintesis pada perlakuan P1, P2, P3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0, yang akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit secara keseluruhan. Tabel 8. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Jumlah Daun pada 5 hingga 12 MST Perlakuan Waktu Pengamatan (MST) jumlah daun... P b 1.00c P a 1.53ab P ab 1.40b P a 1.73a Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

64 4. Diameter Batang Perlakuan panjang kecambah terhadap diameter batang hampir sama dengan jumlah daun yang dihasilkan. Panjang kecambah hanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 5 MST dan 7 MST. Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap diameter batang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Diameter Batang pada 5 hingga 12 MST Perlakuan Waktu Pengamatan (MST) diameter batang (cm)... P0 0.23b b P1 0.28a a P2 0.28a ab P3 0.27a a Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan yang sudah dapat dibedakan antara plumula dan radikula (P1, P2 dan P3) diameter batangnya relatif sama dan lebih besar dibandingkan perlakuan yang belum dapat dibedakan antara plumula dan radikula (P0), khususnya pada 5 dan 7 MST. Meskipun mulai 8 MST hingga akhir pengamatan (12 MST) semua perlakuan mempunyai jumlah daun dan diameter batang yang tidak berbeda nyata (Tabel 8 dan 9) tetapi tinggi bibit P0 nyata lebih rendah dibandingkan P1, P2, P3 (Tabel 7) dan persentase hidup P0 nyata lebih rendah dibanding perlakuan yang lain (Tabel 6) sehingga dapat disimpulkan bahwa kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya belum siap di tanam di pembibitan. Hasil penelitian Williyatno (2007) menunjukkan panjang rata-rata plumula dan radikula mencapai 0.4 cm setelah dikecambahkan selama lima hari, 1.8 cm setelah benih dikecambahkan selama 10 hari dan 3.6 cm setelah dikecambahkan selama 15 hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diduga waktu yang dibutuhkan kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya dapat dibedakan antara plumula dan radikula serta dapat mencapai panjang seperti pada perlakuan P1, P2 dan P3 berkisar antara 2 5 hari setelah benih mulai berkecambah. Oleh karena itu untuk menghindari adanya bibit yang tidak tumbuh di pembibitan maka penyaluran kecambah yang belum dapat dibedakan

65 Bobot Tandan (kg) antara plumula dan radikula harus ditunggu ± 2-5 hari setelah benih mulai berkecambah. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Divisi Produksi serta QC/QA dalam menyalurkan kecambah kepada konsumen. Evaluasi Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produksi dan Mutu Benih Tanaman yang Dihasilkan Hasil evaluasi Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produksi dan Mutu Benih Tanaman yang Dihasilkan menunjukkan rata-rata bobot tandan pohon induk kelapa sawit meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman dan rata-rata bobot tandan mulai stabil saat tanaman berumur 14 tahun. Bobot tandan tertinggi terdapat pada tanaman yang berumur 17 tahun dengan nilai rata-rata 31,75 kg/tandan dan bobot terendah terdapat saat tanaman berumur 9 tahun dengan nilai rata-rata kg/tandan (Gambar 19) Umur Tanaman (tahun) Gambar 19. Hubungan Umur Tanaman Induk dengan Bobot Tandan Tanaman Peningkatan bobot tandan disebabkan prediksi jumlah tandan per pohon pada tanaman kelapa sawit menurun seiring dengan pertambahan umur tanaman. Jumlah tandan dalam satu pohon berkurang seiring dengan pertambahan umur tanaman (Tabel 10). Jumlah tandan tanaman yang masih berumur 9 tahun lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang berumur > 9 tahun. Semakin banyak jumlah tandan dalam satu pohon maka rata-rata bobot tandan akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) bahwa pada tanaman muda jumlah bunga jantan per pohon sedikit dibandingkan dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman. Rendahnya nilai rata-rata bobot tandan pada tanaman yang berumur 9 tahun dibandingkan

66 jumlah dengan tanaman yang lebih tua diduga sebagai akibat dari jumlah tandan serta jumlah bunga betina yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua. Semakin banyak jumlah tandan dan bunga betina dalam satu pohon maka bobot tandan lebih kecil dan jumlah benih yang terbentuk per tandan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang menghasilkan sedikit tandan dalam satu pohon. Hal ini disebabkan hasil fotosintesis tanaman terbagi ke dalam jumlah tandan yang lebih banyak sehingga bobot/tandan menurun. Tabel 10. Potensi Produksi Kelapa Sawit Umur Tanaman(tahun) RJT TBS (tandan/pohon) (ton/ha/th) Keterangan: TBS = Tandan Buah Segar RJT = Rata-rata Jumlah Tandan Sumber : Lubis (2008) Pengaruh umur tanaman juga terlihat pada mutu benih yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah calon benih (JCB) dan jumlah benih baik (JBB) yang dihasilkan tanaman. Pengaruh umur tanaman terhadap JCB dan JBB yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar Umur Tanaman ( tahun) JCB JBB Keterangan : JCB = Jumlah Calon Benih JBB = Jumlah Benih Baik Gambar 20. Hubungan Umur Tanaman dengan JCB dan JBB

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah

KEADAAN UMUM Sejarah 30 KEADAAN UMUM Sejarah Cikal bakal dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Marihat adalah perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang diambil alih oleh Negara menjadi Perusahaan Perkebunan Negara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat 15 KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat sebelumnya adalah bernama Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene

Lebih terperinci

KEADAA UMUM LOKASI MAGA G

KEADAA UMUM LOKASI MAGA G 15 KEADAA UMUM LOKASI MAGA G Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Algemeene

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit 13 KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH VI.SISTEM PRODUKSI BENIH UNTUK PRODUKSI BENIH MAKA HARUS TERSEDIA POHON INDUK POPULASI DURA TERPILIH POPULASI PISIFERA TERPILIH SISTEM REPRODUKSI TANAMAN POLINASI BUATAN UNTUK PRODUKSI BENIH PERSIAPAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm Lampiran 1. Bagan dan Plot Penelitian 1 2 3 a U b L 1 M 0 L 1 M 2 L 2 M 1 L 3 M 0 L 3 M 2 L 3 M 0 a = 40 cm (jarak antar blok) L 2 M 0 L 2 M 2 L 0 M 2 S b = 20 cm (jarak antar plot) L 0 M 1 L 3 M 0 L 3

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara. Metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Refni Zuida Staf Pengajar Kopertis Wilayah I dpk FP-UNPAB, Medan

Refni Zuida Staf Pengajar Kopertis Wilayah I dpk FP-UNPAB, Medan MANFAAT STERILISASI DAN JENIS PENUTUP TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis quinensis Jacq) DI PRE-NURSERY BENEFIT OF STERILIZATION AND TYPE OF COVER CROPS TO GROWTH SEED OF PALM OIL (Elaeis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm, keluar dari pangkal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung LAMPIRA 64 65 Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung Anak daun menggulung a. Anak daun menggulung Anak daun normal b. Anak Daun Normal 66 Lampiran 2. Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1.

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara

Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara Processing of Oil Palm (Elaeis guiinensis Jacq.) Seed Bunch in Pusat Penelitian Kelapa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPKS Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, dimulai tanggal 1 Maret hingga 24 Juli 2010.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar Lampiran 1. Deskripsi Varietas kailan Varietas Tropica Sensation Asal Silsilah Golongan Varietas Umur mulai panen Tipe tanaman Tinggi tanaman Bentuk batang Diameter batang Warna batang Bentuk daun Tepi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN PEMANASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) Oleh Semuel D Arruan Silomba A

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN PEMANASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) Oleh Semuel D Arruan Silomba A PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN PEMANASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) Oleh Semuel D Arruan Silomba A34401004 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman 51 PEMBAHASA Proses Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan Bahan Tanaman Secara Konvensional. Teknik pengadaan bahan tanaman secara konvensional di PPKS melalui penyerbukan bantuan (assisted pollination) oleh

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

III.Fisiologi Benih Sawit

III.Fisiologi Benih Sawit III.Fisiologi Benih Sawit Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell), karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci